Anda di halaman 1dari 34

TUGAS BESAR

PNEUMATIK & HIDROLIK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pneumatik & Hidrolik

Dosen Pengampu : H. Dedi Supendi, Drs., ST., MT.

Kelompok 4 :
Alvin Akbar 2112202009

Dean Adrilla Razaq 2112202004

Muhammad Rifki 2112202003

Yudi Kuswantono 2112202010

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI MANUFAKTUR

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT karena atas berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan “Tugas Besar Pneumatik Hidrolik” dengan baik
dan tepat waktu.

Laporan ini disusun sebagai syarat lulus mata kuliah Pneumatik dan Hidrolik
semester ganjil 2020-2021 yang diampu oleh Bapak H. Dedi Supendi, Drs., ST., MT.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
laporan ini.

Dalam penulisan laporan tugas ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak H. Dedi Supendi,
Drs., ST., MT. selaku dosen pengampu yang telah banyak membantu dalam pengetahuan
teori selama perkuliahan yang berlangsung secara daring, dan juga kepada seluruh teman-
teman Teknik Mesin kelas Ekstensi Cimahi Angkatan 2020.

Akhir kata semoga Laporan Tugas Besar ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang
memerlukannya.

Cimahi, Februari 2021

Penulis,

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 3


1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 3
1.2 Ruang Lingkup Bahasan ......................................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 4
BAB II TEORI DASAR ........................................................................................................ 5
2.1 Dasar Sistem Pneumatik dan Elektro-Pneumatik ..................................................... 5
2.2 Komponen Sistem Pneumatik ................................................................................. 6
2.2.1 Energy supply Source ...................................................................................... 7
2.2.2 Signal Input ..................................................................................................... 7
2.2.3 Signal Processing ........................................................................................... 10
2.2.4 Signal Output & Command Execution ........................................................... 12
2.3 Jenis Rangkaian Pneumatik ................................................................................... 13
2.3.1 Rangkaian Lansung (Kontrol Lansung) .......................................................... 13
2.3.2 Rangkaian Tidak Lansung ( Kontrol Tidak Lansung) ..................................... 14
2.4 Perhitungan Unit Penggerak (Aktuator)................................................................. 14
BAB III PEMBAHASAN MASALAH ............................................................................... 18
3.1 Mekanisme Box Flipping ...................................................................................... 18
3.1.1 Pneumatic Murni ........................................................................................... 18
3.1.2 Electro-Pneumatic .......................................................................................... 21
3.2 Rangkaian Pneumatik (3 Kasus) ............................................................................ 24
3.2.1 Kasus 2.A ...................................................................................................... 25
3.2.2 Kasus 2.B ...................................................................................................... 27
3.2.3 Kasus 2.C ...................................................................................................... 30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................. 32
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 32
4.2 Saran..................................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 33

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan terus berkembangnya era industri modern, proses industri biasanya merujuk
pada otomatisasi sistem kontrol yang digunakan. Sistem kontrol industri dimana peranan
manusia masih amat dominan, misalnya dalam merespon besaran-besaran proses yang diukur
oleh sistem kontrol tersebut dengan serangkaian langkah berupa pengaturan panel dan saklar-
saklar yang relevan telah banyak digeser dan digantikan oleh sistem kontrol otomatis. Salah
satu inovasi yang paling banyak dikembangkan dalam perindustrian adalah Pneumatik.
Sistem pneumatik menggunakan sumber tenaga dari udara bertekanan, sehingga hemat
biaya. Sedangkan sistem elektro-pneumatik menggunakan sumber tenaga disamping udara
bertekanan, juga berasal dari sumber tenaga listrik dengan kapasitas tegangan dan daya yang
relatif kecil. Dengan demikian kedua sistem pengontrolan ini sangat ekonomis. Elektro-
pneumatik terdiri dari dua rangkaian kontrol yaitu rangkaian kontrol manual dan rangkaian
kontrol otomatis.
Dalam bidang perindustrian sekarang ini diperlukan suatu peralatan yang dapat bekerja
secara otomatis untuk meningkatkan produktivitas, mempersingkat waktu produksi,
menurunkan biaya produksi dan mengurangi potensi human error. Salah satu contoh penerapan
sistem otomatis yang umum di industri yaitu sistem box flipping otomatis.
Laporan ini akan menjelaskan 2 (tiga) soal/kasus penerapan suatu sistem pneumatik di
industri, salah satunya yaitu Sistem Box Flipping Otomatis dan satu kasus yang terdiri dari
tiga penerapan sistem peneumatik dan elektro-pneumatik yang dioperasikan secara otomatis.

