Edisi Kesatu
Cetakan pertama, Maret 1994 Cetakan kesepuluh, November 2012
Cetakan kedua, April 1999 Cetakan kesebelas, Januari 2013
Cetakan ketiga, Januari 2008 Cetakan kedua belas, Juni 2014
Cetakan ketujuh, November 2009 Cetakan ketiga belas, September 2014
Cetakan kedelapan, April 2010
025.8
MAR MARTOATMODJO, Karmidi
m Materi pokok pelestarian bahan pustaka; 1– 9; PUST2137/
3 sks/ Karmidi Martoatmodjo. -- Cet.13; Ed.1 --.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2014.
338 hal; ill.; 21 cm
ISBN: 979-602-447-0
I. Judul
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Sejarah Bahan Pustaka dan Cara Perawatannya ................................. 1.15
Latihan …………………………………………............................... 1.20
Rangkuman ………………………………….................................... 1.22
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 1.23
Kegiatan Belajar 3:
Sejarah Bahan Pustaka (Lanjutan) ..................................................... 1.25
Latihan …………………………………………............................... 1.33
Rangkuman ………………………………….................................... 1.35
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 1.35
Kegiatan Belajar 2:
Macam Perusak Bahan Pustaka (Lanjutan) ........................................ 2.12
Latihan …………………………………………............................... 2.16
Rangkuman ………………………………….................................... 2.18
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 2.19
Kegiatan Belajar 3:
Perbaikan Bahan Pustaka dan Restorasi ............................................ 2.22
Latihan …………………………………………............................... 2.27
Rangkuman ………………………………….................................... 2.28
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 2.29
Kegiatan Belajar 2:
Mencegah Kerusakan Bahan Pustaka (Lanjutan) .............................. 3.12
Latihan …………………………………………............................... 3.23
Rangkuman ………………………………….................................... 3.25
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 3.25
Kegiatan Belajar 2:
Menghilangkan Keasaman pada Kertas (Deasidifikasi) .................... 4.12
Latihan …………………………………………............................... 4.14
Rangkuman ………………………………….................................... 4.16
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 4.17
Kegiatan Belajar 3:
Laminasi dan Enkapsulasi ................................................................. 4.19
Latihan …………………………………………............................... 4.22
Rangkuman ………………………………….................................... 4.23
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 4.24
Kegiatan Belajar 2:
Menyiapkan Penjilidan dan Jenis-jenis Penjilidan ............................. 5.20
Latihan …………………………………………............................... 5.26
Rangkuman ………………………………….................................... 5.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 5.28
Kegiatan Belajar 2:
Slide .................................................................................................. 6.10
Latihan …………………………………………............................... 6.15
Rangkuman ………………………………….................................... 6.17
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 6.17
Kegiatan Belajar 3:
Fotokopi dan Tinta ............................................................................. 6.20
Latihan …………………………………………............................... 6.25
Rangkuman ………………………………….................................... 6.27
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 6.27
Kegiatan Belajar 2:
CD-ROM (Compact Disk-Read Only Memory)................................ 7.15
Latihan …………………………………………............................... 7.24
Rangkuman ………………………………….................................... 7.27
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 7.27
Kegiatan Belajar 2:
Keadaan Pelestarian di USA ............................................................ 8.11
Latihan …………………………………………............................... 8.22
Rangkuman ………………………………….................................... 8.24
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 8.24
Kegiatan Belajar 3:
Keadaan Pelestarian di Puerto Rico (Amerika Latin) ....................... 8.27
Latihan …………………………………………............................... 8.32
Rangkuman ………………………………….................................... 8.34
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 8.34
Kegiatan Belajar 2:
Lembaga Riset dan Pendidikan Teknisi/Profesional ......................... 9.15
Latihan …………………………………………............................... 9.26
Rangkuman ………………………………….................................... 9.28
Tes Formatif 2 ……………………………..…….............................. 9.28
viii
Kegiatan Belajar 3:
Rencana Pembentukan Bagian Pelestarian untuk Perpustakaan ....... 9.31
Latihan …………………………………………............................... 9.42
Rangkuman ………………………………….................................... 9.44
Tes Formatif 3 ……………………………..…….............................. 9.45
PE NDA HULUA N
B ahan pustaka merupakan salah satu unsur penting dalam sebuah sistem
perpustakaan selain ruangan atau gedung, peralatan atau perabot, tenaga
dan anggaran. Unsur-unsur tersebut satu sama lain saling berkaitan dan saling
mendukung untuk terselenggaranya layanan perpustakaan yang baik.
Bahan pustaka yang antara lain berupa buku, terbitan berkala (surat
kabar dan majalah), serta bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide,
dan sebagainya harus dilestarikan mengingat nilainya yang mahal.
Di Indonesia, usaha perawatan dokumen tertulis masih kurang mendapat
perhatian, padahal usaha ini seharusnya dilaksanakan lebih cermat mengingat
iklim tropis yang tidak menguntungkan pada kelestarian koleksi.
Dalam usaha perawatan bahan pustaka, ada istilah-istilah baku yang
biasa digunakan pada lingkungan perpustakaan, yaitu pelestarian,
pengawetan, dan perbaikan.
Pelestarian (preservation) menurut definisi yang diberikan oleh
International Federation of Library Association (IFLA), mencakup semua
aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenagaan, metode dan
teknik, serta penyimpanannya.
Definisi pengawetan (conservation) oleh IFLA dibatasi pada
kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan pustaka dan arsip
untuk kelestarian koleksi tersebut.
Perbaikan (restoration) menurut definisi yang diberikan IFLA menunjuk
pada pertimbangan dan cara yang digunakan untuk memperbaiki bahan
pustaka dan arsip yang rusak.
Sudarsono (1989: 2), menerangkan bahwa pengawetan (conservation)
dibatasi pada kebijaksanaan dan cara khusus dalam melindungi bahan
pustaka dan arsip untuk kelestarian koleksi tersebut. Perbaikan (restoration)
1.2 Pelestarian Bahan Pustaka
Ketiga golongan besar jenis bahan pustaka tersebut, berasal dari bahan
yang berjenis-jenis pula. Pada jenis buku saja misalnya, menggunakan kertas
yang berjenis-jenis ukuran maupun bahannya.
Terbitan berkala juga berasal dari jenis yang berbeda-beda dengan
bentuk dan ukuran yang juga beraneka ragam. Jenis bahan non-buku lebih
beragam lagi. Bisa dari kertas, film, benda asli (realia) model, tiruan dan
sebagainya. Karena bahan dasarnya yang berbeda dan bentuk serta ukurannya
juga berbeda, maka hal ini dapat menambah tingkat kesulitan dalam
menyelenggarakan pelestarian, pengawetan dan perbaikan bahan pustaka.
Pustakawan yang hidup sehari-harinya selalu dengan bahan pustaka
harus mengetahui masalah pelestarian bahan tersebut. Jika dibandingkan
dengan ahli arsip atau petugas museum, pustakawan masih jauh ketinggalan
dalam meminati masalah pelestarian. Karena itu orang yang bekerja pada
perpustakaan harus dapat mengambil pengalaman mereka dan bekerja sama
dengan mereka sehingga dalam dunia perpustakaan ada pustakawan yang
tertarik untuk menekuni bidang ini, mengingat nilai ekonomi yang bisa
diperoleh dari kegiatan pelestarian bahan pustaka ini cukup tinggi.
PUST2137/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
A. PENGANTAR PELESTARIAN
Bidang pelestarian bahan pustaka adalah bidang yang masih baru dalam
dunia perpustakaan. Kesadaran akan pentingnya pelestarian ini baru dimulai
sejak tahun 1966, yaitu pada saat ada banjir di Florence, Italia yang merusak
koleksi perpustakaan nasional Italia serta benda-benda seni yang lain.
Usaha untuk mengeringkan, membersihkan, memperbaiki dokumen yang
rusak akibat banjir tersebut memerlukan dana dan kepandaian yang luar biasa
besarnya. Kejadian ini ternyata menggugah hati para pustakawan tentang
perlunya mempelajari bidang pelestarian bahan pustaka ini secara sungguh-
sungguh.
Lembaga yang telah lama mengupayakan "pelestarian" ini adalah
museum, arsip, dan kolektor seni. Bagaimana merawat lukisan-lukisan karya
Van Gogh, Rembrant, De Gas, misalnya, merupakan pekerjaan yang tidak
mudah. Dua buah lembaga yang bergerak dalam bidang tersebut ialah:
1. The International Institute for Conservation of Historic and Artistic
Works (IIC) yang didirikan pada tahun 1950.
2. The American Institute for Conservation of Historic and Artistic Works
(AIC), didirikan pada tahun 1960.
C. FUNGSI PELESTARIAN
D. UNSUR-UNSUR PELESTARIAN
LA TIHA N
10) Pelestarian memiliki fungsi kesabaran, sebab agar bisa merawat bahan
pustaka dengan baik seseorang harus sabar.
"YA" "TIDAK"
1) A
2) B
PUST2137/MODUL 1 1.11
3) C
4) B
5) A
6) YA
7) TIDAK
8) YA
9) TIDAK
10) YA
RA NG K UMA N
Bahan pustaka adalah salah satu unsur penting dalam sebuah sistem
perpustakaan, sehingga harus dilestarikan mengingat nilainya yang
mahal. Bahan pustaka di sini berupa terbitan buku, berkala (surat kabar
dan majalah), dan bahan audiovisual seperti audio kaset, video, slide,
dan sebagainya.
Pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian
dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang
terkandung di dalamnya.
Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang
kita kerjakan tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang
mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa
menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan.
Tujuan pelestarian bahan pustaka dapat antara lain: (a)
menyelamatkan nilai informasi dokumen, (b) menyelamatkan fisik
dokumen, (c) mengatasi kendala kekurangan ruang, (d) mempercepat
perolehan informasi.
Pelestarian bahan pustaka memiliki beberapa fungsi untuk
melindungi, pengawetan, kesehatan, pendidikan, kesabaran, sosial,
ekonomi, keindahan.
Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian
bahan pustaka adalah manajemen, tenaga yang merawat bahan pustaka,
laboratorium, dana.
1.12 Pelestarian Bahan Pustaka
TE S F O RMA TIF 1
5) Kalau jumlah bahan pustaka yang berupa laporan, disertasi dan skripsi
yang masuk di perpustakaan sudah melebihi kapasitas ruang yang
dimiliki oleh perpustakaan, maka diadakan ….
A. laminasi
B. alih bentuk
PUST2137/MODUL 1 1.13
C. restorasi
D. kliping
8) Alat baca micro film yang disebut micro reader bisa digunakan untuk
berbagai jenis micro film.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
Semua bahan di atas bisa digolongkan sebagai bahan pustaka, walau ada
beberapa yang sudah tidak digunakan lagi sebagai alat perekam seperti, tablet
tanah liat, gading, tulang, batu, parchment dan vellum. Barang-barang itu kini
lebih banyak disimpan di museum atau di arsip, daripada di perpustakaan,
1.16 Pelestarian Bahan Pustaka
tetapi ada baiknya jika kita mengetahui sifat-sifat bahan tersebut, sehingga
bisa membandingkannya dengan koleksi pada perpustakaan yang masih
lazim dimiliki. Pembicaraan paling banyak akan ditekankan kepada kertas,
sebab bahan pustaka umumnya dibuat dari kertas. Bagaimana kertas dibuat,
sifat-sifat kertas, kelemahan kertas dan keunggulannya sebagai medium
untuk perekam informasi.
1. Tanah Liat
Tanah liat merupakan medium perekam informasi yang paling sederhana
dan paling tua digunakan. Waktu masih basah dan lembek tanah liat bisa
ditulis atau diukir dengan mudah sesudah itu dibakar atau dipanaskan dengan
sinar matahari. Tanah liat yang sudah dibakar hampir tak bisa rusak, baik
oleh pengaruh air, api maupun perubahan temperatur. Tanah liat bisa tahan
lama karena mengandung mineral yang disebut kaolin (alumina, silika, dan
air). Dalam jumlah kecil, juga mengandung besi, semen, magnesium, soda
dan potasium. Sejak zaman Assyria tanah liat sudah digunakan sebagai media
tulis. Dibentuk bulat pipih seperti tablet kemudian ditulis dengan jarum atau
benda keras runcing sewaktu masih lunak. Perpustakaan Alexandria di Mesir
terkenal dengan koleksi "tablet tanah liat"-nya.
2. Papyrus
Bahan untuk menulis ini dibuat dari inti batang papyrus (bandingkan
dengan batang jagung yang memiliki inti di dalamnya). Untuk membuat
kertas papyrus ini bangsa Mesir memotong batang papyrus sepanjang 40 cm.
Kemudian dibuka diambil intinya. Inti ini disayat tipis-tipis, kemudian
dijajarkan satu dengan yang lain sedikit tumpang tindih untuk membentuk
lembaran. Lalu dilumuri lem dan dihimpit sampai lemnya kering. Kemudian
PUST2137/MODUL 1 1.17
digosok dengan gading atau tulang. Ada beberapa tingkat kualitas papyrus,
tergantung dari bagian batangnya yang dipakai, serta keahlian pembuatnya.
Papyrus ditulis dengan tinta karbon dan tinta iron oxide merah. Papyrus
adalah hasil karya laminasi dengan lem, jadi bukan kertas, karena itu sifatnya
juga lain. Kita bisa melihat papyrus ini di British Library, London.
4. Daun Tal
Tal adalah sejenis pohon palem yang tumbuh di tepi laut. Daunnya tebal
dan kuat, sehingga tidak rusak kalau ditulis. Orang Jawa mengatakan ron tal
artinya daun tal, yang kemudian menjadi lontar. Banyak naskah Jawa ditulis
pada daun tal yang disebut lontar. Daun tal dipotong sepanjang kira-kira 45
cm diraut bagian tepinya,sewaktu masih basah ditulis dengan jarum.
Tulisan bekas jarum tadi diisi dengan jelaga yang dicampur dengan
minyak kelapa, kemudian dibersihkan, sehingga goresan atau tulisan tadi
dapat terbaca dengan baik. Bagian pinggirnya diberi lubang tempat benang
atau tali menggabungkan tal yang satu dengan yang lain, sehingga tersusun
rapi seperti buku. Tulisan atau peninggalan lontar ini banyak terdapat di Bali.
5. Kayu
Sebelum ditemukan kertas, di negeri Cina, kayu digunakan sebagai
bahan tulis menulis nomor dua sesudah sutera. Menurut Chaucer, buku yang
terbuat dari tablet kayu masih dipakai di Inggris hingga abad ke-14. Batang,
cabang, dan akar kayu digunakan sebagai alat tulis ini. Kayu bukan bahan
1.18 Pelestarian Bahan Pustaka
yang permanen, tetapi bisa tahan lama. Ulat kayu atau rayap sering
menyerang kayu ini, terutama jika tempatnya lembab. Agar lebih awet dan
tak diserang rayap, maka perlu diawetkan dengan bahan kimia.
6. Gading
Gading juga digunakan manusia sebagai tempat untuk menulis yang
baik. Sifatnya keras, tetapi mudah diukir atau ditulisi. Sayangnya tinta atau
cat tidak bisa menempel dengan baik pada gading, sehingga tulisan mudah
rusak atau terhapus. Gading ini adalah taring gajah, bisa juga taring dari
binatang yang lain yang bisa ditulis. Bahan ini hampir tak bisa rusak.
7. Tulang
Tulang lebih keras daripada gading, tetapi baik sekali dipakai sebagai
karya seni, ukiran, atau tulisan yang menarik. Zat perekat yang terdapat pada
tulang bisa digunakan untuk membuat lem. Sayang lem dari tulang ini tidak
baik untuk mengelem buku, sebab mengundang binatang kecil. Tulang terdiri
atas collagen dan garam-garam inorganik seperti calcium dan magnesium.
Tulang bisa diukir, ditulisi, atau dicat. Bahan dari tulang ini sangat awet,
tidak mudah terpengaruh oleh kelembaban, kekeringan, atau air.
8. Batu
Batu terbuat dari pasir bercampur dengan semen, silica, iron oxide, dan
carbonate. Yang paling tahan lama ialah yang banyak mengandung silica,
sedangkan yang mudah diukir atau ditulisi adalah yang banyak mengandung
iron oxide dan carbonate. Batu lebih keras daripada tanah liat. Sayangnya
batu mengisap air, sehingga mudah rusak, lain sekali dengan tanah liat yang
sudah dibakar. Jenis-jenis batu ialah batu semen, batu pualam yang juga
disebut marmer, dan batu granit. Yang paling mudah diukir ialah batu semen,
batu pualam cukup keras, sedangkan yang paling keras ialah batu granit. Batu
tahan dari pengaruh zat kimia, tetapi mudah rusak karena perubahan
temperatur.
9. Logam
Logam adalah alat tulis yang bisa tahan lama. Jenisnya ada kuningan,
tembaga, perunggu, dan timah. Benda-benda ini digunakan manusia sebagai
PUST2137/MODUL 1 1.19
12. Kulit
Digunakan untuk sampul buku sampai abad ke-19. Selama lebih dari
2.000 tahun orang sudah mengenal cara memproses kulit. Pemrosesan kulit
1.20 Pelestarian Bahan Pustaka
ini disebut "samak." Mula-mula kulit direndam dalam air kapur, kemudian
bulu binatangnya digosok hingga bersih. Lalu dimasukkan ke dalam tempat
perendaman dengan kulit pohon oak. Zat kimia dari kulit kayu tersebut
masuk ke pori-pori kulit dan bercampur dengan protein menjadi molekul-
molekul yang kuat sekali yang disebut leather. Perubahan kulit menjadi
leather, meningkatkan mutunya, lebih tahan air, awet dipakai dan lebih
lentur.
LA TIHA N
1) Zat penyamak kulit yang paling bagus adalah kulit pohon ....
A. oak
B. mahoni
C. angsana
D. jati
6) Pada abad ke-17 orang Eropa dan Amerika masih menggunakan "kulit
kayu" untuk keperluan surat menyurat.
"YA" "TIDAK"
10) Batu lebih kuat daripada tanah liat, karena itu tidak mudah rusak walau
terkena air.
"YA" "TIDAK"
1) A
2) B
3) C
4) B
5) A
6) YA
7) TIDAK
8) TIDAK
9) YA
10) TIDAK
RA NG K UMA N
Bahan pustaka terdiri atas berbagai jenis dan bermacam sifat yang
dimilikinya. Dari sejarahnya, manusia menggunakan berbagai medium
untuk merekam hasil karya mereka. Bahan yang digunakan sesuai
dengan pengetahuan manusia serta teknologi pada zamannya.
Bahan yang dikenal sebagai medium perekam hasil budaya manusia
adalah: (1) tanah liat, (2) papirus, (3) kulit kayu, (4) daun tal atau lontar,
(5) kayu, (6) gading, (7) tulang, (8) batu, (9) logam (metal), (10) kulit
binatang, (11) pergamen (parchmental) dan vellum, (12) leather (kulit),
(13) kertas, (14) papan, (15) film, (16) pita magnetik, (17) disket,
(18) video disc, dan lain-lain. Semua bahan di atas bisa digolongkan
sebagai bahan pustaka.
