Edisi Kedua
Cetakan pertama, Agustus 2010
Cetakan kedua, September 2014
596
ROS ROSADI, Bayu
m Materi pokok taksonomi vertebrata; 1– 6; BIOL4322/
2 sks/ Bayu Rosadi, Hurip Pratomo. -- Cet.2; Ed.2 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
242 hal; ill; 21 cm
ISBN: 978- 979-011-517-0
1. vertebrata
I. Judul II. Pratomo, Hurip
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Kaitan Taksonomi dengan Cabang Ilmu yang Lain ......................... 1.14
Latihan …………………………………………............................... 1.17
Rangkuman ………………………………….................................... 1.18
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.18
Kegiatan Belajar 3:
Keanekaragaman Hewan .................................................................... 1.20
Latihan …………………………………………............................... 1.26
Rangkuman ………………………………….................................... 1.27
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 1.27
Kegiatan Belajar 2:
Pelaksanaan Klasifikasi ...................................................................... 2.16
Latihan …………………………………………............................... 2.23
Rangkuman ………………………………….................................... 2.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.25
iv
Kegiatan Belajar 3:
Kaidah-kaidah dan Penerapan Tatanama Hewan .............................. 2.27
Latihan …………………………………………............................... 2.35
Rangkuman ………………………………….................................... 2.35
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.36
Kegiatan Belajar 2:
Vertebrata ........................................................................................... 3.13
Latihan …………………………………………............................... 3.27
Rangkuman ………………………………….................................... 3.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.28
Kegiatan Belajar 2:
Kelas Chondrichthyes dan Kelas Osteichthyes ................................. 4.18
Latihan …………………………………………............................... 4.39
Rangkuman ………………………………….................................... 4.40
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.40
v
Kegiatan Belajar 2:
Kelas Reptilia .................................................................................... 5.18
Latihan …………………………………………............................... 5.29
Rangkuman ………………………………….................................... 5.30
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.30
Kegiatan Belajar 2:
Kelas Mamalia ................................................................................ 6.20
Latihan …………………………………………............................... 6.36
Rangkuman ………………………………….................................... 6.36
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.37
Untuk dapat memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai
kompetensi yang diharapkan, pergunakan strategi belajar berikut ini:
1. Sebelum membaca modul ini, cermati terlebih dahulu glosarium pada
akhir modul yang memuat istilah-istilah yang digunakan dalam modul
ini.
2. Baca materi modul dengan seksama, tambahkan catatan pinggir, berupa
tanda tanya, pertanyaan, konsep lain yang relevan, dan lain-lain. sesuai
pemikiran yang muncul. Tandailah bagian-bagian ini untuk membantu
Anda mengingat perbedaan keduanya.
3. Kerjakan setiap soal latihan dan tes formatif seoptimal mungkin, dan
gunakan rambu-rambu jawaban untuk membuat penilaian apakah
jawaban Anda sudah memadai.
4. Buat catatan khusus hasil diskusi tutorial online (tuton) di www.ut.ac.id
untuk digunakan dalam pembuatan tugas mata kuliah dan ujian akhir
mata kuliah.
Peta Kompetensi
Taksonomi Vertebrata/BIOL4322/2 sks
19
22 23 26 27
29 30 32 33
18
20 21 24 25 28 31
17
15 16
14
12 13
10 11
6 7 8 9
3 4
1 2
xi
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
S aat ini lebih dari satu juta spesies hewan dan setengah juta spesies tumbuhan
dan mikroorganisme telah diketahui. Jenis organisme yang masih hidup
yang belum dikenal berkisar antara 3 sampai 10 juta bahkan lebih. Sementara itu
yang sudah punah diperkirakan satu miliar. Tiap-tiap jenis terdiri atas sejumlah
individu yang memperlihatkan berbagai perbedaan dalam hal morfologi, jenis
kelamin, umur, bentuk musiman, sifat prokariotik, sifat kariotik, haploid,
diploid, cara perkembangbiakkan, perannya sebagai produsen/ konsumen,
sifatnya sebagai herbivora/karnivora/omnivora, dan inang-parasit.
Keanekaragaman fauna mempunyai banyak dimensi. Terdapat begitu banyak
fauna bukan hanya di daratan tetapi juga di wilayah perairan dan lautan sampai
ke bagian yang terdalam. Setiap organisme mempunyai jenis fauna lain sebagai
parasitnya sendiri, banyak di antaranya bersifat spesies spesifik. Dengan
demikian terdapat keanekaragaman individual yang besar sehingga tidak
mungkin menanganinya tanpa menggunakan cara yang tepat.
Cara untuk mempermudah mempelajari hewan-hewan tersebut sangat
diperlukan. Salah satu cara yang dipandang tepat adalah melakukan klasifikasi.
Hewan-hewan tersebut dikelompokkan sehingga tidak perlu mempelajari satu-
persatu tetapi cukup dengan perwakilan dari kelompoknya. Pemikiran
selanjutnya adalah bagaimana upaya pengelompokan itu dilakukan, maka
timbullah teori klasifikasi. Di dalam kegiatan klasifikasi tercakup aspek
pemilahan, maka perlu upaya antarkelompok tersebut dapat dikenal secara
terpisah satu dari yang lain sehingga setiap kelompok perlu diberi nama.
Carolus Linnaeus (1707-1778) mengklasifikasikan semua organisme yang
diketahui ke dalam dua kelompok besar/kingdom, yaitu: Plantae dan
Animalia. Robert Whittaker pada tahun 1969 membagi organisme ke dalam
lima kingdom, yaitu: Plantae, Animalia, Fungi, Protista, dan Monera.
Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis (susunan) dan nomos
(hukum/aturan), yang pertama kali diusulkan oleh Candolle (1813) sebagai
teori klasifikasi tumbuhan. Dalam perkembangannya, taksonomi diberi batasan
sebagai teori dan praktek klasifikasi organisme. Taksonomi terbagi menjadi dua
1.4 Taksonomi Vertebrata
itu sesuai dengan arti yang sebenarnya. Sistematika mempunyai arti yang lebih
luas, yaitu: sebagai suatu kajian tentang keanekaragaman organisme.
Salah satu pokok pikiran utama sistematika adalah menentukan ciri-ciri
unik yang dimiliki oleh setiap spesies maupun takson-takson yang lebih tinggi
dengan cara membandingkan. Pemikiran yang lain adalah menentukan ciri-ciri
yang secara umum dimiliki oleh berbagai takson, sehingga secara biologis
menyebabkan terjadinya perbedaan dan persamaan diantara takson tersebut.
Perhatian terakhir ditujukan kepada adanya variasi dalam takson-takson.
Berkembangnya sistematika populasi yang diberi label sistematika baru
oleh JS Huxley (1940) menyebabkan pengevaluasian kembali konsep spesies
dan pendekatan yang lebih biologis terhadap taksonomi. Sistematika populasi
bukan alternatif pengganti terhadap taksonomi klasik tetapi merupakan
perluasan dari taksonomi. Di antara kelompok yang bergerak dalam kegiatan
inventarisasi spesies tetap dalam kemajuan penuh, orang tidak dapat dengan
mudah mengaplikasikan metode-metode sistematika populasi. Menjadi terpusat
pada level populasi, sistematika baru secara alamiah hanya menimbulkan
dampak yang kecil terhadap teori klasifikasi pada level taksa yang lebih tinggi.
Pemikiran populasi dari sistematika baru adalah salah satu sumber utama
genetika populasi, dan sebaliknya juga mempengaruhi sistematika populasi.
Sistematika populasi hampir secara eksklusif bersangkutan dengan level
spesies. Taksonomi makro mengalami sedikit kemajuan konseptual dari tahun
1870-an ke 1950-an. Taksonomi makro berubah secara dramatis dengan
munculnya taksonomi numerik. Kontroversi menyangkut kelebihan teori-teori
klasifikasi yang lebih baru dibandingkan pendekatan tradisional mendominasi
jurnal-jurnal biologi sistematika. Hal lebih penting yang akan mempengaruhi
sejarah sistematika dalam jangka panjang adalah keterlibatan ahli-ahli biologi
molekuler dalam masalah klasifikasi serta pengembangan sejumlah teknik
molekuler untuk menguji kedekatan hubungan diantara spesies yang dipelajari.
mendasar pun muncul. Apa yang harus direfleksikan oleh klasifikasi, hanya
genealogi atau aspek total taksa? Apa yang terbaik dan apa yang paling alami?
Komponen fenotip apa yang harus dipilih sebagai basis suatu klasifikasi?
Seberapa penting fasilitasi diagnosis dalam satu klasifikasi? Bagaimana
seharusnya ciri-ciri berbeda diberikan bobot yang berbeda dalam konstruksi
klasifikasi? Haruskah satu sifat memberikan bobot yang sama terhadap
penggantian quasi-netral pasangan-pasangan basa DNA dan terhadap perubahan
signifikan evolusioner? Perbedaan tentang metode terbaik konstruksi klasifikasi
juga ada.
C. PERKEMBANGAN TAKSONOMI
secara dikotomi menjadi dua kelompok yang lebih kecil (subordinat). Contoh:
dengan atau tanpa darah, berambut dan tidak berambut, dan lain-lain. Prinsip ini
mendominasi taksonomi sampai akhir abad ke-18. Taksonomi hewan
mengalami sedikit kemajuan konseptual pada abad ke-17 dan ke-18. Ilmu alam
pada abad ke-18 didominasi dua tokoh menonjol, yaitu: Buffon (1707-1788)
dan Linnaeus.
Carolus Linnaeus memiliki pemikiran yang erat dengan prinsip klasifikasi
ke bawah dengan pembagian logis. Salah satu inti pemikirannya adalah spesies
merefleksikan ciri-ciri yang tetap dan tidak berubah. Walaupun, pada periode di
mana ditemukan banyak sekali spesies baru dan macam-macam organisme,
Linnaeus adalah inovator metodologi. Identifikasi cepat dan tepat yang
dibutuhkan naturalis difasilitasi oleh Linnaeus melalui kunci-kunci identifikasi
yang disusun hati-hati, diagnosis yang tegas dengan sistem bergaya telegrafi,
standardisasi sinonim, dan penemuan tatanama binomial.
Klasifikasi aktual yang diadopsi oleh Linnaeus memiliki kelebihan dan
kekurangan. Untuk kelompok hewan yang sebagian besar dikenalnya seperti
serangga, klasifikasi yang dibuatnya sebagian besar masih diterima. Sebaliknya,
klasifikasi kelompok lain seperti aves (burung), amfibi, dan invertebrata tidak
sebaik peneliti-peneliti sebelumnya.
Buffon bukan seorang taksonomis dan sedikit tertarik dalam klasifikasi dan
beberapa kategori yang lebih tinggi. Walaupun, buah pikiran Buffon
memberikan dampak yang besar dalam perkembangan ilmu taksonomi. Ini
berarti pertama, penggunaan sterilitas sebagai penghalang dalam penentuan
kriteria spesies melandasi konsep spesies biologis. Kedua, penekanan terhadap
interpretasi ciri-ciri biologis (dan pada penggunaan sebanyak mungkin ciri).
Buffon telah meletakkan dasar untuk pendekatan baru terhadap klasifikasi.
Klasifikasi ke atas berkembang kemudian, metode ini terdiri atas
pembentukan spesies melalui penyelidikan ke dalam kelompok-kelompok
spesies yang serupa atau berkaitan dan pembentukan hierarki taksa yang lebih
tinggi dengan mengelompokkan taksa serupa yang hierarkinya lebih rendah.
Secara sistematis metode ini diaplikasikan oleh seorang ahli botani, Adanson
(1763) dan dipraktekkan oleh ahli-ahli zoologi pasca Linnaeus sampai
dikemukakannya teori evolusi oleh Darwin (1859).
Selama periode antara Linnaeus dan Darwin terjadi beberapa perkembangan
dalam klasifikasi, yaitu: pertama, spesialisasi menjadi lebih menonjol. Para ahli
menjadi spesialis pada satu kelompok hewan seperti burung, kumbang, atau
kupu-kupu. Kedua, klasifikasi menjadi lebih hierarkis. Pada masa Linnaeus
BIOL4322/MODUL 1 1.9
hanya dikenal genus, ordo, kelas, dan kingdom, tetapi kemudian segera muncul
kategori famili dan filum, sejumlah tambahan menyusul. Ketiga, pedoman
filosofis diabaikan, dan klasifikasi menjadi pekerjaan yang seutuhnya bersifat
empirik. Keempat, pencarian sistem alami lebih intensif.
Teori evolusi yang dikemukakan Charles Darwin (1859) menyatakan
bahwa semua makhluk hidup memiliki nenek moyang yang sama dan berevolusi
satu sama lain melalui seleksi alam. Sebelum teori tersebut muncul para ahli
taksonomis tidak memiliki alternatif jawaban mengenai sebab anggota-anggota
satu takson lebih mirip satu sama lain, daripada anggota taksa yang lain.
Menurut Darwin, kelompok-kelompok natural eksis karena anggota-anggota
takson natural adalah keturunan dari nenek moyang bersama dan karenanya
mempunyai peluang lebih besar untuk mirip satu sama lain daripada spesies
yang tidak berkaitan. Selama 50 tahun pertama setelah munculnya teori evolusi
Darwin, para taksonomis bekerja secara substansial berdasarkan teori nenek
moyang bersama. Hal ini diekspresikan melalui upaya pencarian rantai yang
hilang antara taksa yang tampaknya tidak berkaitan, dengan tujuan untuk
merekonstruksi “nenek moyang primitif” dan membangun pohon filogenetik.
Upaya tersebut mendorong bidang-bidang sistematika komparatif, morfologi
komparatif, dan embriologi komparatif turut berkembang.
Setelah periode Darwin berkembang beberapa teori berkaitan dengan
keanekaragaman hewan di antaranya neo-Darwinisme, teori endosimbiotik,
punctuated equilibrium, teori evolusi netral, ketiga dari awal masih berakar
dari teori evolusi Darwin. Secara paralel berkembang pula teori yang
bertentangan dengan teori evolusi, yaitu: teori perancangan cerdas
(kreatiisme). Semua teori tersebut pada tataran teoritis dan praktis
mempengaruhi perkembangan taksonomi dan kegiatan yang inheren di
dalamnya (klasifikasi dan identifikasi).
Pada perkembangan sistematika (dan taksonomi) muncul tantangan menarik
pada level populasi. Ketika sampel populasi dari bagian berbeda dari satu
lingkup geografis suatu spesies dibandingkan, perbedaan kecil maupun besar
sering kali ditemukan. Pada akhirnya hal ini menyebabkan penggantian
sekelompok hewan tertentu dari spesies yang ditentukan secara tipologis
menjadi spesies politipus. Studi dan perbandingan populasi intraspesifik menjadi
tujuan dari sistematika populasi. J.S Huxley (1940) memberi nama sistematika
baru tersebut sebagai suatu sistematika yang menyebabkan pengevaluasian
kembali konsep spesies dan pendekatan yang lebih biologis terhadap taksonomi.
1.10 Taksonomi Vertebrata
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Spesies tertentu memiliki perbedaan yang lebih tampak pada sifat fisiologis
atau sitologi daripada ciri-ciri morfologi eksternalnya. Kesalahan dalam
identifikasi spesies dengan ciri morfologi yang sangat mirip memungkinkan dua
ahli biologi mendapatkan kesimpulan yang berbeda dengan obyek pengamatan
spesies tertentu yang sama. Faktanya, satu ahli biologi bekerja dengan spesies
A, sedangkan ahli yang lain dengan spesies B meskipun mereka menganggap
bekerja menggunakan spesies yang sama. Dalam hal ini terlihat adanya
hubungan yang sangat erat antara taksonomi dengan fisiologi.
Dalam kaitannya dengan ilmu di luar biologi, taksonomi sangat diperlukan
dalam ilmu geologi maupun stratigrafi. Kedua cabang ilmu ini sangat
memerlukan ketepatan identifikasi fosil yang dipandang sebagai spesies kunci.
Untuk menentukan ketepatan identifikasi spesies diperlukan pengetahuan
tentang taksonomi. Taksonomi juga berperan dalam upaya pengendalian hayati
terhadap serangga hama. Tiap serangga mempunyai parasit spesifik yaitu parasit
yang khas untuk serangga tertentu. Dengan identifikasi serangga yang seksama
akan dapat ditentukan nama spesies yang tepat. Selanjutnya nama spesies
serangga yang telah ditetapkan dengan valid akan memudahkan menentukan
jenis parasitnya. Pembasmian secara efektif dapat dilakukan. Pembasmian
semacam ini disebut pengendalian hayati.
Taksonomi juga dapat memberikan sumbangan terhadap ilmu-ilmu terapan,
misalnya ilmu kedokteran, ilmu pertanian, konservasi alam, dan pengelolaan
sumber daya alam, atau entomologi, khususnya entomologi ekonomi. Suatu
contoh dapat dipaparkan sebagai berikut: pada suatu waktu jenis nyamuk
Anopheles maculipenis Meigen, diduga sebagai vektor atau penjangkit penyakit
malaria di seluruh benua Eropa. Telah banyak biaya dikeluarkan untuk
membasminya, tetapi menjadi mubazir karena tidak diketahui dengan pasti
bagaimana hubungan antara wabah malaria yang sedang terjadi dengan
penyebaran nyamuk Anopheles. Setelah diadakan kajian taksonomi terhadap
nyamuk tersebut diketahui bahwa kelompok spesies sibling atau spesies kriptik
nyamuk Anopheles maculipenis terdiri atas beberapa, yang memperlihatkan
perbedaan dalam hal ragam habitat yang disukai dan kebiasaan dalam
perkembangbiakannya. Ternyata hanya beberapa kelompok saja di antara
mereka itu yang menjadi penular penyakit malaria di daerah-daerah tertentu.
Berdasarkan hasil kajian ini dapat diambil langkah-langkah yang tepat untuk
membasminya, dengan cara diarahkan kepada tempat bersarangnya.
Perhatian kontrol biologis terhadap hama serangga telah meningkat,
penentuan negara asal hama dan parasit serta parasitoidnya yang tepat sangat
BIOL4322/MODUL 1 1.17
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
3) Satu contoh peran taksonomi dalam cabang ilmu di luar biologi adalah
A. ekologi
B. fisiologi
C. entomologi
D. geografi
BIOL4322/MODUL 1 1.19
Kegiatan Belajar 3
Keanekaragaman Hewan
S aat ini di dunia diperkirakan terdapat satu juta spesies hewan, 50.000 di
antaranya adalah spesies dari hewan vertebrata. Sebagian dari spesies
tersebut sudah diberi nama dan teridentifikasi. Indonesia adalah salah satu
negara terkaya dalam keanekaragaman jenis hewan. Jumlah spesies hewan ini
masih akan terus bertambah. Contoh, laporan WWF menyebutkan bahwa dalam
kurun waktu satu setengah tahun, para ilmuwan telah berhasil mengidentifikasi
sekitar 52 spesies hewan dan tumbuhan baru di Pulau Kalimantan (Borneo)
termasuk 30 jenis ikan yang unik dan dua jenis katak pohon. Peneliti LIPI
menemukan 20 kandidat spesies baru pada ekosistem gua Karst di Maros,
Sulawesi Selatan dan Pegunungan Sewu, Yogyakarta. Spesies baru tersebut
terdiri atas sekitar 15 jenis arthropoda, 15 jenis mollusca, dan 2 jenis ikan.
Penelitian Conservation International (CI) di bagian hulu Mamberamo (Papua)
menemukan 24 spesies baru, termasuk 6 spesies hewan bertulang belakang dan
di Sungai Wapoga ditemukan 93 spesies baru.
Munculnya organisme baik hewan maupun tumbuhan yang beranekaragam
telah menjadi kajian menarik bagi para ahli. Beragam pendapat dikemukakan
untuk menjelaskan bagaimana terbentuknya organisme-organisme tersebut.
Secara garis besar terdapat dua arus utama pendapat yang berkaitan dengan asal-
usul organisme. Pertama, sebagian besar kelompok ahli meyakini bahwa
spesies-spesies yang berbeda pada awalnya mempunyai nenek moyang yang
sama. Organisme pertama di bumi terbentuk karena proses alam. Para ahli yang
menyokong pendapat ini mempercayai adanya proses perubahan secara bertahap
(evolusi) dari organisme yang berlangsung jutaan tahun, kemudian
memunculkan beragam spesies dari satu nenek moyang. Karena melandaskan
pendapatnya pada teori evolusi maka para ahli ini dikenal sebagai evolusionis.
Kedua, kelompok ahli yang menyatakan bahwa berbagai macam spesies
organisme yang ada merupakan hasil rancangan, dengan kata lain organisme-
organisme itu diciptakan. Kompleksitas dan keteraturan yang mengagumkan
dari organisme dan lingkungannya, yang tidak mungkin terbentuk secara
kebetulan menjadi argumen dari pendukung pendapat ini. Dari para ahli ini
berkembanglah Teori Perancangan Cerdas. Istilah lain yang dekat dengan
teori ini adalah Creativisme (paham yang menyatakan bahwa organisme
merupakan hasil kreasi atau diciptakan).
BIOL4322/MODUL 1 1.21
A. TEORI EVOLUSI
Aves Mamalia
Reptilia
Amfibia
Chondrichtyes Osteichtyes
Placodermi
Crustacea
Myriapoda
Arachnida
Agnatha
Insecta
Brachiopoda
Echinodermata
Arthropoda
Bryozo Platyhelminthes
Mollusca
Annelida
Coelenterata
Porifera
Protozoa
Gambar 1.1.
