Anda di halaman 1dari 20

SISTEM PEMERINTAHAN

INDONESIA
Faiq Nur Hilma Aulia 18308141074
Selma N H 18308141075
Muhammad Insan Fathin 18308141076
An Nisa Kurniasari 18308141079
Isna Aprillia N P 18308141080
pengertian sistem pemerintahan
1. sistem adalah suatu kemampuan yang terdiri atas
beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional.
2. pemerintahan dalam arti luas adalah lembaga lembaga
negara yang menjalankan tugas pemerintah baik
sebagai lembaga eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
Sistem Pemerintahan Di Indonesia

Sistem pemerintahan negara dibagi menjadi dua klasifikasi besar,


yaitu:
1. sistem pemerintahan presidensial;
2. sistem pemerintahan parlementer.
SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL
merupakan sistem pemerintahan di mana kepala pemerintah dipegang oleh
presiden dan pemerintah tidak bertanggungjawab kepada perlemen (legislatif).
atau badan eksekutif berada di luar pengawasan langsung badan legislatif.
contoh : negara AS, Pakistan, Argentina, Filiphina, Indonesia.
Ciri ciri :
1. pemerintahan presidensial didasarkan pada prinsip pemisahan kekuasaan.
2. eksekutif tidak mempunyai kekuasaan untuk menyatu dengan legislatif.
3. kabinet bertanggungjawab kepada presiden.
4. Eksekutif dipilih melalui pemilu.
Kekurangan Presidensial
1.Terjadi pemusatan kekuasaan Negara pada satu lembaga, yaitu presiden.

2.Peran pengawasan & perwakilan DPR semakin lemah.

3.Pejabat – pejabat Negara yang diangkat cenderung dimanfaat untuk loyal dan mendukung
kelangsungan kekuasaan presiden.

4.Kebijakan yang dibuat cenderung menguntungkan orang – orang yang dekat presiden.

5.Menciptakan perilaku KKN.

6.Terjadi personifikasi bahwa presiden dianggap Negara.

7.Rakyat dibuat makin tidak berdaya, dan tunduk pada presiden


Beberapa Variasi Dari Sistem Pemerintahan Presidensial di
Indonesia

1.Presiden sewaktu – waktu dapat diberhentikan MPR atas usul dan pertimbangan dari DPR.

2.Presiden dalam mengangkat pejabat Negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.

3.Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.

4.Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang – undang dan hak budget
(anggaran).
SISTEM PEMERINTAHAN PARLEMENTER
Merupakan suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah (eksekutif)
bertanggung jawab kepada Parlemen. Dalam sistem pemerintahan ini, parlemen
mempunyai kekuasaan yang besar dan mempunyai kewenangan untuk melakukan
pengawasan terhadap eksekutif. Menteri dan perdana menteri bertanggung jawab
kepada parlemen. Contoh Negara: Kerajaan Inggris, Belanda, India, Australia, Malaysia
ciri-ciri :

1. didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan.


2. Adanya tanggungjawab antara legislatif dengan eksekutif dan antar presiden
dan kabinet
3. eksekutif dipilih oleh kepala pemerintahan dengan persetujuan legislatif.
Kelebihan

1. Pembuatan kebijakan dapat ditangani secara cepat karena terjadi


menyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini disebabkan
kekuasaan eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.
2. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
jelas.
3. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga
cabinet menjadi berhati – hati dalam menjalankan pemerintahan.
Kekurangan
1. Kedudukan badan eksekutif atau kabinet sangat tergantung pada mayoritas dukungan parlemen
sehingga sewaktu- waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh parlemen.
2. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan berakhir sesuai dengn
masa jabatannya karena sewaktu- waktu kabinet dapat bubar.
3. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para anggota kabinet adalah
anggota parlemen dan berasal dari partai mayoritas. Karena pengaruh mereka yang besar di
parlemen dan partai, anggota kabinet dapat menguasai parlemen.
4. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan- jabatan eksekutif. Pengalaman mereka menjadi
anggota parlemen dimanfaatkan dan menjadi bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan
eksekutif lainnya.
Sistem Pemerintahan Indonesia

1. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sebelum


Diamandemen.
2. Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD 1945 sesudah
Diamandemen
Sistem Pemerintahan Negara Indonesia Berdasar UUD
1945 sebelum Diamandemen.

Sistem pemerintahan ini tertuang dalam penjelasan UUD 1945 tentang 7 kunci pokok sistem
pemerintahan. Yaitu :

1.Indonesia adalah Negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat)

2.Sistem Konstitusional.

3.Kekuasaan tertinggi di tangan MPR

4.Presiden adalah penyelenggara pemerintah Negara yang tertinggi di bawah MPR.

5.Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.

6.Menteri Negara adalah pembantu presiden, dan tidak bertanggung jawab terhadap DPR.

7.Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.


Berdasarkan tujuh kunci pokok tersebut, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945
menganut sistem pemerintahan presidensial.

Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Suharto.

Ciri dari sistem pemerintahan presidensial ini adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada
lembaga kepresidenan.
Pada saat sistem pemerintahan ini, kekuasaan presiden berdasar UUD 1945
adalah sebagai berikut :

1.Pemegang kekuasaan eksekutif.

2.Pemegang kekuasaan sebagai kepala pemerintahan.

3.Pemegang kekuasaan sebagai kepala Negara.

4.Panglima tertinggi dalam kemiliteran.

5.Berhak mengangkat & melantik para anggota MPR dari utusan daerah atau golongan.

6.Berhak mengangkat para menteri dan pejabat Negara.

7.Berhak menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan Negara lain.

8.Berhak mengangkat duta dan menerima duta dari Negara lain.

9.Berhak memberi gelaran, tanda jasa, dan lain – lain tanda kehormatan.

10.Berhak memberi grasi, amnesty, abolisi, dan rehabilitasi


Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara
Indonesia
Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak kemerdekaaanya memilih sistem politik demokrasi. Hal ini
terlihat dengan jelas pada ideologi ketatanegaraan yaitu Pancasila. Demokrasi Pancasila memiliki watak
demokrasi secara umum atau universal.

Watak universal demokrasi Pancasila seperti tampak pada pengakuan atas prinsip kedaulatan di tangan
rakyat, kebebasan, persamaan, kemajemukan, dan pentingnya kesejahteraan bagi rakyat. Karakteristik
demokrasi Pancasila terletak pada dianutnya prinsip harmoni atau keselarasan.

Terutama keselarasan dengan Tuhan dan sesama manusia. Keselarasan dengan Tuhan memberikan
warna religius dalam demokrasi. Warna religius ini merupakan pembeda dengan demokrasi Barat yang
sekuler (memisahkan urusan agama dengan negara). Keselarasan sesama manusia menghasilkan prinsip
keseimbangan antara kepentingan individu dengan kepentingan kolektif.
Ideologi Pancasila mengakomodasi kepentingan harmoni dan keselarasan tersebut. Di
samping itu demokrasi yang berdasarkan pada ideologi Pancasila mencakup demokrasi
politik dan ekonomi.

Bung Karno memberikan istilah sebagai “sociodemocratie” dan Bung Hatta menamakannya
“demokrasi sosial”. Dalam demokrasi sosial, kesejahteraan rakyat menjadi prioritas.
Sedangkan demokrasi politik, memadukan kelembagaan politik modern, seperti legislatif,
eksekutif, yudikatif, partai politik, pemilu dengan mekanisme pranata sosial budaya seperti
permusyawaratan dalam pengambilan keputusan.

Ini berarti perbedaan pendapat tetap dijamin, maka oposisi diakui dalam arti oposisi yang
dinamis (berubah-berubah). Maksudnya adalah oposisi yang tidak melembaga (permanen)
yaitu menentang kebijakan tertentu yang dipandang tidak sejalan, tetapi pada sisi lain akan
mendukung atau loyal ketika kebijakan itu sejalan
Seharusnya dengan karakteristik demokrasi Pancasila yang demikian, apabila
diterjemahkan secara tepat dalam konstitusi dan dioperasionalkan dalam sistem
pemerintahan dan politik akan menghasilkan sistem pemerintahan dan politik
yang demokratis dan stabil. Namun dalam kenyataan masih jauh dari harapan,
karena mengakomodasi suara rakyat pun masih merupakan barang yang langka.
Sistem pemerintahan dari era demokrasi
parlementer sampai era reformasi.
2. Periode 14 November 1945 - 27 Desember
1. Periode 18 Agustus 1945 sd 27 Desember 1949
1949
Sistem Pemerintahan : Parlementer
Dasar hukum : UUD 1945, tetapi belum dapat
dijalankan secara murni dan konsekuen, karena Dasar Hukum : Selama sistem ini berjalan, UUD
bangsa Indonesia baru saja memproklamasikan 1945 tidak mengalami perubahan secara
kemerdekaannya. tekstual.

Baru menetapkan presiden, wakil presiden, Dibentuk kabinet parlementer pertama di bawah
serta menteri, dan para gubernur sebagai pimpinan Sutan Syahrir sebagai perdana
perpanjangan tangan pemerintah pusat, menteri. Oleh karena itu sebagian orang
MPR/DPR RI belum dimanfaatkan kerena berpendapat bahwa perubahan dalam sistem
pemilihan umum belum diselenggarakan. pemerintahan ini melanggar UUD 1945.
3. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 4. Periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959
Agustus 1950 (UUDS 1950)

Konstitusi : RIS. Pada periode ini, Indonesia Sistem demokrasi parlementer dengan sistem
menjadi negara serikat. pemerintahan parlementer berlaku dari tahun 1950 –
1959. Demokrasi liberal yang berkembang ketika itu
Sistem pemerintahan : Sistem Kabinet ditandai dengan pemerintahan oleh partai-partai politik.
Parlementer Semu (Quasi Parlementer)
Dalam periode ini pertama kali terlaksananya pemilu
Dalam Konstitusi RIS dikenal adanya senat. sejak Indonesia merdeka. Itu terjadi pada tahun 1955,
Senat tersebut mewakili negara-negara bagian, saat terbentuk Kabinet Burhanuddin Harahap
setiap negara bagian diwakili 2 orang anggota
senat. Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5
Juli 1959 membubarkan Konstituante dan menyatakan
kembali ke UUD 1945
5. Periode Demokrasi Terpimpin 6. Periode Orde Baru

Soekarno mengemukakan demokrasi terpimpin Pemerintahan Orde Baru lebih mengedepankan


sebagai demokrasi kekeluargaan yang tanpa pendekatan keamanan (security approach) daripada
anarki liberalisme dan tanpa otokrasi diktator. pendekatan kesejahteraan (prosperity approach).
Sehingga pemerintahan Orde Baru dikenal
Namun pada kenyataannya demokrasi terpimpin mengembangkan sistem politik otoriter, bukan sistem
kekuasaannya terhimpun pada Soekarno, dan ada politik demokrasi.
dua kekuatan lain setelah Soekarno yang
mempunyai peran politik, yaitu Angkatan Darat dan Anggota DPR yang vokal terhadap pemerintah dikenai
PKI (Partai Komunis Indonesia). recall. Partai politik yang mengembangkan sikap
sebagai oposisi ditekan. Begitu pula pers yang kritis
Peristiwa G–30 S/PKI, tahun 1965 mengubah terhadap pemerintah dibredel. Namun angkatan
perjalanan politik bangsa Indonesia dan bersenjata memiliki banyak peran dalam berbagai
menyingkirkan Soekarno dari puncak kekuasaan bidang (Dwi Fungsi ABRI)
7. Periode Reformasi

Pelaksanaan sistem pemerintahan dan politik pada era reformasi merupakan transisi dari sistem politik
otoriter ke demokrasi.

Awal keberhasilan gerakan reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto dari kursi
kepresidenan dan digantikan oleh wakil presiden Prof. Dr. BJ. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998.

Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan membawa Indonesia
untuk melakukan reformasi secara menyeluruh serta menata sistem ketatanegaraan yang ebih
demokratis dengan mengadakan perubahan UUD 1945 (amandemen UUD 1945) agar lebih sesuai dengan
tuntutan jaman. Sejumlah UU politik telah diperbarui pada tahun 1999 dan dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya untuk mengawal jalannya reformasi

Pelaksanaan Demokrasi Pancasila pada era reformasi ini, telah banyak memberikan ruang gerak kepada
partai politik maupun lembaga negara (DPR) untuk mengawasi pemerintahan secara kritis, dan
dibenarkan untuk berunjuk rasa, beroposisi maupun optimalisasi hak-hak DPR seperti hak bertanya,
interpelasi, inisiatif dan amandemen

Anda mungkin juga menyukai