Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN TETAP

PRAKTIKUM SATUAN OPERASI I


KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DALAM
PERCOBAAN

Nindia Febianti
05031281823081

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam fisika terdapat dua jenis besaran fisika yaitu besaran pokok dan
besaran turunan, untuk menghitung besaran-besaran tersebut dibutuhkan alat ukur
yang valid dan benar dengan dibutuhkan cara pengukuran yang benar pula,
seringkali kita mendapatkan kesulitan untuk mengetahui panjang dari suatu benda
diantaranya pita, kayu, panjang tanag dan lain sebagainya, untuk memudahkan
untuk mengetahui panjang dari masing-masing benda tadi kita memerlukan alat
ukur panjang yaitu mistar ataupun meteran, kedua alat ini tepat digunakan untuk
mengukur panjang bukan untuk mengukur besaran yang lain,untuk mengetahui
cara pengukuran sesuai prosedur, membaca hasil ukur,dan menuliskan hasil
pengukuran, dapat melakukan kalibrasi alat ukur (Riadi, 2012).
Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu besaran fisis
tertentu, misalnya seperti tekanan (p), suhu (T), tegangan (V), arus listrik (I), dan
lain sebagainya. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka
(kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebuah kesimpulan
(kualitatif). Alat ukur merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui nilai dari
suatu besaran, alat ukur tertentu digunakan untuk menghitung besaran tertentu
pula,  tidak bisa digunakan secara acak untuk semua alat ukur, terdapat berbagai
alat ukur ada dalam kehidupan sehari-hari kita misalnya mistar dan meteran untuk
mengukur niali panjang, neraca untuk menghitung berat, thermometer digunakan
untuk menghitung suhu dan lain sebagainya (Fauzi, 2013).

1.2. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui ketidakpastian


pengukuran dalam percobaan atau kesalahan (error) dalam suatu percobaan serta
mengetahui kesalahan-kesalahan dalam perhitungan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jangka Sorong


Jangka sorong ialah alat ukur yang ketelitiannya hingga seperseratus
milimeter. Terbagi menjadi dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian
pengguna maupun alat. Beberapa produk keluaran terbaru telah dilengkapi dengan
display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm
untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm. Kegunaan
dari jangka sorong ialah sebagai berikut. Dipakai untuk mengukur suatu benda
dari sisi luar dengan cara diapit. Dipakai untuk mengukur kedalamanan
celah/lubang pada suatu benda dengan cara tancapkan bagian pengukur. Bagian
pengukur tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang. Dipakai
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur. Cara membaca dan hasil dari jangka sorong
yaitu perhatikan skala utama, lihat nilai yang terukur yang lurus dengan angka nol
di skala nonius. dapat menunjukkan posisi berhimpit dengan garis pada skala
utama bisa juga tidak. Jika tidak ambil nilai skala utama yang terdekat di kirinya.
Pada tahap ini anda harus hitung dahulu baru mendapatkan ketelitian sampai 1
mm.Kemudian Amati Skala nonius, carilah angka pada skala nonius yang
berhimpit dengan garis di skala utama. Pengukuran ini memiliki ketelitian hingga
0,1 mm. Lalu jumlahkan Skala utama dengan Skala nonius (Irsyad, 2013).

2.2. Penggaris

Penggaris merupakan alat ukur panjang dan alat bantu gambar untuk
menggambar garis lurus. Alat ukur yang satu ini banyak sekali digunakan secara
universal, baik untuk keperluan pengukuran atau hal lainnya. Mistar hanya dapat
mengukur ketinggian. Pada umumnya, penggaris atau yang biasa disebut mistar
memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar mempunyai ketelitian
pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari skala terkecil yang dimiliki oleh
mistar Ada berbagai macam penggaris, dari mulai yang lurus sampai yang
berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-siku sama kaki dan segitiga siku-siku ).
Penggaris dapat terbuat dari plastik, logam, kayu. Penggaris bentuknya sejajar
digunakan untuk menggaris baris, tetapi biasanya penggaris juga berisi garis
dikalibrasi untuk mengukur jarak. Unit pengukuran pada alat ini adalah inch,
milimeter, dan centimeter Didalam penggaris terdapat bagian-bagian yang
menunjang penggaris diantaranya, Satuan millimeter, Satuan inci, Satuan
centimeter. Cara penggunaan mistar adalah, yaitu pertama Impitkan skala nol
pada mistar dengan salah satu ujung benda yang akan diukur.Lalu Lihat posisi
ujung lain benda tersebut. Baca skala mistar yang berimpit dengan ujung lain
benda. Secara umum akan teramati ujung benda tidak tepat berimpit dengan salah
satu skala millimeter pada mistar. Oleh karena itu laporan pengukuran adalah nilai
terbaca ± ketidakpastian pengukuran (x ± Δx) (Permana, 2011).

2.3. Ketidakpastian Pengukuran

Ketidakpastian dalam pengukuran biasanya disebabkan oleh banyak hal


seperti batas ketelitian dari alat alat , ataupun kesalahan dalam pengamatan yang
kita lakukan. Ukuran yang berbeda-beda dari pengukuran tersebut bisa terjadi
dikarenakan karena kesalahan- kesalahan dari perhitungan ataupun kesalahan dari
seorang pengamat karena cara pandang pengamat yang salah atau tidak sesuai
dengan prosedur yang telah ada. Tidak ada pengukuran yang dihasilkan ketelitian
yang sempurna (zaelani, 2010). Ada dua macam kesalahan ( error ) dalam
percobaan yang pertma adalah Kesalahan Bersistem ( systematic error ) yaitu
kesalahan yang bersumber pada alat pengukuran yang dipakai besarannya,
kesalahan biasanya konstan sehingga seringkali dinamakan sebagai kesalahan
konstan. Kedua adalah keslahan Random yaitu Kesalahan karena pengulangan
pengukuran selalu memberikan hasil berbeda beda maka harga tersebut juga akan
berbeda pula. Akurasi adalah kedekatan kesesuaian antara hasil pengukuran
dengan nilai benar dari kuantitas yang diukur sedangkan presisi adalah kedekatan
suatu rangkaian pengukuran berulang satu sama lain (Permana, 2011).
BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum yang berjudul Ketidakpastiaan Pengukuran dalam Percobaan
dilaksanakan pada 15 Februari 2019, pukul 08.00-10.00, di Laboratorium Kimia
Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang  digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) jangka sorong dan 2)


penggaris.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1) buku note, 2) pena, 3)
penghapus, 4) spidol, 5) spidol papan tulis.

3.3 Cara Kerja


Cara kerja praktikum kali ini adalah:
1. Seluruh praktikan diberikan penjelasan dari asisten tentang penggunaan
jangka sorong.
2. Penjelasan tersebut dicatat oleh masing-masing praktikan.
3. Salah satu praktikan ditunjuk untuk menjelaskan kembali tentang penggunaan
jangka sorong.
4. Masing-masing kemasan yang praktikan diukur dengan jangka sorong,
dengan berbagai ketebalan. Ulangi perlakuan sebanyak tiga kali.
5. Hitung data berdasarkan ketidakpastian pengukuran dalam percobaan.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Hasil yang didapatkan dalam praktikum ketidakpastiaan dalam pengukuran
adalah :
Tabel 1. Hasil pengamatan praktikum ketidakpastian dalam pengukuran
Kel Bahan Alat Ukur
Jangka Sorong Penggaris
Rata-rata(mm) sesatan(mm) rata-rata (mm) sesatan (mm)
1. Buku Note 1,75 0,03 1,3 0,43
2. Spidol 1,09 0,02 6,8 0,22
3. Pena 0,80 0,023 7,33 4,43
4. Penghapus 1 ,7 0,16 13,33 0,123
5. Spidol Papan 1,35 0,06 13,5 0,33
Tulis
4.2. Pembahasan
Praktikum kali ini digunakan dua buah alat yaitu jangka sorong dan mistar,
dan dalam hal ini di gunakan bahan bahan yang berbeda untuk mengetahui
sebagaimana keakuratan dari masing masing alat ukur tersebut. Mengukur berarti
membuat taksiran terhadap suatu benda. Hasil pengukuran yang kita lakukan tidak
dapat langsung diterima karena harus dapat kita pertanggungjawabkan
kebenarannya dan keakuratannya. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,1 mm
sehingga dapat mengukur benda yang memiliki ketebalan yang tipis sekali pun,
sedangkan pada mistar hanya memiliki ketelitian 0,1 cm sehingga penukuran pada
benda-benda yang agak tipis sangat terbatas. Jangka sorong terdiri dari rahang
tetap dan rahang geser. Pengukuran langsung dibedakan atas pengukuran sekali
dan pengukuran berulang. Nilai sesatan taksiran pada suatu pengukuran
tergantung pada resolusi dan keberanisan dalam pengukuran untuk memberi
jaminan. Jangka sorong memiliki tingkat ketelitian yang lebih tinggi daripada
mistar. Mistar hanya dapat mengukur ketinggian sedangkan jangka sorong bisa
digunakan untuk menentukan diameter suatu benda, mengukur ketinggian,
mengukur kedalaman dan mengukur lebar suatu benda. Penentuan ketidakpastian
hasil dari suatu data pengukuran dapat dilakukan dengan cara analisis statistik.
Analisis ini meliputi harga rata-rata, simpangan, harga sesatan rata-rata dan
definisi rata-rata pada mistar dan diameter pada jangka sorong.
Pengulangan pada masing-masing bahan dilakukan sebanyak tiga kali,
tiap-tiap pengulangan memiliki ukuran yang berbeda-beda. Ukuran yang berbeda-
beda tersebut bisa dikarenakan karena kesalahan perhitungan atau kesalahan dari
pengamat karena cara pandang pengamat. Kesalahan dari pengamat diantaranya
kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak tepat dan pemakaian
instumen yang tidak sesuai, serta kesalahan penaksiran. Kesalahan karena
kekurangan-kekurangan alat itu sendiri seperti kerusakan pada alat atau adanya
bagian-bagian yang ada pengaruh lingkungan terhadap alat tersebut ataupun
pemakaiannya. Kesalahan oleh penyebab-penyebab yang tidak langsung diketahui
sebab perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak
antara Mistar dan jangka sorong yang memiliki ketelitian yang cukup tinggi yaitu
jangka sorong dengan ketelitiannya yaitu 0,01 mm.
BAB 5
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Data hasil pengamatan, pembahasan, dan percobaan yang telah dilakukan
maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu sebagai berikut:
1. Mistar termasuk alat ukur panjang dengan ketelitian 0,1 cm dengan
ketidakpastian 0,05 cm
2. Pengukuran dapat terjadi kesalahan yaitu kesalahan bersistem dan kesalahan
random, serta kesalahan lain-lain.
3. Jangka sorong memiliki ketelitian 0.01mm.
4. Tingkat ketelitian jangka sorong lebih baik daripada mistar atau penggaris.
5. Jangka sorong dapat juga di gunakan untuk mengukur kedalaman suatu
benda.
DAFTAR PUSTAKA