Bagan sederhana hubungan kekerabatan hewan yang menunjukkan asal-usul
menurut teori evolusi
dari salah satu protein saja tidak mungkin, lebih tidak mungkin lagi sekitar satu
juta protein muncul secara kebetulan dalam bentuk terorganisir dan membuat
sebuah sel manusia yang lengkap. Di samping protein sel, sel juga mengandung
asam nukleat, karbohidrat, lemak, vitamin, dan banyak lagi bahan kimia seperti
elektrolit. Semuanya tersusun secara harmonis dan dalam rancangan dengan
proporsi tertentu, baik dalam struktur maupun fungsi.
Catatan fosil juga menjadi argumen penting dari teori perancangan cerdas.
Fosil-fosil yang sudah ditemukan menunjukkan bahwa bentuk-bentuk kehidupan
di bumi tidak pernah mengalami perubahan sekecil apapun dan tidak pernah
tumbuh menjadi yang lain (Gambar 1.2.). Berdasarkan catatan fosil diketahui
bahwa organisme saat ini benar-benar sama dengan organisme ratusan juta
tahun yang lalu. Dengan kata lain, organisme-organisme tersebut tidak pernah
mengalami evolusi. Bahkan selama periode paling purba, bentuk-bentuk
kehidupan muncul secara tiba-tiba dengan semua struktur kompleksnya dan fitur
sempurna serta superior seperti halnya bentuk kehidupan saat ini.
Gambar 1.2.
Contoh fosil (A) fosil buaya yang ditemukan di Jerman berusia 54 juta
tahun; (B-1) fosil ikan Coelacanth berusia 410 juta tahun, (B-2) ikan
Coelacanth yang masih hidup (pernah tertangkap di perairan Sulawesi).
(Harun Yahya, 2006)
1.26 Taksonomi Vertebrata
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Jumlah spesies hewan yang ada saat ini diperkirakan 1,4 juta spesies,
50.000 di antaranya adalah spesies vertebrata. Sebagian spesies tersebut
sudah diberi nama dan teridentifikasi. Secara garis besar terdapat dua
pendapat yang berkaitan dengan asal-usul keragaman organisme masing-
masing diwakili oleh teori evolusi dan teori perancangan terdas. Teori
evolusi berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, selain
teori evolusi klasik terdapat teori endosimbiotik, neo-Darwinisme, dan
punctuated equilibrium. Menurut teori evolusi, hewan yang
beranekaragam berasal dari nenek moyang sama yang berevolusi satu sama
lain melalui seleksi alam, hewan pertama yang terbentuk adalah sejenis
protozoa. Kompleksitas dan keteraturan organisme serta catatan fosil
merupakan argumen penting dari teori perancangan cerdas.
TES F OR M AT IF 3
2) Beragam organisme yang ada berasal dari nenek moyang yang sama,
merupakan pernyatan inti dari ....
A. teori perancangan cerdas
B. punctuated equilibrium
C. teori evolusi Darwin
D. teori endosimbiotik
C. simbiosis mutualisme
D. perubahan tiba-tiba
Tes Formatif 1
1) A. Takson.
2) C. Tatanama.
3) A. Sterilitas sebagai kriteria.
4) D. Sistematika.
5) B. Aktivitas pengelompokan.
Tes Formatif 2
1) B. Klasifikasi dan identifikasi.
2) C. Pemikiran populasi.
3) D. Geografi.
4) A. Menentukan nama ilmiah suatu spesies dengan akurat.
5) C. Ekologi.
Tes Formatif 3
1) A. Ortogenesis.
2) C. Teori Evolusi Darwin.
3) A. Seleksi alam.
4) B. Creativisme.
5) D. Fosil.
1.30 Taksonomi Vertebrata
Daftar Pustaka
Anwar, N. (2004). Taxonomy, Biology’s first ontology, and the Tree of Life,
Biology’s grandest endeavour. http://www.iscb.org/ismb2004/posters/
n.anwarATudcf.gla.ac.uk_836.html. (24 Nopember 2007)
Pough, H., Janis, C.M., Heiser, J.B. (2002). Vertebrate Life. 6th Edition. New
Jersey: Prentice Hall.
PE N DA H UL U AN
M odul 2 terdiri dari tiga kegiatan belajar yaitu: Kegiatan Belajar 1: Teori
Klasifikasi, Kegiatan Belajar 2: Pelaksanaan Klasifikasi, dan Kegiatan
Belajar 3: Kaidah-kaidah dan Penerapan Tatanama Hewan. Secara umum Modul
2 menjelaskan mengenai teori-teori klasifikasi, tujuan klasifikasi, berbagai ciri
taksonomi, pelaksanaan klasifikasi, tatanama dalam taksonomi hewan, kaidah-
kaidah tatanama, dan penerapan tatanama pada berbagai jenjang taksa.
Aspek paling menarik dari kehidupan hewan adalah keanekaragaman dan
keunikan komponen-komponennya. Klasifikasi merupakan suatu upaya untuk
mempermudah mempelajari hewan-hewan yang sangat beranekaragam tersebut.
Klasifikasi zoologi adalah penyusunan hewan-hewan ke dalam beragam
kelompok atas dasar hubungan kekerabatan yang ditunjukkan oleh persamaan
ciri-ciri unik (ciri taksonomi) yang dimilikinya. Di dalam klasifikasi dilakukan
penyusunan populasi atau kelompok populasi pada semua tingkatan dengan
prosedur induktif, yaitu pengambilan kesimpulan umum dari hal-hal yang
bersifat khusus. Teori klasifikasi sampai saat ini ada lima yang masing-masing
dapat berdiri sendiri atau bergabung satu sama lain, yaitu: esensialisme,
nominalisme, empirisme, cladisme, dan klasifikasi evolusioner.
Para ahli zoologi menangani begitu banyak objek, dalam hal ini setiap
spesies, genus, dan takson yang lebih tinggi merupakan sesuatu yang berbeda.
Pemberian nama yang berbeda sangat diperlukan untuk menunjukkan suatu
objek dengan tepat. Nama yang diberikan kepada setiap takson mengikuti aturan
disebut nomenclature (tatanama). Istilah tatanama (nomenclature) berasal dari
bahasa Latin (nomen artinya nama; calare artinya menyebut) secara harfiah
berarti “menyebut nama”. Kegunaan tatanama tersebut adalah untuk memberi
label pada semua takson dari berbagai jenjang sehingga memudahkan
2.2 Taksonomi Vertebrata
komunikasi antarahli. Aturan yang valid dari tatanama zoologi termaktub dalam
dokumen yang memiliki otoritas, yaitu International Code of Zoological
Nomenclature. Sifat paling penting dari nama-nama takson yang perlu
dipertimbangkan dalam pemberian nama takson adalah keunikan,
universalitas, dan stabilitas.
Setelah mempelajari Modul 2 ini, Anda diharapkan dapat:
1. menerangkan perbedaan klasifikasi dan identifikasi menyangkut pengertian,
tujuan, dan pendekatan yang digunakan;
2. menerangkan 5 (lima) macam teori klasifikasi yang dikenal hingga saat ini;
3. menjelaskan perbedaan antara satu teori klasifikasi dengan teori klasifikasi
lainnya termasuk filosofi yang mendasarinya;
4. menjelaskan ciri-ciri dan sifat taksonomi dari kelompok besar, yaitu:
morfologi, fisiologi, biokimiawi, ekologi, dan geografi;
5. menjelaskan makna tatanama secara harfiah dan tatanama dalam taksonomi
hewan;
6. menjelaskan kaidah umum tatanama hewan yang diakui secara
internasional;
7. menjelaskan tentang cara pemberian nama-nama takson mulai jenjang
kategori subspesies, spesies dan seterusnya sampai kategori tertinggi;
8. menyebutkan sedikitnya 5 (lima) contoh nama takson dari berbagai jenjang
pada kelompok hewan yang berbeda.
BIOL4322/MODUL 2 2.3
Kegiatan Belajar 1
Teori Klasifikasi
1. Esensialisme
Esensialisme adalah konsep spesies tipologi (menurut konsep ini
keanekaragaman yang tampak di alam semesta mencerminkan keberadaan tipus-
tipus dalam jumlah yang terbatas; akan diterangkan pada bagian berikutnya dari
modul ini). Konsep ini mengacu pada pemikiran bahwa semua anggota suatu
takson mencerminkan ciri esensial yang sama sesuai dengan tipenya.
Kelemahan teori ini adalah tidak adanya cara tertentu untuk menentukan ciri-
ciri esensial mana yang dimiliki organisme, dan mengapa itu yang dipilih, bukan
ciri-ciri yang lain.
2. Nominalisme
Menurut pengikut paham ini, dunia hanya terdiri atas individu-individu
yang ada di alam, semua kelompok dan semua yang bersifat universal hanya
merupakan buah pikiran manusia. Filosofi ini mengabaikan fakta yang
2.4 Taksonomi Vertebrata
3. Empirisme
Menurut faham empirisme, teori klasifikasi tidak diperlukan bila ciri-ciri
yang tersedia mencukupi untuk dievaluasi secara cerdas sehingga sistem alam
itu akan muncul dengan sendirinya. Ahli taksonomi bekerja atas dasar empiris
(bukti-bukti nyata). Walaupun demikian, para ahli merasa hasil klasifikasinya
secara biologis tidak mempunyai makna jika tidak diberi dasar teori.
Teori esensialisme, nominalisme, dan empirisme dikemukakan pada era
sebelum Darwin. Dua teori baru tentang klasifikasi diusulkan setelah tahun
1858, yaitu: cladisme dan klasifikasi evolusioner.
4. Cladisme
Cladisme diambil dari bahasa Yunani (cladis artinya cabang, ranting)
adalah teori klasifikasi yang mengelompokkan organisme secara ekslusif
menurut asal yang sama. Kedudukan kategori (tingkatan takson) menurut teori
ini tergantung pada tempat-tempat percabangan pohon filogenetik. Cladisme
tidak melihat hubungan dalam arti evolusioner yang ditetapkan oleh dua proses
filogenetik, yaitu: percabangan dan divergensi.
Pengertian hubungan itu sendiri mempunyai dua arti, hubungan genetis
dan hubungan geneologis (silsilah). Di dalam filogenetis terlihat ribuan bahkan
jutaan keadaan di mana terjadi perubahan frekuensi gen karena terjadi mutasi,
rekombinasi, dan seleksi, sehingga tidak mungkin lagi untuk menyatakan
adanya hubungan geneologis. Besarnya kemiripan genetis sekarang menjadi
pertimbangan terpenting bagi ahli biologi. Bila suatu garis mengalami seleksi
yang hebat sehingga mengakibatkan terjadinya divergensi keluarga geneologis
yang terdekat, ia secara genetis dapat sangat berbeda, sehingga akan menjadi
suatu keanehan biologis untuk tetap menyebutkan sebagai keluarga dekat.
Contohnya, crocodilia secara kladistik terletak berdekatan dengan aves, karena
BIOL4322/MODUL 2 2.5
keduanya berasal dari pseudosuchia. Dari segi komposisi total gen, crocodilia
tetap lebih dekat dengan kebanyakan reptil yang lain. Perubahan komposisi
genetis itu terjadi diduga sebagai akibat adaptasi mereka terhadap kehidupan
terbang. Walaupun demikian, perlu digarisbawahi bahwa kemajuan ilmu
genetika modern menunjukkan divergensi yang ekstrem seperti contoh-contoh
di atas tidak mungkin terjadi. Kompleksitas dan keteraturan yang rumit dari gen-
gen setiap spesies menyebabkan penyimpangan sekecil apapun pada tingkat gen
terbukti bersifat merusak bahkan mematikan.
5. Klasifikasi Evolusioner
Klasifikasi ini didasarkan atas kenyataan sederhana bahwa kelompok-
kelompok hewan ada di alam dengan kata lain di alam hewan hidup dengan
kelompok-kelompoknya. Klasifikasi ini menghendaki keterangan mengenai
keberadaan kelompok tersebut, di mana keterangan atau jawabannya akan
digunakan untuk memperbaiki klasifikasi. Menurut teori evolusi kelompok-
kelompok hewan yang berbeda memiliki nenek moyang sama. Asal yang sama
tersebut, diduga merupakan satu-satunya sebab yang diketahui dari kemiripan
banyak organisme. Pendapat yang pada mulanya dikemukakan oleh Darwin
(1858) ini, bertolak belakang dengan pendapat yang diusung para ahli yang
lebih meyakini kebenaran teori perancangan cerdas (paparannya pada Modul 1).
Menurut teori perancangan cerdas, keberadaan hewan-hewan yang
beranekaragam bukan berasal dari nenek moyang yang sama tetapi merupakan
sesuatu yang sudah dirancang atau diciptakan sebelumnya. Para pendukung teori
ini sebagian besar mendasarkan pendapatnya pada penafsiran ilmu genetika
modern.
Menurut teori evolusi asal-usul, menunjukkan adanya hubungan
tersembunyi dari berbagai tingkat modifikasi, dan diperlihatkan sebagian oleh
klasifikasi itu. Darwin mengubah seluruh dasar klasifikasi dengan menemukan
sebab keberadaan kelompok-kelompok alamiah. Menurut Darwin, ahli
taksonomi tidak lagi membuat takson tetapi menjadi penemu kelompok-
kelompok yang terjadi dari evolusi. Ahli taksonomi mengklasifikasikan
organisme dan bukan ciri-ciri, sedangkan ciri-ciri digunakan sebagai bukti bagi
sesuatu yang diperlukan para ahli biologi. Berdasarkan hal ini, takson boleh
didefinisikan secara filetik. Ketidakpahaman terhadap kenyataan bahwa kita
mengklasifikasikan takson dan bukan ciri-ciri disebabkan terlalu dibagi-baginya
genus dan takson yang lebih tinggi seperti famili dan ordo. Dalam famili bila
suatu jenis hewan memiliki satu ciri yang berbeda dengan semua ciri pada jenis
2.6 Taksonomi Vertebrata
A. TUJUAN KLASIFIKASI
B. CIRI-CIRI TAKSONOMI
ini merupakan cara yang tidak dan dapat menimbulkan kontroversi. Seorang ahli
taksonomi yang telah berpengalaman membandingkan 2 macam organisme
hanya dengan pengamatan dan menggabungkan sejumlah besar atribut ke dalam
nilai kemiripan. Ciri-ciri yang dibandingkan ini disebut ciri taksonomi. Ciri
taksonomi adalah tanda atau atribut suatu takson yang membedakannya dari
takson lain.
Mendefinisikan ciri taksonomi sebagai atribut suatu organisme adalah tidak
benar. Ciri-ciri perbedaan antarindividu dalam suatu populasi, seperti perbedaan
jenis kelamin dan umur adalah bukan ciri-ciri taksonomi. Bagaimanapun bila
populasi-populasi (takson) berbeda satu sama lain dengan ada atau tidaknya
dimorfisme seksual, perbedaan seks atau umur, maka perbedaan itu merupakan
suatu ciri taksonomi.
Ciri-ciri taksonomi adalah ciri-ciri populasi. Perbandingan antarpopulasi
dan antartakson merupakan metode baku untuk mempelajari ciri-ciri taksonomi,
dan atribut apa saja yang dianggap memenuhi syarat apabila ia tampak berbeda
setelah dibandingkan. Ciri taksonomi berarti perbedaan taksonomi yang nyata
atau potensial. Pengertian ciri taksonomi yang dapat digunakan untuk
membedakan dua takson telah lama diterima secara universal sekitar 200 tahun
yang lalu.
Ciri-ciri taksonomi memiliki fungsi ganda:
1. Mempunyai aspek diagnostik yang merupakan kekhususan suatu takson,
serta ditekankan pada perbedaan ciri takson. Hal ini terutama berlaku pada
takson-takson kategori rendah, misalnya spesies dan subspesies.
2. Sebagai indikator-indikator hubungan (kekerabatan), terutama berguna
bagi studi takson kategori tinggi, misalnya filum, kelas, dan ordo.
a. Ciri-ciri morfologi
Keadaan luar hewan-hewan sangat beragam tergantung dari macamnya,
misalnya rambut-rambut pada mamalia, bulu-bulu pada burung, sisik-sisik pada
ikan dan reptil. Aspek anatomi juga merupakan sumber ciri taksonomi yang
penting, terutama pada kelompok-kelompok hewan tingkat tinggi, misalnya
tengkorak mamalia beserta gigi-giginya, struktur anatomi alat-alat tubuh ikan,
amfibi, dan reptil. Secara keseluruhan aspek anatomi lebih sering digunakan
sebagai ciri untuk klasifikasi takson pada tingkat yang lebih tinggi daripada
spesies. Sebaliknya pada anggota avertebrata rendah, analisis mikroskopik baru
merupakan sumber ciri taksonomi.
Untuk menunjukkan perbedaan penting dalam taksonomi sering digunakan
organ-organ baru dengan struktur khas, misalnya spermatozoon bagi
kebanyakan takson karena spermatozoon memiliki bentuk spesifik yang sangat
berguna sebagai indikator hubungan kekerabatan. Bagian-bagian tubuh yang
khas misalnya cangkang merupakan ciri penting dalam klasifikasi avertebrata.
Penemuan taksa dinosaurus banyak didasarkan atas bentuk telapak kaki fosil.
Ragam warna dan pola warna merupakan ciri paling mudah untuk dikenali
pada kelompok hewan tertentu misalnya burung. Setiap spesies burung dapat
dikenal melalui warna-warnanya, kecuali beberapa genus dengan spesies
sibling, misal Collocalia dan Empidona. Hal yang sama juga dapat diterapkan
pada kelompok ikan, terumbu karang, dan kupu-kupu. Perlu dicatat bahwa
kualitas warna tidak mudah dilukiskan dengan kata-kata, sehingga deskripsi
warna oleh seseorang dapat menimbulkan salah arti bagi orang lain. Mengingat
hal itu, revisi didasarkan bukan dengan mempercayai deskripsi awal, melainkan
berdasarkan keputusan seseorang dalam membandingkan spesimen, bila
semuanya memungkinkan. Di kalangan vertebrata, alat kelamin tidak terlalu
berperan, tetapi gonopodium pada beberapa ikan, hemipenis ular, dan bakulum
mamalia merupakan bagian yang berperan dalam taksonomi.
Kajian tentang kromosom primata merupakan kegiatan lain yang dilakukan
lebih aktif dan menghasilkan informasi tentang adanya hubungan kekerabatan.
Kajian kromosom mempunyai dua kegunaan, yaitu pertama, merupakan alat
pembanding bagi spesies-spesies berdekatan, termasuk spesies sibling, yang
dalam perbedaan ciri kromosomnya lebih nyata daripada perbedaan morfologi.
Kedua, pada sisi yang lain pola dan susunan kromosom merupakan hal yang
sangat penting dalam pembuatan garis filetik. Sebagian besar perubahan
kromosom merupakan peristiwa yang unik dan dipandang sebagai ciri pada
semua keturunan dari suatu populasi moyang di mana pola baru ini pertama kali
2.10 Taksonomi Vertebrata
b. Ciri-ciri fisiologi
Kelompok ciri ini sulit untuk didefinisikan. Semua struktur merupakan hasil
proses pertumbuhan, yaitu proses fisiologi, jadi merupakan ciri fisiologi
terakhir. Semua proses fisiologi diatur oleh enzim-enzim dan molekul yang lain,
dan tidak terpisah dari ciri-ciri biokimiawi. Perbedaan-perbedaan antara spesies
sangat banyak dipandang dari ciri-ciri ini. Ciri ini tidak terdapat pada bahan-
bahan yang diawetkan, dan biasanya memerlukan alat dan metode khusus untuk
mempelajarinya sehingga jarang digunakan oleh para ahli taksonomi.
c. Ciri-ciri biokimiawi
Penemuan molekul besar dilakukan pada organisme-organisme hidup yang
paling awal. Organisme prokariotik yang paling primitif sekalipun memiliki
makromolekul dan proses metabolik yang sama yang didapatkan pada hewan
atau tumbuhan tinggi. Ciri-ciri biokimiawi kemudian dieksploitasi oleh para ahli
taksonomi. Salah satu substansi biokimia yang dipakai adalah protein. Proses
serologis diperlukan dalam metode pembandingan protein. Metode ini
didasarkan atas prinsip bahwa protein dari suatu organisme akan bereaksi lebih
kuat dengan antibodi organisme yang berdekatan daripada terhadap organisme
yang lebih jauh. Kajian tentang gen-gen kelompok darah memperjelas
bagaimana hubungan antara spesies-spesies seperti dilakukan pada merpati dan
primata.
Penelitian-penelitian tentang makromolekul dan komponen-komponen
kimia khusus dalam bidang taksonomi banyak dilakukan. Kromatografi kertas
digunakan oleh para ahli untuk membandingkan komposisi kimia bagi spesies-
spesies yang berdekatan terutama terhadap asam amino-asam amino dan
peptida. Metode elektroforesis dapat menunjukkan komposisi molekul-molekul
protein kompleks. Contoh, Sibbey (1960) menganalisis protein putih telur dari
100 spesies burung. Hasilnya menunjukkan dengan jelas adanya hubungan
kekerabatan dari beberapa kasus yang sebelumnya masih meragukan.
BIOL4322/MODUL 2 2.11
d. Ciri-ciri ekologi
Setiap spesies memiliki relung sendiri-sendiri di alam. Antara spesies-
spesies yang paling berdekatan terdapat perbedaan dalam hal kesukaan atau
pemilihan terhadap macam makanan, musim kawin, toleransi terhadap faktor
fisik, dan ketahanan terhadap predator maupun pesaing atau terhadap patogen.
Jika dua spesies yang berkerabat dekat hidup bersama dalam suatu habitat,
mereka menghindari terjadinya persaingan yang fatal dalam karakteristik suatu
relung spesies-spesifik. Sejumlah spesies-sibling ditemukan sebagai hasil
ketidaksamaan dalam pemilihan bahan makanan ataupun pemilihan macam
habitat. Banyak aspek dalam daur hidup seperti lamanya hidup, kesuburan, lama
musim kawin, dan berbeda bagi spesies yang sangat berkerabat.
