Anda di halaman 1dari 20

KARYA ILMIAH

ALAT – ALAT UKUR FISIKA


Metode pengukuran dan kesalahan yang terjadi dalam pengukuran
Dosen Pengampu : Budiman Nasution S.Pd., M.Si.

Disusun oleh : Kelompok 2

Ade Darmawan Pardosi (4213121030) Maria Novelina Simamora (4212421020)

Adelia Pratistha (4211121004) Merry Hanna Bangun (4213321006)

Alpina Damayanti (4213321007) Peniel Hutagalung (4212121008)

Linda Sulastri Pane (4213121059) Rachel Ananta Sianturi (4211121014)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena penulis telah dimampukan menyusun karya ilmiah ini tepat pada waktunya, ini
disusun dengan sedemikian rupa guna memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah
Alat-Alat Ukur Fisika.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada penulis buku dan artikel
yang telah membantu penulis melalui karya tulisannya, dosen pengampu mata kuliah Alat-
Alat Ukur Fisika bapak Budiman Nasution S.Pd., M.Si. yang telah memberikan kesempatan
untuk mengkritik buku ini, orangtua yang telah memberikan dukungan serta teman-teman
yang selalu memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah diperlukan.
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dan penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 8 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu yang memahami
segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh
kebenarannya secara empiris melalui panca indera.Dalam melakukan eksperimen kita
memerlukan pengukuran- pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika.

Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang
didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat
mengukur yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apayang sedang kita bicarakan itu.

Pengukuran dilakukan untuk membandingkan suatu besaran dengan besaran lain


sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya. Namun, pengukuran tersebut tentu juga pernah
atau akan mengalami kesalahan, jika kita tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk
melakukan pengukuran tersebut. Sehigga menimbulkan ketidakpastian dalam pengukuran.

Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita sebagai orang
yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengukuran-pengukuran.Karena
pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting dalam praktik fisika untuk
mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran ?
2. Apa yang dimaksud dengan besaranfisika ?
3. Apa saja alat-alat yang digunakan dalam pengukuran ?
4. Apa saja penyebabkan terjadinya ketidakpastian dalam pengukuran ?
5. Bagaimanakah cara agar bisa meminimalisir ketidakpastian dalam pengukuran ?

1.3 Tujuan

A. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengukuran.


B. Untuk mengetahhui apa yang dimaksud dengan besaran fisika.
C. Untuk mengetahui alat- alat yang digunakan dalam pengukuran.
D. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya ketidakpastian dalam pengukuran.
E. Untuk mengetahui cara meminimalisir ketidakpastian dalam pengukuran.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan.

Misalnya, kamu melakukan kegiatan pengukuran panjang meja dengan pensil.Dalam


kegiatan tersebut artinya kamu membandingkan panjang meja dengan panjang pensil.Panjang
pensil yang kamu gunakan adalah sebagai satuan.Sesuatu yang dapat diukur dan dapat
dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan pembanding dalam suatu pengukuran
disebut satuan. Satuan yang digunakan untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama
atau tetap untuk semua orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk
melakukan pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut
satuan tidak baku.

2.2 Besaran Pokok dan Besaran Turunan

Besaran Pokok adalah besaran yang satuannya telah didefinisikan terlebih


dahulu.Besaran Turunan adalah besaran yang satuannya diperoleh dari besaran pokok.

A. Pengertian Besaran Fisika, Besaran Pokok, dan Besaran Turunan

Di dalam pembicaraan kita sehari-hari yang dimaksud dengan berat badan adalah


massa, sedangkan dalam fisika pengertian berat dan massa berbeda. Berat badan dapat kita
tentukan dengan menggunakan alat timbangan berat badan.Misalnya, setelah ditimbang berat
badanmu 50 kg atau dalam fisika bermassa 50 kg. Tinggi atau panjang dan massa adalah
sesuatu yang dapat kita ukur dan dapat kita nyatakan dengan angka dan satuan. Panjang dan
massa merupakan besaran fisika. Jadi, besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda
yang dinyatakan secara kuantitas.