Irsyad, Muhammad., 2013. Fisika Dasar Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Fauzi., 2013. Pengembangan Model Praktikum Fisika Berbasis Analisis
Ketidakpastian Pengukuran. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika. 3 (2)
: 25-36.

Permana., 2011. Pengenalan Alat dan Bahan di Laboratorium Fisika. Jurnal


Pengenalan Alat. 5 (2) : 7-12.

Riadi, Ahmad., 2012. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Gorontalo: UNG.

Zaelani., Ahmad., dan C. Cunayah., 2010. Fisika Dasar. Bandung: Yrama Widya.
LAMPIRAN TABEL

1.1. Tabel Perhitungan Penghapus Memakai Penggaris


i Xi Xi 2
1 13 169

2 14 186

3 13,5 182,25

∑ Xi ∑ Xi2=
= 40,5 537,25

1.2. Tabel perhitungan Penghapus Memakai Jangka Sorong

i Xi Xi 2

1 1,35 1,82

2 1,35 1,82

3 1,36 1,84

∑ Xi = 4,06 ∑ Xi2 = 5,48


LAMPIRAN PERHITUNGAN

2.1. Perhitungan Nilai terbaik & Sesatan

X N= ∑ Xi = 40 = 13,5
N 3
( X N ) = (13,33)2 = 182,25

2 2
∑ X = S XN = ∑ Xi −N X N
√ N ( N−1)

537,25−3 X 182,5
=
√ 3(3−1)

533,5−533,0667 0,4333
=
√ 6
=
√ 6
=√ 0,08 = 0,28

Maka nilai X terbaik = ( 13,5 ± 0,28 ) mm

2.2. Perhitungan Penghapus Memakai Jangka Sorong

XN = ∑ Xi = 4,06 = 1,35
N 3

( X N ¿ = (1,35)2=1,82

∑ Xi2−NXi 2
∑ X = S XN =
√ N ( N −1)

8,765−3 X 2,89
=
√ 3(3−1)

8,765−8,67 0,095
=
√ 6
=
6 √
= √ 0,02 = 0,14

Maka nilai terbaik X = (1,35 ± 0,14 ) mm

Anda mungkin juga menyukai