Anda di halaman 1dari 14

HUKUM PERNIKAHAN DINI, SIRI, DAN POLIGAMI DALAM ISLAM

TUGAS INI DIKEMUKAKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT MATA KULIAH


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Nama Kelompok :

1. Melinda Nurmalitasari 18308141063


2. Isna Aprillia N P 18308141080
3. Hani Nur Anasari 18308141082

Nama Dosen :
Prof. Dr. M. Jandra Bin Mohd. Janan

Prodi/Kelas :
Biologi/F 2018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Abstract

Married is basically a need for instinct as a human being. In Indonesia marriage


arranged in laws and in religion arranged the Koran. The problems that often called call
namely of early marriages, siri, and polygamy. Many others who often make an issue of
whether marriage early, siri, and polygamy. Of the nature of this research is descriptive.
Looking for an existing source through papers, books and the fact the facts in the area around
and to a conclusion. That marriage in such a manner as have been regulated and adjusted with
the existing condition.

Abstrak

Menikah pada dasarnya adalah suatu kebutuhan naluri sebagai seorang manusia. Di
Indonesia pernikahan diatur di Undang-Undang dan di agama diatur dalam Al-Quran.
Permasalahan yang sering disebut sebut yaitu pernikahan dini, siri, dan poligami. Banyak
oknum yang sering mempermasalahkan penikahan dini, siri, dan poligami. Sifat penelitian ini
adalah deskriptif. Mencari sumber yang ada melalui makalah, buku dan fakta fakta yang ada
di daerah sekitar kemudian dijadikan suatu kesimpulan. Bahwasanya pernikahan yang
sedemikian rupa sudah diatur dan disesuaikan dengan kondisi yang ada.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki naluri ataupun keinginan didalam
dirinya. Pernikahan merupakan salah satu naluri serta kewajiban dari seorang
manusia. Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan
memasuki jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah. Menikah
merupakan perintah dari Allah Swt. Seperti dalil berikut ini:

َُ َ‫ل أَز َوا ًجا أَنفه ِس هكمُ ِمنُ لَ هكمُ َجع‬


َُ ‫ل َو‬
‫ّللاه‬ ِ ‫ت ِمنَُ َو َرزَ قَ هكمُ َو َح َفدَُة ً بَنِينَُ أَز َو‬
َُ َ‫اج هكمُ ِمنُ لَ هكمُ َو َجع‬ َ ‫ل ُۚال‬
ُِ ‫طيِبَا‬ ِ َ‫ت أَفَبِالب‬
ُِ ‫اط‬ ُِ ‫ّللاِ يهؤ ِمنهون ََو ِبنِع َم‬
َُ
ُ‫يَكفه هرونَُ ههم‬

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang
baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” (An-
Nahl;72)

Di Indonesia sendiri adalah Negara pancasila, yang memiliki 5 sila salah satunya
saling menghargai dan menghormati perbedaan satu sama lain. Masyarakat Indonesia sudah
mengenal pernikahan pada usia dini, pernikahan siri, dan pernikanan poligami. Tetapi tidak
semua masyarakat paham dan menerima dengan adanya pernikahan-pernikahan tersebut.

B. Permasalahan
Pernikahan adalah salah satu bagian dari aspek kehidupan dalam bermasyarakat di
Indonesia. Di Indonesia pernikahan menjadi bagian dari tradisi dan juga sebagai simbol dari
beberapa budaya yang ada di Indonesia. Pernikahan di Indonesia bisa menjadi perdebatan
dalam masyarakat karena beberapa faktor, misalnya: usia ideal pernikahan, pernikahan akibat
seks pra-nikah, atau bahkan relasi pernikahan itu sendiri (monogami atau poligami).

Masyarakat Indonesia pada umumnya mengenal relasi pernikahan monogami dan


poligami. Hal tersebut jelas dirujuk dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 3
ayat 1 dan 2, dimana negara mengatur pernikahan monogami dan poligami di Indonesia. Hal
tersebut dikarenakan relasi pernikahan kerapkali dihubungkan dengan agama tertentu. Dalam
hal ini, pernikahan poligami hanya bisa dilakukan oleh agama Islam, sedangkan agama
lainnya yang ada di Indonesia perkawinannya bersifat monogami.