1.2 Ruang Lingkup Bahasan


Adapun ruang lingkup bahasan dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Pembahasan 3 soal/kasus sistem pneumatik.
2. Bagaimana diagram langkah pemindahan pada masing-masing kasus.
3. Bagaimana diagram sirkit pneumatik dan elektro-pneumatik yang digunakan.
4. Penjelasan cara kerja rangkaian.
5. Pembuatan aksi reaksi dari sistem kontrol.
6. Apa saja komponen yang digunakan.
7. Menentukan ukuran dimensi silinder pneumatik yang sesuai dengan rancangan.

3
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengerti dan memahami penyelesaian 3 kasus penerapan sistem pneumatik.
2. Untuk mengetahui bagaimana diagram langkah yang digunakan pada tiap kasus.
3. Untuk mengetahui penggunaan diagram sirkit pneumatik maupun elekto-pneumatik.
4. Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian.
5. Untuk mengetahui aksi reaksi dari sistem kontrol.
6. Untuk mengetahui komponen apa saja yang digunakan untuk masing-masing kasus.
7. Dapat menghitung ukuran dimensi silinder yang digunakan agar system dapat berkerja
dengan baik.

1.4 Sistematika Pembahasan


Untuk mempermudah dalam penyusunan laporan ini, maka penulis membagi dalam
sistematika penulisan yang terdiri dari beberapa bab, dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang, ruang lingkup, tujuan penulisan, rumusan dan
sistemetika penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Pada bab ini membahas teori dasar mengenai sistem pneumatik dan komponen-komponen
yang telah banyak digunakan dalam sistem pneumatik.
BAB III PEMBAHASAN MASALAH
Pada bab ini merupakan inti laporan, dimana dibahas penyelesaian dari 3 soal sistem
pneumatik, mulai dari mengetahui diagram langkah, rangkaian sirkit pneumatik, komponen
yang digunakan samapi perhitungan dimensi silinder yang sesuai untuk sistem.
BAB IV KESIMPULAN SARAN
Berisi tentang rangkuman/ringkasan dari analisa dan pembahasan serta saran bagi pembaca
sehingga dapat lebih bermanfaat

4
BAB II
TEORI DASAR

2.1 Dasar Sistem Pneumatik dan Elektro-Pneumatik


Sumber daya alam yang sangat berlimpah serta mudah diperoleh adalah udara. Udara
yang ada tersebut dewasa ini banyak digunakan dalam industri sebagai penggerak untuk
mengendalikan peralatan dan komponen yang ada di industri. Penggunaan teknologi tersebut
di atas biasa disebut dengan pneumatik. Pneumatik berasal dari kata Yunani: pneuma =
udara. Jadi pneumatik adalah ilmu yang berkaitan dengan gerakan maupun kondisi yang
berkaitan dengan udara. Komponen yang digunakan dengan memanfaatkan udara yang sudah
dimampatkan (compressed air). Udara yang sudah dimampatkan tersebut kemudian akan di
distribusikan kepada sistem yang ada sehingga sistem hanya bekerja sesuai dengan desainnya.
Kebutuhan akan udara yang dimampatkan tersebut dapat dilakukan dengan bantuan sebuah
Compressor (pembangkit udara bertekanan).

Gambar 2.1. Tipikal Sistem Kendali Pneumatik

Elektro-pneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip


kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media
kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik. Sinyal elektrik dialirkan ke
kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan saklar, sensor ataupun
saklar pembatas (limit switch) yang berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal.
Sinyal tersebut akan dikirimkan ke kumparan dan akan menghasilkan medan elektromagnet
serta akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada
rangkaian kerja pneumatik. Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau
menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti silinder yang akan menjalankan sistem.

5
2.2 Komponen Sistem Pneumatik
Pada sistem pneumatik untuk perangkat keras dan sinyal aliran, maka dapat dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:

Gambar 2.2. Kontrol Sistem Pneumatik

Tekanan udara pada sistem pneumatik berkisar antara 6 sampai 10 bar (800-1000 kpa).
Empat hal yang utama dalam sistem pneumatik adalah:
- Energy Supply
- Signal Input
- Signal Processor
- Actuator
Katup penentu arah dapat berfungsi sebagai pengontrol sensor, processor, atau aktuator,
apabila katup penentu arah digunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder, maka katup
ini berfungsi sebagai pengontrol grup aktuator. Apabila digunakan mengolah sinyal, maka
katup ini berfungsi sebagai processor. Begitu pula apabila dipakai untuk membaca sebuah
gerakan, maka akan berfungsi sebagai sensor.

