Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

METROLOGI INDUSTRI

MODUL IV
KEDATARAN DAN KELURUSAN

Nama : Joko Prasetya


NIM : 18525089
Kelompok :
Asisten :
Hari / Tanggal :

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019/2020
MODUL IV
KEDATARAN DAN KELURUSAN

4.1 Tujuan
1. Mengetahui cara/teknik mengukur kelurusan dengan square level
2. Mampu melakukan leveling (mendatarkan)
3. Mampu melakukan pengukuran kelurusan suatu garis dengan square level

4.2 Dasar Teori

4.2.1 Pengertian Kedataran dan Kelurusan


1. Kedataran
Suatu permukaan atau bidang dinyatakan rata atau datar bila
perubahan jarak tegak lurus dari titik-titik itu terhadap sebuah
bidang geometrik yang sejajar permukaannya, mempunyai harga di
bawah suatu harga tertentu. Bidang geometrik dapat diwakilkan
oleh sebuah plat rata (surface plate) atau oleh sekumpulan garis-
garis lurus yang dapat diperoleh dengan pertolongan suatu pelurus
(straight edge), pendatar atau sinar cahaya yang dipindah-
pindahkan.
Metode untuk mengukurnya dapat dilaksanakan dengan
menggunakan alat ukur pendatar, atau alat ukurAutokolimator atau
alat-alat ukur optik lainnya seperti Angle Dekkor dan jenis optik
yang lainnya.
2. Kelurusan
Suatu garis dinyatakan lurus apabila harga perubahan dari
jarak antara titik-titik pada garis itu terhadap satu bidang proyeksi
yang sejajar terhadap garis, selalu di bawah suatu harga tertentu.
Pengujian terhadap kelurusan terdiri dari:
a. Kelurusan atara dua bidang.
b. Kelurusan masing-masing komponen.
c. Kelurusan gerakan tiap komponen dan antar komponen.
Ada tiga macam metode yang dapat dipakai untuk mengukur
kelurusan tersebut yaitu, metode pengukuran kelurusan dengan
pelurus (straight edge), pengukuran kelurusan dengan pendatar
(spirit-level), dan pengukuran kelurusan dengan menggunakan
Autokolimator (autocollimator). (Wahyudi, 2012)

4.2.2 Alat ukur kedataran dan kelurusan


1. Square level
Square level merupakan alat ukur yang digunakan untuk
mengukur kedataran dan kelurusan dari suatu beda atau produk.
Alat ukur ini dapat mengukur secara vertical maupun horizontal.
Ditengah-tengah frame terdapat gelembung dan garis pembatas
yang digunakan untuk menentukan kedataran dan kelurusan.
Cara menggunakan square level yaitu dengan meletakan alat
ukur ini pada permukaan benda kerja atau produk. Jika
gelembung tidak berada ditengah maka naikan atau turunkan
benda kerja agar gelembung terletak tepat ditengah. Apabila
gelembung sudah tepat ditengah, maka benda kerja tersebut sudah
benar-benar rata.

Gambar 4.1 Square level


(Sumber: https://www.amazon.com/HHIP-Precision-Spirit-
Levels-Various/dp/B01DLNT076)
Bagian yang sangat penting dari Square level adalah Tabung
kaca dengan dudukan yang kokoh, akurat dan dengan radius yang
besar. Untuk pekerjaan teliti yang umum, besarnya radius
berkisar 52 mm. Tabung kaca diisi dengan Alkohol atau
sejenisnya lalu ditutup rapat, namun masih tersedia ruang
gelembung yang dapat bergerak sepanjang lintasan tabung kaca
sesuai sudut kemiringannya. Tabung kaca dipasang pada base
framenya, untuk beberapa spirit level ketepatannya dapat disetel
melalui baut pengikatnya. Jika frame pada posisi Horizontal maka
gelembung berimpit dengan garis riferen atau garis acuan pada
tabung.

Gambar 4.2 skala square level


(Sumber: https://www.ngenolz.com/2017/12/dasar-dasar-
pengukuran-dan-pengenalan-alat-ukur-dasar.html )
Garis skala diisikan pada kedua ujung dari tabung kaca, dan
setiap garis skala menyatakan penyimpangan yang sangat kecil
dari frame terhadap bidang horizontal. Ketelitian level diukur dari
nilai kemiringan frame yang ditunjukkan oleh satu divisi skala.
Biasanya untuk setiap 1 divisi skala ketelitiannya dibuat 0,02 mm.
Tabung kaca pada square level diisi oleh suatu cairan yang
mana untuk tingkat ketelitian yang lebih tinggi, digunakan cairan
spiritus eter sebagai cairan untuk pengukur skalanya, hal ini
bukan tanpa alasan, berikut alasan kenapa digunakannya spiritus
eter :
a. Viskositas spiritus lebih rendah, sehingga kepekaan pendatar
lebih tinggi
b. Pada spiritus hanya satu gelembung, sehingga lebih mudah
dalam pembacaan skala
c. Titik beku spiritus lebih rendah
2. Kunci pas
Kunci pas ialah sebuah batangan besi yang ujung kepalanya
berbentuk setengah segi enam yang besar kecil ukuran/sudut
diameter pada kepalanya berbeda-beda tergantung pada jenis baut
yang sesuai dengan ukuran dari sudut diameter kunci itu sendiri,
Untuk panjang dan kecilnya pun disesuaikan dengan ukuran
kunci itu sendiri. untuk fungsinya, kunci jenis ini dirancang untuk
membuka atau merapatkan baut yang tidak dapat terjangkau oleh
kunci ring atau kunci sok.