Kespesifikan relung sangat menonjol pada spesies burung, mamalia, atau
moluska yang tidak memiliki substrat khas. Bagi hewan-hewan yang memiliki
substrat khas kekhususan relung ini merupakan hal penting, misalnya bagi
serangga pemakan tumbuhan sebagai inang khas, maupun parasit-parasit yang
memiliki inang khas.
Bagi ahli pendukung teori evolusi, parasit menyumbang pengetahuan
tentang hubungan kekerabatan bagi takson-takson tinggi. Parasit berevolusi
bersama inangnya, bahkan dalam beberapa kasus lebih konservatif daripada
inangnya. Manusia dan simpanse lebih menunjukkan kesamaan endoparasit dan
2.12 Taksonomi Vertebrata
e. Ciri-ciri geografi
Ciri-ciri geografi merupakan alat yang bermanfaat untuk menjelaskan
gambaran taksonomi yang masih belum jelas dan untuk menguji hipotesis
taksonomi. Klasifikasi yang logis menunjukkan beberapa korelasi dengan
keadaan geografis.
Ahli taksonomi terutama tertarik pada 2 macam ciri geografis:
1) pola biogeografis umum yang terutama sangat berguna dalam pengaturan
dan interpretasi takson-takson tinggi seperti filum dan kelas;
2) hubungan alopatrik-simpatrik yang paling membantu di dalam penentuan
apakah 2 populasi konspesifik atau tidak.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
Pelaksanaan Klasifikasi
Banyak takson yang terbentuk dari kegiatan klasifikasi. Oleh karena itu,
takson-takson tersebut diberi nama untuk mengenal atau membedakan satu sama
lain. Pemberian nama takson-takson tersebut mempertimbangkan kedudukannya
yang sekaligus menggambarkan keluasan cakupannya. Untuk menunjukkan
tinggi rendahnya, kedudukan takson-takson itu, maka dinyatakan dalam
kategori. Kategori tertinggi dalam klasifikasi hewan adalah regnum atau
kingdom, sedangkan kategori terendah adalah subspecies. Antara regnum dan
subspecies terdapat 19 kategori, jadi keseluruhan kategori itu berjumlah 21.
Meskipun demikian yang umum dipakai hanya sekitar 7 kategori, yaitu:
phylum, classis, ordo, familia, genus, species, dan subspecies. Dari 7 kategori
ada yang mengelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu: kategori spesies,
kategori di bawah spesies, dan kategori di atas spesies.
Unit dasar dalam klasifikasi adalah spesies. Selanjutnya spesies-spesies
yang serupa dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih besar dan disebut
genus. Beberapa genus yang serupa dikelompokkan menjadi familia, lalu
familia yang serupa dikelompokkan menjadi ordo. Demikian selanjutnya
sampai kelompok yang paling besar disebut regnum. Urutan kedudukan dari
regnum sampai subspesies akan menggambarkan hierarki kategori.
Dalam hierarki kategori yang lengkap kita mengenal 21 kategori, yaitu:
regnum, phylum, subphylum, superclassis, classis, subclassis, infraclassis,
BIOL4322/MODUL 2 2.17
KATEGORI SPESIES
1. Konsep-konsep Spesies
Sangat banyak konsep spesies didapatkan dari berbagai pustaka , tetapi
berdasarkan filosofinya ternyata dapat dikelompokkan ke dalam empat
kelompok. Dua yang pertama telah ditinggalkan, tetapi masih tetap diikuti oleh
sebagian penulis kontemporer.
ke-19. K. Jordan (1905) adalah orang pertama yang merumuskan konsep ini
dengan segala konsekuensinya. Ia menggabungkan unsur-unsur dari konsep
tipologis dan konsep nominalistik dengan menyatakan bahwa spesies memiliki
realitas yang bebas. Konsep ini berbeda dengan dua konsep terdahulu yang
menekankan pada aspek populasi dan pertalian genetik suatu spesies, serta
ditunjukkan bahwa mereka memperoleh kenyataan dari sejarah evolusi, dan
memiliki informasi bersama dalam plasma nutfahnya.
Berdasarkan konsep ini anggota-anggota spesies membentuk:
1) komunitas reproduktif, artinya individu-individu dari suatu spesies hewan
mengenal satu sama lain sebagai teman-teman yang potensial dan saling
mencari satu sama lain untuk keperluan reproduksi;
2) spesies juga merupakan kesatuan ekologis yang tidak memperhatikan
komposisi individual dalam interaksinya sebagai suatu unit dengan spesies
lain, dan bersama-sama berada dalam lingkungan yang sama;
3) spesies adalah kesatuan genetis yang terdiri atas plasma nutfah besar yang
mengadakan interkoneksi, sementara individu-individu hanyalah alat
angkut sementara yang membawa sebagian kecil isi plasma nutfah dalam
waktu relatif pendek.
2. Metode Tipus
Dalam praktek taksonomi perdebatan sering muncul mengenai identitas
taksa dan penamaannya. Untuk spesies, deskripsi sering kali tidak cukup untuk
memantapkan identitas terutama deskripsi singkat dari peneliti terdahulu.
Kadangkala suatu deskripsi dapat diterapkan terhadap beberapa spesies beberapa
spesies yang ditemukan belakangan karena karakter-karakter diagnostik yang
spesifik spesies tidak disebutkan dalam deskripsi awal. Dalam kasus taksa yang
lebih tinggi identitas menjadi kabur karena kandungan taksa berubah dan
spesies-spesies tambahan ditemukan. Jika takson yang lebih tinggi dipecah, sulit
ditentukan komponen mana yang tetap memakai nama sebelumnya. Mengingat
BIOL4322/MODUL 2 2.21
hal itu, diperlukan suatu standar referensi yang aman yang dibutuhkan untuk
melekatkan nama-nama taksonomi pada taksa secara pasti dan dapat dikenal
secara objektif. Tipus merupakan suatu spesimen yang dapat digunakan sebagai
standar. Tipus adalah objek zoologi, bukan merupakan nama. Tipus genus
adalah spesies, dan tipus famili adalah genus.
Beberapa istilah yang terkait dengan tipus yang harus dipahami adalah:
a. Holotipus adalah spesimen tunggal yang dimaksudkan atau diindikasikan
sebagai tipus oleh peneliti asal pada saat publikasi deskripsi pertama suatu
spesies.
b. Paratipus merupakan satu spesimen yang bukan holotipus sebelum peneliti
asal mempersiapkan deskripsi dan dimaksudkan atau diindikasikan oleh
peneliti tersebut sebagai tipus.
c. Allotipus adalah satu paratipus dengan jenis kelamin berbeda dari
holotipus.
d. Sintipus adalah setiap spesimen pada suatu seri tipus dimana tidak ada
holotipus.
e. Lektotipus merupakan satu dari seri sintipus dilakukan belakangan setelah
publikasi deskripsi asal kemudian diseleksi dan ditetapkan sebagai tipus
melalui publikasi.
f. Neotipus adalah suatu spesimen yang diseleksi sebagai tipus dilakukan
belakangan setelah deskripsi pertama dianulir oleh Komisi Internasional
Tatanama Zoologi.
g. Topotipus merupakan satu spesimen yang dikoleksi pada lokalitas (lokasi
tempat populasi spesimen) tipus.
h. Metatipus, adalah spesimen yang dibandingkan dengan holotipus oleh
yang menetapkan holotipus itu.
i. Homotipus, merupakan suatu spesimen yang dibandingkan dengan
holotipus oleh yang bukan menetapkan holotipus itu.
Metode tipus dapat digunakan secara luas. Bila spesies dapat didasarkan
atas tipus spesimen, serta genus didasarkan atas tipus spesies, maka famili, ordo
dan kelas juga dapat didasarkan atas tipus-tipus kategori di bawahnya. Tetapi
untuk kategori-kategori di atas spesies, tipus tidak berupa suatu spesimen. Tipus
untuk suatu genus berupa suatu spesies tertentu yang tercakup dalam genus itu.
Tipus untuk suatu famili adalah suatu genus dari famili itu; demikian seterusnya.
Para ahli biologi yang akan mendeskripsikan suatu spesies baru, perlu
memiliki satu spesimen dari spesies-spesies yang ada untuk ditetapkan sebagai
2.22 Taksonomi Vertebrata
2) Famili
Famili adalah kategori tertinggi yang ditetapkan berdasarkan tipus.
Tipus famili adalah suatu genus tertentu. Suatu famili dapat
didefinisikan sebagai suatu kategori taksonomi yang meliputi satu
genus atau sekelompok genus yang asalnya sama dan dipisahkan dari
famili lain oleh perbedaan yang ditentukan. Seperti halnya genus,
BIOL4322/MODUL 2 2.23
famili dapat juga dikenal dari ciri-cirinya yang bersifat adaptif serta
sesuai dengan suatu relung tertentu, tetapi lebih luas. Distribusi suatu
famili biasanya meliputi seluruh dunia. Pada klasifikasi Linnaeus,
kategori famili tidak ada tetapi kebanyakan genusnya telah dinaikkan
menjadi famili, yang pengertiannya tidak bertentangan dengan
pengertian famili pada masa sekarang.
Spesies, genus, dan famili yang telah diberi nama dan masing-masing
telah ditetapkan dari tipusnya disebut spesies-nominal, genus nominal,
dan famili nominal.
LAT IH A N
1) Cukup jelas.
2) Perhatikan, mana yang dapat diamati mana yang ada dalam pikiran
manusia.
3) Terdapat 3 jawaban yang tepat.
4) Cukup jelas, bila lupa lihat kembali pada teks.
5) Ingat tipus sebagai suatu spesimen.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Apabila suatu spesies memiliki lebih dari satu subspesies maka spesies
tersebut dikatakan sebagai spesies ….
A. monotipus
B. politipus
C. paratipus
D. topotipus
Kegiatan Belajar 3
A. HUKUM PRIORITAS
Dengan adanya sinonim (suatu takson diberi dua nama yang berbeda)
muncul istilah sinonim senior dan sinonim yunior. Ketentuan tentang nama
mana yang akan dipakai diatur oleh hukum prioritas. Nama suatu takson yang
berlaku adalah nama yang tertua yang tersedia, yaitu nama yang telah
dipublikasikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain yang dilatinkan apabila
nama itu dipandang masih berlaku menurut Kode Internasional. Hukum prioritas
ini diberlakukan untuk menjamin adanya stabilitas nama. Bila stabilitas tidak
terjamin akan terjadi perubahan nama yang terus-menerus. Nama-nama takson
yang dipublikasikan sebelum tanggal 1 Januari 1758, tidak mempunyai status,
dan yang dipublikasikan sebelum tahun 1931 harus disertai deskripsi, definisi
atau indikasi. Apabila tidak, nama tersebut disebut nomen nudum. Indikasi
yang dimaksud dapat berupa referensi perpustakaan, atau suatu gambaran yang
telah dipublikasikan. Nama-nama yang dipublikasikan setelah tahun 1930, pada
waktu dipublikasikan harus disertai keterangan tentang ciri-ciri khas atau
disertai daftar pustaka, keterangan atau diusulkan untuk mengganti nama yang
sudah ada. Bila tidak akan disebut nomen nudum.
Nama yang diusulkan sebagai pengganti nama yang ada disebut nomen
novum. Apabila suatu nama tidak secara pasti dapat digunakan untuk suatu
nama takson yang telah dikenal disebut nomen dubium. Nama yang diberikan
kepada suatu bentuk yang masih berbentuk hipotesis tidak dapat ditempatkan
dalam tatanama. Misalnya Pithecanthropus haeckel, 1866 yang diberikan
kepada suatu makhluk yang diduga ada yang terletak di antara Pongidae dan
Homidae. Tetapi nama Pithecantropus dubois 1891, dapat berlaku karena
spesimen yang diberi nama itu benar-benar ada. Nama yang dipublikasikan
secara anonim setelah Tahun 1950 tidak dapat dipakai, dan nama varian yang
dipublikasikan setelah Tahun 1960 juga tidak boleh dipakai. Hibrid, misalnya
perkawinan antara itik (Anas platyrinchus) dengan entok (Cairina moschata)
tidak boleh diberi nama. Hibrid pada umumnya adalah individu, bukan populasi
jadi bukan takson. Apabila suatu nama yang diberikan kepada seekor hewan
2.30 Taksonomi Vertebrata
yang kemudian diketahui sebagai hibrid tetap dapat digunakan hanya untuk
kepentingan homonim tidak untuk kegunaan sinonim.
B. PUBLIKASI
genus, kata kedua menunjukkan nama spesifik atau nomen triviale. Nama
genus sebagai alat mengingat sedangkan nama spesifik untuk menyatakan
keunikan atau kebedaan. Kerugian dari sistem ini adalah terjadinya
ketidakstabilan. Nama spesies berubah-ubah setiap kali suatu spesies
dipindahkan ke genus lain. Cara penulisan nama spesies adalah huruf
pertama nama genus berupa huruf kapital, huruf lainnya huruf kecil.
Kedua kata digarisbawahi secara terpisah atau dicetak miring. Contoh,
nama ilmiah badak Jawa adalah Rhinoceros sondaicus atau Rhinoceros
sondaicus. Kata pertama merupakan nama genus diawali dengan huruf R
(besar), sedangkan kata kedua merupakan nama spesifik yang ditulis dengan
huruf kecil semua, kedua kata digarisbawahi secara terpisah atau dicetak miring.
Di dalam zoologi dibenarkan adanya tautonim, yaitu penggunaan dua kata
yang sama dalam nama spesies. Contoh: Gallus gallus (ayam) dan Rattus rattus
(tikus).
kedua pencipta nama itu mendasarkan pemberian nama pada tipus spesies yang
sama, maka genus-genus itu disebut sinonimi objektif, jika menggunakan tipus
spesies yang berbeda maka genus itu disebut sinonimi subyektif.
Nama-nama Polyommatis alexis Rott. dan P. alexis Den. tersebut adalah
nama yang sama yang diberikan kepada dua spesies yang sebenarnya berbeda
(homonimi). Karena berada dalam genus yang sama, maka homonimi ini disebut
homonima primer. Nama-nama seperti Nymphon minutum dan Pentanymphon
minutum adalah homonimi yang nama spesifiknya sama tetapi nama genusnya
berbeda, disebut homonima sekunder.
d. Hiponim merupakan nama genus atau nama spesies atau nama kelompok
lain yang tidak terdeterminasi oleh deskripsi yang telah dipublikasikan.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
5) Suatu populasi diberi nama Bos indicus,. dalam konteks ini indicus adalah
nama ....
A. spesies
B. Latin
C. ilmiah
D. spesifik
6) Suatu spesies diberi nama Axis axis. Hal ini berarti dalam tatanama zoologi
dibenarkan penggunaan 2 nama yang sama yang disebut ….
A. homonim
B. sinonim
C. tautonim
D. hiponim
Tes Formatif 1
1) A. Empirisme.
2) B. Darwin.
3) D. Takson-takson.
4) C. Prediktif.
5) C. Biokimiawi.
Tes Formatif 2
1) A. Subspesies.
2) D. Spesies.
3) B. Isolasi reproduktif.
4) B. Politipus.
5) C. Spesies nominalistik.
Tes Formatif 3
1) B. Menciptakan nama semua takson.
2) D. Spesies.
3) A. Kode Internasional Tatanama Zoologi.
4) A. Nudum.
5) D. Spesifik.
6) C. Tautonim.
2.40 Taksonomi Vertebrata
Daftar Pustaka
Hickman, C.P., L.S. Roberts and A. Laron. (1998). Zoology, 10Th Edition. San
Fransisco, California: W.C. Brown Mc Graw-Hill Publishers.
Chordata
Bayu Rosadi, S.Pt, M.Si.
Drs. Hurip Pratomo, M.Si.
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Chordata Nonvertebrata
A. CIRI-CIRI CHORDATA
Gambar 3.1.
Ciri-ciri Diagnostik Chordata
1. Notochorda
Nama filum chordata berasal dari adanya struktur notochorda. Notochorda
merupakan struktur penguat pertama bagi tubuh anggota chordata, berupa
batangan fibroselular yang membentuk sumbu kerangka. Notochorda terdiri dari
jaringan penunjang yang umumnya berasal dari dinding dorsal bakal saluran
pencernaan embrio. Chorda diselimuti oleh lapisan-lapisan jaringan pengikat,
dan terletak sepanjang garis tengah dorsal. Pada semua chordata, notochorda
ada pada stadium embrio, dan pada sebagian chordata struktur ini ada selama
masa hidupnya. Pada hewan anggota tunicata struktur ini terdapat di bagian ekor
larva, pada ikan lancet dan cyclostomata bangunan ini tetap ada selama masa
hidupnya, sedangkan pada kelompok vertebrata (pisces, reptilia, aves, dan
mammalia) akan dikelilingi dan diganti oleh columna vertebralis.
3.4 Taksonomi Vertebrata
3. Celah Insang
Celah insang merupakan penghubung antara bagian pharyngeal saluran
pencernaan ke bagian eksterior. Mulai berkembang pada sisi lateral pharynx
embrio. Pada awalnya masing-masing celah berbentuk kantong-kantong
endoderm di daerah pharynx tersebut. Kemudian dindingnya pecah dan
terjadilah celah-celah yang disebut celah insang. Pada chordata akuatik, celah
insang akan terus ada sampai dewasa, dan dengan terbentuknya filamen di
dinding celah, berfungsi sebagai organ respirasi. Pada amfibi, setelah
metamorfosis insang itu menghilang. Pada reptil, burung, dan mamalia celah
insang hanya terdapat pada stadium embrio, sering kali gagal membuka ke arah
luar dan tidak berfungsi sebagai alat pernafasan.
4. Kelenjar Subpharyngeal
Karakteristik keempat dari chordata walaupun tidak menonjol seperti ciri-
ciri yang lain adalah adanya kelenjar subpharyngeal. Kelenjar ini terletak di
bagian ventral pharynx, mampu mengikat yodium dan substansi-substansi lain
yang terkait. Pada chordata rendah, kelenjar ini juga disebut endostyle (Gambar
3.3), sedangkan pada vertebrata homologinya adalah kelenjar tiroid.
5. Ciri-ciri Lain
Selain ciri-ciri diagnostik eksklusif di atas, sebagian besar chordata juga
memperlihatkan ciri sebagai berikut: (1) terdapat perpanjangan bagian tubuh di
belakang akhir saluran pencernaan membentuk ekor; (2) hati terletak di bagian
ventral saluran pencernaan, dan ginjal di bagian dorsal saluran pencernaan;
(3) terdapat jantung dengan posisi ventral dari saluran pencernaan, memompa
BIOL4322/MODUL 3 3.5
darah ke seluruh tubuh melalui sistem pembuluh tertutup; (4) kerangka internal
mendukung dan melindungi bagian-bagian tubuh; (5) chordata cenderung
mempunyai organ-organ perasa utama terkonsentrasi dalam kepala. Kondisi ini
disebut cephalisasi.
Ciri-ciri lain juga diperlihatkan oleh chordata, tetapi tidak bersifat unik
karena sifat-sifat ini juga dimiliki oleh kelompok lain di luar chordata. Ciri-ciri
tersebut adalah: (1) badan chordata bersifat simetris bilateral, bagian kanan dan
kiri tubuh merupakan bayangan cermin satu sama lain; (2) pengulangan serial
beberapa struktur seperti sel-sel saraf, pembuluh darah, otot-otot, dan bagian
tubuh tertentu yang lain memperjelas segmentasi atau metamerisme; (3) semua
chordata mempunyai rongga badan sejati atau coelom.
Pada urochordata (merupakan satu subfilum dari chordata), cephalisasi,
simetri bilateral dan motilitas tidak terjadi karena urochordata yang dewasa
tidak motil dan tidak mempunyai kepala. Cara kerja jantung juga berbeda.
Jantung urochordata bekerja memompa darah dalam satu arah pada satu waktu,
kemudian memompa darah dengan arah sebaliknya di waktu yang lain. Ciri lain
chordata yang tidak dimiliki urochordata dewasa adalah ketiadaan ekor dan
metamerisme.
B. KLASIFIKASI CHORDATA
C. SUBPHYLUM UROCHORDATA
tong kayu yang membentuk bagian pharyngeal dan digunakan dalam menyaring
partikel makanan dari air laut (Gambar 3.2).
Gambar 3.2.
Diagram Anatomi Internal tunicata. Anak panah menunjukkan pemasukan
air, melewati sejumlah celah dalam pharynx untuk menyaring makanan dan
aerasi, kemudian keluar setelah melewati usus
Gambar 3.3.
Diagram Ilustrasi Metamorfosis tunicata Soliter.(A) Larva mirip berudu yang
bebas berenang, (B) larva melekatkan dirinya ke bawah menggunakan organ
perekat, degenerasi ekor dimulai, (C) transformasi menjadi tunicata dewasa
D. SUBPHYLUM CEPHALOCHORDATA
Gambar 3.4.
Skema Anatomi Internal Cephalochordata
Gambar 3.5.
Penampang melintang Branchiostoma
3.10 Taksonomi Vertebrata
LAT IH A N
1) Tiga ciri yang dimiliki oleh semua chordata yang tidak dimiliki anggota
filum yang lain.
2) Bandingkan ciri hemichordata dengan ciri khas chordata, apakah ada
kesesuaian atau tidak.
3) Ciri-ciri chordata yang dimiliki saat masih bentuk larva kemudian
berdegenerasi.
4) Asimetri berbagai organ.
BIOL4322/MODUL 3 3.11
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Nama urochordata didasarkan atas salah satu ciri di bawah ini ....