Masyarakat Muslim meyakini bahwa adanya keabsahan bagi suami untuk memiliki
lebih dari satu istri. Dengan demikian, banyak terjadi pernikahan poligami yang dilakukan
oleh masyarakat Muslim di Indonesia. Meskipun poligami merupakan bagian dari ajaran
agama Islam, ternyata relasi pernikahan poligami masih menimbulkan pro dan kontra dalam
masyarakat Indonesia.

Kontroversi tersebut timbul karena pada data pernikahan poligami tidak tercatat di
KUA maupun di Pengadilan Negri, tetapi sudah dianggap sah menurut agama.

C. Rumusan Masalah
1) Apa dampak yang akan diterima bagi pasangan yang nikah usia dini?
2) Faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya nikah siri?
3) Bagaimana hukum poligami menurut Islam dan Negara Indonesia?

D. Tujuan Kajian
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membagi informasi dari pentingnya
pengetahuan terhadap pernikahan dini, pernikahan siri, dan pernikahan poligami. Karena
setiap orang pasti akan mengalami sebuah pernikahan.

E. Metodologi
Metode atau kaidah yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah, pertama
merujuk ke sumber yang sudah jelas kebenarannya yaitu Al-Qur’an,ُkeduaُhadist-hadist para
Nabi, ketiga pendapat para ahli atau ulama, dan mengambil dari beberapa data yang valid.

F. Hasil yang ingin dicapai


1) Mengetahui dan memahami pengertian pernikahan yang ada dalam ajaran Islam.
2) Mengetahui dampak yang akan diperoleh jika melakukan pernikahan yang telah
disebutkan.
3) Menjelaskan kepada masyarakat tentang pola pikir pernikahan yang telah disebutkan.
4) Memahami suatu hal yang melatarbelakangi tentang pernikahan yang ada dalam
agama Islam.
BAB II

ISI

1.1 Pengertian Pernikahan

Pernikahan atau Munahakat dalam bahasa adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain berarti akad nikah (Ijab Qobul) yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya
yang diucapkan oleh kata-kata , sesuai peraturan yang diwajibkan oleh Islam.

Dalam ayat Al-Qur’an: Surat Adz Dzariyat ayat 49:

Artinya:ُ “Danُ segalaُ sesuatuُ kamiُ jadikanُ berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat
kebesaranُAllah.”

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pernikahan antara lain:

Hukum Pernikahan, para Ulama mengklasifikasikan tentang hukum perkawinan


sebagai berikut:

-Wajib: Hukumnya wajib untuk menikah terhadap seseorang yang sudah dewasa dan mampu
secara lahir dan batin untuk menikah, apalagi dorongan biologisnya sudah sangat mendesak
untuk segera disalurkan secara proporsional terhadap lawan jenisnya.

-Sunnah: Hukumnya sunnah bagi pria dan wanita yang telah mampu untuk menikah, namun
masih bisa menahan diri atau berpuasa sehingga bisa terhindar dari zina.

-Haram: Hukumnya haram menikah bagi orang yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir
dan batin kepada istrinya, serta dorongan nafsu biologisnya pun tidak terlalu mendesak.

-Makruh: Hukumnya makruh bagi orang yang tidak mau menggauli istrinya dan tidak mau
memberi nafkah kepadanya, meskipun hal itu tidak memudharatkan istrinya.

-Mubah: Hukumnya mubah bagi orang yang tidak memiliki syahwat namun dirinya adalah
seorang yang kaya.
Tujuan Pernikahan

Tujuan pernikahan adalah untuk melahirkan anak keturunan sebagai penerus dari
orang tuanya dan untuk melaksanakan sunnah Rasulullah SAW.

Syarat-Syarat Pernikahan

Syarat-syarat yang perlu dipenuhi oleh seseorang sebelum melangsungkan


pernikahan, yaitu sebagai berikut :

-Persetujuan kedua belah pihak tanpa paksaan

-Dewasa

-Kesamaan Agama Islam

-Tidak dalam Hubungan Nasab

-Tidak ada Hubungan Rodhoah

-Tidak Semenda (Mushoharoh)

Rukun-Rukun Pernikahan

Rukun pernikahan mewajibkan adanya :

-Calon pengantin pria dan wanita

-Wali (Wali si Perempuan)

-Saksi (Dua Orang Saksi)

-Akad nikah (Sighat)


