Anda di halaman 1dari 16

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mikroteknik merupakan suatu ilmu atau seni mempersiapkan organ,

jaringan, atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah.

Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya menggunakan bantuan mikroskop

karena pada objek yang akan diamati dan ditelaah memiliki ukuran yang

mikroskopis yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Banyak metode

dalam mikroteknik, diantaranya metode geser, metode ulas, dan squash atau

pejetan (Fransisca, 2012).

Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan

preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau

kaca preparat dengan menggunakan karet pensil. Preparat pejetan biasanya

digunakan untuk melihat proses mitosis pada akar bawang. Mitosis merupakan

pembelahan sel yang mana sel anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk

selnya. Tahapan dalam pembelahan mitosis ialah profase, metafase, anafase, dan

telofase (Hidayah, 2012).

Kemampuan organisme untuk memproduksi jenisnya merupakan salah

satu karakteristik yang paling bisa membedakan antara makhluk hidup dan

makhluk mati. Kemampuan yang unik untuk menghasilkan keturunan ini, seperti

semua fungsi biologis memiliki dasar seluler (Campbell, dkk.,2008).

Makhluk hidup tingkat tinggi, sel somatik (sel tubuh), kecuali sel

kelamin mengandung satu sel kromosom yang berasal dari induk betina

bentuknya serupa dengan yang berasal dari induk betina. Maka sepasang

kromosom tersebut disebut dengan kromosom homolog. Oleh karena itu jumlah

kromosom dalam sel tubuh dinamakn diploid (2n). Sel kelamin (gamet) hanya
2

mengandung separuh dari jumlah kromosom yang terdapat dalam sel somatik,

karena itu jumlah kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Satu sel

kromosom haploid dari satu spesies dinamakan genom (Suryo, 2001).

Mitosis pada tumbuhan terjadi selama mulai dari 30 menit sampai

beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu proses yang berputar dan terus-

menerus. Mitosis terjadi di dalam sel somatik yang bersifat meristematik. Mitosis

biasanya diikuti dengan pembelahan sel yang disebut dengan sitokenesis yang

mana sel akan terpisah menjadi dua. Berdasarkan latar belakang di atas, maka

dilakukan praktikum preparat segar mitosis (Farra, 2013).

Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik

pembuatan preparat dengan metode squash (pejetan) pada tanaman bunga lili

(Lilium candidum L.), akar bawang merah (Allium ascolanicum L.), akar bawang

bombay (Allium cepa L.), akar aglonema (Aglonema crispum Schott.).

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan jurnal ini adalah sebagai salah satu syarat

untuk dapat melengkapi komponen penilaian di Laboratorium Sitogenetika,

Program studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,

Medan dan sebagai bahan bacaan bagi yang membutuhkan.


3

TINJAUAN PUSTAKA

Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan

preparat yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek diatas gelas objek atau

kaca preparat dengan menggunakan ibu jari. Preparat pejetan biasanya digunakan

untuk melihat proses mitosis pada akar Allium cepa (Budipramana, 2002).

Langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk pengamatan

mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal yang penting

dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan. Tujuan fiksasi adalah

menghentikan proses metabolisme secara cepat, mencegah kerusakan jaringan,

mengawetkan komponen-komponen sitologis dan histologis, mengawetkan

keadaan sebenarnya, mengeraskan materi-materi yang lembek sehingga akan

terjadi koagulasi protoplasma maupun elemen-elemen di dalam protoplasma,

jaringan dapat diwarnai sehingga bagian-bagian dari jaringan dapat mudah

dikenali. Secara ringkas fiksasi terdiri dari dua proses yang jelas, yaitu mematikan

dan menetapkan (Gunarso, 2006).

Fase mitosis pada bawang merah terlihat jelas sehingga menjadikan

bawang merah sebagai bahan yang ideal dalam pengamatan mitosis. Bawang

merah mudah dalam pembuatan preparatnya. Pengamatan yang dilakukan ialah

teknik squash pada ujung akar bawang merah (Imaniar et al., 2014).

Pembuatan sediaan mitosis menggunakan metode squash. Ujung akar

tanaman dipotong dan kemudian dimasukkan ke dalam larutan fiksatif. Ujung

akar tanaman merupakan bahan yang ideal dalam pengamatan pembelahan sel

secara mitosis (Ernawiati, 2007).

Pengamatan ukuran sel ujung akar pada metafase dengan cara mengambil

dari bagian ujung akar yang aktif tumbuh pada tanaman berumur 15 hari
4

sepanjang 1-1,5 milimeter dari ujung akar. Preparat dibuat dengan metode media

gliserin (untuk menjaga posisi preparat). Squash digunakan mengamati proses

pada ujung akar (Haryanti et al., 2012).


5

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Praktikum

Adapun praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Sitogenetika Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada

ketinggian ± 25 mdpl pada tanggal 16 November 2020 pukul 13.00 WIB sampai

dengan selesai.

Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah buku penuntun

sebagai penuntun praktikum, pulpen untuk menulis data, mikroskop sebagai alat

praktikum, kaca preparat sebagi tempat objek yang akan diamati dengan

mikroskop, penggaris untuk menggaris buku gambar, mikroskop untuk melihat

dan mengamati benda yang berukuran sangat kecil, deck glass untuk penutup

objek yang ada di preparat, pinset umtuk menjepit bahan bahan, bunsen untuk

mensterilkan alat dan bahan, pipet tetes untuk memindahkan larutan, pensil

berfungsi untuk menekan nekan bahan yang ada di preparat sehingga

kromosomnya menyebar, silet berfungsi untuk memotong bahan, handsprayer

sebagai alat untuk menyemprotkan alkohol ke kaca preparat, dan petridish sebagai

tempat menaruh akar setelah dipotong, jarum pentul yang berfungsi untuk

mengeluarkan sel induk megaspora dari tanaman bunga lili serta laptop digunakan

untuk mengetik laporan hasil praktikum.

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah bunga lili

(Lilium candidumL.), akar bawang merah (Alium ascalonicum L.), akar bunga

aglonema (Aglonema crispum), akar bawang bombai (Allium cepa)sebagai bahan


6

praktikum yang diamati, kertas untuk tempat data, buku gambar untuk tempat

menggambar hasil praktikum, asetokarmin sebagai pewarna sel, HCL 1 N

berfungsi untuk menghentikan pembelahan, tisu untuk mengeringkan preparat,

sarung tangan dan masker untuk menghindari kontaminasi, asam asetat sebagai

zat fiksatif dapat mengendapkan nukeuprotein tetapi melarutkan histon dalam

nukleus, alkohol untuk mensterilkan alat,aquades untuk mensterilkan alat, korek

api yang digunakan untuk menghidupkan bunsen.

Prosedur Praktikum

Mitosis

- Dipotong ujung akar tanaman bawang merah (Alium ascalonicum L.),

bunga aglonema (Aglonema crispum), bawang bombai (Allium cepa)

- Direndam ujung akar kedalam petridish menggunakan asam asetat selama

15 menit.

- Dibilas menggunakan aquades sebanyak 3 kali.

- Direndam ujung akar ke dalam petridish menggunakan asetocarmin

selama 30 menit.

- Dipotong ujung akar kurang lebih 0,5 cm.

- Dipindahkan ujung akar ke kaca preparat.

- Ditetes asetocarmin pada ujung akar yang sudah dikaca preparat sebanyak

1-2 tetes.

- Ditutup ujung akar memmakai gelas penutup.

- Ditekan preparat dengan metode squash.

- Dilewatkan preparat diatas bunsen sebanyak 2-3 kali.

- Diamati preparat dibawah mikroskop.


7

- Difoto hasil pengamatan.

Meiosis

Larutan Fiksatif

- Disediakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum

- Disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol

- Dibelah bunga lili yang kuncup menggunakan silet steril untuk

mendapatkan putik nya

- Diisi cawan petri yang steril dengan larutan HCL 1N untuk perlakuan

fiksatif

- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi HCl

1N menggunakan pinset

- Direndam di larutan HCl 1N selama 24 jam

- Dituangkan HCl 1N, kemudian putik dibilas menggunakan aquades

sebanyak 3 kali

- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk diambil

sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat steril

- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit

- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan

menggunakan penghapus pensil

- Dilewatkan dari bunsen yang menyala sebanyak 3 kali

- Dilakukan pelabelan dan diamati di mikroskop

Larutan Nonfiksatif

- Disediakan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum

- Disterilkan alat yang digunakan menggunakan alkohol


8

- Dibelah bunga lili yang kuncup menggunakan silet steril untuk mendapatkan

putik nya

- Diisi cawan petri yang steril dengan alkohol 70% untuk perlakuan

nonfiksatif

- Diambil dan pindahkan putik bunga lili ke petridish yang telah berisi

alkohol 70% menggunakan pinset

- Direndam di larutan alkohol 70% selama 15 menit

- Dituangkan alkohol 70%, kemudian putik dibilas menggunakan aquades

sebanyak 3 kali

- Diiris tipis putik untuk mendapatkan sel induk dari megaspora untuk

diambil sel induk dari megaspora tersebut dan diletakkan di kaca preparat

steril

- Ditambahkan aceto orcein 2% secukupnya dan didiamkan selama 15 menit

- Kemudian tutup menggunakan gelas penutup kemudian ditekan-tekan

menggunakan penghapus pensil

- Dilewatkan dari bunsen yang menyala sebanyak 3 kali

- Dilakukan pelabelan dan diamati di mikroskop dan diambil foto


9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

N GAMBAR KETERANGAN

O
1 Bawang Merah (Alium ascalonicum L.) 1. Kromosom

Fase telofase

pembelahan mitosis

pada akar bawang

merah.
1

2 Aglonema (Aglonemacrispum Schott.) 1. jaringan

Fase tidak diketahui

karena pada saat

1 menekan jaringan

terlalu keras sehingga

jaringan menjadi rusak.


10

3 Bawang Bombay (Aliumcepa L.) 1. kromosom

Fase telofase

pembelahan mitosis

pada akar bawang


1
bombay

4 Bunga Lili ( Lilium candidum L.) 1. Kromosom


Fiksatif (HCL 1N)
Pada perlakuan fiksatif

(HCL 1N) didapati


1 fase telofase

5 Bunga Lili (Lilium candidum L.) 1. Jaringan


Non Fiksatif (Alkohol)
Belum diketahui fase

yang dialami. Hal ini


1 dapat disebapkan oleh

pelaksanaan squash

nya menekan terlalu

keras dapat

menyebbabkan

jaringan pecah .
11

Pembahasan

Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu preparat

dengan cara meremas suatu potongan jaringan atau suatu organisme secara

keseluruhan, sehingga didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di

bawah mikroskop. Hal ini sesuai dengan literatur Santoso (2002) yang

menyatakan bahwa pembuatan sediaan dengan metode squash atau pencetan yaitu

teknik pembuatan sediaan dengan menggunakan metode pencetan atau menekan

bahan yang akan digunakan sampai terbentuk lapisan yang sangat tipis sehingga

bagian sel yang ingin diamati terlihat dengan jelas.

Tujuan utama analisis kromosom adalah mengungkapkan informasi

mengenai karakteristik dan morfologi seperti jumlah kromososm, struktur dan

tingkah laku selama pembelahan sel berlangsung. Hal ini sesuai dengan literatur

Fransisca (2012) yang menyatakan bahwa mikroteknik merupakan suatu ilmu atau

seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian dari suatu jaringan untuk dapat

diamati dan ditelaah. Pengamatan dan penelaahan tersebut umumnya

menggunakan bantuan mikroskop karena pada objek yang akan diamati dan

ditelaah memiliki ukuran yang mikroskopis yang tidak dapat dilihat dengan mata

telanjang,

Perbedaan mendasar dari mitosis dan meiosis adalah hasil jumlah set

kromosom sel-sl anaknya. Meiosis mengurangi jumah kromosom dan mitosis

mempertahankan jumlah kromosom. Tempat terjadinya pembelahan meiosis juga

berbeda dari pembelahan meiosis. Mitosis biasa terjadi pada sel autosom dan

meiosis terjadi pada sel gonosom. Hal ini sesuai dengan literatur Hidayah (2012)

yang menyatakan bahwa Preparat pejetan biasanyadigunakan untuk melihat


12

proses mitosis pada akar bawang. mitosis merupakan pembelahan sel yang mana

sel anakannya memiliki sifat yang sama dengan induk selnya.

Perlakuan fiksasi bertujuan menstabilkan struktur sel. Fiksasi yang

dilakukan tepat pada jaringan yang akan dibuat preparat. Selama proses fiksasi

akan terjadi penetrasi bahan-bahan fiksasi ke dalam sel atau jaringan, dimana

fiksasi dilakukan sebagai preservasi sel dan strukturnya pada kondisi yang

memungkinkan. Hal ini sesuai dengan literatur Setyobudi (2015) yang

menyatakan bahwa langkah pertama dalam menyiapkan materi segar untuk

pengamatan mikroskopis adalah fiksasi. Fiksasi juga merupakan langkah awal

yang penting dalam membuat sediaan utuh maupun sediaan sayatan.

Perbedaan fiksatif dan non-fiksatif ialah terletak pada pemberian larutan

yang berbeda. Pada perlakuan pemberian fiksatif digunakan larutan HCl 1 N yang

mampu menghentikan proses pembelahan atau metabolisme sehingga jaringan

lebih dapat dengan mudah diwarnai dan dikenali. Sedangkan pada non-fiksatif

hanya diberikan larutan alkohol saja. Hal ini sesuai dengan literatur

Arisworo (2000) yang menyatakan bahwa suatu fiksatif dikatakan baik jika

mempunyai kemampuan untuk mengendapkan kromatin, mempunyai kemampuan

untuk mematikan dengan segera.

Pada praktikum metode squash pembelahan meiosis digunakan bunga lili

(Lilium candidum L.) yang masih kuncup atau belum mekar. Hal ini dikarenakan

pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, karena akan berpengaruh

terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis. Jika terlalu tua, maka proses

meiosis sudah terlewat sehingga tidak dapat diamati secara detail. Apabila terlalu

muda, maka proses meiosis belum terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur

Fauziah (2015) yang menyatakan bahwa suatu metode pembuatan preparat


13

kromosom yang tepat dapat menghasilkan pewarnaan kromosom yang jelas dan

pemisahan yang baik, sehingga memudahkan dalam penghitungan jumlah

kromosom.

Berdasarkan pengamatan terhadap pembelahan meiosis pada bunga lili

(Lilium candidum L.), meiosis I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap yaitu

profase I, metafase I, anafase I dan telofase I. Tetapi meiosis II yang secara teori

mirip dengan mitosis tidak dapat diamati fase-fasenya secara lengkap. Hal ini

sesuai literatur Kurniawan (2010) yang menyatakan bahwa tumbuhan mengalami

pertumbuhan dan perkembangan setiap waktu. Proses pertumbuhan itu meliputi

pembelahan sel somatic (mitosis) dan sel fase reproduksi (meiosis).

Pada praktikum metode squash pembelahan mitosis di gunakan akar

bawang merah, bawang bombai dan akar aglonema,hal ini dikarenakan memiliki

jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak yaitu sekitar 16 kromosam dan

komposisi dinding selnya tersusun dari lapisan senyawa-senyawa yang relatif

mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna. Hal ini

sesuai dengan literatur Ernawiati (2007) yang menyatakan bahwa

kromosom adalah suatu struktur makromolekul yang berisi  dimana informasi

genetik dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti

warna dan soma yang berarti badan.

Dari hasil praktikum mitosis pada bawang merah (Alium ascalonicum L.)

ditemui berada fase telofase. Telofase ditandai dengan berpisahnya sel anak

dengan sel induk. Hal ini sesuai dengan literatur Ardiansyah et al., (2015) yang

menyatakan bahwa mitosis merupakan salah satu bagian dari siklus sel dan

memiliki beberapa tahap yaitu profase,prometafase, metaphase, anaphase, dan

telofase.
14

Dari hasil praktikum mitosis pada bawang bombay (Alium cepa L.)

ditemui berada pada fase telofase. Telofase ditandai dengan berpisahnya sel anak

dengan sel induk. Hal ini sesuai dengan literatur Fuadati (2018) yang menyatakan

bahwa proses pertumbuhan tumbuhan berada pada ujung akar dan apeks batang

pada bagian meristem. Proses pembelahan sel dimulai dengan pembelahan intinya

dan selanjutnya terjadi pembelahan sel.