A. tidak mempunyai notochorda, mempunyai stomochorda
B. mempunyai notochorda di dekat ujung anterior
C. mempunyai notochorda di bagian ekor
D. mempunyai notochorda di bagian ekor larva
4) Hewan dengan ciri tubuh berbentuk seperti tombak, pipih bilateral, dan
tanpa kepala yang nyata masuk ke dalam subfilum ....
A. hemichordata
B. urochordata
C. vertebrata
D. cephalochordata
Kegiatan Belajar 2
Vertebrata
Gambar 3.6.
Ciri-ciri Diagnostik Vertebrata, dicontohkan dengan Ikan Hiu
Gambar 3.7.
Struktur Umum Vertebrae
Bagian utama dari vertebrae tetrapoda dan banyak jenis ikan adalah badan
mirip kumparan atau centrum (Gambar 3.7). Centrum dapat terdiri dari satu
BIOL4322/MODUL 3 3.15
elemen atau lebih (jarang lebih pada ikan). Jika satu centrum tetrapoda
mempunyai dua elemen, kemudian lebih banyak anterior disebut intercentrum
dan lebih banyak posterior (yang mungkin berpasangan) disebut
pleurocentrum. Jika tetrapoda hanya mempunyai satu elemen pusat, mungkin
intercentrum atau pleurocentrum. Pemanjangan ke arah dorsal dari centrum
penyokong yang melingkupi chorda spinalis satu untuk setiap sisi, dan
bergabung di bagian atas membentuk lengkung saraf. Punggung saraf mungkin
merupakan perluasan dari puncak lengkung saraf (neural arch). Hal yang jarang
ada adalah hemal arch yang memanjang secara ventral dari centrum ke
pembuluh-pembuluh darah sekeliling. Hemal arch dimiliki oleh vertebrae cauda
yang menutup arteri dan vena cauda. Punggung saraf (neural spine) dan hemal
spine berhubungan dengan otot-otot yang menggerakkan kerangka aksial.
Vertebrae dan rusuk pada ikan (Gambar 3.8A) biasanya mempunyai fungsi
penggerak murni, walaupun kadangkala beberapa elemen mengalami modifikasi
untuk fungsi tertentu misalnya fungsi pendengaran pada ikan lele dan
kerabatnya. Kerangka aksial tetrapoda mendukung kehidupan di daratan.
Vertebrae pada tetrapoda saling mengunci dengan adanya proses zygapophyse
(Gambar 3.8B) yang memungkinkan columna vertebralis bekerja seperti
jembatan suspensi yang menyangga bobot organ-organ dalam di daratan.
Gambar 3.8.
Vertebrae dan Rusuk pada Ikan (A) dan Tetrapoda (B)
1. Ciri Embrionik
Dua ciri embrionik mungkin menyebabkan banyak perbedaan antara
vertebrata dan chordata yang lain. Pertama, duplikasi komplek gen Hox
(=homeobox genes) yang mengarakterisasi sebagian besar hewan. Hewan yang
3.16 Taksonomi Vertebrata
Gambar 3.9.
Gambaran Tiga Dimensi Embrio Vertebrata
Gambar 3.10.
(A) Hagfish dan Lamprey (B) Morfologi larva Lamprey
3.18 Taksonomi Vertebrata
3. Jaringan Dewasa
Setelah melewati tahap embrional, kemudian tumbuh dan berkembang
sampai dewasa. Pada vertebrata terbentuk lima macam jaringan yaitu
epithelium, jaringan ikat, darah (vaskuler), otot, dan saraf. Jaringan-jaringan
ini dikombinasikan untuk membentuk unit yang lebih besar yaitu organ. Organ-
organ sering kali mengandung sebagian besar atau seluruh dari lima jaringan
dasar ini. Fungsi kehidupan vertebrata didukung oleh kelompok organ yang
bersatu menjadi satu dari 10 sistem
organ vertebrata.
Integumen adalah bagian
eksternal yang menyelimuti tubuh
dan merupakan organ tunggal yang
mencakup 15 sampai 20 persen
bobot badan vertebrata. Pada
vertebrata dengan bagian luar
sebagai pertahanan tubuh, proporsi
bobot integumen lebih besar lagi.
Integumen meliputi kulit dan Gambar 3.11.
turunannya seperti kelenjar- Penampang Gigi yang Sedang Tumbuh
BIOL4322/MODUL 3 3.19
Gambar 3.12.
Penampang Potongan Tulang Panjang Mamalia
C. KLASIFIKASI VERTEBRATA
Sekitar 50.000 jenis vertebrata masih hidup dan yang sudah punah
diperkirakan dua kali lipat jumlahnya. Dengan jumlah besar sulit untuk
mempelajari vertebrata satu persatu. Pengelompokan dan memberi nama untuk
setiap kelompok adalah cara untuk mempermudah bagi para ahli biologi untuk
mempelajari berbagai aspek biologis pada vertebrata.
Berikut ini adalah salah satu versi klasifikasi vertebrata. Beberapa taksa
yang sudah punah tidak dicantumkan. Nama teknis ditulis pertama kali diikuti
nama umum dan contoh yang sudah dikenal, jika tersedia. Taksa yang ditulis
bertanda † berarti sudah punah.
Subphylum : Vertebrata
Class Agnatha: vertebrata tak berahang
Subclass Myxinoidea: hagfish
Subclass Petromyzontia: lamprey
Subclass Conodonta (†): Conodonta (†)
Subclass Pteraspidomorpha (†): mencakup Pteraspida (Heterostraci) (†)
Subclass Cephalaspidomorpha (†): mencakup Chephalaspida (Osteostraci)
(†) dan Anaspida (†)
Class Placodermi (†): mencakup Arthrodira (†), Antiarcha (†), dan beberapa
ordo lebih kecil
Class Chondrichthyes: ikan bertulang rawan
Subclass Cladoselachii (†): Cladoselachia (†)
Subclass Elasmobranchii: mencakup Pleuracanth (†), hiu, dan ikan pari
Subclass Holocephali: Chimaera
Class Acanthodii (†): Acanthodia (†)
Class Osteichthyes: ikan bertulang sejati
Subclass Actinopterygii: ray-finned fish
Infraclass Chondrostei: mencakup Palaeniscoida (†), Bichir,
Sturgeon, Paddlefish
Infraclass Neopterygii: mencakup Gar, Bowfin, dan Teleostei
Subclass Sarcopterygii: lobe-finned fish
3.26 Taksonomi Vertebrata
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Hewan anggota vertebrata yang sama sekali tidak punya struktur vertebrae
adalah ....
A. salamander
B. anura
C. hagfish
D. lamprey
4) Lapisan tahap embrional yang hanya ada pada vertebrata adalah ....
A. endoderm
B. mesoderm
C. ektoderm
D. neural crest
BIOL4322/MODUL 3 3.29
5) Struktur dalam tubuh yang dibentuk oleh neural crest adalah ....
A. kelenjar adrenal
B. kelenjar pankreas
C. kelenjar air mata
D. kelenjar empedu
Tes Formatif 1
1) B. Notochorda.
2) D. Mempunyai notochorda di bagian ekor larva.
3) A. Branchiostoma.
4) D. Cephalochordata.
5) B. Ganglion-ganglion.
Tes Formatif 2
1) A. Mollusca.
2) C. Hagfish.
3) B. Cranium.
4) D. Neural crest.
5) A. Kelenjar adrenal.
BIOL4322/MODUL 3 3.31
Daftar Pustaka
Pough H., Janis C.M., Heiser J.B. (2002). Vertebrate Life. Sixth edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Pisces
Drs. Hurip Pratomo, M.Si.
Bayu Rosadi, S.Pt., M.Si.
PE N DA H UL U AN
M odul 4 Pisces terdiri dari dua kegiatan belajar, yaitu: Kegiatan Belajar 1
Kelas Cephalaspidomorphi (lampreys) dan Myxini atau Agnatha
(hagfishes), serta Kegiatan Belajar 2 Kelas Chondrichthyes dan Osteichthyes.
Secara umum Modul 4 menjelaskan mengenai klasifikasi dan ciri morfologi
berbagai makhluk dalam suatu takson superkelas pisces yang termasuk ke dalam
vertebrata. Superkelas pisces adalah suatu taksa di bawah filum chordata. Di
samping superkelas pisces terdapat superkelas tetrapoda yang mempunyai
anggota kelas, yaitu: Amphibia, Reptilia, Aves, dan Mammalia yang akan
dijelaskan pada modul-modul lainnya. Dalam perkembangan taksonomi
selanjutnya berbagai jenis makhluk bentuk ikan tersebut digolongkan ke dalam
superkelas agnatha dan superkelas gnathostomata berdasarkan keberadaan ada
tidaknya struktur rahang.
Di samping ciri morfologi juga akan diuraikan ciri lain, seperti habitat
tempat hidupnya, beberapa biologi reproduksi ikan tertentu dan penyebaran atau
distribusi pisces di perairan bebas lautan. Sepanjang hidupnya pisces berada di
air. Air merupakan habitat tempat hidup ikan, di mana ikan atau pisces
melakukan komunikasi, mencari makan, berkembang biak, tempat istirahat atau
tidur, bermain, membuang kotoran, serta menjadi tempat berlindung dan tempat
berkubur ketika mati.
Istilah “Pisces” atau “fishes” merujuk pada hewan-hewan vertebrata yang
secara umum memiliki sirip sebagai organ pergerakan utama di air, di mana
fungsi dan strukturnya relatif mirip dengan organ tungkai untuk pergerakan
hewan-hewan di darat. Di samping itu juga merujuk pada hewan dengan
keberadaan insang sebagai alat pernafasan utama sepanjang hidupnya di dalam
air. Pisces dalam istilah bahasa Indonesia dikenal sebagai “ikan” yang meliputi
semua jenis ikan baik yang tidak mempunyai rahang, maupun ikan yang
4.2 Taksonomi Vertebrata
mempunyai rahang yang mana terdiri dari ikan bertulang rawan dan ikan
bertulang sejati.
Pada tingkatan takson, makhluk hidup pisces atau ikan pada sejarah
permulaan kehidupannya di dunia telah diciptakan sedikitnya 7 (tujuh) kelas
yang mempunyai ciri tertentu berbeda satu sama lain di samping ciri tertentu
yang relatif sama. Ciri-ciri yang berubah dan jauh bervariasi akan merupakan
penghalang dari kemantapan berbagai sistem dalam tubuh pada tingkatan
individu dan populasi secara alamiah. Gen-gen yang menyimpang selalu akan
menjadi lethal dan mati atau terputus secara alami melalui mekanisme species
specific dalam biologi reproduksi di mana fertilisasi ovum oleh sperma hanya
dapat terjadi dalam cakupan organisme sejenis. Sehingga dalam hal ini
penurunan generasi gen-gen pembawa sifat yang mengalami kelainan akibat
“mutasi”, “delesi”, anomali cross over, non disjunction, dan lain sebagainya
tidak terus berkelanjutan di alam. Sedangkan kepunahan sebagian ikan terjadi
karena perubahan-perubahan besar keadaan alam pada zaman dahulu, sehingga
yang tersisa adalah ikan-ikan yang ada sekarang ini yang hidup karena memang
sesuai dengan habitat alamnya. Contoh umum misalnya: ikan lamprey yang
tidak mempunyai rahang dan mangsanya yang bertubuh lebih besar dari lamprey
seperti ikan trout, perch atau umum disebut kakap, hering dan berbagai ikan-
ikan lainnya yang hidup di laut, sungai dan danau telah hidup bersamaan sejak
500 juta tahun yang lalu.
7 kelas di bawah pisces dalam cakupan takson di bawah tingkatan dari sub
filum vertebrata, yaitu meliputi kelas:
1. Ostracodermi, (†; punah)
2. Myxini (hagfishes),
3. Cephalaspidomorphi (lampreys),
4. Placodermi, (†)
5. Acanthodia, (†)
6. Chondrichthyes, dan
7. Osteichthyes.
Kelas placodermi dan acanthodia dari sisa-sisa bukti fosil yang pernah
ditemukan sudah lama punah, demikian pula kelas ostracodermi yang sudah
punah berdasarkan beberapa fosil yang ditemukan kira-kira 150 juta tahun atau
mungkin 350 juta tahun yang lalu. Menurut klasifikasi Romer, pisces dengan
kedudukan pada superkelas yang hidup hingga kini jumlah anggotanya dalam
BIOL4322/MODUL 4 4.3
taksa kelas berkurang dari sejumlah 7 kelas pada awal sejarah keberadaannya
menjadi 4 kelas, yaitu:
1. Cephalaspidomorphi (lampreys) dengan sedikitnya terdapat 41 jenis
(spesies).
2. Myxini atau agnatha (hagfishes) dengan sedikitnya terdapat 43 jenis
(spesies).
3. Chondrichthyes dengan sedikitnya lebih dari 1000 jenis (spesies).
4. Osteichthyes dengan sedikitnya lebih dari 30.000 jenis (spesies).
Kegiatan Belajar 1
M ateri yang dipelajari pada Kegiatan Belajar 1 ini akan menjelaskan aspek-
aspek biologi dan taksonomi dari kelas cephalaspidomorphi (lampreys)
dan kelas myxini. Dengan mempelajari penjelasan materi pada kegiatan belajar
ini mahasiswa dapat:
1. menyebutkan contoh ikan yang termasuk kelas cephalaspidomorphi;
2. menjelaskan morfologi umum dan perilaku contoh ikan yang termasuk
kelas cephalaspidomorphi;
3. menjelaskan penyebaran atau distribusi ikan yang termasuk kelas
cephalaspidomorphi;
4. menjelaskan ciri-ciri kelas cephalaspidomorphi;
5. menjelaskan aspek biologi reproduksi ikan yang termasuk kelas
cephalaspidomorphi, misalnya ikan lamprey;
6. menyebutkan contoh ikan yang termasuk kelas myxini;
7. menjelaskan morfologi umum dan perilaku contoh ikan yang termasuk
kelas myxini;
8. menjelaskan penyebaran atau distribusi contoh ikan yang termasuk kelas
myxini;
9. menjelaskan ciri-ciri kelas myxini;
10. menjelaskan aspek biologi reproduksi ikan yang termasuk kelas myxini,
misalnya ikan hagfish, Myxine;
11. menjelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan ciri morfologi.
Semua ikan lamprey dari belahan bumi bagian Selatan termasuk ke dalam
famili petromyzontidae di bawah taksa kelas cephalaspidomorphi. Petromyzon
dalam bahasa latin Greek, yaitu petros artinya batu, dan myzon berarti
penghisap. Nama kelompok famili ini menunjukkan lamprey mempunyai
kebiasaan melekat atau menempel seperti batu dengan menggunakan mulut
untuk menguatkan posisi tubuhnya menahan arus air. Contoh lamprey laut yang
merusak, yaitu Petromyzon marinus yang hidup di perairan laut di sepanjang sisi
BIOL4322/MODUL 4 4.5
Samudra Atlantik di Amerika dan Eropa, dengan panjang tubuh yang dapat
mencapai 1 (satu) meter. Contoh lain adalah Lampetra yang mempunyai
penyebaran luas di daerah Amerika Utara dan Eurasia dengan panjang tubuh
berkisar dari 15 sampai 60 cm. Tampak luar ikan lamprey pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Morfologi contoh Ikan Lamprey Famili Petromyzontidae
(http://www.ittiofauna.org/Petromyzon.htm)
Pada Gambar 4.2 tampak Petromyzon marinus sang lamprey laut sedang
menempel pada mangsanya.
Gambar 4.2.
Ikan lamprey laut (Petromyzon marinus) sedang menempel pada ikan
mangsa (Pough et. al., 2002)
yang khas, yaitu myxa berarti langsing; hepta berarti tujuh; tretos artinya lubang
perforasi.
Gambar 4.3.
Ikan hagfish di dasar lautan (http://oceanlink.island.net/links/links.html)
Walaupun semua ikan hagfish hampir buta total, tetapi dengan cepat mereka
dapat mendekat mengenali makanan khususnya yang berupa ikan-ikan mati atau
yang sekarat. Hal itu dapat dilakukan karena ikan hagfish diciptakan dengan
kelengkapan indra penciuman dan peraba yang sangat peka. Ikan hagfish
menangkap atau mencengkeram makanannya dengan dua buah gigi tanduk yang
dapat dilipat secara bersamaan dalam aksi seperti catut. Kemudian lidahnya
yang bergerigi akan merobek jaringan-jaringan tubuh makanan. Pada Gambar
4.5 tampak kepala ikan hagfish dengan gigi tanduk dan lidahnya. Sedangkan
pada Gambar 4.4 tampak lendir kental yang dikeluarkan ikan hagfish untuk
mempertahankan diri dari serangan pemangsa.
BIOL4322/MODUL 4 4.9
Gambar 4.4.
Lendir kental ikan hagfish
(http://oceanlink.island.net/links/links.html)
Gambar 4.5.
Tampak bawah Bagian kepala ikan hagfish dengan gigi tanduk dan lidahnya
(http://oceanlink.island.net/links/links.html)
Gambar 4.6.
Struktur morfologi tubuh dan anatomi kepala ikan hagfish, Myxine glutinosa
(Hickman et al 1998):
A. Morfologi dengan keterangan istilah: Barbel atau jaringan janggut di
sekeliling mulut, lubang insang luar, pori-pori kantung lendir, sirip ekor.
B. Tampak depan mulut ikan hagfish.
C. Anatomi secara membujur kepala hagfish dengan keterangan: Barbel,
nostril = lubang hidung, mulut, olfactory sac = kantung penciuman, brain =
otak, spinal chord = buluh korda yang berhubungan dengan otak, atau
sumsum tulang belakang, notochord = buluh korda, pharynx = hulu
kerongkongan, teeth on tongue = gigi-geligi pada lidah, tongue = lidah,
internal opening to gill sacs = lubang bagian dalam ke kantung insang.
D. Simpul ikatan ikan hagfish pada jaringan makanannya
larva. Pada Gambar 4.6 tampak struktur morfologi dan anatomi kepala ikan
hagfish.
Sebelum beralih mempelajari Kegiatan Belajar 2 yang menjelaskan tentang
kelas chondrichthyes dan osteichthyes, marilah kembali kita memperhatikan
pengklasifikasian atau taksonomi ikan menurut klasifikasi yang relatif terbaru
yaitu klasifikasi Nelson, 1994. Pengklasifikasian ikan masih akan berkembang
dengan revisi-revisi jika ditemukan dasar-dasar ilmiah baru yang akan
ditetapkan oleh komite tatanama dunia yang membahas khususnya untuk
kingdom animalia. Berikut ini adalah susunan urutan klasifikasi ikan atau
pisces menurut Nelson, 1994 (Hickman et. al. 1998, Pough et. al. 2002):
Phylum: Chordata
Subphylum: Vertebrata
1. Superkelas: Agnatha (berasal dari bahasa latin a artinya tidak, gnathos
artinya rahang)
a. Kelas: Myxini (myxa artinya lumpur); hagfishes, Mulut di ujung atau
terminal dengan empat pasang tentakel, kantung hidung dengan saluran
ke pharing, kantung insang 5-15 pasang. Sebagian hermafrodit.
Misalnya: Myxine, Bdellostoma
b. Kelas: Cephalaspidomorphi (cephala artinya kepala, aspidos artinya
tameng, perisai, morphe artinya bentuk) Petromyzontes: lamprey.
Mulut penghisap dengan gigi-gigi tanduk, kantung hidung tidak
berhubungan ke mulut, kantung insang tujuh pasang. Misalnya:
Petromyzon, Lampetra
Pada Gambar 4.7 tampak struktur morfologi ikan hagfish dan lamprey,
tampak juga struktur mulut lamprey yang digunakan untuk menyerang
mangsanya.
4.12 Taksonomi Vertebrata
Gambar 4.7.
Morfologi: A. Ikan hagfish B. Ikan Lamprey laut C. Cerobong mulut lamprey
dan D. Lamprey menyerang ikan mangsa (Abramoff, 1977)
Keterangan istilah:
gill slit = celah insang, median fin = sirip tengah
head = kepala, buccal funnel = cerobong mulut, nasal opening = lubang hidung, external
gill slits = celah-celah insang bagian luar, anterior dorsal fin = sirip punggung bagian
depan, posterior dorsal fin = sirip punggung bagian belakang, caudal fin = sirip ekor,
cloacal aperture = lubang kloaka/anus, tail = ekor, tongue = lidah, horny teeth= gigi-gigi
tanduk.
LAT IH A N
atau betina saja. Hagfish betina memproduksi sedikit telur dari cairan yang
melebar. Perhatikan bagaimana selanjutnya apakah perkembangan embrio
melalui tahapan larva atau tumbuh langsung setelah pembuahan.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Kegiatan Belajar 2
A. KELAS CHONDRICHTHYES
Ikan yang tergolong dalam kelas chondrichthyes terdiri dari dua subkelas
yaitu: 1. subkelas: Elasmobranchii dengan taksa di bawahnya dua ordo, yaitu:
squaliformes dan rajiformes, dan 2. Subkelas: Holocephali dengan taksa di
bawahnya satu ordo, yaitu chimaeriformes. Ikan-ikan dari kelas chondrichthyes
contohnya adalah berbagai ikan hiu, berbagai ikan pari dan ikan tikus.
Ciri karakter dari kelas chondrichthyes sebagai berikut.
1. Endoskeleton atau rangka dalam tubuh keseluruhannya disusun dari tulang
rawan, buluh chorda tampak jelas. Tulang vertebrae lengkap dan terpisah
terdapat pada subkelas elasmobranchii, sedangkan pada subkelas
holocephali tidak terdapat tulang vertebrae tetapi punya tulang gelang bahu,
dan punya rangka visceral.
