Anda di halaman 1dari 26

MODUL PRAKTIKUM

FISIKA TEKNIK

Oleh :

TIM PENYUSUN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

2023

1
BAB I
TATA TERTIB LABORATORIUM FISIKA

Perlu disadari bahwa pembentukan sikap dan perbuatan yang islami adalah bagian
dari pada Iman, oleh sebab itu untuk kelancaran Praktikum pelaksanaan Praktikum
diharapkan praktikan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

A. PERLENGKAPAN PRAKTIKUM
1. Buku Penuntun Praktikum
2. Jas Praktikum warna putih
3. Kain lap kasar atau halus
4. Peralatan tulis (mistar, pensil, busur dan lain- lain).

B. MENJELANG PRAKTIKUM
1. Mengikuti Praktikum sesuai jadwal dan hadir 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
2. Mengenakan jas praktikum dan memakai sepatu (bukan sepatu sendal).
3. Membawa kain lap kasar atau halus serta seluruh perlengkapan praktikum
lainnya.
4. Membawa modul percobaan yang akan dilakukan.
5. Rambut harus pendek (satu cm), bagi praktikan pria dan tidak diperkenankan
menggunakan celana yang robek, serta tidak memakai anting- anting.
6. Tidak diperkenankan menggunakan celana panjang jeans dan kostum yang
ketat.
7. Peralatan tulis harus dibawa serta setiap praktikum.
C. SAAT PRAKTIKUM BERLANGSUNG
1. Berdo’a sesuai dengan keyakinan masing-masing sebelum praktikum dimulai.
2. Mengikuti seluruh rangkaian praktikum dengan tenang dan tertib.
3. Menjawab seluruh pertanyaan yang diajukan oleh asisten pada saat responsi
(tanya jawab).
4. Melakukan pengambilan data sesuai dengan petunjuk Asisten secara teliti.
5. Tidak diperkenankan meningggalkan meja percobaan tanpa ijin asisten atau
koordinator praktikum sebelum bel keluar berbunyi.
6. Tetap menjaga kebersihan dan dilarang makan/minum, apalagi merokok
saatpraktikum berlangsung.
D. MENJELANG PRAKTIKUM SELESAI.
1. Berdo’a sebelum meninggalkan ruangan praktikum.
2. Membersihkan alat yang telah digunakan dan dikembalikan dalam keadan
utuh. Apabila terjadi kerusakan atau kehilangan salah satu peralatan yang

2
digunakan, maka harus diganti secara berkelompok sesuai dengan tipe dan
merek alat tersebut.
3. Mendengarkan dengan secara seksama cara pengolahan data dari Asisten.
4. Keluar dengan tertib dan teratur apabila bel keluar berbunyi.
E. SANGSI-SANGSI
1. Apabila praktikan tidak mematuhi tata tertib atau tidak membawa satu
diantara perlengkapan tersebut diatas maka tidak dapat mengikuti praktikum.
2. Apabila praktikan ketahuan dan terbukti melakukan pelanggaran berupa
pemalsuan atau manipulasi tanda tangan asisten dan semacamnya, maka akan
dibatalkan seluruh percobaannya (satu semester).
3. Hal-hal lain yang belum diatur akan ditentukan kemudian.

Ternate, 6 November 2023

KOORDINATOR PRAKTIKUM

3
BAB II
TEORI KETIDAKPASTIAN

A. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN


Ketika anda mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrument (alat
ukur) tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai benar x . Melainkan selalu
o

terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh adanya kesalahan dalam


pengukuran.Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar
x .Dalam
o hal ini dikatakan bahwa setiap pengukuran akan terdapat
kesalahan/ketidakpastian.
Jika benar demikian maka muncul beberapa pertanyaan:
1. Bagaimana cara melaporkan hasil pengukuran yang dilakukan?
2. Apakah hasil pengukuran itu terjamin tidak salah?
3. Jika kurang yakin atau keragu-raguan,berapa simpangannya
4. Apabila hasil pengukuran itu dapat dipercaya, maka seberapa jauhkah
kepercayaan tentang pengukuran tersebut.
Mengenai jaminan,kita dapat memberikan sepenuhnya bahwa hasil pengukuran itu
tepat,tidak disertai suatu ketidakpastian atau kesalahan.Kalau setiap pengukuran yang
kita lakukan mempunyai kesalahan adalah kewajiban kita untuk bersalah agar
pengukuran itu menjadi berarti,dan dapat menyatakan sejauh mana pengukuran kita
dapat dipercaya. Untuk memperkecil kesalahan pengukuran,maka kita wajib
mengetahui sumber-sumber kesalahan kemudian mengatasinya,namun harus diakui
bahwa untuk menghilangkan kesalahan yang tak mungkin dielakan lagi.
A.1. Beberapa Jenis Ketidakpastian
Adapun sumber dan jenis kesalahan/ketidakpastian yang sering dijumpai dalam
pengukuran dapat dibagai atas 3 bagian yaitu:
1.1. Ketidakpastian Bersistem
Adapun suatu kesalahan yang terjadi yang kelihatannya sama,hal ini disebabkan
karena:
a. Kesalahan akibat kalibrasi alat.
b. Penunjukan jarum alat ukur sebelum melakukan pengukuran tidak berada
dititik nol.
c. Kesalahan komponen dari alat ukur.
d. Masalah lingkungan pada saat pengukuran.
1.2. Ketidakpastian Rambang
Adalah merupakan kesalahan yang disebabkan oleh alat itu sendiri,yang meliputi
kepekaannya:
a. Keadaan lingkungan yang tidak tepat.
b. Dudukan dari alat.

4
c. Bising,dan lain-lain
1.3. Ketidakpastian Tindakan
Adalah suatu kesalahan yang sering terjadi akibat sipengamat. Hal ini
kebanyakan dipengaruhi oleh ketelitian dalam penggunaan suatu alat ukur bagi
pengamat.
A.2. Berapa Jenis Pengukuran
Hasil dari suatu pengukuran sangat ditentukan oleh sipengamat dan alat ukur yang
digunakan.Menggunakan alat ukur dengan ketelitian yang cukup tinggi,tidaklah
semudah mengukur panjang suatu benda dengan mistar.Masalah pengukuran pada
umumnya membutuhkan berbagai macam alat ukur dan masing-masing mempunyai
cara kerja yang berlainan.Oleh karena itu,anda perlu mengetahui fungsi alat ukur
masing-masing sehingga anda tidak melakukan kesalahan dalam pengukuran.
2.1 Pengukuran Tunggal
Pengukuran Tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali
saja.Pengukuran ini biasanya dilakukan karena situasi yang kurang mengijinkan
atau juga alat ukur yang digunakan serba terbatas, sehinga mempunyai ketelitian
yang rendah.Misalkan kita ingin mengukur suatu besaran X,maka hasil
pengukuran dilaporkan:

X=X ±ΔX0 dan ΔX= Nst (nilai skala terkecil alat ukur)

2.2 Pengukuran Berulang


Didalam melakukan suatu pengukuran,untuk memperoleh hasil yang lebih baik
atau mendekati harga yang sebenarnya dilakukan pengukuran berulang.
Misalnya kita mengukur suatu besaran X sebanyak n kali,dengan hasil
pengukuran X X X 1, 2, 3, . . . , X maka nilai X dilaporkan:
n

X= ̅ dimana ̅= Nilai rata-rata


= Ketidakpastian pengukuran berulang

Secara statistik nilai ̅ dan ΔX dapat ditentukan dengan persamaan:


̅
Sedangkan nilai ΔX didapat dari Simpangan Baku nilai rata-rata pengukuran:

∑ ̅

̅ √

√ ∑ ∑

Atau ̅

Jika anda bandingkan hasil pengukuran tunggal dan hasil pengukuran berulang akan
diperoleh:
5
1. Pengukuran tunggal memberikan hasil yang diragukan.
2. Pengukuran berulang dapat memberikan beberapa keuntungan,misalnya nilai
sebenarnya X dapat diwakili oleh nilai rata-rata ̅ dan ketidakpastian (S ) lebih
o x

kecil dari ketidakpastian pengukuran tunggal.


B. KETIDAKPASTIAN PADA HASIL PERCOBAAN
B.1. Beberapa istilah dalam pengukuran
Dalam pengukuran anda akan menemukan beberapa istilah yang didefinisikan
sebagai berikut:
 Ketelitian (Presisi) adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan
dari nilai benar X 0.

 Kepekaan (Sensitivitas) adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi


(dibaca) oleh instrument (alat ukur)
 Ketepatan (Akurasi) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang sama,dengan memberikan suatu nilai tertentu pada besaran
fisis.Ketepatan merupakan suatu ukuran yang menunjukan perbedaan hasil-
hasil pengukuran pada pengukuran berulang.
B.2. Ketidakpastian Mutlak dan Relatif
Telah anda ketahui bahwa baik pengukuran tunggal maupun pengukuran
berulang,hasilnya dilaporkan sebagai X=X ±ΔX dengan ΔX= dari nilai skala terkecil
0

instrument,dan pada pengukuran berulang = simpangan baku nilai rata-rata


sample. Ternyata adalah Ketidakpastian Mutlak.Tentu saja satuan sama dengan
satuan besaran X . 0

Ketidakpastian mutlak berhubungan dengan ketepatan pengukuran:makin kecil


ketidakpastian mutlak,makin tepat pengukuran tersebut.
Contoh:
1. Pengukuran panjang L=(4,900± 0,005)cm adalah pengukuran yang memiliki
ketepatan lebih tinggi dari pada L=(4,90±0,05)cm
2.Pengukuran arus I=(3,6±0,1)A,memiliki kecepatan lebih tinggi dari pada
I=(3,6±0,2)A.
Cara lain untuk menyatakan ketidakpastian suatu besaran adalah menggunakan

ketidakpastian Relatifyaitu yang tidak memiliki satuan.Ketidakpastian Relatif

sering dinyatakan dalam persen,dengan mengalikan dengan 100%:

Makin kecil ketidakpastian Relatif makin tinggi ketidakpastian pengukuran tersebut.


Contoh: Sebuah amperemeter digunakan untuk mengukur 2 kuat arus yang
berbeda (sebut I dan I ) hasil pengukuran tersebut dilaporkan sebagai:
1 2

I = (10 ±0,05)mA dan I = (20 ±0,05)mA.


1 2

Mana pengukuran yang lebih teliti?


6
K dari I =
R 1 dan

K dari I =
R 2

Karena Ketidakpastian Relatif I lebih kecil daripada I . Jelaslah pengukuran I lebih


2 1 2

teliti dari pada I .Tetapi perhatikan juga bahwa ketepatan kedua pengukuran adalah
1

sama karena Ketidakpastian Mutlak keduanya sama, yaitu 0,05mA.


Hubungan Ketidakpastian Relatif dengan ketelitian pengukur adalah:

Dengan demikian dari contoh diatas:


Ketelitian I =100%-0,5%=99,5%
1

Ketelitian I =100%-0,25%=99,75%
2

B.3. Angka Berarti


Berapa banyak angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan?
Banyaknya angka yang dapat dilaporkan dalam percobaan untuk harga X dan dapat
mengukuti aturan berikut:
Ketidakpastian Relatif sekitar 10% berhak atas 2 angkka berarti
Ketidakpastian Relatif sekitar 1% berhak atas 3 angka berarti
Ketidakpastian Relatif sekitar 0,1% berhak atas 4 angka berarti
Contoh: Dalam suatu pengukuran kuat arus didapatkan (pengukuranberulang):
rata-rata=12,65mA danΔI = 0,14
Ketidakpastian Relatif K = R

Dari aturan diatas Ketidakpastian 1,1% berhak atas 3 angkaberartijadi,hasil


pengukuran dilaporkan dalam 3 angka yaitu:
I = Ῑ ± ΔI = (12,7±0,14)mA

B.4. Ketidakpastian Suatu Besaran Yang Di Ukur Tidak Secara Langsung


Misalkan kita akan menentukan suatu besaran fisis (z),tetapi besaran fisis tersebut
tidak kita ukur secara langsung melainkan merupakan fungsi dari besaran-besaran
lain (x,y) yang kita ukur secara langsung. Dimana z adalah fungsi dari x dan y adalah
besaran yang di ukur secara langsung dan dan memiliki ketidakpastian, maka tentu
saja z pun mengandung ketidakpastian yang diwarisi dari x dan y. jika nilai x dan y
diukur secara langsung yaitu masing-masing:
X = X ± ΔX dan Y = Y ± ΔY
Tentu saja kita dapat kita dapat menuliskan z sebagai Z = Z ± ΔZ.
Biasanya ada 3 kasus yang sering didapat dalam suatu percobaan:
1. Semua ketidakpastian berasal dari nilai skala terkecil (nst) alat ukur (pengukuran
tunggal).

7
2. Semua ketidakpastian berasal dari simpangan baku nilai rata-rata sampel
(pengukuran berulang).
3. Sebagian ketidakpastian berasal dari skala terkecil dan sebagian lagi berasal dari
simpangan baku nilai rata-rata sampel (campuran pengukuran).
B.4.1. Semua Ketidakpastian Berasal Dari Skala Terkecil
Misalkan kita mempunyai fungsi dua variabel (fungsi dalam bentuk penjumlahan): Z =
X + Y dimana Z tidak diukur secara langsung, melainkan X dan Y yang diukur,
hasil pengukuran dari Z dilaporkan : Z = ΔZ
Dimana Ketidakpastian ΔZ didapat dengan menggunakan persamaan:

ΔZ =| |x| | + | |x| |

Dimana : adalah turunan pertama dari fungsi Z

ΔY dan ΔZ adalah nilai Ketidakpastian X dan Y pada pengukuran tunggal.


Persamaan ΔZ diatas berlaku untuk semua bentuk operasi fungsi (penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan pembagian).

B.4.2. Semua Ketidakpastian Berasal Dari Simpangan Baku


ΔX dan ΔY diperoleh dari hasil pengukuran berulang, misalnya X dan Y telah diukur
n kali sehingga menghasilkan sample X dan Y dan dpat ditentukan ̅ dan ̅ serta ̅ dan
i i ̅

sehingga hubungan ̅ dan ̅ serta ̅ adalah berdasarkan Distribusi Normal


̅= Z ( ̅ ̅).

B.4.3. Sebagian Ketidakpastian Berasal Dari Skala Terkecil Dan Sebagian Lagi
Dari Standar Deviasi
Apabila pada fungsi Z = (X,Y), X diukur n kali sedangkan Y diukur satu kali karena
suatu dan lain hal, maka kedua ketidakpastian tidak dapat dipadu begitu saja,
melainkan tingkat kepercayaan harus disamakan terlebih dahulu. Hal ini dapat dicapai
dengan mempersempit selang sekitar Y. Sehingga tingkat kepercayaan ΔY adalah
68% seperti halnya ̅ untuk itu diambil ΔY = x skala terkecil atau ΔY = Nst. Dan
selanjutnya diteruskan seperti halnya pada persamaan yang disajikan pada bagian
B.4.2

8
TUGAS PENDAHULUAN PERCOBAAN I

1. Jelaskan perbedaan dan persamaan dari implus dan momentum! berikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari
2. Dengan menggunakan Hukum II Newton, buktikan bahwa implus = momentum
(I = P)
3. Jika sebuah benda diberi gaya 250 N dalam waktu sekon, berapa implus
benda itu dalam satuan CGS ?

9
PERCOBAAN I
IMPULS DAN MOMENTUM SUATU BENDA
I. TUJUAN
 Mahasiswa dapat menentukan impuls dan momentum suatu benda yang
bergerak lurus beraturan
 Mahasiswa dapat menunjukkan hubungan impuls dan momentum suatu
benda

II. TEORI SINGKAT


Impuls di defenisikan sebagai hasil kali gaya dan selang waktu kerja gaya
itu. Satuan impuls dalam sistem MKS adalah newton sekon (Ns), dalam sistem
CGS adalah Dyne sekon (Dyne. S) dan dalam satuan Inggris adalah Pound sekon
(Ib. s). Sedangkan momentum di defenisikan sebagai hasil kali Massa dan
kecepatan benda itu. Satuan momentum dalam sistem MKS adalah kilogram
meter per sekon (Kg m/s), dalam sistem CGS adalah Gram centimeter per sekon
(gr cm/s) dan dalam sistem Inggris adalah Slug Foot per sekon (Slug ft/s).
Dari gambar disamping, sebuah
y
partikel bermassa m dan bergerak
x
dalam bidang -xy. Jika
kecepatannya masih dalam batas
kecepatan non relatifistik, dimana
massa m adalah konstan. Maka
berdasarkan hukum kedua Newton
:
F = m. atau Fdt = mdv…………………………….(1)

Suku diruas kiri dinamakan impuls gaya F dalam selang waktu t dan merupakan
besaran vektor. Besaran ini dapat dihitung apabila gaya diketahui sebagai fungsi dari
waktu. Sedangkan suku di ruas kanan tidak lain dari momentum. Dari persamaan (1)
diatas dapat ditulis :

∫ = ∫ atau ∫ = mv1 – mv2…….(2)