PUST2137/MODUL 1 1.23
TE S F O RMA TIF 2
1) Macam dan sifat bahan pustaka ternyata sangat beragam dan berbeda-
beda. Yang nantinya akan banyak dibicarakan dalam modul ini ialah ….
A. kulit
B. kertas
C. film
D. tulang
4) Tanah liat yang sudah dibakar bisa tahan lama, sebab mengandung ….
A. besi
B. kaolin
C. potasium
D. magnesium
9) Kalau dilihat dari cara membuatnya, pergamen sama saja dengan vellum.
"YA" "TIDAK"
10) "Leather" adalah hasil persenyawaan antara protein yang terdapat pada
kulit dengan zat kimia dari kayu penyamak.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 3
A. ZAMAN KERTAS
Koleksi terbesar perpustakaan dewasa ini terbuat dari kertas. Pada zaman
dahulu perpustakaan Alexandria memiliki koleksi dari tanah liat, yang
disebut tablet tanah liat, sedangkan di masa mendatang mungkin isi sebuah
perpustakaan berupa kumpulan disket. Seperti kita ketahui kemajuan
teknologi komputer memungkinkan demikian.
1. Sejarah Kertas
Kata kertas berasal dari bahasa Prancis papier dari bahasa Latin papyros.
Menurut Encyclopedia Britannica volume 17, (1961:229), kertas ialah nama
yang umum dikenal sebagai benda yang dipergunakan untuk menulis dan
membungkus.
Menurut definisi SII 0658-82 kertas adalah lembaran yang terbuat dari
serat selulosa yang telah mengalami pengerjaan penggilingan, ditambah
beberapa bahan tambahan yang saling menjalin, yang umumnya mempunyai
berat lebih ringan dari 165 gr/m.
Kertas merupakan lembaran tipis buatan pabrik dengan bahan baku serat.
Menurut Kunha, kertas bisa dibuat dari berbagai serat yaitu:
a. serat binatang seperti wol, bulu, rambut, sutera;
b. serat bahan mineral misalnya asbes;
c. serat sintetis misalnya rayon, nilon, kaca, dan sebagainya;
d. serat keramik, baja dan barang tambang lainnya;
e. serat tumbuh-tumbuhan misalnya kapas, kayu, merang, dan sebagainya.
Sel-sel serat kayu kaya akan selulosa, yang merupakan bahan paling
penting dalam pembuatan kertas. Kekuatan kertas tergantung dari kekuatan
serat bahan dasarnya. Kekuatan tarik menariknya tergantung dari
selulosanya. Sayangnya selulosa bisa rusak oleh oksidasi asam, sinar
matahari atau sinar lampu listrik.
1.26 Pelestarian Bahan Pustaka
Kertas untuk surat kabar dibuat dari kayu dan cepat rusak karena dalam
beberapa bulan sudah akan mulai rusak. Kertas untuk buku dari berbagai
kualitas, dibuat dari kayu dan bahan kimia yang murah. Biasanya untuk
mencetak buku ajar atau lainnya yang tidak begitu panjang usianya. Kertas
teks dimaksudkan untuk buku mahal berkualitas tinggi, brosur, pamflet dan
sebagainya. Warnanya menarik, bagus untuk keperluan cetak offset. Kertas
bungkus seperti kertas teks, tetapi lebih berat, diperuntukkan untuk sampul
brosur dengan warna yang menarik. Kertas bond umumnya digunakan untuk
surat menyurat, kalau di perpustakaan kita jumpai sebagai kertas tik untuk
manuskrip, terbuat dari kain atau dicampur kayu 25% dan kuat serta tahan
lama. Kertas offset sama saja dengan kertas untuk buku tetapi lebih banyak
size-nya, agar bisa menahan kelembaban pada cetak offset.
Pada perkembangan berikutnya diperlukan kertas yang lebih tebal untuk
kulit buku, maka dibuatlah karton dan karton manila yang lebih tipis untuk
sampul buku saku. Sampul buku dari karton lebih murah daripada kulit. Di
samping itu, produksi buku yang semakin banyak tidak mungkin seluruh
sampulnya menggunakan kulit.
tindakan apa yang mesti diambil agar bahan tersebut lestari, awet dan besar
manfaatnya bagi pengunjung perpustakaan.
1. Rekaman Suara
Ada beberapa macam rekaman suara, misalnya:
a. Piringan hitam, bahannya dari ebonit, saat ini ada yang dari plastik.
Piringan hitam yang terbuat dari ebonit, mudah meleleh jika kena panas
matahari yang terus-menerus masuk ke perpustakaan. Kalau piringan
hitam ditempatkan tegak, bisa melengkung, akibatnya tidak bisa diputar
secara normal, dan bahkan bisa rusak. Kalau ditumpuk, piringan yang
ditempatkan di bawah bisa rusak, karena tekanan berat. Karena itu
piringan hitam harus ditempatkan pada sampul karton yang cukup kuat,
biasanya dibuat oleh pabriknya. Tempatkan piringan hitam di tempat
yang sejuk, tidak terlalu berdempetan satu sama lain, bebas dari sinar
matahari. Piringan hitam mudah sekali rusak karena debu atau goresan.
Alurnya tak urut lagi, kadang-kadang berputar terus-menerus pada jalur
yang sama, sehingga menyuarakan suara yang sama berulang-ulang.
Untuk menjaga kemungkinan hilangnya sumber informasi yang dibuat
dari piringan hitam, ada baiknya dibuatkan kopi pada kaset, sehingga
kalau piringan hitam aslinya rusak, suaranya masih bisa diperoleh dari
kaset.
Jarum piringan hitam merupakan hal yang rawan, yang menuntut
pustakawan untuk berhati-hati dalam mengoperasikannya. Jarum yang
semakin aus, atau patah dapat merusakkan piringan. Perhatikan
kecepatan yang sesuai untuk setiap piringan hitam, misalnya 33 rpm, 45
rpm atau 75 rpm. Jika diputar dengan kecepatan yang tidak sesuai, suara
yang ditimbulkannya akan rusak atau aneh. Memegang piringan hitam
harus di pinggir, jangan memegang alur atau bidangnya. Sentuhan
tangan yang berminyak, akan menimbulkan jamur yang bisa menutup
alur suara pada piringan atau kerusakan lain.
2. Video
Pita magnetik ternyata bisa merekam gambar dan ini disebut video. Yang
perlu diperhatikan dalam koleksi video adalah kebersihan ruangan, jangan
sampai kaset video kena debu. Di samping itu masalah kelembaban dijaga
agar tidak lebih dari 50% nisbi, sebab lebih dari 50% bisa menimbulkan
jamur. Temperatur udara perlu juga diperhatikan agar tidak terlalu panas,
sebab akan merusak koleksi. Perangkat keras yang berupa video player, yaitu
alat untuk memainkan video juga harus dijaga, agar headnya tidak kotor.
Kalau kotor, gambar yang muncul hanya berupa garis-garis saja. Agar
gambar dapat tampil kembali dengan jelas perlu dibersihkan dengan kaset
cleaner. Supaya video player tidak cepat kotor, maka perlu memiliki
rewinder yaitu alat untuk memutar kembali video yang habis dipakai,
sehingga video player tidak kotor dan tetap awet. Kita harus mengetahui pula
jenis kamera yang digunakan. Yang penting bagi pustakawan ialah harus bisa
mengoperasikan video player maupun kamera perekamnya, kecepatan yang
diperlukan, jenis videonya, VHS, Betamax, Umatic, dan sebagainya, baterai
penggeraknya, kabel penyertanya serta listrik yang dipakai.
3. Komputer
Barang elektronik seperti komputer, disket yang digunakan juga harus
dipahami oleh pustakawan. Kemajuan teknologi komputer yang demikian
pesat memang sukar untuk diikuti, tetapi kita harus berusaha untuk tidak
terlalu ketinggalan. Jika perpustakaan memiliki banyak komputer dan disket
berisi berbagai informasi, kita harus bisa menangani kesulitan yang mungkin
timbul. Bisa menghilangkan virus yang mengganggu, bisa menjalankan
berbagai program'komputer seperti WS4, WSS, WS2000, Lotus 123; DBS3,
CDS ISIS dan berbagai program lainnya. Kalau sebuah disket kena crasses
oleh debu, virus atau jamur, harus dicari penyebabnya. Disket yang tak
terbaca karena kotor, bisa "dicuci", kemudian dimasukkan ke dalam tempat
pembersih disket. Lalu di-copy pada disket baru. Data tersebut umumnya bisa
diselamatkan. Sekarang ini di perpustakaan muncul produk baru yang disebut
CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory). Produk ini bisa dibaca
dengan personal komputer. CD-ROM memiliki kapasitas simpan yang sangat
besar, berkisar antara 300 sampai 500 buku. Jadi merupakan sebuah
1.32 Pelestarian Bahan Pustaka
4. Mikrofilm
Digunakan untuk melestarikan kandungan informasi pada bahan
pustaka. Bahan mikrofilm yang baik berupa selulosa asetat (selulosa diasetat,
selulosa triasetat) maupun ester campuran. Mikrofilm karena untuk disimpan
dalam jangka lama, maka proses pemantapan (fixation) di pencucian
(washing) harus dilakukan dengan sempurna, agar terbebas dari garam perak
dan hypo. Sisa-sisa tersebut dalam waktu tertentu akan mempengaruhi
kestabilan mikrofilm.
6. Bahan Arsip
Bahan ini meliputi notulen rapat dan bahan-bahan arsip suatu lembaga.
7. Manuscript
Manuscript adalah bentuk tulisan tangan asli, misalnya buku catatan dan
surat menyurat. Informasi ini tidak untuk diterbitkan karena manuskrip
terbuat dari bahan sejenis buku, maka cara menanganinya seperti buku.
PUST2137/MODUL 1 1.33
LA TIHA N
4) Kertas yang paling kuat ialah kertas yang terbuat dari serat ….
A. logam
B. keramik
C. kapas
D. tulang
6) Selulosa mudah rusak oleh oksidasi asam, sinar matahari, tetapi tidak
rusak oleh sinar lampu listrik.
"YA" "TIDAK"
1.34 Pelestarian Bahan Pustaka
7) Bahan kertas yang paling mudah dan lazim digunakan ialah kayu.
"YA" "TIDAK"
9) Pabrik kertas di benua Amerika yang pertama, dibuat oleh Dart Hunter
pada tahun 1690.
"YA" "TIDAK"
10) Orang Spanyol lebih dulu mengenal kertas daripada orang Korea sebab
kebudayaan Islam berkembang baik di Spanyol.
"YA" "TIDAK"
1) A
2) C
3) B
4) C
5) B
6) TIDAK
7) YA
8) YA
9) TIDAK
10) TIDAK
PUST2137/MODUL 1 1.35
RA NG K UMA N
TE S F O RMA T IF 3
9) Informasi yang disimpan pada pita magnet bisa rusak kalau didekatkan
dengan magnet.
"YA" "TIDAK"
10) Manuscript ialah tulisan tangan asli, buku catatan surat menyurat kepada
sahabat atau rekan seprofesi. Karena itu harus dialih bentuk.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 1 1.37
Daftar Pustaka
PE NDA HUL UA N
Kegiatan Belajar 1
1. Faktor Biologi
Bahan pustaka terdiri atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan
sumber makanan bagi makhluk hidup seperti jamur, serangga, binatang
pengerat, dan lain-lain. Makhluk tersebut dapat hidup dengan kondisi
lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat
penyimpanan bahan pustaka lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan
banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak berat.
a. Binatang pengerat
Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas.
Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut. (1) Tikus hitam,
(2) tikus cokelat atau tikus rumah, (3) tikus kelabu atau tikus sawah,
(4) tikus kesturi, dan (5) tikus putih.
Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air
kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing
dapat menyebarkan penyakit Leptospira, sejenis penyakit kuning. Isolasi
listrik yang terdapat di dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan
tikus rumah. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat
sarangnya di bawah fondasi bangunan. Untuk mengatasi serangan tikus itu
perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk melindungi
serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus bersih dan kering. Lubang-
lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung
sudah terserang tikus, pembasmian tikus dapat dilakukan dengan bahan
kimiawi atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi
tikus banyak diproduksi orang.
b. Serangga
Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik
di negara tropik. Makanan yang digemarinya ialah lem atau perekat yang
terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga terdiri atas beberapa
fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong, dan dewasa. Kerusakan yang
terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang
lembab, gelap, sirkulasi udara kurang, merupakan tempat yang ideal bagi
serangga. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut.
(a) Rayap, (b) kecoa, (c) ikan perak, (d) kutu buku, (e) ngengat, dan
(f) kumbang bubuk.
PUST2137/MODUL 2 2.5
1) Rayap
Sebutan lain untuk rayap ialah semut putih, walaupun sebetulnya rayap
itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. Makanan utama rayap
adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap mampu
memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap
sangat terkenal dengan organisasinya yang rapi. Selain itu rayap juga
bersifat, kanibalistik, suka makan kawan-kawannya yang mati.
Berdasarkan tempat tinggalnya, rayap dapat digolongkan menjadi dua
golongan, yaitu rayap bumi dan rayap kayu.
2) Kecoa
Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang
panjang. Jenisnya bermacam-macam. Jenis-jenis kecoa yang dikenal
ialah sebagai berikut:
a) Kecoa Timur (Blatta orientalis)
b) Kecoa Amerika (Periplaneta americana)
c) Kecoa Jerman (Blatta germanica)
d) Kecoa Australia (Periplaneta astralia)
Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, lepra, kolera, tifus,
dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat
merusak keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-
tempat yang gelap, di sudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan
kegemarannya ialah sisa-sisa makanan, makanan yang busuk, serangga-
serangga yang mati, kanji, perekat, sampul buku serta kain pada
punggung buku.
3) Ikan perak (Silver fish)
Ikan perak mempunyai banyak nama, antara lain silver moth, sugar fish,
slicker, fish moth, dan sugar lousy. Serangga ini berbadan ramping, tidak
bersayap, dan berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif di malam hari.
Telurnya diletakkan di tempat-tempat yang gelap. Setelah dua minggu
apabila kondisi lingkungan mendukung, maka telur akan menetas.
Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di belakang
buku-buku, rak-rak, dan lemari, Makanan yang menjadi sasaran
utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang
paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku,
gambar, dan lain-lain. Serangga ini diperkirakan mempunyai seratus
jenis yang tersebar di seluruh dunia. Jenis-jenis ikan perak yang dikenal
2.6 Pelestarian Bahan Pustaka
c. Jamur
Jamur (fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk
memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit)
ataupun dari benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora,
dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok
maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang
ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai
kelembaban tinggi.
Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang
bisa dibuat soup dan kita makan, tetapi jenis jamur beracun yang lazim bisa
kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda-benda yang lain. Jamur jenis ini
PUST2137/MODUL 2 2.7
akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu,
serta tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur
di atas 21oC.
Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti
asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas
menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat
yang ada pada kertas sehingga mengurangi daya rekatnya dan merusak tinta
yang mengakibatkan tulisan tidak terbaca.
Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka
lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka. Kita bisa lihat
misalnya, mula-mula kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah
menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu menjadi hitam. Pada tingkat
demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan.
Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna
putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi.
LA TIHA N
3) Manusia juga merupakan perusak bahan pustaka yang hebat. Dari ketiga
orang ini yang memiliki peluang untuk merusak bahan pustaka yang
paling hebat ialah ….
A. pembaca perpustakaan
B. petugas perpustakaan
C. pedagang buku
D. pedagang makanan
4) Di antara hewan di bawah ini yang paling suka memakan lem ialah ….
A. rayap
B. tikus
C. kecoa
D. silver fish
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
10) Bagian buku yang dimakan oleh kutu buku adalah lem atau perekatnya.
"YA" "TIDAK"
RA NG K UMA N
fisika, dan faktor kimia. Selain itu faktor lain yang dapat menyebabkan
kerusakan bahan pustaka adalah faktor alam, seperti banjir, gempa bumi,
atau api serta manusia.
TE S F O RMA TIF 1
4) Dari berbagai macam perusak bahan pustaka ini, yang paling berbahaya
ialah ….
A. kecoa
B. rayap
C. manusia
D. banjir
5) Jenis perusak bahan pustaka yang ditulis oleh Aristoteles pada tahun 335
Sebelum Masehi ialah ….
A. kutu buku
B. ikan perak
C. kecoa jerman
D. jamur
PUST2137/MODUL 2 2.11
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
6) Selain makan lem, kotoran dan kencing, kecoa tidak begitu berbahaya.
"YA" "TIDAK"
10) Berdasarkan tempat bermukimnya kita kenal rayap buku dan rayap kayu.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
1. Faktor Fisika
a. Debu
Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui
pintu, jendela, atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat
pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat
keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di
samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang
bercampur dengan air lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu
dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan
memiliki daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah
bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk
menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu,
perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu
membersihkan ruang perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk
bahan pustaka adalah vacuum cleaner.
c. Cahaya
Kertas yang kepanasan akan berubah warna menjadi kuning dan rapuh
akhirnya rusak. Hindarilah sinar ultra violet (sinar matahari) yang masuk
langsung ke perpustakaan. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar
ultra adalah memudarnya tulisan, sampul buku, dan bahan cetak. Selain itu
kertas juga akan menjadi rapuh.
Proses kerusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen
dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning
kecokelatan dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun.
Tidak hanya buku, bahan audiovisual lainnya seperti piringan hitam,
kaset audio maupun video akan rusak jika kepanasan. Demikian pula disket
komputer.
Untuk menghindarinya hendaknya diusahakan kain gorden sehingga
panas atau sinar yang masuk ke perpustakaan bisa diatur. Sinar alami cukup
2.14 Pelestarian Bahan Pustaka
bagus, tetapi tidak bisa dikontrol dengan mudah. Karena itu di negara maju,
penerangan perpustakaan menggantungkan pada sinar listrik karena mudah
dikontrol.
Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan. Jika
tidak, ruang rak tersebut gelap. Hal ini juga bisa menghemat listrik, tetapi AC
selalu dihidupkan, sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisa
terkontrol terus.
2. Faktor Kimia
Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas
yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada
kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah
gugusan karbonat dan karboksil bertambah dan diikuti dengan, memudarnya
warna kertas.
Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H20). Reaksi
hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa
sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya kekuatan kertas berkurang
dan kertas menjadi rapuh.
Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas
karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu
sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan
mencampur asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat
atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Selain itu,
sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang
mudah menyerap gas-gas seperti Sulfur dioksida (SO2), Nitrogen dioksida
(NO2), Karbon diokdsida (CO2), dan gas lain seperti ozon.
3. Faktor-faktor Lain
a. Manusia
Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa
menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada
kerusakan buku terjadi karena ulah manusia. Misalnya, pembaca di
perpustakaan secara sengaja merobek bagian-bagian tertentu dari sebuah
buku, misalnya diambil gambar atau tabel-tabel statistiknya.
Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja,
membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku ke belakang.
PUST2137/MODUL 2 2.15
b. Bencana alam
Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan
kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang
2.16 Pelestarian Bahan Pustaka
LA TIHA N
3) Yang termasuk kekuatan alam yang dapat merusak bahan pustaka yang
paling hebat ialah ….