Gambar 4.3 Kunci Pas


(Sumber : https://indonesian.alibaba.com/product-
detail/combination-wrench-set-6mm.html )
Kelebihan :
a. Dapat membuka baut dari sudut yang tidak dapat dijangkau
oleh kunci ring atau sok biasanya yang terdapat di bagian sudut
yang tertutup oleh sesuatu.
b. Dapat membuka baut yang berada pada tengah-tengah di
sebuah batangan besi (torsi).
c. Lebih mudah dan fleksibel dalam penggunanya.

Kelemahan :

a. Tidak dapat digunakan pada baut yang sudah cacat sudut-


sudutnya.
b. Jika penggunanya dipaksakan pada baut yang keras, dapat
menyebabkan kerusakan pada baut yang akan dibuka menjadi
selek/rusak.
c. Kerusakan kunci biasanya terjadi pada bagian sudut-sudut di
bagian kepalanya, yang bisa lebih parah akan menyebabkan
salah satu ujung kunci pas akan patah dan tidak dapat
diperbaiki.
d. Biasanya kunci ini juga jarang digunakan oleh mekanik yang
berpengalaman untuk menjaga agar baut tidak cepat rusak,
mereka biasanya menggunakannya hanya dalam keadaan
darurat dan keterpaksaan saja.
4.3 Peralatan
4.3.1 Alat ukur
1. Square Level 2. Mistar

Gambar 4.4 Square Level Gambar 4.5 Mistar


(Sumber: Lab. Metrologi Industri (Sumber: Lab. Metrologi Industri
dan instrumentasi Teknik Mesin UII) dan instrumentasi Teknik Mesin UII)

3. Kunci pas

Gambar 4.6 Kunci pas


(Sumber: Lab. Metrologi Industri
dan Instrumentasi Teknik Mesin UII)

4.3.2 Benda Ukur


1. Meja Rata

Gambar 4.7 Meja Rata


(Sumber: Lab. Metrologi Industri dan
instrumentasi Teknik Mesin UII)
4.4 Langkah Kerja
1.4.1 Persiapan Pengukuran
1. Mempersiapkan alat ukur yang digunakan
2. Membersihkan peralatan dengan menggunakan wash bensin
3. Menuliskan data alat ukur pada lembar kerja
1.4.2 Pelaksanaan Pengukuran
1.4.3 Penyetelan Kedataran Meja Rata
1. Meletakkan square level pada posisi sejajaar dengan garis yang
mennghubungkan dua kaki penyangga meja (kaki pertama dan
kedua) dan tegak lurus dengan garis yang menghubungkan garis
ketiga. Kemudian memberi tanda posisi square level tersebut.
2. Mengatur posisi gelembung tabung horizontal sehingga berada
ditengah tabung dengan cara menaikkan atau menurunkan salat satu
penyangga meja (kaki pertama atau kedua) denggan menggunakan
kunci pas.
3. Kemudian mengatur posisi gelembung tabung vertikal sehingga
berada ditengah tabung dengan cara menaikkan atau menurunkan
kaki ketiga penyangga meja.
4. Mengulangi langkah a,b,c hingga posisi gelembung udara tidak
berubah pada saat square level dibalik.
1.4.4 Pengukuran Kelurusan
a. Pengukuran Garis Diagonal (garis AC)
1. Memasang batang pembimbing pada garis diagonal (garis AC)
pada meja rata. Atur sedemikian rupa sehingga skala pada
batang pembimbingnya melingkupi daerah pemerikasaan, dan
jepit pada sekitar ujung horizontal meja rata.
2. Memberi selang kedudukan ujung-ujung square level pada garis
yang akan digunakan selama pengukuran.
3. Untuk garis AC digunakan 15 selang
4. Melakukan pembacaan posisi gelembung udara dengan urutan
skala kiri dilanjutkan skala kanan.
5. Mengulangi pembacaan posisi gelembung untuk selang-selang
berikutnya pada garis yang sama.
6. Mengulangi langkah tersebut dengan urutan selang terakhir ke
selang pertama.
7. Menuliskan hasil pengukuran pada tabel 4.1
8. Menganalisis kelurusan
9. Menuliskan hasil pengukuran pada lembar kerja tabel 4
10. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, digambarkan kesalahan
kelurusan pada grafik 1 dan menentukan harga kesalahan
tersebut.
11. Memberikan kesimpulan dari hasil pengukuran yang dilakukan.
b. Pengukuran Garis Diagonal (garis BD)
1. Memasang batang pembimbing pada garis diagonal (garis BD)
meja rata yang akan diperiksa kelurusannya, mengatur
sedemikian rupa sehingga skala pada batang pembimbing
melingkupi daerah pemeriksaan, dan menjepit pada sekitar
ujung horizontal meja rata.
2. Memberi selang kedudukan ujung-ujung square level pad agaris
yang akan digunakan selama pengukuran. Panjang selang
pengukuran tersebut diukur sesuai dengan panjang antara
jarakmujung-ujung square level.
3. Untuk garis BD digunakan lima belas selang.
4. Melakukan pembacaan posisi gelembung udara dengan urutan
pembacaan skala kiri yang dilanjutkan dengan pembacaan skala
kanan. Pembacaan positif dan negatif dapat diasumsikan sendiri
(penyimpangan ke kanan atau ke kiri).
5. Mengulangi pembacaan posisi gelembung untuk selang-selang
berikutnya pada garis yang sama (dua kali pembacaan pada
masing-masing selang: membaca skala kiri dan membaca skala
kanan).
6. Setelah pembacaan pda selang terakhir mengulangi prosedur
dengan urutan selang terakhir ke selang pertama pada garis
tersebut.
7. Menuliskan hasil pengukuran tersebut pada table 3.
8. Melakukan analisis kelurusan.
9. Menuliskan hasil perhitungan pada lembar kerja table 5.
10. Berdasarkan perhitunga tersebut kemudian menggambarkan
kesalahan kelurusan pada grafik 2 dan menentukan harga
kesalahan tersebut.
11. Memberikan kesimpulan dari hasil pengukuran tersebut.
1.4.5 Menganalisis Hasil Pengukuran
1. Dengan melihat pembacaan pada arah maju dan mundur(masing-
masing garis), kemudian menerangkan penyebab terjadinya
perbedaan harga (kalau ada) dari hasil pengukuran tersebut (pada
selang-selang yang berhimpitan sewaktu pengukuran maju dan
mundur).
2. Dari analisis kelurusan menentukan penyimpangan maksimum
kelurusan masing-masing garis tersebut.
3. Menuliskan arah pengukuran yang dilakukan (ke kiri atau ke kanan)
dari posisi 1 pada tiap garis dan pembacaan skala (positif sebelah kiri
atau kanan) square level. Jika harga ketinggian (pada kolom V) harus
dikalikan dengan -1 berarti cara pengukuran terbalik. Agar
pengukuran tidak terbalik maka jelaskan prosedur pengukuran yang
terbaik (arah pengukuran dan pembacaan skala positif).
4. Menuliskan analisis hasil pengukuran pada lembar kerja table 8.
4.5 Analisa dan Pembahasan
Praktikum kedataran dan kelurusan yang telah dilakukan memiliki tujuan
untuk mengetahui cara/teknik mengukur kelurusan dengan square level, agar
praktikan mampu melakukan leveling (mendatarkan) dan agar praktikan
mampu melakukan pengukuran kelurusan suatu garis dengan square level. Alat
ukur yang digunakan yaitu square level yang memiliki kecermatan 0,02 mm
dengan kapasitas ukur 0,24 mm. Selain itu, dalam praktikum ini menggunakan
alat ukur bantu yaitu batang pembimbing dan kunci pas. Sedangkan benda ukur
yang digunakan yaitu meja rata.

Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Garis AC


Pengukuran Maju Pengukuran Mundur
Posisi Rata-Rata
Skala Kiri Skala Kanan Skala Kiri Skala Kanan
1 0 mm 0 mm -0,02 -0,02 -0,01
2 0 mm 0 -0,02 -0,02 -0,01
3 0 mm 0 -0,02 -0,02 -0,01
4 -0,02 mm -0,02 -0,04 -0,04 -0,03
5 -0,02 mm -0,02 -0,04 -0,04 -0,03
6 -0,04 mm -0,04 -0,04 -0,04 -0,04
7 -0,02 mm -0,02 -0,04 -0,04 -0,03
8 -0,04 mm -0,04 -0,02 -0,02 -0,03
9 -0,04 mm -0,04 -0,02 -0,02 -0,03
10 -0,06 mm -0,06 -0,02 -0,02 -0,04
11 -0,04 mm -0,04 -0,02 -0,02 -0,03
12 -0,06 mm -0,06 -0,02 -0,02 -0,04
13 -0,04 mm -0,04 0 0 -0,02
14 -0,04 mm -0,04 -0,02 -0,02 -0,03
15 -0,04 mm -0,04 -0,02 -0,02 -0,03

Table diatas merupakan hasil pengukuran yang dilakukan pada garis


AC. Hasil pengukuran pada skala maju dan skala mundur memiliki nilai yang
berbeda-beda. Pada skala maju dan mundur terdapat nilai 0 tetapi hal itu tidak
dapat dikatakan bahwa meja rata memiliki kedataran yang tepat dikarenakan
nilai 0 yang terdapat pada skala maju dan mundur hanya sedikit. Kesalahan
tersebut dapat terjadi karena beberapa factor yaitu terjadi pada alat ukur pada
saat memulai pengukuran kedataran awal, gelembung square level belum tepat
berada di tengah. Dan pada praktikan yang kurang teliti pada saat melakukan
pengukuran.

Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Garis BD


Pengukuran Maju Pengukuran Mundur
Posisi Rata-Rata
Skala Kiri Skala Kanan Skala Kiri Skala Kanan
1 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
2 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
3 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
4 -0,04 -0,04 0 0 -0,02
5 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
6 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
7 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
8 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
9 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
10 -0,04 -0,04 0 0 -0,02
11 -0,04 -0,04 0,02 0,02 -0,01
12 -0,04 -0,04 0,02 0,02 -0,01
13 -0,04 -0,04 0,02 0,02 -0,01
14 -0,02 -0,02 0 0 -0,01
15 -0,04 -0,04 0 0 -0,02

Table diatas merupakan hasil pengukuran yang dilakukan pada garis


BD. Hasil pengukuran pada skala maju dan skala mundur memiliki nilai yang
berbeda-beda. Pada skala maju dan mundur terdapat nilai 0 tetapi hal itu tidak
dapat dikatakan bahwa meja rata memiliki kedataran yang tepat dikarenakan
nilai 0 yang terdapat pada skala maju dan mundur hanya pada pengukuran
mundur. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa factor yaitu terjadi
pada alat ukur pada saat memulai pengukuran kedataran awal, gelembung
square level belum tepat berada di tengah. Dan pada praktikan yang kurang
teliti pada saat melakukan pengukuran.
Hasil pengukuran yang telah didapatkan kemudian dicari besaran
simpangannya untuk mengetahui seberapa jauh nilai data yang telah
menyimpang dari rata-rata yang sebenarnya.
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑎𝑥
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (+) = 𝑥 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐺𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑀𝑖𝑛
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (−) = 𝑥 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐺𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = 𝑥 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑠𝑞𝑢𝑎𝑟𝑒 𝑙𝑒𝑣𝑒𝑙
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐺𝑟𝑎𝑓𝑖𝑘
Skala Grafik = 0,02 mm
Satuan square Level = 0,02 mm

1. Garis AC
−0,01 𝑚𝑚
a. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (+) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚 = −0,01 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚
−0,04 𝑚𝑚
b. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (−) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚 = −0,04 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚
0,013 𝑚𝑚
c. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚

= 0,013 𝑚𝑚
2. Garis BD
−0,01 𝑚𝑚
a. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (+) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚 = −0,01 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚
−0,02 𝑚𝑚
b. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (−) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚 = −0,02 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚
0,013 𝑚𝑚
c. 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 (𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎) = 𝑥 0,02 𝑚𝑚
0,02 𝑚𝑚

= 0,013 𝑚𝑚
4.6 Kesimpulan
1. Praktikan dapat mengetahui cara/ teknik mengukur dengan square level
yaitu dengan cara meletakan square level pada meja rata. Kemudian diatur
kerataan meja rata dengan manaikkan atau menurunkan dengan cara
memutar baut. Apabila gelembung tepat berada ditengah makan meja
tersebut sudah rata.
2. Praktikan mampu melakukan levelling (mendatarkan) yaitu dengan cara
menaikkan atau menurutkan meja dengan memutar baut yang ada dibawah
meja.
3. Praktikan mampu melakukan pengukuran kelurusan suatu garis dengan
square level. Pengukuran ini dilakukan pada garis AC dan garis BD, setelah
kedataran meja rata didapat. Pengukuran dilakukan setiap 3 cm pada garis
dan ditulis pada lembar kerja.
4.7 Daftar Pustaka
Ngenolz, T. (2012). Retrieved from Dasar-dasar Pengukuran dan Pengenalan
Alat Ukur Dasar: http://www.ngenolz.com diakses pada Kamis 07 November 2019
pukul 22.55

Wahyudi, E. S. (2012, November 2). Alat ukur kelurusan, kedataran dan


kerataan. Retrieved from http://ekasetiawahyudi.blogspot.com diakses pada Kamis
07 November 2019 pukul 22.55

Anda mungkin juga menyukai