Selain besaran fisika juga terdapat besaran-besaran yang bukan besaran fisika,


misalnya perasaan sedih, gembira, dan lelah.Karena perasaan tidak dapat diukur dan tidak
dapat dinyatakan dengan angka dan satuan, maka perasaan bukan besaran fisika.

Besaran fisika dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran


turunan.Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan terlebih dahulu.Adapun,
besaran turunan merupakan besaran yang dijabarkan dari besaran-besaran pokok.

Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second)
yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS
(Centimeter Gram Second).

Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel
berikut.

Besaran Pokok

Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).

Tabel Beberapa Besaran Turunan beserta Satuannya

Besaran Turunan

B. Sistem Internasional

Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur
panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang
berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara
umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan
yang berlaku di negara manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:

1)      satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.

2)      bersifat internasional, artinya dapat dipakai di seluruh negara.


3)      mudah ditiru bagi setiap orang yang akan menggunakannya.

Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara.Kamu dapat membayangkan
betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan
satu meter kubik.

2.3. Pengukuran Besaran Fisika

Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang tukang


jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola pakaian yang akan
dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging menimbang massa daging sesuai
kebutuhan pembelinya dengan menggunakan timbangan duduk.

Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan lebar


sawahnya menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan adalah sebuah
batu bata.Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan menggunakan alat meteran kelos
untuk mendapatkan satuan meter.

Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja
100 cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran
sedangkan cm adalah satuannya.

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan (akurasi),


kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas).Dengan aspek-aspek
pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang akurat dan benar.

Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.
A.Pengukuran Panjang

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan
ukuran benda.Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan
untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a.Pengukuran Panjang dengan Mistar

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skalaukuran, yaitu
skala utama dan skala terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan satuan
untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skalaterkecil pada mistar memiliki nilai 1
milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bagian
skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai1 cm10-1 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar
memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni
setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter
(cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.

Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika
membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
Pembacaan Skala

b. Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong

Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapatmenggunakan alat ukur ini
untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang akan
diukur.

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10
cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting
jangka sorong yaitu:

1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm

2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1
mm.

Jangka Sorong

Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala
utama dengan jumlah skala nonius.Skala nonius jangka sorong. Misalkan sebuah jangka
1mm
sorong memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil adalah = 0,05 mm. Maka nilai
2o
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan
secara matematis, diperoleh

1
∆x = x 0,05 mm = 0,025 m
2
c.Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur  ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda memutar selubung bagian luar
sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu,
0,5
nilai satu skala noniusadalah mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak
50
1
pastian micrometer sekrup adalah ∆x = x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.
2

Berikut ini gambar bagian-bagian dari mikrometer.

B. Pengukuran Massa Benda

Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian massa dan berat sering dipertukarkan.


Seorang pedagang sering berkata, “Gula pasir di kantong plastik itu beratnya 1 kg”.
Pernyataan ini tidak benar, sebab 1 kg menunjukkan ukuran massa bukan ukuran berat.
Dalam fisika, massa dan berat memiliki pengertian yang berbeda. Massa benda adalah ukuran
banyaknya zat yang terkandung pada benda, sedangkan berat benda adalah besarnya gaya
gravitasi bumi yang bekerja pada benda itu. Adapun alat dalam mengukur masssa benda
diantaranya adalah neraca pegas, neraca O’hauss, neraca digital, dan lain- lain.

a. Neraca pegas

b. Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g
(gram). Untuk menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol)
dengan cara memutar sekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda
padapengait neraca.S Neraca O’hauss

Neraca tiga lengan.

Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah
neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala
terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan
lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di samping itu, ada pula neraca
yang memiliki empat lengan.

Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga
terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa yang
ditunjukkan pada beban geser.

Pengukuran massa di laboratorium dapat juga dilakukan dengan menggunakan neraca


dua lengan atau neraca berlengan sama. Massa benda yang diukur diletakkan pada salah satu
piringan. Pada piringan yang lain diletakkan beberapa anak timbangan untuk membuat
keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa anak timbangan yang
digunakan untuk membuat keseimbangan.