A. gempa bumi
B. banjir
C. angin taufan
D. hujan
PUST2137/MODUL 2 2.17
6) Debu yang demikian kecil dan ringan dapat masuk ke dalam bahan
pustaka, tentu tidak akan terjadi reaksi kimia.
“YA” "TIDAK"
7) Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh api lebih bisa ditolong
dari pada air.
"YA" "TIDAK"
10) Jamur akan timbul pada buku jika keadaan buku kotor, berdebu, dan
lembab.
"YA" "TIDAK"
2.18 Pelestarian Bahan Pustaka
1) C
2) B
3) B
4) A
5) B
6) TIDAK bisa terjadi reaksi
7) TIDAK, kerusakan bahan pustaka oleh air
8) YA, sebab pada temperatur yang rendah jamur tak dapat hidup
9) TIDAK, justru sebaliknya .
10) YA, sudah dijelaskan dalam teks
RA NG K UMA N
Selain manusia dan hewan, debu, jamur, zat kimia dan alam semesta
juga bisa merusak bahan pustaka. Agar bahan pustaka tidak lekas rusak,
setiap pustakawan harus mengetahui cara-cara merawat bahan pustaka.
Karena itu, setiap pustakawan hendaknya mengetahui cara menyusun
kembali dan mengangkut buku untuk dikembalikan ke rak, cara
mengontrol buku yang dikembalikan oleh pembaca apakah pembaca
merusakkan buku atau tidak. Mencegah masuknya binatang mengerat
dan serangga ke perpustakaan juga merupakan hal penting yang harus
diketahui seorang pustakawan. Begitu pula cara menghindari debu
masuk ke perpustakaan, cara mengontrol suhu, dan kelembaban ruangan.
Tempatkan kapur barus dan akar “loro setu” di antara buku-buku
agar serangga segan menghampirinya. Yang paling baik ialah
menyediakan ruangan khusus untuk perbaikan bahan pustaka dengan
petugasnya sekaligus, sehingga kalau diperlukan perbaikan bahan
PUST2137/MODUL 2 2.19
TE S F O RMA TIF 2
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
10) Kelembaban kertas berbahaya karena bahan pustaka bisa terserang jamur.
“YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 2 2.21
Kegiatan Belajar 3
1. Menambal kertas
Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku, dari halaman depan
sampai belakang. Kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas,
sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula
terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai. Karena sering dipakai, bahan
pustaka menjadi tipis pada bagian lipatan. Kerusakan tersebut dapat
diperbaiki dengan menambalnya. Ada dua jenis penambalan bahan pustaka
yang selama ini dikenal, yaitu penambalan karena kertas berlubang dan
penambalan karena kertas robek memanjang.
Kertas yang berlubang disebabkan oleh larva kutu buku. Jika tidak
terlalu parah, dapat ditutup dengan bubur kertas tanpa mengganggu isi buku.
Rendam kertas yang baik dan bersih dengan air suling pada pH 5,5 sampai
8,5. Kemudian diblender sampai menjadi bubur kertas yang halus. Kertas
yang akan ditambal diletakkan di atas kertas penyerap. Tutup lubang
secukupnya, ratakan, olesi lem kanji, tutup dengan kertas penyerap,
kemudian dipres dan keringkan. Setelah kering lubang kertas sudah tertutup.
Penambalan kertas yang robek memanjang dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu: penambalan dengan kertas Jepang (sejenis kertas untuk
laminasi), dan penambalan dengan kertas tisu (heat tissue paper).
Menambal dengan kertas Jepang dikerjakan bila ada halaman buku yang
robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Penambalan ini dapat
dilakukan jika, robeknya hanya sepanjang 3 cm sampai dengan di atas 10 cm.
Kerusakan itu harus segera diperbaiki, kalau tidak, robeknya akan merambat
PUST2137/MODUL 2 2.23
Gambar 2.1.
Pisau untuk memotong kertas
2. Memutihkan kertas
Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecokelatan. Ini
dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia seperti
(1) Chloromine T, (2) Gas Chlordioksida, (3) Natrium Chlorida,
(4) Potasium permanganate, (5) Natrium Hipochlorite, dan (6) Hidrogen
peroksida. Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekadar menghilangkan noda
pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi baik
tulisan cetak maupun tulisan tangan, tetapi kalau memang dianggap sangat
diperlukan, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.
a. Menggunakan Chloromine T
Chloromine T 21/2 % dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan
diputihkan diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan
larutan di atas. Cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang
dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini ialah tidak
meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.
tes dahulu apakah tintanya luntur atau tidak. Kalau kertasnya luntur, hanya
pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.
Gambar 2.2.
Cara memotong lembar yang disisipkan
LA TIHA N
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
6) Sistem potong kertas basah adalah kertas yang akan dipotong dibasahi
dahulu.
"YA" "TIDAK"
8) Jika kertas yang akan diperbaiki mengkilap maka digunakan heat tissue
paper.
“YA" "TIDAK"
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
1) Alat yang tak lazim untuk memotong dalam "potong kertas sistem
basah" ialah ….
A. kuas kecil
B. trekpen
C. gunting
D. jangka
9) Kertas Jepang yang digunakan untuk menambal buku yang robek ialah
jenis kertas untuk laminasi.
“YA "TIDAK"
10) Agar tidak perlu memotong pada akhir pekerjaan, sebaiknya kertas yang
akan disisipkan dikurangi lebarnya, pada bagian yang akan ditempelkan.
"YA "TIDAK"
PUST2137/MODUL 2 2.31
Daftar Pustaka
Gellie, Bev. (1980). After the Fire. School Library Bulletin, 12 (1) March,
1980: 3-21.
McIntyre, John. (1988). Disaster control planning. Serials (2) July 1988: 42-
46.
Milevski, Robert F. & Linda Nairns. (1987). Implementing a book repair and
treatment program. Library Resources & Technical Services, 31 (2)
Apr./June, 1987:159-176.
Priest, D. J. (1987). Paper and its problems. Library Review, 36 (3) Autumn,
1987:164-173.
Shep, Robert L. (1991). Cleaning and caring for books: A practical manual,
(4th Ed.). London: Sheppard Press.
Pencegahan Kerusakan
Bahan Pustaka
Karmidi Martoatmodjo, Ph.D.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
dan yang lain, janganlah menyusun buku di rak dengan padat. Sisakanlah
20% dari lebar rak, agar buku-buku tidak berdempetan, serta bisa
menampung jika ada penambahan buku.
Waktu mengambil sebuah buku dari rak, haruslah dibuatkan "jalan"
dengan cara mendesak ke kanan dan ke kiri, sehingga longgar. Barulah buku
ditarik dari rak. Cara memegang buku harus benar yaitu di tengah punggung
buku, jangan dari atas karena hal ini bisa merobek punggung buku. Begitu
pula waktu mengembalikan ke rak, harus disediakan ruangan dahulu, baru
dimasukkan.
Setelah buku diambil dari rak, maka akan tampak lubang menganga
tegak. Jika buku yang diambil tebal, kemungkinan jajaran di sebelah kiri atau
kanan akan meliuk mengisi lubang tersebut. Kalau terjadi demikian buku-
buku jadi berdiri miring. Jika buku yang miring tadi tipis, akan meliuk dan
tertindih yang lain, dan rusaklah dia. Kalau yang mengisi lubang tadi buku
tebal, ia akan miring. Kedudukan itu dapat merusak jilidan buku. Cara-cara
demikian perlu diketahui oleh petugas perpustakaan, karena ini menyangkut
tugas mereka setiap hari. Kerapian dan kebenaran kedudukan buku di rak,
harus dijaga, agar koleksi perpustakaan awet.
Begitu pula pada saat mengemas buku untuk dikembalikan ke rak.
Hindarilah memanggul buku banyak-banyak. Hal ini berbahaya, karena
keberatan atau suatu hal, buku bisa berjatuhan dari genggaman petugas,
sehingga bisa merusak jilidan buku, atau berakibat robeknya bahan pustaka.
Sebaiknya buku ditempatkan dan disusun rapi pada rak dorong atau rak
beroda, baru kemudian dikembalikan ke rak.
Dengan segala kesabaran beritahulah pembaca perpustakaan bagaimana
caranya menggunakan bahan pustaka, cara memperoleh buku, cara
mengambil buku dari rak, cara menempatkannya di rak, dan sebagainya.
Sekali pembaca memahami tata cara tersebut mereka akan menjadi pembaca
yang baik.
Adakan kontrol yang ketat pada pengembalian buku. Apakah pembaca
membuat kerusakan atau mengotori buku, sehingga semua buku yang ada di
rak berstatus bersih dan baik, siap dipakai. Kalau ada kerusakan kecil harap
segera diperbaiki. Jangan menunggu kerusakan menjadi demikian parah.
Usahakan perpustakaan memiliki bagian restorasi atau ruang untuk
pelestarian dan pemeliharaan bahan pustaka, sehingga jika sewaktu-waktu
ada kerusakan bisa cepat diperbaiki.
3.4 Pelestarian bahan pustaka
5. Peracunan buku
Beberapa penerbit di Amerika, Inggris, dan India telah menggunakan
racun pembasmi serangga. Bahan kimia yang digunakan oleh penerbit Inggris
ialah sebagai berikut.
a. Pyroxilyn atau vynil diresapkan ke dalam kulit buku.
b. Lem atau perekat yang digunakan untuk menjilid buku dicampur dengan
polyvinyl, engrin, atau betariaphtol.
c. Sebelum dijilid, kulit buku dipernis dengan menggunakan insektisida
tertentu.
3.6 Pelestarian bahan pustaka
7. Jika pada lantai ubin muncul tanah galian rayap, kita dapat
menghamparkan plastik di atasnya agar rayap tidak muncul ke
permukaan lantai
Lebih baik kalau lantai dioles dengan oli bekas. Rayap tidak berani naik,
sebab oli bekas yang sudah mengandung kikisan baja mesin mobil bisa
merusak gigi rayap. Kita dapat menempatkan rak atau kardus berisi buku di
atas hamparan plastik tersebut.
8. Tempatkan kapur barus atau akar loro setu di belakang buku di rak
Benda-benda tersebut menghalau ikan perak, kecoa atau serangga
perusak buku lainnya.
Buku yang terbebas dari serangan rayap, yang selalu bersih berkat
pemeliharaan yang baik, enak dipakai dan ikut menjaga kesehatan pemakai.
Buku yang tidak lekas rusak menghemat biaya untuk penggantian,
pengolahan ulang, dan biaya lain yang jauh lebih mahal daripada sekadar
mencegah. Lagi pula perpustakaan dan buku adalah untuk manusia, kontak
langsung dengan manusia. Kalau buku bersih, sehat, maka tidak menularkan
penyakit kepada manusia yang menggunakannya. Ini nilai yang tidak dapat
dibandingkan dengan uang.
LA TIHA N
4) Perusak bahan pustaka yang paling hebat jika udara lembab ialah ….
A. rayap
B. tikus
C. kutu buku
D. jamur
3.8 Pelestarian bahan pustaka
6) Manusia bukan perusak bahan pustaka. Karena itu tidak perlu dirisaukan.
"YA" "TIDAK"
7) Salah satu tujuan pencegahan kerusakan ialah agar kerusakan yang hebat
dapat dihindarkan.
“YA" "TIDAK"
1) B
2) A
3) B
4) A
5) YA
6) TIDAK
7) YA
8) TIDAK
9) YA
PUST2137/MODUL 3 3.9
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
Kegiatan Belajar 2
Kerusakan oleh air masih dapat ditolong, tetapi kerusakan oleh api bagi
bahan perpustakaan sukar ditolong. Kertas rusak total kalau terbakar, karena
terbuat dari selulosa yaitu serat kayu yang sifatnya mudah terbakar.
Pengalaman di Amerika menunjukkan bahwa jutaan dolar setiap tahun habis
karena perpustakaan yang kena bakar. Bahkan Library of Congress pernah
mengalami dua kali kebakaran hebat.
Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut bagi bahan pustaka yang sudah
terkena debu bisa diadakan pencegahan dengan membersihkan buku dari
debu. Cara pembersihannya bisa dengan kuas, vacuum cleaner, sepon, atau
bulu ayam. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa alat-alat pembersih tersebut
harus bersih. Karet penghapus dapat juga digunakan untuk menghilangkan
noda pada kertas. Selain fisik buku, rak-rak dan perabot perpustakaan lainnya
juga harus dibersihkan. Selanjutnya lingkungan ruangan harus dibersihkan
juga.
dapat dicuci dengan kapas dan air hangat. Kemudian dikeringkan dengan
cara mengepresnya dengan dua lembaran kertas kering.
e. Peralatan
kaca mangkuk jarum masker
karet busa sarung tangan pisau kain lap
kuas pensil tulang baskom
botol kosong baju kerja
PUST2137/MODUL 3 3.23
LA TIHA N
6) Sistem fumigasi ialah cara yang paling efektif untuk mencegah parahnya
kerusakan bahan pustaka yang terkena jamur.
"YA" "TIDAK"
8) Jika kebakaran tidak dapat diatasi sendiri, maka perlu dicarikan barang
yang mengandung buih.
"YA" "TIDAK"
1) C.
2) A.
3) B.
4) A.
5) B.
6) YA.
7) TIDAK.
8) TIDAK.
PUST2137/MODUL 3 3.25
9) TIDAK.
10) YA.
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
7) Satu-satunya bahan kimia yang dapat mengisap uap air adalah silika gel.
"YA" "TIDAK"
10) Dalam AC terdapat filter untuk menyaring udara dari debu di luar
ruangan.
“YA” "TIDAK"
PUST2137/MODUL 3 3.27
Daftar Pustaka
Gellie, Bev. (1980). After the fire. School Library Bulletin, 12 (1)
March,1980: 3-21.
McIntyre, John. (1988). Disaster control planning. Serials. (2) July 1988: 42-
46.
Milevski, Robert J. & Linda Nairns. (1987). Implementing a book repair and
treatment program. Library Resources & Technical Services, 31 (2)
Apr./June,1987:159-76. 23 refs.
Priest D. J. (1987). Paper and its problems. Library Review, 36 (3) Autumn,
1987:164-73. ills; 2 refs.
Shep, Robert L. (1991). Cleaning and caring for books: A practical manual.
4th Ed. London: Sheppard Press .
Taylor, David. (1981). Enemies of book. College & research libraries news,
42 (9) Oct., 1981: 317-9. 1 ref.
PE NDA HULUA N
F umigasi dan laminasi adalah dua kegiatan pokok dalam pelestarian dan
pemeliharaan bahan pustaka. Untuk mematikan serangga atau binatang
yang merusak bahan pustaka, maka perlu diadakan fumigasi atau pengasapan
bahan pustaka tersebut. Setelah difumigasi, binatang mati, maka dapat
dibersihkan dengan alat pembersih secara manual, sehingga bahan pustaka
betul-betul bersih. Dengan demikian koleksi menjadi lebih sehat dan panjang
umurnya.
Laminasi dikerjakan untuk melindungi bahan pustaka dari pengaruh
polusi udara atau melindungi dari serangan serangga. Laminasi efektif
digunakan jika asam pada kertas sudah dihilangkan atau dikurangi kadarnya.
Karena itu pada modul ini juga dibicarakan cara-cara menghilangkan
keasaman pada kertas (deasidifikasi). Setelah asam yang terdapat dalam
kertas dikurangi atau dihilangkan, bahan pustaka dilapisi dengan kertas
khusus dan inilah yang disebut dengan laminasi. Dengan laminasi usia bahan
pustaka dapat diperpanjang sampai dengan 400 tahun.
Selain itu ada cara melindungi bahan pustaka dengan memberinya
semacam amplop plastik yang disebut enkapsulasi. Pustakawan harus
mengetahui cara-cara mengerjakan berbagai kegiatan tersebut. Karena itu
dalam modul ini dibicarakan secara khusus pula.
Setelah menyelesaikan modul ini, Anda akan dapat mengetahui prinsip
dasar fumigasi dan laminasi, cara menghilangkan keasaman pada kertas dan
enkapsulasi, serta peralatan yang diperlukan.
Secara khusus setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan
mampu:
1. mengadakan fumigasi;
2. melaksanakan laminasi;
3. menghitung dampak ekonomis dari kedua kegiatan di atas;
4.2 Pelestarian Bahan Pustaka
Kegiatan Belajar 1
Fumigasi
A. ARTI FUMIGASI
Fumigasi ialah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara
mengasapi bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh, binatang mati, dan
perusak bahan pustaka lainnya terbunuh. Kata fumigasi berasal dari kata
Latin fumigare yang berarti pengasapan. Fumigasi dilaksanakan dengan
pembakaran atau penguapan zat kimia yang mengandung racun. Uap atau
asap zat kimia tersebut dapat membunuh serangga, jamur, atau kuman-kuman
yang menyerang buku. Dokumen menjadi steril dengan menggunakan bahan-
bahan kimia (fumigant). Dengan demikian kerusakan bahan pustaka lebih
lanjut dapat dicegah atau dihindari. Kuman, jamur, dan serangga perusak
bahan pustaka lain, terbunuh. Bau busuk yang timbul dari bahan pustaka
yang rusak akan hilang karena steril. Begitu pula bibit penyakit yang
mungkin timbul karena berbagai perusak bahan pustaka bisa dimusnahkan.
D. PELAKSANAAN
Bahan kimia yang digunakan untuk fumigasi adalah bahan beracun yang
berbahaya bagi manusia. Karena itu setelah diadakan fumigasi ruangan harus
dibersihkan dari bahan kimia tersebut dengan menggunakan kipas angin
blower untuk membuang gas. Sesudah itu dimasukkan udara bersih dengan
menggunakan blower penyerap udara bersih. Biarkan selama 24 jam.
Kemudian bahan pustaka diambil dari tempat fumigasi, dibersihkan. Bahan
pustaka dapat disusun kembali ke rak semula. Rak tersebut harus disemprot
dahulu dengan insektisida agar bebas kuman. Berhasil tidaknya fumigasi
tergantung dari jenis bahan kimia yang digunakan, konsentrasi gas dalam
ruangan tertutup yang digunakan, dan lama proses fumigasi tersebut.
E. RUANG FUMIGASI
Banyak cara fumigasi yang dapat kita pilih sesuai dengan keperluan dan
kondisi bahan perpustakaan serta jumlahnya. Berikut ini beberapa contoh
sebagai pedoman fumigasi.
1. Fumigasi untuk buku-buku yang berjumlah besar. Tempat mengadakan
fumigasi ialah di seluruh gedung atau seluruh ruangan penyimpanan
bahan pustaka. Bahan kimia yang digunakan ialah hidrogen cyanide,
carbon disulphide atau methyl bromide.
F. KOTAK FUMIGASI
Keterangan:
!!!!!!! d) Keterangan:
!!!!!!! a. dinding kotak
!!!!!!! b. pintu
!!!!!!! d) 0 b) c. tempat kristal paradich lorobenzene
!!!!!!! d. buku
0-e) a) e. lampu
%7%
& % 56&
%55%& c)
4.8 Pelestarian Bahan Pustaka
LA TIHA N
6) Alat-alat untuk fumigasi antara lain timbangan, tabung gas, dan instalasi
pipa.