Komponen-komponen dasar dalam sistem pneumatik adalah:

6
2.2.1 Energy supply Source
Yang termasuk kedalam Energy supply Source, antara lain:
1. Compressor
Compressor adalah mesin yang digunakan untuk mengompresikan udara dari tekanan
rendah ke tekanan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya perubahan volume gas. Compressor
udara yang biasa digunakan adalah Positive displacement unit, Reciprocating piston, Rotary
screw maupun Rotary valve.
2. Tangki udara (Air Receiver)
Yaitu peralatan yang berfungsi untuk menyimpan udara dari kompresor dan memberikan
udara bertekanan konstan untuk sistem pneumatik. Ukuran dari air receiver tergantung dari
banyaknya konsumsi udara untuk aplikasi (digunakan pada sistem).
3. Air filter
Peralatan ini berfungsi untuk menghilangkan kontaminasi udara sebelum didistribusikan
ke sistem pneumatik (katup dan aktuator). Penyebab utama kerusakan komponen pneumatik
adalah debu dan uap air.
4. Air pressure regulator
Peralatan ini berfungsi untuk menjaga tekanan agar tetap dalam kondisi stabil atau konstan.
Dan dapat juga untuk mengatur suplai tekanan udara.
5. Air lubricators
Peralatan ini berfungsi untuk menjamin pelumasan pada bagian yang bergerak dari
komponen pneumatik.

2.2.2 Signal Input


Katup adalah sistem pneumatik yang dapat berfungsi sebagai Directional Control Valve
(DCV) yang digunakan untuk mengarahkan aliran fluida (udara) serta merubah, menghasilkan,
maupun membatalkan sinyal untuk tujuan sensing, processing, dan controlling. Berikut adalah
katup yang biasa digunakan dalam sistem pneumatik :

1. 3 way valve with push-button, normally closed


2

Katup 3 way dengan push button normally closed terbuat dari polymer. Katup ini
2
teraktuasi bila push-button ditekan dan akan kembali pada posisi normal jika tekanan dilepas.
Hal ini terjadi karena adanya spring return.

7
Gambar 2.3. Katup 3 way dengan push button normally closed
2

2. 3 way valve with push-button, normally open


2

Katup 3 way dengan push button, normally open terbuat dari polymer atau plastik. Katup
2
ini teraktuasi dengan menekan push-button. Saat melepas push-button maka katup akan
kembali pada posisi wemula dengan media spring return.

Gambar 2.4. Katup 3 way dengan push button, normally open


2

3. 5 way valve with selenoid switch


2

Katup 5 way valve with solenoid switch. katup ini teraktuasi karena adanya selector
2
switch dan akan kembali ke posisi semula karena adanya spring return.

Gambar 2.5. Katup 5 way valve dengan solenoid switch.


2

4. 3 way roller lever valve , normally closed


2

Katup 3 way lever valve terbuat dari polymer dengan pencekaman atau penahanan
2
dengan sistem putar (rotary detent system). katup ini akan teraktuasi karena tekanan dari roller
lever tergerak oleh silinder. Katup ini akan kembali pada posisi normal karena adanya spring
return setelah roller lepas dari silinder.

8
Gambar 2.6. Katup 3 way roller lever valve , normally closed
2

5. 3 way roller lever valve with idle return, normally closed


2

Katup 3 way roller valve with idle return dan push-in elbow ini terbuat dari plastik.
2
Pencekamannya menggunakan rotary putar. Katup ini teraktuasi ketika tripoller tertekan oleh
silinder, dan akan kembali pada posisi semula karena adanya spring return.

Gambar 2.7. Katup 3 way roller lever valve with idle return, normally closed
2

6. 5/2 way single pilot valve


Single pilot valve digerakan dengan memberikan isyarat berupa udara yang disalurkan
melalui saluran 1.4 sehingga symbol aliran valve akan bergeser ke kiri. Saat proses ini spring
akan tertekan sehingga aliran udara dapat mengalir dari saluran 1 menuju ke saluran 4,
sedangkan udara yang mengalir melewati saluran 2 akan keluar melalui saluran 3.
Jika akan kembali ke posisi semula maka udara yang mengalir di saluran 1.4 akan berhenti
sehingga spring dapat bergerak kembali ke posisi semula. Dari proses ini membuat simbol
aliran valve kembali ke posisi awal (bergeser ke kiri), sehingga udara yang mengalir melalui
saluran 1 akan disalurkan melalui sauran 2, dan aliran pembuangannya akan disalurkan dari
saluran 4 menuju saluran 5.