Neraca dua lengan.

Di samping neraca sebagaimana telah diuraikan di atas, sekolah-sekolah unggulan


telah memiliki laboratorium yang dilengkapi dengan neraca digital.Neraca digital memiliki
kepekaan (sensitivitas) yang lebih baik. Pengukuran massa benda dengan neraca digital dapat
dilakukan dengan mudah.

Neraca digital.

C. Pengukuran Waktu

Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan
analog Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama waktu istirahat
(misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan untuk mengukur selang
waktu yang relatif lama.
Arloji.

Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat lomba
lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch.Ada dua macam stopwatch, yaitu stopwatch
analog dan stopwatch digital.

Stopwatch

Stopwatch analog dijalankan dan dihentikan dengan menekan tombol-tombol yang


disediakan.Ada stopwatch yang memiliki satu tombol, yaitu untuk menjalankan,
menghentikan, dan mengembalikan ke titik nol. Ada pula stopwatch yang memiliki dua atau
tiga tombol. Bagaimanakah cara menggunakan stopwatch? Misalnya, Anda ingin mengukur
waktu pada saat berlangsung lomba lari 200 m. Ketika para pelari mulai bergerak dari garis
start, Anda menekan tombol dan ketika pelari mencapai garis finish, Anda menekan tombol
lagi. Selanjutnya, waktu yang diperlukan pelari dapat dibaca pada stopwatch. Untuk
mengembalikan jarum ke titik nol, Anda harus menekan tombol lagi.

Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika
stopwatch analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch digital
mampu melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s,
sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s. Gambar 1.14 menunjukkan
stopwatch digital yang menunjukkan angka 2’23” sekon.

Stopwatch digital

elanjutnya, baca hasil pengukuran. Adapun kelebihan menimbang beban dengan


neraca pegas yaitudalam sekali menimbang benda dapat diketahui massa dan berat benda
sekaligus. Pegassebagai alat untuk menentukan massa benda yang diukurnya neraca pegas
mengukur ketegangan pegas, yang sebenarnya adalah tekanannya.

Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut aliran air melalui bejana yang
berlubang (Jam air buatan 1760 bekerja dengan menggunakan sistem pipa yang diletakkan di
dalam dua bola kaca. Pada waktu jam dibalik, air dari bola kaca atas mengalir ke bola kaca
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa menggantikan air yang turun. Tekanan udara yang
tetap menjami aliran air teratur.

Jam Air
D. Pengukuran Besaran Suhu

Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran
suhu.Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda.Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer.Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi
pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:

1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 40 0C dan
mendidih pada suhu 3600 C.
5)      Volume air raksa berubah secara teratur.

Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:

1)     Air\ raksa harganya mahal.


2)      Air raksa tidak dapat digunakan untuk mengukur suhu yang sangat rendah.
3)      Air raksa termasuk zat beracun sehingga berbahaya apabila tabungnya pecah.

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol

b. Termometer alkohol

Pengukuran suhu yang sangat rendah biasanya menggunakan termometer alkohol,


alasan menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

1)  Alkohol harganya murah.


2)  Alkohol lebih teliti, sebab untuk kenaikan suhu yang kecil ternyata alkohol mengalami
perubahan volume yang besar.
3) Alkohol dapat mengukur suhu yang sangat rendah, sebab titik beku alkohol –1300C.
Kerugian menggunakan alkohol sebagai pengisi termometer, antara lain :

1) Membasahi dinding kaca.


2) Titik didihnya rendah (780C)
3) Alkohol tidak berwarna, sehingga perlu memberi pewarna dahulu agar dapat dilihat.

Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung thermometer ? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, dan
merupakan penghantar panas yang jelek.

Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap
bawah.Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer.Di antara kedua titik
tetap tersebut dibuat skala suhu.Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur
dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.

a.      Termometer Celcius

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100.Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.

b.      Termometer Reaumur

Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80.Di antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.

c.       Termometer Fahrenheit

Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas  dibagi
180 skala.

d.      Termometer Kelvin

Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol.
Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka
373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.