"YA" "TIDAK"
8) Tiap satu meter kubik ruang diperlukan 16-32 methyl bromida atau 50
gram thymol kristal dalam waktu dua hari dua malam.
"YA" "TIDAK"
9) Rumus kimia untuk carbon disulfit ialah CS2, carbon tetra clorida ialah
CH3BR, dan methyl bromida CC14.
"YA" "TIDAK"
10) Menurut Timothy Walsh penggunaan ethylene oxide harus sangat hati-
hati, sebab bahan kimia tersebut bisa menyebabkan penyakit leukimia.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 4 4.9
1) Agar serangga, kutu buku, jamur mati dan bahan pustaka menjadi steril,
tidak bau dan awet.
2) Dari bahasa Latin fumigare yang berarti pengasapan.
3) Bahan kimia yang mengandung racun seperti carbon disulphide, kristal
thymol, paradi chlorobenzene.
4) Masing-masing bahan kimia disesuaikan dengan luas ruangan yang
dimiliki dan jumlah bahan yang akan difumigasi.
5) Sebab ruangan tersebut beracun dan berbahaya bagi manusia.
6) YA
7) TIDAK
8) YA
9) TIDAK
10) YA
RA NG K UMA N
Agar bahan pustaka bebas dari penyakit, kuman, serangga, jamur,
dan lainnya, bahan pustaka perlu diasapkan dengan bahan kimia tertentu
yang disebut dengan fumigasi. Dalam mengadakan fumigasi pustakawan
harus memperhitungkan jumlah bahan yang akan difumigasi dan luas
ruang yang diperlukan. Dengan memperhatikan ruang yang ada maka
dipilih pula fumigant yang akan digunakan, jenis-jenis fumigant, jumlah
yang diperlukan serta lama fumigasi.
Pustakawan juga harus memperhatikan bahaya dari pemakai zat-zat
kimia untuk fumigasi. Tidak satu pun bahan kimia dapat dipakai tanpa
alat pengaman atau tanpa supervisi oleh orang yang berpengalaman
dalam bidang ini.
4.10 Pelestarian Bahan Pustaka
TE S F O RMA TIF 1
1) Jika buku yang akan di fumigasi sejumlah 100 buah, ruang fumigasi
yang paling sesuai ialah ….
A. lemari
B. kotak
C. ruangan penyimpanan koleksi
D. rak terbuka
2) Zat kimia yang tepat untuk fumigasi partai besar di ruang koleksi
adalah ….
A. paradichlorobezene
B. etylene oxide
C. methyl bromida
D. carbon dioxida
10) Dua hal penting yang harus dipertimbangkan dalam persiapan fumigasi
ialah bahan dan ruangan yang ada.
“YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
sana. Caranya ialah dengan membasahi bagian buku yang bersih dengan
setetes air bersih. Tentu diusahakan air tersebut tidak akan merusak bagian
buku yang lain. Kertas pH tersebut kita masukkan ke dalam air yang kita
teteskan di kertas atau buku tadi. Tunggu kira-kira dua menit. Kita akan
melihat perubahan warna pada kertas pH tersebut. Dengan cara
menyesuaikan warna dengan angka yang ada pada kertas pH tersebut, kita
dapat mengetahui tingkat keasaman pada kertas buku. Setelah selesai
pengukuran, kita harus bersihkan tetesan air tadi dengan lap kering halus,
agar buku tidak rusak.
Cara yang ketiga ialah dengan menggunakan spidol pH. Goreskan spidol
tersebut pada kertas di buku, kemudian kita lihat perubahan warnanya.
Selanjutnya kita ukur dengan ukuran warna yang menunjukkan tingkat
keasamannya. Cara ini tentunya kurang baik, sebab akan meninggalkan bekas
warna goresan pada buku. Setelah jelas bahwa kertas memiliki tingkat
keasaman yang tinggi, maka kita bisa melanjutkan pekerjaan deacidification
yang dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu: cara kering dan cara basah.
1. Cara kering dikerjakan jika buku menggunakan bahan tinta yang luntur.
Bahan yang digunakan ialah cairan amoniak yang dicampur dengan air
bersih dengan ukuran 1 : 3. Campuran amoniak tersebut ditempatkan
pada sebuah bejana untuk diambil uapnya. Uap amoniak inilah yang kita
gunakan untuk menghentikan keasaman. Buku atau kertas yang akan
dihilangkan asamnya dipanggang di atas bejana yang berisi cairan
amoniak tersebut. Bisa dengan cara menjepit dan menggantungkannya
di atas bejana amoniak atau dengan cara menempatkannya pada tempat
yang telah disediakan untuk pekerjaan tersebut. Uap amoniak
memberikan bau yang tidak sedap, karena itu biasanya tempat
menguapkan ini ditempatkan di pojok ruangan yang dindingnya
disediakan exhaust fan (kipas penyedot udara ruangan). Proses ini
memakan waktu selama kurang lebih 24 jam. Untuk kesempurnaan
pekerjaan tersebut, kita dapat mengulanginya setelah enam bulan. Buku
bisa ditempatkan di raknya.
2. Cara basah digunakan untuk buku atau kertas yang tintanya tidak luntur.
Untuk ini harus diadakan tes terlebih dahulu apakah tinta pada buku
4.14 Pelestarian Bahan Pustaka
tersebut memang tidak luntur oleh air. Buku atau kertas yang akan
dihilangkan asamnya tersebut harus direndam di dalam air suling, yaitu
air yang sudah dihilangkan mineralnya, yang dicampur dengan
magnesium carbonat yang larut ke dalam air.
Kita akan melihat endapan keputihan yang merupakan magnesium
bicarbonat pada campuran air suling tersebut. Kemudian kertas atau
buku dimasukkan ke dalamnya, direndam selama 30 menit, lalu diangkat
untuk dikeringkan. Cara pengeringannya ialah dengan menggantungkan
kertas-kertas tersebut pada tali semacam jemuran yang ditempatkan pada
sebuah ruangan yang diberikan exhaust fan.
LA TIHA N
2) Ada berbagai cara dalam menghilangkan keasaman pada kertas. Apa itu?
3) Jika cairan amoniak ditempatkan di bawah buku yang dihilangkan
keasamannya, disebut cara apa?
4) Bagaimana cara terbaik mengeringkan kertas yang basah?
5) Agar kertas tidak robek sewaktu diangkat dari air, harus memakai alat
bantu apa?
10) Jika buku ditulis dengan tinta yang luntur, maka digunakan "cara kering"
"YA" "TIDAK"
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
Kegiatan Belajar 3
1. Laminasi Mesin
Laminasi dengan mesin juga dibagi menjadi dua, yaitu:
a. cara dingin, dan
b. cara panas
memasukkan kertas yang akan dikirim melalui faksimile, atau mesin pembuat
transparansi film untuk OHP. Dua rol film oplas itu bertemu dengan
permukaan kertas yang akan dilaminasi. Seolah kedua film tersebut menelan
bahan pustaka penting tadi dan memuntahkannya di bagian belakang mesin
yang bergandengan antara satu bahan pustaka dengan lainnya. Kemudian
dipotong satu per satu dan dijilid atau disusun menurut nomor berurutan
sesuai dengan susunan aslinya.
Sebagai petugas harus rajin membersihkan dan memelihara mesin, serta
memahami betul cara bekerjanya. Teknik memasukkan bahan pustaka di
antara dua film oplas harus diperhatikan agar tidak terjadi adanya gelembung
udara antara bahan pustaka dan pelapis. Mengingat harganya yang mahal,
harus dipertimbangkan masak-masak apakah bahan pustaka laik untuk
dilaminasi. Kalau tak mungkin memiliki sendiri alat laminasi itu,
perpustakaan dapat mengadakan kerja sama. Atau diserahkan kepada
perusahaan komersial.
Di Indonesia yang memiliki peralatan ini adalah Arsip Nasional
Republik Indonesia, Jl. Ampera Raya No. 12 Jakarta Selatan.
3. Laminasi Lontar
Untuk menjaga kelangsungan hidup lontar, lontar perlu dilaminasi.
Pelaksanaannya lama seperti yang dilakukan pada bahan pustaka jenis kertas.
Agar dapat bertahan lama, lontar harus diberikan bahan-bahan penahan
temperatur tinggi. Untuk menghindari pengaruh iklim, lontar dapat dilapisi
dengan minyak sereh. Cara itu dilakukan agar lontar tidak kaku dan terhindar
dari gangguan serangga. Untuk mencegah pengaruh kelembaban, setiap daun
lontar perlu dilapisi dengan aceton dan ethanol. Campuran kimiawi itu dapat
digunakan untuk membersihkan bakteri-bakteri yang terdapat pada daun
lontar. Fungsi lainnya dari campuran kimiawi itu ialah pemberi daya pelumas
terhadap daun lontar.
B. ENKAPSULASI
tulisannya tetap dapat dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut, ditempeli
lem dari double sided tape tadi, sehingga bahan pustaka tidak terlepas.
Enkapsulasi mirip menempatkan bahan pustaka pada amplop yang
terbuat dari plastik, tetapi dalam enkapsulasi tidak ada udara di dalamnya
seperti pada amplop.
Perbedaan antara laminasi dan enkapsulasi ialah bahwa pada laminasi,
bahan pustaka menempel dengan pembungkusnya, sedangkan pada
enkapsulasi bahan pustaka tidak menempel, sehingga kalau diperlukan, bahan
pustaka bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi
plastik pelindungnya. Ijazah atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik di
enkapsulasi daripada dilaminasi. Dokumen tetap terlindung, awet, dan tidak
rusak. Yang penting harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi
adalah bahwa kertas harus bersih, kering, dan bebas asam (sudah
dideasidifikasi).
LA TIHA N
Berilah tanda silang (x) pada "YA" apabila pernyataan, di bawah ini
Anda anggap benar, dan "TIDAK" jika, pernyataan di bawah ini salah!
9) Aceton dan ethanol dapat melindungi bahan pustaka dari pengaruh panas
dan dingin.
"YA" "TIDAK"
10) Bahan penahan temperatur tinggi dilapiskan pada lontar agar awet.
"YA" "TIDAK"
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
7) Laminasi dengan mesin ada tiga cara yaitu cara dingin, panas, dan basah.
"YA" "TIDAK"
8) Agar kertas cromton bisa menempel pada bahan pustaka, harus dipanasi
antara 70° C - 90° C.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
------. (1987). Mass deacidification for libraries. Library Tech. Reports 23 (3)
May-June, 1987: 361-472 illus. 118 refs. tabs.
Graminski, E. L.; E. Parks; E.E. Toth. (1978). The effect of temperature and
moisture on the accelerated aging of paper. Restaurator, 2 (3-4) 1978:
175-8.
Priest, D. J. (1987). Paper and its problems. Library Review, 36 (3) Autumn,
1987: 164-73. ills; 2 refs.
Shep, Robert L. (1991). Cleaning and caring for books: A practical manual,
4th Ed. London: Sheppard Press.
Penjilidan
Karmidi Martoatmodjo, Ph.D.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
A. DASAR-DASAR PENJILIDAN
B. STRUKTUR BUKU
Sebuah buku tidak terbentuk secara sendiri begitu saja, tapi memiliki
struktur. Sebagai pustakawan Anda harus dapat mengetahui struktur sebuah
buku. Struktur buku ini terdiri atas:
5.4 Pelestarian Bahan Pustaka
1. Segi adalah lebihan papan dengan isi. Lebihan ini tergantung dari tebal
board (tebal sampul). Gunanya untuk melindungi badan atau daun buku
dari kerusakan apabila jatuh.
2. Foredge (bagian tepi buku) digunakan untuk menunjukkan tanda mana
atas, bawah, punggung, dan sebagainya.
3. Kertas hujungan (lembar pelindung) adalah kertas yang digunakan untuk
lejer yang terdiri atas 2 flyleaf (2 lembar). Satu untuk depan dan satu
untuk belakang. Digunakan untuk melindungi dan memperindah buku.
Kertas hujungan disebut juga end paper.
4. Badan buku terdiri atas kepala, depan, belakang, dan kaki yang terbentuk
dari curas dan cerai.
5. Papan jilidan hadapan adalah pelindung badan buku.
6. Groove (sambungan antara sampul dan punggung buku) untuk
memudahkan membuka rata buku (3-54 mm).
7. Punggung buku (spine) digunakan untuk melindungi buku pada bagian
belakang sampul buku. Ada dua macam pelindung yaitu tanpa luang,
berluang.
Gambar 5.1.
PUST2137/MODUL 5 5.5
1. Badan buku
a. foredge
b. head
c. tail
2. Kulit muka
3. Kulit belakang
4. Engsel (sambungan groove)
5. Benang
6. Punggung Buku
Gambar 5.2.
1. Badan buku
2. Sampul buku
3. Punggung buku
4. Engsel
5. Luang buku
Gambar 5.3.
C Pelindung buku
berluang
Gambar 5.4.
5.6 Pelestarian Bahan Pustaka
1. Perlengkapan Penjilidan
Perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan penjilidan antara lain
sebagai berikut.
a. Pisau
1) Ukuran lebih kurang 101,5 mm (4 inci) panjang dan lebar matanya
19 mm (3/4 inci).
2) Kegunaannya untuk memotong kertas dan lain-lain bahan atau
material yang kecil.
3) Digunakan untuk memotong tepi kulit buku.
Gambar 5.5.
Pisau
Gambar 5.6.
Palu
PUST2137/MODUL 5 5.7
c. Pelubang/Pusat
1) Alat berupa besi tajam yang bergagang kayu.
2) Kegunaannya sebagai pembuat lubang di atas kertas, board, ketika
menjilid atau menjahit dengan tangan.
3) Mempunyai ukuran yang berbeda (besar kecil).
d. Gunting
1) Bentuk dan besarnya sama seperti yang digunakan oleh tukang jahit.
2) Panjang matanya 152,4 mm (6 inci) hingga 203,2 mm.
3) Kegunaannya untuk memotong pita, kain atau bahan pembalut cover
buku, dan lain-lain.
Gambar 5.7.
Gunting
Gambar 5.8.
Tulang pelipat
5.8 Pelestarian Bahan Pustaka
Gambar 5.9.
Penggaris besi
g. Kuas (Brush)
1) Mempunyai dua bentuk, yaitu bulat dan pipih dengan berbagai
ukuran.
2) Digunakan untuk menyapu perekat (lem) di atas material (kertas,
karton, dan sebagainya) saat pekerjaan penjilidan
dilaksanakan.
Gambar 5.10.
Kuas
Gambar 5.11.
Gergaji
PUST2137/MODUL 5 5.9
i. Jarum
1) Terdapat dalam berbagai ukuran.
2) Digunakan untuk menjahit pada penjilidan yang dikerjakan dengan
tangan.
j. Pengepres/Pemampat (Presses)
Digunakan untuk penjilidan dengan lem. Ada berbagai bentuk
pengepres, di antaranya:
1) finishing press
2) standing press
3) nipping press
4) lying press
Gambar 5.12.
Pengepres/pemampat
l. Mesin potong
1) Bentuk, ukuran, dan mereknya bermacam-macam.
2) Digunakan untuk memotong bahan yang berukuran besar dan tebal.
Gambar 5.13.
Mesin potong
2. Bahan Penjilidan
Kualitas suatu jilidan selain ditentukan oleh kemahiran dan ketekunan
dalam bekerja, juga ditentukan oleh bahan yang digunakan. Mengenal sifat,
jenis, dan ukuran bahan akan membantu penjilid untuk bekerja lebih rapi dan
cermat.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penjilidan sebagai berikut.
a. Kertas
Kertas adalah lembaran yang terbuat dari serat selulosa alam atau serat
buatan yang telah mengalami penggilingan ditambah beberapa bahan
tambahan, misalnya kaolin, zat warna, formaldehida (untuk memberi daya
tahan pada kertas), dan sebagainya. Umumnya mempunyai gramatur lebih
rendah dari 165 gram per meter persegi. Sebagian besar kertas digunakan
untuk mencetak/menjilid dan menulis, sebagian kecil untuk membungkus
atau menyampul.
Kertas juga mempunyai ukuran Standar Internasional (ISO =
International Standardization of Organization), yaitu suatu sistem
antarbangsa yang secara standar menggunakan satu bentuk sistem meteran.
Sistem tersebut di antaranya digunakan untuk:
1) bahan percetakan seperti alat tulis, majalah, dan terbitan;
2) poster, peta, dan lain-lain;
3) yang khas seperti sampul surat.
PUST2137/MODUL 5 5.11
Ukuran-ukuran ISO
A = 841 mm × 1189 mm
B = 1000 mm × 1414 mm
C = 917 mm × 1297 mm
Arah serat kertas merupakan hal yang penting bagi pekerjaan penjilid. Arah
serat yang salah akan mengakibatkan jilidan tidak rapi dan lemah.
b. Karton
Karton adalah sejenis kertas tebal dengan berat/gramatur berkisar antara
165 gram sampai 320 gram per meter persegi.
Jenis dan ukuran:
- Karton Manila . 61 × 86 cm
65 × 100 cm
- Karton BC 61 × 86 cm
65 × 100 cm
- Lenen Karton 79 × 109 cm
90 × 320 cm
- Dupleks Karton : 79 × 109 cm
90 × 120 cm
Lem yang dibuat dari bahan baku tumbuhan dan binatang jarang
digunakan karena merupakan nutrien yang baik bagi serangga sehingga buku
akan cepat rusak. Untuk membuat lem yang bagus, kita harus mengetahui
komposisi masing-masing, bahan.
Contoh pembuatan lem:
Bahan-bahan : Tepung kanji 81 gram
Air 900 cc
Minyak cengkih 7 cc
Safrol 7 cc
Barium karbonate 13,5 gram
5.14 Pelestarian Bahan Pustaka
e. Benang
Di pasaran terdapat beraneka ragam ukuran dan merek benang. Untuk
penjahitan buku, kita harus memilih yang paling kuat dibandingkan, dengan
benang jahit pakaian. Untuk jahitan buku dengan menggunakan mesin bisa
dipakai benang No. 70 sampai No. 100, sedangkan untuk penjahitan buku
dengan tangan/manual dapat digunakan No. 30 sampai No. 50. Benang jahit
untuk buku tersedia dalam klos/gulungan yang panjangnya 1000 s/d 5000
yard.
f. Kawat jahit
Bentuk kawat jahit ada dua jenis:
1) Kawat bulat, pada umumnya digunakan menjahit buku (satu
katern/kuras) atau majalah berkala.
2) Kawat persegi biasanya digunakan untuk menjahit dos-dos atau kemasan
yang sifatnya sederhana.
Catatan:
Kawat jahit mempunyai efek dalam waktu tertentu karena suhu dan
kelembaban yang tidak sesuai dalam ruang penyimpanan akan menyebabkan
terjadinya karat. Disarankan untuk buku-buku yang jangka waktu
penggunaannya tidak terbatas, jangan menggunakan kawat jahit.
PUST2137/MODUL 5 5.15
LA TIHA N
9) Penjilidan buku untuk perpustakaan harus kuat, mewah, lentur dan indah.
"YA" "TIDAK"
10) Jenis alat-alat penjilidan yang diperlukan hanyalah gunting, palu, pisau,
tulang pelipat, jarum dan benang, serta alat pengepres.
