Kelompok 4 :
Alvin Akbar 2112202009
CIMAHI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Tugas Besar Pneumatik Hidrolik” dengan baik
dan tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai syarat lulus mata kuliah Pneumatik dan Hidrolik
semester ganjil 2020-2021 yang diampu oleh Bapak H. Dedi Supendi, Drs., ST., MT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.
Dalam penulisan laporan tugas ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Dedi Supendi,
Drs., ST., MT. selaku dosen pengampu yang telah banyak membantu dalam pengetahuan
teori selama perkuliahan yang berlangsung secara daring, dan juga kepada seluruh teman-
teman Teknik Mesin kelas Ekstensi Cimahi Angkatan 2020.
Akhir kata semoga Laporan Tugas Besar ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang
memerlukannya.
Penulis,
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengerti dan memahami penyelesaian 3 kasus penerapan sistem pneumatik.
2. Untuk mengetahui bagaimana diagram langkah yang digunakan pada tiap kasus.
3. Untuk mengetahui penggunaan diagram sirkit pneumatik maupun elekto-pneumatik.
4. Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian.
5. Untuk mengetahui aksi reaksi dari sistem kontrol.
6. Untuk mengetahui komponen apa saja yang digunakan untuk masing-masing kasus.
7. Dapat menghitung ukuran dimensi silinder yang digunakan agar system dapat berkerja
dengan baik.
4
BAB II
TEORI DASAR
5
2.2 Komponen Sistem Pneumatik
Pada sistem pneumatik untuk perangkat keras dan sinyal aliran, maka dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
Tekanan udara pada sistem pneumatik berkisar antara 6 sampai 10 bar (800-1000 kpa).
Empat hal yang utama dalam sistem pneumatik adalah:
- Energy Supply
- Signal Input
- Signal Processor
- Actuator
Katup penentu arah dapat berfungsi sebagai pengontrol sensor, processor, atau aktuator,
apabila katup penentu arah digunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder, maka katup
ini berfungsi sebagai pengontrol grup aktuator. Apabila digunakan mengolah sinyal, maka
katup ini berfungsi sebagai processor. Begitu pula apabila dipakai untuk membaca sebuah
gerakan, maka akan berfungsi sebagai sensor.
6
2.2.1 Energy supply Source
Yang termasuk kedalam Energy supply Source, antara lain:
1. Compressor
Compressor adalah mesin yang digunakan untuk mengompresikan udara dari tekanan
rendah ke tekanan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya perubahan volume gas. Compressor
udara yang biasa digunakan adalah Positive displacement unit, Reciprocating piston, Rotary
screw maupun Rotary valve.
2. Tangki udara (Air Receiver)
Yaitu peralatan yang berfungsi untuk menyimpan udara dari kompresor dan memberikan
udara bertekanan konstan untuk sistem pneumatik. Ukuran dari air receiver tergantung dari
banyaknya konsumsi udara untuk aplikasi (digunakan pada sistem).
3. Air filter
Peralatan ini berfungsi untuk menghilangkan kontaminasi udara sebelum didistribusikan
ke sistem pneumatik (katup dan aktuator). Penyebab utama kerusakan komponen pneumatik
adalah debu dan uap air.
4. Air pressure regulator
Peralatan ini berfungsi untuk menjaga tekanan agar tetap dalam kondisi stabil atau konstan.
Dan dapat juga untuk mengatur suplai tekanan udara.
5. Air lubricators
Peralatan ini berfungsi untuk menjamin pelumasan pada bagian yang bergerak dari
komponen pneumatik.
Katup 3 way dengan push button normally closed terbuat dari polymer. Katup ini
2
teraktuasi bila push-button ditekan dan akan kembali pada posisi normal jika tekanan dilepas.
Hal ini terjadi karena adanya spring return.
7
Gambar 2.3. Katup 3 way dengan push button normally closed
2
Katup 3 way dengan push button, normally open terbuat dari polymer atau plastik. Katup
2
ini teraktuasi dengan menekan push-button. Saat melepas push-button maka katup akan
kembali pada posisi wemula dengan media spring return.
Katup 5 way valve with solenoid switch. katup ini teraktuasi karena adanya selector
2
switch dan akan kembali ke posisi semula karena adanya spring return.
Katup 3 way lever valve terbuat dari polymer dengan pencekaman atau penahanan
2
dengan sistem putar (rotary detent system). katup ini akan teraktuasi karena tekanan dari roller
lever tergerak oleh silinder. Katup ini akan kembali pada posisi normal karena adanya spring
return setelah roller lepas dari silinder.
8
Gambar 2.6. Katup 3 way roller lever valve , normally closed
2
Katup 3 way roller valve with idle return dan push-in elbow ini terbuat dari plastik.
2
Pencekamannya menggunakan rotary putar. Katup ini teraktuasi ketika tripoller tertekan oleh
silinder, dan akan kembali pada posisi semula karena adanya spring return.
Gambar 2.7. Katup 3 way roller lever valve with idle return, normally closed
2
4 2
14
5 3
9
1 menuju ke saluran 4, sedangkan udara yang mengalir melewati saluran 2 akan keluar melalui
saluran 3.
Jika akan kembali ke posisi semula maka udara yang mengalir di saluran 1.4 akan berhenti
dan udara akan mengalir melewati saluran 1.2. Dari proses ini membuat simbol aliran valve
kembali ke posisi awal (bergeser ke kiri), sehingga udara yang mengalir melalui saluran 1 akan
disalurkan melalui sauran 2, dan aliran pembuangannya akan disalurkan dari saluran 4 menuju
saluran 5.
4 2
14 12
5 3
2. Dual-Pressure Valve
10
Fungsi: sebagai And-Function, yaitu bekerja apabila kedua lubang (saluran 1 dan 1/3) delalui
udara bertekanan. Jika hanya salah satu saluran yang dilalui udara, maka katup tidak bekerja.
Desain: Time Delay Valve, Normallyy Closed terletak di atas plat yang ditahan oleh penjepit.
Fungsi: Katup ini akan teraktuasi bila mendapat sinyal dari port 1.2 setelah waktunya diatur
sesuai dengan keinginan. Katup ini akan kembali ke posisi normal karena adanya spring.
Pengaturan waktunya menggunakan screw.
11
Fungsi: Katup ini merupakan kombinasi antara flow control valve dan no-return valve. Non-
return valve menghalangi aliran udara dalam satu arah, dimana udara mengalir melalui flow
control valve.
12
Gambar 2.17. Single acting cylinder
Prinsip kerjanya adalah udara bertekanan mengalir masuk ke dalam silinder ssehingga
mendorong piston bergerak maju ke depan. Sementara pegas pada sisi yang lain tertekan.
Piston akan kembali pada posisi semula jika tekanan dihilangkan dengan bantuan spring return.
F = P. A − R
Dimana:
F = gaya torak efektif (N)
P = tekanan kerja (Bar)
14
𝜋
A = luas penampang silinder = 𝐴 = 𝑑2
4
2. Kebutuhan Udara
Untuk menyiapkan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi, terlebih dahulu
harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan kerja, diameter piston dan langkah
tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai berikut:
Penentuan pemakainan udara secara teoritis dapat ditentukan dengan rumus berikut:
a. Untuk silinder kerja tunggal
Q
π 2
= h . n . D . perbandingan kompresi
4
b. Untuk silinder kerja ganda
Q
π 2 π (D2 − d2 )
= {h . D + h . } . n . perbandingan kompresi
4 4
Dimana:
Q = volume udara (liter/menit)
h = panjang langkah silinder (mm)
n = banyak langkah setiap menit
D = diameter luar tabung silinder (mm)
d = diameter torak (mm)
(Maixner H, Kobler R, 1978)
15
(Franklin Rd, 1997: 60)
3. Gaya piston
Gaya piston yang dihasilkan silinder bergantung pada tekanan udara, diameter silinder, dan
tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis dihitung dengan rumus
sebagai berikut: (Patient Peter. dkk, 1985)
F = A .P
a. Untuk silinder kerja tunggal
π
F = (D2 . P) − f
4
Langkah mundur: π
F = (D2 − d2 ) . P
4
Dimana:
F = gaya piston (N)
f = gaya pegas (N)
D = diameter luar tabung silinder (mm)
d = diameter torak (mm)
A = luas penampang silinder yang digunakan (m2)
P = tekanan kerja (bar)
16
Pada silinder kerja tunggal, gaya piston silinder kembali lebih kecil dari pada gaya
piston silinder maju karena pada saat kembali digerakkan oleh pegas. Sedangkan pada
silinder kerja ganda, gaya piston silinder kembali lebih kecil dari pada silinder maju karena
adanya diameter batang piston akan mengurangi luas penampang piston. Sekitar 3 s.d 10%
adalah tahanan gesekan. Berikut ini adalah gaya piston silinder dari berbagai ukuran pada
tekanan 1 s.d 10 bar.
17
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
18
b. Diagram sirkit pneumatik, Untuk memulainya diperlukan tiga sinyal elemen, jika
minimal dua ditekan buat persamaan logikanya dan diagram sikrit elektriknya
19
i. Proses berulang hingga salah satu push button dimatikan
d. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol
Keterangan Simbol Persamaan
Silinder A Maju A1 start.b1
Silinder B Mundur B0 a1
Silinder A Mundur A0 b1
Silinder B Maju B1 a0
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
𝐹 = 𝑃 .𝐴
𝜋
4.000 𝑁 = 600.000 𝑃𝑎. 𝑑 2
4
4.000 𝑁 𝜋
= 𝑑2
600.000 𝑃𝑎 4
6,66 𝑥 10 −3 = 0,785 𝑑 2
𝑑 = √84,9
𝑑 = 9,2 𝑐𝑚 = 92 𝑚𝑚
Berdasarkan tabel maka digunakan piston dengan diameter 100 mm
20
3.1.2 Electro-Pneumatic
21
Gambar 3.6 Diagram Sirkit Elektro-pneumatik
22
c. Solenoid Y1 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder A akan maju ke
posisi A1
d. Silinder pada posisi A1 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K3
e. Relay K3 akan mengaktifkan solenoid Y3
f. Solenoid Y3 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder B akan mundur
ke posisi B0
g. Silinder pada posisi B0 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K2
h. Relay K2 akan mengaktifkan solenoid Y2
i. Solenoid Y2 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder A akan mundur
ke posisi A0
j. Silinder pada posisi A0 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K4
k. Relay K4 akan mengaktifkan solenoid Y4
l. Solenoid Y4 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder B akan mundur
ke posisi B1
m. Proses berulang hingga salah satu push button dimatikan
23
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
𝐹 = 𝑃 .𝐴
𝜋
4.000 𝑁 = 600.000 𝑃𝑎. 𝑑 2
4
4.000 𝑁 𝜋
= 𝑑2
600.000 𝑃𝑎 4
6,66 𝑥 10 −3 = 0,785 𝑑 2
𝑑 = √84,9
𝑑 = 9,2 𝑐𝑚 = 92 𝑚𝑚
Berdasarkan tabel maka digunakan piston dengan diameter 100 mm
24
3.2.1 Kasus 2.A
a. Skematik Sistem / Aplikasi Sistem
25
d. Rangkaian Pneumatik A+ B+ (A- B-)
26
f. Peta Rangkaian Pneumatik
Elemen kerja
1.2 Tangan
1 0.1 (Z) 1 1.1(Z) 1.0 -
1.4 2.0
27
b. Diagram Langkah Pemindahan
28
e. Cara Kerja Rangkaian
Rangkaian diatas menggunakan sistem cascade yang bekerja dengan cara sebagai
berikut:
a. Ketika push button ditekan akan mengontrol katup A0 dan menggeser katup
pembalik 4/2, sehingga jalur 1 akan ter-supply udara,
b. Silinder A maju ke posisi A1
c. Silinder A pada posisi A1 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve A1 dan
membuat Silinder B maju,
d. Silinder B maju ke posisi B1,
e. Limit switch 3/2 B1 akan menggerakkan katup pembali 4/2 ke kiri, sehingga jalur 2
ter-supply udara,
f. Membuat Silinder B mundur ke posisi B0,
g. Silinder pada posisi B0 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve B0 dan akan
membuat silinder A mundur,
h. Silinder A mundur ke posisi A0
i. Proses siklus selesai, dan berulang jika push button ditekan kembali.
29
3.2.3 Kasus 2.C
a. Skematik Sistem / Aplikasi Sistem
A+ B+
30
d. Rangkaian Pneumatik (A+ B+)
31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari penyusunan laporan ini penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1 Sistem Pneumatik merupakan sistem yang efektif untuk mengangkut ataupun
memindahkan barang – barang yang cukup berat dengan efisien dan cepat.
2 Sistem Pneumatik dapat dioperasikan secara manual ataupun otomatis, dan juga dapat
dirancang sesuai kebutuhan dan penggunaan.
3 Dengan adanya sistem Pneumatik, para operator mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan antara lain :
1 Agar tidak sulit dalam membuat suatu rangkaian pneumatik dan elektro-pneumatik
mahasiswa seharusnya lebih mengetahui fungsi dari berbagai macam katup, dan
komponen-komponen pneumatik lainya.
2 Dalam membuat suatu rangkaian haruslah benar-benar teliti agar rangkaian yang di
buat sesuai dengan rancangan, bantuan software (festo fluidsim) sangat berguna untuk
latihan membuat rangkaian pneumatik.
3 Sehubungan dengan harga setiap komponen – komponen Pneumatik cukup mahal,
diperlukan perawatan yang intensif dan pengawasan saat penggunaan seperti saat
digunakan untuk praktikum.
32
DAFTAR PUSTAKA
Maixner, H dan Kobler, R. 1978. Introduction To Pneumatics. West Germany: Festo Didactic.
Patient, Peter. Pickup, Roy dan Powell, Norman. 1985. Pengantar Ilmu Teknik Pneumatika.
Jakarta: PT Gramedia.
Franklin, Rd. 1997. Basics Pneumatics, a manual for fluid components and practical
applications. Indianapolis: SMC Pneumatic Inc
Khurmi, R, S. dan Gupta, JK.1980. A Text Book of Machine Design. New Delhi: Erlangga.
33