2021
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa,
karena penulis telah dimampukan menyusun karya ilmiah ini tepat pada waktunya, ini
disusun dengan sedemikian rupa guna memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah
Alat-Alat Ukur Fisika.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada penulis buku dan artikel
yang telah membantu penulis melalui karya tulisannya, dosen pengampu mata kuliah Alat-
Alat Ukur Fisika bapak Budiman Nasution S.Pd., M.Si. yang telah memberikan kesempatan
untuk mengkritik buku ini, orangtua yang telah memberikan dukungan serta teman-teman
yang selalu memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangatlah diperlukan.
Semoga makalah ini dapat membantu para pembaca dan penulis ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu yang memahami
segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi dan memperoleh
kebenarannya secara empiris melalui panca indera.Dalam melakukan eksperimen kita
memerlukan pengukuran- pengukuran. Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang
sangat penting dalam proses membangun konsep-konsep fisika.
Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap apabila tidak ada data yang
didapat dari hasil pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat
mengukur yang sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita
mengetahui apayang sedang kita bicarakan itu.
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita sebagai orang
yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar bisa meminimalisir
kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan pengukuran-pengukuran.Karena
pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan yang amat penting dalam praktik fisika untuk
mendapatkan hasil yang tepat dan akurat.
1.3 Tujuan
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan.
Sistem satuan besaran fisika pada prinsipnya bersifat standar atau baku, yaitu bersifat
tetap, berlaku universal, dan mudah digunakan setiap saat dengan tepat. Sistem satuan
standar ditetapkan pada tahun 1960 melalui pertemuan para ilmuwan di Sevres, Paris.Sistem
satuan yang digunakan dalam dunia pendidikan dan pengetahuan dinamakan sistem metrik,
yang dikelompokkan menjadi sistem metrik besar atau MKS (Meter Kilogram Second)
yang disebut sistem internasional atau disingkat SI dan sistem metrik kecil atau CGS
(Centimeter Gram Second).
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat dilihat dalam Tabel
berikut.
Besaran Pokok
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok tambahan, yaitu sudut
bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang dengan satuan steradian (sr).
Besaran Turunan
B. Sistem Internasional
Dahulu orang biasa menggunakan jengkal, hasta, depa, langkah sebagai alat ukur
panjang. Ternyata hasil pengukuran yang dilakukan menghasilkan data berbeda-beda yang
berakibat menyulitkan dalam pengukuran, karena jengkal orang satu dengan lainnya tidak
sama. Oleh karena itu, harus ditentukan dan ditetapkan satuan yang dapat berlaku secara
umum. Usaha para ilmuwan melalui berbagai pertemuan membuahkan hasil sistem satuan
yang berlaku di negara manapun dengan pertimbangan satuan yang baik harus memiliki
syarat-syarat sebagai berikut:
1) satuan selalu tetap, artinya tidak mengalami perubahan karena pengaruh apapun,
misalnya suhu, tekanan dan kelembaban.
Satuan Sistem Internasional (SI) digunakan di seluruh negara dan berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dan perdagangan antarnegara.Kamu dapat membayangkan
betapa kacaunya perdagangan apabila tidak ada satuan standar, misalnya satu kilogram dan
satu meter kubik.
Ketika kita mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja
100 cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari pengukuran
sedangkan cm adalah satuannya.
Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi panjang, massa, dan
waktu.
A.Pengukuran Panjang
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai dengan
ukuran benda.Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita gunakan pengaris, sedangkan
untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah menggunakan meteran kelos.
a.Pengukuran Panjang dengan Mistar
Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skalaukuran, yaitu
skala utama dan skala terkecil.Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan satuan
untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skalaterkecil pada mistar memiliki nilai 1
milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bagian
skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai1 cm10-1 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar
memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm, yakni
setengah dari nilai skalaterkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain skala sentimeter
(cm),terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.
Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala ketika
membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan pembacaan hasil pengukuran
akibat beda sudut kemiringan dalam melihat atau disebut dengan kesalahan paralaks.
Pembacaan Skala
Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapatmenggunakan alat ukur ini
untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu benda yang akan
diukur.
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur sampai 10
cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk
mengukur diameter cincin dan diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting
jangka sorong yaitu:
2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius mempunyai selisih 1
mm.
Jangka Sorong
Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala
utama dengan jumlah skala nonius.Skala nonius jangka sorong. Misalkan sebuah jangka
1mm
sorong memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil adalah = 0,05 mm. Maka nilai
2o
ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan
secara matematis, diperoleh
1
∆x = x 0,05 mm = 0,025 m
2
c.Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm. Mikrometer sekrup
dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai ukuran kecil dan tipis, seperti
mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan onderdil kendaraan yang berukuran kecil.
Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala putar, dan
silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda memutar selubung bagian luar
sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu,
0,5
nilai satu skala noniusadalah mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak
50
1
pastian micrometer sekrup adalah ∆x = x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.
2
a. Neraca pegas
b. Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N (newton) dan g
(gram). Untuk menimbang beban (benda),atur terlebih dahulu skala 0 (nol)
dengan cara memutar sekrup pengatur skala. Setelah itu gantungkan benda
padapengait neraca.S Neraca O’hauss
Ada beberapa jenis neraca. Jenis neraca yang sering digunakan di laboratorium adalah
neraca yang memiliki tiga lengan berskala yang dilengkapi dengan beban geser, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.9. Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala
terkecil 100 g; lengan di depannya berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan
lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan skala terkecil 0,1 g. Di samping itu, ada pula neraca
yang memiliki empat lengan.
Benda yang akan diukur massanya diletakkan pada piringan yang tersedia. Untuk
mengetahui massa benda, beban pada lengan-lengan neraca diatur sedemikian rupa sehingga
terjadi keseimbangan. Massa benda yang diukur sama dengan jumlah massa yang
ditunjukkan pada beban geser.
Neraca digital.
C. Pengukuran Waktu
Waktu dapat diukur dengan jam atau arloji. Ada dua macam arloji, yaitu digital dan
analog Selang waktu yang biasanya diukur dengan arloji antara lain lama waktu istirahat
(misalnya, 15 menit), lama waktu pelajaran berlangsung (misalnya, 45 menit), dan lama
perjalanan (misalnya, 20 menit). Jadi, arloji biasanya digunakan untuk mengukur selang
waktu yang relatif lama.
Arloji.
Untuk mengukur selang waktu yang sangat singkat, misalnya untuk mencatat lomba
lari 200 meter, biasanya digunakan stopwatch.Ada dua macam stopwatch, yaitu stopwatch
analog dan stopwatch digital.
Stopwatch
Untuk mengukur selang waktu yang lebih teliti, digunakan stopwatch digital. Jika
stopwatch analog hanya mampu melaporkan hasil pengukuran 9,8 s, maka stopwatch digital
mampu melaporkan hasil pengukuran 9,85 s. Jadi, stopwatch analog memiliki ketelitian 0,1 s,
sedangkan stopwatch digital memiliki ketelitian sampai 0,01 s. Gambar 1.14 menunjukkan
stopwatch digital yang menunjukkan angka 2’23” sekon.
Stopwatch digital
Jam air atau klepsidra mengukur waktu menurut aliran air melalui bejana yang
berlubang (Jam air buatan 1760 bekerja dengan menggunakan sistem pipa yang diletakkan di
dalam dua bola kaca. Pada waktu jam dibalik, air dari bola kaca atas mengalir ke bola kaca
bawah dan udara naik ke atas melalui pipa menggantikan air yang turun. Tekanan udara yang
tetap menjami aliran air teratur.
Jam Air
D. Pengukuran Besaran Suhu
Ukuran derajat panas dan dingin suatu benda tersebut dinyatakan dengan besaran
suhu.Jadi, suhu adalah suatu besaran untuk menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya
suatu benda.Alat untuk untuk mengukur besarnya suhu suatu benda adalah
termometer.Termometer yang umum digunakan adalah termometer zat cair dengan pengisi
pipa kapilernya adalah raksa atau alkohol. Pertimbangan dipilihnya raksa sebagai pengisi
pipa kapiler termometer adalah sebagai berikut:
1) Air raksa tidak membasahi dinding pipa kapiler, sehingga pengukurannya menjadi
teliti.
2) Air raksa mudah dilihat karena mengkilat.
3) Air raksa cepat mengambil panas dari suatu benda yang sedang diukur.
4) Jangkauan suhu air raksa cukup lebar, karena air raksa membeku pada suhu – 40 0C dan
mendidih pada suhu 3600 C.
5) Volume air raksa berubah secara teratur.
Selain beberapa keuntungan, ternyata air raksa juga memiliki beberapa kerugian, antara lain:
b. Termometer alkohol
Mengapa air tidak dipakai untuk mengisi tabung thermometer ? Alasannya karena air
membasahi dinding kaca, jangkauan suhunya terbatas, perubahan volumenya kecil, dan
merupakan penghantar panas yang jelek.
Pada pembuatan termometer terlebih dahulu ditetapkan titik tetap atas dan titik tetap
bawah.Titik tetap termometer tersebut diukur pada tekanan 1 atmosfer.Di antara kedua titik
tetap tersebut dibuat skala suhu.Penetapan titik tetap bawah adalah suhu ketika es melebur
dan penetapan titik tetap atas adalah suhu saat air mendidih.
Berikut ini adalah penetapan titik tetap pada skala termometer.
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 100.Diantara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi 100 skala.
Titik tetap bawah diberi angka 0 dan titik tetap atas diberi angka 80.Di antara titik
tetap bawah dan titik tetap atas dibagi menjadi 80 skala.
Titik tetap bawah diberi angka 32 dan titik tetap atas diberi angka 212.Suhu es yang dicampur
dengan garam ditetapkan sebagai 0ºF. Di antara titik tetap bawah dan titik tetap atas dibagi
180 skala.
Pada termometer Kelvin, titik terbawah diberi angka nol. Titik ini disebut suhu
mutlak, yaitu suhu terkecil yang dimiliki benda ketika energi total partikel benda tersebut nol.
Kelvin menetapkan suhu es melebur dengan angka 273 dan suhu air mendidih dengan angka
373. Rentang titik tetap bawah dan titik tetap atas termometer Kelvin dibagi 100 skala.
C : R : F = 100 : 80 : 180
C:R:F=5:4:9
Dengan memperhatikan titik tetap bawah 0ºC = 0ºR = 32ºF, maka hubungan skala C, R, dan
F dapat ditulis sebagai berikut:
tº C =5/4 tºR
t K = tºC + 273 K
Kita dapat menentukan sendiri skala suatu termometer. Skala termometer yang kita
buat dapat dikonversikan ke skala termometer yang lain apabila pada saat menentukan titik
tetap kedua termometer berada dalam keadaan yang sama.
Dengan membandingkan perubahan suhu dan interval kedua titik tetap masing-
masing termometer, diperoleh hubungan sebagai berikut.
Keterangan:
penyerapan
fluoresensi
Alat pengukura kuat arus adalah Amperemeter.Alat ukur ini digunakan untuk
mengetahui besarnya arus/aliran listrik baik berupa arus listrik yang diproduksi mesin
pembangkit, maupun arus listrik yang didistribusikan ke jaringan distribusi. Jika kita akan
mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter maka harus
kita pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir melewati ampere
meter. Apabila ampermeter dihubungkan paralel akan terjadi dua aliran (I1 dan I2), maka
pengukuran tidak benar (salah) dan akan merusak ammeter karena dihubung singkat dengan
batere/tegangan sumber alat ukur tersebut. Setelah amperemeter terpasang, kita dapat
mengetahui besar kuat arus yang mengalir melalui penghantar dengan membaca amperemeter
melalui jarum penunjuk.