"YA" "TIDAK"
1) B.
2) C.
3) A.
4) C.
5) B.
6) YA, diterangkan dalam teks.
7) YA, diterangkan dalam teks.
8) TIDAK, arah serat penting dalam pekerjaan penjilidan.
9) TIDAK, yang penting kuat dan lemur, bukan keindahan dan kemewahan.
10) TIDAK, masih banyak alat penjilidan lain yang diperlukan.
PUST2137/MODUL 5 5.17
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
1) Bukti bahwa buku-buku yang dijilid rapi dan kuat lebih awet daripada
yang tidak dijilid. Hal itu bisa kita lihat dari buku-buku terjilid
terbitan abad ….
A. 15 dan 16
B. 17 dan 18
C. 18 dan 19
D. 19 dan 20
8) Buku yang sudah selesai dijilid harus dipres dengan finishing press, agar
hasilnya bagus.
"YA" "TIDAK"
10) Bahan pustaka yang dijilid, akan lebih awet jika dibandingkan dengan
yang tidak dijilid.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
A. MENYIAPKAN PENJILIDAN
1. Penghimpunan
Penghimpunan adalah penyusunan lembaran-lembaran menurut urutan
yang dikehendaki, kemudian membentuk kuras atau katern. Yang perlu
diperhatikan dalam pekerjaan ini adalah urutan halaman atau urutan nomor
majalah dalam satu volume. Kalau ada nomor yang kurang harap dilengkapi
dahulu. Seandainya terpaksa tidak berhasil dilengkapinya tulislah nomor
yang kurang tersebut pada bagian depan, sehingga si pemakai dapat segera
mengetahui adanya kekurangan tersebut. Jika bahan pustaka berupa lembaran
lepas, maka perhatikan panjang dan lebar bahan pustaka, ratakan pada bagian
kiri sehingga kalau dijilid menjadi mudah. Halaman-halaman tambahan yang
disisipkan, misalnya daftar isi dari kumpulan makalah dari suatu seminar,
perlu diberikan agar memudahkan pemakai. Kalau penjilidan dilakukan oleh
penjilid profesional, berikanlah instruksi yang jelas, misalnya sampul majalah
bisa dibuang atau tidak, tempelkan satu sampul cover di depan, kata-kata apa
yang harus dituliskan pada punggungnya, dan sebagainya.
2. Penggabungan
Penggabungan adalah menyatukan secara erat dan padu setiap lembaran
menjadi katern, kemudian katern-katern itu digabungkan menjadi buku.
Penggabungan ini dapat dilakukan dengan jahitan benang atau kawat.
PUST2137/MODUL 5 5.21
B. JENIS-JENIS PENJILIDAN
dari penerbitnya hanya dijilid dengan manila karton, setelah dibeli oleh
perpustakaan diganti sampulnya dengan hard cover.
Adapun jenis-jenis penjilidan bisa diuraikan sebagai berikut.
1. Jilid Kaye atau jilidan yang paling sederhana dan praktis. Kalau delapan
lembar kertas kita susun rapi, kemudian kita lipat, hasilnya akan menjadi
16 lembar dan kalau kita hitung halamannya menjadi 32. Menurut lajur
lipatan tadi, kita jahit dengan benang, biasanya 3 atau 5 lubang saja, atau
kita staples di tiga tempat, atas, bawah, dan tengah. Jadilah buku. Bagian
paling luar bisa kita gunakan sebagai sampul atau sengaja kita berikan
sampul luar dari manila karton. Jilidan jenis ini hanya cocok, kalau
jumlah halamannya sedikit. Jilidan jenis ini misalnya untuk majalah,
dan buku tulis. Model jilidan majalah Tempo menggunakan jilid kaye.
menggunakan cara ini, biasanya untuk buku novel atau buku ajar.
Majalah Intisari menggunakan model jilidan ini.
5. Jilid lakban. Pada penjilidan jenis ini, kertas disusun rapi kemudian di
staples pada tiga tempat, dan ditutup dengan lakban. Lebar lakban ada
yang 2 cm sampai dengan 10 cm. Dengan demikian jilidan jenis ini bisa
tipis juga bisa tebal. Jilidan demikian jauh lebih mudah daripada cara
menjilid yang lain. Kelemahan jilid ini ialah bahwa bahan pustaka tak
bisa dibuka rata, sehingga sukar kalau difotokopi. Model jilidan lakban
misalnya makalah, laporan, diktat, dan sebagainya.
C. PEMASANGAN SAMPUL
D. LAIN-LAIN
lebih besar dari punggung buku (kurang lebih 1,5 cm). Lihat Gambar 5.14.
Pasanglah kertas hujungan atau halaman pelindung. Setelah selesai dibubuhi
lem dengan dilandasi kertas yang tak terpakai, katupkan kertas hujungan
dengan sampul depan.
1. Sampul depan
2. Kertas hujungan
3. Kertas yang tak terpakai sebagai
landasan penyelesaian
4. Tanda panah menunjukkan
arah kuas waktu membubuhkan lem
Gambar 5.14
Gambar 5.15
Setelah buku selesai dijilid, dan sudah kering, maka penulisan huruf pada
punggung buku bisa dilakukan. Hal ini penting, kalau dilihat kegunaannya di
perpustakaan, setiap huruf ada maknanya.
5.26 Pelestarian Bahan Pustaka
LA TIHA N
5) Penjilidan yang paling tidak bisa rata halamannya kalau dibuka ialah
model jilid ….
A. kaye
B. lem punggung
C. lakban
D. spiral
PUST2137/MODUL 5 5.27
6) Jika ada nomor penerbitan yang kurang dalam menjilid volume majalah
maka majalah tersebut tidak perlu dijilid.
"YA" "TIDAK"
7) Jilidan untuk buku rujukan, lebih baik dengan signature binding dari
pada jilid lem punggung.
"YA" "TIDAK"
1) B
2) C
3) A
4) C
5) C
6) TIDAK, boleh saja majalah yang tidak lengkap dijilid, tetapi harus
dituliskan nomor-nomor yang tidak ada.
5.28 Pelestarian Bahan Pustaka
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
3) Agar waktu menempatkan blok buku pada jalur punggung bisa tepat di
tengah-tengah, maka …
A. tekuklah blok buku,
B. tekuklah pada tengah lajur punggung buku
C. ukurlah dengan cm
D. ukurlah dengan penggaris
4) Agar hasilnya baik, pada saat menempelkan kertas linen dengan bord
hendaknya ....
A. menggunakan kertas kissing
B. menggunakan lem yang encer
C. jangan sampai ada gelembung udara
D. menggunakan kertas cromton
7) Engsel kulit buku bisa dibuat dengan cara memberikan jarak kira-kira
setebal bord pada saat menggabungkan jalur punggung dengan
sampulnya.
"YA" "TIDAK"
10) Dalam menyapukan lem pada sampul harus diusahakan agar lem
menempel secara rata, begitu pula pada kertas linennya.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
Cockerell, Douglas. (1968). Bookbinding and the care of books. London: Isac
Pitman, 1968.
Lewis, A.W. (1957). Basic book binding. New York: Dover Publication.
PE NDA HULUA N
P eta merupakan salah satu jenis bahan pustaka yang sangat berguna untuk
berbagai macam kepentingan, misalnya untuk penelitian, pendidikan,
untuk bisnis, dan sebagainya. Karena pentingnya, maka peta merupakan salah
satu koleksi perpustakaan yang perlu dirawat. Peta mempunyai ukuran dan
bentuk yang beragam sehingga perlu penyimpanan dan perawatan tersendiri.
Dalam modul ini dijelaskan berbagai jenis peta, cara menyimpan dan
merawatnya.
Pada modul ini juga disampaikan cara pengawetan slide dan seluk-beluk
pembuatan slide untuk perpustakaan. Di sini diambil slide sebagai contoh
bahan pustaka yang bahan dasarnya dari film, karena ternyata jenis bahan ini
memiliki tempat tersendiri dalam perpustakaan. Berbagai manfaat fotokopi
serta masalahnya di perpustakaan juga diuraikan dalam modul ini.
Membicarakan masalah fotokopi tidak dapat dilepaskan dengan masalah
tinta. Demikian juga berbagai jenis cetakan yang dibahas pada modul-modul
sebelumnya. Karena itu, pada bagian akhir modul ini akan dibahas masalah
tinta dan pengaruhnya dalam pelestarian bahan pustaka.
Setelah mempelajari modul ini Anda dapat mengetahui berbagai
pengetahuan mengenai peta, pengetahuan mengenai slide, fotokopi, dan
berbagai jenis tinta.
Secara khusus setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan mampu:
1. menjelaskan berbagai hal mengenai penyimpanan peta,
2. menjelaskan berbagai hal mengenai pelestarian peta,
3. menjelaskan pembuatan dan pelestarian slide,
4. menjelaskan berbagai hal mengenai fotokopi,
5. menjelaskan berbagai hal tentang tinta.
6.2 Pelestarian Bahan Pustaka
Kegiatan Belajar 1
pembuatan peta ditunjang oleh foto udara yang dibantu oleh satelit, sehingga
informasinya menjadi sangat akurat dan bermanfaat.
Di Indonesia pembuatan peta dikerjakan oleh Bakosurtanal, dan penerbit
yang pernah menerbitkan peta yang baik adalah Jambatan. Di Amerika
Serikat, The New York Times menerbitkan atlas dunia yang sangat lengkap,
sedangkan Rand McNally membuat peta jalan untuk keperluan perjalanan
yang sangat luas dan akurat. Karena itu pemeliharaan peta harus diketahui
pula oleh pustakawan, terutama mereka yang bekerja di bagian pelestarian.
Peta adalah bahan pustaka yang unik, tidak menyerupai buku, majalah
atau surat kabar, atau bahan audiovisual lainnya. Peta dalam hal ini termasuk
globe dan atlas, merupakan bahan perpustakaan yang sangat berguna untuk
penelitian, pendidikan, pengajaran, dan keperluan bisnis. Keadaan fisiknya
yang berbeda-beda peta gulungan, seperti peta gantung, atlas yang dijilid
seperti buku, peta lipat dan globe yang bundar dapat menimbulkan kesukaran
dalam penyimpanan maupun pelestariannya.
Untuk melindungi debu, globe dapat dibungkus plastik. Atlas yang terjilid
seperti buku penyimpanannya relatif lebih mudah.
Penyimpanan yang baik bagi peta meliputi tiga hal yaitu (1) bentuk
lemari dan rak yang sesuai dengan ukuran peta, (2) letak rak hendaknya
sesuai dengan lingkungan sehingga mudah dicapai oleh pemakai, dan (3)
bahan dasar terbuat dari kayu yang baik atau besi baja. Pengolahan koleksi
peta harus memperhitungkan dan menyiapkan sistem penyimpanan serta
perawatan sesuai dengan kondisi perpustakaan. Cara penyimpanan harus
diupayakan sedemikian rupa sehingga jika diperlukan dapat mudah dan cepat
ditemukan kembali. Sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan serta
penerangan harus cukup.
Keengganan membaca peta banyak dialami oleh banyak pemakai
perpustakaan. Hal ini disebabkan belum terbiasa membaca peta. Untuk dapat
membaca peta, orang harus mengenal berbagai tanda atau simbol, yang
biasanya juga diberikan arti daripada simbol tersebut. Karena banyaknya,
maka orang menjadi segan mempelajarinya. Untuk ini pembaca harus diajari
membaca peta sejak pendidikan dasar. Hal ini penting karena informasi yang
terkandung di dalamnya dapat sedemikian luas dan cocok sekali untuk
keperluan penelitian.
LA TIHA N
7) Peta adalah bahan pustaka yang unik, tidak menyerupai buku, majalah,
surat kabar, bahan, dan audiovisual lainnya, tetapi bermanfaat untuk
penelitian dan tidak untuk bisnis.
"YA" "TIDAK".
10) Bangsa Eropa lebih dahulu menggunakan peta daripada bangsa Cina.
"YA" "TIDAK"
1) Sebab bentuk dan isinya yang beraneka ragam, sehingga diperlukan cara
pelestarian yang unik pula, berlainan dengan bahan perpustakaan yang
lain dalam penyimpanan, perawatan dan pemakaiannya.
2) Sebab dapat terhindar dari debu.
3) Karena pada umumnya pembaca kurang terlatih. Untuk dapat mahir
membaca peta harus diajarkan sejak sekolah dasar, diajari mampu
membaca segala tanda-tanda atau simbol yang dipakai.
4) Dengan pemotretan dari udara, menggunakan teleskop, dan foto udara
oleh satelit.
PUST2137/MODUL 6 6.7
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
8) Sebelum mengenal huruf atau bisa baca tulis, manusia telah ada yang
mengenal peta.
"YA" "TIDAK"
10) Keadaan fauna maupun flora dari suatu daerah tidak dapat disampaikan
dalam bentuk peta.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 6 6.9
Kegiatan Belajar 2
Slide
1. Lantern Slide
Slide jenis ini sudah dikenal sejak Perang Dunia II dan dianggap sebagai
'kakek' dari pengajaran visual. Biasanya dibuat dari sepotong gelas tipis,
permukaannya dapat berupa emulsi fotografi, lapisan gelatin atau gelas
jernih. Suatu jenis baru dan lantern slide diproduksi oleh Polaroid Company.
Seperti ciri semua produk Polaroid Land, gambarnya dapat muncul seketika
lewat kamera. Faktor ini, menyebabkan digunakannya kembali lantern slide
dalam dunia pendidikan, terutama di AS.
PUST2137/MODUL 6 6.11
Meskipun slide 2 × 2 inci lebih banyak digunakan saat ini, tetapi lantern
slide tetap amat diperlukan. Hampir tiap sekolah memilikinya. Keuntungan
dari jenis ini ialah: (1) ukurannya besar hingga dapat lebih menggambarkan
detail, (2) dapat dibuat sendiri dengan tangan, yaitu dibuat di atas gelas
jernih, (3) dapat digunakan sebagai bahan pengajaran yang membantu para
guru, (4) murid dapat menggunakan dalam membuat laporan, dalam meng-
uraikan atau menggambarkan suatu masalah, (5) dapat untuk memperagakan
suatu material baru, latar belakang suatu diskusi, dan lain-lain.
2. Slide 2 × 2
Dunia pendidikan sekarang lebih banyak menggunakan slide 2 × 2 inci
daripada lantern slide. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan
faktor-faktor yang menguntungkan, misalnya antara lain:
a. bahannya tidak mudah pecah, karena bukan dari gelas/kaca, tetapi dari
film ukuran 35 mm;
b. ringan dan mudah dikirim;
c. pembuatannya praktis, yaitu dengan kamera foto 35 mm;
d. harga relatif murah.
agak banyak memakai film, kata-kata yang dipakai pada title slide pada
umumnya terbatas pada kata-kata 'mulai', 'istirahat', dan 'tamat', apalagi jika
TITLE kata-kata itu dibuat dengan tangan (tulisan tangan).
Karena kepraktisan pembuatan slide 2 × 2 ini, maka banyak
perpustakaan yang mempunyai klub foto yang menyediakan kamera foto 35
mm lengkap dengan kamar gelapnya, untuk film hitam putih. Dalam slide
berwarna, dapat dikirim ke foto studio yang pada zaman sekarang ini dapat
mengerjakan pencetakannya dengan amat cepat.
Slide, khususnya yang 2 × 2, umumnya dibuat berwarna karena lebih
mengesankan dan lebih menarik bagi para pembaca perpustakaan.
Dalam suatu penyajian slide bersuara yang lengkap ada lima fungsi yang
terkoordinasi satu dengan lainnya, yaitu:
a. komentar atau narasi.
b. pemutaran dari sound effects hasil rekaman, baik yang hidup maupun
yang artifisial.
c. pembuatan dari suara slide advance proyeksi dari slide yang dibuat
dengan suara tersebut.
d. perekaman dari pita akhir yang berisi elemen 1,2,3 di atas.
e. pekerjaan semacam ini memerlukan suatu team work yang baik.
PUST2137/MODUL 6 6.13
5. Pemeliharaan Slide
Penyimpanan slide perlu dilakukan secara hati-hati sekali. Tempat
penyimpanan harus kompak dan tidak menghabiskan ruangan yang tersedia,
bebas dari cahaya luar, debu, dan kelembaban. Seperti pada foto berwarna,
slide memerlukan perhatian khusus dalam pemeliharaannya. Warna pada
slide belum abadi, mudah pudar oleh cahaya langsung dari lampu maupun
dari matahari. Hindari membiarkan slide berserakan di atas meja, karena akan
mudah sekali terkena sinar langsung ataupun debu. Slide juga rawan sekali
terhadap goresan. Sekali terkena goresan, maka akan terproyeksikan goresan
tersebut, dan proyeksi gambarnya akan rusak. Debu yang menempel pada
permukaan slide harus dibersihkan dengan hati-hati, dengan pembersih
khusus dari kain atau kertas yang lunak. Emulsi pada slide mudah sekali
tergores.
Udara lembab juga berbahaya bagi slide, sebab mempengaruhi emulsi,
mudah tumbuh jamur, dan merusak bahan warna. Dalam melestarikan slide
atau jenis film lainnya kita harus memperhatikan perangkat yang digunakan
untuk menjalankan soft warenya. Dalam penggunaan slide, kita harus
memperhatikan proyektornya, agar lestari, tidak ada kerusakan, kabel putus
atau lensa kotor, sehingga dapat mengganggu kalau hendak digunakan.
Kerusakan pada perangkat ini atau hardware akan berakibat tidak dapat
dipakainya software. Pemeliharaan secara rutin, pemeriksaan alat-alat
6.14 Pelestarian Bahan Pustaka
penting, pembersihan dari debu, jamur, atau serangan dari binatang harus
diperhatikan.
Seperti pemeliharaan bahan pustaka pada umumnya kontrol ruangan dari
temperatur dan kelembaban harus ketat. Hanya pada film lebih baik kalau
suhu udara lebih dingin lagi dari suhu yang ideal untuk buku. Kalau suhu
untuk buku yang ideal 18 C, maka pada film sebaiknya lebih rendah dari itu
bahkan dapat sampai serendah 4 derajat. Yang jelas binatang tidak akan
menjamah dan jamur tidak akan dapat tumbuh pada temperatur itu.
6. Kelebihan Slide
Membuat slide tidak sukar. Asal kita sudah mengetahui cara
menggunakan kamera untuk keperluan potret-memotret dengan film hitam
putih atau berwarna, maka kita akan dapat pula membuat slide. Hanya saja,
kita tidak dapat mencuci sendiri. Film khusus untuk slide, biasanya berwarna.
Kita memotret objek yang dikehendaki dan perusahaan foto profesional
mencuci serta memberikan bingkai sekalian. Kemudian ditempatkan di dos
khusus atau plastik yang transparan, khusus untuk menyimpan slide. Tempat
slide ini tersedia di toko film. Slide dapat ditempatkan secara berkelompok
atau tunggal, tergantung dari keperluannya. Ukuran film adalah 35 mm
seperti yang biasa digunakan untuk foto pada umumnya, tetapi ada tanda
khusus untuk slide.
Slide mudah dipakai dan dapat digunakan untuk kelompok yang banyak
anggotanya maupun untuk perorangan. Slide dapat digunakan secara tunggal
ataupun secara kelompok untuk mendukung suatu cerita yang berurutan.
PUST2137/MODUL 6 6.15
LA TIHA N
3) Film yang digunakan untuk membuat slide adalah film khusus yang
lebarnya ….
A. 16 mm
B. 35 mm
C. 70 mm
D. 100 mm
7) Slide sebaiknya diletakkan terhampar di atas meja agar tidak lekas rusak
oleh jamur.
“YA” "TIDAK"
10) Kalau fokus sudah baik pada waktu membuat slide, maka dalam
penyajiannya akan fokus pula.
"YA" “TIDAK"
1) B
2) A
3) B
4) C
5) B
6) YA, demikian dituangkan dalam teks.
PUST2137/MODUL 6 6.17
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
2) Film yang digunakan untuk membuat slide adalah film khusus yang
lebarnya ….
A. 16 mm
B. 35 mm
C. 70 mm
D. 100 mm
6.18 Pelestarian Bahan Pustaka
3) Kalau slide berserakan di atas meja bahaya paling berat yang dapat
mengancam ialah ….
A. dapat tumbuh jamur
B. menempelnya debu
C. slide dapat tergores
D. warnanya pudar
9) Kalau fokus sudah baik pada waktu membuat slide, maka dalam
penyajiannya akan fokus pula.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 6 6.19
Kegiatan Belajar 3
A. FOTOKOPI
B. TINTA
Kalau tak ada barang yang namanya "tinta" mungkin dunia perbukuan
kita tidak akan semaju seperti sekarang. Karena adanya tinta, maka berbagai
kemungkinan penyampaian informasi melalui tulisan bisa dilaksanakan.
Begitu pula perkembangan cetak-mencetak, dari cetak blok, menjadi cetak
desktop bisa terjadi karena tinta. Pada era informasi ini tinta masih
memegang peranan sangat penting dan merupakan industri yang cukup
mendatangkan uang. Sebagai contoh saja, tinta bolpoin merek Parker,
harganya mencapai Rp400.000,- pada tahun 1993, sedangkan tahun 1990
hanya Rp150.000,- per buah. Begitu pula jenis tinta yang lain. Misalnya yang
berbentuk pita, yang tadinya hanya melayani mesin ketik dan dua warna saja,
merah dan putih, saat ini melayani komputer yang menyediakan warna
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu atau warna campuran lain
yang dikehendaki.
Buku yang tadinya hanya dicetak hitam-putih, saat ini dapat dicetak
dengan warna apa saja, atau minimal tulisannya dengan cetak hitam-putih,
tetapi gambarnya berwarna-warni. Ini adalah berkat adanya kemajuan teknik
pembuatan "tinta" yang semakin maju.
Teknologi fotokopi yang tadinya hanya menyediakan warna hitam-putih
sekarang memberikan produk "berwarna." Ini tentunya usaha manufacturer
untuk memberikan variasi jenis barang, dan meningkatkan penghasilan
6.22 Pelestarian Bahan Pustaka
mereka. Tentu saja tinta tidak akan berhenti sampai demikian saja, tetapi
akan merupakan suatu komoditi yang banyak memberikan keuntungan,
bahkan sampai pada era "komputer" yang sangat memberikan harapan itu.
Pada dasarnya tinta adalah campuran bahan pewarna dengan air. Bahkan
cairan dari buah yang berwarna, tumbuhan berwarna, atau darah hewan,
dapat digunakan sebagai "tinta." Orang Mesir telah mengenal tinta semenjak
2.500 tahun SM. Pada saat yang sama orang Cina juga sudah mengenal tinta
yang dibuat dari campuran jelaga dengan kanji, kemudian dikeringkan. Kalau
hendak digunakan, tinta kering tersebut diberi air dan menimbulkan warna
hitam.
2. Macam Tinta
Pada dasarnya ada tiga macam tinta yaitu tinta tulis, tinta cetak, dan
bolpoin.
a. Tinta Tulis
Tinta tulis dibuat dari bahan tersebut di atas. Hanya bahan mineralnya
bisa diganti sesuai dengan keperluan, misalnya kristal besi belerang, kristal
gallic acid, chromium, dan sebagainya. Ada dua macam tinta tulis yaitu
permanen dan luntur. Tinta permanen menurut standar no. TT-I-563b terbuat
dari:
Kristal Gallic acid 5,0 gram
Kristal besi belerang 7,5 gram
Tartaric Acid 1,0 gram
Larutan warna biru.(no. 707) 3,5 gram
Air suling (25 derajat Celcius) 1 liter
PUST2137/MODUL 6 6.23
Dari bahan di atas akan diperoleh 1 liter tinta yang sifatnya permanen.
Tinta yang luntur, bahannya terdiri atas:
Larutan warna biru (no. 707) 5,0 gram
Glycerine 10,0 gram
Thymol 0,5 gram
Air 1 liter
Tinta tulis sebaiknya meninggalkan tulisan yang bersih pada kertas.
Meresap ke kertas dengan baik tetapi tidak tembus. Cepat kering. Bekas tinta
sebaiknya tidak membuat kertas menjadi rusak atau meningkatkan keasaman
pada kertas. Tinta tulis seharusnya memiliki kualitas tulis yang bagus, tidak
meninggalkan kristal pada pena atau pulpen. Tidak akan mengering dan
menebal pada pena. Cairan stabil, tidak menimbulkan tumbuhnya jamur atau
berkembangnya mikro organisme yang lain. Berbagai bahan pewarna dapat
dicampurkan agar memperoleh tinta berwarna yang dikehendaki.
b. Tinta cetak
Tinta cetak sifatnya lebih kental dari tinta tulis. Biasanya dikemas dalam
kaleng atau tube. Macamnya banyak sekali, sebanyak macam mesin cetak
yang ada. Tinta untuk mencetak ada dalam berbagai warna, agar memberikan
daya tarik yang tinggi sesuai dengan keperluan pencetak, sebaiknya bersifat
cepat kering. Untuk surat kabar, kertas koran sudah memiliki daya serap tinta
yang bagus. Ada tinta cetak yang harus dipanasi dahulu sehingga daya
rekatnya bagus.
Bahan yang digunakan untuk tinta cetak ialah alkyd sintetis, minyak
mineral yang berasal dari minyak tanah, minyak tanah, minyak tung, minyak
kedelai, minyak castor yang dikeringkan, dimasak dengan damar, dan
diberikan zat pewarna. Dengan adanya kemajuan teknologi dalam bidang
cetak mencetak, maka teknologi tinta cetak pun berkembang mengikuti atau
disesuaikan dengan teknologi tersebut.
Tinta bentuk lain, yang bisa dimasukkan dalam tinta cetak ialah karbon
dan pita mesin ketik atau pita komputer. Bahan dasarnya juga seperti tinta
cetak tetapi dikemas dalam pita dan dikeringkan. Tinta stensil juga termasuk
jenis tinta cetak.
c. Bolpoin
Jika kita menulis dengan bolpoin, tinta dipindahkan dari tabung
persediaan ke kertas melalui bola yang berputar yang terletak pada ujung
6.24 Pelestarian Bahan Pustaka
pena. Bola tersebut berdiameter 1 mm, dan jika dituliskan bola tersebut
berputar, sehingga menghasilkan tulisan yang rata dan bagus. Tinta bolpoin
terbuat dari bahan celup, pewarna, dicampur dengan minyak dan damar.
Kekentalan tinta bolpoin adalah antara kekentalan tinta tulis dan tinta cetak.
Jadi tidak cair sekali seperti tinta tulis, tetapi juga tidak pekat seperti tinta
cetak. Karena agak kental maka walau tabung tempatnya tidak ditutup tetapi
tinta tidak tumpah. Jadi memasukkannya harus dengan mesin di pabrik. Yang
termasuk tinta bolpoin ialah tinta untuk bantalan stempel yang terbuat dari
glycerine atau glycol dan air. Tinta bolpoin banyak berwarna-warni agar
menarik pembeli. Beberapa produk merek tertentu memiliki harga yang
mahal.
LA TIHA N
10) Tinta adalah pasangan dari kertas, karena itu tidak membahayakan
kertas.
"YA" "TIDAK"
1) B
2) C
3) A
4) A
5) C
6) YA
7) YA
8) TIDAK
9) TIDAK
10) TIDAK
PUST2137/MODUL 6 6.27
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
3) Ada jenis tinta yang harus dipanasi dulu agar dapat dipakai. Tinta
tersebut termasuk jenis tinta ….
A. bolpoin
B. cetak
C. tulis
D. fotokopi
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK” jika pernyataan tersebut Anda
anggap salah!
7) Bahan untuk tinta permanen ialah Glycerine 10,0 gram dan Thymol 0,5
gram untuk 1 liter air.
"YA" "TIDAK"
8) Tinta tulis yang bagus sifatnya stabil, meresap di kertas tetapi tidak
tembus dan cepat kering.
"YA" "TIDAK"
9) Tinta disebut permanen, jika dicelup di air dan tidak luntur tetapi kalau
kena sinar ultra violet luntur.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 6 6.29
10) Tinta yang digunakan untuk bantalan stempel sejenis dengan tinta
bolpoin.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
Akers, Bob. (1978). Care and handling of a map collection. Map Collector,
(4) Sept., 1978: 25.
Barton, P. L. (1982). Map transit and storage. Archifacts, 222, 2 July 1982:
37-40.
Hoffert, Barbara. (1992). Books into bytes: As platforms proliferate and more
and more publishers go electronic, libraries face new choice. Library
Journal, September 1, 1992: 130-135.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
Bentuk Mikro
1. Pembuatan Mikrofilm
Dalam melestarikan bahan perpustakaan, kita harus membedakan
pelestarian dokumen fisiknya ataukah pelestarian informasinya. Jika kita
ingin melestarikan fisiknya, kita kerjakan laminasi, enkapsulasi, dan
deacidifikasi, tetapi jika kita ingin melestarikan isi dokumen atau
informasinya, kita bisa mengubah dokumen menjadi bentuk yang lain,
dengan tidak merusak informasinya sedikit pun. Pekerjaan ini bisa dikerjakan
dengan membuat mikrofilm dari dokumen tersebut. Cara yang lain ialah
dengan memasukkan dokumen ke dalam disket, yang disebut dengan
videodisc technology. Pada topik ini akan dibicarakan masalah pembuatan
mikrofilm bahan perpustakaan. Pembuatan mikrofilm ini dilakukan karena
beberapa pertimbangan:
a. bahan sudah rusak, sehingga tak perlu disimpan lagi;
b. bahan masih baru, tetapi nilai fisiknya tidak penting, sehingga demi
penghematan ruangan dan pemeliharaan, perlu dibuatkan mikrofilmnya;
c. bahan sangat penting, kalau dipinjamkan dalam bentuk aslinya akan
mudah rusak, sehingga perlu dibuatkan mikrofilmnya untuk dipinjamkan
atau dipakai pembaca;
d. ada beberapa penerbit yang khusus menerbitkan dokumen dalam bentuk
mikrofilm, misalnya IDF dari Swiss, dan UMI (University Microfilm
International) yang menerbitkan disertasi di Amerika.
disebut sebagai apperture card jenis mikrofilm yang paling kecil disebut
ultrafish.
Dari semua mikrofilm di atas diperlukan alat untuk membacanya, yang
disebut microfilm reader atau alat baca mikrofilm. Yang perlu diperhatikan
pada alat baca mikro ini ialah sebagai berikut.
a. Apakah alat tersebut bisa membuat hard copy?
b. Apakah alat tersebut ada di pasaran kita?
c. Kalau alat tersebut rusak, mudahkah mencari pengganti bagian-
bagiannya?
d. Kokoh ataukah mudah rusak?.
e. Berapa rasio perbesarannya?
f. Apakah lensanya bagus dan memberikan gambaran yang jelas?
g. Apakah dilengkapi dengan kipas angin pendingin lampu?
h. Apakah mudah dipelihara?
i. Apakah mudah dipindah-pindahkan?
halaman untuk majalah profesional tidak seluas halaman surat kabar, hanya
kira-kira selebar halaman kuarto atau folio. Majalah profesional dibuatkan
mikrofilm dari film ukuran 16 mm. Setiap halaman dibuat satu film atau fish.
Kemudian halaman-halaman tersebut disusun menurut urutan dari kecil
ke besar dalam suatu kantong plastik yang ukuran lebarnya hanya 16 mm
lebih sedikit sehingga film bisa masuk. Halaman kecil di sebelah kiri,
halaman besar di sebelah kanan. Satu plastik memuat kira-kira 16 fish.
Kemudian dibuatkan duplikasinya dan diedarkan untuk dibaca umum atau
dijual belikan. Majalah profesional tertentu ada yang hanya diterbitkan dalam
bentuk mikrofish.
3. Sejarah Mikrofilm
Penemuan mikrofilm merupakan kemajuan yang luar biasa dalam bidang
perpustakaan. Perubahan bentuk dari kertas ke mikrofilm tidak hanya
memudahkan dalam penyimpanan maupun transportasi tetapi juga ternyata
sangat bermanfaat untuk keperluan pelestarian. Teknologi fotografi mikro ini
mula-mula ditemukan pada tahun 1839 oleh John Benyamin Dancer. Pada
tahun 1870 saat penaklukan kota Paris atau apa yang disebut dengan Perang
Franco-Prusian, tentara mengirimkan informasi melalui foto mikro yang
dikirimkan dengan burung merpati. Ini lebih aman untuk tidak diketahui
musuh daripada penggunaan surat yang dikirim dengan pos. Foto mikro
hanya dapat dibaca dengan alat khusus, misalnya kaca pembesar sedangkan
surat pos dapat dibaca dengan mata telanjang. Jadi foto mikro mula-mula
digunakan untuk keperluan militer. Pada tahun 1908 foto mikro mulai
digunakan untuk memfoto dokumen oleh Amandus Johnson dari Royal
Archives of Stockholm. Ia berpendapat bahwa memfoto dua halaman
dokumen berukuran kuarto bersama-sama pada satu tempat (kemudian dibaca
pada tempat yang telah disediakan dengan menggunakan kaca pembesar)
akan memberikan banyak kemudahan bagi pembaca.
Penggunaan mikrofilm di perpustakaan ini sebenarnya dimulai awal
tahun 1930, ketika Keyes Metcalf mengirimkan tumpukan surat kabar yang
sudah robek-robek ke Perusahaan Recordak untuk dibuatkan mikrofilm
dengan menggunakan film ukuran 35 mm. Pada bulan Mei 1934
Perpustakaan Umum New York menyediakan ruang baca mikrofilm, dan
mulai dengan pembuatan eksperimen kamera dari kayu "Recordak" model A
dan B. Beberapa tahun kemudian David C. Weber berhasil menemukan
sistem pembuatan mikrofilm, yang merupakan tonggak sejarah dalam sejarah
perpustakaan.
Pada tahun itu juga percobaan pembuatan mikrofilm dikerjakan di
perpustakaan. Mula-mula digunakan lensa kamera Leica yang dipasang pada
PUST2137/MODUL 7 7.9
4. Reproduksi Mikrofilm
Dalam melestarikan informasi dari suatu dokumen, kita bisa
menggunakan teknologi mikrofilm. Jika dokumen tersebut ditulis pada kertas
yang rendah kualitasnya, seperti surat kabar, yang jika digunakan oleh
banyak pembaca rusak dalam waktu singkat padahal informasinya masih
diperlukan dalam jangka waktu lama, maka ada baiknya dibuatkan
mikrofilmnya. Menyimpan mikrofilm lebih mudah daripada penyimpanan
surat kabar dalam bentuk kertasnya, menghemat ruangan, menghemat ongkos
penjilidan surat kabar, dan memudahkan pemakaiannya. Jika dikehendaki
hard copy-nya bisa dibuatkan dengan mudah.
Kartu katalog perpustakaan yang hanya satu perangkat, dianggap kurang.
Ini diperlukan banyak duplikasi untuk digunakan di ruangan lain. Agar
mudah dan murah, maka dibuat mikrofilm. Mula-mula mikro-opaque
terkenal di Amerika, kemudian muncullah COM, mikrofilm yang dibuat oleh
komputer, yang sangat mudah untuk menduplikasikannya. Untuk duplikasi
mikrofish digunakan bahan diazo. Inilah yang dipinjamkan kepada pembaca
di perpustakaan, bukan master negatifnya.
LA TIHA N
2) Film yang digunakan untuk membuat mikrofilm koran ialah film yang
berukuran . . . .
A. 35 mm
B. 16 mm
C. 8 mm
D. 6 mm
3) Pelestarian surat kabar bagi perpustakaan adalah paling sukar sebab ....
A. menjilidnya sukar
B. kualitas kertasnya rendah
C. banyak digunakan
D. terlalu besar
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
9) Kertas ukuran folio atau kuarto paling cocok dimikrofilmkan pada film
yang berukuran 16 mm.
"YA" "TIDAK"
1) B
2) A
3) B
4) C
5) A
6) TIDAK, beliau adalah ahli arsip dari Swedia.
7) TIDAK, The New York Public Library juga memberikan pelayanan
yang sama.
8) TIDAK, bukan, kepalanya adalah Frank L. Polk.
9) YA, demikian dituangkan dalam teks.
10) TIDAK, justru sebaliknya.
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
5) Bentuk mikro yang dikemas pada kertas, bukan pada film disebut . . . .
A. mikrofilm
B. apperture card
C. mikro-opaque
D. CD ROM
PUST2137/MODUL 7 7.13
8) Dalam hal bentuk mikro, kita tidak perlu mengetahui berapa rasio
pembesarannya.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
C D-ROM adalah disc yang terbuat dari plastik, berkilau dengan warna
pelangi yang bergaris tengah 4,72 inci atau sekitar 12 cm, tebalnya
kurang dari 2,5 mm. Memiliki satu lubang di tengah-tengah dengan ukuran
1.2 mm dan berkapasitas menyimpan data lebih dari 500 Megabyte
(Oppenheim, 1989: 5). CD-ROM adalah suatu temuan dari perkembangan
teknologi informasi mutakhir.
Dalam sebuah seminar di tahun 1983, penulis pernah melontarkan
gagasan bahwa suatu saat kita bisa membeli The Library of Congress. Ini dua
tahun sebelum Hitachi menemukan dan memasarkan produk baru yang
disebut CD-ROM (Compact Disc-Read Only Memory) di tahun 1985.
Pendapat penulis yang mengherankan dosen pembimbing Dr. De Pew
tersebut didasarkan atas bacaan penunjang pada seminar tentang Proyek
Pelestarian di Library of Congress dengan menggunakan teknologi video
disc. Dalam artikel itu disebutkan bahwa satu sisi video bisa menyimpan data
sebanyak 54.000 halaman kuarto. Jadi, kalau dua sisi bisa menyimpan
108.000 halaman atau sekitar 216 buah buku dengan tebal 500 halaman.
Dengan demikian koleksi Jefferson milik The Library of Congress yang
hanya 24.000 volume itu, akan dapat disimpan dalam sekitar 100 buah disc,
dan ini bisa dijual kepada siapa saja yang memerlukannya.