BIOL4322/MODUL 4 4.19
2. Bentuk tubuh fusiform, terdapat pasangan sirip pectoral dan pelvic, dua
sirip median dorsal dengan sirip ekor yang heterocercal (berbeda panjang
dan tidak simetris), sedangkan sirip ekor diphycercal (mengecil,
mengerucut) pada ordo chimaeriformes seperti ikan chimaera atau ikan
tikus. Pada ikan chondrichthyes jantan sirip pelvic-nya berkembang
sebagian menjadi clasper, yaitu suatu alat eksternal kelamin jantan
3. Kulit dilengkapi dengan sisik-sisik placoid, sedangkan ikan chimaera tidak
memiliki sisik.
4. Insang mempunyai 5 sampai 7 pasang bermuara pada celah insang sendiri-
sendiri di permukaan tubuh (Gambar 4.8). Sedangkan ikan chimaera
memiliki 4 celah insang.
5. Sistem pencernaan dengan lambung berbentuk J dan usus yang mempunyai
struktur spiral pada bagian dalamnya.
6. Tidak mempunyai gelembung renang atau paru-paru.
7. Indra penciuman, reseptor getaran dengan sistem garis gurat sisi dan
penglihatannya cukup baik.
8. Sisik-sisik tipe plakoid dengan kelenjar mukosa (Gambar 4.9.), kecuali
pada chimaera yang tidak bersisik.
Gambar 4.8.
Struktur morfologi ikan hiu (Abramoff, 1977)
Keterangan istilah:
nostril = lubang hidung, eye = mata, spiracle = lubang penyembur air, mouth = mulut,
external gill slit = celah insang bagian luar, pectoral fin = sirip dada, fin spine = taji
sirip, lateral line canal = garis gurat sisi, anterior dorsal fin = sirip punggung bagian
depan, posterior dorsal fin = sirip punggung bagian belakang, dorsal lobe of caudal fin =
lembar atas sirip ekor, pelvic fin = sirip pinggul, ventral lobe of caudal fin = lembar
bawah sirip ekor.
4.20 Taksonomi Vertebrata
Gambar 4.9.
Sisik tipe plakoid dan potongan melintang lapisan kulit ikan hiu (Abramoff,
1977)
Keterangan istilah:
placoid scales = sisik-sisik tipe plakoid, basal plate = lapisan dasar/lempeng dasar,
melanophores = lapisan/pori penghasil pigmen biasanya melanin, neck = leher sisik
plakoid, pulp cavity = rongga berisi cairan kental mukosa.
masuk melalui spiraculum menuju pharing. Pada ikan pari yang tipikal, ekor dan
sirip perut mereduksi, tetapi sirip dada sangat lebar dan meluas ke depan sampai
di atas, celah insang melekat pada sisi lateral kepala. Gerakan ikan pari
dilakukan dengan gerak gelombang (undulasi) dari sirip dada yang lebar itu.
Chimaera (Gambar 4.10) yang termasuk ke dalam subkelas holocephali
adalah kelompok lain dari ikan bertulang rawan. Kelompok ini kadang-kadang
disebut “ratfish” atau ikan tikus dan tergolong langka. Makanan chimaera atau
ikan tikus ini sama dengan makanan ikan pari yaitu kerang, karena gigi-giginya
berbentuk lempeng, dan pada rahang atas gigi-gigi tersebut menyatu dengan
tengkorak sehingga perlekatannya sangat kuat. Lembaran kulit menutup daerah
insang, sehingga celah insang tampak kurang jelas.
Gambar 4.10.
Chimaera atau ikan tikus (Hickman et. al., 1998), jenis ini berasal dari
pantai barat Amerika utara dengan penampilan dua pola warna yang
menarik
pada sisi lateral kepala, ciri inilah yang menyebabkan ordo squaliformes juga
disebut pleurotremata, (pleura: samping, trema: celah). Tepi anterior sirip dada
tidak melekat pada bagian samping kepala. Contoh ordo ini ialah scoliodon.
Fertilisasi internal dengan menggunakan clasper ke lubang kloaka (Gambar
4.11).
(b)
Gambar 4.11.
Reproduksi ikan Hiu: a. kopulasi dan , b. kandung telur /ovipar
Scyliorhinus (kiri) dan Heterodontus (kanan) (Pough et. al., 2002)
Ordo squaliformes meliputi berbagai ikan hiu seperti: hiu tresher (Alopias
vulpinus), hiu paus (Rhincodon typus), hiu srigala (Squalus acanthias), hiu
kepala martil (genus Sphyma), hiu bintik putih, hiu paus biru, hiu putih besar
(Carcharodon carcarias), hiu keranjang (Cetorhinus) dan lain-lain. Pada
Gambar 4.12 A, B tampak contoh hiu-hiu tersebut dengan ukuran tubuh yang
dibandingkan dengan ukuran manusia.
BIOL4322/MODUL 4 4.23
(a)
Gambar 4.12a.
Ikan-ikan hiu: hiu paus, hiu keranjang, hiu kepala martil, hiu bintik putih
(Abramoff, 1977)
(b)
Gambar 4.12b.
Contoh berbagai ikan hiu dengan ukuran tubuh yang dibandingkan dengan
ukuran manusia: hiu paus biru, hiu putih besar, hiu anjing, hiu karang bintik
putih, hiu kucir mata besar (Abramoff, 1977)
bersisik, terdapat 5-7 lengkung insang dan insang terdapat pada sekat terpisah
di sepanjang pharing. Misalnya: Squalus, raja.
Ordo rajiformes yang menjadi anggota taksa di bawah subkelas
elasmobranchii mencakup berbagai jenis ikan pari (Gambar 4.13) dengan ciri--
ciri sebagai berikut: Celah insang terdapat pada sisi ventral kepala. Ciri inilah
yang menyebabkan ordo rajiformes juga diberi nama hypotremata (hypo:
bawah, trema: celah). Tepi anterior sirip dada melebar pada bagian samping
kepala, membentuk bangunan seperti sayap. Contoh dari ordo ini ialah genus
Trygon.
Gambar 4.13.
Contoh anggota Ordo Rajiformes. B. Ikan pari (skate) dan C. ikan pari
sengat/listrik (rays) (Abramoff, 1977)
B. KELAS OSTEICHTHYES
Ikan-ikan air laut dan air tawar yang rangka dalamnya tersusun dari tulang
sejati atau tulang keras dimasukkan ke dalam kelas osteichthyes di bawah
superkelas pisces atau ada yang relatif terbaru memasukkan sebagai di bawah
superkelas gnathostomata, dengan masih di bawah subfilum vertebrata dan
filum chordata. Ikan bertulang sejati (kelas osteichthyes) merupakan ikan yang
terbanyak dan paling beragam dari semua hewan vertebrata yang masih hidup
pada masa sekarang.
Ciri utama ikan dari kelas osteichthyes adalah sebagai berikut.
1. Rangka tubuh disusun oleh sebagian besar tulang keras/tulang sejati,
mempunyai sejumlah vertebrae yang bertulang sejati.
2. Ekor selalu berbentuk homocercal (lempeng sirip ekor berbelah, sama
bentuk dan ukuran).
3. Sebagian besar ikan dengan kulit yang diselubungi atau diselaputi oleh
sisik-sisik dermal, beberapa ikan tanpa sisik.
BIOL4322/MODUL 4 4.25
lapisan tengah berupa bahan cosmin (seperti dentin) dan lapisan dalam berupa
tulang. Sisik–sisik ikan pada ikan bertulang sejati umumnya terletak tumpang
tindih (overlap) dengan lapisan dalam berupa tulang (Gambar 4.14).
Gambar 4.14.
Potongan melintang kulit ikan bertulang sejati (Hickman et. al. 1998).
Rangka tulang sisik terletak tumpang tindih di lapisan dermis dan dibungkus
oleh lapisan epidermis. bony part of scale = bagian tulang sisik, mucous
glands = kelenjar mukosa, Epidermis = lapisan kulit luar.
Kelompok ikan bertulang sejati merupakan yang paling umum masih hidup
dan ditemukan fosil-fosil peninggalannya pada jaman Devon. Beberapa struktur
tubuhnya memberikan ciri yang antara lain relatif hampir sama dengan amfibi.
Pada jaman Karbon, sebagian ikan yang hidup ketika itu mulai punah dan
menjadi langka, dan sebagian lagi akhirnya punah pada akhir jaman paleozoik.
Sementara itu di belahan wilayah bumi yang lain ditemukan kelompok ikan
yang seakan-akan merupakan bagian dari crossopterygii, yaitu
coelacanthiformes. Fosil coelacanthiformes pernah ditemukan pada lapisan
batuan jaman Kreta dan jaman Karbon. Pada tahun 1937 di pantai Afrika
Selatan tertangkap suatu jenis ikan aneh yang kemudian ternyata adalah anggota
coelacanthiformes, selanjutnya pada tahun 1980-an juga ditemukan ikan anggota
coelacanthiformes di perairan kepulauan Maluku Indonesia. Pengetahuan
tentang struktur ikan ini penting karena merupakan ikan yang hidup di zaman
sekarang tetapi mempunyai beberapa ciri yang relatif mirip dengan tetrapoda.
Untuk membayangkan wujud ikan tersebut dapat dilihat Gambar 4.15.
BIOL4322/MODUL 4 4.27
Gambar 4.15.
Beberapa struktur tulang yang agak mirip dengan tetrapoda, anggota
Coelacanthiformes dari genus Rhabdoderma (Pough et. al. 2002)
Gambar 4.16.
Contoh ikan coelacanthiformes yang masih hidup sampai sekarang dan
dikenal umum yaitu Latimeria chalumnae (Pough et. al. 2002)
1. Subkelas: Sarcopterygii
Ordo ikan dipnoi dimasukkan ke dalam subkelas sarcopterygii. Dalam
kehidupan sehari-hari kelompok ini disebut ikan paru-paru, karena bernapas
dengan paru-paru dan ciri lain yaitu memiliki choana atau lubang hidung dalam.
Dari segi anatomi dan cara hidup ikan paru-paru hampir menyerupai amfibi
sehingga pada mulanya hampir diklasifikasikan ke dalam taksa anggota amfibi.
Ternyata hanya merupakan variasi ciri yang diwariskan secara tetap dari
moyang dipnoi dan berbeda dengan amfibi. Suatu hal yang menarik dari
kehidupan ikan paru-paru ialah biasanya dapat hidup di daerah-daerah yang
kondisi dan iklimnya kering.
Pada zaman sekarang ikan-ikan dipnoi itu masih dapat dijumpai hidup di
daerah tropis Australia, Afrika, Amerika Selatan dan sebagian wilayah pesisir
Indonesia. Di Australia ikan-ikan Dipnoi dapat hidup dalam perairan yang tidak
mengalir, sedangkan di tempat yang lain dapat bertahan hidup dalam keadaan
kekeringan. Untuk bertahan hidup dalam keadaan perairan kering mereka
mempunyai insting yang telah diwariskan secara turun-temurun dengan cara
menggali lubang dalam lumpur sampai musim hujan mendatang. Salah satu
contoh ikan paru-paru adalah Epiceratodus forsteri, ikan paru-paru Australia
misalnya Neoceratodus forsteri, ikan paru-paru Africa Protopterus, sp.
Beberapa ikan dipnoi tampak pada Gambar 4.17 yang sebagian fosilnya
ditemukan pada lapisan batuan bumi pada jaman Devon.
BIOL4322/MODUL 4 4.29
Gambar 4.17.
a. Dipnoi umum Dipterus, b. Dipnoi moncong Griphognathus, c. Anatomi
rangka utama Dipnoi Holoptychius, d. Dipnoi silindris Osteolepis. Contoh
ikan dipnoi yang telah punah (Pough et. al. 2002)
2. Subkelas: Actinopterygii
Subkelas sarcopterygii misalnya ikan dipnoi penting dikaji, apalagi ditinjau
dari segi kemampuannya dalam mempertahankan keberadaan jenisnya sehingga
masih hidup sebagai ikan pada zaman sekarang, tetapi subkelas actinopterygii
lebih penting karena jumlah populasinya yang berlimpah untuk menunjang
kebutuhan pangan dan keberhasilan kehidupan manusia. Berbeda dari ikan-ikan
kelompok sarcopterygii, ikan-ikan dalam kelompok actinopterygii ini tidak
memiliki choana atau lubang hidung dalam, sirip-sirip tanpa bagian yang
berdaging kecuali beberapa yang bentuknya seperti ikan langka. Sebaliknya
sirip-sirip itu berupa lembaran kulit yang disokong oleh jari-jari sirip. Subkelas
ini dibagi ke dalam ordo-ordo yang jumlahnya cukup banyak. Ordo yang
dibahas hanya beberapa ordo saja yang sering dikenal dalam kehidupan sehari-
hari.
a. Ordo: Cypriniformes
Ikan-ikan yang termasuk dalam ordo cypriniformes memiliki ciri antara
lain: gelembung udara yang berhubungan dengan esofagus dengan perantara
4.30 Taksonomi Vertebrata
Gambar 4.18.
Cyprinus carpio (ikan emas), (Abramoff, 1977)
b. Ordo: Anguilliformes
Ikan-ikan bertulang sejati dalam ordo anguilliformes memiliki ciri antara
lain: bentuk tubuh yang panjang dan langsing, ekor berbentuk pipih bilateral.
Kulit tanpa sisik atau dengan sisik-sisik yang sangat halus. Sirip punggung, sirip
ekor dan sirip dubur sempit dan bertemu membentuk satu bangunan memanjang.
Ikan-ikan dari ordo anguilliformes mempunyai satu pasang sirip dada. Sirip
perut bila ada terletak di daerah abdomen. Semua sirip tanpa spina. Contoh ordo
ini ialah Anguilla bicolor (ikan sidat), dan Anguilla rostrata yang tampak pada
Gambar 4.19.
Gambar 4.19.
Contoh ordo Anguilliformes: Anguilla rostrata (Pough et. al. 2002)
BIOL4322/MODUL 4 4.31
c. Ordo: Synbranchiformes
Ikan-ikan dalam kelompok ini bentuk tubuhnya mirip dengan ikan sidat,
tetapi ekornya meruncing. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur sangat
sempit dan bertemu seperti pada ikan sidat. Kulit tidak bersisik dan tidak
memiliki sirip dada. Sirip-sirip tanpa spina. Celah insang tunggal terletak di sisi
ventral. Celah insang ini dipandang sebagai ciri khas kelompok ini sehingga
diberi nama synbranchiformes (syn artinya bersatu; branchia artinya insang).
Contoh ikan dalam kelompok ini ialah Monopterus albus (belut) tampak pada
Gambar 4.20.
Gambar 4.20.
Monopterus albus (belut), (Pough et. al., 2002)
d. Ordo: Syngnathiformes
Ikan-ikan dalam kelompok ordo syngnathiformes memiliki ciri khas bahwa
rahang bawah dan rahang atas bersatu membentuk bangunan seperti buluh,
dengan mulut terletak di ujung buluh tersebut. Sisik-sisik berupa cincin-cincin
tulang. Jari-jari sirip punggung dan sirip dada tidak pernah bercabang. Contoh
ikan dari kelompok ini ialah Hippocampus, sp. (kuda laut) tampak pada Gambar
4.21.
Gambar 4.21.
Hippocampus sp. (kuda laut), (Pough et. al., 2002)
4.32 Taksonomi Vertebrata
e. Ordo: Ophiocephaliformes
Ikan-ikan dalam kelompok ordo ophiocephaliformes memiliki kepala yang
berbentuk pipih dorsoventral, menyerupai bentuk kepala ular. Sisik-sisik
berbentuk sikloid seperti tampak pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22.
Sisik tipe sikloid (Hickman et. al., 1998)
f. Ordo Perciformes
Ikan-ikan dalam kelompok ordo perciformes menduduki tempat yang
populer karena mempunyai nilai ekonomi dan cita rasa yang relatif tinggi untuk
konsumsi manusia. Ordo perciformes mempunyai ciri antara lain, yaitu: sirip
punggung 2 buah, sirip perut di daerah dada, sehingga bersifat pectoral. Semua
sirip disokong oleh jari-jari sirip yang kuat dari bahan tulang. Contoh ikan
dalam kelompok ini ialah Perca flavescens, sp. (ikan kakap) seperti tampak pada
Gambar 4.23.
BIOL4322/MODUL 4 4.33
Gambar 4.23.
Perca flavescens (ikan kakap), (Abramoff, 1977)
Materi tentang distribusi ikan ini ditujukan bagi mahasiswa dan kalangan
umum yang tertarik mengenai penyebaran ikan-ikan di lautan bebas tetapi akan
lebih berguna khususnya untuk para nelayan dan industriawan bidang perikanan
yang berorientasi ilmu pengetahuan dalam pengembangan usaha perikanannya.
Di samping itu materi ini juga sebagai bagian dari berbagai kajian topik pada
matakuliah bidang biologi seperti taksonomi vertebrata.
Samudera dan lautan merupakan suatu wilayah perairan luas yang tidak
bersekat. Pulau dan benua merupakan suatu tonjolan hamparan daratan di
tengah-tengah samudera dan lautan. Pada penyajian kali ini, samudera dan
lautan yang saling berhubungan wilayahnya itu digabung dalam istilah
“Lautan”.
Media tempat hidup ikan-ikan di lautan adalah air laut yang berbeda dengan
air tawar karena adanya kandungan kadar garam yang relatif besar. Ikan-ikan di
lautan mempunyai peluang untuk berenang kemana saja di wilayah air asin yang
sangat luas, karena itu banyak jenis ikan yang mempunyai kisaran toleransi
kadar garam cukup besar pada mekanisme fisiologi tubuhnya.
Barier atau isolasi penyebaran ikan-ikan di lautan yang utama adalah
temperatur (suhu), barier umum kedua setelah itu adalah kadar garam.
Beberapa jenis ikan yang mempunyai toleransi fisiologi cukup besar terhadap
dua faktor tersebut dapat berkelana jauh menyeberangi lautan. Beberapa jenis
ikan hiu dan tuna hidup di tiga samudera, yaitu: Samudera Atlantik, Pasifik, dan
Hindia. Ikan-ikan tersebut hidup berkelana di bagian-bagian wilayah relatif
hangat di tiga samudera tersebut. Hanya ikan-ikan karang dan ikan dasar laut
4.34 Taksonomi Vertebrata
a. Perairan Kutub
Perairan lautan yang termasuk wilayah kutub meliputi lautan Arktik dan
Antartika dengan kisaran suhu -20 C pada musim dingin sampai 50 C atau 60 C
pada musim panas. Banyak wilayah perairan ini yang tertutup es sepanjang
tahun dan oleh karena itu didiami oleh hanya sedikit jenis hewan ikan pelagik.
Batas lautan Arktik dimulai dari Selatan sampai belahan Utara laut Bering
masing-masing membujur sejauh 600. Pada sisi lain, bagian Samudera Atlantik
membentang dari sudut Tenggara Labrador pada 500 lintang Utara ke Eslandia,
menyambung ke lautan Norwegia sampai di Cape Utara pada 700 lintang Utara.
Pada perairan kutub di wilayah lautan Arktik ini hidup ikan-ikan salmon
(Gambar 4.25) seperti Salvelinus alpinus, salmon pink Oncorhyncus gorbuscha,
ikan gadid Arctogadus dan Boregadus, serta ikan hering (Gambar 4.24) Clupea
harengus.
Gambar 4.24.
Ikan hering, Clupea, sp. (Pough et. al., 2002)
Gambar 4.25.
Ikan salmon, Salvelinus alpinus (Pough et. al., 2002)
4.36 Taksonomi Vertebrata
Lautan sekitar Antartika wilayah kutub menempati lokasi pada sekitar 600
Lintang Selatan di Pasifik dan sekitar 500 Lintang Selatan di Atlantik. Wilayah
perairan tersebut bersuhu dingin yang ekstrim dan bahkan pada musim panas
hanya mencapai tidak lebih dari 50C. Keadaan beku tersebut hanya mendukung
kehidupan ikan pelagik yang sangat sedikit jenisnya. Salah satu jenis yang hidup
di wilayah tersebut adalah ikan Champsocephalus gunnari.
Gambar 4.26.
Beberapa ikan terbang (Pough et. al., 2002)
BIOL4322/MODUL 4 4.37
Gambar 4.27.
Ikan tuna sirip biru Thunnus, sp. (Abramoff, 1977)
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
3) Salah satu ciri ikan ordo coelacanthiformes yang hampir mirip dengan
tetrapoda seperti amfibi, yaitu ....
A. alat pernafasannya berupa paru-paru
B. celah insang bersatu menjadi sebuah celah
C. jari-jari sirip tidak ada yang bercabang
D. pangkal sirip dada tersusun atas struktur tulang yang menyerupai
elemen tulang tungkai depan
Tes Formatif 1
1) C. Myxine glutinosa dan Eptatretus stouti.
2) A. Petromyzon marinus dan Lampetra, sp.
3) A. Perilaku makan ikan kelas cephalaspidomorphi: larva mengambil
makanan dari suspensi lumpur pasir, pada bentuk dewasa yang parasit
akan mencari mangsa dan menempel, menghisap cairan tubuh ikan
mangsanya. Ikan kelas myxini memakan ikan-ikan yang mati, anelida,
hewan-hewan moluska, dan krustacea mati, bukan sebagai kelompok
parasit.
4) B. Mulut di ujung atau terminal dengan empat pasang tentakel, kantung
hidung dengan saluran ke pharing, kantung insang 5-15 pasang.
Sebagian hermaphrodit.
5) D. Cakram mulut seperti penghisap dan lidah disebut sebagai lidah parut.
Organ indra perasa, penciuman, pendengaran, dan penglihatan
berkembang baik pada dewasa. Kelamin jantan dan betina terpisah
pada masing-masing individu.
Tes Formatif 2
1) B. Chimaera monstwosa, Rhincodon typus, dan Squalus acanthias.
2) C. Monopterus albus, Cyprinus carpio, dan Gasterochisma melampus.