Dalam membaca amperemeter harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum
penunjuk tidak selalu menyatakan angka apa adanya.
Ampermeter
Pada pengukuran jumlah zat tidak menggunakan alat pengukuran sehingga digunakan
metode matematika kimia dengan rumus massa (gram) dibagi dengan massa relatif unsur atau
senyawa yang bersangkutan
2.4. Ketidakpastian dalam Pengukuran
Seperti pada yang dicontohkan diatas setiap alat ukur memiliki skala dalam berbagai
macam bentuk, tetapi setiap skala mempunyai batasan yaitu skala terkecil yang dapat dibaca.
Contohnya adalah pada alat pengukur panjang. Penggaris plastik yang biasa digores
dengan garis- garis yang berjarak 1 mm, maka nilai skala terkecilnya 1 mm. Sebuah jangka
sorong adalah alat ukur panjang yang dibantu dengan skala nonius yang memungkinkan kita
membaca hingga 0,1 sampai 0,05. Akan tetapi, dalam pembacaan hal tersebu kita hanya
terbatas pada skala terkecilnya saja sehingga sulit untuk lebih membuatnya spesifik.
2. Ketidakpastian Sistematik
alat atau kerusakan alat,kesalahan paralaks serta kesalahan akibat pengaruh suhu dan
kelembaban
a. Kesalahan Kalibrasi
Kesalahankalibrasiterjadikarenapemberiannilaiskalapadasaatpembuatanatau kalibrasi
(standarisasi) tidaktepat.Hal
inimengakibatkanpembacaanhasilpengukuranmenjadilebihbesarataulebihkecildarinilaisebenar
nya.Kesalahaninidapatdiatasidenganmengkalibrasiulangalatmenggunakanalat yang
telahterstandarisasi.
Misalnya :
b. KesalahanTitikNol
c. KesalahanKomponenAlat
Kerusakanpadaalatjelassangatberpengaruhpadapembacaanalatukur.Misalnya,
padaneracapegas.Jikapegas yang digunakansudah lama danaus,
makaakanberpengaruhpadapengurangankonstantapegas. Hal ini
menjadikanjarumatauskalapenunjuktidaktepatpadaangkanol
yangmembuatskalaberikutnyabergeser.
Kesalahan paralaks terjadi bila ada jarak antara jarum penunjuk dengan garis-garis
skala dan posisi mata pengamat tidak tegak lurus dengan jarum
Kesalahan ini dikarenakan oleh faktor pemilihan waktu yang yidak tepat. Contohnya
pada mistar plastik jika penggunaannya dilakukan diterik matahari akan mempengaruhi hasil
pengamatan. Hal tersebut, dapat menyebabkan pemuaian pada misttar yang berakibat pada
kesalahan pengukuran.
Kesalahan ini diakibatkan oleh penyebab yang tidak dapat langsung diketahui. Antara
lain sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Pada
pengukuran yang sudah direncanakan kesalahan-kesalahan ini biasanya hanya kecil. Tetapi
untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi akan berpengaruh.
1. Gejala yang tidak dapat dikendalikan secara pasti atau diatasi secara tuntas. Gejala
tersebut pada umumnya merupakan perubahan yang sangat cepat dan acak hinga
pengaturan dan pengontrolannya diluar kemampuan kita. Misalnya :
a. Gerak Brown Molekul Udara
Molekul udara seperti Anda ketahui keadaannya selalu bergerak secara tidak teratur
atau rambang.Gerak ini dapat mengalami fluktuasi yang sangat cepat dan menyebabkan
jarum penunjuk yang sangat halus seperti pada mikrogalvanometer terganggu karena
tumbukan dengan molekul udara.
Tegangan listrik selalu mengalami fluktuasi (perubahan terus menerus secara cepat
dan acak). Akibatnya kalau kita ukur, nilainya juga berfluktuasi. Demikian pula saat kita
mengukur kuat arus listrik. Tegangan listrik PLN atau sumber tegangan lain seperti aki dan
baterai selalu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur dan cepat sehingga menghasilkan
data pengukuran besaran listrik yang tidak konsisten.
Getaran pada landasan tempat alat berada dapat berakibat pembacaan skala yang
berbeda, terutama alat yang sensitif terhadap gerak.Alat yang sangat peka seperti seismograf
butuh tempat yang stabil dan tidak bergetar. Jika landasannya bergetar, maka akan
berpengaruh pada penunjukkan skala pada saat terjadi gempa bumi.
d. Bising
Bising merupakan gangguan yang selalu Anda jumpai pada alat elektronik.Gangguan
ini dapat berupa fluktuasi yang cepat pada tegangan akibat dari komponen alat bersuhu.
4. Ketidakpastian Pengamatan
a. Kesalahan pemakaian alat ukur, misalnya ketika membaca skala pada jangka sorong
atau penggaris, arah pandangan harus tepat tegak lurus pada tanda garis skala yang dibaca.
Jika tidak, maka akan terjadi kesalahan paralaks (metode pembacaan skala yang tidak tegak
lurus). Perhatikan Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1.4 membacar skala pada penggaris (a) salah; (b) Benar; (c) salah
b. Kesalahan pada pemindahan data contohnya yaitu pencatatan hasil pengukuran yang
berbeda dari pembacaannya.
c. Penyetelan instrumen yang tidak tepat. Misalnya jika kita ingin menimbang berat
badan di timbangan, maka kita terlabihdahlu harus mengatur pengenolan meternya dengan
tepat agar data yang di dapatpun bisa akurat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan:
1. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan
sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai
satuan.
2. Besaran fisika adalah ukuran fisis suatu benda yang dinyatakan secara kuantitas.
3. Alat pengukuran
Nama : Panjang
Satuan SI : Meter (m)
Alat ukur : Mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup
Nama : Massa
Satuan SI : Kilogram (kg)
Alat ukur : Neraca
Nama : Waktu
Satuan S : Sekon (s)
Alat ukur : Stopwatch
Nama : Kuat arus
Satuan SI : Ampere (A)
Alat ukur : Amperemeter
Nama : Suhu
Satuan SI : Kelvin (K)
Alat ukur : Termometer Kelvin
Nama : Intensitas Cahaya
Satuan : Candela (Cd)
Alat Ukur : Fotometer
Nama : Jumlah Zat
Satuan : mol (mol)
Alat ukur
:-
4. Penyebab ketidakpastian
Nilai skala terkecil
Ketidakpastian sistematik
Ketidakpastian acak
Keterbatasan pengamat
5. Cara meminimalisir kesalahan pengukuran antara lain dengan melakukan persiapan
sebelum pelaksanaan (seperti kalibrasi dan pengecekan alat ), mengetahui tentang
teori pengukuran, memahami jenis- jenis alat ukur dan cara koreksinya, menguasai
metode- metode hitung peralatan, menghindari pelaksanaan survey atau pengukuran
dengan intensitas panas tinggi ( 10.00 – 14.00).
DAFTAR PUSTAKA
Kandi. 2010. PENGUKURAN UNTUK GURU SMP. Jakarta: Pusat Pengembangan dan
Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
IPA)
Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam 1 untuk SMP/ MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Waluyanti, Sri dkk. 2008. ALAT UKUR DAN TEKNIK PENGUKURAN JILID 1 UNTUK
SMK. Jakarta:Pusat Perbukuan Departemen Pendidkan Nasional.
Winarsih, Any dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/ MTS Kelas VII. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
http://zullyandri47.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/51/2013/04/TUGAS-
ONLINE-2-FISIKA-2.pdf