The Library of Congress yang semula hanya bermaksud mengadakan
pelestarian dokumen dengan menggunakan teknologi video disc pada tahun
1982, ternyata sekarang teknologi video disc berkembang menjadi bisnis
yang sangat maju dalam dunia penyimpanan informasi dan penyebarannya
sekaligus. Tentu saja kemampuan pelestariannya sangat dapat dihandalkan.
Berbagai cara telah dicoba untuk dapat menyimpan informasi alih
bentuk, misalnya dengan teknologi mikrofilm seperti dijelaskan dalam
Kegiatan Belajar 1 di atas. Dewasa ini The Library of Congress dihadapkan
dengan masalah banyaknya buku yang masuk di perpustakaan. Setiap menit
ada 10 buku yang masuk, sehingga dapat diperhitungkan berapa buku yang
akan masuk dalam satu jam, satu hari, satu bulan, satu tahun, dan seterusnya.
Jadi masalahnya akan kekurangan tempat. Belum lagi masalah buku-buku
lama yang perlu dilestarikan baik fisik maupun informasinya. Kekurangan
tempat tersebut harus dapat diatasi dengan alih bentuk. Buku yang tidak perlu
dilestarikan fisiknya, tetapi perlu dilestarikan informasinya, inilah yang perlu
dialihbentukkan.
7.16 Pelestarian Bahan Pustaka
kembali informasi. Kelebihan utama media ini adalah dalam hal kemampuan
menyimpan informasi. Kombinasi kemampuan penyimpanan informasi atau
data yang sangat besar, kehandalan mikroprosesor masa kini dan densitas
memory yang semakin tinggi, telah mengubah secara drastis cara orang
menangani informasi.
Sesuai dengan namanya, data atau informasi digital yang sudah direkam
di dalam CD-ROM tidak dapat dihapus atau ditambah oleh pemakai. CD-
ROM hanya dapat dibaca, yaitu dengan menghubungkan alat baca CD-ROM
(CD-ROM Drive) ke komputer Personal (PC). CD-ROM Drive ini pada
dasarnya dapat dihubungkan ke komputer apa saja, tetapi kecenderungan
akhir-akhir ini menunjukkan bahwa personal komputer lebih banyak dipakai.
Kemudian, untuk menelusuri informasi di dalam CD-ROM, diperlukan
pula suatu paket perangkat lunak khusus yang berfungsi untuk
memerintahkan komputer mengakses informasi di dalam CD-ROM. Menurut
Heimburger (1988), ada tidak kurang dari 29 macam paket perangkat lunak
yang digunakan untuk menelusuri pangkalan data di dalam CD-ROM, telah
tersedia secara komersial.
CD-ROM juga dapat dianggap sebagai satu anggota dari keluarga besar
media informasi optikal dengan ciri umumnya adalah proses penulisan dan
pembacaan informasi yang dihasilkan atau dibuat oleh sinar laser. Piringan
optik atau media optik dapat dibagi ke dalam tiga grup seperti dijelaskan oleh
Desmarais, 1991: 28 sebagai berikut.
1. Optical Read Only Memories (OROM) adalah piringan di mana
informasi hanya sekali dapat direkam, juga termasuk CD-Audio, CD-I
(Interactive).
2. Write Once Read Many Memory atau Write Once Read Forever Disc
misalnya WORM (Write Once Read Many) disc atau CD-PROM
(Compact Disc Programmable Read Only Memory) dan data ROM.
3. Erasable Memory, misalnya CD-EPROM (Compact Disc Erasable
Programmable Read Only Memory) dan Data ROM.
5. kebanyakan portabel;
6. mudah dihubungkan dengan Personal Computer.
dalam bentuk optis adalah suatu cara lain untuk penyebaran informasi oleh
penerbit dalam memperluas pemasaran produk informasi mereka. Grolier
Electronic Publishing Inc telah merekam 20 volume Encyclophedia
Americana (EA) ke dalam kemasan CD-ROM. Sejumlah 9 juta kata yang
tersimpan di dalam EA itu hanya menempati seperlima ruang pada disc yang
hanya berukuran 4.72 inci tersebut. Langkah Grolier ini kemudian diikuti
oleh McGraw-Hill dengan menerbitkan CD-ROM untuk Concise
Encyclopedia of Science and Technology (CEST) dan Dictionary of Scientific
and Technical Term (DSTT).
Dewasa ini banyak sekali muncul para peneliti atau penulis yang
menuliskan hasil penelitiannya di majalah profesional. Begitu banyaknya
karya mereka, sehingga setiap 5 tahun jumlahnya menjadi dua kali lipat,
sehingga akan menimbulkan masalah dalam penyimpanannya. Karena itu,
pemakaian CD-ROM dalam penyimpanan sumber informasi merupakan
alternatif yang paling memungkinkan.
Sekarang ini, CD-ROM telah menjadi populer terutama di kalangan
penerbit, perpustakaan dan bisnis informasi. Di negara maju seperti Amerika
7.20 Pelestarian Bahan Pustaka
SISI PELESTARIAN
Piringan optik atau juga compact disc ini adalah media yang
memanfaatkan teknologi laser dalam proses perekaman dan pembacaan
kembali informasi. Media ini dapat menyimpan data pada cakram
berdiameter 4,75 inci (120 mm), dengan tebal kurang dari 2,5 mm dan
berkapasitas 275.000 halaman. CD-ROM tidak dapat tergores atau usang
7.24 Pelestarian Bahan Pustaka
karena informasi dalam cakram dilindungi oleh lapisan transparan. Tak ada
head crashes karena cakram dibaca dengan laser bukan dengan head
magnetic yang bersinggungan dengan permukaan media.
CD-ROM dapat digunakan untuk menyimpan data apa saja mulai dari
teks, grafik komputer, suara, dan gambar video. Hal ini sangat
menguntungkan untuk pekerjaan pelestarian informasi. Jadi boleh dikatakan
informasi dalam bentuk apa saja sudah dapat dilestarikan dalam CD-ROM.
Harga CD-ROM yang paling murah dibandingkan dengan media penyimpan
lain, merupakan keunggulan yang luar biasa.
Berhubung CD-ROM dijalankan pada mikro komputer, maka dalam
perawatannya harus melihat kepada sifat dan watak sebuah PC. Misalnya saja
disc drive harus rajin dibersihkan dengan alkohol, hindari adanya virus pada
komputer, sebab ada kemungkinan menghambat jalannya pembacaan pada
CD-ROM. Ruangan yang dingin, standar, kelembaban yang berkisar antara
40 sampai dengan 60 persen perlu dijaga. Penempatan disket di tempat yang
terlindung, bebas dari temperatur panas oleh sinar maupun oleh sumber panas
yang lain. Akhirnya perlu kita garis bawahi lagi bahwa CD-ROM adalah:
1. sarana penyimpanan berkapasitas tinggi;
2. beberapa jenis dari teknologi ini tidak mahal;
3. beberapa jenis dari teknologi ini tahan lama;
4. tahan terhadap gangguan-gangguan yang disebabkan oleh bidang
elektromagnetis;
5. kebanyakan portabel;
6. dioperasikan dengan personal computer.
LA TIHA N
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah.
8) CD-ROM tidak dapat tergores atau usang seperti pada pita video yang
dapat terkena head crashes karena cakram dibaca dengan laser bukan
dengan head magnetic yang bersinggungan dengan permukaan media.
"YA" "TIDAK"
9) CD-ROM dapat digunakan untuk menyimpan apa saja mulai dari teks,
grafik komputer, suara, dan gambar video, tetapi tidak dapat menyimpan
data bibliografi.
"YA" "TIDAK"
1) A.
2) B
3) C
4) C
5) A
6) YA, demikian diterangkan dalam teks.
7) TIDAK, tidak hanya untuk Indonesia, tetapi perpustakaan di dunia pada
umumnya.
8) YA, demikianlah diterangkan dalam teks.
9) TIDAK, karena data bibliografi pun dapat disimpan dalam CD-ROM.
10) TIDAK, yang menerbitkan LISA, bukan Bowker dari USA.
PUST2137/MODUL 7 7.27
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada 'TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
6) Sesuai dengan namanya, data atau informasi digital yang sudah direkam
di dalam CD-ROM tidak dapat dihapus atau ditambah oleh pemakai.
"YA" "TIDAK"
7) Pustakawan yang bekerja pada bagian sirkulasi juga akan terbantu, sebab
CD-ROM dapat mempermudah mencari informasi.
"YA" "TIDAK"
PUST2137/MODUL 7 7.29
8) Books in Print terbitan Bowker dan BibIio File yang dikemas dalam
bentuk CD-ROM berguna untuk katalogisasi.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
Folcarelli, Ralp J., et al. (1982). The microform connection: A basic guide for
libraries. New York: Bowker.
Hoffert, Barbara. (1992). Books into bytes: As platforms proliferate and more
and more publishers go electronic, librarians fare new choice. Library
Journal, September 1,1992:130-135.
Miller, Michael J. (1992). Multimedia: Pcs and upgrade kits: Midi software.
authoring software. PC Magazine, March 31,1992:11123.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
LA TIHA N
5) Tokoh pelestarian yang banyak menulis buku dari The British Library
ialah ….
A. John Feather
B. David W. G. Clements
C. Jeffery Field
D. F.W. Ratcliffe
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
1) B.
2) A
3) C
4) A
5) B
6) TIDAK, jangan dimasukkan kata-kata "termasuk dari Indonesia."
7) YA, demikianlah dijelaskan dalam teks.
8) YA, demikianlah diuraikan dalam teks.
9) TIDAK, bahkan sebaliknya.
10) YA, demikian dijelaskan dalam teks.
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
4) Salah satu bab dari buku Languell yang berjudul The Conservation of
Book and Document, yang diterbitkan di London, tahun 1957
membicarakan masalah ….
A. tinta
B. kutu buku
C. penjilidan
D. laminasi
10) Seminar dan workshop dalam bidang pelestarian tidak banyak dikerjakan
di perpustakaan Inggris.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
Pada akhirnya bagaimana semua rencana itu akan berhasil dengan baik,
dan biaya yang cukup tinggi dapat terpenuhi, ini semua tergantung
8.14 Pelestarian Bahan Pustaka
bagaimana melaksanakan semua rencana yang telah ada itu secara teratur dan
rapi di samping profesionalisme yang memadai.
Walaupun Amerika Serikat bukan pelopor pelestarian seperti Inggris,
tetapi pelaksanaan program pelestarian menjadi lebih berkembang dan lebih
maju dari pada Inggris. Hal ini disebabkan berbagai faktor pendukung yang
dimiliki oleh Amerika Serikat. Faktor-faktor pendukung tersebut di antaranya
sebagai berikut.
1. Banyak pakar yang dapat bekerja sama satu sama lain demi
meningkatkan mutu profesi. Jadi tidak saling menjatuhkan seperti
layaknya pakar di negara yang sedang berkembang.
4. Jeffery Field, seorang pakar yang menuliskan peran NEH yang terkenal
murah dalam memberikan dana untuk keperluan pelestarian. Salah satu
tulisannya ialah:
"The Role of the National Endowment for the Humanities Office of
Preservation in the National Preservation Effort." Microform Review,
14 (2) Spring, 1985: 81-82, 84-86.11 refs.
Masih banyak lagi pakar yang lain yang sangat berbobot dalam
pengalaman maupun pengetahuan mereka dalam bidang pelestarian, tetapi
tidak mungkin untuk dituangkan di tempat yang terbatas ini.
Di bawah ini diuraikan sebuah rencana pelestarian yang dikerjakan oleh
Perpustakaan Kebun Raya Brooklyn, New York agar diperoleh gambaran
betapa tidak mudahnya mereka menyelenggarakan pekerjaan tersebut, tetapi
akhirnya berhasil.
PUST2137/MODUL 8 8.17
Proses pelestarian ini dituangkan dalam sebuah paper yang ditulis oleh
Brenda Weisman, Direktur Jasa Informasi, Kebun Raya Brooklyn New York.
Makalah ini memberikan gambaran pertama dari serangkaian proyek
pelestarian untuk menyelamatkan koleksi sampai gedung yang direnovasi
selesai. Proyek ini hanya menyangkut buku-buku langka.
Kebun Raya Brooklyn didirikan pada tahun 1910 di atas pembuangan
sampah kota, didirikan atas kerja sama pihak swasta dengan pemerintah.
Bangunan gedung seluas 5000 m2 yang dimiliki kota New York City, di
mana 34% dari seluruh jumlah modal berasal dari Pemerintah. Sisanya
berasal dari sektor swasta di bawah kepemimpinan sebuah badan yang
merdeka. Dana pendukung lainnya diperoleh dalam bentuk uang keanggotaan
dan dari sumbangan pemberian dari sumber swasta lain.
Tujuan dari Kebun Raya Brooklyn ditetapkan oleh negara bagian New
York sebagai penempatan koleksi dan kebudayaan tanaman, bunga-bungaan,
kayu, tentang ilmu tumbuh-tumbuhan untuk keperluan pameran, hiasan
tanaman, dan kebun, serta untuk hiburan dan pendidikan bagi masyarakat.
Perpustakaannya yang didirikan pada tahun yang sama memiliki
kekayaan sejumlah 40.000 volume berupa karya monograf, berkala, termasuk
sejumlah buku langka yang menarik berisi tentang sejarah tumbuh-tumbuhan
dan pertanian bangsa Barat. Misalnya sebuah survei perpustakaan oleh
Charles R. Long, yang hasilnya antara lain menyimpulkan: "Ada kurang
lebih 40 folio gajah dalam koleksi ini yang sangat bernilai untuk keperluan
ilmuwan." Kemudian ia mendaftarkan beberapa judul yang ia gambarkan
sebagai contoh dari pembuat buku di abad ke-18 dan ke-19 yang sangat
besar.
Nilai koleksi tersebut jelas menjadi kebanggaan bagi kebun raya,
pegawai dan pemakai perpustakaan. Sekarang ini perhatian ditujukan kepada
kondisi lingkungan bersama dengan kerusakan dalam dinding bangunan.
Tulisan ini akan menggambarkan langkah awal yang telah diambil dalam
usaha melestarikan perpustakaan. Tulisan di bawah ini diambil dari tulisan
Brenda Weisman yang berjudul Rencana Pelestarian di Perpustakaan Kebun
Raya Brooklyn.
Survei Koleksi
Antara tahun 1980-1983 beberapa peristiwa terjadi. Satu adalah
kedatangan pimpinan yang baru, Donald Moore, yang tentu saja ia segera
memperhatikan bahwa perlu ambil tindakan berdiskusi dengan badan
8.18 Pelestarian Bahan Pustaka
Proposal
Dengan senjata koleksi yang terdokumentasi baik ini mereka mencari
bantuan dana "Pendukung Proyek Pelestarian tahun 1985” dari dana
pemerintah federal "Institute of Museum Services". Kualitas bukunya yang
demikian penting sehingga perlu diberi dana sebesar $ 23.000 untuk memulai
program pelestarian. Bantuan tersebut untuk membayar gaji pegawai, alat-
PUST2137/MODUL 8 8.19
Prosedur Pendahuluan
Sebelum pekerjaan yang sebenarnya dikerjakan, kartu shelf list-nya
difotokopi sebagai duplikasi. Alasan mengkopi ini karena sudah ada nomor
inventarisnya.
Mengapa diambil nomor buku ini, karena buku-buku tidak memiliki call
number. Keputusan ini menghemat waktu dalam menentukan prosedur dan
proses. Kartu utama akan difotokopi kemudian, sehingga nantinya tiap-tiap
buku akan memiliki catatan yang lengkap sehingga memudahkan bagi
pustakawan penerus yang bertugas di kemudian hari.
Pelaksanaan Proyek
Pada pelaksanaan, ternyata banyak rencana yang sudah dikerjakan
dengan rapi, tetapi pelaksanaannya lain dengan rencana. Misalnya petugas
fotokopi berjalan lebih lambat dari petugas pembungkus buku-buku yang
akan dipindahkan, dan ini memperlambat pekerjaan.
8.20 Pelestarian Bahan Pustaka
LA TIHA N
10) Banyak lembaga atau yayasan yang bersedia memberi bantuan dana
untuk keperluan pelestarian di Amerika Serikat.
"YA" "TIDAK"
1) A
2) B
3) C
4) B
5) C
6) YA, demikianlah dijelaskan dalam teks.
7) TIDAK, justru Library of Congress sebagai pelopor.
8.24 Pelestarian Bahan Pustaka
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
Kegiatan Belajar 3
Iklim Tropik
Bahan pustaka pada iklim tropik tidak terhindar dari bahaya yang sama,
seperti pada iklim lain. Bahaya itu meningkat dengan terlalu banyaknya
panas dan kelembaban dari iklim tropik serta cara menangani serangga
daerah tropik.
Sebagai hasil pertanggungjawaban administrator untuk koleksi pada
daerah tropik, mereka harus secara intensif berusaha agar benar-benar
memusatkan pada pelestarian koleksi. Perhatian khusus harus diberikan
kepada keadaan sekitar (lingkungan) dan pengawasan terhadap serangga dan
hama pada iklim tropik. Tidak akan ada nilainya untuk menganggap
pengawetan dan pemeliharaan bahan bibliografi bila ukuran waktu yang
dipakai sedikit.
Kenyataan bahwa banyak negara-negara dengan iklim tropik, juga
negara-negara berkembang, memberikan tambahan perhatian pada
pelestarian bahan pustaka, namun dana untuk perpustakaan yang diharapkan
tidak ada. Pada negara berkembang dana untuk perpustakaan tidak ada
prioritas, oleh karena anggaran agaknya diberikan untuk pelayanan yang
utama bagi pemerintah.
Langkanya anggaran yang memadai untuk pengembangan koleksi
tergantung pada bahan retrospektif untuk memuaskan kebutuhan pemakai.
Pada perpustakaan-perpustakaan dengan dana yang langka dengan
mengalokasikan anggaran yang kecil, menunjukkan keraguan bahwa program
pemeliharaan adalah prioritas.
Puerto Rico
Kepulauan Puerto Rico lokasinya berada di tengah-tengah gugusan
kepulauan yang kelihatan seperti kepulauan Autilles dan ada di paling kanan
Laut Caribea. Ia memiliki iklim yang panas dan lembab. Letak geografisnya
juga membuatnya mudah mendapat kecelakaan badai dan angin ribut.
Dahulu kala, gejala alam ini mempunyai dampak perusak pada
pemeliharaan bahan pustaka. Banjir, serangga daerah tropis, panas dan
kelembaban yang tinggi juga menambah keburukan atau kehilangan segala-
galanya dari sejumlah besar buku dan surat kabar di Puerto Rica, tetapi
perpustakaan-perpustakaan yang lain, menghindari pencemaran oleh manusia
selama ada wabah.
Pada awalnya, perpustakaan-perpustakaan yang berada di Puerto Rico
telah musnah oleh api pada waktu pemberontakan Indian tahun 1513, dan
PUST2137/MODUL 8 8.29
LA TIHA N
1) A
2) B
3) D
8.34 Pelestarian Bahan Pustaka
4) A
5) B
6) YA, demikianlah dijelaskan dalam teks.
7) TIDAK, tidak satu jam, tetapi dua jam di dalam plastik.
8) YA, demikianlah dijelaskan dalam teks.
9) YA, demikianlah dijelaskan dalam teks.
10) TIDAK, Dr. Ashford bukan konsultan perpustakaan.
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
9) Walaupun Puerto Rico termasuk daerah tropis, tetapi rayap dan jamur
tidak banyak berkembang.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
------. (1986). The National Preservation Office of the British Library. IFLA
Journal, 12 (1) February, 1986: 25-32.
Field, Jeffery. (1985). The Role of the national endowment for the humanities
office of preservation in the national preservation effort. Microform
Review, 14 (2) Spring, 1985: 81-82, 84-86. 11 refs.
Wilson, Alex. (1982). For This & future generations: Managing the conflict
between conservation and use. Library Review, 14 (4) Oct. 1982: 266-
278.
PE NDA HULUA N
Kegiatan Belajar 1
A. ORGANISASI LOKAL
B. ORGANISASI NASIONAL
C. ORGANISASI INTERNASIONAL
LA TIHA N
3) Yang bukan bagian dari American Library Association (ALA) ialah ....
A. SLA
B. ARL
C. SAA
D. ALA
4) SAA merupakan asosiasi juru arsip profesional, kurator naskah asli, dan
juru tulis yang berpusat di ....
A. Chicago
B. New York
C. Washington D.C.
D. Canada
9) Pada tahun 1981 LBI mengadakan revisi dari buku yang diterbitkan
tahun 1971 yang berjudul Standard For Library Binding.
"YA" "TIDAK"
10) ARL adalah suatu organisasi dari 113 perpustakaan penelitian terbesar di
U.S. dan Kanada, khususnya untuk memperluas kerja sama
perpustakaan.
"YA" "TIDAK"
1) B
2) C
3) C
4) A
5) B
9.12 Pelestarian Bahan Pustaka
6) TIDAK
7) TIDAK
8) YA
9) YA
10) YA
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
2) Proposal for National Institute for Conservation adalah produk dari ....
A. NCAC
B. LBl
C. ALA
D. SAA
PUST2137/MODUL 9 9.13
10) The NCAC dibiayai oleh dana dari National Museum Act yang dikelola
oleh The Smithsonian Institute.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 2
A. LEMBAGA RISET
yang bersifat nasional maupun internasional. Jika ada pembaca yang ingin
memperdalam pengetahuan dalam bidang ini dapat menulis surat langsung
kepada alamat berikut.
1. Tingkat Nasional
Di Amerika Serikat
Columbia University
Conservation and Preservation Programs
School of Library Service
516 Butler Library
New York, NY 10027
(212) 280-2241
PUST2137/MODUL 9 9.17
Library of Congress
National Preservation Program
Washington, DC 20540
(202) 287-5213
9.18 Pelestarian Bahan Pustaka
Library of Congress
Preservation Office
Madison Building
Washington, DC 20540
(202) 287-5213
Queens University
Art Conservation Programme
Kingston, Ontario, Canada K7L 3N6
(613) 547-5950
PUST2137/MODUL 9 9.19
Di Kanada
Restoration Workship
University of Western Ontario Libraries
London, Ontario
Canadian Group
International Institute for Conservation
Box / CP9195
Ottawa; Canada KIG 3T9
2. Tingkat Internasional
International Center for the Preservation of Cultural Property (ICCROM)
Via di San
Michele 13
00153 Rome, Italy
(formerly the Rome Center, 256 Via Cavour, Rome).
Library Materials Section (PLMS), di bawah RSTD. Pada tahun 1976, PLMS
menerbitkan Preservatin Education Directory yang menyatakan bahwa ada
12 mata kuliah dalam bidang ini yang diberikan oleh sekolah perpustakaan
maupun sekolah non perpustakaan. Direktori tersebut direvisi tahun 1981 dan
menyatakan bahwa ada 37 sekolah perpustakaan dan 25 sekolah non
perpustakaan memberikan pendidikan dalam bidang pelestarian. Mereka
menawarkannya dalam 25 bentuk mata kuliah. Dalam hal perkembangan
pendidikan pelestarian Paul N. Bank memiliki andil yang sangat besar dan
pantas mendapatkan penghargaan yang tinggi.
Dalam suatu pertemuan bulan Desember 1976 di Library of Congress di
Washington, D.C, Paul N. Bank, utusan dari perpustakaan New Berry di
Chicago menyatakan sangat perlu adanya pendidikan profesional dalam
bidang pelestarian dan pemeliharaan dokumen ini.
Ide Paul mendapat sambutan baik dari Pamela Darling, yang kemudian
memberikan mata kuliah dalam bidang ini di Columbia University School of
Library Studies. Ia mendapat dukungan dari suaminya Richard Darling yang
waktu itu menjadi Dekan di sana.
Pendidikan ini penting, mengingat banyak bidang keahlian yang harus
dimiliki oleh seorang yang bekerja dalam bidang pelestarian dan pengawetan
dokumen. Carolyn Clark Morrow dalam bukunya berjudul The Preservation
Cha1lenge A Guide to Corsercing Library Materials, memberikan contoh
job descriptions untuk mereka yang bekerja di bidang pelestarian. Tentu saja
kurikulum pendidikannya harus disesuaikan dengan kompetensi yang
dituntut pada job description tersebut. Ada tiga jenis tenaga yang diberikan di
sana yaitu pustakawan untuk pelestarian, pustakawan perawatan dan
sebagainya yang mengepalai bagian pelestarian di perpustakaan, kon-
servator, yaitu orang yang langsung bertanggung jawab untuk memperbaiki
dokumen, dan teknisi bidang konservasi.
2. Konservator
Konservator memiliki tanggung jawab dalam memperbaiki fisik
dokumen. la membantu mengembangkan kebijaksanaan pelestarian dan
pengawetan dokumen serta bertanggung jawab dalam menentukan standar
dan spesifikasi untuk setiap perbaikan dari segi profesi maupun etika.
Tugas utama seorang konservator ialah:
a. melaksanakan perbaikan bahan pustaka yang rusak baik dari yang
sederhana maupun yang kompleks;
b. mengadakan tes bahan kimia yang sesuai untuk menentukan penggunaan
bahan tertentu yang sesuai dengan dokumen yang akan dilestarikan;
c. mengadakan konsultasi dengan mereka yang lebih berpengalaman dalam
hal perbaikan bahan di luar bidang keahliannya;
d. mengadakan penelitian dan konsultasi dengan ahli subjek atau kurator
serta memberikan saran perbaikan apa yang sesuai dengan koleksi yang
ada;
e. merencanakan dan mengorganisasikan perbaikan fisik dan alat-alat serta
perlengkapan khusus;
f. mengawasi perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk
memperbaiki dokumen;
PUST2137/MODUL 9 9.25
LA TIHA N
Berilah tanda silang pada "YA" apabila pernyataan tersebut Anda anggap
benar, dan tanda silang pada "TIDAK" jika pernyataan tersebut Anda anggap
salah!
10) Pendidikan profesional dalam bidang pelestarian secara khusus sudah ada
di Indonesia yaitu di Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra UI.
"YA" "TIDAK"
1) Karena riset selalu melihat keadaan masa lalu, masa kini dan yang akan
datang. Dan selalu melihat perkembangan.
2) Belum.
3) Dari Jepang, Inggris, Australia, Amerika Serikat, Negeri Belanda.
4) W.J. Barrow Research Laboratory di Richmond, Virginia.
5) Organisasi profesi atau lembaga-lembaga yang berkepentingan.
6) YA.
7) YA.
8) TIDAK.
9) TIDAK
10) TIDAK
9.28 Pelestarian Bahan Pustaka
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
3) The Preservation Challenge diterbitkan tahun 1983 dan ditulis oleh ....
A. Paul N. Bank
B. Pamela Darling
C. Carolyn Clark Morrow
D. Warren J. Haas
8) Perbaikan buku yang agak rumit tidak dikerjakan oleh kurator tetapi oleh
pustakawan pelestarian.
"YA" "TIDAK"
10) Program pendidikan tiga tahun The Conservator Program bukan basil
kerja sama antara The Institute of Fine Arts New York University dan
Columbia University.
"YA" "TIDAK"
Kegiatan Belajar 3
A. KEBIJAKAN PELESTARIAN
Kalau kita bicara tentang pelestarian, maka kita tidak dapat lepas dari
keadaan fisik koleksi perpustakaan. Fisik ini menentukan bagaimana kita
dapat menempatkannya di rak, bagaimana menyimpannya agar awet,
bagaimana pula memelihara kondisi lingkungan. Kalau kita akan
mengadakan perbaikan, kita harus pertimbangkan fisik tersebut. Kalaupun
mengadakan alih bentuk, maka fisik dari bentuk baru ini pun menjadi
pertimbangan dalam kegiatan pelestariannya. Selanjutnya kita dapat
menentukan kebijakan pelestarian yang akan kita ambil, misalnya dalam
menentukan skala prioritas koleksi yang bagaimana harus dilestarikan, dan
dengan cara bagaimana kita dapat melestarikan bahan tersebut, bagaimana
keadaan keuangan yang tersedia di perpustakaan.
Dalam rangka manajemen koleksi yang meliputi kegiatan pemilihan,
pengadaan, penyimpanan, pelayanan sampai dengan pelestarian saling
berhubungan satu sama lain. Jadi bagaimanapun bagian pelestarian tidak
kalah penting dari bagian-bagian perpustakaan yang lain. Karena itu
perpustakaan harus memiliki bagian pelestarian, agar kegiatan perpustakaan
berimbang dan lengkap.
Berdasar pada pertimbangan di atas, maka bagian pelestarian di
perpustakaan memang sangat diperlukan. Pertimbangan lain yang membuat
bagian ini sangat penting adalah sebagai berikut.
1. Jika ada kerusakan dapat mudah diperbaiki. Kalau bahan rusak cepat
diperbaiki, berarti perpustakaan selalu siap memberikan pelayanan.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam mendirikan bagian
pelestarian ialah berikut ini.
a. Keadaan koleksi perpustakaan, apakah koleksi memenuhi jumlah
yang cukup atau berlebihan, sehingga perlu diseleksi atau dialih
bentuk. Kalau koleksi sudah mulai banyak yang rusak, maka perlu
segera ditangani.
9.32 Pelestarian Bahan Pustaka
agar mendengar keterangan yang diberikan oleh konsultan tersebut. Ini dapat
menambah kegairahan para staf untuk ikut mempertimbangkan perlu atau
tidaknya memiliki bagian pelestarian tersendiri. Mungkin dari konsultan
tersebut diberikan petunjuk bagaimana memperoleh dana tambahan atau
kemungkinan bekerja sama dengan perpustakaan tetangga.
Mengingat biaya yang diperlukan tidak sedikit maka kerja sama dalam
bidang pelestarian bahan perpustakaan ini sangat dianjurkan oleh para pakar
di Amerika. Di samping itu dengan kerja sama, penghematan baik biaya
maupun tenaga dapat dilaksanakan sehingga menjadi lebih efektif. Kerja
sama juga dapat menghemat pembelian alat-alat pelestarian, misalnya mesin
laminasi, mesin penjilidan, kamera, dan perlengkapan membuat mikrofilm
yang harganya mahal.
Sesudah semuanya jelas, maka disusunlah pedoman tentang kebijakan
pelestarian yang dapat dipakai oleh pihak pimpinan di perpustakaannya.
Pedoman tersebut juga dapat digunakan oleh semua pihak di perpustakaan
tersebut sehingga pelaksanaan program pelestarian mengenai sasarannya dan
memperoleh sukses.
1. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang baik berbeda dengan memperbaiki kerusakan yang
telah terjadi. Pemeliharaan dimaksudkan hanya mengurangi kerusakan bahan
pustaka lebih lanjut. Kalau mungkin kerusakan tersebut dicegah sama sekali.
Pemeliharaan tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Kontrol lingkungan
Semua bahan pustaka terbuat dari bahan-bahan organik yang dapat
menimbulkan reaksi kimia dengan air, kotoran, dan pencemaran udara. Selain
itu dapat pula ditimbulkan oleh faktor luar seperti papas, cahaya, tinggi-
rendah temperatur, dan kelembaban relatif dari ruang penyimpanan koleksi.
Pengontrolan lingkungan yang intensif sangat penting dalam melindungi
bahan pustaka. Temperatur yang konstan, yang berkisar antara 20 - 24 C,
dengan kelembaban relatif antara 45% - 60% adalah yang paling ideal. Untuk
memperoleh kondisi tersebut maka diperlukan AC terus menerus. Walau
biayanya mahal, hal ini penting untuk memelihara koleksi dan kenyamanan
bagi petugas dan pemakai perpustakaan. Di samping itu, ruangan yang ber-
AC dapat menambah gairah kerja mereka.
Pemasangan saringan udara juga diperlukan sehingga udara yang masuk
ke perpustakaan bebas dari debu, kotoran, dan polusi gas. Saringan sinar
ultra violet perlu dipasang di atas jendela atau pada peralatan yang
mengeluarkan cahaya. Ini semua merupakan hal-hal rawan yang perlu
mendapat perhatian.
Hal lain yang harus diperhatikan adalah keadaan gedung. Gedung perlu
diperiksa dengan seksama, adakah kemungkinan tikus dan serangga akan
mudah memasuki gedung. Lingkungan gedung yang berdebu, perlu diubah
menjadi tidak berdebu, misalnya dengan menanam pohon pelindung atau
bunga-bungaan yang menambah keindahan lingkungan. Apakah gedung
sudah tua, bocor, atau mudah sekali kena bahaya kebakaran. Ini semua perlu
mendapatkan perhatian secermat mungkin.
2. Penanganan Fisik
a. Proses pengerakan
Selain perlakuan sembrono dari pemakai dan petugas maka hal-hal lain
yang harus diperhatikan adalah semua yang dianggap dapat mempermudah
pelaksanaan pengerakan. Penggunaan tinta yang kontras pada nomor panggil
buku misalnya dapat membantu pencarian tanpa harus membongkar semua
buku itu dari raknya. Penggunaan rak dorong untuk mengembalikan buku ke
rak akan lebih baik daripada membawanya dengan tangan, karena dapat
menghindari buku jatuh. Di samping itu buku, sudah dapat diatur susunannya
di rak dorong sehingga memudahkan dalam mengembalikan ke rak.
b. Penjilidan
Majalah-majalah dan paperback yang akan disimpan dalam waktu yang
relatif panjang sebaiknya dijilid. Namun harus membuat atau menentukan
skala prioritas berhubung anggaran yang tersedia. Penjilidan dapat dikerjakan
oleh perpustakaan sendiri atau dikirim ke tukang jilid profesional. Kerusakan
karena jilidan ini harus segera ditangani, sebab kalau tidak kerusakan buku
akan menjadi lebih parah lagi.
c. Perbaikan
Pelaksanaan perbaikan yang dilakukan sendiri tergantung pada
kemampuan yang dimiliki oleh staf perpustakaan. Jika dilaksanakan tepat
9.40 Pelestarian Bahan Pustaka
e. Restorasi deacidifikasi
Tindakan ini meliputi usaha membuat sampul, memperkuat kertas yang
telah rapuh, menghilangkan keasaman serta menutup lubang-lubang yang
ada. Dengan memperhatikan budget yang ada, kemungkinan hanya dapat
dilakukan pada dokumen-dokumen yang bernilai tinggi.
3. Penggantian
Penggantian dapat dilakukan melalui jalur komersial, mikroform, cetak
ulang, dan lain-lain. Hal tersebut hanya cocok dilakukan untuk dokumen
yang berupa karya populer, dan hasil penelitian. Hal ini juga tidak luput dari
pertimbangan mengenai prioritas penggunaan anggaran yang tersedia. Suatu
autograph atau manuskrip tidak mungkin diganti, tetapi untuk cerita populer,
dan hasil penelitian dapat diadakan gantinya. Jika hanya sebahagian atau
hanya beberapa halaman saja mungkin dapat dipertimbangkan untuk
membuat fotokopinya saja.
a. Pengadaan
Dalam rangka pengadaan bahan pustaka hendaknya koleksi yang tidak
diperlukan tidak usah diterima. Karena hal ini menyangkut tempat maupun
biaya pelestarian. Pengadaan hanya meliputi dokumen yang benar-benar
dibutuhkan. Hal ini dikerjakan mengingat biaya tambahan yang mungkin
tidak sedikit.
PUST2137/MODUL 9 9.41
2. Membuat rencana
Berdasarkan tanggung jawab yang diembannya, maka orang yang
bertanggung jawab tersebut harus mengembangkan rencananya, yang pada
pokoknya meliputi hal-hal berikut ini.
a. Menentukan tujuan pengawetan
Dalam hal ini ia perlu mempertimbangkan jenis-jenis bahan pustaka,
manfaatnya, dan mampu menentukan materi bahan pustaka tersebut.
d. Menentukan prioritas
Kemampuan menentukan prioritas perlu menjadi suatu bagian dari
perencanaan, sehingga tanggung jawab organisasi terhadap masa depan
pemakai dijalankan sebagaimana mestinya.
3. Implementasi
Perencanaan baru dapat dijalankan atau diterapkan setelah program-
program utama serta pengorganisasiannya ditentukan sesuai dengan
fungsinya. Prioritas yang telah ditetapkan harus, dijalankan secara konsisten,
namun juga harus fleksibel dalam arti dapat diadakan perubahan bila hal itu
dibutuhkan.
LA TIHA N
9) Bahan pustaka yang tidak mungkin ditaruh di rak karena sudah tidak
mungkin diperbaiki hendaknya dibuat dalam kotak portofolio, plastik,
dan lain-lain, agar tingkat keasaman meningkat.
"YA" "TIDAK"
9.44 Pelestarian Bahan Pustaka
10) Lama bahan yang harus dilestarikan tidak perlu digunakan sebagai bahan
pertimbangan, sebab bahan perpustakaan cepat atau lambat pasti ada
gunanya.
"YA" "TIDAK"
1) B
2) C
3) C
4) B
5) A
6) TIDAK, walaupun program pelestarian dari masing-masing
perpustakaan tidak sama, tetapi model pelestarian perlu sebagai
pegangan saja.
7) YA, demikianlah diterangkan dalam teks.
8) YA, pemakai adalah faktor penting untuk pertimbangan.
9) TIDAK, tidak untuk meningkatkan keasaman.
10) TIDAK, sebab lama bahan perlu sebagai pertimbangan
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
10) Bahan-bahan yang baru datang hendaknya selalu diperiksa, agar jika ada
kerusakan kecil dapat digabung dengan yang utuh.
"YA" "TIDAK"
Daftar Pustaka
----. (1979). The Stanford Library flood restoration project. College &
Research Libraries, 40 (6) Nov., 1979; 539-48. ill. 7 refs.
----. (1986). The national preservation office of the British Library. IFLA
Journal, 12 (1) February, 1986: 25-32.
Dureau, J.M. and Clements. D.W.C. (1986). Principles for the preservation
and conservation of library materials. The Hague: FLA.
Field, Jeffery. (1985). The Role of the national endowment for the humanities
office of preservation in the national preservation effort. Microform
Review, 14 (2) Spring, 1985: 81-2, $4-6. 11 refs.
Ratner, Jane Faux. (1976). Local history collection the practical problems.
Library Journal, (November 1, 1976): 2231 - 5. Tomas, Christinger.
Developing Financial.