Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENJALARAN KESALAHAN PENGUKURAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd.
Ni Putu Ayu Hervina Sanjayanti, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
Ni Kadek Sepiantari 1913021009
I Komang Restu Widia Artha 1913021014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Penjalaran Kesalahan Pengukuran” ini
dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang penulis peroleh
dari buku panduan yang berkaitan dengan Pengelolaan Laboratorium, serta
infomasi dari media massa yang berhubungan dengan penjalaran kesalahan dalam
pengukuran, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Pengelolaan Laboratorium atas bimbingan dan arahan dalam
penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah
mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harapkan, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
penjalaran kesalahan dalam pengukuran. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Singaraja, 1 Oktober 2019

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Dalam Pengukuran......................................................................2
2.2 Ketidakpastian Hasil Pengukuran................................................................3
2.3 Ketidakpastian Pada Fungsi Variabel...........................................................5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................11

BAB I

2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan eksperimental, dimana berupa ilmu yang
memahami segala sesuatu tentang gejala alam melalui pengamatan atau observasi
atau eksperimen dan memperoleh kebenarannya secara empiris melalui panca
indera. Eksperimen mengambil peranan yang sangat penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan modern.
Dalam melakukan eksperimen kita memerlukan pengukuran- pengukuran.
Karena itu, pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran dilakukan untuk membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain sejenis yang dipergunakan sebagai satuannya.
Namun, pengukuran tersebut tentu juga pernah atau akan mengalami kesalahan,
jika kita tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan untuk melakukan pengukuran
tersebut. Sehigga menimbulkan ketidakpastian dalam pengukuran.
Oleh karena adanya ketidakpastian dalam pengukuran tersebutlah, kita sebagai
orang yang mempelajari ilmu fisika, harus memiliki ketelitian yang tinggi agar
bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam melakukan
pengukuran-pengukuran.Karena pengukuran tersebut adalah salah satu kegiatan
yang amat penting dalam praktik fisika untuk mendapatkan hasil yang tepat dan
akurat.
1.2 Rumusan Masalah
1). Apa saja sumber-sumber kesalahan dalam pengukuran?
2). Bagaimana mengolah hasil pengukuran dengan menerapkan
tidakpastian pengukuran?
3). Bagaimana ketidakpastian pengukuran pada fungsi variabel?
1.3 Tujuan Pembahasan
1) Mengetahui kesalahan-keslahan dalam pengukuran
2) Mengetahui ketidakpastia hasil pengukuran, baik pengukuran tunggal
ataupun pengukura berulang.
3) Mengetahui ketidakpastian hasil pengukuran fungsi variabel, yaitu
fungsi satu variabel dan fugsi dua variabel.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kesalahan Dalam Pengukuran
Dalam proses melakukan pengukuran akan selalu selalu dihinggapi
ketidakpastian, adapun sebabnya antara lain :
1. Adanya nilai skala terkecil (nst) yang ditimbulkan oleh keterbatasan alat ukur
tersebut. Secara fisik jarak antara dua goresan yang berdekatan dalam suatu
alat ukur jarang kurang dari 1 mm. Hal ini disebabkan karena mata manusia
agak sukar melihat jarak kurang dari 1 mm dengan tepat.
2. Adanya ketidakpastian bersistem diantaranya :
a. Kesalahan kalibrasi (pemberian nilai skala ketika alat diproduksi kurang
tepat).
b. Kesalahan titik nol (sebelum digunakan alat telah menunjukan pada
sesuatu nilai yang tidak nol atau jarum tidak mau kembali ke titik nol
secara tepat).
c. Kesalahan pegas (setelah sekian lama digunakan pegas melunak/mengeras
dari keadaan semula).
d. Gesekan pada bagian alat yang bergerak.
e. Paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak, antara lain :
a. Gerak brown molekul udara, gerak ini dapat menggangu penunjukan
jarum alat yang sangat halus dan berbasis mikroskopis.
b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik, mengganggu operasional alat-alat
listrik.
c. Noise (gangguan bising) dari alat-alat elektronik. Penuntun Praktikum
Fisika
4. Keterbatasan keterampilan pengamat.
Peralatan yang semakin canggih dan kompleks seperti mikroskop elektro,
osiloskop, spektrometer, pencacah partikel dll menurut keterampilan yang tidak
sedikit dari pemakainnya.