3) D. Pangkal sirip dada tersusun atas struktur tulang yang menyerupai
elemen tulang tungkai depan.
4) B. Kedua rahangnya bersatu membentuk bangunan seperti buluh.
5) A. Celah insang sidat satu pasang, celah insang belut hanya sebuah.
4.44 Taksonomi Vertebrata
Daftar Pustaka
Bond, C.E. (1979). Biology of Fishes. W.B Saunders Co. Philadelphia - London
- Toronto.
Hickman, C.P. L.S. Roberts and Allan Larson. (1998). Zoology. 10Th Edition.
San Francisco, California: W.C.Brown Mc Graw Hill Publishers.
Hickman, C.P. and L.S. Roberts. (2000). Biology of Animals, 8Th Edition.
Dobuque, Iowa: Wm.C.Brown Publishers.
Pough, F.H., Christine, M.J. and John, B.H. (2002). Vertebrate life. 6Th editon.
New Jersey: Prentice Hall.
Webbert, Herbert H. and Thurman, H.V. (1991). Marine Biology. (2nd edition).
New York: Harper Collins Publ.
Modul 5
PE N DA H UL U AN
Kegiatan Belajar 1
Kelas Amphibia
H ewan amfibi yang umum dikenal orang adalah berbagai jenis katak
(frog) misal katak pohon dan kodok (toad) misal kodok buduk, walaupun
di Jawa Barat penyebutan katak dan kodok sama saja dengan satu sebutan, yaitu
bangkong. Padahal contoh tadi hanya sebagian saja dari anggota kelas
amfibiyang sesungguhnya. Katak dan kodok termasuk ke dalam ordo atau
bangsa anura yang mempunyai siklus hidup menempati dua alam atau habitat,
yaitu sebagian dalam hidupnya dijalani di dalam habitat air terutama ketika
tahapan larva atau embrio dan di dalam habitat darat ketika dewasa. Sebagian
anggota ordo lainnya tidak memiliki siklus hidup di dua macam habitat alam.
Group hewan yang termasuk ke dalam kelas amfibi adalah mencakup tiga
ordo sebagai berikut.
1. Anura (berbagai jenis hewan kodok dan katak),
2. Urodela (berbagai jenis hewan salamander), dan
3. Gymnophiona (sedikit jenis hewan dengan bentuk seperti cacing tidak
bersisik yaitu kelompok caecilia atau dengan sebutan lain apoda = tidak
berkaki). Tampak pada Gambar 5.1 ilustrasi morfologi tiga ordo yang
masih hidup sampai sekarang.
BIOL4322/MODUL 5 5.3
Gambar 5.1.
Wujud morfologi kelas amfibi yang meliputi tiga ordo/bangsa yaitu:
1. Ordo Salientia (Anura), 2. Ordo Caudata (Urodela), 3. Ordo Gymnophiona
(Apoda). (Hildebrand, 2001)
Di antara hewan dalam kelas amfibi ada kelompok yang tetap tinggal di
dalam air dan tidak pernah menjadi dewasa, selama hidup tetap sebagai larva,
bernapas dengan insang. Kelompok ini mencakup beberapa jenis amfibi
anggota plethodontidae. Kelompok yang lain sebagian dari hidupnya tinggal di
darat, tetapi pada saat-saat tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Pada
kelompok ini dikenal adanya stadium dewasa. Kelompok ketiga adalah
kelompok yang berupa hewan darat, berkembang biak di darat. Pada kelompok
ini tidak dikenal adanya stadium larva yang hidup di dalam air, tetapi stadium
tersebut (kalau ada) tetap berada di dalam tubuh induknya. Telur menetas
menjadi hewan kecil seperti induknya. Misal: Salamandra maculosa. Penetasan
telur-telur itu dapat terjadi di dalam tubuh si induk ataupun di luar induk. Kata
amfibi yang oleh kebanyakan orang dikatakan hewan yang hidup di dua alam,
dengan demikian menjadi kurang tepat.
Ciri tubuh amfibi secara umum yaitu bentuk dasar tungkai adalah
pentadactylus (berjari lima). Sebagian kelompok amfibi bergerak merangkak
dan melompat. Di antara anggota kelas amfibi ada yang tidak bertungkai sama
sekali, karena biasa hidup di dalam liang-liang tanah. Hal ini menguntungkan
5.4 Taksonomi Vertebrata
Ciri khusus di samping ciri umum tadi adalah memiliki struktur papilla
amphibiorum suatu area sensor (indra pendengar) yang khusus dan terletak di
bagian dalam telinga pada dinding sacculus. Papilla amphibiorum sangat peka
terhadap getaran di bawah frekuensi 1000 hertz (cycles per detik), dan area
sensor kedua, yaitu papilla basilaris yang dapat menangkap getaran suara
berfrekuensi di atas 1000 Hz.
Ciri khusus lainnya, yaitu terdapatnya otot levator bulbi, otot ini adalah
lembaran tipis pada dasar bola mata yang dipersarafi oleh lima buah saraf
cranial. Hal ini menyebabkan struktur bola mata agak menonjol keluar. Otot
levator bulbi terdapat pada salamander, anura dan dengan variasi bentuk otot
levator bulbi pada kelompok caecilia.
Struktur jantung amfibi bertugas untuk mengalirkan 2 macam darah yaitu
darah vena dan arteri. Konsekuensi morfologis dari fenomena fisiologis ini,
struktur jantung amfibi dirancang menjadi 3 ruangan (2 atrium dan 1 ventrikel).
Pada anggota anura misalnya katak tidak memiliki leher yang merupakan ciri
sekunder, dan mempunyai kebiasaan hidup yang suka meliang dalam tanah dan
bergerak dengan cara melompat yang mana kaki belakang dengan otot-otot yang
lebih kuat dan lebih panjang dibanding kaki depannya.
Paru-paru amfibi yang terutama berfungsi sebagai alat hidrostatik,
fungsinya sebagai alat pernapasan, dibantu dengan pernapasan kulit. Agar dapat
berfungsi sebagai alat bantu pernapasan, maka kulit harus lembab dan basah,
karena itulah telah dirancang keberadaan kelenjar lendir dalam kulit, sehingga
kulit menjadi selalu lembab.
Alat indera juga menunjukkan kesesuaian dengan lingkungan hidupnya.
Kelopak mata dan kelenjar air mata berkembang baik untuk melindungi cornea
dari debu, kekeringan atau kerusakan yang mungkin terjadi karena kondisi
daratan dan dilengkapi otot levator bulbi. Choana merupakan ciri khas bagi
hewan darat yang bernapas dengan menghirup udara tampak pada Gambar 5.2.
Alat ini memberi kemudahan bagi proses pernapasan dan menjamin kelembaban
mucosa buccalis yang akan mengalami kerusakan apabila hewan bersangkutan
bernapas melalui mulut. Linea lateralis atau gurat sisi yang merupakan alat
BIOL4322/MODUL 5 5.5
sensoris bagi ikan, juga terdapat pada stadium larva amfibi di air, dan akan
menghilang apabila telah dewasa hidup di darat. Metamorfosis alat indera ini
dibarengi oleh terjadinya mekanisme perancangan berupa metamorfosis
persarafan atau perubahan sistem saraf. Otak depan menjadi lebih besar dengan
hemispherium cerebri yang terbagi sempurna. Otak tengah tidak lagi berfungsi
sebagai pusat penglihatan walaupun masih merupakan otak yang besar. Pada
cerebellum, tidak berkonvulasi. Ciri lain amfibi adalah keberadaan kelenjar
ludah yang menghasilkan bahan pelembab atau perekat.
Gambar 5.2.
Tengkorak kepala belahan atas kodok dengan choana sebagai alat
pernapasan luar
KLASIFIKASI AMFIBI
Amfibi adalah kelompok hewan dengan ciri umum bertungkai empat. Profil
kulit halus mengandung kelenjar lendir yang menyebabkan kulit menjadi
lembab. Pada kulit tidak terdapat bangunan berupa bulu atau rambut, tetapi ada
juga sekelompok kecil yang kulitnya bersisik, dan tertanam di dalam kulit yang
berasal dari bahan tulang seperti sisik-sisik ikan. Tengkorak bersendi dengan
tulang atlas melalui dua condylus occipitalis.
Amfibi berasal dari kata amphi: rangkap dan bios: hidup. Secara harfiah,
yang rangkap adalah siklus hidupnya. Pada waktu larva berbentuk berudu
bernapas dengan insang, tinggal dalam air, setelah dewasa berbentuk katak,
bernapas dengan paru-paru, hidup di darat. Tetapi perlu diingat bahwa tidak
semua amfibi memiliki daur hidup seperti itu. Jadi sebenarnya makna yang
terkandung di dalam kata amfibi itu tidak dapat mencakup seluruh amfibi yang
ada.
Berdasarkan atas kombinasi berbagai ciri yang ada, amfibi atau lebih
tepatnya subkelas lissamphibia yang anggota-anggotanya masih hidup dapat
diklasifikasikan ke dalam 3 ordo: Apoda (gymnophiona), Urodela (caudata),
dan Anura (salientia). Menurut Goin, (1962) ordo urodela dapat dipecah lagi
menjadi 2 ordo yaitu ordo trachystomata dan ordo urodela dalam cakupan
yang lebih sempit. Perhatikanlah ciri-ciri setiap ordo tersebut sebagai berikut.
Gambar 5.3.
Contoh hewan ordo apoda (Hildebrand, 2001)
Gambar 5.4.
Ciri-ciri identifikasi
anggota ordo anura antara
lain: gelang bahu; A.
Arsiferal, B. Firmisternal,
dan gelang panggul
(columna vertebralis)
dengan diapophysis
sacralis berbentuk
melebar dan silindris
Selain gelang bahu, gelang panggul juga merupakan bagian yang penting
dalam klasifikasi anura (Gambar 5.4). Pada gelang panggul ini terdapat
perbedaan tentang bentuk diapophysis sacralis (tonjolan lateral ruas tulang
punggung ke-9 atau sacrum). Tonjolan itu ada yang gilig (silindris) ada juga
yang melebar, tergantung pada spesiesnya. Atas dasar kombinasi berbagai ciri
(centrum vertebrae, gelang bahu dan gelang panggul serta ciri-ciri lain), maka
anura dapat diklasifikasikan sebagai berikut: mula-mula atas dasar ciri gelang
bahu, anura dibagi ke dalam 2 superfamilia: Arcifera dan Firmisternia.
Selanjutnya kedua superfamili itu diklasifikasikan lebih lanjut sampai tingkat
familia.
1. Superfamilia: Arcifera
Kedua belahan gelang bahu (coracoid dan epicoracoid) tumpang tindih
sehingga dada dapat mengembang (Gambar 5.4A) terbagi atas: 1. Kelompok
diapophysis sacralis melebar dan 2. Kelompok diapophysis sacralis berbentuk
silindris.
5.10 Taksonomi Vertebrata
Pada Gambar 5.5 dan 5.6 tampak morfologi antara lain genus Bufo dan
Hyla. Dengan memperhatikan bentuk-bentuk luar morfologi kodok dan katak
pada gambar tersebut, dapat pula dijadikan sebagai kunci identifikasi lapangan.
BIOL4322/MODUL 5 5.11
Gambar 5.5.
Bentuk luar/morfologi tubuh berbagai kodok yang dapat dijadikan
sebagai acuan identifikasi lapangan, A. Bufo melanostictus, B. Bufo asper,
C. Leptophryne borbonica, D. Leptophryne cruentata, E & F. Leptobrachium
hasselti, G & H. Megophrys montana (Iskandar, 1998).
5.12 Taksonomi Vertebrata
Gambar 5.6.
Bentuk luar/morfologi tubuh berbagai kodok yang dapat dijadikan sebagai
acuan identifikasi lapangan, A. dan B. Occidozyga lima, C. dan D.
Philautus, sp., E & F. Polypedates leucomystax, G. Racophorus, sp. H.
Hylarana (Rana), sp. (Iskandar, 1998).
2. Superfamilia: Firmisternia
Mempunyai ciri khusus utama: kedua belahan gelang bahu bertemu dan
bersatu di bagian depan, sehingga dada tidak dapat mengembang. Terbagi atas
ciri sebagai berikut.
BIOL4322/MODUL 5 5.13
Gambar 5.7.
Rana cancrivora (Kurniati, 2003)
Hewan amfibi dari ordo anura yang tercatat di Indonesia hingga kini tidak
kurang dari 450 jenis. Diperkirakan 24 sampai 30 famili dari ordo anura yang
telah dikenal, sepuluh suku terdapat di Indonesia yang mencakup 450 jenis.
Enam diantara sepuluh suku tersebut terdapat di pulau Jawa (urutan no 1 sampai
dengan 6) yaitu: Famili atau suku:
a. Bufonidae,
b. Megophryidae (Pelobatidae),
c. Microhylidae,
d. Ranidae,
e. Rachoporidae,
f. Pipidae,
g. Bombinatoridae (Discoglossidae),
h. Lymnodinastidae, dan
i. Pelodryadidae (Hylidae), (Iskandar, 1998).
Gambar 5.8.
Tengkorak kepala contoh ordo anura, misal: Rana, sp. (A) dan tengkorak
contoh ordo urodela, misal: Salamander ambystoma (B).
(Hildebrand, 2001).
LAT IH A N
4) Mengapa tulang gelang bahu dapat digunakan sebagai salah satu ciri dalam
klasifikasi anura?
1) Untuk menjawab soal ini, Anda perlu ingat tentang arti dari kata apoda
serta ciri lain seperti bentuk tubuh dan ukuran umumnya, serta bagaimana
tentang keberadaan lendir dan ekor.
2) Pelajari kembali tentang adanya 3 macam model kehidupan amfibi dalam
daur hidupnya, sehingga sampai pada kesimpulan mengenai bagaimana
daur hidup atau siklus hidup sesungguhnya pada kelas amfibi atau lebih
tepatnya subkelas lissamphibia.
3) Struktur jantung amfibi bertugas untuk mengalirkan 2 macam darah yaitu
darah vena dan arteri. Sebagai konsekuensi morfologis dari fenomena
fisiologis ini, struktur jantung amfibi dirancang menjadi 3 ruangan (2
atrium dan 1 ventrikel).
4) Saudara pelajari kembali bahasan mengenai klasifikasi ordo anura yang
struktur gelang bahunya berbeda-beda antara lain bentuk arsiferal dan
firmisternal.
R A NG KU M AN
dalam klasifikasi yang relatif lama terdapat ordo lain yaitu: Trachystomata
yang merupakan pecahan ordo urodela (caudata) (Gain, 1962).
TES F OR M AT IF 1
4) Nama ordo apoda adalah sinonim nama ordo gymnophiona. Kedua nama itu
didasarkan atas ciri utama anggota-anggotanya seperti tersebut di bawah
ini ....
A. mempunyai ekor dan tungkai belakang
B. berjalan dengan 2 pasang tungkai
C. serupa cacing, tidak mempunyai kaki, menggali lubang/liang
D. dalam daur hidupnya terdapat bentuk larva di air dan dewasa di air
BIOL4322/MODUL 5 5.17
5) Ciri yang dapat digunakan untuk membedakan kodok genus Rana dengan
genus Bufo secara anatomis mencakup hal-hal seperti tersebut di bawah ini,
kecuali ....
A. struktur gelang panggul
B. struktur gelang bahu
C. jantung beruang tiga
D. letak gigi pada rahang
Kegiatan Belajar 2
Kelas Reptilia
K egiatan Belajar 2 ini akan membahas tentang kelas reptil dan ciri-ciri
umum maupun khusus yang dimilikinya, serta menjelaskan klasifikasi
reptil pada tingkat ordo. Sebelum membahas hewan reptil lebih jauh cobalah
perhatikan klasifikasi hewan reptil yang masih hidup (Hildebrand, 2001).
1 Kingdom/Dunia : Animalia
2 Phylum/Filum : Vertebrata
3 Class/Kelas : Reptilia
4 Subclass/subkelas :
4.1. Synapsida (†/sudah punah)
4.2. Anapsida (†)
4.3. Testudinata (masih ada sampai kini)
4.4. Diapsida (masih ada sampai kini)
Infraclass/infrakelas dari :
Diapsida
4.4.1. Lepidosauria
4.4.2. Archosauria
4.4.3. Sauropterygia (†)
4.4.4. Ichthyosauria (†)
5 Ordo/Order/Bangsa dari : 1. Ordo Squamata
Lepidosauria Kira-kira tiga ordo lainnya sudah
punah.
Ordo/Order/Bangsa dari 1. Crocodilia (masih hidup sampai
Archosauria kini)
2. Saurischia (†)
3. Ornithischia (†)
4. Pterosauria (†)
5. Thecodontia (†)
Ordo/Order/Bangsa dari : 1. Chelonia
Subkelas Testudinata
BIOL4322/MODUL 5 5.19
Menurut Hildebrand (2001) dan Manthey (1997), hanya tiga ordo hewan
reptil yang masih hidup sampai sekarang yaitu ordo:
1. Squamata,
2. Crocodilia, dan
3. Chelonia (Testudinata).
Gambar 5.9.
Beberapa reptil dari ordo ornithischia dan saurischia yang sudah punah,
urutan dari atas ke bawah, yaitu ordo ornithischia: Ceratopsia, Stegosauria,
dan ordo saurischia: Carnosauria, Sauropida
(Hildebrand, 2001)
BIOL4322/MODUL 5 5.21
Gambar 5.10.
Anapsid = tidak ada celah atau lubang antara struktur penyusun
tengkorak atas (tulang post orbital, parietal, squamosal,
qudratojugal dan jugal).
Sinapsid = posisi celah atau lubang yang menggabungkan keping-
keping tulang penyusun tengkorak atas.
Diapsid = dua celah atau lubang pada tulang temporal penyusun
tengkorak atas.
Tanda panah tidak menunjukkan suatu hubungan tertentu, hanya untuk
membedakan keberadaan dan jumlah celah atau lubang pada tulang
tengkorak atas (Hildebrand, 2001)
pernapasan itu dibantu oleh dinding kloaka dan dinding pharynx yang banyak
mengandung kapiler-kapiler darah.
Sebagai hewan darat yang hidup di lingkungan kering, kulit dirancang
mempunyai lapisan bahan tanduk yang tebal dan mengalami modifikasi menjadi
sisik-sisik epidermis. Pada buaya, dalam lapisan dermisnya terdapat lempeng-
lempeng tulang disebut sisik dermis. Dalam kulit hampir tidak dijumpai
adanya kelenjar kulit. Pada anggota ordo squamata, kulit mengalami
pengelupasan secara periodik. Pada ular pengelupasan itu terjadi sekaligus,
sedangkan pada sebangsa kadal (anggota subordo lacertilia) pengelupasan itu
terjadi sedikit demi sedikit. Pada anggota chelonia dan crocodilia tidak terjadi
pengelupasan kulit secara teratur, tetapi apabila terjadi kerusakan pada
epidermisnya akan diganti secara berangsur-angsur.
Reptil merupakan hewan tetrapoda, jadi memiliki dua pasang tungkai yang
bertipe pentadactylus (berjari lima) dan setiap jari berakhir sebagai cakar. Pada
beberapa kelompok tidak bertungkai sama sekali, misalnya beberapa famili
dalam subordo lacertilia dan subordo ophidia. Anggota lacertilia yang tidak
bertungkai, bentuk tubuhnya seperti bentuk tubuh ular tetapi masih mempunyai
gelang bahu dan gelang panggul, misal Pygopus, sp. Dari anggota ophidia yang
pada umumnya tidak bertungkai, terdapat beberapa kelompok yang masih
mempunyai kaki kecil, misalnya ular sanca (Python, sp.) yang berupa satu
pasang taji di sebelah celah kloaka. Sedangkan yang berupa struktur gelang
bahu tanpa tungkai adalah Typhlops, sp. (ular kisi).
Pada anggota reptili bentuk celah kloaka ada dua macam: transversal (pada
lacertilia dan ophidia) serta longitudinal (pada chelonia dan crocodilia). Pada
daerah mulut mulai berbentuk langit-langit sekunder yang memisahkan rongga
hidung dari rongga mulut, dan pada buaya langit-langit itu telah terbentuk
sempurna.
Hampir semua hewan reptil bergigi, kecuali kura-kura. Gigi-gigi itu melekat
pada tulang-tulang: premaxilla, maxilla, palatinum, dentarium dan coronoid.
Kedudukan gigi tersebut bervariasi menurut kelompoknya. Pada anggota
lacertilia dan ophidia kedudukan gigi itu pleurodont kecuali anggota familia
agamidae yang acrodont. Pada anggota crocodilia (buaya) kedudukannya
thecodont. Pada anggota agamidae tidak terjadi pergantian gigi setelah hewan
dewasa, tetapi pada reptil yang lain selalu terjadi pergantian secara periodik.
Semua reptil berlidah. Pada buaya dan kura-kura lidah tebal dan pendek,
melekat pada dasar mulut, tidak dapat dijulurkan, hanya dapat diangkat sedikit.
Pada anggota lacertilia perkembangan lidah itu sangat besar variasinya sehingga
BIOL4322/MODUL 5 5.23
termasuk bagian penting dalam taksonomi. Pada ular, lidah berbentuk langsing
dan ujungnya terbelah (bifida) serta dapat dijulur-julurkan. Pada anggota
lacertilia dan ophidia, lidah banyak mengandung corpusculum sensoris
sehingga dapat digunakan sebagai alat indera atau alat sensoris.
Semua jenis reptil dapat mendengar, tetapi tidak semua mempunyai telinga
luar. Buaya mempunyai telinga luar berupa lipatan kulit yang membungkus
tulang yang bersendi dengan tengkorak, dan menutup lubang telinga. Tutup ini
dapat membuka dan menutup secara otomatis. Alat ini sangat penting, terutama
pada saat buaya menyelam, agar air tidak masuk ke dalam rongga telinga. Kura-
kura dan anggota lacertilia, mempunyai gendang telinga, sedangkan ular tidak.
Pada anggota lacertilia yang tinggal dalam liang-liang tanah, gendang itu
tertutup sehingga telinga luar tidak tampak.
Semua jenis reptil mempunyai mata. Pada kelompok yang tinggal di dalam
tanah misalnya Typhlops, sp. matanya sedikit banyak tertutup oleh sisik-sisik
sehingga fungsinya sebagai alat penglihatan sangat lemah. Pada anggota
lacertilia kelopak mata ada yang dapat bergerak ada yang tidak dapat bergerak.
Kelopak mata yang tidak dapat bergerak misalnya pada tokek dan cicak. Pada
semua jenis ular kelopak mata tidak dapat bergerak, bahkan mengalami
modifikasi menjadi lapisan bening.
Perkembangbiakan reptil diawali dengan kopulasi. Pada buaya dan kura-
kura alat kelamin luar hewan jantan berupa sebuah penis yang melekat pada
dinding ventral proctodeum dan dapat ditonjolkan melalui tepi anterior celah
kloaka. Pada anggota ordo squamata alat kopulasi jumlahnya sepasang dan
disebut hemipenis, terletak di tepi kloaka dan ditonjolkan melalui tepi celah
tersebut secara bergantian. Jadi pada suatu saat hanya salah satu yang berfungsi.
Sebagian besar reptil berkembang biak dengan telur (ovipar). Telur itu menetas
karena pengaruh panas matahari. Pada beberapa jenis lacertilia dan ular tertentu
bersifat ovovivipar misalnya kadal dan ular buku. Pada embrio reptil terdapat
suatu alat tajam terletak pada ujung moncong yang dapat digunakan untuk
membantu memecahkan telur pada waktu menetas. Alat itu dinamakan gigi
telur dan akan tanggal atau lepas beberapa saat setelah penetasan.
Tengkorak reptil bersendi dengan tulang atlas melalui satu permukaan
sendi jadi bersifat monocondylus. Struktur tengkorak sangat rumit yang tersusun
atas banyak tulang. Bentuk dan jumlah tulang tersebut beragam, tergantung pada
kelompoknya.
Mandibula atau rahang bawah tersusun atas sejumlah tulang dan bersendi
dengan tengkorak bagian dorsal dengan perantaraan tulang kuadrat (os
5.24 Taksonomi Vertebrata
quadratum). Pada buaya dan kura-kura tulang kuadrat itu melekat erat pada
arcus cranialis. Pada anggota squamata tulang kuadrat itu bersendi sehingga
dapat bergerak. Hal ini memungkinkan hewan dapat menelan mangsa yang
berukuran lebih besar. Contoh yang sangat ekstrim adalah ular, pada umumnya
dapat menelan mangsa yang berukuran jauh lebih besar dari pada tubuhnya
sendiri.
KLASIFIKASI REPTILLIA
Gambar 5.11.
Tengkorak chelonia, perhatikanlah struktur tulang-tulangnya dan
merupakan anapsid tidak berlubang/bercelah, tetapi bukan termasuk
subkelas anapsida (†) tetapi dikelompokkan ke dalam subkelas testudinata
dengan ordo chelonia atau testudinata (Hildebrand, 2001)
3. Ordo: Squamata
Sesuai dengan namanya, maka semua anggota ordo ini bersisik (squama
berarti sisik) atau berperisai dari bahan tanduk. Bentuk dan susunan sisik-sisik
itu berbeda antara berbagai kelompok. Pada kelompok tertentu, seluruh
tubuhnya tertutup oleh sisik-sisik yang serupa, tetapi pada kelompok lain sisik-
sisik di daerah kepala berbeda dari pada sisik-sisik di bagian tubuh yang lain.
Pada sebagian besar ular sisi ventral tubuhnya tertutup oleh satu deret sisik
ventral yang melebar ke arah transversal. Pada golongan tokek, sisik-sisik itu
mereduksi atau berubah menjadi tuberculum dan dinamakan sisik granular.
Pada kelompok lain, sisik-sisik mengalami modifikasi menjadi spina.
Ordo squamata dibagi menjadi 2 subordo: Lacertilia (Sauria) dan Ophidia
(Serpentes). Subordo lacertilia mencakup hewan-hewan reptil yang tubuhnya
dapat dibedakan atas: kepala, leher, badan, tungkai, dan ekor. Beberapa di
antaranya ada yang tidak bertungkai, tetapi masih memiliki gelang bahu dan
atau gelang panggul dalam keadaan utuh atau telah mereduksi. Dua belahan
rahang bawah bersatu pada bagian yang disebut sutura. Pada umumnya,
kelopak mata dapat bergerak, lidah pendek dan tebal, mempunyai satu pasang
lubang telinga. Pengelupasan kulit terjadi sedikit demi sedikit. Dipandang dari
cara hidupnya, ada yang hidup arboreal, terestrial ataupun semiakuatik.
Beberapa contoh dari subordo ini ialah: Gekko gecko (tokek), Hemidactylus
frenatus (cicak ), Mabouya multifasciata (kadal). Contoh reptil ordo squamata
dari infrakelas lepidosauria (Gambar 5.12.).
Gambar 5.12.
Contoh hewan-hewan yang termasuk ordo squamata (infrakelas lepidosauria)
tuatara, ular, dan kadal (Hildebrand, 2001)
BIOL4322/MODUL 5 5.27
Subordo ophidia (serpentes), mencakup semua jenis ular, yang dibedakan dari
anggota-anggota lacertilia dengan memperhatikan beberapa ciri. Ciri-ciri itu di
antaranya meliputi: kelopak mata tidak dapat bergerak, membentuk tutup mata
yang transparan, tidak memiliki tungkai maupun lubang telinga, kedua belahan
rahang bawah dihubungkan oleh jaringan ikat yang elastis yang disebut
ligamentum, pengelupasan kulit terjadi sekaligus. Beberapa contoh ular:
Python reticulatus (ular sanca) (Gambar 5.13), Naja hannah (kobra raja),
Bungarus candictus (ular weling).
Gambar 5.13.
Kepala ular sanca Python reticulatus (De Rooij, 1917)
untuk mencegah masuknya air ke dalam rongga telinga pada waktu hewan
tersebut menyelam. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong,
dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara
otomatis, pada saat buaya menyelam. Lidah besar dan tebal, terletak pada dasar
mulut dengan seluruh sisi ventralnya, sehingga hanya dapat diangkat sedikit
dan tidak dapat dijulurkan. Pada pangkalnya terdapat lipatan otot ke arah
dorsal. Lipatan otot serupa juga terjadi pada langit-langit bagian belakang.
Kedua macam lipatan otot itu bekerja sebagai katup untuk mencegah masuknya
air ke dalam esophagus dan larynx pada waktu hewan berada di dalam air.
Adanya katup ini sangat penting mengingat mulut buaya tidak dapat menutup
rapat karena tidak mempunyai bibir, sehingga bila hewan berada dalam air
rongga mulut penuh berisi air.
Ekor buaya panjang, besar dan kuat. Bagian pangkal berbentuk balok (segi
empat) dengan crista berpasangan pada bagian dorsolateralnya. Makin ke ujung
makin pipih bilateral dengan crista tunggal pada sisi dorsal. Tungkai-
tungkainya relatif pendek, tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang,
berjari 4 dan berselaput di antara jari-jarinya. Tungkai depan berjari 5 tanpa
selaput di antaranya. Pada waktu berenang, tungkai depan dilipat ke sisi tubuh
untuk mengurangi tahanan air, sedang tungkai belakang digunakan untuk
menjaga keseimbangan dan bekerja sebagai dayung dengan menjejak air. Bila
berenang cepat, semua tungkai dilipat, sehingga seluruh gerakan dilakukan oleh
ekor.
Buaya bersifat ovipar. Hewan betina membuat sarang dengan menggali
lubang di tanah atau di pasir, kemudian telur-telur diletakkan di dalamnya.
Selanjutnya ditimbuni dengan tanah, pasir atau bahan-bahan tumbuhan, untuk
menjaga kestabilan suhu. Sarang tersebut selalu diawasi oleh induknya, dengan
datang menjenguk secara periodik. Kunjungan semakin sering pada saat
menjelang penetasan telur-telur. Embrio dilengkapi dengan gigi telur pada ujung
moncong, untuk merobek cangkang telur dari dalam pada saat anak buaya ke
luar dari telur. Beberapa contoh anggota crocodilia ialah: Crocodilus porosus
(buaya muara). Gavialus gangeticus (buaya sungai Gangga), Alligator sinensis
(buaya Cina). Contoh ordo crocodilia tampak pada Gambar 5.14.
BIOL4322/MODUL 5 5.29
Gambar 5.14.
Contoh ordo crocodolia, Alligator, sp. (Pough et. al., 2002)
LAT IH A N
1) Mengapa tengkorak reptil merupakan salah satu ciri yang penting dalam
klasifikasi?
2) Sebutkan macam-macam tipe gigi reptil!
3) Jelaskan ciri dan aspek reproduksi ordo chelonia (testudinata)
4) Tengkorak penyu bersifat anapsid. Apa maksudnya, jelaskan!
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
3) Reptil memiliki satu ciri yang menunjukkan bahwa mereka adalah hewan
darat, yaitu sisik ....
A. epidermis dari bahan tanduk
B. dermis dari bahan tanduk
C. epidermis dan sisik dermis
D. epidermis dari bahan tulang
5) Untuk membantu penetasan, embrio reptil dilengkapi dengan salah satu alat
tersebut di bawah ini, yaitu ....
A. gigi embrio
B. gigi telur
C. paruh
D. tanduk
Tes Formatif 1
1) A. Kaki belakang dan kaki depan kira-kira sama besar dan panjangnya
serta berekor.
2) C. Kurang setuju.
3) B. Mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang dan memiliki
3 pasang insang luar.
4) C. Serupa cacing, tidak mempunyai kaki, menggali lubang.
5) D. Letak gigi pada rahang.
Tes Formatif 2
1) D. Cara melipat leher dan kepalanya.
2) D. Sepanjang hidup bernapas dengan paru-paru.
3) A. Epidermis dari bahan tanduk.
4) C. Ophidia.
5) B. Gigi telur.
6) D. Anapsid.
5.34 Taksonomi Vertebrata
Daftar Pustaka
Dickerson, M.C. (1969). The Frog Book. New York: Dover Publications Inc.
Goin, C.J. and O.B. Goin. (1962). Introduction to Herpetology. San Francisco:
W.H. Freeman And Company.
Hickman, C.P. and L.S. Roberts 2000. Biology of Animals, 8Th Edition.
Dubuque, Iowa: W.C.Brown Publishers.
Iskandar, D. T. (1998). Seri panduan lapangan Amphibi Jawa dan Bali. Bogor:
Puslitbang Biologi LIPI. GEF Biodiversity collection project.
Pratomo Hurip, Armein S., Lula N. (2003). Pola dan kemampuan Makan Rana
limnocharis dan Rana cancrivora di Persawahan Jawa Barat Sebagai
Predator Hama Padi (Laporan Penelitian dasar perguruan tinggi). Jakarta:
Dikti Depdiknas RI.
Pough F.H., Christine M.J. and John B.H. (2002). Vertebrate life. 6Th editon.
New Jersey: Prentice Hall.
BIOL4322/MODUL 5 5.35
PE N DA H UL U AN
M odul ke-6 membahas hal-hal yang berkaitan dengan aves (burung) dan
hewan mamalia. Pembahasan itu mencakup ciri-ciri umum burung
maupun mamalia dan juga ciri-ciri khusus setiap kelompok, klasifikasi burung
dan mamalia, dan ciri-ciri takson yang terbentuk dari klasifikasi burung dan
mamalia.
Burung dan mamalia adalah vertebrata yang paling dikenal oleh manusia,
sebagian karena banyak spesies berukuran besar dan aktif di siang hari, selain
itu burung dan mamalia mendiami hampir seluruh wilayah daratan di bumi.
Keberhasilan burung dan mamalia pada banyak habitat berkaitan dengan
sifatnya yang endotermi (berdarah panas) yang memungkinkan untuk
melakukan aktivitas di malam hari dan pada saat cuaca dingin. Pada kondisi
yang sama, hewan darat ektotermi (berdarah dingin) tidak mampu mengatur
suhu badannya sehingga hewan-hewan tersebut tidak aktif.
Jumlah spesies burung yang telah dikenal oleh manusia lebih dari 8000
spesies. Setiap tahun ditemukan satu spesies baru, sehingga diperkirakan
terdapat 100 jenis burung yang belum dikenal. Mereka hidup di tempat-tempat
yang sukar dijamah manusia, misal habitat burung tertentu hidupnya di hutan
belantara, di puncak-puncak gunung yang tinggi, di padang pasir, dan di pulau-
pulau terpencil di tengah samudra.
Sebagian besar pengetahuan manusia tentang burung didasarkan atas
temuan fosil. Kendalanya, bagian-bagian tubuh burung yang berfosilisasi tidak
begitu banyak, sebab bagian-bagian tubuh burung pada umumnya mudah rusak
sehingga berserakan dan tidak terfosilisasi sempurna. Meskipun demikian,
hampir 1.700 spesies burung diidentifikasi dari sisa-sisa bagian tubuhnya yang
memfosil. Dari jumlah tersebut 800 spesies merupakan burung yang masih ada
saat ini, sisanya burung-burung pada zaman Pliosin, dua belas juta tahun yang
lalu.
6.2 Taksonomi Vertebrata
Kegiatan Belajar 1
Kelas Aves
A. CIRI-CIRI BURUNG
Burung memiliki variasi pada beberapa hal, contohnya paruh dan kaki yang
berbeda-beda berdasarkan jenis makanan dan cara bergerak, morfologi saluran
usus terkait dengan kebiasaan makan, dan bentuk sayap yang merefleksikan
karakteristik terbangnya. Walaupun memiliki banyak perbedaan, morfologi
burung lebih seragam daripada mamalia. Keseragaman ini banyak dipengaruhi
oleh spesialisasi burung untuk terbang.
bahwa semua jenis burung dapat terbang, adapun kelompok ratitae yang
kehilangan kemampuan untuk terbang disebabkan mereka tidak perlu terbang
untuk menghindari musuh atau mencari makan di tempat lain. Akibatnya terjadi
penyusutan atau kehilangan otot-otot terbang maupun lunas pada tulang
dadanya. Sementara burung penguin yang tidak terbang tetap memiliki lunas
pada tulang dadanya, karena burung penguin mempunyai kebiasaan berenang
dalam air dengan menggunakan sayap yang berbentuk seperti dayung. Burung-
burung ratitae kehilangan kemampuan terbang sejak zaman dahulu (tertiair),
sedangkan burung kelompok carinatae yang tidak pandai terbang seperti
sribombok, itik dan lain-lain kehilangan kemampuan terbang terjadi pada masa
sekarang. Burung-burung tersebut hanya mengalami penyusutan lunas tulang
dada, tidak hilang sama sekali. Hilangnya lunas tulang dada pada ratitae, tidak
ada kaitannya dengan hubungan kekerabatan di antara mereka, karena masing-
masing berkembang di daerahnya sendiri.
Karakteristik beberapa organ burung menurunkan bobot badan. Contohnya,
burung tidak mempunyai kantung kemih, dan sebagian besar spesies hanya
mempunyai satu ovarium (bagian kiri). Gonad jantan dan betina biasanya kecil,
mengalami hipertrofi selama musim kawin dan mengecil kembali ketika musim
kawin berakhir. Bagian penghasil daya juga penting terhadap kemampuan
terbang burung. Otot-otot pectoral pada berbagai jenis burung yang kuat terbang
mencapai 20% dari total bobot tubuh. Keluaran daya per unit bobot pectoralis
mayor pada sejenis merpati selama terbang diperkirakan 10 sampai 20 kali
sebagian besar otot mamalia. Burung mempunyai jantung besar dan aliran darah
yang tinggi. Paru-paru burung kompleks dan mampu memanfaatkan aliran
silang udara dan darah untuk memaksimalkan pertukaran gas, dan membuang
panas yang dihasilkan aktivitas otot level tinggi selama terbang. Otak burung
sama besarnya dengan otak rodentia, otak depan dan cerebelum tumbuh
sempurna. Burung sangat mengandalkan informasi visual, lobus opticus besar.
Indera penciuman tidak berkembang baik pada sebagian besar burung, lobus
olfactorius (berfungsi dalam pendengaran) juga kecil.
B. KLASIFIKASI BURUNG
pada kelompok tersebut umumnya tidak bergigi, tetapi ada sekelompok kecil
yang bergigi terutama yang sudah punah. Tulang pergelangan tungkai depan
bersatu dengan tulang penyusun ujung telapak membentuk bangunan yang
disebut carpometacarpus. Tidak terdapat akar pada jari-jari sayap. Tulang dada
berkembang baik dan pada umumnya dilengkapi dengan lunas atau carina.
Jumlah ruas ekor 13 atau kurang. Subkelas ini mencakup 3 superordo:
Odontognathae, Palaeognathae, dan Neognathae. Odontognathae mencakup
burung-burung zaman Kreta yang sekarang telah punah. Burung-burung dalam
kelompok tersebut masih bergigi tetapi gigi-gigi itu terdapat pada alur. Salah
satu contohnya adalah Ichthyornis.
1. Superordo: Palaeognathae
Superordo: Palaeognathae mencakup
burung-burung yang tidak terbang, tetapi
merupakan pelari cepat. Sayap mereduksi
atau menghilang sama sekali. Tulang dada
tanpa lunas, rahang tanpa gigi. Superodo
ini mencakup tujuh ordo:
Struthioniiformes, Casuariiformes,
Aepyornithiformes, Dinornithiformes,
Apterygiformes, Rheiformes, dan
Tinamiformes. Dalam modul ini akan
dibahas tiga ordo yang sudah cukup
dikenal dalam kehidupan sehari-hari. Gambar 6.1.
Ordo: Struthioniiformes, mencakup Struthio camelus
burung-burung besar yang tidak dapat terbang, kepala, leher, dan tungkai
berbulu tipis. Kepala relatif kecil, paruh pendek, leher panjang, dan lentur. Pada
tarsus hanya terdapat dua jari, yaitu Struthio camelus (burung unta) (Gambar
6.1), hidup di Afrika dan Timur Tengah. Sekarang dibudidayakan di mana-mana
misalnya di beberapa negara Afrika, Australia, dan Indonesia.
Ordo: Casuariiformes, mencakup burung-burung berukuran besar, kepala
berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal. Sayap mereduksi, tarsus berjari tiga
yang tiap jari berakhir sebagai cakar. Contohnya anggota kelompok ini adalah
burung kasuari (Gambar 6.2.)
BIOL4322/MODUL 6 6.9
(a) (b)
Gambar 6.2.
(a) Casuarius casuarius, (b) Casuarius benneti
2. Superordo: Neognathae
Anggota superordo neognathae merupakan kelompok burung maju, tubuh
kecil dan dapat terbang. Bulu-bulu tersusun dengan mekanisme saling mengunci
(interlocking mechanism). Sayap berkembang baik, tulang dada dengan lunas
yang berkembang baik. Tulang ekor beruas 5 atau 6, dengan pygostylus.
Superordo ini mencakup tidak kurang dari 23 ordo. Dalam modul ini dibahas
sejumlah ordo yang anggota-anggotanya relatif dikenal dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam modul ini diuraikan beberapa contoh burung beserta gambarnya.
Ordo: Sphenisciformes, termasuk burung air tidak terbang tetapi
mempunyai carina yang berkembang baik. Perkembangan carina sesuai dengan
perkembangan otot-otot terbang (otot dada besar dan otot dada kecil). Hal ini
disebabkan burung tersebut mempunyai kebiasaan terbang dalam air. Ciri
6.10 Taksonomi Vertebrata
morfologi antara lain bulu-bulu kecil seperti sisik-sisik menutup seluruh tubuh.
Sayap berbentuk seperti dayung untuk berenang. Kaki berjari-jari 4 menghadap
ke depan dan berselaput. Tulang-tulang sangat pipih. Contohnya adalah
Aptenodytes (burung penguin; Gambar 6.4.)
Gambar 6.4
(a) Aptenodytes fosteri, (b) Aptenodytes patagonicus
(a) (b)
Gambar 6.7.
(a) Ardea herodias, (b) Phoenicopterus ruber
Gambar 6.8.
(a) Anser anser, (b) Anser albifirons, (c) Anser indicus
(a) (b)
Gambar 6.9.
(a) Milvus sp dan (b) Milvus migrans
(a)
(b)
Gambar 6.10.
(a) Gallus gallus dan ( b) Pavo cristata (♂ dan ♀)
(a) (b)
Gambar 6.11.
(a) Columba livia dan (b) Geopelia striata
(a) (b)
Gambar 6.13.
(a) Psittacula krameri dan (b) Psittacula alexandri
(a) (b)
Gambar 6.14.
(a) Bubo bubo, (b) Bubo virginianus
6.16 Taksonomi Vertebrata
Gambar 6.15.
Collocalia, sp.
Gambar 6.16.
Melanerpes carolinus
BIOL4322/MODUL 6 6.17
Gambar 6.17.
(a) Orinulus chinensis, (b) Passer domesticus, (c) Passer montanus.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
Burung memiliki perbedaan pada paruh dan kaki sesuai jenis makanan
dan cara bergerak, morfologi saluran pencernaan terkait dengan kebiasaan
makan, dan bentuk sayap yang merefleksikan karakteristik terbangnya. Ciri
morfologi lain relatif seragam disesuaikan dengan kemampuan terbang
burung. Aspek morfologi yang mendukung kemampuan burung di
antaranya bentuk anatomis bulu yang merupakan ciri utama dari burung,
adanya sayap dengan otot-otot penggeraknya yang merupakan modifikasi
kaki depan, pneumatisasi pada tulang, konsentrasi bobot burung pada
bagian kaki belakangnya, sistem pernafasan yang khas dan jantung yang
besar.