4 2
14

5 3

Gambar 2.8. Katup 5/2 way single pilot valve

7. 5/2 way double pilot valve


Double pilot valve digerakan dengan memberikan isyarat berupa udara yang disalurkan
melalui saluran 1.4 dan udara yang mengalir pada saluran 1.2 dimatikan sehingga symbol aliran
valve akan bergeser ke kiri. Dan prosen ini membuat aliran udara dapat mengalir dari saluran

9
1 menuju ke saluran 4, sedangkan udara yang mengalir melewati saluran 2 akan keluar melalui
saluran 3.
Jika akan kembali ke posisi semula maka udara yang mengalir di saluran 1.4 akan berhenti
dan udara akan mengalir melewati saluran 1.2. Dari proses ini membuat simbol aliran valve
kembali ke posisi awal (bergeser ke kiri), sehingga udara yang mengalir melalui saluran 1 akan
disalurkan melalui sauran 2, dan aliran pembuangannya akan disalurkan dari saluran 4 menuju
saluran 5.

4 2

14 12

5 3

Gambar 2.9. Katup 5/2 way double pilot valve

2.2.3 Signal Processing


1. Shuttle Valve

Gambar 2.10. Shuttle Valve


Desain: katup shuttle valve with push-in elbow fittings terletak diatas plate yang ditahan
dengan penjepit katup.
Fungsi: shuttle valve berfungsi sebagai tempat aplikasi sinyal input 1 atau 1/3 (Or-Function).
Jika kedua input diberi tekanan secara bersamaan, maka tekanan yang dapat menjangkau output
adalah tekanan yang lebih tinggi.

2. Dual-Pressure Valve

Gambar 2.11. Dual-Pressure Valve


Desain: katup dual pressure dengan push-in elbow fittings terletak di atas plat yang ditahan
penjepit.

10
Fungsi: sebagai And-Function, yaitu bekerja apabila kedua lubang (saluran 1 dan 1/3) delalui
udara bertekanan. Jika hanya salah satu saluran yang dilalui udara, maka katup tidak bekerja.

3. Time Delay Valve, Normally Closed

Gambar 2.12. Time Delay Valve, Normally Closed

Desain: Time Delay Valve, Normallyy Closed terletak di atas plat yang ditahan oleh penjepit.
Fungsi: Katup ini akan teraktuasi bila mendapat sinyal dari port 1.2 setelah waktunya diatur
sesuai dengan keinginan. Katup ini akan kembali ke posisi normal karena adanya spring.
Pengaturan waktunya menggunakan screw.

4. Quick Exhaust Valve

Gambar 2.13. Quick Exhaust Valve


Desain: Quick Exhaust Valve with built-in silincer dan push-in elbow fittingterletak di atas plat
dengan system penahan oleh penjepit.
Fungsi: Berfungsi untuk menghindari pressure drops pada port 1 saat tekanan udara dari port
2 keluar ke atmosfer melalui built-in silincer.

5. One-Way Flow Control Valve

Gambar 2.14. One-Way Flow Control Valve


Desain: One way flow control valve di-screw dalam plat dengan sistem push-in fitting.

11
Fungsi: Katup ini merupakan kombinasi antara flow control valve dan no-return valve. Non-
return valve menghalangi aliran udara dalam satu arah, dimana udara mengalir melalui flow
control valve.

2.2.4 Signal Output & Command Execution


5
1. 2 -way valve

Gambar 2.15. 5 -way valve


2
Katup ini digerakkan menggunakan port 1.4. ketika sinyalnya dihilangkan, maka katup akan
kembali ke posisi normal dengan pemantulan kembali.

2. 5 -way double pilot valve


2

Gambar 2.16. 5 -way double pilot valve


2
Katup ini menggunakan sinyal pneumatik secara bergantian ke port 1.4 dan 1.2. sinyal akan
tinggal pada posisi switch terakhir sampai penghitung sinyal diterima.

3. Actuating device output


Tenaga dan udara bertekanan atau tenaga pneumatik diubah menjadi gerakan garis lurus
dan gesekan putar oleh silinder pneumatik dan motor pneumatik. Besarnya tekanan tergantung
pada luas penampang silinder dan gerak yang timbul antara dinding dalam silinder kulit luar
toraknya.

4. Single Acting Cylinder

12
Gambar 2.17. Single acting cylinder
Prinsip kerjanya adalah udara bertekanan mengalir masuk ke dalam silinder ssehingga
mendorong piston bergerak maju ke depan. Sementara pegas pada sisi yang lain tertekan.
Piston akan kembali pada posisi semula jika tekanan dihilangkan dengan bantuan spring return.

5. Double Acting Cylinder

Gambar 2.18. Double acting sylinder


Silender bergerak ganda digunakan apabila diperlukan untuk melakukan kerja bukan
hanya pada gerakan maju tapi juga pada gerakan mundur. Pada prinsipnya panjang langkah
silinder tidak terbatas. Walaupun demikian tekanan dibengkokkan dari perpanjangan batang
torak harus diperhitungkan. Silinder double acting juga untuk menahan adanya kebocoran.
Diperlukan cincin dan torak atau diafragma. Jadi gerak mundur piston disebabkan oleh udara
bertekanan yang mengalir masuk melalui ujung yang berlawanan dengan sisi yang pertama
saat piston bergerak maju.

2.3 Jenis Rangkaian Pneumatik


Secara sederhana, rangkaian yang digunakan untuk mengontrol sebuah silinder kerja
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :

2.3.1 Rangkaian Lansung (Kontrol Lansung)


Prinsip rangkaian lansung adalah kontrol yang memberi perintah lansung pada aktuator.
Rangkaian lansung hanya dipilih, jika volume silinder tidak besar, proses perubahan dikontrol
oleh satu element sinyal.
Konrol lansung bekerja dengan cara udara pompa dari sumber energi lansung
dikendalikan oleh katup pengarah untuk mengoperasikan silinder. Jadi katup pengarah
berfungsi sebagai pelaksana signal input juga sebagai final control element. Berikut contoh
rangkaian lansung pada silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.
13
Gambar 2.19. Contoh Rangkaian Lansung

2.3.2 Rangkaian Tidak Lansung ( Kontrol Tidak Lansung)


Silinder yang keluar dan masuk dengan cepat atau silinder dengan diameter piston besar
memerlukan jumlah udara yang banyak. Untuk pengontrolannya harus dipasang sebuah katup
kontrol dengan ukuran yang besar juga. Disini melalui sebuah katup kedua yang lebih kecil,
dihasilkan sinyal untuk mengaktifkan katup kontrol yang besar. Berikut contoh rangkaian tidak
lansung pada silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda.

Gambar 2.20. Contoh Rangkaian Tidak Lansung

2.4 Perhitungan Unit Penggerak (Aktuator)


Karakteristik penampilan silinder dapat ditentukan secara teori atau dengan data-data
pabrikan. Kedua metode ini dapat dilaksanakan tapi biasanya untuk pelaksanaan dan
penggunaan tertentu, data-data dari pabrikan adalah lebih menyakinkan.
1. Penentuan Ukuran Silinder
Penentuan ukuran diameter silinder pneumatik yang akan digunakan pada rancangan mesin
secara teoritis dirumuskan sebagai berikut:

F = P. A − R

Dimana:
F = gaya torak efektif (N)
P = tekanan kerja (Bar)

14
𝜋
A = luas penampang silinder = 𝐴 = 𝑑2
4

R = gesekan (N), diambil 3 s.d 20% dari gaya terhitung


(Maixner H, Kobler R, 1978)

2. Kebutuhan Udara
Untuk menyiapkan udara dan untuk mengetahui biaya pengadaan energi, terlebih dahulu
harus diketahui konsumsi udara pada sistem. Pada tekanan kerja, diameter piston dan langkah
tertentu, konsumsi udara dihitung sebagai berikut:

Kebutuhan udara = perbandingan kompresi x luas penampang x


panjang langkah

1,031 + tekanan kerja (bar)


Perbandingan kompresi =
1,031

Penentuan pemakainan udara secara teoritis dapat ditentukan dengan rumus berikut:
a. Untuk silinder kerja tunggal

Q
π 2
= h . n . D . perbandingan kompresi
4
b. Untuk silinder kerja ganda

Q
π 2 π (D2 − d2 )
= {h . D + h . } . n . perbandingan kompresi
4 4
Dimana:
Q = volume udara (liter/menit)
h = panjang langkah silinder (mm)
n = banyak langkah setiap menit
D = diameter luar tabung silinder (mm)
d = diameter torak (mm)
(Maixner H, Kobler R, 1978)

Untuk mempermudah dan mempercepat dalam menentukan kebutuhan udara, tabel di


bawah ini menunjukkan kebutuhan udara per sentimeter langkah piston untuk berbagai macam
tekanan dan diameter piston silinder.
Tabel 2.1. Kebutuhan udara silinder pneumatik persentimeter langkah dengan fungsi
tekanan kerja dan diameter piston

15
(Franklin Rd, 1997: 60)
3. Gaya piston
Gaya piston yang dihasilkan silinder bergantung pada tekanan udara, diameter silinder, dan
tahanan gesekan dari komponen perapat. Gaya piston secara teoritis dihitung dengan rumus
sebagai berikut: (Patient Peter. dkk, 1985)

F = A .P
a. Untuk silinder kerja tunggal
π
F = (D2 . P) − f
4

b. Untuk silinder kerja ganda


π
 Langkah maju: F = D2 . P
4

 Langkah mundur: π
F = (D2 − d2 ) . P
4

Dimana:
F = gaya piston (N)
f = gaya pegas (N)
D = diameter luar tabung silinder (mm)
d = diameter torak (mm)
A = luas penampang silinder yang digunakan (m2)
P = tekanan kerja (bar)

16
Pada silinder kerja tunggal, gaya piston silinder kembali lebih kecil dari pada gaya
piston silinder maju karena pada saat kembali digerakkan oleh pegas. Sedangkan pada
silinder kerja ganda, gaya piston silinder kembali lebih kecil dari pada silinder maju karena
adanya diameter batang piston akan mengurangi luas penampang piston. Sekitar 3 s.d 10%
adalah tahanan gesekan. Berikut ini adalah gaya piston silinder dari berbagai ukuran pada
tekanan 1 s.d 10 bar.

Tabel 2.2. Gaya piston silinder dari berbagai ukuran

(Franklin Rd, 1997: 63)


Silinder pneumatik tahan terhadap beban lebih. Silinder pneumatik dapat dibebani
lebih besar dari kapasitasnya. Beban yang tinggi menyebabkan silinder diam.

17
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH

3.1 Mekanisme Box Flipping

3.1.1 Pneumatic Murni

Gambar 3.1 Box Flipping

Dari layout gambar 1 sistem kontrol Pneumatik, buatlah :


a. Diagram Langkah Pemindahan

Gambar 3.2 Diagram Langkah

18
b. Diagram sirkit pneumatik, Untuk memulainya diperlukan tiga sinyal elemen, jika
minimal dua ditekan buat persamaan logikanya dan diagram sikrit elektriknya

Gambar 3.3 Diagram Sirkit Pneumatik

c. Cara Kerja Rangkaian


Rangkaian dimulai degan silinder A berada di posisi A0 dan silinder B berada di posisi
B1
a. 2 push button ditekan dan akan memindahkan valve 5/2
b. Silinder A maju ke posisi A1
c. Silinder pada posisi A1 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve A1 dan akan
memindahkan valve 5/2 di silinder B
d. Silinder B mundur ke posisi B0
e. Silinder pada posisi B0 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve B0 dan akan
memindahkan valve 5/2 di silinder A
f. Silinder A mundur ke posisi A0
g. Silinder pada posisi A0 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve A0 dan akan
memindahkan valve 5/2 di silinder B
h. Silinder B maju ke posisi B1

19
i. Proses berulang hingga salah satu push button dimatikan
d. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol
Keterangan Simbol Persamaan
Silinder A Maju A1 start.b1
Silinder B Mundur B0 a1
Silinder A Mundur A0 b1
Silinder B Maju B1 a0

e. Tabel Komponen yang Digunakan


No. Nama Komponen Jumlah
1 Double Acting Cylinder 2
2 3/2 Valve with Limit switch 4
3 3/2 Valve with Push button 2
4 5/2 Valve with Pneumatic actuation 2
5 One way flow control valve 4

f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
𝐹 = 𝑃 .𝐴
𝜋
4.000 𝑁 = 600.000 𝑃𝑎. 𝑑 2
4
4.000 𝑁 𝜋
= 𝑑2
600.000 𝑃𝑎 4
6,66 𝑥 10 −3 = 0,785 𝑑 2
𝑑 = √84,9
𝑑 = 9,2 𝑐𝑚 = 92 𝑚𝑚
Berdasarkan tabel maka digunakan piston dengan diameter 100 mm

20
3.1.2 Electro-Pneumatic

Gambar 3.4 Box Flipping

Dari layout gambar 1 sistem control Elektro-Pneumatic, buatlah :


a. Diagram Langkah Pemindahan

Gambar 3.5 Diagram Langkah

b. Diagram sirkit elektro-pneumatik, Untuk memulainya diperlukan tiga sinyal


elemen, jika minimal dua ditekan buat persamaan logikanya dan diagram sikrit
elektriknya

21
Gambar 3.6 Diagram Sirkit Elektro-pneumatik

c. Cara Kerja Rangkaian


Rangkaian dimulai degan silinder A berada di posisi A0 dan silinder B berada di posisi
B1
a. 2 push button ditekan dan akan mengaktifkan relay K1
b. Relay K1 akan mengaktifkan solenoid Y1

22
c. Solenoid Y1 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder A akan maju ke
posisi A1
d. Silinder pada posisi A1 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K3
e. Relay K3 akan mengaktifkan solenoid Y3
f. Solenoid Y3 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder B akan mundur
ke posisi B0
g. Silinder pada posisi B0 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K2
h. Relay K2 akan mengaktifkan solenoid Y2
i. Solenoid Y2 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder A akan mundur
ke posisi A0
j. Silinder pada posisi A0 akan mengaktifkan limit switch dan akan mengaktifkan
relay K4
k. Relay K4 akan mengaktifkan solenoid Y4
l. Solenoid Y4 akan memindahkan aliran ke 5/2 Valve, maka silinder B akan mundur
ke posisi B1
m. Proses berulang hingga salah satu push button dimatikan

d. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol


Keterangan Simbol Persamaan
Silinder A Maju A1 start.b1
Silinder B Mundur B0 a1
Silinder A Mundur A0 b1
Silinder B Maju B1 a0

e. Tabel Komponen yang Digunakan


No. Nama Komponen Jumlah
1 Double Acting Cylinder 2
2 5/2 Valve with Selenoid 2
3 Relay 4
4 Limit Switch 4
5 Push Button 2

23
f. Tentukan ukuran diameter piston dan stroke bila berat total yang diangkat 4 kN
𝐹 = 𝑃 .𝐴
𝜋
4.000 𝑁 = 600.000 𝑃𝑎. 𝑑 2
4
4.000 𝑁 𝜋
= 𝑑2
600.000 𝑃𝑎 4
6,66 𝑥 10 −3 = 0,785 𝑑 2
𝑑 = √84,9
𝑑 = 9,2 𝑐𝑚 = 92 𝑚𝑚
Berdasarkan tabel maka digunakan piston dengan diameter 100 mm

3.2 Rangkaian Pneumatik (3 Kasus)

24
3.2.1 Kasus 2.A
a. Skematik Sistem / Aplikasi Sistem

Gambar 3.7 Mesin Press Pelat

b. Diagram Langkah Pemindahan

Gambar 3.8 Diagram Langkah

c. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol

Keterangan Simbol Persamaan


Silinder A Maju A1 Start a0
Silinder B Maju B1 a1
Silinder B Mundur B0 A0 b1 b0

25
d. Rangkaian Pneumatik A+ B+ (A- B-)

Gambar 3.9 Diagram Sirkit pneumatik (cascade)

e. Cara Kerja Rangkaian


Silinder A bergerak Maju ke atas (A+) akan menekan tuas mekanik, yang di
hubungkan oleh profil menekan plat, selanjutnya Silinder B bergerak maju ke depan
setelah di tekan plat tersebut, Selanjutnya Silinder A dan B bergerak ke posisi semula
dengan bersamaan (A-,B-), jadi siklusnya A+,B+(A-,B-).

26
f. Peta Rangkaian Pneumatik

Elemen kerja

Katup Katup Udara Penggerak berkgerak ke


Tahap Penggerak
Penggerak Pembalik Bertekanan Pembalik Akhir Akhir
Depan Belakang

1.2 Tangan
1 0.1 (Z) 1 1.1(Z) 1.0 -
1.4 2.0

2 1.3 2.0 0.1 (Z) 1 1.1(Z) 1.0 -

3 2.2 1.0 0.1 (Y) 2 2.1(Z) 2.0 -

4 2.3 1.0 0.1(Y) 1 2.1(Y) - 2.0

3.2.2 Kasus 2.B


a. Skematik Sistem / Aplikasi Sistem

Gambar 3.10 Mesin bor dengan Penjepit

27
b. Diagram Langkah Pemindahan

Gambar 3.11 Diagram Langkah

c. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol


Keterangan Simbol Persamaan
Silinder A Maju A1 Start a0
Silinder B Maju B1 a1
Silinder B Mundur B0 b1
Silinder A Mundur A0 b0

d. Rangkaian Pneumatik (A+ B+ B- A-)

Gambar 3.12 Diagram Sirkit pneumatik (cascade)

28
e. Cara Kerja Rangkaian
Rangkaian diatas menggunakan sistem cascade yang bekerja dengan cara sebagai
berikut:
a. Ketika push button ditekan akan mengontrol katup A0 dan menggeser katup
pembalik 4/2, sehingga jalur 1 akan ter-supply udara,
b. Silinder A maju ke posisi A1
c. Silinder A pada posisi A1 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve A1 dan
membuat Silinder B maju,
d. Silinder B maju ke posisi B1,
e. Limit switch 3/2 B1 akan menggerakkan katup pembali 4/2 ke kiri, sehingga jalur 2
ter-supply udara,
f. Membuat Silinder B mundur ke posisi B0,
g. Silinder pada posisi B0 akan mengaktifkan limit switch 3/2 valve B0 dan akan
membuat silinder A mundur,
h. Silinder A mundur ke posisi A0
i. Proses siklus selesai, dan berulang jika push button ditekan kembali.

f. Peta Rangkaian Pneumatik


Elemen kerja
Katup Katup Udara Penggerak berkgerak ke
Tahap Penggerak
Penggerak Pembalik Bertekanan Pembalik Akhir Akhir
Depan Belakang
1.2 Tangan
1 0.1(Z) 1 1.1(Z) 1.0 -
1.4 2.0
1.3 - 1.0
2 2.3 0.1 2 1.1(Y)
2.2 - 2.0

29
3.2.3 Kasus 2.C
a. Skematik Sistem / Aplikasi Sistem

A+ B+

Gambar 3.13 Mesin tekuk bending 2 arah

b. Diagram Langkah Pemindahan

Gambar 3.14 Diagram Langkah

c. Aksi Reaksi dari Sistem Kontrol


Keterangan Simbol Persamaan
Silinder A Maju A1 Start a0
Silinder B Maju B1 a1

30
d. Rangkaian Pneumatik (A+ B+)

Gambar 3.15 Diagram Sirkit elektro pneumatik

e. Cara Kerja Rangkaian


Rangkaian diatas menggunakan sistem yang bekerja dengan cara sebagai berikut:
a. Silinder A dan B berada diposisi 0
b. Ketika push button ditekan akan mengaktuasi relay K1
c. Relay K1 mengaktuasi solenoid Y1,
d. Valve 5/2 akan berpindah posisi silinder A maju ke A1
e. Posisi silinder A1 mengaktuasi proximity switch dan akan mengaktuasi relay K2
f. Relay K2 akan mengaktuasi solenoid Y2
g. Valve 3/2 akan berpindah posisi, silinder B maju ke B1
h. Proses siklus selesai, dan berulang jika push button ditekan kembali.

31
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari penyusunan laporan ini penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1 Sistem Pneumatik merupakan sistem yang efektif untuk mengangkut ataupun
memindahkan barang – barang yang cukup berat dengan efisien dan cepat.
2 Sistem Pneumatik dapat dioperasikan secara manual ataupun otomatis, dan juga dapat
dirancang sesuai kebutuhan dan penggunaan.
3 Dengan adanya sistem Pneumatik, para operator mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan pekerjaan.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis berikan antara lain :

1 Agar tidak sulit dalam membuat suatu rangkaian pneumatik dan elektro-pneumatik
mahasiswa seharusnya lebih mengetahui fungsi dari berbagai macam katup, dan
komponen-komponen pneumatik lainya.
2 Dalam membuat suatu rangkaian haruslah benar-benar teliti agar rangkaian yang di
buat sesuai dengan rancangan, bantuan software (festo fluidsim) sangat berguna untuk
latihan membuat rangkaian pneumatik.
3 Sehubungan dengan harga setiap komponen – komponen Pneumatik cukup mahal,
diperlukan perawatan yang intensif dan pengawasan saat penggunaan seperti saat
digunakan untuk praktikum.

32
DAFTAR PUSTAKA

Maixner, H dan Kobler, R. 1978. Introduction To Pneumatics. West Germany: Festo Didactic.

Patient, Peter. Pickup, Roy dan Powell, Norman. 1985. Pengantar Ilmu Teknik Pneumatika.
Jakarta: PT Gramedia.

Franklin, Rd. 1997. Basics Pneumatics, a manual for fluid components and practical
applications. Indianapolis: SMC Pneumatic Inc

Khurmi, R, S. dan Gupta, JK.1980. A Text Book of Machine Design. New Delhi: Erlangga.

33

Anda mungkin juga menyukai