4
2.2 Ketidakpastian Hasil Pengukuran
Pernyataan hasil pengukuran bergantung pada cara melakukan pengukurannya
Dalam hal ini pengukuran dibedakan menjadi dua, yaitu pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang.

1. Pengukuran Tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja
(apapun kesalahannya).Pengukuran-pengukuran lamanya benda mendingin,
kecepatan komet, dan lain-lain, tidak mungkin dilakukan lebih dari sekali. Oleh
sebab itu pengukurannya mungkin dilakukan hanya sekali. Di samping itu jika
dilakukan pengukuran lebih dari sekali, mungkin tidak menghasilkan nilai-nilai
yang berbeda, misalnya alat yang kasar dipakai untuk mengukur sesuatu yang
halus. Oleh sebab itu ukuran ketepatan suatu pengukuran tunggal ditentukan oleh
alat yang digunakan. Dalam hal ini hasil pengukuran dilaporkan sebagai :
( x ± Δx )
dengan x menyatakan hasil pengukuran tunggal dan Δx adalah setengah nilai
skala terkecil alat ukur.
Misal contohnya, yaitu panjang sebuah balok diukur dengan menggunakan
mistar yang memiliki skala terkecil 1 mm. hasilnya ditulis sebagai:
Panjang balok = (6,15 ± 0,05) cm
Ini berarti, pengamat menduga panjang balok itu sekitar 6,15 cm, yaitu antara 6,10
cm sampai 6,20 cm (tidak dapat diketahui tepatnya). Dengan kata lain pengamat
berkeyakinan benar, bahwa panjang balok tidak kurang dari 6,10 cm dan tidak
lebih dari 6,20 cm.Sebagai interpretasi, ada kepastian (keyakinan) 100 %, bahwa
nilai benar x0 berada di antara (x – Δx)dan (x + Δx).

2. Pengukuran Berulang

Kiranya kita patut bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran


tunggal. Makin banyak pengukuran dilakukan, makin besarlah tingkat
kepercayaan terhadap hasilnya. Dengan melakukan pengukuran berulang
diperoleh lebih banyak nilai benar x0, sehingga nilai tersebut dapat didekati
dengan teliti.

5
Pada pengukuran berulang akan dihasilkan nilai-nilai x yang disebut
sampel suatu populasi x0, yaitu x1, x2, x3, . . . xn. Dari nilai-nilai x atau sampel
tersebut, manakah yang dipakai sebagai nilai terbaik (x), dan berapa
ketidakpastiannya (Δx) ?

Nilai rata-rata sampel ( x ) dianggap sebagai nilaiterbaik pengganti nilai


populasi x0 yang tidak mungkin ditemukan dari pengukuran. Pada suatukeyakinan
tertentu, nilai benar ada di dalam (x ± Δx). Menurut statistika, x0 = x , yaitunilai
rerata sampel, dengan

⟨ X ⟩=
∑ ❑ xi
n
Pada pengukuran berulang dengan n jumlah pengukuran, simpangan baku
Δx dinyatakan oleh

∑ ❑ x 2i −n ⟨ x ⟩2
X=
√ ( n−1 )
Satuan Δx sama dengan satuan x. Hasil akhir pengukuran selalu
dinyatakan dengan
x= ⟨ x ⟩ ± Δ x
Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian ialah dengan menyebutkan
ketidakpastian nisbi/relatifnya, yaitu
Δx
x
yang tidak mempunyai satuan, yang kadang-kadang dinyatakan dalam prosen,
yaitu
Δx
Kr= x 100 %
x

Ketidakpastian relatif berhubungan dengan ketelitian (precision)


pengukuran yang bersangkutan; makin kecil ketidakpastian makin besar ketelitian
pengukuran tersebut. Ketidakpastian relatif sebesar 1 % dikatakan lebih teliti dari
pada pengukuran yang menghasilkan ketakpastian relatif 5 %. Jadi ketakpastian
relatif mengadung informasi yang lebih banyak dari pada ketakpastian mutlak.