Hakikat Pernikahan

Adapun hakikat dari sebuah pernikahan yang menjadi sunnah Rasulullah yang sangat mulia
ialah:

-Menikah adalah nikmat Allah

-Menikah salah satu tanda kekuasaan Allah

-Menikah sebagai sumber rezeki

-Menikah menjadi ladang pahala

-Menikah adalah fitrah manusia

-Menikah adalah sunnah Rasulullah saw

1.2 Dampak Pernikahan dini, siri dan poligami

a) Pernikahan dini adalah sebuah ikatan antara seorang pria dan seorang wanita yang
diantaranya berumur berkisar 13 hingga 18-20 tahun, yang pada hakekatnya kurang memiliki
persiapan atau kematangan baik secara jasmani atau fisik maupun mental, emosional, dan
sosial.

Dampak yang akan diperoleh bagi pasangan yang menikah pada usia dini sebagai berikut:

- Kematian ibu melahirkan, karena pada istri/perempuan belum memasuki usia matang pada
organ reproduksinya.
-Kanker serviks, karena alat reproduksi belum matang
-Perceraian dini, karena pasangan memiliki jiwa labil
-Sering bertengkar/KDRT, karena psikologi belum matang

b) Nikah siri adalah nikah secara rahasia (sembunyi-sembuyi). Disebut secara rahasia karena
tidak dilaporkan kekantor urusan agama atau KUA bagi muslim atau pengadilan negri bagi
non muslim.

Dampak yang akan diperoleh bagi pasangan yang menikah siri adalah:
- Pertama, perkawinan dianggap tidak sah. Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan
kepercayaan, namun di mata negara perkawinan tersebut dianggap tidak sah jika belum
dicatat oleh KUA atau pengadilan negri.

-Kedua, anak hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga ibu (pasal 42 dan
43 UU Perkawinan). Sedangkan hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada. Ini artinya
anak tidak dapat menuntut hak-haknya dari ayah. Dengan dilahirkan dalam perkawinan yang
tidak dicatatkan, kelahiran anak menjadi tidak tercatatkan pula secara hukum dan hal ini
melanggar hak asasi anak (Konvensi Hak Anak). Anak-anak ini berstasus anak di luar
perkawinan.

-Ketiga, akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah, baik istri maupun anak-
anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah ataupun warisan
dari ayahnya.

c) Pengertian poligami menurut bahasa indonesia adalah sistem perkawinan yang salah satu
pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenis di waktu yang bersamaan.

Dampak yang akan diperoleh bagi seseorang yang berpoligami:

-Kurang adil dalam membagi kasih sayang atau harta, dan sebagainya

-Kurang sanggup memenuhi kebutuhan keluarga

1.3 Pola pikir atau Pandangan pernikahan (yang telah disebutkan)

a) Jika menurut psikologis, usia terbaik untuk menikah adalah usia antara 19 sampai 25, maka
bagaimana dengan agama? Rasulullah Saw. bersabda : “Wahai generasi muda, barangsiapa
diantara kalian sudah mampu menikah, hendaklah dia menikah. Karena sesungguhnya
pernikahan itu dapat menundukkan pandangan mata terhadap orang yang tidak halal
dilihatnya, dan akan memeliharanya dari godaan syahwat. Dan barangsiapa tidak mampu
menikah, hendaklah dia berpuasa, karena dengan puasa hawa nafsunya terhadap perempuan
akan berkurang.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas dengan jelas dialamatkan kepada syabab (pemuda). Siapakah syabab
itu? Mengapa kepada syabab? Menurut mayoritas ulama, syabab adalah orang yang telah
mencapai aqil baligh dan usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Aqil baligh bisa ditandai
dengan mimpi basah (ihtilam) bagi laki-laki atau haid bagi wanita atau telah mencapai usia
15 tahun. Jadi, bila menikah dini bertujuan agar melindungi dari maksiat serta telah memiliki
syarat untuk melakukan pernikahan maka pernikahan itu boleh dilakukan, dengan
mempertimbangkan beberapa dampak yang akan diperoleh.

b) Hukum nikah siri secara agama adalah sah atau legal dan dihalalkan atau diperbolehkan
jika sarat dan rukun nikanya terpenuhi pada saat ini nikah sirih digelar.

Rukun nikah yaitu

1). Adanya kedua mempelai ,

2) adanya wali,

3) adanya saksi nikah,

4) adanya mahar atau mas kawin,

5) adanya ijab qobul atau akad.

c) Poligami dalam Islam

Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan tidak
mengharuskan umatnya melaksanakan monogami mutlak dengan pengertian seorang laki-laki
hanya boleh beristri seorang wanita dalam keadaan dan situasi apapun dan tidak pandang
bulu apakah laki-laki itu kaya atau miskin, hiposeks atau hiperseks, adil atau tidak adil secara
lahiriyah. Islam pada dasarnya menganut sistem monogami dengan memberikan kelonggaran
dibolehkannya poligami terbatas. Pada prinsipnya seorang laki-laki hanya memiliki seorang
istri dan sebaliknya seorang istri hanya memiliki seorang suami. Tetapi islam tidak menutup
diri adanya kecenderungan laki-laki beristri banyak sebagaimana yang sudah berjalan dahulu
kala. Islam tidak menutup rapat kemungkinan adanya laki-laki tertentu berpoligami, tetapi
tidak semua laki-laki harus berbuat demikian karena tidak semua mempunyai kemampuan
untuk berpoligami. Poligami dalam islam dibatasi dengan syarat-syarat tertentu, baik jumlah
maksimal maupun persyaratan lain seperti :
a) Jumlah istri yang boleh dipoligami paling banyak empat orang wanita. Seandainya
salah satu diantaranya ada yang meninggal atau diceraikan, suami dapat mencari
ganti yang lain asalkan jumlahnya tidak melebihi empat orang pada yang waktu
yang bersamaan (QS 4:3)

b) Laki-laki itu dapat berlaku adil terhadap isri-istri dan anak-anaknya yang menyangkut
masalah-masaah lahiriah seperti pembagian waktu jika pemberian nafkah dan hal-hal yang
menyangkut kepentingan lahir. Sedangkan masalah batin, tentu saja selamanya manusia tidak
mungkin dapat berbuat adil secara hakiki.

Islam membolehkan laki-laki tertentu melaksanakan poligami sebagai alternatif


maupun jalan keluar untuk mengatasi penyaluran kebutuhan seks laki-laki atau sebab-sebab
lain yang mengganggu ketenangan batinnya agar tidak sampai jatuh ke lembah perzinaan
maupun pelajaran yang jelas-jelas diharamkan agama. Oleh sebab itu, tujuan poligami adalah
menghindari agar suami tdak terjerumus ke jurang maksiat yang dilarang Islam dengan
mencari jalan yang halal yaitu boleh beristri lagi (poligami) dengan syarat bisa berlaku adil.

Dasar pokok islam yang membolehkan poligami adalah firman Allah SWT :

"Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian
jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil. Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-
budak yang kamu miliki, yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.
(Qs. An Nisa :3).

Berlaku adil yang dimaksudkan adalah perlakuan yang adil dalam meladeni istri,
seperti : pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat lahiriah. Islam memang
memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Dan ayat tersebut membatasi
diperbolehkannya poligami hanya empat orang saja. Namun, apabila akan berbuat durhaka
apabila menikah dengan lebih dari seorang perempuan maka wajiblah ia cukupkan dengan
seorang saja.
1.4 Latar belakang Pernikahan dalam Islam

a. Pernikahan dini

Pernikahan dini banyak terjadi khususnya di Negara Indonesia. Kebanyakan para


pelaku pernikahan dini tersebut adalah para remaja desa yang memiliki tingkat pendidikan
kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20 tahun keatas. Persoalan
mendasar dari seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang
tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan tua bagi
kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi pada diri
perempuan. Untuk itu, banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi
itulah yang menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari
pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan dari
masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.

Pernikahan usia dini akan berdampak pada keturunan, keluarga, keharmonisan


keluarga dan perceraian. Karena pada masa tersebut, psikologi (ego)remaja masih tinggi.

b. Pernikahan siri

Pada umumnya faktor yang melatarbelakangi terjadinya pernikahan siri adalah


ekonomi, beberapa calon pasangan menganggap biaya pernikahan yang terlalu mahal, harus
menggelar pesta mewah, atau membayar KUA yang dianggapnya tidak sedikit. Selain itu
juga ada yang secara finansial pasangan ini cukup untuk membiayai, namun karena khawatir
pernikahannya tersebar luas akhirnya mengurungkan niatnya untuk mendaftar secara resmi ke
KUA atau catatan sipil. Hal ini untuk menghilangkan jejak dan bebas dari tuntutan hukum
dan hukuman administrasi dari atasan, terutama untuk perkawinan kedua dan seterusnya
(bagi pegawai negeri dan TNI). Dan juga bisa dari tuntutan keluarga, yang mempunyai pola
pikir tidak mau ribet dengan beberapa rangkaian pernikahan, jadi memilih mencari jalan yang
instan.

c. Poligami

Poligami khususnya di Indonesia banyak terjadi karena didukung oleh adanya kebijakan
hukum pemerintah Indonesia. Hukum Perkawinan sebagaimana terdapat dalam Undang-
undang Perkawinan (UUP) nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)
memperbolehkan poligami, walaupun terbatas hanya sampai empat orang istri. Ketentuan ini
tercantum dalam pasal 3 dan 4 UUP dan pasal 55-59 KHI. UUP inkonsistensi. Dalam pasal 3
ayat 1 ditegaskan tentang azas monogami, tetapi ayat berikutnya memberikan kelonggaran
kepada suami untuk berpoligami walau terbatas hanya sampai empat istri. Adapun kebolehan
poligami dalam KHI terdapat pada bab IX pasal 55 sampai denga 59, antara lain
menyebutkan syarat utama poligami harus berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya
(pasal 55 ayat 2). Namun ironisnya, pada pasal 59 dinyatakan bahwa :

"Dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan, dan permohonan izin untuk
beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah satu alasan yang diatur diatur dalam
pasal 55 ayat 2 dan 5, Pengadilan Agama dapat menetapkan tentang pemberian izin setelah
memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan Pengadilan Agama, dan
terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan banding atau kasasi."
Pasal tersebut mengindikasikan lemahnya posisi istri, karena jika istri menolak
memberikan persetujuan untuk poligami, Pengadilan Agama dapat mengambil alih
kedudukannya sebagai pemberi izin, meskipun di akhir pasal tersebut terdapat klausul yang
memberikan kesempatan kepada istri untuk untuk mengajukan banding.
Alasan yang dipakai Pengadilan Agama untuk memberikan izin poligami kepada suami
antara lain :
1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri.
2. Istri menderita cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan.
BAB III
KESIMPULAN

Pernikahan merupakan salah satu aspek kehidupan di masyarakat dan bias juga
merupakan sebuah symbol dari beberapa budaya yang ada di Indonesia. Pernikahan di
Indonesia masih menjadi perdebatan dalam masyarakat karena beberapa factor. Seperti usia
ideal pernikahan, pernikahan akibat seks pranikah, atau relasi pernikahan seperti monogamy
atau poligami. Tujuan dari makalah ini adalah untuk membagi informasi pentingnya
pengetahuan terhadap pernikahan dini, siri, dan poligami. Karena pada dasarnya setiap orang
akan mengalami pernikahan. Pernikahan dalam bahasa adalah terkumpul atau penyatu,
menurut istilah lain yaitu akad atau ijab qabul. Atau menghalakan pergaulan antara laki laki
dan perempuan yang bukan muhrim sehingga menimbulkan hak dan kwajiban diantara
keduanya, yang diucapkan oleh kata kata. Rukun pernikahan meliputi, calon pengantin
perempuan dan laki laki, wali dari pihak perempuan, dua orang saksi dan akat nikah. dari
pernikahan dini, siri, dan poligami memiliki hokum mubah (boleh) asalkan memenuhi syarat
dan dengan resikonya.
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, Ajar,dkk.2016.DINUL ISLAM Pendidikan agama Islam di perguruan Tinggi


Umum. D.I.Y : Universitas Negeri Yogyakarta
https://ridhamujahidahulumuddin.wordpress.com/2014/12/14/tugas-bahasa-indonesia-
makalah-pernikahan-usia-muda/ di akses pada 16 Oktober 2018
http://ulfaung.blogspot.com/2015/06/makalah-tentang-poligami.html di akses pada 16
Oktober 2018
https://www.fiqihmuslim.com/2017/10/ayat-al-quran-tentang-pernikahan.html di akses pada
16 Oktober 2018
http://iusyusephukum.blogspot.com/2013/04/makalah-hukum-nikah-sirih-dalam.html di
akses pada 16 Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai