al
diteri
ma
Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(Pengukuran)
Dosen :
Martinus, S.T., M.Sc.
Oleh :
Nama : Okta Syahputra Sembiring
NPM : 1415021065
Kelompok : I (Satu)
Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 20 April 2015
Asisten : 1. Dhika Arifian
2. Muhammad Faris
LABORATORIUM MEKATRONIKA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengukuran adalah suatu bagian penting dalam ilmu fisika. Dalam melakukan
penelitian, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Tidak hanya dalam ilmu fisika, pengukuran juga sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan
yang disadari atau tidak termasuk dalam pengukuran. Aktivitas mengukur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya untuk mengukur panjang suatu kabel maka kita bisa menggunakan
meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari kabel
tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran
merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati.
Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik
suatu permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi
jalan untuk mencari data-data dan untuk memperoleh hasil / data dari suatu
pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.
Oleh karena itu pratikum pengukuran ini merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam mempelajari fisika, karena sudah dapat kita ketahui betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak
ada alasan bagi para fisikawan bahkan mahasiswa untuk mengabaikannya
dalam setiap riset-riset mereka. Praktikum pengukuran ini sangat penting bag
mahasiswa untuk dapat mempelajari ilmu fisika lebih dalam dan lebih jauh.
3
B. Tujuan
Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta
memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu
yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan
Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris,
yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran
dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan (widya,
2014).
dengan angka. Besaran dibagi menjadi empat bagian, antara lain (Hidayanti,
2014):
1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan tersendiri,
telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran
lain.
2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan atau dijabarkan dari
besaran pokok.
3. Besaran skalar : yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja
tanpa memiliki arah. Contoh : pangjang, massa, waktu,
4. Besaran vektor : yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan
arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,
Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya
No. Besaran Satuan Lambang satuan
1 Panjang Meter m
2 Massa Kilogram Kg
3 Suhu Kelvin K
4 Waktu Sekon S
5 Intensitas Cahaya Kandela Cd
6 Mol Jat Mol Mol
7 Kuat arus Ampere A
B. Alat Ukur
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan volume
diperlukaan alat ukur. Berikut merupakan beberapa alat ukur yang biasa
digunakan dalam praktikum (Anonim, 2014).
1. Pengukuran Panjang
Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang paling
umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm
6
dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya.
Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda
yang akan diukur.
2. Pengukuran Massa
Alat pengukur massa yaitu neraca dan timbangan. Alat yang biasa
digunakan dalam praktikum adalah Neraca Ohauss, sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari alat yang biasa digunakan adalah timbangan.
Penggunaan alat ukur massa harus disesuaikan dengan benda yang akan
di ukur.
3. Pengukuran Volume
Dalam melakukan pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengukuran cara statis
Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat
dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel)
yang membangunnya (volume).Perhitungan Volume balok dilakukan
dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu
sehingga :
V balok = p x l x t.....................................(1)
Keterangan:
P = panjang balok
L = lebar balok
T = tinggi balok
Sedangkan untuk volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan
mengukur diameter dan panjang silinder itu sehingga:
V silinder = (d/2)2 x p
= r2 .p.......................................(2)
Keterangan:
d = diameter silinder
p = panjang silinder
r = jari-jari silinder
7
V=Mu-Ma..............................................(3)
Keterangan:
Mu = Massa udara
Ma = Massa air
Lalu dapat dihubungkan dengan
= m/v...........................................(4)
Keterangan:
= massa jenis (gr/cm3)
m= massa zat (gr)
v = volume zat (cm3)
Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:
setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida,
akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh
benda itu.
Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis
yang dihitung secara konfensional (hitung massa dan volume) dan
dengan menerapkan hukum Archimides. Secara sistematis, hukum
archimedes dapat ditulis sebagai berikut :
FA=a.Va.g...................................(5)
Keterangan:
FA =gaya angkat ke atas pada benda (N)
a = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)(Yusran, 2014)
8
C. Ketidakpastian Pengukuran
1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan
padapengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkankarena kesalahan membaca skala kecil, dan
kekurangterampilan dalammenyusun dan memakai alat, terutama untuk
alat yang melibatkan banyak komponen
2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat
yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi
kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
komponenalat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu,
dan kelembaban.
a. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.
b. Kesalahan titik nol karena titik nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk
yang tidakbisa kembali tepat pada skala nol.
c. Kesalahan komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan
alat ukur.
d. Kesalahan peralatan terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk
dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus
dengan jarum.
3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi
fluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkan karena adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
9
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran adalah
sebagai berikut.
1. Mistar Centimeter
2. Jangka Sorong
4. Neraca pegas
5. Kawat tembaga
6. Gelas ukur
7. Kelereng
8. Batu kerikil
9. Anak Timbangan
B. Prosedur Praktikum
1. Mengukur panjang
Pengukuran panjang yang dilakukan terdiri atas dua benda yang diukur
dan tiga alat ukur, yaitu mistar centimeter, mistar milimeter dan jangka
sorong.
2. Mengukur massa
Pengukuran massa dilakukan terhadap tiga benda yang diukur yaitu
kawat tembaga, anak timbangan, 2 buah penggaris. Dengan sebuah
14
3. Mengukur volume
a. Mengukur volume kelereng secara matematis
1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong,
dilakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali
pengulangan.
2) Menghitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volume
benda.
3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.
Hasil pengamatan dan perhitungan dapat dilihat pada data hasil pengukuran
berikut :
1. Hasil pengukuran tebal balok (T)
Error 0% 0% 0%
3 40 42 2
4 30 32 2
5 20 22 2
Rata rata 40 42 2
Ketidakpastian
8 8 0
Pengukuran
Error 20% 19% 0%
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut
Volume V
Vol Air Vol Air
(Vol Air Sesudah -
Pengukuran ke Semula Sesudah
Vol Air Semula
(V+V) ml (V+V) ml
(V+V) ml
1 60 63 3
2 50 53 3
3 40 43 3
4 30 33 3
5 20 23 3
Rata rata 40 43 3
Ketidakpastian
8 8 0
Pengukuran
Error 20% 18,6% 0%
B. Pembahasan
20
Pada saat pengukuran sebaiknya posisi mata tegak lurus terhadap alat ukur
agar mengurangi kesalahan data pengukuran .karena ketika pengukuran
dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, seperti:
1. Kesalahan kalibrasi.
Cara member nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian
melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan
cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku,
meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya hamper
tidak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan titik-nol.
24
Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau
jarum tidak kembali tepat pada angka nol. Sehingga terjadi kesalahan
dalam menunjukkan nilai yang tepat.
3. Kelelahan komponen alat.
Misalnya dalam pegas, pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat
agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.
4. Gesekan.
Gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap
bagian alat yang lain.
4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang
terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan
angka penting.
Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka penting.
Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 102 dan 8 103.
Dalam penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang
digaris bawahi. Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang diragukan.
Angka yang digarisbawahi termasuk angka penting, tetapi angka setelah
angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka
penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.
Selain itu dalam pengukuran juga perlu diperhatikan besaran dan satuan
pengukuran pada setiap alat yang digunakan karna, pada setiap alat
pengukuran yang digunakan memiliki nilai ketelitian yang berbeda beda,
seperti pada mistar centimeter dengan jangka sorong. Mistar centimeter
hanya memiliki ketelitian hingga 1 mm, jangka sorong memiliki ketelitian
hingga 0,01 mm.
26
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah
dipahami.
2. Melakukan pengukuran ketebalan dan diameter sebanyak 10 kali dan
karena dalam mengukur ketebalan sangat diperlukan data yang cukup
banyak agar nilai dari hasil pengukuran tersebut lebih akurat
3. Alat praktikum yang digunakan saat pengukuran masih memiliki
kekurangan - kekurangan seperti pada neraca pegas, sehingga pada saat
pengukuran massa kertas memiliki kesulitan pada saat pengukuran.
4. Perlunya penambahan alat ukur dengan ketelitian yang lebih tinggi,
seperti mikrometer sekrup, neraca lengan dan gelas ukur dengan skala
lebih teliti.
28
DAFTAR PUSTAKA