6
2.3 Ketidakpastian Pengukuran Fungsi Variabel
a. Ketidakpastian Pada Fungsi Satu Variabel
Tidak jarang suatu besaran fisika merupakan fungsi besaran fisik lain.
Sebagai contoh, volume kubus (V) = x3. V tidak dapat diukur secara langsung
dengan menggunakan mistar, yang diukur adalah panjang sisi-sisi kubus (x).
Ketidakpastian pada pengukuran x sudah tentu menyebabkan adanya
ketidakpastian pada V. Bagaimana hubungan antara ∆ xdan ∆ V ?
Jika diperhatikan y sebagai fungsi x y = f(x), maka x di sini merupakan
variabel bebas yang diukur, dan y variabel tidak bebas yang akan dicari.

dy
y=f (x ) dan ∆ y = ∆x
dx
Apabila∆ x bersifat bagian skala terkecil, begitu pulalah interpretasi ∆ y,
dan apabila ∆ x berupa simpangan baku, ∆ y juga bersifat demikian.
Berikut adalah contoh beberapa fungsi satu variable yang sering dijumpai
dalam praktikum fisika
dV dx3
3
V =x , ∆ V = [ ] [
dx
∆ x=
dx
2
∆ x=3 x ∆ x ]
a. y=a xn ,n bilangan bulat (fungsi pangkat) atau pecahan
dy
=n ax n−1
dx

∆ y =|n . a x n−1| ∆ x dan|∆yy|=n|∆xx|


7
dy 1
b. y=log x ; =
dx ln 10
1 ∆x 1 ∆x
∆ y= ∆ x dan =
x ln 10 y ln x x
x dy
c. y=e ; =e x
dx
∆y
∆ y =e x ∆ x dan =∆ x
y
dy
d. y=sin x ; =cos x
dx
∆y
∆ y =|cos x||∆ x|dan =|ctgx||∆ x|
y
Dalam menghitung ∆ y, sudah barang tentu ∆ xharus dinyatakan dalam radian.
Contoh soal :
Diameter suatu kawat silinder diperoleh d = (2,00 ± 0,05) mm. Berapakah
ketidakpastian pada penampangnya?
Penyelesaiannya :
2
d
Luas penampang A = π []
2
= 3,14 mm2

Sehingga untuk mencari ketidakpastian penampangnya menggunakan rumus:


∆d
∆ A= ×A
d
0,05 2
¿2× ×3 , 14=0,16 mm
2, 00

b. Ketidakpastian pada Fungsi Dua Variabel


Jika diperhatikan z sebagai fungsi : z = z (x,y), dengan x = (x́±Δx) dan y = ( ý
±Δy) masing-masing merupakan hasil pengukuran langsung (variabel bebas), dan
z adalah besaran yang dicari (variabel tidak bebas). Δx dan Δx adalah
ketidakpastianpada x dan y, maka z juga akan mempunyai ketidakpastian tertentu
Δz. Bagaimana hubungan antara Δz dan Δx serta Δy?
1. Δx dan Δy ditentukan nilai skala terkecil (penguuran tunggal)
z=f ( x , y ) ,maka :

8
ź=z ( x́ , ý ) dan ∆ z= ([ ∂∂ xz ) ]|∆ x|+[( ∂∂ zx ) ]|∆ y|
y y

Contoh soal :
Percepatan gravitasi suatu tempat akan ditentukan dengan menggunakan
percobaan bandul matematis, berdasarakan persamaan :
L
T =2 π
√ g
Pengukuran panjaang tali dengan mistar L=( 25,0 ± 0,05 ) cm, dan waktu ayunan

T =( 1,00 ± 0,01 ) S . Berapakah g menurut pengukuran ini dan berapa ketidak


pastiannya?
Penyelesaiannya :
2 L
Percepatan gravitasi (g) = 4 π
T2
25,0
g=4. ( 3,14 )2 2
=986,96 cm/ s2
1,00

∆ g= |∂∂ Lg||∆ L|+| ∂∂Tg||∆ T|


4 π2 L(−2)
¿ | | |
T 2 |
|∆ L|+ 4 π 2
T2
|∆ T|

4. ( 3,14 )2 25,0(2)
¿ | || | |
1,00
2
0,05 + 4. (3,14 )2
1,00
2 ||
0,01|

¿ 1,97+19,73

¿21,7 cm/s2

g= ( 987,0 ±21,7 ) cm/ s2

¿ ( 9,870 ± 0,217 ) m/s2

Jadi hasil akhir yang dilaporkan adalah (9,9 ± 0,2) m/s2

2. Nilai ∆ xdan ∆ y simpangan baku ( pengukuran berulang)

9
Bila x dan y diperoleh dari hasil pengukuran berulang, hingga menghsilkan
contoh x1, y1dengan i = 1, 2,3, ….., n. Dari sini dapat ditentukan ź=z ( x́ , ý ). ∆ z
dapat dihitung dengan persamaan :

∂z 2 ∂z 2
∆ z=
√( )
∂x y
2
∆x + ( )
∂y x
∆ y2

3. ∆ x dan ∆ y berlaian sifat


Apabila pa fugsi z=z ( x , y ) ,besaran x diuukur berulangdan besaran y
diukur tunggal .
Jika diambil tingkat kepercayaan 68% maka :

√ [( )∂ z 2 2 ∂z 2
∆ z=
∂x y ( ) ( 32 ∆ y )]
∆x +
∂y x
2

10
Jika diambil tingkat kepercayaan 100% maka :
∂z 3 ∂z
∆ z=
[( ) ] ( ) [ ( ) ]
∂x y
x
2
∆x +
∂y x
x∆ y

Perlu diketahui bahwa mengapa menggunakan tingkat kepercayaan 68%


dan tingkat kepercayaan 100% dan bukan menggunakan angka yang lain
karena 68% dan 100% merupakan sebuah ketetapan didalam proses uji kerja
sampling (work sampling) yang biasanya disimbulkan dengan huruf k ( harga
indeks tergantung level kepercayaan).
Tingkat kepercayaan 68% harga k = 1
Tingkat kepercayaan 95% harga k = 2
Tingkat kepercayaan 99% harga k = 3

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam proses melakukan pengukuran akan selalu selalu dihinggapi
ketidakpastian, adapun sebabnya, yaitu adanya nilai skala terkecil (nst) yang
ditimbulkan oleh keterbatasan alat ukur tersebut, adanya ketidakpastian bersistem
( Kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan pada bagian
alat yang bergerak, paralaks (kesalahan arah pandang) dalam membaca skala),
adanya ketidakpastian acak, dan keterbatasan keterampilan pengamat.
Pernyataan hasil pengukuran bergantung pada cara melakukan
pengukurannya. Pengukuran menjadi dua, yaitu pengukuran tunggal dan
pengukuran berulang.Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu
kali saja (apapun kesalahannya).Dalam hal ini hasil pengukuran langsung
dilaporkan sebagai :
( x ± Δx )
dengan x menyatakan hasil pengukuran tunggal dan Δx adalah setengah nilai
skala terkecil alat ukur. Pengukuran berulag adalah peguuran yang dilakukan lebih
dari satu kali, atau berulang-ulang. Pada pengukuran berulang akan dihasilkan
nilai-nilai x yang disebut sampel suatu populasix0, yaitu x1, x2, x3, . . . xn . Nilai
rata-rata sampel ( x ) dianggap sebagai nilai terbaik pengganti nilai populasi x0
yang tidak mungkin ditemukan dari pengukuran. Selainitu ada juga yang namanya
ketidakpastian pengukuran fungsi variable, yang dibagi menjadi ketidakpastian
pada fungsi satu variabel dan ketidakpastian pada fungsi dua variable.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rapi, Ni Ketut. 2017. Laboratorium Fisika 1. Depok: Rajawali Pers.

Sani, Ridwan Abdullah. 2012. “Pengembangan Laboratorium Fisika”. FMIPA


UIMED

Hermayanti, dkk. 2014.”Dasar Pengukuran dan Ketidakpastian”

Anda mungkin juga menyukai