Yang merumuskan hal penting adalah besar dan arah impuls vektor gaya resultan
terhadap sebuah partikel dalam sembarang selang waktu sama dengan besar dan arah
perubahan vektor momentum partikel yang bersangkutan. Fakta ini dikenal dengan
asas impuls – momentum. Dalam hal khusus jika sebuah benda bergerak lurus
beraturan dengan kecepatan konstan maka impuls ditentukan dengan :
Impuls = m.v (Ns) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (3)

10
Dimana : V = m/s . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (4)

Keterangan : X = Jarak Lintasan (m)


V = Kecepatan Benda (m/s)
m = Massa Benda (Kg)
t = Waktu (s)
III. ALAT DAN BAHAN
1. Meja Datar
2. Kelereng
3. Stopwatch
4. Meter (Meter Gulung)
5. Neraca Lengan

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Timbang kelereng dengan neraca lengan dengan posisi berbeda, sebanyak
(15 x)
2. Tentukan jarak lintasan kelereng pada meja datar dengan meter gulung,
kemudian catat pada tabel. (atas petunjuk asisten)
3. Hitunglah waktu gerak benda (t) dengan stopwatch pada jarak yang sama
sebanyak 15 x
4. Tentukan kecepatan kelereng berdasarkan persamaan (4) dan masukkan
dalam tabel
5. Hitunglah impuls/momentum kelereng dengan persamaan (3) diatas. (impuls
= momentum dalam Ns)

V. TABEL PENGAMATAN

Massa Kelereng (m) ImpulsKecepatan (v)


No Waktu (s) (Ns) (m/s)Ket
(gr)
1 X = …..cm
.
.
.
15
Impuls Kelereng Rata-Rata ( ̅) ….NS

VI. TUGAS
1. Tentukan impuls rata-rata dalam Dyne.s?
2. Tentukan kecepatan rata-rata dalam sistem satuan CGS !
3. Berapa Joule atau erg energy kinetik kelereng itu ?

11
TUGAS PENDAHULUAN PERCOBAAN II

1. Jelaskan pengertian gaya gesekan dan koefisien gesekan !


2. Apa yang anda ketahui tentang koefisien gesekan statik dan kinetik !
3. Sebutkan Hukum I Newton dn II Newton dengan persamaannya !

12
PERCOBAAN II
KOEFISIEN GESEKAN STATIK DAN
KINETIK DUA PERMUKAAN BENDA

I. TUJUAN
 Mahasiswa mampu menentukan koefisien gesekan statik dan kinetik antara
dua permukaan benda yang bersinggungan (Balok dan Meja)

II. TEORI SINGKAT


Jika kita luncurkan sebuah balok di atas meja, tidak berapa lama kemudian
balok itu berhenti. Gesekan antara balok dengan permukaan meja menghambat
gerak balok. Makin licin permukaan meja, makin kecil hambatan yang dialami
balok dan makin jauh balok itu meluncur.
Berhentinya balok yang diluncurkan diatas meja tadi menunjukkan bahwa
ada gaya yang bekerja pada balok, jika tidak, tentunya balok itu akan bergerak
lurus beraturan. Gaya seperti tersebut diatas disebut gaya gesekan. Salah satu
sebab terjadinya gaya gesekan adalah kurang ratanya permukaan-permukaan
yang bersentuhan itu, betapapun halusnya permukaan selalu ada bagian-bagian
yang tidak rata, ketidakrataan ini baru terlihat melalui mikroskop. Karena
pentingnya gesekan dalam mesin-mesin, peristiwa ini banyak diselidiki orang.

f balok bermassa M terletak diatas


meja. Balok dihubungkan
W = M.g dengan beban dengan perantara tali

N yang melalui sebuah katrol.

(massa tali dan gesekan pada


katrol diabaikan).
W = m.g

Keterngan Gambar :
f = Gaya Gesekan (N)
N = Gaya Normal (N)
M = Massa balok (Kg)
m = Massa Beban (Kg)
G = Percepatan Gravitasi Bumi = 9,8 m/s 2

 Apabila balok dibuat tepat akan bergerak atau bergerak kemudian


berhenti, maka sesuai dengan hukum I Newton dapat ditentukan dengan:
F=m.g karena f=µ .N
s

13
Maka µ = …………………………………….(1)
s

Dimana : f = Gaya gesekan statik (N)


µ = Koefisien gesekan statik
s

 Jika berat beban w diperbesar, maka balok akan bergerak dengan


I

kecepatan konstan (a = 0), maka sesuai dengan Hukum II Newton ∑ =


m . a, gaya gesekan kinetik didapat
f=m.g–M.a dimana f=µ N
k.

Maka µ = ……………………………..(2)
k

Dimana : f = Gaya gesekan kinetik


µ = Koefisien gesekan kinetik
k

Perhatikan bahwa nilai µ menurun jika kecepatan bertambah besar (a 0), dalam
k

kenyataan praktis, kecepatan yang dibahas biasanya tidak berubah dalam jangkauan
yang tidak terlalu besar. Sehingga persamaan (2) masih tetap berlaku dengan µ k

diambil nilai rata-ratauntuk daerah kecepatan yang digunakan.


III. ALAT DAN BAHAN
1. Balok kayu dengan permukaan rata
2. Neraca pegas dan anak timbangan
3. Beberapa beban dengan penggantungnya

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Balok bermassa M dihubungkan dengan beban dengan perantara tali melalui
sebuah katrol (sesuai gambar)
2. Tambahkan/kurangi massa balok M dan massa beban kemudian disentuh,
sedemikian sehingga balok tepat akan bergerak kemudian berhenti
3. Catat massa balok dan massa beban kemudian tentukan koefisien gesekan
statiknya
4. Dalam keadaan kesetimbangan (prosedur 2) tambahkan massa beban m
sedikit demi sedikit sehingga balok bergerak dengan kecepatan konstan
5. Catat massa balok M dan massa beban m kemudian tentukan koefisien
gesekan kinetik
6. Ulangi prosedur 1 s/d 5 untuk massa balok dan massa beban yang berbeda-
beda (10 x)

14
V. TABEL PENGAMATAN
Keadaan Statik
No Massa balok M Massa beban
Koefisien (m)statik (µ )
gesekan s

(Gram) (Gram)
1
.
.
.
.
10

Keadaan Kinetik
Massa beban (m) Koefisien gesekan kinetik (µ )
No Massa balok M
k
(Gram)
1
.
.
.
.
10

VI. TUGAS
1. Dengan massa balok M dan massa beban m yang bervariasi apakah koefisien
gesekan balok bermassa M terhadap permukaan meja tetap (konstan) ?
jelaskan tetap atau tidak tetap !
2. Apakah koefisien gesekan statik dan kinetik mempunyai nilai sama ?
Jelaskan.

15
TUGAS PENDAHULUAN PERCOBAAN III

1. Buktikan bahwa g = dengan menggunakan Hukum II Newton !

2. Apa yang anda ketahui, besar percepatan grafitasi dikutub dan didaerah
khatulistiwa ?
3. Sebuah bola besi dan sehelai bulu ayam jika dijatuhkan secara bersamaan dengan
jarak tidak begitu jauh dari tanah. Apa yang anda ketahui tentag hal ini jika tidak
ada gesekan udara ?

16
PERCOBAAN III
BANDUL MATEMATIS

I. TUJUAN
1. Mengetahui percepatan grafitasi bumi dengan asas ayunan sederhana
2. Menggambar grafik hubungan antara panjang tali dan perioda

II. TEORI SINGKAT


Sebuah bandul sederhana adalah sebuah model yang di idealisasikan untuk
sebuah sistem yang lebih rumit, terdiri dari suatu massa titik digantung oleh
seutas tali tak berbobot yang tidak dapat memanjang dalam suatu medan gravitasi
serba sama. Bla ditarik kesuatu sisi kedudukan setimbangnya dan dilepas
pemberat bandul bergetar disekitar kedudukan ini. Kita ingin menganalisa gerak
ini tapi pertanyaannya apakah ini gerak harmonik sederhana ?
Syarat perlu untuk gerak harmonik sederhana adalah bahwa gaya
pengembali F akan berbanding langsung dengan koordinat X dan berlawanan
arah. Lintasan pemberat bukan garis lurus tapi suatu busur lingkaran berjari-jari
(panjang tali penggantung) koordinat X mengacu pada jarak diukur
disepanjang busur ini (lihat gambar dibawah ini) gaya pengembali tersebut
adalah (lihat gambar 1) :

F = mg. sin θ
F = m.g sin θ………………………………………(1)

Gaya pengembali diatas nampak sebanding sin . Untuk sudut yang sangat kecil
maka nilai sin = , dengan = dengan demikian persamaan (1) ditulis:

F= ………………………………………………( 2 )

dan periode getar dan gaya grafitasinya :

T = √ atau g = 4 …………………………………..( 3 )
2

III. ALAT DAN BAHAN


1. 1 Unit Statif
2. Mistar/meter

17
3. Stopwatch
4. Tali/benang
5. Beban Bandul
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Gantung benang yang terikat beban pada ujung statif
2. Ukur panjang benang (atas petunjuk asisten)
3. Buat simpangan kecil dan lepaskan hingga berayun
4. Hitung waktu ayunan dengan stopwatch untuk 20x ayunan
5. Ulangi prosedur 3 dan 4 sebanyak 5x
6. Ulangi prosedur 2 untuk berbagai panjang benang (atas petunjuk asisten)

V. TABEL PENGAMATAN
T20 T G
No
( Cm ) ( Sekon ) ( Sekon ) ( m/s )
2

1 40 cm
.
.
.
5
1 75 cm
.
.
.
5

VI. TUGAS
1. Apa yang anda ketahui jika kecepatan grafitasi bumi disuatu tempat lebih
besar atau lebih kecil dari nilai standar ( g = 9,8 m/s ) ?
2

2. Apa yang anda ketahui jika sudut simpangan ayunan dibuat terlalu besar ?

18
TUGAS PENDAHULUAN PERCOBAAN IV

1. Diketahui :

Tentukan : a. Nilai komponen gaya yang bekerja pada sumbu X ( Fx )


b. Nilai komponen gaya yang pada sumbu Y ( )
c. Nilai resultan dari ketiga gaya tersebut.

2. Diketahui : R = √∑ ∑

Tentukan differensial dari :


a.

b. ∑

19
PERCOBAAN IV
RESULTAN BEBERAPA VEKTOR GAYA

I. TUJUAN
 Agar mahasiswa mampu menentukan jumlah (resultan) dari beberapa vektor
gaya.

II. TEORI SINGKAT


Sebuah benda disebut dalam keadaan seimbang bila jumlah aljabar gaya yang
bekerja pada sebuah benda sama dengan nol atau F = . Jika gaya-gaya yang
mempengaruhi benda ada dalam arah Sb-X dan Sb-Y, maka Fx = dan Fy = .
Untuk menentukan resultan dari beberapa gaya, rumus yang diperlukan adalah
:

R =√∑ ∑

Dimana : R = Resultan gaya (N)


Fx = Resultan gaya yang bekerja pada Sb-X (N)
Fy = Resultan gaya yang bekerja pada Sb-Y (N)

III. ALAT DAN BAHAN


1. 2 unit statif
2. Beberapa beban gantung
3. Benang/ tali
4. Busur derajat
IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Rakit statif dan gantungkan beban sesuai dengan gambar :

2. Berikan kode masing-masing beban F F dan W sesuai dengan gambar


1, 2

3. Ukur sudut & dan tentukan berat masing-masing beban kemudian catat
1 2

dalam tabel
4. Tambahkan/kurangkan beban pada F atau F dan W untuk mendapatkan
1 2

sudut yang berbeda-beda (sebanyak 10x atau atas petunjuk asisten)


5. Tentukan resultan ketiga gaya tersebut.

20
V. TABEL PENGAMATAN
M3 Sudut M Resultan
NO Sudut F1 F21 MW2
Gaya Ket
1 (gr) (N)
2 (gr)
(N) (N)
(gr) (N)
1 g =….m/s 2

.
.
.
.
10

VI. TUGAS
1. Buktikan Resultan (hasil perhitungan) dengan poligon gaya !

21
DAFTAR PUSTAKA

A Rahim Ahmad, SSi. 2001 Laboratorium Fisika 1 Jurusan Mipa, Unkhair. Ternate

Ramli Rasyid, Ir. 2001. Teori Ketidakpastian, Unkhair Ternate

Halliday Resnick. 1985. Fisika Edisi Ketiga Jilid 1. Penerbit Erlangga Jakarta

Sears Zemansky. 1986. Fisika Untuk Universitas 1. Penerbit Binacipta, Jakarta

Sutrisno. 1989. Fisikadasar-Mekanika. Penerbit ITB. Bandung

Tippler. 1998. Fisika Untuk Sains Dan Teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta

22
NO PERCOBAAN TANGGAL PARAF LAPORAN
PERCOBAAN
ASISTEN AKHIR

23

Anda mungkin juga menyukai