Anda di halaman 1dari 28

Tangg

al
diteri
ma
Nilai
LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR
(Pengukuran)

Dosen :
Martinus, S.T., M.Sc.

Oleh :
Nama : Okta Syahputra Sembiring
NPM : 1415021065
Kelompok : I (Satu)
Hari/Tanggal Praktikum : Senin, 20 April 2015
Asisten : 1. Dhika Arifian
2. Muhammad Faris

LABORATORIUM MEKATRONIKA
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran adalah suatu bagian penting dalam ilmu fisika. Dalam melakukan
penelitian, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh
ditinggalkan. Tidak hanya dalam ilmu fisika, pengukuran juga sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan
yang disadari atau tidak termasuk dalam pengukuran. Aktivitas mengukur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan dalam
mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya untuk mengukur panjang suatu kabel maka kita bisa menggunakan
meteran. Dalam hal ini besaran yang dibandingkan adalah panjang dari kabel
tersebut. Sedangkan besaran pembandingnya adalah meteran. Meteran
merupakan alat ukur besaran panjang yang satuannya telah disepakati.
Mengukur dapat dikatakan sebagai usaha untuk mendefinisikan karakteristik
suatu permasalahan secara kuantitatif. Dan jika dikaitkan dengan proses
penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka pengukuran menjadi
jalan untuk mencari data-data dan untuk memperoleh hasil / data dari suatu
pengukuran yang akurat dan dapat dipercaya.

Oleh karena itu pratikum pengukuran ini merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam mempelajari fisika, karena sudah dapat kita ketahui betapa
penting dan dibutuhkannya aktivitas pengukuran dalam fisika. Maka tidak
ada alasan bagi para fisikawan bahkan mahasiswa untuk mengabaikannya
dalam setiap riset-riset mereka. Praktikum pengukuran ini sangat penting bag
mahasiswa untuk dapat mempelajari ilmu fisika lebih dalam dan lebih jauh.
3

B. Tujuan

Adapun tujuan dari melakukan praktikum fisika dasar mengenai pengukuran


ini mahasiswa diharapkan mampu untuk
1. Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang.
2. Mengukur besaran massa dengan berbagai alat ukur massa
(neraca/timbangan).
3. Mengukur besaran volume dengan berbagai cara.
4. Menentukan kepastian dalam pengukuran serta menuliskan hasil
pengukuran dengan tepat dan akurat.
4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Besaran dan Satuan

Besaran dalam fisika diartikan sebagai sesuatu yang dapat diukur, serta
memiliki nilai besaran (besar) dan satuan. Sedangkan satuan adalah sesuatu
yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran. Satuan
Internasional (SI) merupakan satuan hasil konferensi para ilmuwan di Paris,
yang membahas tentang berat dan ukuran. Berdasarkan satuannya besaran
dibedakan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan (widya,
2014).

Besaran pokok adalah besaran yang digunakan sebagai dasar untuk


menetapkan besaran yang lain. Satuan besaran pokok disebut satuan pokok
dan telah ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan para ilmuwan.
Besaran pokok bersifat bebas, artinya tidak bergantung pada besaran pokok
yang lain. Dimensi suatu besaran adalah cara besaran tersebut tersusun atas
besaran-besaran pokoknya. Pada sistem Satuan Internasional (SI), ada tujuh
besaran pokok yang berdimensi, sedangkan dua besaran pokok tambahan
tidak berdimensi. Cara penulisan dimensi dari suatu besaran dinyatakan
dengan lambang huruf tertentu dan diberi tanda kurung persegi (Yusran,
2013).

