Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran
sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran
terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat
ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah 30cm dan 0.01 untuk yang di atas
30cm.
• untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
• untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
• untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat
pada gambar karena berada di sisi pemegang.
PEMBAHASAN
Mengukur ialah membandingkan suatu yang diukur dengan sesuatu lain yang sejenis yang
ditetepkan sebagai satuan.Dalam pengukuran anda mungkin menggunakan satu instrument
(alat ukur)/lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis.Hal yang harus diperhatikan
ketika melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkaikan instrument secara
benar.Selanjutnya menentukan langkah-langkah pengukuran dengan benar dan membaca
nilai yang ditunjukkan instrument secara tepat. Ketika anda menghitung suatu besaran fisis
dengan menggunakan instrument,tidaklah mungkin anda akan mendapatkan nilai besaran
X0,melainkan selalu terdapat nilai ketidakpastian.
Ketidakpastian pengukuran yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran,ketidakpastian juga
disebut kesalahan,sebab menunjukkan perbedaan antara nilai yang diukur dengan nilai yang
sebenarnya.Hal ini bisa di sebabkan beberapa factor,factor itu dalam 2 garis
besar,ketidakpastian bersistem dan ketidak pastiaan acak.
1. Ketidakpastian bersistem
Kesalahan kalibrasi,kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang
dibuat,sehingga tiap kali alat itu digunakan ketidakpastian selalu muncul dalam tiap
pengukuran.Kesalahan titik nol,titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum
penunjuk alat ukur.
1. Ketidakpastian acak
1. Kesalahan sistematis
Kesalan hasil pengukuran akibat dari ketidakpastian harga skala pada saat alat ukur
dibuat.
2. Kesalahan nol
3. Kesalahan eksperimen
Misalnya terjadi jika satu alat ukur sudah di kalbrasi pada keadaan tertentu,kenudian
digunakan untuk keadaan lain,atau juga bisa terjadi akibat salah cara menggunakan
alat.
4. Kesalahan pengamat
Kesalahan membaca skala,ini disebabkan karena salah cara memandang skala atau
juga karena kerusakan mata pengamat.
5. Kesalahan random
Alat ukur yang sering digunakan di laboratorium adalah jangka sorong, dan mikrometer
sekrup, serta spherometer. Semua jenis alat ukur tersebut akan dibahas di dalam makalah ini.
• Selain itu, di dalam makalah ini juga akan dibahas mengenai Kesetimbangan, Bandul
Sederhana, dan Gesekan.
Jangka Sorong
Jangka sorong yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, tinggi benda,
dan kedalaman benda dapat dipakai bagian pisau ukur luar untuk mengukur diameter luar dan
tinggi benda, pisau ukuran salam untuk mengukur diameter dalam, dan pisau ukuran kedalam
untuk mengukur kedalaman benda.
Ketelitian jangka sorong dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:
Dapat sari selisih nilai terkecil dari skala utama, dan nilai terkecil dari skala nonius.
Nilai skala terkecil nonius = 1/n (nst tanpa nonius)
= 1/n (1 mm)
= 1:20 (1 mm)
= 0,05 mm
Hasil pengukuran tidak secara langsung memperlihatkan nilai ketidakpastiannya, ketika
didefinisikan dengan benar, kesalahan/ketidakpastian hanya berkenaan dengan pengukuran
yaitu untuk memperkirakan suatu nilai eksak dalam pengukuran, tidak mungkin pasti karena
adanya penyimpangan, akan tetapi pengukuran dapat mendekati nilai tersebut, dapat
diperoleh dari tingkat ketepatan suatu alat, seperti jangka sorong yang digunakan adalah 0,05
mm.
• Mikrometer Sekrup
Mikrometer Sekrup merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25
mm, dengan ketelitian 0,01 mm. Dapat digunakan untuk mengukur benda yang berukuran
mikro (kecil) seperti untuk mengukur tebal kertas, tebal pisau silet dan diameter kawat.
1. Landasan penjempit.
2. Lengan sekrup.
3. Skala utama.
4. Skala nonius.
5. Pemutar, dan
6. Sekrup penggeser.
Mikrometer sekrup memiliki nonius skala putar 50 skala, untuk mendapatkan ketelitian
pengukuran dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor alat
2. Faktor pelaku pengukuran
JANGKA SORONG
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur yang dilengkapi dengan skala nonius, sehingga
tingkat ketelitiannya mencapai 0,02 mm dan ada juga yang ketelitiannya 0,05 mm. Tanpa
nonius, jangka sorong mempunyai nst (nilai skala terkecil) skala utama sebesar 1 mm dan
batas ukur mencapai 150 mm. Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 skala
utama sama dengan 50 bagian skala nonius. Sehingga jarak antara 2 skala nonius yang
berdekatan adalah 49/50 = 0,98 mm. Jadi, nst skala nonius sebesar :
Nst = 1 mm – 0,98 mm = 0,02 mm
Atau
Nst = (nst tanpa nonius) = (1 mm) = 0,02 mm
Ket:
n = jumlah skala nonius
1. Gigi luar: berfungsi untuk mengukur dimensi luar (tebal, lebar atau Ø batang kayu)
2. Gigi dalam: untuk pengukuran bagian dalam (lebar lubang pen, Ø lubang bor, alur dll)
3. Pengukur kedalaman: Paling baik untuk pengukuran dalam lubang pen, bor dan lubang
alur.
4. Ukuran utama (cm): skala utama yang digunakan untuk membaca hasil pengukuran.
5. Ukuran sekunder (inch): skala alternatif dalam satuan inch.
6. Patokan pembacaan skala utama (cm)
7. Patokan pembacaan skala sekunder (inch)
8. Untuk menghentikan atau melancarkan geseran pengukuran.
a). Jangka sorong biasa, yaitu jangka sorong yang cara pembacaan biasa seperti pada
meteran roll.
b). Jangka sorong analog, yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan jarum
ukuran analog yang ditempelkan pada bagian muka (dengan stopper).
c). Jangka sorong digital, yaitu jangka sorong yang pembacaannya menggunakan display
digital.
• untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
• untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
• untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak terlihat pada
gambar karena berada di sisi pemegang.
Berikut adalah langkah - langkah penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi
benda ukur :
A). Mengukur diameter luar
* Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk
diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
* Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
* Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua
rahang
* Catatlah hasil pengukuran anda
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan
langkah :
1). Bacalah skala utama yang berimpit di depan titik nol pada skala nonius (SU).
2). Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama (SN).
3). Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :
Hasil = SU + (SN x nst jangka sorong, mis:0,01 mm)
Pada gambar di atas skala utama (SU) 62 mm. Skala nonius (SN) 4 skala.
= 62 mm +( 4 . 0,1 mm)
= 62 mm + 0,4 mm
= 62,4 mm
Dari gambar di samping diperoleh hasil pengukuran sebesar 31,4 mm, yakni diperoleh dari:
31+4(0,1) = 31,4
(A) (B)