Dari hasil praktikum mitosis pada aglonema (Aglonema crispum Schott.)

tidak diketahui fase yang dialami karena yang terlihat masih dalam bentuk

jaringan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor penyebab diantara nya gelas

penutup di tekan terlalu keras, waktu fiksasi yang telalu singkat, pemotongan

material tidak pada waktu yang tepat hal ini sesuai dengan literatur

Khayasar (2012) yang menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan setiap

organisme tergantung pada pertumbuhan dan perkembangan sel-sel yan

dimilikinya secara terus menerus dalam proses pembelan sel biasanya kita melihat

adanya benang-benang.
15

KESIMPULAN

1. Metode squash yaitu suatu metode untuk mendapatkan suatu preparat dengan

cara meremas suatu potongan jaringan secara keseluruhan, sehingga

didapatkan suatu sediaan yang tipis yang dapat diamati di bawah mikroskop.

2. Tujuan utama analisis kromosom adalah mengungkapkan informasi mengenai

karakteristik dan morfologi seperti jumlah kromososm, struktur dan tingkah

laku selama pembelahan sel berlangsung.

3. Perbedaan mendasar dari mitosis dan meiosis adalah hasil jumlah set

kromosom sel-sl anaknya.

4. Perlakuan fiksasi bertujuan menstabilkan struktur sel. Fiksasi yang dilakukan

tepat pada jaringan yang akan dibuat preparat.

5. Perbedaan fiksatif dan non-fiksatif ialah terletak pada pemberian larutan

yang berbeda.

6. Pada praktikum digunakan bunga lili yang masih kuncup atau belum mekar

karena pemilihan umur mikrospora yang tepat sangat penting, berpengaruh

terhadap fase-fase yang dapat diamati pada meiosis.

7. Berdasarkan pengamatan terhadap pembelahan meiosis pada bunga lili

(Lilium candidum L.), meiosis I dapat diamati fase-fasenya secara lengkap.

Tetapi meiosis II tidak dapat diamati fase-fasenya secara lengkap.

8. Pada praktikum metode squash pembelahan mitosis di gunakan akar bawang

merah, bawang bombai dan akar aglonema,hal ini dikarenakan memiliki

jumlah kromosom yang tidak terlalu banyak.

9. Dari hasil praktikum mitosis pada bawang merah (Alium ascalonicum L.)

ditemui berada fase telofase.


16

DAFTAR PUSTAKA

Arisworo D. 2000. General Zoologi. Jakarta: PT grafindo media pratama.

Budipramana, Lukas. 2002. Mikroteknik dan Pembuatan Peraga Biologi.


Surabaya : UNESA Press.

Campbell, N.A., Reece J.B., Michael L.C., 2008, Biologi jilid 1 edisi kelima,
Erlangga, Jakarta.

Ernawiati, E., 2007, Efek Antimitosis Ekstrak Umbi Kembang Sungsang


(Gloriosa superb Linn.) terhadap Pembelahan Sel Akar Tanaman Cabai
Merah (Capsicum annum L.), Jurnal Sains MIPA, 13 (1) : 35-38.

Farra, 2013, Pembuatan Preparat Mitosis Akar Bawang Merah dan Bawang Putih,
Diakses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016 pukul 21.00 WITA.

Fransisca, 2012, Pembuatan Preparat Squash, Diakses pada hari Senin, tanggal 14
Maret 2016 pukul 21.10 WITA.

Gunarso W. 2006. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif yang Berbeda pada
Pembuatan Preparat dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik
Parafin. Bogor: IPB Press

Hidayah, 2012, Pembuatan Preparat Squash pada Akar Bawang (Allium cepa),
Diakses pada hari Senin, tanggal 14 Maret 2016 pukul 22.03 WITA.

Imaniar, E.F. dan Pharmawati, M., 2014, Kerusakan Kromosom Bawang Merah
(Allium cepa) Akibat Perendaman dengan Etidium Bromida, Jurnal
Simbiosis, 2 (2) : 173-183.

Suryo, 2001, Genetika Manusia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai