Anda di halaman 1dari 9

Alat ukur adalah alat yang sudah dakui sebagai acuan suat ukuran berdasarkan

strandar internasional. Dan alat ukur mekanik sendiri adalah alat ukur yang biasanya
digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan kondisi fisik suatu komponen seperti
panjang, lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya. Dalam penggunaannya, pembacaan hasil
pengukuran dengan alat ukur mekanik dapat langsung dibaca pada skala ukurnya. Contohnya
yaitu jangka sorong, mistar, mikrometer sekrup, neraca analitik, dam stopwatch ( Anonim,
2010).
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang panjang tebal, kedalaman lubang, dan
diameter dalam maupun diameter luar suatu benda dengan batas ketelitian 0.1 mm. Jangka
sorong memiliki dua rahang tetap dan rahang sorong. Pada rahang tetap terdapat skala utama
dan pada rahang sorong terdapat skala nonius. Skala nonius ini panjangnya 9 mm yang
terbagi menjadi 10 skala dengan tingkat ketelitian 0.1 mm. Hasil pengukuran dengan jangka
sorong ditentukan berdasarkan angka skala utama ditambah angka pada skala nonius yang
berimpit dengan garis skala utama. Stopwatch adalah alat ukur waktu yang digunakan untuk
mengukur waktu. Stopwatch memiliki ketelitian 0.5 detik (Hidayat, 2004 : 87).
Mikrometer sekrup adalah alat ukur linear yang mempunyai batas ukur maksimal
25 mm. Alat ini mempunyai skala nonius sehingga ketelitiannya mencapai 0.01 mm. Tanpa
skala nonius, skala utama alat ini adalah 0.5 mm karena pada jarak 25 mm skala utama
terbagi dalam 50 skala sehingga jarak antara 2 skala utama terdekat adalah 25/50 mm atau 0.5
mm. Mikrometer sekrup mempunyai nonius dalam bentuk skala putar yang terdiri atas 50
skala (untuk 1 kali putaran yang sama harganya dengan jarak 1 skala utama). Mikrometer
sekrup mempunyai dua skala yaitu skala utama dan skala nonius , ini dtunjukkan oleh
selunbung lingkaran (Rochim, 2006 :169 ).
PEMBAHASAN
Praktikum mengenai alat ukur mekanik ini berujuan untuk mempelajari ala ukur
waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang (jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar) dengan
ketelitian tinggi dan mempelajari ketelitian alat uku waktu (stopwatch) dan alat ukur panjang
(mikrometer sekrup, jangka sorong, mistar) dengan ketelitian tinggi. Alat ukur mekanik
sendiri adalah ialah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui ukuran atau dimensi dan
kondisi fisik suatu komponen seperti panjang, lebar, tinggi, kerataan dan sebagainya.
Pada percobaan yang pertama yaitu menghitung waktu untuk denyut nadi sebanyak 30
