KELOMPOK : 5
1. MUHAMMAD NAFIUL H
18308144009
2. ISNA APRILLIA N P 18308141080
3. NOVITASARI 18308141081
4. HANI NUR ANASARI 18308141082
Kelas : BIOLOGI F
2. Jaringan Dewasa.
Sel tumbuhan memiliki struktur sel yang khas. Terdapat tiga struktur khas sel
tumbuhan yang membedakannya dengan sel hewan, yaitu plastida, vakuola, dan
dinding sel. Struktur sel tumbuhan dan dinding selnya memiliki hubungan dengan
fungsi utama sel atau jaringan tersebut. Sel-sel pada jaringan dewasa telah memiliki
struktur yang khas. Terdapat lima jenis sel atau jaringan utama penyusun tumbuhan,
yaitu jaringan parenkim, jaringan kolenkim, jaringan sklerenkim, jaringan xilem, dan
jaringan floem. (Pratiwi, 2006)
a. Jaringan Parenkim.
Jaringan parenkim merupakan jaringan yang banyak terdapat ruang antarsel
sehingga sel-selnya tersusun longgar. Sel-sel parenkim memiliki organel sel yang
lengkap. Dengan demikian, sel-sel jaringan parenkim ini masih dapat berkembang
karena masih bersifat meristematik. Ketika organ terluka, jaringan parenkim
menyembuhkan dan membentuk jaringan penggantinya. Sel-sel parenkim yang ada di
daun memiliki kloroplas sehingga dapat melakukan fotosintesis. Pada beberapa jenis
tumbuhan, sel-sel parenkim yang berada di akar dan batang memiliki plastida yang
berfungsi sebagai cadangan makanan berupa pati (amilum) dan disebut amiloplas.
Beberapa jenis tumbuhan, memiliki sel parenkim dengan vakuola yang cukup besar
untuk menyimpan damar atau getah. Secara umum, sel parenkim berfungsi dalam
fotosintesis, respirasi, sekresi, serta penyimpanan makanan cadangan dan air. (Pratiwi,
2006)
b. Jaringan Kolenkim.
Jaringan kolenkim terdiri atas sel-sel yang mengalami penebalan selulosa di
bagian sudut dinding selnya. Sel-sel pada jaringan kolenkim pada umumnya tidak
memiliki protoplas dan dinding sel sekunder. Akan tetapi, memiliki dinding primer
yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding sel parenkim. Karena tidak memiliki
dinding sel sekunder dan hanya memiliki dinding sel primer yang tidak berlignin,
jaringan kolenkim dapat menunjang organorgan muda tanpa menghambat
pertumbuhannya. Jadi, fungsi utama jaringan kolenkim adalah sebagai penopang
organ-organ muda. (Pratiwi, 2006)
c. Jaringan Sklerenkim.
Pada penjelasan sebelumnya jaringan kolenkim berfungsi menunjang organ-organ
muda. Adapun jaringan sklerenkim memiliki peran sebagai penyokong organ-organ tua.
Ketika pertumbuhan pada organ sudah mulai berkurang, jaringan kolenkim yang
dominan, perlahan digantikan perannya oleh jaringan sklerenkim yang jauh lebih kuat.
Jaringan sklerenkim merupakan jaringan sel yang mengalami
penebalan di seluruh bagian dinding selnya. Dinding selnya lebih kuat
dibandingkan dinding sel jaringan kolenkim. Hal tersebut dikarenakan sel sklerenkim
memiliki lignin. Berdasarkan ukuran selnya, sel sklerenkim dikelompokkan menjadi
dua jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Fiber.
Bentuknya panjang, ramping, dan seperti pita. Sering disebut juga sebagai
serat. Karena kekuatannya, serat dapat digunakan untuk rami atau jenis tali lainnya.
2. Sklereid.
Bentuknya pendek dan tidak beraturan. Biasanya ditemukan di kulit yang
melindungi kacang atau biji. (Pratiwi, 2006)
d. Jaringan Xilem.
Jaringan xilem adalah jaringan pembuluh yang mengangkut mineral dan air
dari dalam tanah ke daun untuk diolah menjadi bahan makanan melalui proses
fotosintesis. Pada tumbuhan, terdapat dua jenis xilem, yaitu xilem primer dan xilem
sekunder. Xilem primer dibentuk pada pertumbuhan awal oleh jaringan meristem
primer (prokambium). Sementara itu, xilem sekunder terbentuk dari
hasil pertumbuhan kambium (meristem sekunder). (Pratiwi, 2006)
e. Jaringan Floem.
Jaringan floem berfungsi mengangkut hasil fotosintesis berupa karbohidrat ke
seluruh bagian tumbuhan. Seperti halnya jaringan xilem, terdapat dua jenis floem
berdasarkan asal pertumbuhannya yaitu floem primer dan floem sekunder. (Pratiwi,
2006)
Daun merupakan salah satu dari tiga organ pokok tumbuhan selain akar dan
batang. Daun biasanya berbentuk pipih dengan posisi mendatar atau vertikal sehingga
mudah memperoleh sinar matahari dan CO2 untuk mendukung fungsinya yang khusus
sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis. Selain itu, daun juga dapat berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan cadangan makanan. (Drs. Taufik Rahman, 2007)
Gejala yang diamati Katak air (Rana sp) Katak darat (Bufo sp)
Kulit tubuh Halus, lengket, berlendir Kasar, berbintil kering
Panjang kaki depan 4 cm 4,5 cm
Panjang kaki belakang diukur 10 cm 10,5 cm
dari ujung kaki hingga anus
Panjang badan diukur dari 7 cm 9 cm
ujung kepala hingga anus
Membran antar jari 1 cm tiap jari Tidak berselaput
Kemampuan gerak dia air Cepat dan tinggi Lambat dan rendah
B. Pengamatan pada tumbuhan
2. Stomata
VIII. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini membahas tentang kaitan antara struktur dan fungsi jaringan yang
bertujuan untuk mengetahui struktur-struktur spesifik morfologi atau anatomi pada
tumbuhan air dan tumbuhan darat, hkatak air dan katak darat serta untuk mengetahui
adanya hubungan struktur struktur spesifik tersebut dengan kegunaan atau fungsi
tertentu bagi organisme yang bersangkutan.
A. Pengamatan pada hewan
1. Pada katak air memiliki ciri ciri yang berbeda dengan katak darat, panjang
tubuh, kaki depan dan kaki belakang lebih pendek dibandingkan dengan katak
darat. Hal ini mungkin dikarenakan beda umur pada katak Katak air memiliki
selaput pada sela sela jarinya. Hal itu digunakan untuk berenang pada air.
Sehingga ketika katak air dan katak darat diandingkan di dalam air pergerakan
katak air lebih cepat dan tinggi. Struktur tubuhnya pun halus , lengket dan
berlendir, karena ia hidup di air.
2. Pada katak darat memiliki tubuh yang relative lebih panjang dan besar, katak
darat tidak memiliki selaput pada sela sela jarinya karena memang habitatnya
bukan di air sehingga katak darat tidak membutuhkan selaput pada sela sela jari
jarinya. Dan juga permukaan kulitnya relative lebih kasar dan kering berbintil.
B. Pengamatan pada tumbuhan
3. Pada daun enceng gondok memiliki tangkai yang menggelembung yang
memudahkan mengapung pada air. Pada kali ini pengamatan di fokuskan pada
lapisan epidermis daun enceng gondok bagian atas dan bagian bawah. Dilihat
melalui mikroskop perbesaran 100 x ditemukan pada epidermis daun enceng
gondok terdapat stomata dan sel penjaga begitu juga pada epidermis bawahnya,
tetapi pada epidermis bawahnya terlihat banayk stomata daripada epidermis bagian
atas. Jika dilihat dengan pengamatan daun, jumlah stomata lebih banyak
ditemukan di enceng gondok daripada pdalam daun pisang. Hal ini dimungkinkan
bahwa tumbuhan air lebih banyak membutuhkan stomata daripada tumbuhan
darat, yang mana tumbuhan air lebih membutuhkan udara yang lebih banyak
4. Daun Rhoe discolor pada perbesaran 400x terlihat jaringan epidermis pada
daun Rhoe discolor yang berbentuk persegi panjang dan susunan selnya rapat dan
juga terdapat beberapa stoma,
5. Pada sayatan tangkai daun enceng gondok terdapat jaringan parenkim dengan
rincian sel selnya besar dan letaknya jarang jarang, serta selnya berbentuk seperti
segi enam. Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang ditemukan di
sebagian besar organ tumbuhan
IX. KESIMPULAN
1. Ciri ciri katak air dan katak darat dapat dibedakan dari morfologinya, katak air
lebih identic memiliki selaput pada sela sela jari dan tekstur kulit lebih halus,
sedangkan katak memiliki kulit yang kering kasar and berbintildan juga tidak
memiliki selaput pada sela sela jari jarinya.
2. Penyesuaian tubuh pada katak terhadap lingkungannya dapat dilihat dari
struktur ada tidaknya selaput pada sela sela jarinya
3. Katak air memiliki selaput pada sela jarinya karena habitatnya di air dan
digunakan untuk berenang sedangkan katak darat tidak memerlukan selaput untuk
meloncat di tanah.
4. Tumbuhan air dan darat memiliki jumlah stomata yang berbeda, tumbuhan air
cenderung memiliki stomata yang lebih banyak dikarenakan tumbuhan air lebih
banyak memerlukan udara.
5. Karakteristik jaringan / organ yang ada padsa tumbuhan air yaitu memiliki
stomata yang banyak dan tangkai daun yang relative memiliki rongga udara agar
dapat mengapung dan menyimpan oksigen yang banyak.
X. DAFTAR PUSTAKA
Aloysius, Suyitno. 2006. Petunjuk Praktikum Biologi Umum. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyakarta
Astutie, Andri W. 2011. Biologi Sains. Jakarta : Erlangga
Pratiwi, D.A., dkk. 2006. Biologi. Jakarta:Erlangga
Rahman, Taufik.2007. Sel dan Jaringan. Bandung : UPI BANDUNG
Haryanti, Sri.2010. Jumlah dan Distribusi Stomata pada Daun Beberapa Spesies Tanaman
Dikotil dan Monokotil. Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XVIII, No.2. 2010.
XI. LAMPIRAN