Anda di halaman 1dari 9

ALAT UKUR PANJANG

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena
berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika biasanya
dibagi menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan
topic-topik modern seperti relativitas, struktur atom, fisika zat padat, fisika
nuklir, partikel elementer, dan astronomi (Giancolli, 2001).
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan suatu
besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan
adalah

pembanding

di

dalam

pengukuran.

Pengukuran

adalah

membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai


patokan.

Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu

perbandingan dan patokan (standar).


Satuan adalah ukuran dari suatu besaran atau patokan yang digunakan
untuk mengukur. Satuan terbagi menjadi satuan baku dan satuan tidak baku.
Meter, kilogram, liter merupakan contoh satuan baku sedangkan satuan tidak
baku adalah hasta, jengkal, langkah, dll. Untuk mengetahui nilai satuan dari
suatu besaran tentunya tidak serta merta diketahui, harus menggunakan alat
ukur. Setiap besaran mempunyai alat ukur yang berbeda-beda. Berdasarkan
informasi diatas, maka perlu dilakukan sebuah percobaan yang berjudul alat
ukur panjang untuk menggetahui fungsi dan penggunaan alat ukur panjang.
2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari percobaan ini,
yaitu untuk menggetahui fungsi dan penggunaan alat ukur panjang.
B. KAJIAN TEORI

Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap


gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika
adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada pengukuran. Kebenaran
tertinggi dalam fisika adalah hasil pengamatan (eksperimen). Hal ini berarti jika
ada teori yang ramalannya tidak sesuai dengan hasil pengamatan, maka teori
tersebut ditolak bagaimanapun bagusnya teori tersebut. Hal ini menunjukkan
betapa pengamatan dalam fisika itu sangat penting. Itulah sebabnya pengetahuan
tentang cara pengukuran merupakan kebutuhan yang penting ( Waluyo, 2014).
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran yang
diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Sesuatu yang dapat
diukur dan dapat dinyatakan dengan angka disebut besaran, sedangkan
pembanding dalam suatu pengukuran disebut satuan. Satuan yang digunakan
untuk melakukan pengukuran dengan hasil yang sama atau tetap untuk semua
orang disebut satuan baku, sedangkan satuan yang digunakan untuk melakukan
pengukuran dengan hasil yang tidak sama untuk orang yang berlainan disebut
satuan tidak baku. Kegiatan mengukur dapat diartikan sebagai proses
perbandingan suatu objek terhadap standard yang relevan dengan mengikuti
peraturan - peraturan terkait dengan tujuan untuk dapat memberikan gambaran
yang jelas tentang objek ukurnya. Dengan melakukan proses pengukuran dapat:
a. membuat gambaran melalui karakteristik suatu obyek atau prosesnya.
b. mengadakan komunikasi antar perancang, pelaksana pembuatan,
c. penguji mutu dan berbagai pihak yang terkait lainnya.
d. memperkirakan hal-hal yang akan terjadi
e. melakukan pengendalian agar sesuatu yang akan terjadi dapat sesuai
dengan harapan perancang ( Hapsari, 2012).
1. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai


seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian
bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan
ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah dilengkapi
dengan display digital. Pada versi analog, umumnya tingkat ketelitian adalah
0.05 mm untuk jangka sorang dibawah 30 cm dan 0.01 untuk yang di atas 30
cm. Kegunaan jangka sorong adalah:
untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang

(pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;


untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara
"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur tidak

terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang.


2. Mikrometer Sekrup
Untuk mengukur panjang benda sampai ketelitian 0,01 mm atau 0,001
cm digunakan micrometer sekrup. Mikrometer sekrup memiliki dua macam
skala, yaitu skala utama dan skala melingkar. Bagian utama mikrometer
sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar atau
biasa disebut bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala
yang membagi 50 bagian yang sama. Jika silinder pemutar diputar satu
putaran penuh, maka poros akan bergerak sejauh 0,5 mm. Mengingat silinder
pemutar memiliki 50 skala, maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala,
poros akan bergeser 0,5 mm/50 = 0,01 mm = 0,001 cm.
Mikrometer berfungsi untuk mengukur panjang/ketebalan/diameter
dari benda-benda yang cukup kecil seperti lempeng baja, aluminium,
diameter kabel, kawat, lebar kertas, dan masih banyak lagi. Penggunaan

mikrometer sekrup sangat luas, intinya adalah mengukur besaran panjang


dengan lebih presisi (Antika, dkk, 2012).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan pada percobaan alat ukur panjang dapat dilihat pada tabel
1.1 berikut.
Tabel 1.1 Alat dan bahan percobaan alat ukur panjang
No
1.

Nama
1 buah mistar

2.

1 buah jangka sorong

3.

1 buah mikrometer sekrup

4.
5.
6
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

1 buah meja praktikum


1 buah balok aluminium
1 buah katrol
1 buah cincin
1 helai rambut
1 buah kubus besi
1 buah balok kayu
1 buah silinder pejal
1 buah tablet
1 lembar kertas

Fungsi
Untuk mengukur panjang
Untuk mengukur panjang
ketebalan, diameter dalam
dan luar
Untuk mengukur panjang dan
ketebalan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan
Objek pengamatan

NST
0,1 cm

JU
50 cm

0,05 mm

15 cm

0,01 mm

25 mm

D. PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja pada percobaan alat ukur panjang, yaitu :
a. Membandingkan alat ukur mistar, jengkal dan pulpen.
1. Menyiapkan alat ukur mistar, jengkal dan pulpen.
2. Menyiapkan sebuah meja praktikum dan balok aluminium.
3. Mengukur panjang dan lebar meja praktikum menggunakan mistar.
4. Mengukur panjang dan lebar meja praktikum menggunakan jengkal dan
pulpen.
5. Mengambil balok aluminium.
6. Mengukur panjang dan lebar balok aluminium menggunakan mistar.
7. Membuat tabel hasil pengamatan.
b. Pengukuran menggunakan jangka sorong
1. Menyiapkan sebuah mikrometer sekrup, katrol dan cincin.
2. Mengukur diameter luar katrol.
3. Mengukur diameter dalam katrol.
4. Mengukur diameter luar cincin.
5. Mengukur diameter dalam cincin.
6. Membuat tabel hasil pengukuran.
c. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup
1. Menyiapkan sebuah mikrometer sekrup, sehelai rambut dan cincin.
2. Mengukur ketebalan rambut.

3. Mengukur ketebalan cincin.


4. Membuat tabel hasil pengukuran.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Hasil Percobaan
1. Data Pengamatan
Data pengamatan pada percobaan alat ukur panjang adalah sebagai
berikut :
Tabel 1.2 Pengukuran menggunakan mistar, jengkal dan pulpen
No

1.
2.

Benda yang
diamati
Meja Praktikum
Balok Aluminium

Alat ukur
Mistar
Jengkal
Pulpen
Mistar

Satuan Panjang
Panjang
Lebar
1,99 m
0,995 m
10 jengkal
5 jengkal
+ 10 jari
12 pulpen
6,5 pulpen
0,045 m
0,035 m

Tabel 1.3 Penggukuran menggunakan jangka sorong (NST = 0,05 mm)


No

Benda yang diamati

1.
2.
3.
4.

Katrol (diameter luar)


Katrol (diameter dalam)
Cincin (diameter luar)
Cincin (diameter dalam)

Skala
Utama
0,059 m
0,052 m
0,018 m
0,016 m

Skala
Nonius
3
8
6
6

Hasil
Pengukuran
0,05915 m
0,0524 m
0,0183 m
0,0163 m

Tabel 1.4 Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup (NST =0,01


mm)
No
1.
2.

Benda yang diamati


Rambut
Cincin

Skala
Utama
0m
0.017 m

Skala
Nonius
29
13

Hasil
Pengukuran
0,00029 m
0,01715 m

b. Pembahasan
Dalam percobaan alat ukur panjang dilakukan 5 kegiatan. Kegiatan
pertama melakukan pengukuran menggunakan mistar, jengkal dan pulpen.
Dengan objek meja praktikum dan balok aluminium. Meja praktikum diukur
menggunakan mistar mendapatkan panjang 0,0199 m dan lebar 0,995 m. Jika
menggunakan jengkal menghasilkan panjang 10 jengkal ditambah 5 jari dan
lebar 5 jengkal. Sedangkan pulpen menghasilkan panjang 12 pulpen dan lebar
6 setengah pulpen. Selanjutnya pada balok aluminium, jika menggunakan
mistar menghasilkan panjang 0,045 m dan lebar 0,035 m. Pada kegiatan ini
bertujuan untuk membedakan antara alat ukur baku dan alat ukur tidak baku.
Yang membedakan antara alat ukur baku atau tidak baku adalah
kekonsistenan hasil pengukuran yang diperoleh. Pada alat ukur baku
menghasilkan hasil yang konsisten apabila teliti dalam pengukurannya
sedangkan alat ukur tidak baku selalu berbeda-beda hasil pengukurannya tiap
orang sebab ukuran jengkal orang berbeda-beda dan pulpen yang tidak selalu
seragam tiap orang.
Kegiatan kedua pengukuran menggunakan jangka sorong yang
memiliki nilai skala terkecil 0,05 mm dengan objek katrol dan cincin dengan
mengukur diameter luar dan dalamnya. Diameter luar katrol menghasilkan
skala utam 0,059 m dan skala nonius 3 sehingga hasil pengukurannya
0,05915 m. Diameter dalam katrol menghasilkan skala utama 0,052 m dan
skala nonius 8 sehingga menghasilkan 0,0524 m. Diameter luar cincin
meghasilkan skala utama 0,018 m dan skala nonius 6 sehingga hasil
pengukurannya 0,0183 m. Sedangkan diameter dalam cincin menghasilkan

skala utama 0,016 m dan skala nonius 6 sehingga hasil pengukurannya


0,0163 m.
Kegiatan ketiga menggunakan mikrometer sekrup yang memiliki nilai
skala terkecil 0,01 mm dengan objek rambut dan cincin. Rambut
menghasilkan nilai skala utama 0 dan skala nonius 29 sehingga mendapatkan
hasil pengukuran 0,0029 m. Pada cincin mendapatkan skala utama 0,17 m
0,1715 m.
Kegiatan keempat, pengukuran luas menggunakan alat ukur mistar
dengan objek pengamatan tablet dan kertas. Pada pengukuran luas pada tablet
menghasilkan panjang 0,192 m dan lebar 0,12 m sehingga menghasilkan
0,02304 m2. Selanjutnya melakukan pengukuran luas dengan objek
pengamatan menghasilkan panjang 0,21 m dan lebar 0,148 m sehingga
menghasilkan 0,03108 m2.
Kegiatan kelima, pengukuran volume menggunakan alat ukur mistar
dan jangka sorong dengan objek pengamatan kubus besi, kubus kayu dan
silinder pejal. Pada pengukuran volume menggunakan alat ukur mistar
dengan objek pengamatan kubus besi menghasilkan panjang 0,02 m, lebar
0,02 m dan tinggi 0,02 m sehingga volume kubus besi menjadi 0,000008 m 3.
Selanjutnya pada pengukuran volume kubus kayu menghasilkan panjang
0,019 m, lebar 0,019 m dan tinggi 0,02 m sehingga menghasilkan volume
0,00000722 m3. Sedangkan pada pengukuran volume silinder pejal
menghasilkan diameter 0,025 m dan tinggi 0,013 m sehingga menghasilkan
volume 0,0000064 m3. Pada pengukuran volume menggunakan jangka sorong
dengan objek pengamatan kubus besi menghasilkan panjang 0,02005 m, lebar
0,02005 m dan tinggi 0,02005 m sehingga volume kubus besi menjadi

0,00000806 m3. Selanjutnya pada pengukuran volume kubus kayu


menghasilkan panjang 0,021 m, lebar 0,02005 m dan tinggi 0,02005 m
sehingga menghasilkan volume 0,0000084 m3. Sedangkan pada pengukuran
volume silinder pejal menghasilkan diameter 0,02505 m dan tinggi 0,0132 m
sehingga menghasilkan volume 0,0000065 m3. Dengan membandingkan hasil
pengukuran volume dapat disimpulkan bahwa jangka sorong memiliki nilai
yang lebih detail dibandingkan mistar, sehingga jangka sorong lebih teliti
dibanding mistar.

F. SIMPULAN DAN SARAN


a. Simpulan
Berdasarkan data hasil pengamatan yang kami peroleh kami
menyimpulkan dari ketiga alat ukur panjang, ketelitian yang paling kecil
yaitu terdapat pada mikrometer sekrup yang ketelitiannya 0,01 mm,
kedua yaitu jangka sorong yang ketelitiannya 0,05 mm, dan selanjutnya
yaitu mistar yang ketelitiannya 0,01 cm. ketelitian setiap alat ukur akan
memberikan hasil yang berbeda ketika mengukur suatu benda yang sama
dan ketelitian yang paling kecil akan memberikan nilai yang lebih efisien.
b. Saran

Saran yang dapat diajukan pada percobaan ini adalah sebagai


berikut:
a. Untuk laboratorium
Agar mengganti alat-alat yang telah rusak.
b. Untuk asisten
Agar lebih memperhatikan praktikan yang terlibat didalamnya
supaya semua anggota praktikan dapat aktif semua.
c. Untuk praktikan
Agar lebih aktif lagi dalam melakukan percobaan dan lebih teliti saat
pengambilan data.

DAFTAR PUSTAKA
Antika, dkk. 2012. Pengukuran Dasar. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Giancolli. 2001. Fisika Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.
Hapsari, dkk. 2012. Pengukuran (Kalibrasi) Volume dan Massa Jenis Aluminium.
Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Waluyo, Handoyo Margi, 2014. Pengukuran Dasar Mekanika. Pontianak :
Universitas Tanjungpura

Anda mungkin juga menyukai