denyutan dengan menggunakan stopwatch. Diperoleh rata-rata waktu untuk 30 denyutan
sebesar 20,16 sekon dengan % error 2%, sedangkan waktu untuk 1 denyutan rata-rata sebesar
0,67 sekon dengan % error 2 %. Untuk percobaan kedua yaitu mengukur sisi kubus dengan
menggunakan jangka sorong dan mistar. Pada percobaan yang menggunakan jangka sorong
didapatkan rata-rata sisi kubus sebesar 20,4 mm dengan % error sebesar 1% dan pada
percobaan yang menggunakan mistar didapatkan sisi kubus sebesar 20 mm dan % error 0 %.
Untuk percobaan ketiga yaitu mengukur diameter dalam dan luar tabung menggunakan
jangka sorong dan mistar. Untuk pengukuran diameter dalam tabung dengan jangka sorong
didapatkan nilai sebesar 83,72 mm dengan % error 1,8% dan diameter luarnya sebesar 117,32
mm dengan % error 0,2%. Sedangkan untukpengukuran menggunakan mistar didapatkan
nilai diameter dalam tabung sebesar 115 mm dan % error 0,2 % dan diperoleh diameter
luarnya sebesar 120,6 mm dengan % error 0.2%. Percobaan selanjutnya yaitu menghitung
kedalaman air dalam tabung dengan menggunakan mistar dan jangka sorong. Dari percobaan
ini didapatkan nilai rata-rata kedalamannya sebesar 53,76 mm bila diukur menggunakan
jangka sorong dan % errornya sebesar 1,5% dan jika diukur dengan mistar kedalaman air
rata-ratanya sebesar 57,8 mm dengan % error 0,6 %. Kemudian pada percobaan kelima yaitu
mengukiur diameter kawat dan gotri dengan menggunakan mikrometer sekrup. Berdasarkan
analisis data diperoleh diameter gotri jika diukur dengan mkrimeter sekrup sebesar 16,89 mm
dengan % error sebesar 0,2 % dan diameter kawat sebesar 0.302 mm dengan % error sebesar
4%. Dan untuk percobaan terakhir yaitu menghitung massa gotri, kubus, dan silinder dengan
menggunakan neraca analitik diperoleh massa kubus sebesar 0.903 gram dengan % error
sebesar 0.05 % dan diperoleh massa gotri 6.71 gram dengan % error 0.1 % sedangkan untuk
silinder diperoleh massa sebesar 0.902 gram dengan % error 0.3%.
Dari percobaan percobaan yang telah kami lakukan didapat % error yang berbeda
pada setiap pengukuran. Hal ini disebabkan karena ketidak telitian saat membaca skala pada
alat ukur, dan bisa juga karena kekeliruan saat menghitung dengan menggunakan kalkulator.
Dan berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, dapat dikatakan bahwa alat ukur
panjang yang tingkat ketelitiannya paling tinggi adalah mikrometer sekrup dan karena
memiliki batas ketelitian 0,01 mm dan alat ukur panjang yang ketelitiannya paling rendah
adalah mistar karena batas ketelitiannya hanya 1.0 mm.

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Stopwatch merupakan alat ukur waktu. Jangka sorong, mistar, dan mikrometer sekrup
termasuk alat ukur panjang, dan yang termasuk alat ukur berat adalah neraca analitik.
b. Stopwatch memiiliki ketelitian 0,5 sekon dan alat ukur panjang seperti jangka sorong
memiliki ketelitian 0.05 mm mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm dan mistar
memiliki 1,0 mm. Alat ukur yang ketelitiannya paling tinggi adalah mikrometer sekrup
karena memiliki ketelitian 0,01 mm dan alat ukur yang ketelitiannya paling rendah adalah
mistar memiliki ketelitian 1,0 mm

2. Saran
Saran saya agar lebih teliti saat membaca skala yang ditunjukkan pada alat ukur, dan
pada saat praktikum gunakanlah waktu sebaik-baiknya agar dapat selesai pada waktunya.
Latar Belakang
Fisika sebagai induk mekanika-mekanika fluida-hidrolik-alat berat memerlukan pengukuran-pengukuran yang sangat
teliti agar gejala yang dipelajari dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak
hanya mutlak bagi fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu lain termasuk aplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata lain,
tidak ada teori, prinsip, maupun hukum dalam ilmu pengetahuan alam yang dapat diterima kecuali jika disertai
denganhasil-hasilpengukuranyangakurat.
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang
dipakai sebagai satuan. Satuan adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama
yaitu perbandingan dan patokan (standar).
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang dapat diukur dengan sesuatu yang dijadikan sebagai acuan. Sesuatu
yang dapat diukur,kemudian hasilnya dinyatakan dengan angka-angka, dinamakan besaran. Besaran Fisika
dikelompokkan menjadi Besaran Pokok dan Besaran Turunan. Besaran pokok adalah besaran yang sudah ditetapkan
terlebih dahulu dan merupakan besaran dasar. Sedangkan besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari
besaran pokok. Panjang, massa, waktu, suhu dan arus listrik merupakan contoh besaran pokok. Luas, volume, massa
jenis, kecepatan dan gaya merupakan contoh dari besaran turunan. Dalam Sistem Internasional (SI) terdapat tujuh
besaran pokok yang mempunyai satuan dan dua besaran pokok yang tidak mempunyai satuan.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mempelajari prinsip-prinsip dasar pengukuran
2. Menentukan panjang, diameter dalam, diameter luar dan ketebalan benda
3. Melakukan pengukuran massa benda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengukur Besaran Panjang
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan sebagainya diperlukaan alat ukur. Untuk mengukur
panjang benda kita mengenal alat ukur panjang, seperti mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat pengukur
massa yaitu neraca Alat ukur yang paling umum adalah mistar, dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan
batas ketelitian 0,5 mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya. Penggunaan alat ukur panjang sendiri harus
disesuaikan dengan benda yang akan diukur.
2.1.1 Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter, dimensi luar suatu benda, dan diameter dalam
suatu benda. Jangka sorong memiliki 2 bagian, yaitu rahang tetap yang fungsinya sebagai tempat skala tetap yang
tidak dapat digerakkan letaknya, dan rahang sorong yang fungsinya sebagai tempat skala nonius dan dapat digeser-
geser letaknya untuk menyesuaikan dan mengukur benda. Jangka sorong ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga
0,1 mm.
.

Selain jangka sorong ada alat yang lebih teliti dari jangka sorong yaitu micrometer sekrup.
2.1.2 Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketebalan benda yang tipis, panjang benda yang kecil,
dan dimensi luar benda yang kecil. Mikrometer skrup memiliki 3 bagian, yaitu selubung utama yang fungsinya sebagai
tempat skala utama yang akan menunjukkan berapa hasil pengukuran dan bagian ini sifatnya tetap dan tidak dapat
digeser-geser, lalu selubung luar yang fungsinya sebagai skala nonius yang dapat diputar-putar untuk menggerakkan
selubung ulir supaya dapat menyesuaikan dengan benda yang diukur, dan selubung ulir yang fungsinya sebagai bagian
yang dapat digerakkan dengan cara memutar-mutar selubung luar sehingga dapat menyesuaikan dengan bentuk
benda yang diukur. Mikrometer skrup ini dapat mengukur dengan ketelitian hingga 0,01 mm.
2.1.3 Neraca Ohauss
Pengukuran massa banyak di lakukan dengan menggunakan neraca atau timbangan yang bekerja atas dasar prinsi
tuas. Jenis neraca yang umum digunakan di laboratorium antara lain neraca ohauss, neraca emas, dan sebagainya.
Jenis neraca lain adalah neraca lengan dengan beban geser.
Neraca Ohauss Neraca ini berguna untuk mengukur massa benda atau logam dalam praktek laboratorium. Kapasitas
beban yang ditimbang dengan menggunakan neraca ini adalah 311 gram.Batas ketelitian neraca Ohauss yaitu 0,1
gram. Adapun teknik pengkalibrasian pada neraca ohauss adalah dengan memutar tombol kalibrasi pada ujung neraca
ohauss sehingga titik kesetimbangan lengan atau ujung lengan tepat pada garis kesetimbangan , namun sebelumnya
pastikan semua anting pemberatnya terletak tepat pada angka nol di masing-masing lengan(Musthofa Abi
Hamid,2009).

Neraca ohauss berlengan 3:


• Lengan depan memiliki skala 0—10 g, dengan tiap skala bernilai 1g.
• Lengan tengah berskala mulai 0—500 g, tiap skala sebesar 100 g.
• Lengan belakang dengan skala bernilai 10 sampai 100 g, tiap skala 10 g.

Kesimpulan
Dari percobaan, pengamatan, dan perhitungan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa jangka sorong
digunakan untuk mengukur diameter luar dan dalam benda, sedangkan mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur
ketebalan dan diameter luar suatu benda dengan ketelitian lebih tinggi di bandingkan jangka sorong. Mengukur
ketebalan benda seperti plat besi dan diameter koin (lingkaran) lebih mudah dan hasil pengukuran lebih tepat
dibandingkan mengukur benda yang berbentuk seperti kelereng.

5.2 Saran
Sebelum melakukan percobaan dan pengukuran disarankan untuk memahami dahulu konsep pengukuran, alat ukur
yang akan digunakan, besaran, dan satuan agar praktikum berjalan dengan lancar dan mudah dipahami. Lakukan
pengukuran ketebalan dan diameter sebanyak 10 kali dan 5 kali untuk massa dari sudut yang berbeda namun tepat
agar mendapatkan hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S.1997. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya.Edisi Kedua.Penerbit Pustaka Pelajar.Yogyakarta.

Halliday & Resnick.2010.Fisika.Edisi 7 Jilid 1.Erlangga.Jakarta.

1. DASAR TEORI
Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal dengan salah satunya menjadi pembanding atau alat ukur yang
besarnya harusnya distandarkan,bertujuan untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.(Giancoli,DC,2013:33)

Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur atau dihitung ,dinyatakan dengan angka dan mempunyai satuan.Dari
pengertian ini dapat diartikan bahwa sesuatu itu dapat dikatakan sebagai besaran harus mempunyai 3 syarat yaitu :

1. Dapat diukur atau dihitung.


2. Dapat dinyatakan dengan angka-angka atau mempunyai nilai
3. Mempunyai satuan.
Bila ada satu dari syarat tersebut diatas tidak dipenuhi dari pengukuran yangdilakukan maka sesuatu itu dapat dikatakan
sebagai besaran.Besaran berdasarkan cara memperolehnya dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu

1. Besaran fisika yaitu besaran yang diperoleh dari pengukuran .karena diperoleh dari pengukuran maka harus
ada alat ukurnya.sebagai contoh adalah massa.
2. Besaran non fisika yaitu besaran yang diperoleh dari perhitungan .dalam hal ini tidak perlukan alat ukur tetapi
alat hitung sebagai misal kalkulator .contoh besaran non fisika adalah jumlah.
Besaran fisika sendiri dibagi menjadi 2 macam :

1. Besaran pokok adalah besaran yang ditentukan lebih dulu berdasarkan kesepakatan para ahli fisika.adapun
besaran pokok yang umum ada 7 macam dsajikan dalam bentuk tabel beikut ini
Besaran Pokok Satuan Internasional(SI)

No Nama Simbol Nama Simbol Alat Ukur


Besaran Besaran Satuan satuan Dimensi
Mistar,Jangka
Sorong,Mikrometer
Panjang L Meter M L Sekrup
1
Massa M Kilogram Kg M Neraca
2
Waktu t Detik S T Arloji,Stopwatch
3
Suhu T Kelvin K Termometer
4
Kuat Arus I Ampere A I Amperemeter
5
Intentitas
Cahaya J Candela Cd J Lightmeter
6
Jumlah Zat n Mol Mol N -
7

Besaran pokok mempunyai ciri khusus antara lain diperoleh dari pengukuran langsung ,mempunyai satu satu satuan dan
ditetapkan terlebih dahulu.

1. Besaran Turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok .Besaran ini ada banyak macamnya
sebagai contoh dan gaya (N) diturunkan dari besaran pokok massa,panjang,dan waktu volume (m 3) diturunkan
dari besaran okok panjang dan lain-lain.Besaran turunan mempunayai ciri khuus antara lain : diperoleh dari
pengukuran langsung dan tidak langsung ,mempunyai satuan dari satu dan diturunkan dari besaran pokok
(Sutarno,2013 :1-2)
Suatu pengukuran yang akurat dan profesi sangat bergantung pada metode pengukuran dan alat ukasil pengamatan yang baik
akan berarti /bermanfaat jikapengolahan dikerjakan secara tepat oleh karena itu ada pengetahuan yang lengkap tentanh
presisi pengukuran,cara analisis,teori ralat dan statistik.

 Saran
1. Praktikan harus membagi tugas antar anggota kelompok
2. Praktikan harus memahami konsep penggunaaan alat ukur dasar serta penentuan skala
3. Praktikan harus teliti dalam pengmabilan data

L . DAFTAR PUSTAKA
Sutarno.2009.Fisika Untuk Universitas.Bandung : Pustaka Media.
Hikam Muhammad.2012.Fisika Untuk Perguruan Tinggi .Jakarta : Media Pustido
Giancolli,DC.2014.Fisika.Jakarta : Erlangga.

DAFTAR PUSTAKA
1. Satriawan, Mirza. 2007. Fisika Dasar.
2. Umar, Efrizon. 2008. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo.
3. Bueche, Frederic J. 2000. College Physics. United States of America: The McGraw-
Hill Companies, Inc.
TEORI DASAR
a. Alat ukur dasar
Alat ukur dalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas
atau variabel fisis.
Jenis-jenis alat ukur: Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat
ukur analog dan digital.
Terdapat dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur
analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan
temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau
penunjukan skala elektronik. Sedangkan alat ukur digital memberikan hasil
pengukuran yang bernilai diskrit.Contohnya pada hasil pengukuran tegangan atau
arus dari meter digitalyang merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu
yang ditunjukkan pada panel display-nya.
b. Nilai Skala Terkecil
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat dibagi-bagi lagi,
inilah yang disebut dengan Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitiansuatu alat
ukur sangat bergantung pada NST.
c. Skala Nonius
Skala nonius merupakan skala alat ukur yang dapat mengukur besaran (misalnya
dimensi panjang), dengan ketelitian lebih tinggi dari skala biasa yang hanya sanggup
mengukur besaran kasar. Sebagai contohnya yaitu skala nonius yang terdapat pada
alat ukur micrometer sekrup.
d. Parameter Alat Ukur
Ada beberapa istilah dan definisi dalam pengukuran yang harus dipahami,
diantaranya:
1) Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variable
yang diukur.
2) Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat
untuk membedakan satu pengukuran dengan lainnya.
3) Kepekaan, ratio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau
variable yang diukur.
4) Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh
alat ukur.
5) Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.
6) Instrumen, alat ukur menentukan nilai atau besaran suatu kuantitas atau variabel.
7) Sensitivitas, perbandingan antara sinyal keluaran atau respons instrument terhadap
perubahan masukan atau variable yang diukur.
8) Ketepatan, suatu ukuran kemampuan untuk hasil pengukuran yang serupa
e. Ketidakpastian Pengukuran
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab
ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil (NST), kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran,
dan lingkungan yang saling mempengaruhi serta tingkat keterampilan pengamat
yang berbeda-beda. Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran sehingga sangat diperlukan beberapa
panduan dalammemperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin cara melaporkan
ketidakpastian yang menyertainya.
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi adalah
penting untuk mengetahui ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan
yang berbeda digunakan dalam pengukuran. Langkah pertama yang diperlukan
untuk menguranginya adalah mempelajari kesalahan-kesalahan tersebut; dimana
dari hal ini juga dapat ditentukan ketelitian hasil akhir.
Kesalahan-kesalahan dapat terjadi karena berbagai sebab dan umumnya dibagi
dalam tiga jenis, yaitu :
1. Kesalahan umum (gross-errors): kebanyakan disebabkan oleh kesalahan
manusia, diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai, dan kesalahan
penaksiran. Selama manusia terlibat dalam pengukuran, kesalahan jenis ini tidak
dapat dihindari; namun jenis kesalahan ini tidak mungkin dihilangkan secara
kesuluruhan, usaha untuk mencegah dan memperbaikinya perlu dilakukan.
Beberapa kesalahan umum dapat mudah diketahui tetapi yang lainnya mungkin
sangat tersembunyi.
Kesalahan umum yang sering dilakukan oleh pemula adalah pemakaian instrumen
yang tidak sesuai. Umumnya instrumen-instrumen penunjuk berubah kondisi
sampai batas tertentu setelah digunakan mengukur sebuah rangkaian yang lengkap,
dan akibatnya besaran yang diukur akan berubah.
Sebagai contoh sebuah voltmeter yang telah dikalibrasi dengan baik dapat
menghasilkan pembacaan yang salah bila dihubungkan antara dua titik di dalam
sebuah rangkaian tahanan tinggi; sedang bila voltmeter tersebut dihubungkan ke
sebuah rangkaian tahanannya rendah, pembacaannya bisa berlainan bergantung
pada jenis voltmeter yang digunakan (contoh 1.4). Contoh-contoh berikut
menunjukkan bahwa voltmeter menimbulkan sebuah “efek pembebanan” (loading
effect) terhadap rangkaian, yakni mengubah keadaan awal rangkaian tersebut
sewaktu mengalami proses pengukuran.
2. Kesalahan sistematis (systematic errors): disebabkan oleh kekurangan-
kekurangan pada instrumen sendiri seperti kerusakan atau adanya bagian-bagian
yang aus dan pengaruh lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. Jenis
kesalahan ini dapat dibagi dua bagian yakni :
(1) Kesalahan instrumental (instrumental error) yaitu jenis kesalahan yang tidak
dapat dihindarkan dari instrumen karena akibat struktur mekanisnya. Misalnya
tarikan pegas yang tidak teratur, pembebanan instrumen secara berlebihan. Atau
kesalahan kalibrasi akibatnya pembacaan yang tidak tepat. Kesalahan instrumental
dapat dihindari dengan cara (i). ketepatan memilih instrumen yang sesuai
peruntukannya, (ii) menggunakan faktor-faktor koreksi setelah mengetahui
banyaknya banyaknya kesalahan instrumental, (iii) Kalibrasi instrumen dengan
instrumen standar (baku).
(2) Kesalahan karena lingkungan (environmental errors) yakni jenis kesalahan
akibat dari keadaan luar yang berpengaruh terhadap instrumen, seperti efek
perubahan suhu, kelembaban udara, tekanan udara luar, atau medan
elektromagnetik.
Kesalahan sistematis dapat pula dibagi atas kesalahan statis dan kesalahan dinamis.
Contoh mikrometer bila diberi tekanan yang berlebihan untuk memutar poros
menyebabkan kesalahan statis. Kesalahan dinamis akibat ketidakmampuan
instrumen untuk memberikan respon yang cepat bila terjadi perubahan dalam
variable yang diukur.
3. Kesalahan yang tak disengaja (random errors): diakibatkan oleh penyebab-
penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui sebab perubahan-perubahan
parameter atau sistem pengukuran terjadi secara acak. Kesalahan-kesalahan ini
biasanya hanya kecil pada pengukuran yang telah direncanakan secara baik; tetapi
menjadi penting pada pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi,
misalkan suatu tegangan akan diukur oleh sebuah voltmeter yang dibaca setiap
setengah jam. Walaupun instrumen dioperasikan pada kondisi–kondisi lingkungan
yang sempurna dan telah dikalibrasikan secara tepat sebelum pengukuran, akan
diperoleh hasil-hasil pembacaan yang sedikit berbeda selama periode pengamatan.
Perubahan ini tidak dapat dikoreksi dengan cara kalibrasi apapun dan juga oleh cara
pengontrolan yang ada. Cara satu-satunya untuk membetulkan kesalaha ini adalah
dengan menambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik untuk
mendapatkan pendekatan paling baik terhadap harga yang sebenarnya.
f. Ketidakpastian Mutlak
Ketidak pastian mutlak merupakan suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan
karena keterbatasan alat ukur itu sendiri. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian
yang umumnya digunakan yaitu bernilai setengah dari NST. Untuk suatu besaran X
maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah:
Δx = ½NST
dengan hasil pengukuran dituliskan sebagai
X = x ± Δx
Melaporkan hasil pengukuran berulang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
dantaranya adalah menggunakan kesalahan ½ – rentang atau bisa juga
menggunakan standar deviasi.
g. Kesalahan ½ Rentang Hasil Pengukuran
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi sama
dengan pengukuran tunggal. Kesalahan ½ – Rentang merupakan salah satu cara
untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang. Cara untuk
melakukannya adalah sebagai berikut:
 Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variable x. Misalnya n buah, yaitu x1, x2, x3,
… xn
 Cari nilai rata-ratanya yaitu x-bar
x-bar = (x1 + x 2 + … + xn)/n
 Tentukan x-mak dan x-min dari kumpulan data x tersebut dan ketidakpastiannya
dapat dituliskan
Δx = (xmax – xmin)/2
 Penulisan hasilnya sebagai:
x = x-bar ± Δx
h. Standar Deviasi Hasil Pengukuran
Jika dalam suatu pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan pada
akhirnya terkumpul data x1, x2, x3, … xn, maka rata-rata dari
besaran tersebut adalah:

Kesalahan dari nilai rata-rata ini terhadap nilai sebenarnya besaran x (yang tidak
mungkin kita ketahui nilai benarnya x0) dinyatakan oleh standar deviasi.

Standar deviasi diberikan oleh persamaan diatas, sehingga kita hanya dapat
menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak dalam selang (x – σ) sampai (x
+ σ). Dan untuk penulisan hasil pengukurannya adalah x = x ± σ
i. Ketidakpastian Relatif
Ketidakpastian Relatif adalah ketidakpastian yang dibandingkan dengan hasil
pengukuran. Hubungan hasil pengukurun terhadap KTP (ketidakpastian) yaitu:
KTP relatif = Δx/x
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
X = x ± (KTP relatif x 100%)
j. Angka Berarti (Significant Figures) Hasil Pengukuran
Angka-angka berarti (significant figures) memberikan informasi yang aktual (nyata)
terhadap ketepatan pengukuran. Banyaknya angka berarti menunjukkan tingkat atau
derajat ketepatan suatu pengukuran. Untuk menuliskan hasil pengukuran yang tepat
maka terlebih dahulu disajikan contoh-contoh operasi angka penting.
a. Operasi Penjumlahan
Contoh :
R1 = 18,7 W (tiga angka berarti)
R2 = 3,624 W (lima angka berarti)
RT = R1 + R2 = 22,324 W (empat angka berarti) = 22,3 W
Angka-angka yang dicetak miring untuk menunjukkan bahwa pada
penjumlahan R1 dan R2, ketiga angka terakhir merupakan angka-angka yang
meragukan. Dalam hal ini tidak ada gunanya untuk menggunakan dua angka
terakhir (2 dan 4) sebab salah satu tahanan hanya diteliti sampai tiga angka yang
berarti atau sepersepuluh ohm.
Bila dua atau lebih pengukuran dengan tingkat ketelitian yang berbeda
dijumlahkan, maka hasilnya hanya seteliti pengukuran yang paling kecil
ketelitiannya.
b. Operasi perkalian
Banyaknya angka-angka yang berarti dalam perkalian bisa bertambah dengan cepat,
tetapi sekali lagi diingatkan bahwa yang diperlukan dalam jawaban hanya angka-
angka berarti yang memenuhi.
Contoh:
E = IR = (3,18) x (35,68) = 113,4624 = 113 V
Karena didalam perkalian tersebut terdapat tiga angka yang berarti
(yaitu 3,18), maka jawaban hanya dapat dituliskan maksimal dalam tiga angka yang
berarti. Operasi pengurangan dan pembagian sama dengan aturan penjumlahan dan
perkalian dalam hal penulisan angka penting.

Anda mungkin juga menyukai