Titik Tetap Termometer

Perbandingan skala antara temometer Celcius, termometer Reaumur, dan termometer


Fahrenheit adalah

C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9

Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan
F dapat ditulis sebagai berikut:

tº C =5/4 tºR

tº C =5/9 (tºF – 32)

tº C =4/9 (tºF – 32)

Hubungan skala Celcius dan Kelvin adalah

t K = tºC + 273 K

Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita
buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik
tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.

Misalnya, kita akan menentukan skala termometer X dan Y. Termometer X dengan


titik tetap bawah Xb dan titik tetap atas Xa. Termometer Y dengan titik tetap bawah Yb dan
titik tetap atas Ya. Titik tetap bawah dan titik tetap atas kedua termometer di atas adalah suhu
saat es melebur dan suhu saat air mendidih pada tekanan 1 atmosfer.

Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-
masing termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.

(Tx -Xb)/(Xa- Xb)=(Ty- Yb)/( Ya- Yb)

Keterangan:

Xa = titik tetap atas termometer X


Xb = titik tetap bawah termometer X
Tx= suhu pada termometer X
Ya = titik tetap atas termometer Y
Yb = titik tetap bawah termometer Y
Ty = suhu pada termometer Y
E. Pengukuran Intensitas Cahaya

Alat pengukuran intensitas cahaya adalah Fotometer atau Fotometri.Fotometri adalah


titrasi untuk mengukur kandungan suatu zat dalam campuran dengan mengukur absorbs.
Fotometri merupakan peralatan dasar dilaboratorium untuk mengukur intensitas atau
kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium klinik menggunakan alat ini
karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan didalam cairan tubuh seperti serum atau
plasma. Prinsip dasar fotometri adalah pengukuran penyerapan sinar akibat interaksi sinar
yang mempunyai panjang gelombang tertentu dengan larutan atau zat warna yang
dilewatinya.Fotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur pencahayaan atau
penyinaran. Seperti penerapan di fotometry industri, suatu "fotometer" adalah kata umum
yang meliputi alat-alat untuk mendeteksi:
 intensitas cahaya hamburan

 penyerapan

 fluoresensi

Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau fotodioda.Masing-


masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika disinari cahaya, yang selanjutnya dapat
dideteksi dengan suatu rangkaian elektronik tertentu.

F. Pengukuran Kuat Arus Listrik

Alat pengukura kuat arus adalah Amperemeter.Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui besarnya arus/aliran listrik baik berupa arus listrik yang diproduksi mesin
pembangkit, maupun arus listrik yang didistribusikan ke jaringan distribusi. Jika kita akan
mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter maka harus
kita pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir melewati ampere
meter. Apabila ampermeter dihubungkan paralel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2), maka
pengukuran tidak benar (salah) dan akan merusak ammeter karena dihubung singkat dengan
batere/tegangan sumber alat ukur tersebut. Setelah amperemeter terpasang, kita dapat
mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui penghantar dengan membaca amperemeter
melalui jarum penunjuk.
Dalam membaca amperemeter harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum
penunjuk tidak selalu menyatakan angka apa adanya.

Ampermeter

Kuat arus yang terukur I dapat dihitung dengan rumus:

Keterangan : A = Ampermeter yang digumakan


G. Pengukuran Jumlah Zat

Pada pengukuran jumlah zat tidak menggunakan alat pengukuran sehingga digunakan
metode matematika kimia dengan rumus massa (gram) dibagi dengan massa relatif unsur atau
senyawa yang bersangkutan
2.4. Ketidakpastian dalam Pengukuran

Ketidakpastian pada pengukuran di sebabkan oleh beberapa yang disebabkan oleh


masalah pada alat dan keadaaan pada saat pengamatan antara lain adalah adanya nilai skala
terkecil, ketidakpastian sistematik, ketidakpastian acak dan keterbatasan pengamat.

1. Nilai Skala Terkecil

Seperti pada yang dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai
macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat dibaca.

Contohnya adalah pada alat pengukur panjang. Penggaris plastik yang biasa digores
dengan garis- garis yang berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka
sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan skala nonius yang memungkinkan kita
membaca hingga 0,1 sampai 0,05. Akan tetapi, dalam pembacaan hal tersebu kita hanya
terbatas pada skala terkecilnya saja sehingga sulit untuk lebih membuatnya spesifik.

2. Ketidakpastian Sistematik

Ketidakpastian sistematik merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat


yangdigunakan dan atau lingkungan di sekitar alat yang memengaruhi kinerja

alat. Misalnya, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan komponen

alat atau kerusakan alat,kesalahan paralaks serta kesalahan akibat pengaruh suhu dan
kelembaban

a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahankalibrasiterjadikarenapemberiannilaiskalapadasaatpembuatanatau kalibrasi
(standarisasi) tidaktepat.Hal
inimengakibatkanpembacaanhasilpengukuranmenjadilebihbesarataulebihkecildarinilaisebenar
nya.Kesalahaninidapatdiatasidenganmengkalibrasiulangalatmenggunakanalat yang
telahterstandarisasi.

Misalnya :

Terbacaarus 2,5 A sedangkanhasilkalibrasimenunjukkan 2,5 A sesuaidengan 2,8 A


padaalatstandar, maka yang digunakansebagaihasilpengukuranadalah 2,8 A

b. KesalahanTitikNol

Kesalahantitiknolterjadikarenatitiknolskalapadaalat yang digunakant


tidaktepatberhimpitdenganjarumpenunjukataujarumpenunjuk yang tidak bias
kembalitepatpadaskala nol. Akibatnya, hasilpengukurandapat
mengalamipenambahanataupengurangansesuaidenganselisihdariskalanolsemestinya.
Kesalahantitiknoldapatdiatasidengan melakukankoreksi padapenulisanhasilpengukuran.

c. KesalahanKomponenAlat

Kerusakanpadaalatjelassangatberpengaruhpadapembacaanalatukur.Misalnya,
padaneracapegas.Jikapegas yang digunakansudah lama danaus,
makaakanberpengaruhpadapengurangankonstantapegas. Hal ini
menjadikanjarumatauskalapenunjuktidaktepatpadaangkanol
yangmembuatskalaberikutnyabergeser.

d. KesalahanParalaks ( KesalahanArah Pandang )

Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum

e. Kesalahan karena Suhu dan Kelembaban

Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan waktu yang yidak tepat. Contohnya
pada mistar plastik jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan mempengaruhi hasil
pengamatan. Hal tersebut, dapat menyebabkan pemuaian pada misttar yang berakibat pada
kesalahan pengukuran.

Kesalahan sistematik sesuai namanya memberikan penyimpangan tertentu yang


prinsipnya dapat dikoreksi/ diperhitungkan

3. Ketidakpastian Acak yang Tak Disengaja (random errors)

Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat langsung diketahui. Antara
lain sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Pada
pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi
untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh.

Kesalahan acak(random)adalah kesalahaan yang terjadi karena adanya fluktuasi-fluktuasi


halus pada saat melakukan pengukuran.Penyebab kesalahan random pada umumnya
bersumber dari dua hal, yaitu :

1. Gejala yang tidak dapat dikendalikan secara pasti atau diatasi secara tuntas. Gejala
tersebut pada umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hinga
pengaturan dan pengontrolannya diluar kemampuan kita. Misalnya :
a. Gerak Brown Molekul Udara

Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur
atau rambang.Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.

b. Fluktuasi Besaran Listrik

Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat
dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita
mengukur kuat arus listrik. Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan
baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.

c. Landasan yang Bergetar

Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak.Alat yang sangat peka seperti seismograf
butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.

d. Bising

Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik.Gangguan
ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.

e. Radiasi Latar Belakang

Radiasi gelombang elektromagnetik dari kosmos (luar angkasa) dapat mengganggu


pembacaan dan menganggu operasional alat.Misalnya, ponsel tidak boleh digunakan di
SPBU dan pesawat karena bisa mengganggu alat ukur dalam SPBU atau pesawat.Gangguan
ini dikarenakan gelombang elektromagnetik pada telepon seluler dapat mengasilkan
gelombang radiasi yang mengacaukan alat ukur pada SPBU atau pesawat.

4. Ketidakpastian Pengamatan

Ketidakpastian pengamatan adalah ketidakpastian yang bersumber dari kurang


terampilnya manusia saat melakukan kegiatan pengukuran. Kesalahan seperti ini memang
tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu perbaikan. Sumber ketidakpastian ini
juga tidak boleh dianggap enteng, karena keterampilan seseorang dalam melakukan praktik-
praktik tersebut sangatlah penting.

Ketidakpastian ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu:

a. Kesalahan pemakaian alat ukur, misalnya ketika membaca skala pada jangka sorong
atau penggaris, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca.
Jika tidak, maka akan terjadi kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak tegak
lurus). Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1.4 membacar skala pada penggaris (a) salah; (b) Benar; (c) salah
b. Kesalahan pada pemindahan data contohnya yaitu pencatatan hasil pengukuran yang
berbeda dari pembacaannya.
c. Penyetelan instrumen yang tidak tepat. Misalnya jika kita ingin menimbang berat
badan di timbangan, maka kita terlabihdahlu harus mengatur pengenolan meternya dengan
tepat agar data yang di dapatpun bisa akurat.

2.5 Cara Meminimalisir Ketidakpastian pada Pengukuran


 Melakukan persiapan sebelum pelaksanaan (seperti kalibrasi dan pengecekan alat ).
 Tahu tentang teori pengukuran.
 Paham dengan jenis- jenis alat ukur dan cara koreksinya.
 Menguasai metode- metode hitung peralatan.
 Bekerja dengan loyalitas tinggi dan rasa tanggung jawab waktu pelaksanaan.
 Menghindari pelaksanaan survey atau pengukuran dengan intensitas panas tinggi
( 10.00 – 14.00).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan:
1. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai
satuan.
2. Besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.
3. Alat pengukuran
 Nama           : Panjang
Satuan SI : Meter (m)
Alat ukur  : Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup
 Nama  : Massa
Satuan SI : Kilogram (kg)
 Alat ukur : Neraca
 Nama : Waktu
Satuan S : Sekon (s)
Alat ukur : Stopwatch
 Nama : Kuat arus
Satuan SI  : Ampere (A)
Alat ukur : Amperemeter
 Nama : Suhu
Satuan SI : Kelvin (K)
Alat ukur : Termometer Kelvin
 Nama : Intensitas Cahaya
 Satuan : Candela (Cd)
 Alat Ukur : Fotometer
 Nama  : Jumlah Zat
Satuan : mol (mol)
 Alat ukur 

:-

4. Penyebab ketidakpastian
 Nilai skala terkecil
 Ketidakpastian sistematik
 Ketidakpastian acak
 Keterbatasan pengamat
5. Cara meminimalisir kesalahan pengukuran antara lain dengan melakukan persiapan
sebelum pelaksanaan (seperti kalibrasi dan pengecekan alat ), mengetahui tentang
teori pengukuran, memahami jenis- jenis alat ukur dan cara koreksinya, menguasai
metode- metode hitung peralatan, menghindari pelaksanaan survey atau pengukuran
dengan intensitas panas tinggi ( 10.00 – 14.00).

DAFTAR PUSTAKA

Kandi. 2010. PENGUKURAN UNTUK GURU SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
IPA)

Nurachmandani, Setya. 2009. FISIKA 1 UNTUK SMA/MA KELAS X. Jakarta:Pusat


Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.

Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sustini, Euis. Soejoto.1992. PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA DASAR. Bandung.


Departemen Pendidikan Nasional

Waluyanti, Sri dkk. 2008. ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN JILID 1 UNTUK
SMK. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.

Winarsih, Any dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

http://zullyandri47.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/51/2013/04/TUGAS-
ONLINE-2-FISIKA-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai