Anda di halaman 1dari 56

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat berkaitan erat dengan berbagai
fenomena-fenomena alam yang dapat teramati secara langsung ataupun tidak menyatakan bahwa
fisika merupakan ilmu yang mengkaji berbagai fenomena alam dan sebagai rumpun ilmu sains
yang berisi fakta, konsep dan prinsip yang didasarkan pada hasil pengamatan. Berdasarkan hal
tersebut fisika menjadi salah satu mata pelajaran yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta
didik. Selain berkaitan dengan berbagai fenomena alam fisika juga sangat berkaitan erat dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang. mata pelajaran fisika
memiliki peranan besar dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh sebab itu
harus memiliki literasi fisika yang baik agar mampu memahami, memaknai, mengkaji dan
menghadapi berbagai fenomena alam dan perkembangan IPTEK. Fisika merupakan ilmu yang
mempelajari tingkah laku alam dalam berbagai bentuk gejala untuk dapat memahami apa
yang mengendalikan kelakuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka belajar fisika tidak lepas
dari penguasaan konsep dasar fisika melalui pemahaman. Teori fisika tidak hanya sekedar
hafalan, akan tetapi harus dibaca, dipahami, dan dipraktekkan. Belajar fisika yang
dikembangkan adalah kemampuan berpikir analitis,induktif, dan deduktif dalam
menyelsaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Kegiatan fisika memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
sehari hari.

1.2. Rumusan Masalah


1.1 Pengukuran
1. Apa itu Pengukuran?
2. Apa saja alat ukur?
3. Bagaimana cara menggunakan beberapa jenis alat ukur?
4. Berapakah Nilai Skala Terkecil dari masing-masing alat ukur?
5. Mengapa perlu di lakukan pengukuran?
1.2 Gerak Jatuh Bebas
1. Apa itu Gerak Jatuh Bebas?
2. Bagaimana hubungan antara massa benda dengan kecepatan Gerak Jatuh Benda?
3. Apa saja yang mempengaruhi Gerak Jatuh Bebas?
4. Siapa yang pertama kali menemukan Gerak Jatuh Bebas?
5. Mengapa semua benda jatuh kebawah?
1.3 Bandul Matematis
1. Apa itu Bandul Matematis?
2. Apa saja yang mempengaruhi Bandul Matematis?
3. Apa perbedaan antara Bandul Matematis dan Bandul Fisis?
4. Bagaimana cara melakukan pengukuran periode ayunan?
5. Apakah sudut berpengaruh pada bandul?
1.4 Pegas
1. Apa itu Pegas?
2. Bagaimana hubungan antara pertambahan panjang dan konstanta pegas pada hukum hooke?
sebanding atau berbanding terbalik?
3. Bagaimana hukum hooke?
4. Bagaimana cara menghitung konstanta pegas?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi konstanta Pegas?
1.5 Viskositas
1. Apa itu Viskositas?
2. Bagaimana hubungan antara Viskositas fluida dengan kecepatan terminal?
3. Apa itu dengan kecepatan terminal?
4. Bagaimana hubungan Viskositas dengan suhu?
5. Bagaimana penerapan Viskositas dalam kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui aktivitas manusia yang berkaitan dengan fisika
Mengidentifikasi macam – macam kegiatan fisika
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengukuran
A.1 Pengertian pengukuran
Definisi pengukuran ini merupakan penentuan besaran, dimensi, atau juga kapasitas, biasanya
terhadap suatu standar atau pun satuan ukur. Selain dari itu, pengukuran tersebut juga dapat atau
bisa diartikan yakni sebagai pemberian angka terhadap suatu atribut atau juga karakteristik
tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau juga objek tertentu menurut aturan atau juga
formulasi yang jelas serta disepakati.

Pengukuran dengan alat ukur yang baku yakni dengan hasil pengukuran tersebutberupa besaran
kuantitatif atau juga sistem angka.

Sebuah pengukuran tersebut bisa atau dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun
dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya seperti untuk mengukur tinggi, maka
seseorang tersebut dapat atau bisa mengukur dengan mudah disebabkan karna objek yang diukur
tersebut merupakan objek kasat mata dengan satuan yang sudah atau telah disepakati dengan
secara internasional. Namun tentu hal tersebut akan berbeda jika objek yang diukur tersebut lebih
abstrak seperti misalnya kematangan, kejujuran, kecerdasan, kepribadian, serta lain sebagainya
sehingga untuk dapat melakukan pengukuran tersebut maka diperlukan keterampilan serta
keahlian tertentu

Pengertian Pengukuran Menurut Para Ahli


Dibawah ini merupakan pengertian pengukuran yang dipaparkan menurut para ahli, diantaranya
sebagai berikut :

Menurut Cangelosi, James S. (1995)


Pengertian pengukuran ini merupakan suatu proses pengumpulan data empiris yang dipakai
untuk dapat mengumpulkan informasi yang relevan yakni dengan tujuan yang telah atau sudah
ditentukan.

Menurut Alwasilah et al (1996)


Pengertian pengukuran (measurement) ini ialah suatu proses di dalam mendeskripsikan suatu
performa siswa tersebut yakni dengan memakai skala kuantitatif (sistem angka) sedemikian rupa
sehingga kemudian  sifat kualitatif dari performa siswa tersebut kemudian dinyatakan juga
dengan angka-angka.
Menurut Arikunto dan Jabar (2004)
Pengertian pengukuran (measurement) ini merupakan kegiatan atau aktivitas membandingkan
suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga sifatnya itu menjadi kuantitatif.

Menurut Sridadi (2007)


Pengertian pengukuran (measurement) ini ialah suatu proses yang dilakukan dengan secara
sistematis untuk dapat atau bisa memperoleh besaran kuantitatif dari sebuah objek tertentu yakni
dengan menggunakan atau memakai alat ukur yang baku.

Jenis Pengukuran dan Contohnya


Terdapat dua jenis pengukuran diantaranya pengukuran secara langsung serta pengukuran secara
tidak langsung, penjelasannya sebagai berikut

Pengukuran langsung
Pengukuran langsung ini yakni membandingkan nilai suatu besaran yang diukur itu dengan
besaran standar yang kemudian diterima ialah sebagai satuan. Pengukuran Langsung merupakan
proses pengukuran yakni dengan memakai alat ukur langsung. Hasil pengukuran tersebut bisa
atau dapat langsung terbaca. Merupakan cara yang lebih tepat jika seandainya hal tersebut
dimungkinkan. Proses pengukuran tersebut bisa atau dapat cepat diselesaikan. Alat ukur
langsung ini umumnya mempunyai kecermatan yang rendah serta juga  pemakaiannya dibatasi
yaitu :

1. karena daerah toleransi £ kecermatan alat ukur,


2. karena kondisi dari fisik objek ukur yang kemudian tak memungkinkan digunakannya
alat ukur langsung, atau juga
3. Disebabkan karna  tidak cocok dengan imajinasi ragam daerah toleransi ( yakni tak sesuai
dengan jenis toleransi yang diberikan di objek ukur misalnya toleransi bentuk serta juga
posisi sehingga kemudian memerlukan proses pengukuran khusus.

Pengukuran tidak langsung


Pengukuran tidak langsung adalah suatu pengukuran untuk dapat mengukur suatu besaran yakni
dengan cara mengukur besaran lain. Pengukuran tidak langsung ini ialah sebuah proses
pengukuran yang dilaksanakan dengan cara memakai beberapa jenis alat ukur yang berjenis
pembanding/komparator, standar serta bantu. Perbedaan harga yang ditunjukkan oleh skala alat
ukur pembanding sewaktu objek ukur tersebut dibandingkan dengan ukuran standar (pada alat
ukur standar) dapat atau bisa digunakan untuk dapat menentukan dimensi objek ukur.
Disebabkan karna alat ukur pembanding ini umumnya mempunyai kecermatan yang tinggi,
sementara itu alat ukur standar tersebut juga memiliki kualitas (ketelitian) yang dapat
diandalkan, maka proses pengukuran tak langsung tersebut pun dapat dilaksanakan sebaik
mungkin untuk kemudian menghasilkan harga yang cermat serta juga dapat
dipertanggungjawabkan (teliti serta tepat). Proses pengukuran tak langsung tersebut umumnya
berlangsung di dalam waktu yang relatif lama.

Contoh ialah pengukuran semacam ini ditunjukkan dengan gambar (b), dengan alat
menggunakan ukur pembanding jenis pupitas (dial test indicator) yang dipasangkan pada
dudukan pemindah (transfer stand; yakni sebagai alat ukur bantu), alat ukur standar yang
berjenis kaliber-induk tinggi (height master, yang mempunyai skala pengatur ketinggian
muka-ukur) serta juga meja rata (surface plate) yakni sebagai alat ukur bantu.

A.2 Macam-macam Alat Ukur


Jenis-jenis atau macam alat ukur umumnya digolongkan menjadi beberapa jenis, seperti alat ukur
panjang, alat ukur massa, zat, alat ukur kuat arus dan lain sebagainya. 

 Alat Ukur Panjang, Penggaris atau Mistar, Meteran, Jangka sorong dan Mikrometer


Sekrup
 Alat Ukur Massa Neraca (timbangan) sama lengan, Neraca lengan gantung, Neraca
Ohauss atau timbangan tiga lengan,  Neraca pegas atau Dinamometer dan timbangan
digital
 Alat Ukur Waktu Jam, Stopwatch dll

Dari sekian banyak alat alat ukur yang beredar. Berikut ini adalah alat” ukur yang sering
dugunakan beserta dengan gambar dan penjelasan fungsinya.

1.Mikrometer Sekrup
Alat ini digunakan untuk mengukur ketebalan sebuah benda ataupun diameter sesuatu. Skala
yang digunakan dalam alat ukur ini adalah 0,01 mm. Alat ini merupakan benda yang penting jika
Anda berurusan dengan benda berukuran kecil.

Misalnya saja Anda membutuhkan diameter kabel sekitar 0,75 mm untuk memastikan kabel
tersebut masuk rapi ke dalam perangkat elektronik. Hal ini tentu susah diukur jika hanya
menggunakan penggaris biasa.

Untuk menggunakannya, Anda hanya perlu menjepit benda yang akan diukur di rahang alat ini.
Untuk memastikan ukuran tepat, Anda perlu mengunci rapat benda dengan memutar sekrup
skalanya.

Dari perputaran tersebut, Anda akan melihat skala sudah tertera di batang pengukur untuk nilai
milimeter dan nilai desimal di sekrup pemutarnya.
2. Penggaris atau Mistar
Alat pengukur panjang ini tentu sudah sering Anda gunakan sehari – hari. Alat ini berupa batang
panjang dengan nilai ukuran tertera di sepanjang badannya. Tingkat ketelitian alat ukur ini
kurang lebih hanya 0,5 mm, jadi bisa dibilang tidak terlalu tepat untuk mengukur benda kecil.

Tapi untuk mengukur benda sehari – hari ataupun membuat sketsa gambar,
ukuran centimeter yang ada sudah cukup efektif.

Untuk menggunakan alat ini, cukup tentukan titik awal ukuran pada nilai 0 pada mistar. Runtut
panjang tersebut dengan melihat angka di mana benda tersebut berakhir. Nilai panjang benda itu
akan terlihat dari angka yang tertera di mistar pada titik akhir itu.

3. Jangka Sorong
Sama halnya dengan mistar dan mikrometer sekrup, jangka sorong bisa digunakan untuk
menghitung panjang, ketebalan dan diameter sebuah benda. Bedanya, tingkat ketelitian alat ini
adalah 0,1 mm. Jadi lebih tepat daripada mistar tapi tidak seakurat mikrometer sekrup.

Cara menggunakan alat ini cukup mudah. Cukup dengan mengapit benda yang ingin di ukur di
antara rahang alat ini. Pastikan rahang memegang kencang benda akar ukuran akurat. Ukuran
akan tertera di mana rahang tersebut berada saat memegang benda yang diukur.

4. Voltmeter
Alat yang satu ini berguna untuk mengukur tegangan listrik. Biasanya digunakan saat berurusan
dengan rangkaian listrik pada mobil, motor ataupun rumah. Untuk menggunakannya, Anda
cukup menjepit kabel pengukur di nila +/- sumber listrik.

Ukuran akan langsung tercantum dari pergerakan jarum. Voltmeter sekarang juga ada yang
berupa digital jadi Anda bisa langsung lihat angkanya.

5. Amperemeter
Sama seperti Voltmeter, Amperemeter masih mengukur skala listrik. Alat ini berfungsi untuk
mengukur kuatnya arus listrik. Untuk menggunakannya, Anda hanya perlu menghubungkannya
dengan jaringan listrik yang ingin diukur sama seperti Voltmeter. Setelah itu Anda bisa langsung
baca pergerakan jarum atau angka digital yang muncul.

6. Ohmmeter

Alat yang ini masih berurusan dengan listrik, tapi lebih digunakan untuk mengetahui besaran
hambatan listrik suatu benda. Alat ini penting untuk mencari nilai konduktivitas sebuah benda.
Untuk penggunaannya, sama seperti Voltmeter dan Amperemeter.

Anda cukup menghubungkannya pada benda yang dialiri listrik dan ukuran akan terlihat dari
jarum ataupun angka digital.
7. Thermometer
Alat pengukur ini digunakan untuk mengetahui nilai suhu. Tergantung sensitivitas alatnya,
Thermometer bisa digunakan untuk keperluan yang berbeda. Misalnya untuk mengukur suhu
udara di ruangan, mengukur suhu badan dan benda. Untuk proses mengukur suhu benda, ada
Termometer yang digunakan untuk mengukur suhu ekstrim seperti panas bumi.

Alat ini berbeda cara penggunaannya tergantung jenisnya. Untuk Termometer udara dan
ruangan, ukuran otomatis terlihat hanya dengan meninggalkan alat ini dalam ruangan. Untuk
yang digunakan di tubuh dan benda, biasanya alat ini harus ditempelkan selama beberapa saat.

8. Barometer
Alat ukur yang berikutnya adalah Barometer. Alat ini digunakan untuk menghitung tekanan
udara. Untuk ukuran yang biasa tertera dalam alat ini adalah MB. Alat ini lebih sering digunakan
untuk keperluan meteorologi.

Untuk menggunakannya, Anda hanya perlu meninggalkan alat ini di area yang akan Anda ukur.
Setelah beberapa lama, alat ini akan menunjukan tekanan udara yang ada di area tersebut.  

9. Stopwatch

Stopwatchi digunakan untuk mengukur waktu. Biasanya lebih digunakan untuk mengukur waktu
tempuh sesuatu. Misalnya pada lomba lari 100 meter, balapan rally dan waktu tempuh renang
seseorang.

Untuk menggunakannya, Anda cukup menekan tombol start yang ada di alat. Untuk yang
stopwatch analog, tombol tersebut adalah tuas yang menonjol miring di atas. Jika sudah ditekan,
waktu akan berjalan, untuk menghentikannya tekan tombol stop atau dengan menekan ulang
tombol start. Waktu tempuh akan tertera dalam bentuk jarum analog ataupun angka digital.

10.  Hygrometer
Alat ini digunakan untuk mengukur kelembaban ruang tertutup. Ukuran ini penting untuk proses
penyimpanan barang khusus. Contoh saja pada alat elektronik dan bahan makanan. Jika udara
terlalu basah alat elektronik bisa saja mengalami gangguan sedangkan makanan jadi mudah
membusuk.

Untuk menggunakannya, Anda cukup menaruh alat ini di ruangan tertutup yang akan diukur.
Setelah beberapa saat, Hygrometer akan menunjukan ukuran kelembapannya.

11. Densitometer
Densitometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan pada zat cair. Untuk
menggunakannya, Anda cukup memasukan alat ini ke dalam cairan yang akan diukur. Biasanya
untuk hal ini Anda membutuhkan cairan sampel yang cukup banyak.
Saat memasukan Densitometer pastikan alatnya tidak menyentuh wadah tempat cairan tersebut.
Setelah dibiarkan berada di cairan, Anda akan melihat ukurannya ditampilkan pada alat.
12. Timbangan
Alat ini bisa berbentuk bermacam – macam, tapi tujuannya adalah untuk menghitung berat suatu
benda. Bentuk timbangan tradisional bisa terlihat menggunakan pemberat, tapi untuk keperluan
yang lebih detail, Anda bisa menggunakan timbangan digita.
Penggunaan alat ini berbeda tergantung jenisnya. Jika timbangan tradisional, Anda
membandingkan berat barang dengan pemberat yang digunakan. Jika posisi timbanga seimbang,
berarti berat benda sama dengan satuan pemberat yang digunakan. Jika alat digital, Anda hanya
perlu menaruh benda di atas timbangan lalu ukurannya akan langsung muncul.

A.3 Cara menggunakan alat ukur

1. Roll meter atau meteran.


. Roll meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur satuan Panjang, bahannya terbuat dari
material yang lentur atau dapat digulung, biasanya bahannya terbuat dari seng, kain atau benang.
Tipe roll meter ini bervariasi, ada yang 5 meter, 10 meter hingga 20 meter, semua tipe tersebut
dapat kita sesuaikan dengan kebutuhan.

2. Penggaris.

Penggaris adalah alat yang digunakan untuk mengukur satuan Panjang dan juga digunakan untuk
membuat sebuah garis. Fungsi penggaris ini hampir sama dengan roll meter, yang membedakan
roll meter tidak dapat digunakan untuk menggaris dan penggaris ukurannya lebih pendek.
Ukuran penggaris yang umum di pasaran adalah 20 cm, 30 cm, 40 cm, 50 cm dan 100 cm, jenis
material yang digunakan adalah baja yang sudah dilapisi atau dicat, baja tahan karat atau
stainless steel, plastik dan kayu.
3. Jangka Sorong (Calipers).

Jangka Sorong merupakan alat ukur satuan Panjang yang mempunyai ketelitian hingga 0,01 mm.
dalam aplikasinya jangka sorong dapat digunakan untuk mengukur kedalaman sebuah lubang,
diameter luar, diameter dalam, panjang dan lebar sebuah material. Bidang yang paling sering
menggunakan jangka sorong adalah dibidang permesinan, otomotif dan pengelasan. Untuk Anda
yang ingin tahu lebih banyak tentang Jangka Sorong seperti contoh soal, cara menggunakannya
silakan kunjungi di lama Jangka Sorong ini.

4. Mikrometer Sekrup (Micrometer Screw).


Mikrometer sekrup merupakan alat ukur yang mempunyai fungsi hampir sama dengan jangka
sorong, yang membedakan adalah tingkat ketelitiannya yang lebih tinggi. Tingkat ketelitian
mikrometer sekrup dapat mencapai 0,001 mm sedangkan jangka sorong 0,01. Mikrometer
sekrup sering digunakan untuk pengukuran ketebalan dan diameter material yang memerlukan
tingkat presisi yang tinggi.
5. Welding Gauge.

Welding
Gauge adalah alat yang digunakan untuk mengukur dimensi material sebelum pengelasan dan
mengukur dimensi hasil lasan. Untuk sebelum pengelasan biasanya digunakan untuk mengukur
sudut bevel, lebar gap dan root face, sedangkan setelah pengelasan digunakan untuk mengukur
tinggi akar las (root), mahkota las (reinforcement) dan cacat las (undercut dan underfill).
6. Termometer.

Termometer merupakan alat yang


berfungsi untuk mengukur suhu di suatu ruangan. Kata termometer berasal dari Bahasa latin
yaitu thermo dan meter, arti thermo adalah panas sedangkan meter adalah mengukur sehingga
dapat diartikan alat pengukur panas atau suhu. Jenisnya banyak namun yang sering kita jumpai
adalah jenis termometer air raksa.

7. Stopwatch.

Stopwatch adalah jenis alat ukur yang berfungsi untuk mengukur satuan waktu yang diperlukan
dalam suatu proses atau kegiatan. Penggunaan stopwatch biasanya untuk menghitung lama
waktu yang dibutuhkan dalam mengerjakan produk, lama jarak yang ditempuh seorang pelari
dan yang lainnya.
8. Neraca atau Timbangan.

Fungsi neraca adalah untuk menghitung massa suatu benda dengan kapasitas tertentu. Saat ini
telah banyak variasi neraca, ada yang digital dan ada juga yang masih konvensional. Jika ingin
mengetahui massa dengan ketelitian tinggi maka disarankan menggunakan yang digital dan
kedap udara.

9. Tang Ampere.
Fungsi tang ampere adalah untuk mengukur arus, voltase dan tahanan listrik. Fungsi tang ampere
ini sama dengan amperemeter, Voltmeter dan ohmmeter. Namun tang ampere bentuknya seperti
tang dan dapat mengukur semuanya.

10. Ohm meter.


Ohm meter berfungsi untuk mengukur resistensi atau hambatan listrik. Tahanan listrik ini
mempunyai fungsi yang cukup penting bagi Anda yang ingin mengetahui konduktivitas suatu
benda. Cara menggunakannya sangat mudah, Anda tinggal menghubungkannya secara langsung
dengan benda yang akan diukur.

11. Barometer.
Barometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara suatu tempat. Barometer
paling sering digunakan dibidang peramalan cuaca, karena jika hasil pengukuran tekanan
udaranya rendah maka diperkirakan akan terjadi badai sedangkan jika hasil pengukuran
tekanannya tinggi maka cuaca diperkirakan cerah atau normal.

Cara menggunakan barometer sangat sederhana, Anda tinggal meletakkan alat tersebut pada
daerah atau lokasi yang ingin Anda ketahui tekanan udaranya. Setelah beberapa waktu Anda
tinggal melihat pada display atau monitor hasil pengukurannya.

12. Densitometer.
Densitometer adalah alat yang mempunyai fungsi untuk mengukur tingkat kegelapan dari suatu
benda yang semi transparan atau film. Untuk bidang pengelasan densitometer ini digunakan
untuk mengukur densitas dari film radiografi.

Cara menggunakan Densitometer:

 Tentukan lokasi yang akan diukur, setelah itu tekan tombol reset atau zero.
 Letakkan film atau benda yang akan diuji.
 Ukur pada titik yang sama, kemudian akan muncul nilai densitas pada monitor.

13. Hygrometer.
Fungsi hygrometer adalah untuk mengetahui kelembaban pada suatu ruang tertutup. Penggunaan
alat ini biasanya dibidang industri elektronik dan makanan, karena jika kelembaban berlebih
dapat mengakibatkan alat elektronik rusak dan jika pada makanan dapat menyebabkan makanan
itu muncul jamur makanan.

Cara menggunakan hygrometer sangat mudah, Anda tinggal meletakkan alat tersebut dalam
ruangan yang diukur kelembabannya, kemudian tinggalkan beberapa menit, setelah itu Anda
dapat melihat hasil pengukuran untuk tingkat kelembaban pada monitor alat tersebut.

14. Busur Derajat.

Busur derajat adalah alat untuk mengetahui besar sudut dan menggambar suatu sudut. Jenis
busur derajat yang sering kita jumpai adalah setengah lingkaran atau 180 derajat, namun
sebenarnya ada juga yang busur derajat tipe lingkaran atau 360 derajat.

Cara menggunakan busur derajat:

 Posisikan titik ujung atau pangkal garis ketitik pusat dari busur derajat.
 Putar busur hingga garis yang menunjukkan 0 derajat sejajar dengan garis acuan.
 Lihat garis yang berhimpit atau sejajar dengan garis yang akan diukur besar sudutnya,
maka hasil tersebut menunjukkan hasil pengukuran besar sudut.

A.4 Nilai Skala Terkecil

Alat ukur yang akan dibahas antara lain mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat-alat
tersebut memperlihatakan tingkat ketelitian pengukuran yang berbeda-beda. Adapun alat ukur
yang paling teliti di antara ketiga alat tersebut adalah mikrometer sekrup diikuti oleh jangka
sorong, dan yang kurang teliti adalah mistar. 

A. Mistar

Cara mengukur dengan mistar atau meteran sangat sederhana yaitu: (a) tempatkan satu ujung
mistar tepat sejajar dengan salah satu ujung benda yang akan diukur; (b) Baca skala pada mistar
yang berimpitan dengan ujung kedua benda. Skala tersebut mengungkapkan panjang benda yang
diukur. Gambar 1 adalah ilustrasi pengukuran dengan mistar dan Gambar 2 adalah contoh
pengukuran keliling dengan mistar gulung.

Gambar 1. (atas) Mengukur panjang buku dengan mistar. Ujung kanan buku dan ujung kanan
mistar sejajar. Skala pada mistar yang sejajar dengan ujung kiri buku menyatakan panjang buku.
(bawah) Mengkur tebal buku dengan mistar. Ujung bawah buku dan ujung bawah mistar sejajar.
Skala pada mistar yang sejajar dengan ujung atas buku menyatakan tebal buku.
Kita juga mendefinisikan besaran yang dinamakan nilai skala terkecil (NST). NST suatu alat
ukur adalah jarak antara dua skala berdekatan pada alat ukur. Gambar 3 adalah nilai skala
terkecil sejumlah alat ukur. Alat ukur dengan NST sangat kecil merupakan alat yang sangat
presisi. Biasanya makin kecil NST alat ukur (makin presisi) maka makin mahal harga alat
tesebut. Alat dengan NST kecil juga merupakan alat yang sensitif. Makin kecil NST maka makin
sensitif alat tersebut.

Gambar 2. Mengukur keliling lingkaran pohon dengan mistar gulung. Mistar gulung sangat
berguna untuk mengukur keliling benda karena dapat dililitkan pada benda yang diukur. Mistar
gulung merupakan alatan utama para tukang jahit karena sering mengukur keliling bagian badan
orang ketika akan menjahit pakaian.

Gambar 3. Nilai skala terkecil sejumlah alat ukur. (kiri) adalah neraca analitik digital.
Berdasarkan skala yang terlihat kita simpulkan bahwa NST adalah 0,00001 g. (kanan atas) gelas
ukur dengan NST 1 ml. (kanan bawah) speedometer kendaraan dengan NST 5 mph (untuk skala
luar) atau 10 km/h untuk skala dalam
B. Jangka Sorong

Mistar yang sering kita pakai memiliki skala terkecil 1 mm. Alat ukur panjang yang lebih teliti
adalah jangka sorong. Jangka sorong dapat mengukur hingga ketelitin 0,1 mm. Bahkan, jangka
sorong terbaru dapat mengukur hingga ketelitian 0,02 mm. Contoh jangka sorong tampak pada
Gambar 4.

Gambar 4. Sejumlah bentuk jangka sorong. Semua jangka sorong memiliki skala pada batang
tetap. Skala ini dikenal dengan skala utama. Bagian yang digeser juga memiliki skala. Skala pada
bagian yang digeser bermacammacam. Ada yang digores langsung pada bagian yang digeser (kiri
atas), ada yang berupaka skala jarum (kanan atas), atau skala digital (bawah) (dari berbagai
sumber

Cara penggunaan jangka sorong ada yang mudah dan ada yang agak sulit. Jangka sorong jenis
lama, seperti pada Gambar 4 (kiri atas) memiliki skala goresan pada bagian yang digeser. Skala
ini sering disebut skala nonius atau vernier. Ketika menentukan panjang benda maka dua skala
yang harus dibaca sekaligus. Jangka sorong terbaru, yaitu jangka sorong digital (Gambar 4
bawah) sangat mudah penggunaanya. Panjang benda langsung tertera pada layar.

Kita akan mempelajari cara membaca jangka sorong jenis lama. Jangka sorong tersebut memiliki
skala nonius berupa goresan pada bagian yang digeser. Cara membaca skala jangka sorong
terebut sebagai berikut.

1) Amati, berapa nilai terkecil skala nonius (lihat Gambar 5.).


Gambar 5. Bermacam-macam skala pada jangka sorong. (atas) nilai skala terkecil adalah 0,1 mm,
(tengah) nilai skala terkecil adalah 0,05 mm, dan (bawah) nilai skala terkecil adalah 0,02 mm
(dari berbagai sumber)
 Jika jumlah skala ninius adalah 10 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1 mm/10 = 0,1 mm
(Gambar 5 atas)
 Jika jumlah skala ninius adalah 20 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1 mm/20 = 0,05 mm
(Gambar 5 tengah)
 Jika jumlah skala ninius adalah 50 maka nilai terkecil skala tersebut adalah 1 mm/50 = 0,02 mm
(Gambar 5 bawah)

2) Amati skala utama yang tepat dilewati skala nol nonius.


 Pada Gambar 5 atas, skala utama yang tepat dilewati adalah 40 mm + 2 mm = 42 mm
 Pada Gambar 5 tengah, skala utama yang tepat dilewati adalah 5 mm
 Pada Gambar 5 bawah, skala utama yang tepat dilewati adalah 37 mm

3) Tentukan skala nonius ke berapa yang tepat berimpit dengan skala utama (lihat Gambar 6)
Gambar 6. Skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama ditunjukkan dengan anak panah
 Pada Gambar 6 atas, skala ninius ke-7 berimpit dengan skala utama
 Pada Gambar 6 tengah, skala ninius ke-10 (angka 5 di skala noniu) berimpit dengan skala utama
 Pada Gambar 6 bawah, skala ninius ke-23 berimpit dengan skala utama
4) Hitung kelebihan panjang yang dinyatakan oleh skala nonius
 Pada Gambar 6 atas, kelebihan panjang adalah 7 x 0,1 mm = 0,7 mm
 Pada Gambar 6 tengah, kelebihan panjang adalah 10 x 0,05 mm = 0,50 mm
 Pada Gambar 6 bawah, kelebihan panjang adalah 23 x 0,02 mm = 0,46 mm.
5) Panjang benda yang diukur adalah panjang yang ditunjukkan skala utama + kelebihan panjang
yang ditunjukkan skala nonius.
 Pada Gambar 6 atas, panjang benda = 42 mm + 0,7 mm = 42,7 mm
 Pada Gambar 6 tengah, panjang benda = 5 mm + 0,5 mm = 5,50 mm
 Pada Gambar 6 bawah, panjang benda = 37 mm + 0,46 mm = 37,46 mm.

C. Mikrometer

Hasil pengukuran panjang yang lebih teliti lagi dapat diperoleh dengan menggunakan
mikrometer. Mikrometer sekrup dapat mengukur hingga ketelitian 0,01 mm. Namun, jangkauan
panjang pengukuran yang dapat dilakukan sangat terbatas. Beberepa mikrometer hanya mampu
mengukur hingga panjang maksimum sekitar 1 inci. Gambar 7 adalah beberapa contoh
mikrometer yang digunakan orang. Hasil pengukuran dapat diperoleh dengan membaca dua
skala yang ada pada batang mikrometer atau bisa juga dibaca dari jarum penunjuk atau angka
digital pada display.
Gambar 7. Berbagai macam mikrometer. (atas) mikrometer analog biasa di mana hasil
pengukuran semuanya dibaca di gagang dan skala putar. (tengah) mikrometer analog yang
memiliki skala nonius dalam bentuk jarum. (bawah) mikrometer digital yang sangat mudah dalam
pembacaan. Mikrometer ini memiliki sekrup yang sangat halus. Putaran sekrup satu putaran
hanya menggeser gagang kurang dari setengah milimeter. Karena itulah mikrometer ini sering
disebut mikrometer sekrup
Pada bagian ini kita mencoba mempelajari cara membaca panjang pengukuran menggunakan
mikrometer sekrup berdasarkan dua skala pada batangan. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa, skala tetap berada pada batang tetap. Jarak antar skala ini adalah 0,5 mm
(jarak antara skala atas dan bawah berdekatan). Di sebelahnya ada skala pada silinder berputar.
Jumlah skala ini ada 50 buah. Setiap memutar silinder satu putaran penuh, maka silinder bergeser
sejauh 0,5 mm (bergeser dari skala atas ke skala bawah di batang tetap). Dengan demikian,
pergeseran satu skala pada silinder putar sama sama dengan panjang 0,5 mm/50 = 0,01 mm.
Dengan demikian, mikrometer sanggup mengukur hingga panjang

Cara membaca panjang pengukuran dengan mikrometer cukup sederhana.


Gambar 8. Berbagai maca Skala Mikrometer Sekrup

 Amati skala tetap yang telah dilewati oleh silinder putar. Pada Gambar 8, skala tetap yang
dilewati silinder putar adalah 5,5 mm
 Amati skala pada silinder putar yang tepat berimpit dengan garis horizontal pada batang tetap.
Pada Gambar 1.23 skala ke-28 pada silinder putar berimpit dengan garis horizontal skala tetap.
 Pertambahan panjang yang ditunjukkan oleh skala silinder putar adalah 28 x 0,01 mm = 0,28 mm
 Panjang pengukuran = skala tetap yang dilewati + pertambahan panjang pada silinder putar

A.5 Mengapa perlu pengkuran

Mengapa Harus Dilakukan Pengukuran?

Dalam pengerjaan teknik, baik dari perancangan, sketsa gambar, drafting hingga pembuatan
benda, pengukuran ini adalah suatu hal yang sangat penting. Mengapa harus dilakukan
pengukuran?
Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi atau kapasitas, biasanya terhadap suatu standar
atau satuan ukur, pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang diukur
dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan.

Untuk kegiatan pembuatan benda, baik secara manual ataupun menggunakan mesin, pengukuran
ini sangat penting untuk menentukan apakah pengerjaan yang dilakukan sesuai dengan gambar
yang telah dirancang.

B. Gerak Jatuh Bebas


B.1 Pengertian Gerak Jatuh Bebas

Gerak jatuh bebas merupakan gerak jatuh benda yang tidak memiliki kecepatan awal. Contoh
gerak jatuh bebas dapat dilihat pada fenomena apel jatuh dari pohon. Disebut sebagai gerak jatuh
bebas karena apel yang semula diam lalu lepas sendiri dari tangkai dan jatuh ke tanah akibat
adanya gaya gravitasi bumi yang bekerja pada apel.

Pengertian Gerak Jatuh Bebas


Geraj jatuh bebas adalah suatu gerak yang jatuh dari ketinggian tanpa memiliki kecepatan awal.
Selama benda jatuh hambatan udara diabaikan, maka percepatannya konstan (tetap) dan besarnya
sama dengan percepatan gravitasi bumi. Selain itu, waktu yang dibutuhkan benda saat jatuh tidak
tergantung massanya, namun tergantung dari ketinggiannya.

Gerak jatuh bebas berbeda dengan gerak vertikal ke bawah. Meskipun kedua benda sama-sama
bergerak jatuh tegak lurus ke bawah, namun pada gerak vertikal ke bawah benda masih memiliki
kecepatan awal tertentu.

Gerak jatuh bebas (GJB) hampir mirip dengan gerak lurus berubah beraturan (GLBB), hanya
saja bedanya  ada pada arah lintasannya. GLBB memiliki lintasan horizontal, sedangkan GJB
memiliki lintasan vertikal. Pada GJB memiliki nilai kecepatan awal 0 m/s, sedangkan GLBB
belum tentu nilainya 0 m/s.

Ciri-Ciri Gerak Jatuh Bebas


Gerak jatuh bebas memiliki ciri-ciri atau karakteristik sebagai berikut:

 Gerak jatuh bebas (GJB) memiliki lintasan berupa garis lurus vertikal menuju ke bawah
(searah gravitasi bumi)
 Gerak jatuh bebas memiliki kecepatan awal adalah Nol (Vo = 0) atau tidak memiliki
kecepatan awal
 Pergerakkan benda terjadi dari ketinggian tertentu
 Percepatan benda pada GJB sebesar percepatan gravitasi bumi (a=g)
 GJB searah dengan gravitasi, maka percepatan gravitasinya adalah positif

Rumus Gerak Jatuh Bebas


Pada gerak jatuh bebas berlaku rumus seperti dibawah ini, antara lain:

Persamaan gerak jatuh bebas dapat ditulis sebagai berikut:

Vt = g.t

V2  = 2.g.h

h = 1/2 g.t2

Ketinggian benda setelah bergerak selama t sekon (h’), yaitu:

h’ = hO – h = HO – 1/2 g.t2

Waktu yang dibutuhkan benda untuk mencapai titik terendah, yaitu:

t2 = 2h/g

Keterangan:
Vt=kecepatan benda saat t sekon (m/s)
Vo=kecepatan awal benda (m/s)
h=ketinggian benda (m)
hO=ketinggian awal benda (m)
t=waktu tempuh (s)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

Gerak jatuh bebas atau disingkat GJB merupakan salah satu bentuk gerak lurus berubah
beraturan (GLBB) dalam arah vertikal. Konsep gerak jatuh bebas (GJB) ini hampir sama dengan
konsep gerak vertikal ke bawah (GVB) yang membedakan adalah, jika pada gerak vertikal ke
bawah kecepatan awal tidak sama dengan nol (v0≠ 0) sedangkan pada gerak jatuh bebas
kecepatan awalnya sama dengan nol (v0 = 0).

Karena GJB tidak memiliki kecepatan awal maka gerak benda hanya dipengaruhi oleh
percepatan gravitasi bumi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Gerak Jatuh Bebas atau GJB adalah gerak lurus berubah beraturan dalam arah vertikal (atas ke
bawah) dengan kecepatan awal nol serta mengalami percepatan sebesar percepatan gravitasi
bumi (a = g).

Karena gerak jatuh bebas merupakan GLBB yang dipengaruhi gravitasi maka perubahan
kecepatan yang dialami benda ketika jatuh bebas terjadi karena pengaruh gravitasi bumi. Benda
yang jatuh akan bergerak semakin cepat dari kecepatan nol hingga kecepatan maksimum sesaat
sebelum menyentuh bumi.
Perubahan kecepatan pada benda yang jatuh bebas tersebut merupakan bentuk penambahan
kecepatan. Pertambahan kecepatan ini terjadi karena gerak benda searah dengan gaya gravitasi
bumi. Sehingga percepatan benda pada gerak jatuh bebas selalu bernilai positif (+a) yaitu sebesar
percepatan gravitasi bumi (a = g = 9,8 m/s2) oleh karena itu gerak jatuh bebas merupakan
jenis gerak lurus berubah beraturan (GLBB) dipercepat.
B.2 Hubungan antara massa benda dengan kecepatan gerak jatuh benda
Bentuk hubungan antara massa (m) dan percepatan (a) adalah percepatan suatu benda yang
bergerak berbanding terbalik dengan massa benda tersebut, jika massa benda tersebut
besar, maka percepatan yang dialami benda akan kecil. 

Hubungan antara massa (m) dan percepatan (a) ini juga terdapat di Hukum Newton II yaitu a =
F / m yang artinya percepatan suatu benda (a) berbanding lurus dengan gaya yang bekerja (F)
dan  berbanding terbalik dengan massa bendanya (m).
Menurut hukum kedua Newton tentang gerak, percepatan suatu benda sama dengan gaya bersih
dibagi dengan massa, atau a = F/m. Persamaan ini untuk percepatan dapat digunakan untuk
menghitung percepatan suatu benda ketika massa dan gaya total yang bekerja padanya diketahui.
Persamaan untuk percepatan dapat ditulis ulang menjadi  F = m × a, untuk menghitung gaya total
yang bekerja pada sebuah benda ketika massa dan percepatan diketahui.
B.3 Hal yang mempengaruhi gerak jatuh bebas
1. Kecepatan (v)

Kecepatan yaitu salah satu besaran didalam ilmu fisika yang menunjukkan seberapa cepat sebuah
benda yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lain. Satuan dunia internasional yang
digunakan untuk kecepatan ialah meter per sekon (m/s).

Tetapi jika didalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, kita lebih sering memakai satuan
kilometer per jam (km/jam), sedangkan di negara amerika lebih sering dipakai mil per ja,
(mil/jam). Kecepatan bisa diperoleh dari perkalian antara jarak yang ditempuh dengan waktu
tempuh. Simbol dari kecepatan adalah v.

2. Jarak (s)

Jarak yakni salah satu besaran dalam ilmu fisika yang menunjukkan seberapa jauh suatu benda
berubah posisinya didalam lintasan tertentu.

Satuan Internasional untuk jarak adalah meter (m), tetapi didalam kehidupan sehari hari di
indonesia, kita sering menggunakan satuan kilometer (km).
Sedangkan di Amerika seringnya digunakan satuan mil ataupun kaki. Hasil dari Jarak bisa
diperoleh dari perkalian kecepatan dengan waktu tempuh. Jarak pada Gerak Jatuh Bebas ialah
ketinggian benda tersebut dari permukaan.

3. Waktu Tempuh (t)

Waktu tempuh merupakan waktu yang dibutuhkan pada suatu benda untuk berpindah dari suatu
posisi ke posisi yang lain pada kecepatan tertentu.

Satuan Internasional Waktu Tempuh adalah sekon (s), simbol yang dipakai untuk melambangkan
waktu tempuh adalah t. Waktu tempuh bisa diperoleh dari hasil pembagian jarak dengan
kecepatan.

4. Percepatan (a)

Percepatan ialah paerubahan kecepatan yang terjadi pada benda ,terjadi karena pengaruh gaya
yang bekerja pada benda maupun karena keadaan benda.

Karena perubahan yang terjadi pada benda di GJB dipengaruhi oleh gaya gravitasi, maka itu
percepatannya sama dengan percepatan gravitasi.

Nilai percepatan gravitasi yang digunakan jika tidak diketahui dalam sebuah soal adalah
9,81m/s² ataupun digenapkan menjadi 10m/s². Simbol yang dipakai untuk melambangan
gravitasi adalah g.

B.4 Penemu gerak jatuh bebas


Galileo mendalilkan bahwa semua benda akan jatuh dengan percepatan yang sama apabila tidak
ada udara atau hambatan lainnya. Galileo menegaskan bahwa semua benda, berat atau ringan,
jatuh dengan percepatan yang sama, paling tidak jika tidak ada udara. Galileo yakin bahwa udara
berperan sebagai hambatan untuk benda-benda yang sangat ringan yang memiliki permukaan
yang luas. Tetapi pada banyak keadaan biasa, hambatan udara ini bisa diabaikan. Pada suatu
ruang di mana udara telah diisap, benda ringan seperti selembar kertas yang dipegang horisontal
pun akan jatuh dengan percepatan yang sama seperti benda yang lain. Ia menunjukkan bahwa
untuk sebuah benda yang jatuh dari keadaan diam, jarak yang ditempuh akan sebanding dengan
kuadrat waktu. Kita dapat melihat hal ini dari salah satu persamaan GLBB di bawah. Walaupun
demikian, Galileo adalah orang pertama yang menurunkan hubungan matematis.
B.5 Benda jatuh kebawah
Benda jatuh terjadi karena adanya ketidakmampuan sebuah benda menahan massa jenis nya
sendiri yg lebih berat dari massa jenis medium nya. Ketidakmampuan benda tersebut akhirnya
menimbulkan arah laju ke bawah (karena benda yg bermassa jenis lebih besar akan berada di
bawah benda/zat lainnya yg massa jenis nya lebih ringan darinya). Nah, laju ke bawah yg
disebabkan ketidakmampuan benda tsb nantinya akan berkorelasi dgn jarak laju yg ditempuh
dari mekanisme ketidakmampuan tersebut, sehingga akan menghasilkan PERCEPATAN jatuh.
Korelasi nya ialah, lama waktu tempuh sebuah benda yang sedang jatuh sebanding dengan akar
dari jarak tempuh jatuhnya benda tersebut dan berbanding terbalik dengan laju percepatan akibat
dari mekanisme "ketidakmampuan" benda tadi. Maka, dari keterkaitan antara mekanisme
ketidakmampuan benda dan jarak tempuh yg ia tempuh tadi, didapatlah nilai konstanta g =
9.8m/s^2 . Nilai ini didapat dari eksperimen bandul gallileo, dgn persamaan

T = 2π.√I/g

dimana T dalam sekon dan I dalam meter, maka nilai g akhir nya bisa didapat. Gallileo
mengatakan bahwa periode bandul tidak tergantung dari massa bandul, sehingga, nilai konstanta
g akan selalu sama utk setiap massa yg berbeda, yakni 9.8m/s^2 . Konstanta "g" ini sendiri oleh
gallileo disebut "percepatan gerak benda" , bukan "percepatan gravitasi"

C. Bandul Matematis
C.1Pengertian Bandul Matematis
Bandul matematis adalah benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa yang
digantungkan pada tali ringan dan tidak dapat mulus. Jika bandul ditarik kesamping dari
posisi seimbangnya dan dilepaskan, maka bandul akan berayun dalam bidang vertikal karna
adanya pengaruh gravitasi. Jadi gaya pembalik adalah : F = -m.g.sin Ѳ.

 bandul matematis adalah salah satu matematis yang bergerak mengikuti gerak har- monik


sederhana. bandul matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari sebuah titik massa
yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. 

C.2 Hal yang mempengaruhi bandul

Ayunan bandul sederhana dapat dibuat menggunakan sebuah bola yang diikat tali dan
tergantung pada sebuah bidang tetap. Ketika ayunan bandul bergerak atau diayunkan akan
terjadi gerakan bolak-balik melalui suatu titik keseimbangan dengan banyaknya getaran
benda dalam setiap sekon selalu konstan. Gerakan yang dilakukan oleh ayunan bandul
memiliki nilai periode dan frekuensi. Faktor yang memengaruhi periode dan frekuensi
ayunan bandul adalah panjang tali yang digunakan dan gaya gravitasi bumi.

Contoh gerakan yang dilakukan oleh ayunan bandul termasuk dalam gerak harmonik sederhana.
Banyak getaran dan lamanya waktu melakukan gerakan akan mempengaruhi besar nilai periode
dan frekuensi ayunan bandul.

Periode  pada ayunan bandul menyatakan waktu yang dibutuhkan bandul untuk melakukan satu
kali getaran. Sementara frekuensi ayunan bandul menyatakan banyaknya getaran dalam satu
sekon. Satuan periode dinyatakan dengan sekon (s) dan satuan frekuensi dinyatakan dalam Hertz
(Hz).
Panjang tali (ℓ) yang digunakan sama dengan jarak bola ke bidang tetap. Melalui sebuah
percobaan sederhana, diketahui bahwa panjang tali ℓ mempengaruhi nilai periode dan frekuensi
ayunan bandul. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi nilai periode dan frekuensi ayunan
bandul adalah gaya gravitasi. Sementara massa bandul dan amplitudo tidak memengaruhi nilai
periode dan frekuensi ayunan bandul.

Faktor yang memengaruhi nilai periode dan frekuensi ayunan bandul:

 Panjang tali yang digunakan untuk menggantung bandul (ℓ)


 Percepatan/gaya gravitasi tempat bandul diayun (g)

Faktor yang tidak memengaruhi nilai periode dan frekuensi ayunan bandul:

 Massa bandul
 Amplitudo

C.3 Perbedaan bandul matematis dan bandul fisis


Bandul matematis, atau yang sering disebut ayunan matematis, adalah salah satu
metode penentuan gravitasi yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Terdiri dari tali
bermassa ringan dan beban yang digantungkan pada tali tersebut. Beban yang digantung tersebut
kemudian disimpangkan dengan sudut tertentu lalu dilepas secara bebas sehingga membentuk
suatu ayunan yang teratur. Ada dua model perhitungan yang bisa diterapkan pada percobaan ini.
Apabila sudut simpangan yang digunakan kurang dari 10 o, percepatan gravitasi dapat ditentukan
dengan model perhitungan yang menerapkan prinsip ayunan sederhana. Sedangkan untuk
penggunaan sudut yang lebih besar dari 10o, model perhitungan yang digunakan adalah yang
menerapkan prinsip ayunan teredam dengan sudut besar.

Perbedaan utama antara kedua model perhitungan ini adalah penggunaan deret taylor
pada prisip ayunan teredam dengan sudut besar yang tidak perlu digunakan untuk sudut kecil.
Analisis yang digunakan dalam percobaan ini juga bisa dibilang simple. Massa tali yang
digunakan untuk menggantung beban bisa diabaikan karena memiliki nilai yang sangat kecil.
Bandul fisis, seperti yang saya sebutkan di awal tadi, mempunyai kemiripan dengan
bandul matematis. Kedua metode ini sama-sama menggunakan ayunan yang dihasilkan oleh
beban yang digantung dan disimpangkan pada sudut tertentu. Perbedaannya terletak pada media
yang digunakan untuk menggantung benda. Jika pada bandul matematis menggunakan tali
bermassa ringan, pada bandul fisis menggunakan batang pejal yang mempunyai massa relatif
besar. Massa penggantung ini tidak lagi bisa diabaikan karena mempunyai nilai yang signifikan
untuk mempengaruhi ayunan. Karena batang pejal ini juga, ada tambahan analisis yang harus
dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan percepatan gravitasi. Tambahan analisis
tersebut adalah torsi yang dialami oleh batang pejal tersebut. Selain itu, bandul fisis hanya
menerapkan satu model perhitungan, yaitu ayunan teredam dengan sudut besar.
Model perhitungan yang menerapkan ayunan
sederhana tidak bisa digunakan karena bandul fisis tidak mungkin bisa menghasilkan ayunan
yang cukup apabila disimpangkan dengan sudut kecil. Jadi, model perhitungan yang diterapkan
harus menggunakan deret Taylor

C.4 Periode ayunan


Periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas memiliki pengertian yang sama. Namun
dalam perhitungannya, nilai periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menggunakan
rumus yang berbeda. Rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menyatakan
hubungan antara banyak getaran (n) dan waktu (t). Periode (T) menyatakan waktu selama terjadi
satu kali getaran. Sedangkan frekuensi (f) menyatakan banyaknya getaran dalam satu sekon.
Periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas memiliki pengertian yang sama. Namun
dalam perhitungannya, nilai periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menggunakan
rumus yang berbeda. Rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menyatakan
hubungan antara banyak getaran (n) dan waktu (t). Periode (T) menyatakan waktu selama terjadi
satu kali getaran. Sedangkan frekuensi (f) menyatakan banyaknya getaran dalam satu sekon.

Secara umum, nilai periode dapat ditentukan melalui perbandingan nilai waktu dan banyak
getaran (T = t/n). Sementara nilai frekuensi (f) dapat dihitung melalui perbandingan banyak
getaran per waktu (f = n/t). Hubungan antara periode dan frekuensi adalah berbanding terbalik
atau secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan T = 1/f dan f = 1/T. Satu getaran
dinyatakan melalui gerakan dari titik awal menuju titik akhir kemudian kembali ke titik awal.
Pada setiap getaran terdapat simpangan, dengan simpangan terjauh yang dapat dicapai oleh
benda bergetar dari titik seimbang disebut amplitudo.

Rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas dapat dinyatakan melalui
persamaan yang menyatakan hubungan banyak getaran dan lamanya waktu bergetar. Selain itu,
rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul juga dapat dinyatakan melalui hubungan
panjang tali dan gaya gravitasi. Sedangkan rumus periode dan frekuensi pada pegas juga dapat
dinyatakan melalui hubungan konstanta pegas dan massa benda yang menggantung.

Rumus Periode dan Frekuensi pada Ayunan Bandul dan Pegas


Periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas memiliki pengertian yang sama. Namun
dalam perhitungannya, nilai periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menggunakan
rumus yang berbeda. Rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas menyatakan
hubungan antara banyak getaran (n) dan waktu (t). Periode (T) menyatakan waktu selama terjadi
satu kali getaran. Sedangkan frekuensi (f) menyatakan banyaknya getaran dalam satu sekon.

Secara umum, nilai periode dapat ditentukan melalui perbandingan nilai waktu dan banyak
getaran (T = t/n). Sementara nilai frekuensi (f) dapat dihitung melalui perbandingan banyak
getaran per waktu (f = n/t). Hubungan antara periode dan frekuensi adalah berbanding terbalik
atau secara matematis dapat dinyatakan dalam persamaan T = 1/f dan f = 1/T.

Gerakan pada ayunan bandul dan pegas termasuk sebagai gerak harmonik yaitu gerak bolak-
balik benda yang melewati titik kesetimbangan tertentu. Dalam gerakan tersebut terdapat banyak
getaran benda dalam setiap sekon yang selalu konstan.
Satu getaran dinyatakan melalui gerakan dari titik awal menuju titik akhir kemudian kembali ke
titik awal. Pada setiap getaran terdapat simpangan, dengan simpangan terjauh yang dapat dicapai
oleh benda bergetar dari titik seimbang disebut amplitudo.

Rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas dapat dinyatakan melalui
persamaan yang menyatakan hubungan banyak getaran dan lamanya waktu bergetar. Selain itu,
rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul juga dapat dinyatakan melalui hubungan
panjang tali dan gaya gravitasi. Sedangkan rumus periode dan frekuensi pada pegas juga dapat
dinyatakan melalui hubungan konstanta pegas dan massa benda yang menggantung.

Bagaimana rumus periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas? Bagaimana cara
menghitung periode dan frekuensi pada ayunan bandul dan pegas? Sobat idschool dapat mencari
tahu jawabannya melalui ulasan di bawah.

Periode dan Frekuensi pada Ayunan Bandul

Sebuah bandul yang tergantung pada sebuah tali dapat melakukan gerak harmonik. Dari sana
terdapat waktu yang dibutuhkan untuk melakukan getaran dan banyak getaran. Waktu dan
banyaknya getaran menentukan nilai periode dan frekuensi ayunan bandul.

Sebelumnya, perhatikan sebuah bandul yang diikat oleh sebuah tali. Misalkan pada sebuah
ayunan bandul yang bergerak ke kanan dan ke kiri dengan lintasan A – B – C – D – E. Dengan
titik C merupakan titik setimbang.
Satu getaran pada ayunan sederhana dinyatakan melalui lintasan C – D – E – D – C – B – A – B
– C. Simpangan pada ayunan bandul tersebut adalah C – B atau C – D. Sedangkan amplitudo
ayunan bandul tersebut sama dengan lintasan C – A atau C – E.

Periode dan frekuensi dari sebuah ayunan bandul sederhana bergantung pada panjang tali dan
besar gravitasi. Semakin panjang tali yang digunakan akan membuat nilai periode (T) semakin
besar dan frekuensi (f) semakin kecil.

C.5 Pengaruh sudut pada bandul

Bandul sederhana dapat dikatakan bergerak harmonis jika simpangan bandul terhadap sumbu y
adalah kurang dari 10 derajat (>10o). Jika lebih dari itu, maka kita tidak dapat menyebut bandul
bergerak secara harmonis. Hal ini terjadi karena sudut simpangan yang besar akan menyebabkan
simpangan tidak konstan (teredam).
 
Pada dasarnya, kita anggap bandul bergerak tanpa gesekan dari medium sekitar (udara) atau ia
bergerak selamanya tanpa berhenti. Dalam kehidupan nyata, hal ini tentu tidak mungkin. Kita
dapat menemukan perhitungan yang sesuai saat sudut kita perkecil (kurang dari 10 derajat).
 

SATU GETARAN PENUH GERAK BANDUL


 
Perhatikan gambar 1.1., satu getaran penuh bandul adalah saat bandul bregerak dari suatu posisi
melewati  titik setimbang dan kembali ke posisinya semula. Titik setimbang pada bandul adalah
titik B.
 
Jika bandul berangkat dari titik A, maka satu getaran penuh adalah A-B-C-B-A. Jika kita
menghitung dari titik B, maka satu getaran penuh adalah B-C-B-A-B. Pada saat bandul
disimpangkan sebesar θ, gaya pemulih muncul pada bandul. Arah gaya pemulih ini selalu
menuju titik setimbang (titik B).
 

BESARAN PADA GERAK BANDUL


 
Besar gaya pemulih F pada bandul adalah mg.sinθdengan arah menuju B. Saat bandul di titik A,
gaya pemulih menuju titik B. Saat bandul di titik C, gaya pemulih menuju titik B juga.
 
Pada gambar 1.1., bandul digantung pada sebuah tali sepanjang l. Gaya tegang tali T muncul
sepanjang tali. Bandul yang memiliki massa m menyebabkan bandul memiliki gaya berat mg.
Kita dapat menguraikan gaya-gaya ini terhadap sumbu x dan y.

Gambar 1.1. Komponen Gaya pada Gerak Bandul (Pendulum) Sederhana terhadap
Sumbu x dan y
-klik gambar untuk melihat lebih baik-
 
Ingat! gaya tegang tali T = mg bukan mg.cosθ. Kita dapat mengidentifikasinya melalui
penurunan persamaan, gambar gaya, atau saat tali berada pada titik setimbang (titik B)
 
Sudut θ yang kurang dari sepuluh derajat menyebabkan nilai sin θ-nya sama dengan nilai θ-nya,
nilai cos θ-nya mendekati 1. Penurunan persamaan (rumus) dari gerak bandul dapat dilihat pada
gambar 1.2.
 
Simpangan bandul ditandai sebagai besaran x dan y. Simpangan x maksimal pada bandul
dinamakan amplitudo. Perhatikan gambar 1.1 yang bertuliskan x dan y.
 

PENURUNAN PERSAMAAN (RUMUS) BANDUL


 

Gambar 1.2. Penurunan Persamaan pada Gerak Bandul (Pendulum) Sederhana pada
Gerak Harmonis Sederhana
-klik gambar untuk melihat lebih baik-

Dalam menemukan persamaan-persamaan yang berlaku pada gerak bandul sederhana ini, kita
dapat subtitusi antara gaya total yang bekerja pada bandul terhadap sumbu x dan sumbu y.
 
Ingat! Besaran x double dot dan y double dot adalah penulisan dalam bentuk lain dari a
(percepatan). Percepatan x berarti percepatan sepanjang sumbu x dan percepatan y adalah
percepatan sepanjang sumbu y. Harap dipahami dan tidak bingung.
 
Perpindahan x pada bandul adalah ke kanan atau ke kiri. Perpindahan y pada bandul berarti ke
atas atau ke bawah. Pada gerak bandul sederhana, perpindahan terhadap sumbu y ini kecil
sekali sehingga percepatan terhadap sumbu y-nya juga akan semakin kecil (y kecil, maka ÿ =
ay akan makin kecil).
 
 

KESIMPULAN
 
Gerak bandul sederhana akan dikatakan harmonis jika sudut simpangannya kurang dari 10
derajat. Penurunan persamaan (rumus) pada bandul menunjukkan bahwa x maksimal dinamakan
amplitudo, T=mg, ω = akar (g/l).

D. PEGAS
D.1 Pengertian pegas
Pegas atau per (er seperti dalam kata ember) adalah benda yang bersifat elastis yang digunakan
untuk menyimpan energi mekanis. Pegas biasanya terbuat dari berbagai macam logam, namun
umumnya terbuat dari baja. Ada beberapa rancangan pegas. dalam pemakaian sehari-hari, istilah
ini mengacu pada coil springs. Pegas juga ditemukan di sistem suspensi mobil dan suspensi
motor. Pegas ini memiliki fungsi untuk menyerap kejut dari jalanan dan getaran roda agar tidak
diteruskan ke bodi kendaraan secara langsung. Selain itu, pegas juga berguna untuk menambah
daya cengkeram ban terhadap permukaan jalan.
Bila pegas konvensional, tanpa fitur variabilitas kekakuan, ditekan atau ditarik dari posisi
bebasnya, akan menggunakan gaya yang berlawanan kira-kira sebanding dengan perubahan
panjangnya (perkiraan ini akan bebeda pada defleksi yang lebih besar). Laju pegas atau
konstanta pegas adalah perubahan gaya yang diberikannya, dibagi dengan perubahan defleksi
pegas. Artinya, ini adalah gradien gaya versus kurva defleksi. Tingkat peregangan ataupun
tingkat kompresi pegas dinyatakan dalam satuan gaya yang dibagi dengan jarak,
misalnya N/m atau (dalam sistem satuan imperial) lbf/in. Sebuah pegas torsi adalah pegas yang
bekerja pada putaran; saat diputar di sekitar porosnya dengan sudut tertentu, ia akan
menghasilkan torsi yang sebanding dengan sudut. Tingkat pegas torsi adalah dalam satuan torsi
dibagi dengan sudut, seperti N·m/rad atau N·m/derajat atau ft·lbf/derajat. Kebalikan dari tingkat
kompresi pegas adalah kompliansi, yaitu: jika pegas memiliki tingkat 10 N/mm, ia memiliki
kompliansi 0,1 mm/N. Kekakuan (atau tingkat) pegas secara paralel adalah aditif, seperti
kompliansi pegas secara seri.
Tipe pegas adalah:
1. pegas tensi = Extension Spring (Per Tarik / Pegas Tarik) (menjadi lebih panjang jika
tidak bebas)
2. pegas kompresi =Compression Spring (Pir Tekan/Pegas Tekan )(menjadi lebih pendek
jika tidak bebas)
3. pegas torsi (bahasa Inggris: torsion spring). Pegas jenis ini dibentuk dari batang baja
yang elastis terhadap torsi (puntiran)
4. pegas konstan
5. pegas variabel
Berdasarkan bentuk, pegas dibagi dalam:

1. Pegas ulir yang dibuat dari batang baja dan memiliki bentuk spiral.
2. Pegas daun dibuat dari bilah baja yang bengkok dan lentur.
3. Pegas yang dibentuk dengan mesin (Machined spring)
D.2 Hubungan antara pertambahan panjang dan konstanta pegas
Sebuah pegas akan mengalami pertambahan panjang jika ada gaya yang mengenai pegas.
Pertambahan panjang dari suatu pegas bisa jadi berbeda antara satu pegas dengan pegas yang
lain. Perbedaan pertambahan panjang suatu pegas terjadi karena adanya karakteristik pegas
antara satu pegas dengan pegas lain yang dinyatakan melalui konstanta pegas (k) dengan satuan
N/m.

Hubungan antara konstanta suatu pegas, gaya yang diberikan, dan perubahan panjang pada pegas
dijelaskan melalui Hukum Hooke.

Pegas termasuk benda elastis di mana pegas akan kembali ke keadaan awal setelah bertambah
panjang ketika sebuah gaya menarik pegas tersebut. Gaya yang bekerja pada pegas akan
membuat pegas tersebut merenggang sehingga memiliki pertambahan panjang. Ketika gaya yang
mengenai pegas dihilangkan maka pegas akan kembali ke bentuk semula.

D. hukum hooke

Hukum hooke merupakan suatu hukum atau ketentuan tentang gaya yang ada di dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena adanya sifat elastisitas dari sebuah pir ataupun pegas. Menurut
Robert Hooke, seorang ilmuwan yang menemukan Hukum Hooke, benda dibedakan menjadi dua
jenis, antara lain benda yang bersifat plastis dan benda yang bersifat elastis. Dimana benda yang
bersifat plastis adalah benda yang mengalami perubahan ketika dikenai gaya dan benda itu tidak
bisa kembali ke bentuk semula setelah gaya yang diberikan hilang. Sementara untuk benda
elastis adalah benda yang mengalami perubahan ketika dikenai gaya dan benda itu bisa kembali
ke bentuk semula ketika gaya tersebut dihilangkan. Contohnya saja, busur panah, peer, gelang
karet, dan ketapel.

Robert Hooke melakukan sebuah percobaan untuk mengamati hubungan antara perubahan yang
terjadi di antara benda elastis dan gaya yang diberikan kepada benda tersebut. Dari percobaan
tersebut, Hooke menemukan sebuah hukum tentang hubungan antara gaya dan perubahan gaya
pegas yang sekarang dikenal dengan hukum hooke. Besar gaya hooke tersebut secara
proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas di posisi awal. Jika dijelaskan
melalui rumus matematis, maka bisa digambarkan sebagai berikut ini:

F = -kx

Keterangan:

F merupakan gaya atau unit newton


k merupakan konstanta pegas atau newton per meter
x merupakan jarak pergerakan pegas dari posisi normal atau unit meter

Kemampuan sebuah benda untuk kembali lagi ke bentuk semula saat gaya luar diberikan pada
benda itu dihilangkan. Apabila sebuah gaya diberikan pada sebuah benda yang elastis, maka
bentuk dari benda tersebut akan berubah. Untuk karet dan pegas, yang dimaksud dengan
perubahan bentuk adalah pertambahan panjang dari kedua benda tersebut. Benda-benda yang
bersifat elastis juga mempunyai batas elastisitas. Terdapat dua macam benda, yaitu benda elastis
dan benda tidak elastis atau sering disebut dengan plastis.

Sejarah Hukum Hooke


Robert Hooke merupakan seorang ilmuwan yang lahir di Freshwater, Isle of Wight, Inggris pada
tanggal 18 Juli 1635. Ia adalah seorang penemu, ahli matematika dan kimia, filsuf, dan juga
arsitek. Hooke adalah seorang putra pendeta. Dimana ayahnya bernama John Hooke yang
berprofesi sebagai kurator di museum Gereja All Saints. Pada saat Ia kecil, Hooke seringkali
belajar kepada ayahnya, karena orang tuanya tergolong miskin, maka Hooke tidak leluasa untuk
memilih tempat Ia belajar. Akhirnya, Hooke tertarik dengan bidang seni dan kemudian Ia dikirim
ke London untuk mulai belajar pada seorang pelukis yang bernama Peter Lely.

Hooke kemudian berubah minat dan memutuskan untuk mendaftarkan diri ke sekolah
Westminster untuk belajar karya klasik dan juga matematika. Lalu, Ia belajar di Universitas
Robert Boyle karena rekomendasi dari Profesor Kimia yang bernama Thomas Willis yang
membimbing Hooke. Pada saat itu, Thomas Willis baru saja datang dari Oxford dan sedang
mencari seorang asisten yang ingin Ia jadikan sebagai partner untuk membantu dalam pembuatan
pompa udara. Pada saat itu, Robert Hooke membutuhkan waktu di Boyle selama dua dekade
untuk menghasilkan kemajuan yang cukup luar biasa di bidang mekanika.

Kemudian di tahun 1662, Hooke diterima sebagai salah satu anggota Kurator Royal Society yang
dimana tugas utamanya yaitu mengusulkan dan juga membuat berbagai macam percobaan untuk
diajukan di pertemuan mingguan kelompok tersebut. Dua tahun selanjutnya, Hooke berhasil
menduduki posisi sebagai profesor di bidang geometri di Gresham College. Ia menggantikan
posisi Isaac Borrow yang sebelumnya sudah muncul jadi posisi tersebut. Di tengah kesibukannya
sebagai Kurator Royal Society di tahun 1665, Hooke berhasil menerbitkan buku yang berjudul
Micrographia. Buku tersebut adalah buku bidang biologi yang menjadi satu-satunya buku yang
dibuat olehnya. Namun juga berisi mengenai sejumlah hal yang indah dan juga tidak lazim dari
seorang yang mempunyai keahlian menggambar.

Keahlian Hooke sebagai salah seorang ilmuwan yang serba bisa ditampilkan pada tahun 1666,
saat terjadinya kebakaran besar di Kota London. Hooke yang mempunyai kemampuan
menggambar seperti halnya seorang arsitek membuat master plan dan juga perencanaan kembali
gedung-gedung yang sudah rusak karena terbakar. Setelah itu, Dewan Kota akhirnya memilih
Hooke untuk menjadi perencana pembangunan kota di bawah naungan Sir Christopher Wren. Ia
adalah seorang yang menjadi sahabat dekat Hooke dan menemukan peran penting oksigen dalam
sistem pernapasan.

Hukum Hooke yang ditemukan memiliki rumus dengan tanda (-) mengungkapkan bahwa arah F
berlawanan dengan arah perubahan panjang x. Menurut Hooke, dengan adanya x yang diukur
menggunakan posisi keseimbangan pegas, tanda (-) akan menunjukkan bahwa pegas
direnggangkan (L>0). Begitupun sebaliknya, waktu mendesak pegas (L<0), maka gaya pegas di
arah L yang positif sementara k disebut sebagai konstanta pegas memiliki dimensi panjang atau
gaya.

Robert Hooke sendiri mempunyai perhatian yang cukup besar di bidang keilmuan, mulai dari
astronomi hingga geologi, hukum kekekalan atau elastisitas yang masih menggunakan namanya.
Hooke memberikan beberapa sumbangan yang cukup besar ke arah menerangkan gerakan planet
dengan menyatakan bahwa orbit planet itu diakibatkan oleh gabungan inersia yang menuruni
garis lurus dan gaya tarik matahari. Robert Hooke juga bisa dikatakan hidupnya kurang bahagia.
Dimana Ia mudah sekali tersinggung terutama bila Ia curiga kepada seseorang yang dianggap
akan mencuri idenya. Ia juga sering sakit dan tidak bisa tidur, bahkan Ia hanya tidur selama tiga
hingga empat jam saja. Hooke juga menderita penyakit menahun, yaitu kakinya meradang dan Ia
menjadi buta pada tahun 1702 dan tepat satu tahun selanjutnya, Robert Hooke meninggal dunia.

Rumus Hukum Hooke


Pertambahan panjang yang muncul akan berbanding lurus dengan gaya tarik yang diberikan. Hal
tersebut pertama kali diselidiki di abad 17 oleh seorang arsitek yang berasal dari Inggris bernama
Robert Hooke. Pada saat itu, Hooke mengamati hubungan antara gaya tarik yang diberikan pada
sebuah pegas dan pertambahan panjang dari pegas tersebut. Hooke menemukan bahwa
pertambahan panjang pada pegas timbul berbanding lurus dengan gaya yang diberikan. Selain
itu, Hooke juga menemukan bahwa pertambahan panjang pada pegas sangat bergantung pada
karakteristik dari pegas itu sendiri.
Pegas yang lebih mudah meregang seperti karet gelang akan mengalami pertambahan panjang
yang lebih besar walaupun gaya yang diberikan relatif kecil. Begitupun sebaliknya, pegas yang
sulit meregang seperti halnya pegas baja, akan mengalami pertambahan panjang yang relatif
sedikit, walaupun diberi gaya yang cukup besar. Karakteristik yang ada di masing-masing pegas
tersebut dinyatakan dengan tetapan gaya dari pegas itu sendiri. Pegas yang mudah meregang
seperti halnya karet gelang mempunyai tetapan gaya yang lebih kecil. Begitupun sebaliknya,
pegas yang sulit meregang akan memiliki tetapan daya yang lebih besar.

Pada umumnya, apa yang ditemukan oleh Hooke dapat dinyatakan sebagai berikut:

F = k. x

Keterangan:

F adalah gaya yang diberikan pada pegas (N)


k adalah tetapan gaya pegas (N/m)
x adalah pertambahan panjang pegas (m)

Energi Potensial Pegas


Besar energi potensial yang ada di sebuah pegas bisa dihitung dari grafik hubungan yang bekerja
di pegas dengan pertambahan panjang pegas itu sendiri: Berikut adalah rumusnya:

Powered By
Play
Unmute
Loaded: 0.16%
Fullscreen
Ep = ½ F . x
= ½ (k . x) . x
Keterangan:
Ep = energi potensial pegas (joule)
k = tetapan gaya pegas (N/m)
x = pertambahan panjang pegas (m)

Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas merupakan perbandingan antara regangan dan tegangan. Modulus tersebut
bisa disebut dengan sebutan Modulus Young.

a. Tegangan atau Stress


Tegangan merupakan gaya per satuan luas penampang. Dimana satuan tegangan merupakan
N/m2.

b. Regangan atau Strain


Regangan merupakan perbandingan antara pertambahan panjang di sebuah batang terhadap awal
mula jika batang tersebut diberi gaya.

Bunyi Hukum Hooke


Setelah membahas mengenai sedikit gambaran tentang hukum hooke dan juga berbagai macam
hal yang berkaitan dengan elastisitas di sebuah benda. Sekarang, kita akan membahas mengenai
bunyi hukum hooke. Jadi, menurut hukum hooke menyatakan bahwa semakin besar gaya yang
diberikan pada sebuah benda, maka pegas juga akan semakin panjang.

Berikut ini adalah bunyi hukum Hooke:

“Jika gaya tarik yang diberikan pada sebuah pegas tidak melampaui batas elastis bahan maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus atau sebanding dengan gaya tariknya”.

Aplikasi Hukum Hooke


Di dalam kehidupan sehari-hari, kita tentu akan sering menemukan benda yang berkaitan dengan
hukum hooke. Pengaplikasian hukum hooke akan sangat berkaitan dengan benda yang
mempunyai prinsip kerja dengan menggunakan pegas yang bersifat elastis.
Ada berbagai macam contoh aplikasi yang berhubungan dengan hukum hooke, antara lain:

1. Mikroskop yang memiliki fungsi untuk melihat berbagai macam benda yang memiliki sifat
kecil atau jasad-jasad renik yang amat kecil dan tidak dapat dipandang hanya dengan
menggunakan mata telanjang.
2. Jam yang memakai peer untuk mengatur waktu.
3. Ayunan yang memiliki sifat pegas.
4. Sebuah jam kasa ataupun kronometer yang digunakan untuk menentukan arah ataupun garis
posisi sebuah kapal yang berada di tengah-tengah laut.
5. Suatu alat pengukur percepatan gravitasi bumi.
6. Sambungan sebuah tongkat persneling kendaraan seperti halnya mobil atau sepeda motor.
7. Alat seperti teleskop yang berguna untuk bisa melihat benda yang berjarak jauh supaya terlihat
lebih dekat.

Sehingga, pada dasarnya gagasan dari hukum hooke akan memberikan sebuah dampak yang
positif pada diri kita sendiri.

Besaran Hukum Hooke


Hukum hooke juga mempunyai suatu besaran yang dapat kamu pelajari, diantaranya adalah:

1. Tegangan
Tegangan merupakan suatu kondisi dari suatu benda yang mengalami pertambahan panjang saat
suatu benda diberikan sebuah gaya di salah satu ujungnya, sementara ujung lainnya ditahan.
Berikut ini adalah rumus tegangan:

σ = F/A

F adalah gaya (N)


A adalah luas penampang (m2)
σ adalah tegangan (N/m2 atau pa)

2. Regangan
Regangan merupakan sebuah perbandingan antara pertambahan panjang kawat dalam x meter
dan panjang normal kawat dalam x meter. Munculnya suatu regangan karena ada gaya yang
diberikan kepada benda ataupun kawat yang dihilangkan. Sehingga kawat itu akan kembali ke
bentuk semula.

Berikut ini adalah rumus regangan:

e = ΔL/ Lo
e adalah regangan
AL adalah pertambahan panjang (m)
Lo adalah panjang awal (m)

3. Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas adalah perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami bahan. Hal
itu dirumuskan dengan:

E = σ/e

E adalah modulus elastisitas (N/m)


σ adalah tegangan (N/m2 atau Pa)
e adalah regangan

4. Mampatan
Mampatan merupakan kondisi yang hampir sama dengan regangan. Bedanya hanya berada di
arah perpindahan molekul benda setelah diberi sebuah gaya tertentu. Mampatan saat diberi gaya,
maka molekul benda akan terdorong ke dalam.

5. Hubungan Antara Gaya Tarik dan Modulus Elastisitas


Jika ditulis secara matematis, maka hubungan antara gaya tarik dan modulus elastis adalah
sebagai berikut:

Keterangan:
F = Gaya (N)
E = Modulus elastisitas (N/m)
e = Regangan
σ = Tegangan (N/ m2 atau Pa)
A = Luas penampang (m2)
E = Modulus elastisitas (N/m)
ΔL = Pertambahan panjang (m)
Lo = Panjang mula-mula (m)

6. Hukum Hooke
Hukum hooke menyatakan bahwa jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, maka
pertambahan panjang pegas akan berbanding lurus dengan gaya tariknya. Jika ditulis secara
matematis, maka akan seperti ini:

Keterangan:
F = Gaya luar yang diberikan (N)
k = Konstanta pegas (N/m)
Δx = Pertambahan panjang pegas dari posisi normalnya (m)

Hukum Hooke untuk Susunan Pegas


a. Susunan Seri
Apabila dua buah pegas yang memiliki tetapan pegas yang sama pada rangkaian seri, maka
panjang dari pegas menjadi 2 kali. Oleh karena itu, persamaan pegasnya adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Ks = Persamaan pegas
k = Konstanta pegas (N/m)

Sementara persamaan untuk n pegas yang tetapannya dan juga disusun secara seri, maka akan
ditulis seperti ini:

Keterangan:
n = Jumlah pegas

b. Susunan Paralel
Apabila pegas disusun secara paralel, maka panjang pegas tetap seperti di awal, sementara luas
penampangnya menjadi lebih dua kali dari awalnya jika pegas disusun dari dua buah. Untuk
persamaan pegas yang disusun secara paralel adalah:

Keterangan:
Kp = Persamaan pegas susunan paralel
k = Konstanta pegas (N/m)

Sementara persamaan n pegas yang tetapannya sama dan disusun dengan sistem paralel, maka
akan menghasilkan pegas yang lebih kuat. Sebab tetapannya menjadi lebih besar. Persamaan
pegasnya bisa ditulis seperti berikut ini:

Keterangan:
n = Jumlah pegas

D.4 Konstanta Pegas

Konstanta pegas adalah besaran fisik yang menentukan tingkat kekakuan pegas. Setiap pegas
memiliki nilai sendiri konstanta pegas. Huruf k digunakan untuk menunjukkan jumlah. Satuan
SI-nya adalah Newton per meter (N / m).
Pada dasarnya, pegas bekerja atas dasar hukum gerak ketiga Newton. Ini menyatakan bahwa
“untuk setiap tindakan, ada reaksi yang sama dan berlawanan”. Jika pegas ditarik menjauh dari
kesetimbangnnya, maka akan ada gaya pemulih yang dihasilkan di dalamnya. Hukum yang
memberikan hubungan antara gaya pemulih ini dan perpindahan adalah hukum Hooke. Ini
menyatakan bahwa, “gaya pemulih pegas berbanding lurus dengan perpindahan kecil”.
Konstanta proporsionalitas disebut konstanta pegas.

Hukum hooke dapat dinyatakan sebagai,

F = -kx

Di sini, F adalah gaya pemulih, k adalah konstanta pegas, dan x adalah perpindahan yang
dihasilkan.

Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya pemulih dan perpindahan saling bertentangan.

Ungkapan di atas dapat dinyatakan sebagai,

k = F/x

Konstanta pegas juga dapat dijelaskan sebagai rasio gaya pemulih terhadap deviasi dari posisi
kesetimbangan.

Sifat dimana benda mendapatkan kembali bentuk aslinya setelah distorsi dikenal sebagai
elastisitas. Konstanta pegas mewakili jumlah gaya yang diperlukan untuk meregangkan benda.
Jika suatu benda memiliki nilai konstanta pegas yang tinggi, maka ia lebih kaku.

Jika dua pegas yang memiliki konstanta pegas k1 dan k2 dihubungkan secara paralel, maka
konstanta pegas setara diberikan oleh,

k = k1 + k2
Jika mereka disusun secara seri maka diperoleh besar konstanta pegas total,

Menentukan Gaya Pegas

Gaya pegas dihitung menggunakan hukum Hooke, dinamai Robert Hooke, fisikawan Inggris
abad ke-17 yang mengembangkan rumus pada tahun 1660, saat ia mempelajari pegas dan
elastisitas. Ketika sebuah gaya ditempatkan pada material, dia mengamati, material meregang
atau menekan sebagai respons terhadap gaya tersebut. Deformasi elastis terjadi ketika tegangan
dihilangkan. Artinya, jika material kembali ke dimensi sebelum beban atau tegangan diterapkan,
deformasinya bersifat reversibel, tidak permanen, dan ‘memutar kembali’.

Rumus gaya pegas dinyatakan melalui persamaan: F = – kx. Dimana F adalah gaya yang
diterapkan, k adalah konstanta pegas dan mengukur seberapa kaku dan kuat pegas secara
proporsional, dan x adalah jarak pegas diregangkan atau ditekan dari posisi setimbang atau diam
biasanya dalam Newton per meter (N/m ). Tanda minus menunjukkan bahwa gaya ini
berlawanan arah dengan gaya yang meregangkan atau menekan pegas.

Konstanta pegas adalah gaya yang diperlukan untuk meregangkan atau menekan pegas, dibagi
dengan jarak semakin panjang atau pendek pegas. Ini digunakan untuk menentukan stabilitas
atau ketidakstabilan di pegas, dan oleh karena itu sistem yang dimaksudkan. Sebagai rumus, ini
mengulang Hukum Hooke dan dinyatakan melalui persamaan: k = – F/x. Dimana k adalah
konstanta pegas, F adalah gaya yang bekerja pada x, dan x adalah perpindahan pegas yang
dinyatakan dalam N/m.

Hukum Hooke menggambarkan deformasi elastis linier bahan hanya dalam kisaran di mana gaya
dan perpindahan sebanding. Elastisitas pegas akan kembali ke bentuk semula setelah gaya luar,
berapa pun massanya, dihilangkan. Konstanta pegas adalah sifat pegas itu sendiri yang
menunjukkan hubungan linier antara gaya dan perpindahan. Jumlah energi mekanik yang
disimpan dan digunakan oleh pegas adalah relatif terhadap gaya dan perpindahan—semakin
keras pegas ditarik, semakin sulit ditarik kembali.

D.5 hal yang mempengaruhi konstanta pegas

Gaya secara sederhana didefenisikan sebagai sesuatu yang menyebabkan keadaan sebuah benda
berubah
Gaya pegas adalah gaya atau kelentingan yang dimiliki oleh pegas untuk kembali kebentuk
semula.

Dalam pembahasan gaya pegas, kita mengenal Hukum Hooke, yang berbunyi "pertambahan
panjang pegas akan sebanding dengan gaya yang bekerja pada pegas” 

Berikut persamaan Hukum Hooke


F = k Δx
Dimana :
F adalah gaya pegas (F)
K adalah konstanta pegas (N/m)
Δx = adalah perubahan panjang pegas (m)
Jadi dari persamaan diatas yang mepengaruhi  Konstanta yaitu
1. Gaya pegas
2. perubahan panjang.
3. Hal lain yang berpengaruh adaah bagaimana bentuk pegas dalam rangkaian, apakah seri
atau paralel,

4. Periode pegas :
T = 2π √(m/k)

5. Periode pegas :
F = 1/2π √k/m

Persamaan Gaya pegas yang lain yaitu :


F=W
k Δx = m x g

Dan :
Ep = 1/2 k (Δx)²

Sehingga dari persamaan ini diketahui bahwa komponen lain yang berpengaruh terhadap
konstanta pegas yaitu :
m = massa benda (kg)
g = pecepatan gravitas  (m/s²)
E = Energi potensial atau energi kinetik.

E. VISKOSITAS

E.1 Pengertian viskositas

Viskositas adalah pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada kehidupan sehari-hari, viskositas diartikan sebagai “ketebalan” atau
“pergesekan internal”. Gaya gesek tersebut melibatkan molekul-molekul yang menyusun
suatu fluida.

viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya gaya gesekan antara
molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas juga disebut sebagai ketahanan fluida
jika menerima gaya dari luar.

Besarnya satuan viskositas dinyatakan dengan η yaitu koefisien kekentalan. Nilai tersebut


nantinya dapat digunakan dalam menentukan kecepatan aliran zat cair.

Satuan SI yang digunakan dalam koefisien viskositas adalah Pascal sekon (Pa. s) yang ditulis
sebagai Ns/m2. Namun dalam satuan CGS, dirujuk sebagai Poise (P). 
Jenis-Jenis Viskositas

Secara garis besar, viskositas diklasifikasikan menjadi dua jenis dalam analisanya. Setiap dua
cairan yang berbeda dapat memiliki absolute viscosity yang sama tetapi tidak akan pernah
memiliki dynamic viscosity yang sama karena perbedaan densitas. 

Berikut perbedaan yang mencolok antara keduanya:

1. Absolute Viscosity
Absolute viscosity disebut juga sebagai dynamic viscosity. Ia merupakan kekuatan kekentalan
dalam fluida. Dipopulerkan oleh Jean Leonard Poiseuille, absolute viscosity menunjukkan bahwa
tiap spesimen memiliki kecepatan aliran darah yang berbeda,

Jenis ini direpresentasikan dengan simbol μ. Biasanya, ia dinyatakan sebagai rasio tegangan
geser terhadap regangan geser. Satuan pengukurannya adalah Pascal second (Pa. s) dan diukur
dalam centipoise (cP)

2. Dynamic Viscosity
Dynamic viscosity juga dikenal sebagai kinematic viscosity atau diffusivity of momentum. Faktor
utama dari pengukuran ini adalah gaya gravitasi. Hal ini berarti massa fluida langsung
berdampak pada gerak zat.

Rasio dynamic viscosity berpengaruh terhadap densitas sebuah cairan. Berdasarkan sistem


internasional, ia memiliki simbol v dan satuan m2/s,

Rumus Viskositas

Viskositas diukur melalui rasio tegangan geser dengan gradien kecepatan dalam fluida.
Contohnya, jika sebuah bola dijatuhkan ke dalam cairan, maka kekentalan dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus berikut:

µ = Viskositas (Pa.s atau N.s/m²)

r = Jari-jari benda (m)

g  = Gaya gravitasi bumi (m/s²)


Pb = Massa jenis benda (kg/m³)

Pf = Massa jenis fluida (kg/m³)

v = Kecepatan benda (m/s)

Selain itu, hubungan massa jenis terhadap viskositas berbanding lurus. Ketika hanya massa jenis
benda yang meningkat, hal ini akan memperbesar nilai bagian (Pb – Pf), dan akan membuat nilai
viskositas juga meningkat atau mengalami perbedaan nilai.

E.2 kecepatan terminal

Kecepatan Terminal benda yang dijatuhkan dalam Fluida, contoh nya pada sebuah kelereng
yang dijatuhkan dalam seember air (posisi awal jatuh sudah ada dalam air). Kelereng tersebut
di dalam fluida akan semakin membesar sampai mencapai kecepatan maksimal dan nilainya
tetap. Nah kecepatan inilah yang disebut dengan kecepatan terminal.

Hukum stokes adalah peristiwa benda dijatuhkan dalam fluida dan terlibat beberapa gaya
diantaranya yaitu gaya gesek fluida gaya berat, dan gaya tekan ke atas dengan rumus masing-
masing gaya

rumus kecepatan terminal


Rumus – Rumus Dalam Kecepatan Terminal
Rumus Gaya Berat

W = m.g (arah ke bawah)

Rumus Gaya tekan ke atas oleh air

Fa = ρ.g.h

Rumus Gaya hambatan oleh fluida (hukum stokes)

Fs = 6 π η r v

Rumus Kecepatan terminal 

Vt = [2/9] . [r2.g/η] (ρb – ρf)

Keterangan Rumus :
Vt adalah Kecepatan terminal (m/s)
r adalah jari-jari bola (m)
g adalah gravitasi (m s-2)
η adalah koefisien viskositas (kg m-1 s-1)
ρb adalah massa jenis benda (kg m-3)
ρf adalah massa jenis fluida (kg m-3)

Untuk benda yang jatuh dan memiliki bentuk bulat / bola dengan jari-jari r jadi nilai k = 6 π r.
maka, gaya hambat Stokes menjadi Fs = 6 π r η v.

Dengan menjabarkan gaya Archimedes Fa = m2 g dan W = m1 g, tulis kembali rumusnya


menjadi

m1 g = m2 g + 6 π r η v
ρ1 V g = ρ2V g + 6 π r η v

Dengan V yaitu volume benda, jika memiliki bentuk bulat V = 4/3 π r3.

ρ1 4/3 πr3 g = ρ2 4/3πr3 g + 6 π r η v


6 η v = ρ1 4/3 r2 g – ρ2 4/3 r2 g

Maka kecepatan terminal kita dapatkan,


v = 2 r2 g (ρ1 – ρ2) / 9 η

Keterangan rumus :
v yaitu kecepatan terminal
ρ1 yaitu massa jenis benda
ρ2 yaitu massa jenis udara
g yaitu percepatan gravitasi = 9.8 m/s2
r yaitu jari–jari benda

Selanjutnya untuk benda yang jatuh bebas dalam fluida, misalnya air maupun udara, gunakan
rumus berikut ini

Wo = Wf + Wx + Ff

Keterangan rumus :
W0 adalah berat benda mutlak
Wf adalah berat benda dalam fluida
Wx adalah berat benda yang luput dari perhitungan
Ff adalah gaya hambatan stokes

Konsep dasar untuk menggambarkan kondisi gerak benda yaitu dengan cara memperhatikan
gaya apa saja yang bekerja pada benda tersebut.
Berat benda di dalam fluida merupakan gaya gravitasi atau berat benda, dikurangi gaya
Archimedes dan gaya hambat stokes, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya di atas.

ƩF = m.a
W-Fa-Fs = m a
W = m a + Fa + Fs
m g = m a + Fa + Fs

Keterangan rumus:
m adalah massa benda
a adalah percepatan di dalam fluida
W adalah berat benda
Fa adalah gaya Archimedes
Fs adalah gaya hambat stokes
g adalah percepatan gravitasi

Sekarang bandingkan dengan rumus di atas

Antara Wo = Wf + Wx + Ff dengan m g = m a + Fa + Fs
W0 = berat benda mutlak = berat benda = W = m g
Wf = berat benda dalam fluida = m a
Wx = berat benda yang luput dari perhitungan = Fa = Gaya Archimedes
Ff = gaya hambatan stokes = Fs

Perhatikan sebenarnya rumus yang biasa ditulis adalah sama karena Rumusrumus.com sedang
membuktikan adanya gravitasi namun mungkin tanpa disadarinya.

Dalam penjabarannya Rumusrumus.com menerangkan yaitu W0 = m A di mana m merupakan


massa benda dan A adalah percepatan mutlak di ruang hampa. Sedangkan Wx = m A di mana m
adalah massa fluida yang volumenya sama dengan benda dan A adalah percepatan mutlak.

Ini sama persis dengan rumus yang biasa yaitu A = g dan af = a.

Jadi apa yang di tuliskan di sini amat sangat membuktikan adanya gravitasi. hanya mengganti
“g” dengan “A” dan memakai istilah lain yang mungkin seumur-umur baru ditemukan dan
mungkin tidak akan ditemukan dalam buku Fisika terbitan manapun. yaitu “Wx = berat benda
yang luput dari perhitungan”. Di dalam Fisika tidak ada berat benda yang luput dari perhitungan.

E.3 pengertian fluida

Fluida atau zat aliradalah segala jenis zat yang dapat mengalir dalam


wujud gas maupun cairan.Berdasarkan pergerakannya, fluida dibedakan menjadi fluida statik dan
fluida dinamik.[3] Fluida adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma,
dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan
kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari
wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan mereka
mengadakan tegangan geser dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum
Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam menggolongkan bentuk fluida. Fluida adalah
zat atau entitas yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau
sekecil apapun tegangan geser itu.
Berdasarkan arah tekanan menuji garis alirnya, fluida dibagi menjadi 2 jenis, yaitu fluida
Newtonian dan fluida non-Newtonian. Fluida juga dibagi menjadi cairan dan gas. Cairan
membentuk permukaan bebas (yaitu, permukaan yang tidak diciptakan oleh bentuk wadahnya),
sedangkan gas tidak dapat membentuk permukaan secara bebas.
 fluida sama dengan jumlah massa fluida dalam tiap satuan volume. Pada volume yang kecil,
massa jenis fluida merupakan hasil bagi antara massa fluida dan volumenya. Pengertian ini
hanya digunakan pada fluida yang memiliki volume yang kecil dan dapat diamati secara
menyeluruh oleh penglihatan.Pada fluida dengan volume yang sangat besar, massa jenis fluida
tidak memiliki nilai yang tetap. Perubahan nilai massa jenis fluida dipengaruhi oleh kedalaman
pengukuran fluida di dalam cairan. Nilai massa jenis fluida meningkat seiring
bertambahnya kedalaman ruang pada cairan. Massa jenis fluida yang nilainya tidak tetap terjadi
pada bendungan, lautan maupun atmosfer. Pada atmosfer, nilai massa jenis semakin kecil bila
fluida diukur pada posisi yang semakin jauh dari permukaan Bumi. Nilai massa jenis fluida yang
berubah-ubah diukur dengan menambahkan faktor diferensiasi massa dan volume fluida

E.4 Hubungan viskositas dengan suhu


viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan
begitu sebaliknya. Viskositas atau kekentalan dapat diartikan sebagai suatu gesekan di dalam
cairan zat cair. Semakin besar viskositas (kekentalan) fluida, maka semakin sulit suatu fluida
untuk mengalir, dan juga menunjukkan semakin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida
tersebut. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat
apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya. Viskositas dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain suhu, konsentrasi larutan dan berat molekul larutan. Viskositas berbanding
terbalik dengan suhu, sedangkan dengan konsentrasi dan berat molekul larutan viskositas
berbanding lurus.
E.5 Penerapan viskositas dalam kehidupan sehari-hari
Berikut merupakan beberapa contoh viskositas dalam kehidupan sehari-hari.

1.Madu
Jauh sebelum gula tebu tersedia untuk memberi kita rasa manis, dan sebelum jagung disintesis
menjadi sirup jagung fruktosa tinggi, madu mentah adalah salah satu makanan termanis yang
dapat dinikmati manusia. Telah lama dikenal karena manfaat nutrisi dan pengobatannya, dengan
bukti pemanenannya digambarkan pada lukisan batu yang berusia 8000 tahun. Ini adalah satu-
satunya produk alami yang diturunkan dari serangga dengan nilai industri, nutrisi, dan terapeutik.
Selain itu madu juga terkenal dengan kekentalannya.

Mengetahui viskositas madu itu penting. Banyak langkah dalam mengekstraksi dan mengolah
madu yang sulit dilakukan jika madu terlalu kental. Misalnya, mengeluarkan madu dari sarang
lebah, menyaring, dan memasukkannya ke dalam toples sulit dilakukan jika terlalu kental dan
lengket. Viskositas madu bergantung pada jumlah air dan jenis serta jumlah gula yang
dikandungnya. Jika konsentrasi air ditingkatkan, madu menjadi kurang kental. Suhu juga
mengubah viskositas madu, dan panas sering kali digunakan untuk mempermudah pemrosesan
madu.

2. Oli Mesin
Sebagai pemilik kendaraan, kita mungkin diminta oleh mekanik untuk mengganti oli mesin
setiap kali kita membawa kendaraan untuk diservis. Oli mesin memiliki beragam tujuan vital.
Namun, pada dasarnya, tujuannya adalah untuk membuat mesin tetap berjalan mulus. Mesin
memiliki banyak bagian bergerak yang berpotensi bergesekan, menciptakan gesekan. Gesekan
ini dapat merusak bagian-bagian mesin dan menyebabkannya lebih cepat aus. Jika gesekan
bertambah, mesin akan melambat secara dramatis, membuatnya kurang efisien dan lebih
mungkin rusak.

Saat oli bergerak melalui mesin, oli melapisi bagian-bagian mesin yang bergerak sehingga tidak
saling bergesekan dan menyebabkan aus. Oli mesin juga membantu membersihkan,
mendinginkan, dan melindungi mesin Anda. Viskositas oli mesin mengacu pada seberapa mudah
oli mengalir pada suhu tertentu. Oli tipis memiliki viskositas lebih rendah dan lebih mudah
mengalir pada suhu rendah dibandingkan oli yang lebih kental, yang memiliki viskositas lebih
tinggi. Oli tipis mengurangi gesekan pada mesin dan membantu mesin menyala dengan cepat
selama cuaca dingin. Padahal, oli kental lebih baik dalam menjaga kekuatan film dan tekanan oli
pada suhu dan beban tinggi.

3. Minyak goreng
Setiap kali kita mengunjungi toko bahan makanan, kita menemukan banyak pilihan untuk
memilih minyak goreng, seperti minyak zaitun, minyak mustard, minyak alpukat, minyak kelapa,
dll. Secara keseluruhan, mereka dapat didefinisikan sebagai lemak yang tetap cair pada suhu
kamar. Mereka biasanya dibedakan berdasarkan nilai nutrisinya, efek kesehatannya, dan jenis
masakan yang kita minati. Namun demikian, kita juga dapat melihat perbedaan antara minyak
dengan mengamati viskositasnya. Ini adalah fakta yang bahwa suhu memiliki pengaruh yang
kuat terhadap viskositas fluida. Oleh karena itu, viskositas merupakan parameter penting saat
memilih minyak goreng, karena tekstur makanan dapat sangat dipengaruhi oleh perubahan
viskositas.

4. Sabun Cair
Sabun cair adalah keajaiban teknologi lainnya yang membuat hidup kita lebih mudah setiap
hari. Sabun cairbukan zat tunggal melainkan sekelompok zat dengan sifat serupa, semuanya larut
dalam air, sabun mampu mencuci minyak, lemak, dan kontaminan lain dari kulit, pakaian, dan
lainnya. Biasanya tersedia dalam botol pemeras atau pompa kecil dan praktis atau dapat
dikeluarkan dalam jumlah kecil, sekali pakai dari dispenser sabun.

Namun, viskositas merupakan faktor penting yang harus diperhatikan saat memilih isi ulang
sabun cair. Viskositas sabun krim dan sabun cair normal yang tersedia secara komersial terletak
pada kisaran 1000 -3500 cps (centipoises). Viskositas bervariasi, tergantung pada suhu,
penguapan, pengentalan, dll. Aturan umumnya adalah sabun harus mengalir dengan baik pada
suhu kamar. Semakin tebal sabun, semakin rendah volume dosis per keluarannya.

5.Tinta Cetak
Dua topik yang paling banyak didiskusikan selama penyetelan mesin cetak mungkin tinta dan
cat. Komponen utama tinta adalah pigmen, aditif, dan pelarut. Perubahan kecil dalam komposisi
atau ketidakmurnian bahan mentah dapat menyebabkan perbedaan sifat kimia dan fisik tinta,
yang dapat berdampak negatif pada proses pencetakan.

Ada dua sifat tinta yang harus dikontrol oleh operator mesin. yaitu viskositas dan pH. Memahami
viskositas tinta sangat penting bagi produsen tinta juga karena sifat fisik ini memberikan
informasi berharga tentang konsistensi dan umur panjang produk jadi. Dalam terminologi tinta,
viskositas mengacu pada sejauh mana tinta akan menahan aliran. Viskositas tinta akan
bergantung pada proses pencetakan yang dirancang dan sifat media yang akan ditempelnya.

Viskositas tinta tertentu dapat bervariasi sesuai dengan tekanan yang dikenakan. Viskositas tinta
mempengaruhi seberapa baik tinta dapat berpindah dari anilox ke pelat, dan dari pelat ke media
pencetakan. Ini mempengaruhi seberapa baik tinta akan mengering pada media. Secara umum,
kecepatan produksi pengepresan dan kualitas cetakan sangat berhubungan dengan kekentalan
tinta.

Diagram peralatan pencetakan fleksografik khas, yang menggambarkan prinsip operasi umum
6. Lem super
Perekat memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Tidak peduli seberapa berhati-hati
kita, sesekali kita mungkin tidak sengaja merusak sesuatu dan menemukan cara untuk
menyambungnya. Berkat lem super yang menawarkan cara yang efektif untuk memperbaiki
berbagai bahan sekaligus sangat mudah ditangani. Lem super adalah jenis perekat khusus, juga
dikenal sebagai perekat cyanoacrylate, yang terikat dengan bereaksi dengan kelembapan di udara
dan pada permukaan bahan yang diikat.

Viskositas adalah titik perbedaan utama di antara kualitas lem super. Sebagian besar lem super
biasanya berbentuk cair atau gel. Cairan paling baik untuk menembus retakan atau retakan dan
umumnya lebih cepat kering daripada gel. Oleh karena itu, keinginan untuk mendapatkan
viskositas yang lebih tinggi atau lebih rendah tergantung pada aplikasinya. Misalnya, perekat
dengan viskositas yang lebih tinggi berarti lebih sedikit tetesan, yang menawarkan aplikasi yang
lebih terkontrol untuk proyek yang membutuhkan presisi lebih tinggi atau aplikasi vertikal,
seperti model bangunan. Sedangkan perekat dengan viskositas rendah lebih disukai untuk
bekerja pada permukaan datar atau rata. Pada sebagian besar aplikasi, jenis viskositas sedang
sering digunakan, karena jenis ini menahan perekat di tempat kita meletakkan dan mencegahnya
lepas.

7. Cat
Memilih warna yang tepat untuk kamar atau rumah tidak diragukan lagi merupakan hal yang
menuntut. Meskipun pelanggan sering memilih cat hanya berdasarkan warnanya, ada beberapa
faktor penting lain yang harus dipertimbangkan jika ia akan mengecat ruangan itu sendiri. Salah
satu faktor tersebut adalah viskositas cat. Ini adalah ukuran seberapa tahan cat terhadap
penyebaran. Oleh karena itu, viskositas menentukan berapa banyak cat yang harus diaplikasikan
pada kuas atau roller dan berapa banyak cat yang diperlukan untuk menutupi area tertentu.
Selanjutnya, viskositas cat atau pelapis akan menentukan kalibrasi yang sesuai untuk penyemprot
dan airbrush.

Sebagai contoh misalnya saat merencanakan berapa banyak cat yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, penting untuk diketahui bahwa cat yang lebih kental akan
menutupi lebih banyak area daripada cat yang kurang kental. Oleh karena itu, seringkali
viskositas pelapis atau cat diubah sebelum pengerjaan. Saat menyikat udara atau menggunakan
penyemprot, penting untuk dipahami bahwa cat yang lebih tebal akan membutuhkan lebih
banyak tekanan udara agar merata di permukaan. Terakhir, penting juga untuk disadari bahwa
perbedaan suhu pada cat dan permukaan yang diaplikasikan dapat mempengaruhi viskositas cat.

8. Sirup
Sirup adalah contoh bagus lainnya untuk memahami viskositas. Misalnya, rantai besar
karbohidrat dalam sirup bergeser melewati satu sama lain dengan susah payah daripada molekul
air yang sangat kecil. Bentuk molekul penyusun yang kaku menciptakan gesekan yang lebih
besar saat mereka meluncur melewati satu sama lain.

Dalam hal memasak, hampir semua cairan manis yang kental atau sangat kental umumnya
dikenal sebagai sirup. Viskositas timbul dari ikatan hidrogen ganda antara gula terlarut, yang
memiliki banyak gugus hidroksil (OH). Ada berbagai macam sirup yang digunakan dalam
produksi pangan, misalnya sirup glukosa, sirup maple, sirup jagung, sirup emas, sirup tebu, dan
sirup agave. Kebanyakan dibuat dengan mengurangi (proses pengentalan melalui perebusan) jus
manis alami dari tebu, sorgum, getah maple, atau nektar agave. Namun, sirup jagung dibuat dari
pati jagung menggunakan proses enzimatik yang mengubahnya menjadi gula

9. Bitumen
Kita sangat bergantung pada jalan untuk membawa kami dari satu tempat ke tempat lain.
Faktanya, ada 33 miliar meter jalan di Bumi. Daya tahan dan kinerja jalan yang memuaskan
dalam jangka panjang selalu dipengaruhi dan dipengaruhi lebih besar oleh bahan bahan yang
digunakan dan sifat bawaannya. Bitumen, atau dikenal sebagai Aspal, adalah produk sampingan
alami dari penyulingan minyak mentah, adalah zat kental dan lengket yang biasanya berwarna
hitam atau coklat tua.

Meskipun komposisi kimianya sangat kompleks, bitumen terdiri dari kira-kira delapan puluh
persen karbon, sepuluh persen hidrogen, enam persen belerang, satu persen oksigen, dan satu
persen nitrogen. Lapisan atas dari struktur jalan sangat penting dalam menangani pengurangan
beban / stres dan melindungi struktur. Oleh karena itu, viskositas aspal memegang peranan yang
sangat penting dalam pembangunan jalan.

Bergantung pada lokasinya, aspal untuk konstruksi jalan dipilih berdasarkan penilaian
viskositasnya, misalnya bitumen yang mempunyai tingkat viskositas memiliki sifat termoplastik
yang menyebabkan bahan melunak pada suhu tinggi dan mengeras pada suhu rendah. Hubungan
suhu / viskositas yang unik ini penting saat menentukan parameter kinerja seperti perekatan,
reologi, daya tahan, dan suhu aplikasi aspal. Dalam spesifikasi Viscosity Graded Bitumen,
penekanan khusus lebih lanjut ditempatkan pada keuletan Bitumen.

10. Darah
Darah adalah cairan vital yang mengirimkan nutrisi penting, membuang produk limbah,
melawan infeksi, dan menyembuhkan luka. Bagi mata telanjang, itu mungkin tampak seperti
terbuat dari cairan merah seragam, mirip dengan pewarna makanan atau cat. Namun, jika kita
melihatnya di bawah mikroskop, kita akan melihat bahwa darah memiliki empat komponen
utama: plasma, sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit. Pepatah lama mengatakan
“Darah lebih kental dari air” masuk akal untuk ikatan keluarga. Tapi untuk jantung dan sistem
peredaran darah, darah yang lebih encer dan encer mungkin lebih baik. Penting untuk memahami
peran viskositas darah sebagai penanda klinis.

Viskositas darah berkorelasi dengan semua faktor risiko yang diketahui untuk penyakit
kardiovaskular, termasuk usia, jenis kelamin, merokok, obesitas, peradangan, resistensi insulin,
tekanan darah tinggi, kolesterol lipoprotein densitas rendah, kolesterol lipoprotein densitas
rendah tinggi, dan lain-lain. Aliran darah melalui pembuluh darah digambarkan sebagai aliran
laminar. Artinya, darah membentuk lapisan (lamina) yang meluncur dengan mudah di atas satu
sama lain.

Melihat pembuluh darah dari samping, kita akan melihat darah yang mengalir paling cepat di
lapisan tengah, dengan darah yang bergerak lebih lambat di lapisan luar dekat dinding
pembuluh. Darah yang sangat kental tidak meluncur semulus darah yang kurang kental,
menyebabkan turbulensi yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur halus pembuluh
darah. Di sisi lain, darah yang terlalu encer juga dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang
parah seperti tidak ada pembekuan jika kita memar atau terluka, pendarahan internal, dan periode
menstruasi yang lebih banyak dari biasanya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran jurusan mesin yang
terbilang sulit dipahami dan sangat membosankan. Namun
pelajaran fisika juga bisa menjadi keahlian kita ketika kita bisa
belajar dengan sungguh-sungguh. Pengertian fisika yaitu berasal
dari kata “physic” yang artinya yaitu alam. Jadi ilmu fisika yaitu
sebuah ilmu pengetahuan dimana didalamnya mempelajari
tentang sifat dan fenomena alam atau gejala alam dan seluruh
interaksi yang terjadi didalamnya.
Dari makalah ini kita dapat mengetahui seluruh aktivitas manusia
yang berkaitan dengan fisika dan kita juga dapat mempelajari
banyak hal.
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://pendidikanku.org/2020/04/pengertian-pengukuran.html
https://www.fisikabc.com/2017/04/pengukuran-dan-alat-ukur-besaran-fisika.html
Gerak Jatuh Bebas: Pengertian, Ciri, Rumus, Grafik, Contoh Soal dan Pembahasan | FISIKABC
https://www.fisikabc.com/2017/05/gerak-jatuh-bebas.html
Gerak Jatuh Bebas - Fisika Kelas 10 - Quipper Blog

https://irfandibara.blogspot.com/2012/10/laporan-praktikum-fisika-dasar-hari.html?m=1
Percobaan pengaruh massa benda pada gerak jatuh bebas (gurumuda.net)
Hukum Newton Kedua (Gaya, Massa, dan Percepatan) • Tentorku
https://id.scribd.com/doc/309225492/BANDUL-MATEMATIS
https://www.academia.edu/40820060/Bandul_Matematis

https://idschool.net/smp/periode-dan-frekuensi-ayunan-bandul/#:~:text=Melalui%20sebuah
%20percobaan%20sederhana%2C%20diketahui%20bahwa%20panjang%20tali,tidak
%20memengaruhi%20nilai%20periode%20dan%20frekuensi%20ayunan%20bandul.
https://id.wikipedia.org/wiki/Pegas
https://www.mapel.id/gaya-pegas
https://guruakuntansi.co.id/gaya-pegas
Fisika Asyik, dunia. 2012. http://duniafisikaasyik.wordpress.com/2012/06/03/6-viskositas-dan-hukum-
stokes/.
Audina, Ervia. 2011. http://erviaudina.wordpress.com/2011/02/28/viskositas/.
Hedihastriawan. 2012. http://hedihastriawan.wordpress.com/kimia-fisika/viskositas/.

Anda mungkin juga menyukai