Abstrak
Percobaan ini bertujuan untuk (1) mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur
Panjang; (2) mahasiswa dapat memahami konsep dasar pengukuran fisika dengan benar dan
teliti; (3) mahasiswa dapat menentukan besaran panjang dengan berbagai alat ukur Panjang; (4)
mahasiswa dapat menyatakan besaran panjang ke dalam satuan yang benar beserta
ketidakpastiannya. Percobaan ini menggunakan metode deskriptif kuantittatif. Proses
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur objek ukur yaitu tebal buku dan diameter
kelereng menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Hasil pengambilan data
dicatat menggunakan format tabel berisi data percobaan pengukuran keberapa dan nilai ukur
dari objek ukur dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Hasil eror
yang dihasilkan dari data percobaan yaitu pada pengukuran ketebalan buku menggunakan
mikrometer sekrup sebesar 2 persen, jangka sorong 3 persen dan mistar 3.8 persen. Pengukuran
diameter kelereng diperoleh hasil eror menggunakan mikrometer sekrup sebesar 0.6 persen,
jangka sorong 0.07 persen dan mistar 9 persen.
BAB I PENDAHULUAN
• LATAR BELAKANG
Alat ukur merupakan suatu instrumen yang sering digunakan oleh para peneliti dan praktisi
untuk membantu dalam proses penilaian atau evaluasi terhadap subjek, klien atau pasien.
Biasanya instrumen alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur atau mengumpulkan data
tentang berbagai variabel mulai dari fungsi fisik hingga kesejahteraan psikososial. Alat ukur juga
dapat digunakan untuk membandingkan dimensi atau ukuran dengan suatu templat (satuan
ukuran) atau pola yang telah ditetapkan. Jenis alat pengukurannya antara lain skala, indeks,
survei, wawancara, dan observasi informal. Alat ukur bertanggung jawab untuk membuat
perbandingan antara objek yang diukur dan polanya menjadi mungkin, sehingga menghasilkan
angka yang secara logis menunjukkan hubungan. Alat ukur juga digunakan untuk mengukur
berbagai sifat fisika seperti panjang, massa, waktu, intensitas cahaya, suhu dan lain-lain. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai fenomena fisika yang
memengaruhi kita tentang bagaimana cara untuk berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya,
ketika ingin membuat kue diperlukan proses pengukuran takaran terhadap bahan-bahan kue agar
terciptanya kue yang enak dan bisa dimakan, atau ketika mengukur suhu di luar ruangan untuk
memutuskan apakah kita harus mengenakan jaket atau tidak, yang mana kita menggunakan
konsep fisika termal. Begitu pula saat kita mengukur jarak atau antara dua tempat yang ingin kita
kunjungi, kita mengandalkan prinsip-prinsip fisika dalam penggunaan alat ukur. Semua
fenomena-fenomena ini memunculkan kebutuhan alat ukur fisika dalam berbagai aspek di
lingkungan sekitar.
Pada dasarnya, prinsip percobaan pada alat ukur merupakan konsep utama yang menjadi
landasan dalam proses pengukuran menggunakan alat ukur. Misalnya penggunaan penggaris atau
mistar untuk mengukur panjang sebuah benda. Prinsip yang digunakan ini adalah tentang
panjang benda yang dapat diukur dengan mengamati posisi ujung benda yang bersinggungan
dengan garis benda yang diukur menggunakan penggaris. Dengan pemahaman prinsip percobaan
ini, kita dapat merancang, mengkalibrasi, dan menggunakan alat ukur lebih efektif sehingga hasil
pengukuran yang diperoleh menjadi lebih akurat. Prinsip ini juga penting untuk memastikan
bahwa alat ukur dapat digunakan secara konsisten dalam berbagai konteks percobaan dan
penelitian ilmiah. Kegiatan pengukuran juga merupakan proses yang penting dalam
pembelajaran fisika dan merupakan hal yang paling fundamental, sebab semua elemen dari ilmu
fisika diawali dengan segala konsep pengukuran. Oleh sebab itu, dilakukannya sebuah praktikum
fisika dasar mengenai pengenalan alat ukur terhadap mahasiswa science Institut Teknologi
Sepuluh November sebagai pengantar dari segala praktikum fisika dasar kedepannya. Praktikum
yang dilakukan kali ini berkaitan dengan alat ukur panjang yang mana praktikan diharapkan
dapat mengetahui dan mengrealisasikan sekaligus mengaplikasikan konsep alat ukur panjang
dengan menggunakan alat mikrometer sekrup dan jangka sorong dalam proses praktikum
ataupun kehidupan sehari-hari. Kemudian, dapat menunjukkan serta menuliskan hasil
pengukuran tersebut dengan satuan yang benar beserta ketidakpastiannya. Dengan
demikian, praktikan dapat menggambarkan dan menyelesaikan masalah terhadap keadaan yang
konkret tentang suatu peristiwa dimana praktikan dapat mengamati proses secara langsung
sehingga dapat mengembangkan aspek keterampilan inkuiri dan sikap ilmiah serta mengetahui
bagaimana cara untuk bertindak guna menyelesaikan masalah tersebut.
• RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada praktikum ini ialah:
• Bagaimana konsep dasar fisika yang benar dan teliti?
• Bagaimana cara menentukan besaran panjanag dengan berbagai alat ukur?
• Bagaimana menyatakan besaran panjang ke dalam satuan yang benar beserta
ketidakpastiannya?
• TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
• Mengukur besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang
• Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pengukuran fisika dengan benar dan teliti
• Mahasiswa dapat menentukan besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang
• Mahasiswa dapat menyatakan besaran panjang ke dalam satuan yang benar beserta
ketidakpastiannya.
2.2 SATUAN
Sifat-sifat fisik suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. untuk mempelajari
sifat dan keadaan benda secra kuantitatif diperlukan pengukuran. Hasil pengukuran dinyatakan
dengan bilangan dan satuan. Setiap besaran memiliki satuan yang khas dan berbeda dari besaran
lainnya. Satuan dalam fisika digunakan sebagai pembanding dalam pengukuran, (Fahrezi, 2019).
Tanpa satuan, acuan dalam pengukuran tidak akan memiliki indentitas. Namun, besaran tidak
hanya memiliki satu satuan saja, misalnya besaran panjang ada yang menggunakan satuan inci,
kaki, mil, dan sebagainya, ada juga massa yang dapat menggunakan satuan ton, kilogram, gram,
dan sebagainya. Adanya berbagai macam jenis satuan dalam besaran yang sama akan
menimbulkan kesulitan untuk menjelaskan nilai besaran tersebut. Dengan adanya kesulitan
tersebut, para ahli sepakat untuk menggunakan satu sistem satuan, yaitu standar Sistem
Internasional, atau yang dikenal dengan Systeme International d’Unites (SI) yang terdiri dari
tujuh satuan dasar yaitu, meter (m) untuk panjang, detik (s) untuk waktu, mol (mol) untuk jumlah
zat, ampere (A) untuk arus listrik, kelvin (K) untuk suhu, candela (cd) untuk intensitas cahaya
dan kilogram (Kg) untuk massa.
2.3 PENGUKURAN
Pengukuran merupakan suatu aktivitas atau kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi
besar dan kecilnya objek atau gejala (Hadi, 1997). Pengukuran dilakukan untuk keadaan sesuatu
sebagaimana adanya, pengukuran dapat berupa pengumpulan data tentang sesuatu. Pengukuran
digunakan untuk mendapatkan hasil data yang kuantitatif. Menurtu Umar (1991) hasil dari
pengukuran dapat berupa informasi- informasi atau data yang dinyatakan dalam bentuk angka
ataupun uraian yang sangat berguna dalam pengambilan, sehingga mutu informasi haruslah
akurat. Dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang sesuai dengan objek ukur.
Hamalik (1989), menyatakan bahwa kualitas dan kuantitas hasil pengukuran itu banyak
bergantung pada jenis dan mutu alat ukur yang digunakan. Pengukuran dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan menggunakan alat-alat yang standar, misalnya jangka sorong, mikrometer
sekrup, mistar, rol meter, stopwatch, arloji, termometer dan lain-lain. Kedua yaitu dengan alat-
alat tidak standar, contohnya benang yang digunakan untuk mengukur panjang, gelas/sendok
untuk mengukur massa atau jumlah, jam pasir atau posisi matahari yang digunakan untuk
mengukur waktu dan lain-lain.
2.5. KALIBRASI
Leonardo dkk (2019) menyatakan bahwa kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang
membentuk hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur atau sistem ukur,
atau nilai yang diwakili oleh benda ukur, dan nilai yang telah diketahui yang berkaitan
besaran yang diukur dalam kondisi tertentu, tujuan utama kalibrasi adalah mencapai
ketertelusuran pengukuran, hasil pengukuran dapat dikaitkan/ditelusur sampai ke
standar yang lebih tinggi/teliti (standar primer nasional dan internasional), melalui
rangkaian perbandingan yang tak terputus, dengan melakukan kalibrasi, bisa diketahui
seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga benar dengan harga yang
ditunjukkan oleh alat ukur. Ditinjau dari nilainya, kalibrasi dibagi menjadi dua yaitu kalibrasi
statis dan kalibrasi dinamis. Kalibrasi statis terjadi apabila nilai variabel yang terlibat dalam
jangka waktu tertentu adalah tetap. Sedangkan kalibrasi dinamis terjadi apabila nilai yang
didapat tergantung dari waktu yang ditetapkan, sehingga akan memengaruhi antara masukan
(input) data pergerakan dinamis dengan keluaran (output) sistem pengukuran.
4.3 PEMBAHASAN
Pengukuran adalah suatu proses untuk menentukan ukuran atau kapasitas suatu besaran
dengan cara membandingkannya dengan besaran yang sejenis yang digunakan sebagai acuan.
Pengukuran dapat berupa pengumpulan data tentang sesuatu. Pengukuran digunakan untuk
mendapatkan hasil data yang kuantitatif.
Pada prakikum kali ini membahas tentang pengukuran Panjang menggunakan alat ukur
Panjang berupa mikrometer sekrup, mistar dan jangka sorong. Setiap alat ukur yang digunakan
memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Percobaan ini menggunakan metode deskriptif
kuantittatif. Pengukuran dilakukan secara berulang hingga lima kali pengukuran untuk setiap
objek ukur yaitu ketebalan buku dan diameter kelereng dengan setiap alat ukur (jangka sorong,
mistar dan mikrometer sekrup). Untuk alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup, proses
perhitungan nilai pengukuran dilakukan secara langsung dengan menjumlahkan hasil
pengukuran pada skala utama dan skala nonius. Kemudian, untuk setiap hasil nilai dari setiap
proses pengukuran akan dituliskan pada tabel data yang telah ditentukan. Selama proses
pengukuran untuk membaca hasil pengukuran, posisi mata harus berada pada garis yang tegak
lurus terhadap posisi skala alat ukur, tidak boleh pada posisi miring untuk tingkat ketelitian lebih
tinggi dalam pengukuran sehingga dapat memperkecil kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran.
Pada percobaan pengukuran pertama yaitu mengukur ketebalan buku dengan menggunakan
jangka sorong, mistar dan mikrometer sekrup. Hasil yang diperoleh cukup teliti, namun
perbandingan hasil pengukuran dan ketiga alat tersebut tidak seperti mestinya. Mikrometer
sekrup lebih teliti daripada jangka sorong dan mistar. Mikrometer sekrup memiliki ketilitian 0,01
mm. Sedangkan jangka sorong memiliki ketilitian 0.1mm dan mistar memiliki ketelitian 0,5 mm.
Pada percobaan kali ini, saat melakukan pengukuran menggunakan mikrometer sekrup diperoleh
nilai eror sebesar 2 persen, jangka sorong 3 persen dan mistar 3.8 persen. Dari perbandingan nilai
eror pengukuran, terbukti bahwa mikrometer sekrup memiliki tingkat ketelitian paling besar
dibandingkan dua alat ukur lainnya karena nilai eror pengukuran mikrometer sekrup paling
rendah.
Pada percobaan pengukuran kedua yaitu mengukur diameter kelereng didapatkan nilai eror
untuk penggunaan alat mikrometer sekrup sebesar 0.6 persen, jangka sorong 0.07 persen dan
mistar 9 persen. Dari perbandingan nilai eror ketiga pengukuran tersebut, jangka sorong
memiliki nilai eror paling rendah yaitu 0.07 persen sehingga dalam percobaan pengukuran
diameter kelereng, jangka sorong memiliki tingakat ketelitian lebih besar dibandingkan
mikrometer sekrup dan mistar.
Hasil data percobaan menunjukkan nilai ukur setiap pengukuran berbeda atau mengalami
ketidakpastian. Ketidakpastian itu disebabkan oleh faktor ketidakakurasian alat ukur,
keterbatasan pengamat dalam melihat hasil pengukuran dan penulisan hasil dari suatu
pengukuran. Selain itu ada beberapa kesalahan yang terjadi pada percobaan pengukuran yaitu
kesalahan umum dan kesalahan sistematik. Kesalahan umum terjadi disebabkan oleh praktikan
yang mana praktikan kurang terampil dalam membaca skala sehingga terjadi kekeliruan.
Kesalahan sistematis terjadi karena kesalahan alat ukur yang mana pada titik nol skala nonius
mikrometer sekrup dan jangka sorong bergeser dari titik yang sebenarnya dan kesalahan kalibrasi
yang terjadi akibat adanya penyesuaian pembubuhan nilai pada garis skala saat pembuatan alat.
Selain itu kesalahan juga terjadi dikarenakan kurang kencangnya penggunaan mikrometer sekrup
dan jangka sorong, sehingga alat ukur mengalami pergeseran dan hasil yang didapatkan tidak
akurat. Kesalahan juga terjadi disebabkan oleh lingkungan yang tidak mendukung karena
keterbatasan waktu yang diberikan sehingga praktikan mengalami pecah konsentrasi. Kesalahan-
kesalahan yang terjadi dalam proses pengukuran menyebabkan hasil pengukuran tidak bisa
dipastikan dengan sempurna. Dengan kata lain, terdapat suatu ketidakpastian dalam percobaan
alat ukur Panjang.
BAB V KESIM{PULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa telah dipelajarinya
penggunaan alat – alat ukur Panjang untuk mengukur besaran Panjang, konsep dasar pengukuran
fisika dengan benar dan teliti dan penentuan besaran panjang dengan berbagai alat ukur panjang
serta menyatakan besaran panjang ke dalam satuan yang benar beserta ketidakpastiannya. Alat
ukur yang digunakan adalah mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup. Dari percobaan
pengukuran kedua objek ukur diperoleh hasil eror untuk setiap alat ukur, yaitu pada pengukuran
ketebalan buku diperoleh hasil eror untuk mikrometer sekrup sebesar 2 persen, jangka sorong 3
persen dan mistar 3.8 persen. Selanjutnya, pengukuran diameter kelereng diperoleh hasil eror
untuk penggunaan alat mikrometer sekrup sebesar 0.6 persen, jangka sorong 0.07 persen dan
mistar 9 persen.
,
DAFTAR PUSTAKA