Berdasarkan atas kemampuan terbangnya, burung dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu ratitae yang anggota-anggotanya tidak dapat terbang
karena alat-alat terbangnya tidak memadai. Kelompok kedua adalah
carinatae yang mencakup burung-burung yang mampu terbang. Lebih
lanjut masing-masing kelompok itu dibagi ke dalam tidak kurang dari 30
ordo. Perbedaan antarordo pada burung relatif kecil dibandingkan
vertebrata yang lain.
TES F OR M AT IF 1
2) Suatu ciri yang sangat spesifik bagi burung kiwi adalah ....
A. lubang hidung di ujung paruh
B. paruhnya langsing
C. tidak berekor
D. lubang hidung di pangkal paruh
BIOL4322/MODUL 6 6.19
4) Burung pelikan disebut burung air atas dasar salah satu ciri tersebut di
bawah ini ....
A. mempunyai kantong leher
B. tarsus pendek
C. ujung paruh berkait
D. jari-jarinya berselaput
5) Pada burung hantu dan burung elang terdapat beberapa persamaan seperti
tersebut di bawah ini, tetapi ada perbedaannya antara lain, yaitu ....
A. paruhnya berkait, tajam dan runcing
B. cakarnya tajam dan melengkung
C. pemakan daging
D. kedudukan matanya
Kegiatan Belajar 2
Kelas Mamalia
A. CIRI-CIRI MAMALIA
aortae kiri. Kondisi ini hampir sama dengan burung, tetapi pada burung tidak
mempunyai arcus aortae kiri melainkan arcus aortae kanan. Berbeda dengan
vertebrata lain, sel darah merah (eritrosit) mamalia tidak bernukleus. Mamalia
dari kelompok monotremata tetap mempunyai satu sinus venosus kecil yang
terpisah, sedangkan kelompok theria menggabungkan struktur ini ke atrium
kanan sebagai nodus sinoatrial yang bertindak sebagai pengatur irama jantung.
Mamalia mempunyai paru-paru yang besar dan berlobus-lobus dengan
penampakan seperti sponge karena adanya sistem percabangan bronchiole. Pada
setiap paru-paru berakhir di suatu lapisan berdinding tipis yang menjadi tempat
pertukaran gas yang disebut alveoli. Diafragma membantu tulang rusuk dalam
menghirup nafas, dan membagi rongga pleuropertitoneum menjadi dua, yaitu
rongga peritoneum yang menyelimuti organ-organ dalam dan sepasang rongga
pleural yang menyelimuti paru-paru.
Sistem urogenital pada mamalia tergolong spesifik. Semua mamalia
mempunyai kantung kemih dan mengekskresikan urin yang relatif encer. Fungsi
ginjal mamalia juga berbeda dari vertebrata yang lain. Mamalia tidak
mempunyai sistem porta renalis seperti yang dimiliki vertebrata lain. Sistem ini
menyuplai darah vena ke ginjal sebagai tambahan suplai darah oleh arteri
renalis. Mamalia juga mempunyai bagian tubuli ginjal yang disebut lingkar
Henle, berkaitan dengan kemampuan ginjal mengekskresikan urin dengan
konsentrasi garam lebih tinggi daripada cairan tubuh.
Pada sebagian besar vertebrata sistem urin, reproduksi, dan pencernaan
mencapai dunia luar melalui satu lubang umum yang disebut kloaka. Pada
mamalia kelompok theria, kloaka digantikan oleh lubang terpisah untuk
urogenital dan pencernaan. Pada sebagian besar spesies testes diletakkan dalam
scrotum di luar tubuh. Penis digunakan untuk urinasi dan keluarnya sperma,
saluran yang keluar dari testes dan kantung kemih menyatu dalam uretra.
Sebagian besar betina menyatukan uretra dan vagina ke dalam satu sinus
urogenitalis menuju bagian luar, sedangkan primata dan beberapa rodentia
mempunyai bukaan terpisah untuk sistem urin dan sistem genital.
Betina seluruh spesies mamalia bersifat vivipar (melahirkan anak). Sel telur
yang sudah dibuahi di bagian anterior oviduct akan memasuki uterus,
selanjutnya berkembang terus di uterus sampai anak siap dilahirkan. Kelompok
monotremata cara reproduksinya berbeda. Ovarium lebih besar daripada
ovarium kelompok theria, dan monotremata mensuplai embrio dengan sejumlah
besar yolk. Ukuran telur monotremata lebih kecil dibandingkan reptil dan
burung dengan ukuran tubuh yang sama. Jumlah yolk tidak cukup untuk
BIOL4322/MODUL 6 6.23
B. KLASIFIKASI MAMALIA
1. Infrakelas: Prototheria
Kelas mamalia dibagi menjadi 2 subkelas: Prototheria dan Theria.
Subkelas prototheria hanya mencakup satu ordo, yaitu: Monotremata. Ciri-ciri
mamalia yang termasuk anggota subkelas adalah: tidak memiliki daun telinga,
hewan muda bergigi, hewan dewasa berparuh, berkloaka, glandula mammae
tanpa puting, gelang bahu memiliki coracoid yang besar dan interclavicula,
gelang panggul memiliki tulang epipubic yang memanjang dari pelvis, rusuk
hanya memiliki satu kepala tanpa tuberculum, terdapat rusuk-rusuk leher, testis
di dalam abdomen, berkembang biak dengan ovipar. Contoh: echidna hidung
pendek (Tachyglosus aculeatus) yang terdapat di Papua dan Australia, echidna
hidung panjang (Zaglossus bruijni) di Papua Nugini, Ornithorhynchus anatinus
(Sosor bebek atau platypus) (Gambar 6.18).
6.24 Taksonomi Vertebrata
(a) (b)
(c)
Gambar 6.18.
(a) Tachyglossus aculeatus, (b) Zaglossus Bruijni, (c) Ornithorhynchus
anatinus
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 6.19.
(a) Didelphis virginiana (b) Phascolarctos cinerues, (c) Notoryctes typhlops,
(d). Macropus, sp.
2. Infrakelas: Eutheria
Infrakelas: Eutheria mencakup 16 ordo. Ciri-ciri umum mamalia anggota
infrakelas eutheria ini adalah: tanpa marsupium, glandula mammae berkembang
baik, tanpa tulang epipubis, rusuk berkepala dua, tanpa kloaka, testis dalam
scrotum, vagina tunggal, dan bersifat viviporus.
6.26 Taksonomi Vertebrata
a. Ordo: Insectivora
Mencakup mamalia kecil yang
berambut halus, moncong umumnya
panjang dan pipih. Kaki berjari lima
masing-masing dengan cakar, ibu jari
tidak opposable (ujungnya tidak dapat
disentuhkan dengan ujung jari-jari lain).
Gigi-gigi tajam dan runcing. Rumus
gigi: I 3/3, C 1/1, P 4/4, M 3/3. Jadi, Gambar 6.20.
Tenrec educatus
jumlah gigi seluruhnya adalah 2 22 =
44. Contoh: adalah tenrec (Tenrec
educatus) (Gambar 6.20).
b. Ordo: Dermoptera
Ada yang menyebutkan kelompok ini
sebagai lemur terbang. Tetapi sebutan itu
sebenarnya kurang tepat, karena tidak benar-
benar terbang, hanya sekedar meluncur dari
satu tempat ke tempat lain dengan
menggunakan lipatan kulit yang membentang
pada bagian samping tubuhnya, yang seakan-
akan bertindak sebagai sayapnya (derm
artinya kulit, pteron artinya sayap). Contoh
adalah lemur terbang (Cynochepalus volans)
(Gambar 6.21). Gambar 6.21.
Cynochepalus volans
c. Ordo: Chiroptera
Merupakan mamalia yang benar-benar dapat terbang. Hal ini disebabkan
karena tungkai depan mengalami modifikasi menjadi sayap. Jari ke-2 dan ke-5
sangat panjang dan dapat membentangkan lipatan kulit tipis yang disebut sayap
itu. Tungkai belakang agak lemah berjari-jari 5, berakar tajam dan melengkung.
Mata kecil dan daya penglihatannya lemah. Daun telinga lebar, gigi-gigi tajam
dengan rumus gigi: 2/3, 1/1, 3/3, 3/3. Oleh karena dapat terbang, tulang dada
bercarina sebagai tempat untuk melekatnya otot-otot terbang.
Ordo ini dibagi menjadi 2 subordo, yaitu: Microchiroptera dan
Megachiroptera. Microchiptera mencakup kelelawar kecil, pemakan serangga,
moncong pendek, dan umumnya berdaun hidung. Pada sayap hanya ibu jari
yang bercakar. Ekor (bila ada) berlekatan dengan sayap. Gigi geraham dengan
BIOL4322/MODUL 6 6.27
corona gigi yang dilengkapi dengan alur-alur transversal. Aktif di waktu malam.
Pada siang hari beristirahat pada percabangan kayu atau batu-batu dengan cara
menggantungkan diri terbalik (kepala di bawah). Contoh Megaderma (Gambar
6.22).
Gambar 6.22.
(a) Megaderma lyra (b) Megaderma spasma
(a) (b)
Gambar 6.23.
(a) Pteropus giganticus dan (b) Pteropus vampyrus
6.28 Taksonomi Vertebrata
d. Ordo: Primata
Anggota-anggota ordo ini tubuhnya tertutup rambut-rambut yang tersebar
merata, dan pada umumnya bersifat arboreal (tinggal di pepohonan). Tangan
dan kaki sedikit banyak prehensil (dapat digunakan untuk berpegangan). Jumlah
jari tiap kaki dan atau tangan lima buah yang masing-masing dilengkapi dengan
kuku pada ujungnya. Ibu jari tangan maupun ibu jari kaki pendek dan bersifat
opposable terhadap jari-jari lain (ujung ibu jari dapat disentuhkan dengan ujung
jari-jari yang lain). Cara berjalannya plantigrad, orbita menghadap ke depan dan
dikelilingi oleh cincin tulang. Memiliki clavicula, testis terdapat dalam scrotum,
penis menggantung. Mempunyai satu pasang mammae di daerah dada, otak
pada umumnya berukuran besar dan mengalami convulasi dengan baik. Bentuk
placenta discoidal (bulat) atau metadiscoidal.
Ordo ini mencakup tiga subordo: Lemuroidea, Tarsioidea, dan
Anthropoidea. Subordo lemuroidea memiliki anggota-anggota yang benar-
benar arboreal dan nokturnal. Moncong memanjang, ekor panjang tetapi tidak
prehensil. Tungkai depan lebih pendek dari pada tungkai belakang. Jari ke-2
pada tungkai depan maupun tungkai belakang bercakar, jari-jari yang lain
berkuku. Orbita bagian belakang tidak dikelilingi cincin tulang tetapi membuka
ke arah tulang fossa temporalis. Terdapat mammae di daerah dada. Contoh
subordo ini ialah Lemur catta (lemur ekor gelang) dan Nycticebus coucang
(kukang) (Gambar 6.24).
(a) (b)
Gambar 6.24.
(a) Lemur catta, (b) Nycticebus coucang
BIOL4322/MODUL 6 6.29
Gambar 6.26.
(a) Pongo pygmaeus, (b) Gorilla gorilla, (c) Macaca mulata
e. Ordo: Pholidota
Anggota-anggota ordo ini tubuhnya tertutup sisik-sisik dari bahan tanduk
yang tersusun tumpang tindih. Rambut-rambut terletak di antara sisik-sisik
6.30 Taksonomi Vertebrata
tersebut. Moncong memanjang, mulut tanpa gigi sama sekali, lidah panjang,
lekat, dan dapat dijulurkan. Tanpa daun telinga. Tungkai pendek, masing-
masing berjari 5. Tungkai depan dilengkapi jari-jari yang bercakar kuat dan
benar. Contoh Manis javanicus (Trenggiling) (Gambar 6.27).
Gambar 6.27.
Manis javanicus
f. Ordo: Lagomorpha
Mencakup mamalia berukuran kecil sampai
sedang. Pada rahang atas terdapat 2 pasang gigi seri
yang tersusun tumpang tindih, deretan gigi seri depan
lebih besar dari pada deretan belakang. Tanpa taring,
sehingga ruangan itu disebut diastema. Testis terdapat
dalam scrotum (buah zakar) yang terletak di luar
abdomen. Ekor pendek, telapak kaki berambut, dan
jari-jari bercakar. Contoh Lepus timidus (kelinci)
(Gambar 6.28.)
Gambar 6.28.
Lepus timidus
g. Ordo: Rodentia
Pada umumnya anggota ordo ini merupakan mamalia kecil. Tungkai depan
dengan lima jari yang bercakar. Gigi seri satu pasang pada rahang atas,
berbentuk seperti pahat, tanpa akar gigi tetapi tumbuh terus, dan dilapisi email
pada bagian anterior ujungnya. Tidak mempunyai taring, testis abdominal, tidak
turun ke dalam scrotum. Contoh ialah tikus (Rattus), hamster (Rhodopus), dan
landak (Hystrix) (Gambar 6.30).
BIOL4322/MODUL 6 6.31
Gambar 6.29.
(a) Rattus rattus (b) Rhodopus sungorus (c) Rattus norvegicus
(d) Hystrix cristata (e) Hystrix africaeaustralis
h. Ordo: Cetacea
Mencakup hewan mamalia yang hidup akuatik, dalam kehidupan sehari-hari
disebut ikan paus. Ukuran tubuh sedang sampai sangat besar, dengan bentuk
tubuh seperti kumparan seperti halnya ikan pada umumnya. Rambut-rambut
tidak tersebar merata pada seluruh permukaan tubuh, melainkan terbatas di
daerah moncong, berupa rambut-rambut kaku seperti kumis kucing. Kepala
panjang seringkali bentuknya meruncing, tanpa leher. Mata sangat kecil,
sedangkan lubang hidung terdapat pada sisi dorsal kepala, lubang telinga sangat
kecil. Tungkai depan berubah menjadi bangunan seperti dayung, jari-jari
terbungkus dalam cakar. Tungkai belakang tidak ada sama sekali. Ekor panjang,
ujungnya berbelah menjadi dua bangunan transversal, dan bertakik pada linea
mediana. Sirip dorsal yang berdaging pada umumnya terdapat pada setiap jenis.
Baik sirip ekor maupun sirip dorsal tidak disokong oleh elemen-elemen tulang
(bandingkan dengan sirip ikan pada umumnya). Di bawah kulit terdapat
timbunan lemak yang dapat digunakan untuk menjaga suhu tubuhnya, karena
hewan tersebut hidup di daerah dingin. Tulang-tulang tengkorak memiliki
struktur seperti spons dan mengandung lemak. Testis abdominal. Contoh
Balaenoptera (ikan paus) dan Orcaella (ikan pesut) (Gambar 6.30)
6.32 Taksonomi Vertebrata
(a) (b)
Gambar 6.30
(a) Balaenoptera acutirostorata (b) Orcaella brevistoris
i. Ordo: Carnivora
Mencakup mamalia buas yang berukuran kecil sampai besar. Ada yang
bersifat akuatik, arboreal, dan terestrial. Pada umumnya gigi-giginya dengan
tepi yang tajam, taring sangat berkembang, gigi-gigi seri kecil dan jumlahnya
selalu tiga buah pada setiap belahan rahang. Jari-jari kakinya tidak kurang dari
empat dan semua jari memiliki cakar yang kuat dan tajam. Clavicula tidak
sempurna atau tiada. Mammae abdominal. Ordo ini dibagi menjadi 2 subordo
yaitu: Fissipedia dan Pinnipedia.
Subordo: Fissipedia, mencakup karnivora yang selalu memiliki gigi seri 6
buah pada tiap rahang, meskipun pada beberapa kelompok gigi-gigi itu tidak
berkembang baik. Taring sangat besar dan kuat, premolar pada rahang bawah
dikenal sebagai gigi carnassial, dan dua molar terakhir adalah gigi penghancur.
Rahang bawah memiliki tonjolan coronoid dan condylus memanjang
transversal. Clavicula kecil dan kadang-kadang sangat menyusut atau tidak ada
sama sekali. Jari-jari kebanyakan lima, atau tidak kurang dari empat. Semua jari
terpisah satu sama lain, dan memiliki cakar. Beberapa contoh anggota subordo
ini ialah Panthera leo (singa), Panthera tigris (harimau), Hyaena (anjing liar),
dan Helarctos malayanus (beruang) (Gambar 6.31.
(a) (b)
Gambar 6.31
(a) Hyaena hyaena (b) Panthera leo
BIOL4322/MODUL 6 6.33
Gambar 6.32.
(a) Otario jubata (b) Odobenus rosmarus
j. Ordo: Proboscidea
Mencakup mamalia yang paling besar, dan merupakan mamalia darat yang
mengalami spesialisasi. Kulit tebal, rambut jarang-jarang, memiliki belalai yang
panjang, (merupakan pemanjangan hidung dan bibir atas), lubang hidung
terdapat di ujungnya. Mata kecil, telinga lebar. Tungkai besar berbentuk seperti
tiang, kaki berjari-jari lima. Gigi seri rahang atas bermodifikasi menjadi gading.
Tidak bertaring, molar bersifat lophodont (permukaan dorsal gigi mempunyai
crista-crista melintang). Rumus gigi: I 1/0, C 0/0, P 3/3, M 3/3.
Testis abdominal, mammae 2 buah di daerah dada. Dua contoh anggota
ordo ini ialah: Elephas indicus (gajah Asia) dan Loxodonta africana (gajah
Afrika) (Gambar 6.33).
6.34 Taksonomi Vertebrata
(a) (b)
Gambar 6.33.
(a) Elephas indicus, (b) Loxodonta africana
k. Ordo: Sirenia
Mencakup mamalia air yang sering disebut lembu laut. Tubuhnya
berbentuk bulat lonjong atau kumparan tanpa tungkai belakang. Tungkai depan
berbentuk bangunan seperti dayung. Ekor pipih dorso-ventral dengan lembaran
ekor bilateral. Lubang hidung pada sisi dorsal moncong. Testis abdominal,
mammae di daerah dada. Contoh ordo ini ialah Helicore dugong (ikan duyung)
(Gambar 6.34).
Gambar 6.34.
Helicore dugong
l. Ordo: Perissodactyla
Mencakup mamalia berteracak dengan ukuran tubuh besar. Jari tengah
tungkai-tungkainya tumbuh lebih besar dan berfungsi untuk menopang sebagian
besar berat tubuhnya. Gigi bersifat lophodont. Vertebrata dorsolumbalis
berjumlah 23. Beberapa contoh anggota ordo ini adalah Tapirus indicus (tapir
Asia), Rhinoceros sondaicus (badak Jawa) (Gambar 6.35), dan Equus (kuda).
BIOL4322/MODUL 6 6.35
Gambar 6.35.
(a) Tapirus indicus, (b) Rhinoceros sondaicus
m. Ordo: Artiodactyla
Anggota ordo ini meliputi mamalia terestrial dan semiakuatik. Jumlah jari
pada kakinya empat dengan ukuran yang tidak sama, dua jari lebih kecil dari
pada dua jari yang lain. Gigi-gigi selenodont atau bunodont. Jumlah vertebrae
dorso-lumbalis 19. Mammae dua buah sampai banyak, letaknya inguinal (pada
lipat paha) atau abdominal (di daerah abdomen). Beberapa contohnya: unta
(Camellus dromedarius), babi (Sus scrofa), dan banteng (Bos javanicus)
(Gambar 6.36).
Gambar 6.36.
(a) Sus scrofa, (b) Camellus dromedarius ,(c) Bos javanicus
6.36 Taksonomi Vertebrata
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
2) Badak jawa termasuk salah satu ordo tersebut di bawah ini ....
A. cetacea
B. perissodactyla
C. lagomorpha
D. chiroptera
Tes Formatif 1
1) C. Bentuk paruh dan kaki.
2) A. Lubang hidung di ujung paruh.
3) C. Pandai menyelam dan terbang di dalam air.
4) D. Jari-jarinya berselaput.
5) D. Kedudukan matanya.
Tes Formatif 2
1) C. Kelenjar mammae.
2) B. Perissodactyla.
3) D. Monotremata.
4) A. Sirenia.
5) C. Manis javanicus.
6.40 Taksonomi Vertebrata
Daftar Pustaka
King, BF dan Dickinson EC. (1975). A Field Guide to The Birds of South East
Asia. Collins, London.
Pough H, Janis CM, Heiser JB. (2002). Vertebrate Life. Sixth edition. New
Jersey: Prentice Hall.
Pendidikan Terakhir:
1. (1997) Master of Sains (M.Si.) Program Pasca Sarjana IPB Program
Studi Biologi, sub Zoologi.
2. (2007) - sekarang sedang menjalani pendidikan S3 di Program Studi
Biologi Reproduksi IPB.
Pengalaman:
1. “Reforestation an alternative solution for global warming”, di Majalah
Komunika 12(1), forum Iptek, tahun 1995.
2. “Hewan vertebrata”, di Majalah Komunika 12(1). Forum Iptek, tahun
1995.
3. “Beberapa aspek biologi Anoa”, di Majalah Komunika 13(1), forum
Iptek, tahun 1996.
4. “Oligochaeta, beberapa manfaat cacing tanah untuk dunia pertanian dan
kesehatan”, di Majalah Komunika 13(2), forum Iptek, tahun 1996.
5. “Klasifikasi kelas aves”, di Majalah Komunika 16(3), forum Iptek, tahun
1998.
6. “Stres, indikatornya pada manusia dan hewan”, di Majalah Komunika
16(2), forum Iptek, 1998.
6.42