Banyak orang mengukur dalam lingkup ilmu-ilmu sosial dapat melihat


pemahaman dari teori pengukuran, tapi tidak dapat mengukur secara
keseluruhan atau dengan kata lain, suatu pengukuran terbaik adalah
pengukuran yang didapatkan berdasarkan pengalaman dalam melakukan
analisis statistik. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan
5

dengan angka. Besaran dibagi menjadi empat bagian, antara lain (Hidayanti,
2014):
1. Besaran pokok
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya didefinisikan tersendiri,
telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak dapat dijabarkan dari besaran
lain.
2. Besaran turunan
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan atau dijabarkan dari
besaran pokok.
3. Besaran skalar : yaitu besaran yang mempunyai besar dan satuan saja
tanpa memiliki arah. Contoh : pangjang, massa, waktu,
4. Besaran vektor : yaitu besaran yang memiliki besar (nilai), satuan dan
arah. Contoh : kecepatan, gaya, perpindahan,
Tabel 2.1 Besaran Pokok dan Satuannya
No. Besaran Satuan Lambang satuan
1 Panjang Meter m
2 Massa Kilogram Kg
3 Suhu Kelvin K
4 Waktu Sekon S
5 Intensitas Cahaya Kandela Cd
6 Mol Jat Mol Mol
7 Kuat arus Ampere A

B. Alat Ukur

Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan volume
diperlukaan alat ukur. Berikut merupakan beberapa alat ukur yang biasa
digunakan dalam praktikum (Anonim, 2014).

1. Pengukuran Panjang
Untuk mengukur panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti
mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat ukur yang paling
umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm
6

dengan batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya.
Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus disesuaikan dengan benda
yang akan diukur.

2. Pengukuran Massa
Alat pengukur massa yaitu neraca dan timbangan. Alat yang biasa
digunakan dalam praktikum adalah Neraca Ohauss, sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari alat yang biasa digunakan adalah timbangan.
Penggunaan alat ukur massa harus disesuaikan dengan benda yang akan
di ukur.

3. Pengukuran Volume
Dalam melakukan pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Pengukuran cara statis
Untuk mengukur volume zat padat yang teratur bentuknya dapat
dilakukan secara tidak langsung dengan mengukur perubah (variabel)
yang membangunnya (volume).Perhitungan Volume balok dilakukan
dengan cara mengukur panjang lebar dan tinggi dari balok itu
sehingga :

V balok = p x l x t.....................................(1)
Keterangan:
P = panjang balok
L = lebar balok
T = tinggi balok
Sedangkan untuk volume silinder pejal dapat juga dilakukan dengan
mengukur diameter dan panjang silinder itu sehingga:

V silinder = (d/2)2 x p

= r2 .p.......................................(2)

Keterangan:
d = diameter silinder
p = panjang silinder
r = jari-jari silinder
7

b. Pengukuran scara dinamis


Cara pengukuran ini digunakan jika benda yang ingin kita ukur
memiliki bentuk yang tidak beraturan. Dengan menghitung selisih
massa benda di udara dengan di dalam air

V=Mu-Ma..............................................(3)

Keterangan:
Mu = Massa udara
Ma = Massa air
Lalu dapat dihubungkan dengan

= m/v...........................................(4)
Keterangan:
= massa jenis (gr/cm3)
m= massa zat (gr)
v = volume zat (cm3)
Pernyataan diatas berdasar pada Hukum Archimmides, yang berbunyi:
setiap benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida,
akan mendapat gaya ke atas sebesar beratfluida yang dipindahkan oleh
benda itu.
Melalui pemahaman ini kita akan membandingkan harga massa jenis
yang dihitung secara konfensional (hitung massa dan volume) dan
dengan menerapkan hukum Archimides. Secara sistematis, hukum
archimedes dapat ditulis sebagai berikut :

FA=a.Va.g...................................(5)

Keterangan:
FA =gaya angkat ke atas pada benda (N)
a = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)(Yusran, 2014)
8

C. Ketidakpastian Pengukuran

Secara umum penyebab ketidakpastian hasil pengukuran ada tiga, yaitu


kesalahan umum, kesalahan sistematik, dan kesalahan acak (Setya, 2009).

1. Kesalahan Umum
Kesalahan umum adalah kesalahan yang disebabkan keterbatasan
padapengamat saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkankarena kesalahan membaca skala kecil, dan
kekurangterampilan dalammenyusun dan memakai alat, terutama untuk
alat yang melibatkan banyak komponen

2. Kesalahan Sistematik
Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat
yang digunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi
kinerja alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan
komponenalat atau kerusakan alat, kesalahan paralaks, perubahan suhu,
dan kelembaban.
a. Kesalahan kalibrasi terjadi karena pemberian nilai skala pada saat
pembuatan atau kalibrasi (standarisasi) tidak tepat.
b. Kesalahan titik nol karena titik nol skala pada alat yang digunakan
tidak tepat berhimpit dengan jarum penunjuk atau jarum penunjuk
yang tidakbisa kembali tepat pada skala nol.
c. Kesalahan komponen alat jelas sangat berpengaruh pada pembacaan
alat ukur.
d. Kesalahan peralatan terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk
dengan garis-garis skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus
dengan jarum.

3. Kesalahan Acak
Kesalahan acak adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi
fluktuasi halus pada saat melakukan pengukuran. Kesalahan ini dapat
disebabkan karena adanya gerak brown molekul udara, fluktuasi
tegangan listrik, landasan bergetar, bising, dan radiasi.
9

III. METEDOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum pengukuran adalah
sebagai berikut.
1. Mistar Centimeter

Gambar 3.1 Mistar centimeter(cm)

2. Jangka Sorong

Gambar 3.2 Jangka sorong


10

3. Balok (batang) besi

Gambar 3.3 Balok batang

4. Neraca pegas

Gambar 3.4 Neraca pegas

5. Kawat tembaga

Gambar 3.5 Kawat tembaga


11

6. Gelas ukur

Gambar 3.6 Gelas ukur

7. Kelereng

Gambar 3.7 Kelereng

8. Batu kerikil

Gambar 3.8 Batu kerikil


12

9. Anak Timbangan

Gambar 3.9 Anak timbangan


10. Air

Gambar 3.10 Air


11. Kotak Kayu

Gambar 3.11 Kotak kayu


13

B. Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang digunakan oleh praktikan dalam melakukan praktikum


ini, saya sesuaikan dengan prosedur yang tertulis dalam modul praktikum
yang disusun oleh Tim Fisika Dasar. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai
berikut:

1. Mengukur panjang
Pengukuran panjang yang dilakukan terdiri atas dua benda yang diukur
dan tiga alat ukur, yaitu mistar centimeter, mistar milimeter dan jangka
sorong.

a. Mengukur tebal balok


Pengukuran tebal balok ini dilakukan dengan mistar centimeter dan
mistar milimeter. Prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Mengukur tebal balok dengan mistar centimeter.
2) Melakukan pengukuran dengan mistar.
3) Mengulangi dengan 5 kali pengukuran.
4) Menuliskan data yang didapat ke dalam table pengamatan.
5) Mengganti mistar sentimeter dengan mistar millimeter lalu
mengulangi 1 sampai 4.

b. Mengukur lebar kotak kayu


Pengukuran lebar kotak kayu ini dilakukan dengan mistar milimeter
dan jangka sorong. Prosedur yang dilakukan sebagai berikut:
1) Mengukur lebar kotak kayu dengan mistar milimeter.
2) Melakukan pengukuran oleh orang yang berbeda.
3) Melakukan 5 kali pengukuran.
4) Menuliskan data yang didapat pada tabel data .
5) Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan menggunakan jangka
sorong.

2. Mengukur massa
Pengukuran massa dilakukan terhadap tiga benda yang diukur yaitu
kawat tembaga, anak timbangan, 2 buah penggaris. Dengan sebuah
14

neraca pegas sebagai alat ukur. Prosedur yang dilakukan:


a. Menimbang massa kawat dengan cara mengaitkan pada neraca pegas.
b. Melihat nilai yang tertera pada neraca pegas, lalu menulis pada tabel
data pengamatan.
c. Mengulangi sampai 5 kali pengulangan dengan orang yang berbeda.
d. Mengulangi langkah 1 sampai 3 dengan anak timbangan dan 2 buah
penggaris..

3. Mengukur volume
a. Mengukur volume kelereng secara matematis
1) Mengukur diameter kelereng dengan menggunakan jangka sorong,
dilakukan oleh orang yang berbeda dan dilakukan 5 kali
pengulangan.
2) Menghitung volume kelereng dengan menggunakan rumus volume
benda.
3) Menulis data yang didapat pada tabel data pengamatan.

b. Mengukur volume kelereng menggunakan gelas ukur


1) Menuangkan air ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml.
2) Memasukan kelereng ke dalam gelas ukur, kemudian mencatat
volume air sekarang. Menghitug selisih volume air, yaitu volume
sebelum dan sesudah kelereng dicelupkan. Seilsih volume air
tersebut adalah volume kelereng.
3) Mencatat pada tabel data pengamatan, mengulangi smpai 5 kali
pengulangan.
c. Mengukur volume kerkil menggunakan gelas ukur
1) Menuangkan ke dalam gelas ukur kira-kira 50 ml.
2) Memasukkan kerikil ke dalam gelas ukur, kemudian mencatat
volume air sekarang.
3) Menghitung selisih volume air, yaitu volume sebelum dan sesudah
kelereng dicelupkan. Selisih volume air tersebut dalah volume
kerikil.
15

4) Mencatat pada tabel data pengamatan, Mengulangi sampi 5 kali


pengulangan.
16

IV. DATA DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan dan Analisi Data

Hasil pengamatan dan perhitungan dapat dilihat pada data hasil pengukuran
berikut :
1. Hasil pengukuran tebal balok (T)

Tabel 4.1Data hasil pengukuran tebal balok


Dengan mistar Dengan jangka
Pengukuran ke
centimeter (L+L) cm sorong (L+L) mm
1 0.9 9.40
2 0.8 9.30
3 0.8 9.40
4 1 9.35
5 0.9 9.40
Rata rata 0,88 9.37
Ketidakpastian
0,064 0.036
Pengukuran

Error 7,27% 0.384%


17

2. Hasil pengukuran panjang kotak kayu (L)

Tabel 4.2Data hasil pengukuran kotak kayu


Dengan mistar Dengan mistar
Pengukuran ke
centimeter (T+T) cm milimeter (T+T) mm
1 9.9 99
2 9.8 98.5
3 9.8 98
4 9.8 98.5
5 9.9 99
Rata rata 9.84 98.6
Ketidakpastian
0.048 0.24
Pengukuran
Error 0.48% 0.243%

3. Hasil pengukuran massa benda dengan neraca pegas

Tabel 4.3Data hasil pengukuran massa benda


Anak
Kawat tembaga 2 penggaris
Pengukuran ke timbangan
(m+m) gr (m+m) gr
(m+m) gr
1 70 10 20
2 70 10 20
3 70 10 20
4 70 10 20
5 70 10 20
Rata rata 70 10 20
Ketidakpastian
0 0 0
Pengukuran
18

Error 0% 0% 0%

4. Hasil pengukuran volume kelereng secara matematis

Tabel 4.4Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut


Volume (D2)
Pengukuran ke Diameter (D+D) mm
(V+V) mm
1 16,25 830
2 16,30 835
3 16,55 860
4 16,35 840
5 16,40 845
Rata rata 16,37 842
Ketidakpastian
0,084 8.4
Pengukuran
Error 0,51% 0,99%

5. Hasil pengukuran volume kelereng menggunakan gelas ukur

Tabel 4.5Data hasil volume kelereng


Volume V
Vol Air Vol Air
(Vol Air Sesudah -
Pengukuran ke Semula Sesudah
Vol Air Semula
(V+V) ml (V+V) ml
(V+V) ml
1 60 62 2
2 50 52 2
19

3 40 42 2
4 30 32 2
5 20 22 2
Rata rata 40 42 2
Ketidakpastian
8 8 0
Pengukuran
Error 20% 19% 0%

6. Hasil pengukuran volume kerikil menggunakan gelas ukur

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut
Volume V
Vol Air Vol Air
(Vol Air Sesudah -
Pengukuran ke Semula Sesudah
Vol Air Semula
(V+V) ml (V+V) ml
(V+V) ml
1 60 63 3
2 50 53 3
3 40 43 3
4 30 33 3
5 20 23 3
Rata rata 40 43 3
Ketidakpastian
8 8 0
Pengukuran
Error 20% 18,6% 0%

B. Pembahasan
20

Dalam praktikum ini dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat


pengukur jangka sorong, mistar, neraca pegas, dan gelas ukur. Alat
pengukur tersebut memiliki fungsi dan ketelitian yang berbeda.

1. Pengukuran tebal balok


Dalam pengukuran tebal balok alat yang digunakan adalah mistar dan
jangka sorong, pengukuran dilakukan oleh 5 orang yang berbeda
dengan satu benda, saat pengukuran hasil pengukuran dari kedua alat
tersebut memiliki nilai yang sama. Tetapi pada pengukuran tebal
balok kali ini lebih mudah menggunakan jangka sorong karena, ketika
mengukur kita dapat dengan mudah melihat angka dan menghitung
nilai pengukuran yang tertera pada jangka sorong tersebut.
Ketidakpastian dari mistar adalah 0.064 mm, sedangkan jangka sorong
0.036mm.
2. Pengukuran panjang kotak kayu.
Dalam pengukuran panjang kotak kayu alat yang digunakan adalah
mistar milimeter dan mistar centimeter, pengukuran dilakukan oleh 5
orang yang berbeda dengan satu benda, mistar milimeter lebih teliti
daripada mistar centimeter dimana mistar milimeter memiliki
ketelitian hingga 0.1 mm. Pada pengukuran kotak kayu ini ditemukan
adanya perbedaan ukuran dalam satu benda, yang menghasilkan nilai
ketidakpastian sebesar 0.048 cm dan error sebesar 0.48% dengan
mistar cm, dan 0.24 mm dan 0.243% dengan mistar mm.

3. Pengukuran massa benda dengan nerasa pegas


Dalam pengukuran massa benda alat yang digunakan adalah neraca
pegas , pengukuran dilakukan oleh 5 orang yang berbeda, dan bahan
yang di ukur sebanyak tiga yaitu anak timbangan, kawat tembaga dan
2 penggaris.
21

a. Pengukuran massa anak timbangan


Pada pengukuran massa anak timbangan, nilai setiap kali
pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.
b. Pengukuran massa kawat tembaga
Pada pengukuran massa kawat tembaga, nilai setiap kali
pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.
c. Pengukuran massa 2 penggaris
Pada pengukuran massa anak timbangan, nilai setiap kali
pengukuran hasilnya sama sehingga dapat dipastikan nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error nol.

4. Pengukuran volume Kelereng dengan jangka sorong


Pada pengukuran dibagi atas dua nilai yaitu nilai pengukuran untuk
diameter dan nilai volume dari pengukuran diamternya. Setelah
dilakukan pengukuran diameter kelereng menggunakan jangka sorong
terdapat beberapa nilai pengukuran yang berbeda beda sehingga
volume yang diperoleh berbeda beda. Nilai ketidakpastian
pengukuran diameter kelereng setelah dilakukan perhitungan
memiliki nilai sebesar 0,084 dan nilai error 0,513%, otomatis nilai
pada volume kelereng juga memiliki nilai ketidakpastian pengukuran
sebesar 8.4 mm3 dan nilai error 0,99 %. Ketidakpastian dan error ini
mungkin disebabkan oleh kelereng tidak bulat sempurna, neraca tidak
akurat karena pengunci neraca tidak ada.

5. Pengukuran volume kelereng dengan gelas ukur.


22

Pada pengukuran kali ini pengukuran dilakukan dengan menggunakan


alat gelas ukur, pengukuran dibagi menjadi tiga yaitu volume semula,
volume sesudah dan selisih volume.
a. Volume semula
Volume semula dari lima kali pencobaan dilakukan berbeda-beda,
yaitu 60, 50, 40, 30, 20 ml jadi tidak memungkinkan adanya nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error karena merupakan
ketentuan prosedur.
b. Volume sesudah
Setelah dimasukkannya kelereng kedalam gelas ukur maka volume
air menjadi 62, 52, 42, 32, 22 ml dan dalam lima kali pencobaan
memiliki nilai yang sama jadi tidak memungkinkan adanya nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error, karena pertambahan
volume air sama pada kelima percobaan.
c. Selisih volume
Karena volume air sebelum dan volume air sesudah memiliki nilai
yang sama dalam lima kali, maka dapat dipastikan dalam lima kali
pencobaan tersebut memiliki nilai selisih yang sama yaitu 2 ml dan
tidak memungkinkan adanya nilai ketidakpastian pengukuran dan
nilai error

6. Pengukuran volume kerikil dengan gelas ukur.


Sama halnya dengan pengukuran kelereng dengan air, pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat gelas ukur, pengukuran dibagi
menjadi tiga yaitu volume semula, volume sesudah dan selisih
volume.
a. Volume semula
Volume semula dari lima kali pencobaan dilakukan berbeda-beda,
yaitu 60, 50, 40, 30, 20 ml jadi tidak memungkinkan adanya nilai
23

ketidakpastian pengukuran dan nilai error karena merupakan


ketentuan prosedur.
b. Volume sesudah
Setelah dimasukkannya kelereng kedalam gelas ukur maka volume
air menjadi 62, 52, 42, 32, 22 ml dan dalam lima kali pencobaan
memiliki nilai yang sama jadi tidak memungkinkan adanya nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error, karena pertambahan
volume air sama pada kelima percobaan.
c. Selisih volume
Karena volume air sebelum dan kenaikan volume air sesudah
memiliki nilai yang sama dalam lima kali, maka dapat dipastikan
dalam lima kali pencobaan tersebut memiliki nilai selisih yang
sama yaitu 3 ml dan tidak memungkinkan adanya nilai
ketidakpastian pengukuran dan nilai error

Pada saat pengukuran sebaiknya posisi mata tegak lurus terhadap alat ukur
agar mengurangi kesalahan data pengukuran .karena ketika pengukuran
dapat terjadi kesalahan atau ketidakpastian, seperti:

1. Kesalahan kalibrasi.
Cara member nilai skala pada waktu pembuatan alat tidak tepat
sehingga berakibat setiap kali alat digunakan, suatu ketidakpastian
melekat pada hasil pengukuran. Kesalahan ini dapat diketahui dengan
cara membandingkan alat tersebut dengan alat baku. Alat baku,
meskipun buatan manusia juga, dianggap sempurna padanya hamper
tidak terdapat kesalahan apapun.
2. Kesalahan titik-nol.
24

Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk atau
jarum tidak kembali tepat pada angka nol. Sehingga terjadi kesalahan
dalam menunjukkan nilai yang tepat.
3. Kelelahan komponen alat.
Misalnya dalam pegas, pegas yang telah dipakai beberapa lama dapat
agak melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum penunjuk.
4. Gesekan.
Gesekan selalu timbul antara bagian yang satu yang bergerak terhadap
bagian alat yang lain.

Setelah dilakukan praktikum pengukuran ini perlu diperhatikan juga nilai


data hasil pengukuran. Nilai ini berupa angka-angka dan termasuk angka
penting. Definisi dari angka penting adalah semua angka yang diperoleh
dari hasil pengukuran, termasuk angka terakhir yang ditaksir atau
diragukan. Angka-angka penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu
angka taksiran yang sesuai dengan tingkat ketelitian alat ukur yang
digunakan. Semua angka-angka hasil pengukuran adalah bagian dari angka
penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran merupakan angka
penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil
pengukuran.
1. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki
3 angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.
2. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk
angka penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.
3. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka
bukan nol termasuk angka penting.
25

4. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang
terletak disebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan
angka penting.

Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka penting.
Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 102 dan 8 103.
Dalam penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang
digaris bawahi. Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang diragukan.
Angka yang digarisbawahi termasuk angka penting, tetapi angka setelah
angka yang diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka
penting dan 501,35 memiliki 4 angka penting.

Selain itu dalam pengukuran juga perlu diperhatikan besaran dan satuan
pengukuran pada setiap alat yang digunakan karna, pada setiap alat
pengukuran yang digunakan memiliki nilai ketelitian yang berbeda beda,
seperti pada mistar centimeter dengan jangka sorong. Mistar centimeter
hanya memiliki ketelitian hingga 1 mm, jangka sorong memiliki ketelitian
hingga 0,01 mm.
26

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan setelah dilakukannya praktikum ini adalah sebagai


berikut:
1. Dari percobaan yang dilakukan, kita dapat mengetahui keteliatian alat
ukur yang digunakan yaitu mistar (1 mm), dan jangka sorong (0,05 mm)
2. Untuk mengukur massa dapat menggunakan neraca pegas.
3. Pengukuran volume suatu benda menggunakan 2 cara yaitu menggunakan
sistem matematis dan menggunakan gelas ukur.
4. Pengukuran dengan gelas ukur nilai error nya lebir rendah daripada
dengan cara matematis. Karena danya kemungkinan kelereng tidak bulat
sempurna.
5. Nilai ketidakpastian pengukuran dan nilai sangat perlu dihitung karena
dalam lima kali pencobaan perngukuran terdapat nilai yang berbeda
dalam beberapa pengukuran.
6. Dari seluruh percobaan pengukuran yang dilakukan, pengukuran yang
saya lakukan dapat dikatakan valid karena persentase nilai error nya
rendah.

B. Saran

Adapun saran saya setelah melakukan praktikum pengukuran ini adalah


sebagai berikut :
1. Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk
memahami dahulu konsep pengukuran, alat ukur yang akan digunakan,
27

besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah
dipahami.
2. Melakukan pengukuran ketebalan dan diameter sebanyak 10 kali dan
karena dalam mengukur ketebalan sangat diperlukan data yang cukup
banyak agar nilai dari hasil pengukuran tersebut lebih akurat
3. Alat praktikum yang digunakan saat pengukuran masih memiliki
kekurangan - kekurangan seperti pada neraca pegas, sehingga pada saat
pengukuran massa kertas memiliki kesulitan pada saat pengukuran.
4. Perlunya penambahan alat ukur dengan ketelitian yang lebih tinggi,
seperti mikrometer sekrup, neraca lengan dan gelas ukur dengan skala
lebih teliti.
28

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2014. Alat Ukur Massa Panjang dan Waktu.


http://www.zonasiswa.com/2014/08/alat-ukur-massa-panjang
waktu.html. Diakses pada 13 april 2015, jam 19.00 WIB.
Nida, 2014. Praktikum Fisika Pengukuran.
http://maharatunnida.blogspot.com/2014/09/laporan-praktikum-fisika
pengukuran.html. Diakses pada 20-April-2015, jam 18.00 WIB.
Nurachmandani,Setya.2009. Fisika. Jakarta. Pusat Perbukuan Departemen
Pindidikan Nasional
Yusran, 2013 Praktikum Fisika Tentang Pengukuran.
http://yusran-physics.blogspot.com/2013/11/laporan-praktikum-fisika-
tentang vektor.html. Diakses pada 20-April-2015.
Hidayanti, 2014. Pengukuran Besaran Turunan Volume.
http://mafia.mafiaol.com/2012/08/pengukuran-besaran-turunanvo
lume.html. Diakses pada 20 April 2015, jam 19.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai