Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam suatu pengerjaan barang atau hasil produk tidak semuanya akan
mendapatkan hasil yang baik dan sesuai dengan harapan. Beberapa diantaranya ada
yang cacat dari segi material, berat, suhu, dan lain-lain.Untuk mengklasifikasikan
hasil produk yang cacat atau tidak salah satunya adalah dengan cara pengukuran.

Definisi dari pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas,


biasanya terhadap suatu standar atau satuan ukur. Pengukuran juga dapat diartikan
sebagai pemberian angka tehadap suatu atribut atau karakteristik tertentu yang
dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang
jelas dan disepakati. Pengukuran dapat dilakukan pada apapun yang dibayangkan,
namun dengan tingkat kompleksitas yang berbeda. Misalnya untuk mengukur tinggi,
maka seseorang dapat mengukur dengan mudah karena objek yang diukur merupakan
objek kasat mata dengan satuan yang sudah disepakati secara internasional. Namun
hal ini akan berbeda jika objek yang diukur lebih abstrak seperti kecerdasan,
kematangan, kejujuran, kepribadian, dan lain sebagainya sehingga untuk melakukan
pengukuran diperlukan keterampilan dan keahlian tertentu.

1.2 Tujuan Praktikum

Berdasarkan dari praktikum pengukuran sudut yang sudah dilaksanakan,


tujuan dari praktikum pengukuran sudut ini adalah :

1. Mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar masing-masing alat ukur


pengukuran dimensi
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara membaca dan cara menggunakan alat ukur
pengukuran dimensi
3. Mahasiswa dapat mengetahui cara kalibrasi dari masing-masing alat ukur
pengukuran dimensi
2

4. Mahasiswa dapat menganalisa persentase kesalahan relatif dari tiap


pengukuran
1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari laporan praktikum pengukuran sudut ini adalah


sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN, menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan praktikum,


dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, menjelaskan mengenai sejarah laboratorium teknik


pengukuran, teori dasar, cara membaca alat ukur, dan cara mengkalibrasi alat ukur.

BAB III METODOLOGI, menjelaskan mengenai diagram alir percobaan, alat dan
bahan praktikum, prosedur praktikum, dan gambar sketch.

BAB IV PEMBAHASAN, menjelaskan mengenai perhitungan ulir, mencari


kesalahan relatif pada tiap-tiap pengukuran, dan mencari kesalahan relatif rata-rata.

BAB V PENUTUP, menjelaskan mengenai kesimpulan, dan saran


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Laboratorium

Laboratorium pengukuran teknik merupakan salah satu laboratorium jurusan


teknik mesin yang didirikan pada tahun 2010. Sebelum didirikannya laboratorium
pengukuran di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa bertempat di PT. Krakatau Steel
Cilegon. Laboratorium pengukuran teknik adalah laboratorium dasar yang mengenai
pengukuran-pengukuran dimensi dari suatu benda dengan menggunakan alat ukur.

Dalam suatu pengerjaan barang atau hasil produk tidak semuanya dikatakan
hasil yang baik dan sesuai dengan harapan. Beberapa diantaranya ada yang cacat
material, berat, suhu, dan lain-lain. Untuk mengklarifikasikan hasil produk yang cacat
atau tidak salah satunya adalah dengan cara pengukuran. Oleh karena itulah
pengukuran yang benar serta cara membaca skala yang ada pada alat ukur dan cara
menggunakan alat ukur. Beberapa parameter yang penting dalam menentukan
dimensi suatu hasil produksi antara lain ketinggian, kedalaman, kerataan, ketebalan,
diameter luar, dan diameter dalam sangatlah diperlukan dalam pembuatan produk
yang diinginkan sehingga hasil benda atau produk dapat sesuai. Dengan adanya latar
belakang tersebut, sangatlah penting pula diadakan praktikum pengukuran teknik.

Gambar 2.1 Lambang Laboratorium Metrologi Pengukuran Teknik FT


UNTIRTA
4

Gambar 2.2 Struktur Kepengurusan Laboratorium Metrologi Pengukuran FT


UNTIRTA

2.2 Teori Dasar

A. Pengertian Pengukuran Dimensi

Definisi dari pengukuran adalah kegiatan membandingkan suatu besaran yang


diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Dapat juga diartikan sebagai
kegiatan untuk menentukan besaran, dimensi, atau kapasitas, yang terdapat suatu
standar atau satuan ukur. Atau dapat juga diartikan sebagai pemberian angka terhadap
suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh seseorang, hal, atau objek
tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas, dan disepakati. Pengukuran dapat
dilakukan pada apapun yang dibayangkan, namun dengan tingkat kesulitan atau
kompleksitas yang berbeda-beda. Misalnya untuk mengukur tinggi, maka seseorang
dapat mengukur dengan mudah objek yang diukur karena objek merupakan objek
kasat mata dengan satuan yang sudah disepakati secara internasional.

Sedangkan, definisi dari Dimensi merupakan elemen anotasi yang digunakan


untuk menunjukkan ukuran panjang, besar sudut, radius atau diameter dan
sebagainya. Dimensi juga merupakan anotasi yang sangat penting dalam pengukuran
teknik.
5

Jadi pengertian pengukuran dimensi adalah kegiatan membandingkan suatu


dimensi yang akan diukur dengan dimensi pembanding. Sebuah dimensi dapat
ditempatkan pada dimensi lain untuk memperoleh perbandingan dimensi, dimensi
yang diukur dapat saja bernilai lebih kecil, sama dengan, atau lebih besar dari dimensi
yang menjadi pembanding. Di dalam praktikum pengukuran dimensi ini, alat yang
digunakan adalah jangka sorong, mikrometer sekrup, dan mal ulir.

B. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman,
diameter dalam dan diameter luar suatu benda dengan tingkat akurasi yang sangat
baik yaitu 0,05 mm. Jangka sorong digunakan pula untuk mengukur panjang benda
maksimum 20 cm sampai dengan 30 cm. Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu, bagian
diam dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung dari
keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran terbaru sudah
dilengkapi dengan display digital.

Gambar 2.3 Jangka Sorong

Jangka sorong terdiri dari beberapa bagian yaitu sebagai berikut :

1. Rahang ukur

2. Rahang tetap

3. Lidah ukur

4. Ekor
6

5. Skala ukur

6. Skala ukur nonius

7. Knop atau sensor

8. Pengencang

9. Batang

Gambar 2.4 Bagian-bagian Jangka Sorong

Jangka sorong dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian yaitu :

1. Menurut satuannya

a. Jangka sorong dengan satuan milimeter

b. Jangka sorong dengan satuan inchi

2. Menurut ketelitiannya

a. Jangka sorong dengan ketelitian 0,1 mm

b. Jangka sorong dengan ketelitian 0,01 mm

c. Jangka sorong dengan ketelitian 0,02 mm

d. Jangka sorong dengan ketelitian 1,12 inchi

3. Menurut sistem pembacaan ukurannya

a. Jangka sorong dengan skala utama, dan nonius

b. Jangka sorong analog


7

c. Jangka sorong digital

4. Menurut fungsinya

a. Jangka sorong untuk pengukuran standar (panjang, lebar, dan diameter)

b. Jangka sorong untuk mengukur kedalaman (jangka sorong untuk


mengukur kedalaman lubang)

c. Jangka sorong untuk mengukur ketinggian benda yang bertingka

d. Jangka sorong untuk mengukur jarak celah atau diameter dalam

C. Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup merupakan salah satu alat ukur panjang. Mikrometer


sekrup adalah alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian tertinggi. Tingkat
ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,01 mm. Dengan ketelitiannya yang sangat
tinggi, mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur dimensi luar dari benda
yang sangat kecil maupun tipis seperti kertas, pisau silet, maupun kawat.

Gambar 2.5 Mikrometer Sekrup

Secara umum, mikrometer sekrup digunakan sebagai alat ukur dalam


keteknikan untuk mengukur ketebalan dari blok-blok, batang-batang slot, dan benda-
benda lainnya.
8

Gambar 2.6 Bagian-bagian Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup terdiri atas rahang utama sebagai skala utama dan rahang
putar sebagai skala nonius. Skala nonius terdiri dari 50 skala. Setiap kali skala nonius
diputar 1 kali, maka skala nonius bergerak maju atau mundur sejauh 0,5 mm.
Ketelitian mikrometer sekrup adalah setengah dari skala terkecilnya. Adapun bagian-
bagian dari mikrometer sekrup adalah sebagai berikut :

1. Bingkai (Frame)

Bingkai ini berbentuk huruf C terbuat dari bahan logam yang tahan
panas serta dibuat agak tebal dan kuat. Tujuannya adalah untuk meminimalisir
peregangan dan pengerutan yang mengganggu pengukuran. Selain itu, bingkai
dilapisi plastik untuk meminimalkan transfer panas dari tangan ketika
pengukuran.

2. Landasan (Anvil)

Landasan ini berfungsi sebagai penahan ketika benda diletakan diantara anvil
dan spindle.

3. Spindle (gelendong)

Spindle ini merupakan silinder yang dapat digerakan menuju landasan.

4. Pengunci (lock)
9

Pengunci ini berfungsi sebagai penahan spindle agar tidak bergerak ketika
mengukur benda.

5. Sleeve

Tempat skala utama.

6. Thimble

Tempat skala nonius berada

7. Ratchet Knob

Untuk memajukan atau memundurkan spindel agar sisi benda yang akan
diukur tepat berada diantara spindle dan anvil.

Adapun mikrometer sekrup terdiri dari tiga jenis yaitu :

1. Mikrometer luar, digunakan untuk mengukur diameter kawat, tebal plat,


dan tebal batang.

2. Mikrometer dalam, digunakan untuk mengukur diameter dari sebuah


lubang.

3. Mikrometer kedalaman, digunakan untuk mengukur kedalaman dari suatu


lubang.

D. Mal Ulir

Mal ulir ini adalah alat ukur untuk mengukur atau memeriksa ulir. Alat ini
terbuat dari bahan baja pelat.
10

Gambar 2.7 Mal Ulir

Satu set mal ulir terdiri dari beberapa buah mal. Mal ulir dibagi atas dua
macam yaitu :

1. Mal Ulir Withworth

Pada setiap mal terdapat angka misalnya 9 g, 11 g, 12 g, dan seterusnya.


Angka-angka ini menunjukan bahwa mal tersebut mempunyai ulir 9 gang tiap
inchi, berarti pula dapat digunakan untuk memeriksa ulir (baut dan mur) yang
mempunyai gang 9 buah/inchi.

Ciri-ciri Mal Ulir Whitworth adalah:

 Mempunyai satuan dalam inchi, dihitung jumlah gang sepanjang satu


inchi
 Sudut puncak ulir 55°

2. Mal ulir metrik

Sedangkan pada setiap mal ulir metrik terdapat hanya angka saja misalnya
1,25, 2,25 dan seterusnya.
11

Ciri-ciri ulir metrik adalah:

 Mempunyai satuan dalam millimeter yang diukur adalah jarak puncak


ulir yang satu terhadap puncak ulir lainnya dalam satu putaran.
 Sudut puncak ulir 60°

2.3 Cara Membaca Alat Ukur

A. Jangka Sorong

Cara membaca alat ukur dimensi mikrometer sekrup adalah jika skala nonius
menunjukkan angka yang berimpit dengan nol maka angka tersebut yang dilihat
sebagai contoh adalah 5 berarti nilainya 0,05 cm. Sedangkan, jika skala utama dilihat
dari angka yang berada sebelum angka nol skala nonius sebagai contoh adalah skala
utama menunjukkan 4 berarti nilainya 4 cm. Jadi benda yang ada mempunyai nilai
dimensi 4,15 cm dengan perhitungan (4,1 + 0,05) cm

B. Mikrometer Sekrup

Cara membaca alat ukur dimensi jangka sorong adalah misalkan skala utama
menunjukkan angka 3 mm dan skala nonius menunjukkan angka 10, berarti diameter
benda yang anda ukur punya nilai 3,1 mm dengan perhitungan 3 mm + 0,1 mm.

C. Mal Ulir

Untuk cara penggunaan mal ulir adalah apabila akan memeriksa ulir baut/mur,
maka rapatkan mal itu pada ulir tersebut. Bila mal itu masuk dengan baik pada ulir
tersebut berarti ukuran ulir tersebut sama dengan ukuran ulir yang terdapat pada mal
tersebut. Bila mal tidak cocok dengan ulir maka periksa dengan mal-mal lainnya yang
cocok.

Berikut adalah cara mengkalibrasi alat-alat ukur dimensi yang digunakan pada
praktikum pengukuran dimensi :
12

a. Jangka Sorong

Berikut ini adalah langkah-langkah mengkalibrasi jangka sorong :

1. Memutar sekrup pengunci berlawanan arah dengan jarum jam untuk


mengendurkan rahang geser.

2. Mendorong rahang geser hingga menyentuh rahang tetap

3. Apabila rahang geser berada pada posisi yang tepat di angka nol, yaitu
angka nol pada skala utama dan angka nol pada skala nonius saling berhimpit
pada satu garis lurus, maka jangka sorong sudah terkalibrasi dan siap untuk
digunakan, seperti ditunjukkan pada gambar dibawah ini

b. Mikrometer Sekrup
Berikut ini adalah langkah-langkah mengkalibrasi mikrometer :

1. Mengambil alat penera.

2. Memutar Ratcher Stopper sampai anvil dan spindel bersentuhan.

3. Jika kesalahan < dari 0,02 mm (2 kolom), putar outer sleeve sampai 0 lurus.

4. Jika kesalahan > dari 0,02 mm kunci lock clam & lepaskan racher stoper,
lepaskan thimble dan luruskan tanda 0 pada thimble dan sleeve.

c. Mal Ulir
Mal ulir telah dikalibrasi bersamaan dengan proses pembuatannya, sehingga
bisa langsung digunakan dan memudahkan bagi siapa saja yang menggunakannya.
Jadi, hanya tinggal merawatnya saja. Berikut cara perawatan mal ulir dapat dilakukan
melalui beberapa langkah berikut :

 Bersihkan mal ulir sebelum maupun setelah digunakan, bersihkan bagian yang
sekiranya kotor.
 Beri minyak atau pelumas tipis pada mal ulir jika sedang tidak digunakan.
13

 Simpan mal ulir ditempat yang kering dan dingin.


 Pemeliharaan yang utama untuk mal-mal yaitu menjaganya dari karat dan
rusaknya bidang periksa.
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Percobaan

Mulai Praktikum

Studi Literatur

Pengambilan data
Data :
 Sejarah
Laboratorium
Pengukuran Teknik
 Teori Dasar Analisis
 Perhitungan Data Data
 Laporan

Kesimpulan

Selesai Praktikum

Gambar 3.1 Diagram Alir Percobaan

3.2 Alat dan Bahan Praktikum

Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum pengukuran sudut ini adalah
sebagai berikut :

A. Alat

1. Jangka Sorong
15

2. Mikrometer Sekrup
3. Mal Ulir

B. Bahan

1. Benda Kerja yang akan diukur

3.3 Prosedur Percobaan

Prosedur dari praktikum pengukuran dimensi ini adalah sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan.

2. Melakukan kalibrasi pada masing-masing alat ukur.

3. Melakukan pengukuran dimensi pada objek.

4. Mencatat hasil setiap pengukuran pada blangko pencobaan.

5. Menggambar sketch objek pengukuran.

6. Merapihkan Alat dan Bahan Praktikum yang telah digunakan.

3.4 Gambar Sketch


BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Ulir


 Menghitung Kedalaman Ulir.
Dik :
H = 19,6 P
P = 1,25 mm
Maka,
H = 0,86603 x 1,25 mm
= 1,08254 mm
 Menghitung Diameter Minor pada Ulir.

( 58H )
D Minor=D mayor −2

DMinor = 12,39 mm
5 (1,08254 mm)
DMinor = (12,39 mm) - 2( 8
)

= 11,036825 mm

 Menghitung Diameter Pit pada Ulir.


3H
( )
8
D pit =Dmayor −2

DMayor = 12,39 mm
3 (1,08254 mm)
DPit = (12,39 mm) - 2( 8
)

= 11,578095 mm
18

4.2 Mencari Kesalahan Relatif Pada Tiap-tiap Pengukuran

Dik : SPTK

Jangka Sorong = 0,05

Mikrometer Sekrup = 0,01

Mal Ulir = 0,25

A. Diameter dalam

Tabel 4.1 Kesalahan relatif d1

d1 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


14
14
14 0,025 0,00178 0,178
14

Tabel 4.2 Kesalahan relatif d2

d2 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


22,4
22,4
22,4 0,025 0,00111 0,111
22,4

Tabel 4.3 Kesalahan relatif d3

d3 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


8,3
8,3
8,3 0,025 0,00301 0,301
8,3
B. Diameter Luar

Tabel 4.4 Kesalahan relatif D1

D1 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


30,9
30,9
19

30,9 30,9 0,025 0,000809 0,0809

Tabel 4.5 Kesalahan relatif D2

D2 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


26,9
26,9
26,9 0,025 0,000929 0,0929
26,9

Tabel 4.6 Kesalahan relatif D3

D3 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


36,5
36,5
36 0,025 0,00068 0,068
36,5

Tabel 4.7 Kesalahan relatif D4

D4 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


44,4
44,4
44,4 0,025 0,000563 0,0563
44,4

Tabel 4.8 Kesalahan relatif D5

D5 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


109,3
109,3
109,3 0,025 0,000228 0,0228
109,3

Tabel 4.9 Kesalahan relatif D6

D6 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


119,9
20

119,9 119,9 0,025 0,000208 0,0208


119,9

Tabel 4.10 Kesalahan relatif D7

D7 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


105,4
105,4
105,4 0,025 0,000237 0,0237
105,4

Tabel 4.11 Kesalahan relatif D8

D8 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


105,3
105,3
105,3 0,025 0,000237 0,0237
105,3

Tabel 4.12 Kesalahan relatif D9

D9 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


12,39
12,39
12,39 0,025 0,00201 0,201
12,39

Tabel 4.13 Kesalahan relatif D10

D10 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


7,83
7,83
7,83 0,025 0,00319 0,319
7,83
C. Ketinggian

Tabel 4.14 Kesalahan relatif h1

h1 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


21

55,7
55,7
55,7 0,25 0,000448 0,0448
55,7

Tabel 4.15 Kesalahan relatif h2

h2 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


22,6
22,6
22,6 0,025 0,0011 0,11
22,6

Tabel 4.16 Kesalahan relatif h3

h3 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


25,1
25,1
25,1 0,025 0,000996 0,0996
25,1

Tabel 4.17 Kesalahan relatif h9

h9 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


145
145
145 0,025 0,000172 0,0172
145

Tabel 4.18 Kesalahan relatif h10

h10 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


19,6
19,6
19,6 0,025 0,00127 0,127
19,6

Tabel 4.19 Kesalahan relatif h11


22

h11 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


7,05
7,05
7,05 0,025 0,00354 0,354
7,05

D. Kedalaman

Tabel 4.20 Kesalahan relatif h4

h4 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


5,6
5,6
5,6 0,025 0,00446 0,446
5,6

Tabel 4.21 Kesalahan relatif h5

h5 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


3,3
3,3
3,3 0,025 0,00757 0,757
3,3

Tabel 4.22 Kesalahan relatif h6

h6 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


19,26
19,26
19,26 0,025 0,00129 0,129
19,26

Tabel 4.23 Kesalahan relatif h7

h7 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


13,28
13,28
13,28 0,025 0,00188 0,188
13,28
23

E. Ketebalan

Tabel 4.24 Kesalahan relatif t1

t1 (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


0,39
0,39
0,39 0,025 0,0641 6,41
0,39

F. Pengukuran Ulir

Tabel 4.25 Kesalahan relatif Diameter Mayor

DMayor (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


12,39
12,39
12,39 0,025 0,00201 0,201
12,39

Tabel 4.26 Kesalahan relatif Diameter Minor

DMinor (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


11,036
11,036
11,036 0,025 0,00226 0,226
11,036

Tabel 4.27 Kesalahan relatif Diameter Pit

DPit (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


11,578
11,578
11,578 0,025 0,00215 0,215
11,578

Tabel 4.28 Kesalahan relatif Pitch


24

DPit (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


1,25
1,25
1,25 0,025 0,02 2
1,25

Tabel 4.29 Kesalahan relatif Kedalaman Ulir

DPit (mm) HP (mm) SM (mm) SR PK (%)


19,6
19,6
19,6 0,025 0,00127 0,127
19,6

4.3 Mencari Kesalahan Relatif Rata-rata

Tabel 4.30 Persentase Kesalahan Relatif Rata-rata

Besaran %PK (Rata-rata)


d1 0,178
d2 0,111
d3 0,301
D1 0,0809
D2 0,0929
D3 0,068
D4 0,0563
D5 0,0228
D6 0,0208
D7 0,0237
D8 0,0237
D9 0,201
D10 0,319
h1 0,0448
h2 0,11
h3 0,0996
h9 0,0172
h10 0,127
h11 0,354
h4 0,446
h5 0,757
h6 0,129
25

h7 0,188
t1 6,41
Diameter Mayor 0,201
Diameter Minor 0,226
Diameter Pit 0,215
Pitch 2
Kedalaman Ulir 0,127

A. Diameter dalam
Dik : PK d1 = 0,178%
PK d2 = 0,111%
PK d3 = 0,301%
0,178 %+0,111 %+ 0,301 %
PK rata-rata = = 0,196%
3
B. Diameter luar
Dik : PK D1 = 0,0809%
PK D2 = 0,0929%
PK D3 = 0,068%
PK D4 = 0,0563%
PK D5 = 0,0228%
PK D6 = 0,0208%
PK D7 = 0,0237%
PK D8 = 0,0237%
PK D9 = 0,0201%
PK D10 = 0,319%
PK rata-rata =

0,0809 %+0,0929 % +0,068 %+ 0,0563 %+0,0228 % +0,0208 %+ 0,0237 %+ 0,0237 %+0,0201 % +0,319
10
= 0,0728 %
C. KETINGGIAN
Dik : PK h1 = 0,0448%
PK h2 = 0,11%
26

PK h3 = 0,0996%
PK h9 = 0,0172%
PK h10= 0,127%
PK h11= 0,354%
0,0448 %+0,11 %+0,0996+ 0,0172% +0,127 % +0,354 %
PK rata-rata =
6
= 0,125%
D. KEDALAMAN
Dik : PK h4 = 0,446 %

PK h5 = 0,757%
PK h6 = 0,129%
PK h7 = 0,188%
0,446 %+ 0,757 %+0,129 % +0,188 %
PK rata-rata =
4
= 0,38%
E. KETEBALAN
Dik : PK t1 = 6,41%
PK rata-rata = 6,41%
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari praktikum pengukuran sudut yang sudah dilaksanakan, maka


kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Jangka sorong adalah alat ukur yang mampu mengukur jarak, kedalaman,
diameter dalam dan diameter luar suatu benda dengan tingkat akurasi yang
sangat baik yaitu 0,05 mm.
2. Mikrometer sekrup adalah alat ukur digunakan terutama dalam bidang
keteknikan untuk mengukur ketebalan dari blok-blok, batang-batang slot,
dan benda-benda lainnya.
3. Mal ulir adalah alat ukur untuk mengukur atau memeriksa ulir.
4. Nilai perhitungan ulir pada kedalaman ulir adalah 19,6 mm, pada diameter
minor adalah 11,036 mm, dan pada diameter pit adalah 11,578 mm.
5. Adapun persentase kesalahan dimensi Diameter Dalam sebesar 0,196%,
Diameter luar sebesar 0,0728%, Ketinggian sebesar 0,125%, Kedalaman
sebesar 0,38%, dan Ketebalan sebesar 6,41%.

5.2 Saran

Berdasarkan dari praktikum pengukuran sudut yang sudah dilaksanakan, maka


saran untuk praktikum pengukuran sudut ke depannya adalah sebagai berikut :

Saran untuk praktikan :

1. Praktikan sebaiknya mempelajari tentang modul yang ingin dipraktekkan, dan


standard operating procedure (SOP) penggunaan alat ukur dahulu sebelum
dimulainya praktikum.
2. Memberi teman kelompok kesempatan dalam menggunakan alat ukur.

Saran untuk asisten laboratorium :


28

1. Lebih menekankan dalam menjelaskan alat ukur yang akan digunakan.

Saran untuk laboratorium :

1. Lebih memperhatikan mengenai tata letak meja, alat dan bahan praktikum
agar lebih efisien ketika praktikum berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai