Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROTEKNIK

Pembuatan Preparat Tidak Permanen (Segar)

NAMA : Zeihan Pahlevi


NIM : 195090100111033
KELAS : Biologi-B
ASISTEN PJ : Aryan Mustamin dan Nina Regina N.
TANGGAL PRAKTIKUM : 13 Oktober 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroteknik merupakan mekanisme pembuatan sampel jaringan hewan atau tumbuhan
yang diamati menggunakan alat optik berupa mikroskop, tujuannya adalah untuk
memudahkan proses pengamatan pada sampel. Sampel yang baik harus memenuhi beberapa
kriteria tertentu, oleh karena itu proses pembuatan sampel memerlukan ketelitian,
kompetensi yang tinggi, dan pengalaman yang didasari oleh konsep trial and error. Proses
pembuatan sampel jaringan secara umum terdiri dari empat tahapan utama, yaitu preparing,
processing, cutting, dan staining jaringan. Tahapan-tahapan tersebut nantinya berpengaruh
terhadap hasil sampel jaringan yang diperoleh, oleh karena itu diperlukan ketelitian dan sikap
cermat dalam proses pembuatannya (Apriani, 2016).
Preparat merupakan objek yang diamati menggunakan mikroskop. Preparat digolongkan
menjadi dua berdasarkan ukurannya, yaitu mikroskopis dan makroskopis. Pengamatan pada
preparat mikroskopis memerlukan bantuan mikroskop, sedangkan preparat makroskopis
dapat diamati tanpa bantuan mikroskop. Berdasarkan jenisnya preparat digolongkan menjadi
tiga jenis, yaitu preparat sementara (segar), preparat semipermanen, dan preparat awetan,
penggolongan preparat tersebut disesuaikan dengan keperluan penelitian yang dilakukan.
Preparat segar merupakan jenis preparat dengan life time yang singkat, karena tujuan dari
pembuatan preparat segar adalah untuk melakukan pengamatan secara langsung hanya
dengan bahan-bahan sederhana yang tidak memerlukan biaya besar (Susetyarini dkk., 2019).
Oleh karena itu penting dilakukan praktikum dengan topik “Pembuatan Preparat Tidak
Permanen (Segar)” agar praktikan dapat membuat preparat segar dengan sampel yang mudah
diperoleh dari lingkungan dan mendeskripsikan bagian yang diamati selama proses
percobaan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah praktikum kali ini adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan preparat tidak permanen?
2. Bagaimana anatomi kelenjar minyak sampel percobaan?
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah:
1. Praktikan dapat membuat preparat segar dari bagian akar tanaman
2. Praktikan dapat mendeskripsikan anatomi bagian aromatik tanaman uji
1.4 Manfaat
Manfaat praktikum kali ini adalah:
1. Mahasiswa terampil dalam pembuatan preparat segar
2. Tumbuhan sekitar dapat digunakan sebagai sampel untuk pembuatan preparate segar
3. Pengamatan dapat dilakukan tanpa biaya mahal
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Preparat Segar/Semisegar


Preparat merupakan kepingan kaca yang merupakan gabungan dari object glass dan cover
glass yang disisipkan sel jaringan hewan atau tumbuhan untuk diamati di bawah mikroskop.
Berdasarkan sifatnya preparat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu preparat segar atau basah
dan preparat awetan atau kering. Preparat segar atau basah merupakan jenis preparat yang
hanya digunakan untuk satu kali percobaan karena sampel pada preparat tidak diawetkan,
sehingga sampel tidak akan bertahan lama karena kondisi lingkungan yang berbeda.
Sedangkan preparat awetan atau kering merupakan preparat yang sudah melalui tahapan
pengawetan dan memiliki life time yang panjang (Susetyarini dkk., 2019).
Proses pembuatan preparat segar atau basah tidak memerlukan bahan-bahan dengan biaya
yang besar, prinsipnya sampel hanya perlu ditetesi dengan air dan pewarna, kemudian
ditutup menggunakan cover glass. Mekanisme pembuatan preparat basah secara keseluruhan
sebagai berikut;
1. Gunakan silet/blade/cutter untuk membuat sayatan tipis sebagai sampel
2. Sayatan dibentuk dari arah bagian luar menuju bagian dalam, dengan posisi sejajar
pandangan
3. Hasil sayatan diletakkan di tengah object glass
4. Sayatan ditetesi oleh akuades dan pewarna menggunakan pipet
5. Tutup object glass dengan cover glass dengan sudut kemiringan 45° dan siapkan kapas
untuk menyerap tetesan air berlebih
6. Preparat siap diamati
(Apriani, 2016).
2.2 Pewarnaan untuk Preparat Segar
Pewarnaan merupakan tahapan yang penting, karena pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas komponen jaringan yang tertangkap oleh mikroskop sehingga memudahkan
proses identifikasi komponen seluler dari sampel yang diamati. Tanpa pewarnaan maka
gambar sampel yang tampak pada mikroskop akan transparan. Munculnya warna pada
gambar yang ditangkap mikroskop menunjukkan terjadinya ikatan molekul antara pewarna
dengan jaringan tertentu. Pewarna yang berikatan akan menyerap sinar dengan panjang
gelombang tertentu, sehingga sampel akan tampak berwarna. Pemilihan pewarna disesuaikan
dengan spesifik jaringan target, untuk dinding sel dapat menggunakan toluidine blue,
ruthenium red, dan safranin, safranin akan memberikan warna merah pada dinding sel yang
terlignifikasi, namun safranin memiliki harga yang cukup mahal dan perlu perawatan yang
baik dalam penyimpanannya (Dafrita & Mustika, 2020).
2.3 Kelenjar Tanaman Aromatik
Minyak atsiri merupakan sisa metabolisme tanaman (eksresi) yang terbentuk karena
adanya reaksi antara air dengan berbagai jenis senyawa kimia dalam tubuh tumbuhan.
Minyak atsiri memiliki karakteristik mudah menguap pada suhu kamar dan berbau wangi
sesuai dengan spesies tumbuhannya. Minyak atsiri dapat berasal dari semua organ tumbuhan,
baik akar, batang, daun, dan bahkan buah. Minyak atsiri dapat dibentuk di dalam sel kelenjar
pada jaringan tanaman dan pembuluh resin. Minyak atsiri banyak dimanfaatkan sebagai
bahan baku industry parfum, bahan pewangi, aroma, farmasi atau kesehatan, dan kosmetik.
Komponen senyawa minyak atsiri mempengaruhi sistem syaraf manusia, karena bersifat
menenangkan (antidepresan) sehingga sering digunakan sebagai alat terapi, bahkan di Cina
dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengobatan ringan, seperti sakit kepala, influenza, dan
kram perut (Priyanti dkk., 2015).
BAB III
METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum topik “Pembuatan Preparat Tidak Permanen (Segar)” ini dilaksanakan pada
hari Rabu, 13 Oktober 2021 pukul 11.10-16.35 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Fisiologi, Kultur Jaringan & Mikroteknik Tumbuhan, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu mikrotom geser, cover glass, slide
glass, kuas, cork borer, silet, botol flakon, pipet tetes, kertas label, cutter, dan penggaris.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu umbi wortel, akuades, NaOH 5%,
Safranin 0,1%, gliserin 5%, daun jeruk, daun kayu manis, daun nilem, daun seikat botol, dan
daun kemangi.
3.3 Cara Kerja
Botol masing-masing diberi label sesuai dengan nama spesimen. Cork borer digunakan
untuk pembuatan silinder umbi wortel. Sampel daun dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm
disesuaikan dengan ukuran cork borer. Umbi wortel dipotong bagian tengahnya, sehingga
sampel daun dapat disisipkan. Pengunci silet pada mikrotom dibuka, kemudian silet
dimasukkan dan dikunci. Silinder wortel yang sudah disisipkan sampel daun dimasukkan ke
mikrotom untuk pemotongan sampel. Spesimen diiris dengan cepat menggunakan mikrotom
dan pastikan sampel perolehan dengan ketebalan setipis mungkin. Irisan spesimen
dipisahkan menggunakan kuas yang telah dicelupkan ke dalam akuades. Irisan spesimen
dimasukkan ke dalam botol NaOH 5% selama satu jam untuk clearing atau penjernihan.
Irisan dimasukan ke dalam safranin 0,1%. Sampel diletakkan pada slide glass dan dilakukan
penyerapan kelebihan safranin dengan tisu, kemudian tambahkan gliserin 5% ditambahkan.
Penutupan oleh cover glass dengan kemiringan 45°, kemudian amati preparate pada
perbesaran 100x dan 400x.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Prosedur (fungsi tiap perlakuan disertai acuan gambar, gambar tiap
perlakuan dari video)
Botol yang digunakan masing-masing diberi label sebagai identitas untuk menghindari
kesalahan teknis kerja. Cork borer digunakan untuk pembuatan silinder dari umbi wortel.
Sampel daun dipotong dengan ukuran 1 x 1 cm, ukuran disesuaikan dengan diameter cork
borer. Umbi wortel dipotong bagian tengahnya untuk penyisipan bagian daun, umbi wortel
berfungsi penyokong sampel daun agar memudahkan pemotongan sampel. Menurut (Fitriah
dkk., 2017), cork borer merupakan alat laboratorium yang berfungsi untuk pemotongan
sampel dengan alat pengunci yang disertai dengan pengatur untuk penyesuaian ketebalan.

A B C

D E F

Gambar 4.1 Tahapan pembuatan preparat segar A) pelabelan botol, B) pembuatan silinder
umbi wortel, C) silinder umbi wortel, D) sampel daun 1 x 1 cm, E) pemotongan bagian
tengah silinder umbi wortel, F) penyisipan sampel daun
Pengunci silet pada mikrotom dibuka, kemudian silet dimasukkan dan dikunci. Silinder
wortel yang sudah disisipkan sampel dimasukkan ke mikrotom untuk pemotongan sampel,
sebelum sampel dipotong ukur ketebalan sampel dengan memutar pengatur mikrotom.
Spesimen diiris setipis dan secepat mungkin agar ketebalan sampel yang dihasilkan merata.
Irisan spesimen dipisahkan menggunakan kuas yang telah dicelupkan ke dalam akuades agar
sampel tidak rusak saat dipindahkan. Menurut (Khotimah dkk., 2017), akuades tidak berbau,
tidak memiliki rasa, dan bersifat murni, sehingga selain sebagai pelarut akuades juga dapat
dimanfaatkan sebagai media untuk proses pemisahan sampel.

G H I

J K L
Gambar 4.2 Tahapan pembuatan preparat segar G) pengunci mikrotom dibuka, H) silet
terpasang pada mikrotom, I) ketebalan sampel diatur dengan pengatur, J) pemotongan
sampel, K) perendaman kuas dengan akuades, L) sampel dipisahkan
Irisan spesimen dimasukkan ke dalam botol NaOH 5% selama satu jam untuk clearing
atau penjernihan, hal ini dilakukan agar klorofil luntur sehingga pewarnaan spesimen akan
terlihat jelas nantinya dan untuk memudahkan tahap pewarnaan (Verhertbruggen dkk.,
2017). Irisan dimasukkan ke dalam safranin 0,1% untuk pewarnaan sampel. Sampel
diletakkan pada slide glass dan dilakukan penyerapan kelebihan safranin dengan tisu agar
tidak mengganggu proses pengamatan. Pemberian gliserin 5% berfungsi sebagai agen
perekat yang sifatnya hidrofilik karena sampel segar masih mengandung air karena tidak
melalui tahapan dehidrasi, penutupan dengan cover glass dalam posisi 45° agar tidak
ditemukannya gelembung pada preparate. Preparat diamati pada perbesaran 100x dan 400x.
Menurut (Verhertbruggen dkk., 2017), safranin merupakan pewarna yang akan mewarnai
jaringan sampel menjadi merah, gliserol bersifat higroskopis yang dapat menyerap air dari
lingkungan sehingga preparate tidak mengering.

M N O

P Q R

Gambar 4.3 Tahapan pembuatan preparate segar M) perendaman sampel dengan NaOH 5%,
N) pewarnaan sampel dengan safranin 0,1%, O) penyerapan kelebihan safranin dengan tisu,
P) penambahan gliserin 5%, Q) penutupan dengan cover glass, R) pengamatan dengan
perbesaran 100x dan 400x
4.2 Analisa Hasil (bandingkan hasil praktikum dengan literatur disertai gambar-bentuk,
letak, senyawa yang dihasilkan)
4.2.1 Daun Kemangi
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan pada sampel daun kemangi
masih kurang maksimal, hal ini ditunjukkan oleh warna preparat yang masih
dominan berwarna hijau. Menurut (Verhertbruggen dkk., 2017), waktu perendaman
NaOH termasuk faktor yang berpengaruh terhadap hasil pewarnaan sampel. Pada
gambar terdapat trikom yang berada pada bagian epidermis yang berbentuk
meyerupai tanduk. Menurut (Nataren dkk., 2018), trikoma tumbuh atau berasal dari
sel-sel epidermis, sehingga sebagian besar trikoma akan dijumpai pada lapisan
epidermis daun kemangi. Trikoma daun kemangi dilaporkan mengandung
antioksidan dan antimicrobial (Nataren dkk., 2018).
A B

(Nataren dkk., 2018)


Gambar 4.4 Trikoma daun kemangi A) perbesaran 100x, B) perbesaran 400x, C)
gambar literatur
4.2.2 Daun Nilam
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan pada sampel daun nilam
cukup baik, hal ini ditunjukkan oleh warna merah yang tampak dominan pada
gambar hasil pengamatan. Menurut (Verhertbruggen dkk., 2017), safranin
memberikan warna merah pada sampel untuk memudahkan pengamatan morfologi
sampel secara mikroskopis. Pada gambar ditemukan trikom dalam jumlah banyak di
bagian tepi epidermis yang menyerupai bentuk helaian rambut. Menurut (Rusydi
dkk., 2013), trikom merupakan tonjoloan dari permukaan organ tumbuhan, trikom
mudah dijumpai pada bagian epidermis daun nilam. Grandular trichome merupakan
struktur yang terdiferensiasi untuk menghasilkan essential oil yang banyak
dimanfaatkan sebagai antidepresan, antiinflamasi, antiseptik (Rusydi dkk., 2013).

A B

(Rusyidi dkk., 2013)


Gambar 4.5 Trikoma daun nilam A) perbesaran 100x, B) perbesaran 400x, C)
gambar literatur
4.2.3 Daun Jeruk
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan pada sampel daun jeruk dapat
dikatakan baik karena jaringan daun yang diwarnai menunjukkan dominansi warna
merah. Menurut (Verhertbruggen dkk., 2017), safranin memberikan warna merah
pada sampel untuk memudahkan pengamatan morfologi sampel secara mikroskopis.
Pada gambar ditemukan bahwa trikom tersusun sejajar dengan rapih pada bagian
tepi epidermis yang berbentuk oval. Menurut (Al-Edany & Sahar, 2012), trikom
daun jeruk berbentuk oval yang tersusun sejajar membentang di bagian tepi
epidermis, trikom mengandung minyak esensial yang banyak dimanfaatkan dalam
berbagai industri kesehatan.

A B

(Al-Edany & Sahar, 2012)


Gambar 4.6 Trikoma daun jeruk A) perbesaran 100x, B) perbesaran 400x, C)
gambar literatur
4.2.4 Daun Sikat Botol
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pewarnaan pada sampel daun sikat botol
masih kurang maksimal, hal ini dikarenakan dominannya warna hijau pada sampel
yang diamati. Menurut (Verhertbruggen dkk., 2017), kurang maksimalnya
pewarnaan dipengaruhi dua faktor, yaitu waktu perendaman NaOH yang kurang dan
faktor internal masing-masing spesies tumbuhan. Pada gambar ditemukan bahwa
trikom ditemukan pada jaringan epidermis dan palisade dengan bentuk oval dan
tersebar secara merata. Menurut (Narayana dkk., 2020), trikom merupakan struktur
terdiferensiasi yang terbentuk dari sel protodermal, trikom secara umum
menghasilkan minyak esensial sebagai bentuk perlindungan diri dari lingkungan.
A B

(Narayana dkk., 2020)


Gambar 4.7 Trikoma daun sikat botol A) perbesaran 100x, B) perbesaran 400x, C)
gambar literatur
4.2.5 Daun Kayu Manis
4.3 Glandular Trichome
Kelenjar trikoma merupakan pelindung atau pertahanan tumbuhan yang berperan penting
dalam sistem imunitas tumbuhan. Kelenjar trikoma membentuk penghalang baik struktural
atau penghalang secara kimiawi, bentuk pertahanan tersebut dimaksudkan untuk melindungi
tumbuhan dari kondisi lingkungan, yaitu radiasi cahaya, suhu ekstrem, dan organisme
herbivora. Struktur kelenjar trikoma berkembang dari sel protodermal dan tersebar luas pada
organ reproduksi dan vegetatif tanaman. Kelenjar trikoma pada umumnya termasuk
multiseluler, terdiri dari sel basal, tangkai, dan kepala yang terdiferensiasi. Kelenjar trikoma
digolongkan menjadi dua jenis berdasarkan morfologinya, yaitu trikoma peltate dan capitate.
Perbedaannya adalah pada trikoma peltate strukturnya terdiri dari satu sel basal, satu sel
tangkai, dan bagian kepala yang besar, sedangkan trikoma capitate strukturnya terdiri dari
satu sel basal, lebih dari satu sel tangkai, dan satu atau dua sel kepala (Nataren dkk., 2018).
4.4 Troubleshooting
Permasalahan yang paling sering terjadi adalah pada saat fase pemotongan sampel dengan
mikrotom, untuk memperoleh sampel yang baik maka diperlukan keterampilan dan tingkat
konsentrasi yang tinggi. Fase perendaman dengan NaOH juga termasuk faktor yang
berpengaruh, terlihat dari hasil gambar praktikum bahwa kurangnya peresapan safranin pada
sampel, walaupun tidak hanya faktor mekanisme yang dapat mempengaruhi hasil namun
juga faktor jenis tumbuhan yang digunakan sebagai sampel.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Prinsip pembuatan preparat basah dirumuskan menjadi dua bagian utama, yaitu proses
pembuatan sampel, pewarnaan, dan pembuatan preparat. Pembuatan sampel terdiri dari
proses pengukuran sampel dan pemotongan sampel, untuk pewarnaan melalui proses
perendaman untuk menghilangkan klorofil dan staining. Anatomi bagian aromatik yang
ditemukan pada sampel adalah grandule trichome, kelenjar trikoma merupakan struktur yang
berkembang dari sel protodermal dan tersebar luas pada organ reproduksi dan vegetatif
tanaman. Kelenjar trikoma pada umumnya termasuk multiseluler, terdiri dari sel basal,
tangkai, dan kepala yang terdiferensiasi.
5.2 Saran
Perhatikan arahan asisten dengan baik, agar tidak terjadinya mispersepsi. Perbanyak
bacaan literatur agar memudahkan proses memahami materi topik praktikum. Pastikan untuk
berdoa sebelum dan sesudah berlangsungnya proses praktikum agar ALLAH SWT
memudahkan proses pembelajaran selama praktikum berlangsung dan keberkahan ilmu yang
diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Edany, Taha Y. dan Sahar A. A. Malik Al-Saadi. 2012. Taxonomic Significance of


Anatomical Characters in Some Species of the Family Myrtaceae. American Journal of
Plant Sciences. 2012(3): 572-581.
Apriani, Ike. 2016. PENGEMBANGAN MEDIA BELAJAR: ANGKAK BERAS MERAH DAN
TEH (Camellia sinensis) SEBAGAI PEWARNA ALTERNATIF PREPARAT BASAH
JARINGAN TUMBUHAN. Jurnal Bioilmi. Vol. 2(1): 59-65.
Dafrita, Ivan Eldes dan Mustika Sari. 2020. Senduduk dan ubi jalar ungu sebagai pewarna
preparate squash akar bawang merah. Jurnal Pendidikan Biologi. Vol. 5(1): 46-55.
Fitriah, Mappiratu, dan Prismawiryanti. 2017. UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
DAUN TANAMAN JOHAR (Cassia siamea Lamk.) DARI BEBERAPA TINGKAT
KEPOLARAN PELARUT. KOVALEN. Vol. 3(3): 242-251.
Khotimah, Husnul, Erika Wulan Anggraeni, dan Ari setianingsih. 2017. KARAKTERISASI
HASIL PENGOLAHAN AIR MENGGUNAKAN ALAT DESTILASI. Jurnal
Chemurgy. Vol. 1(2): 34-38.
Narayana, Sunir Kumal Koppala, Divya Kallingilkalathil Gopi, Mattummal Rubeena, dan
Sathiya Rajeswaran Parameswaran. 2020. Macro-micro-morphological diagnosis of
leaves of two species of Cinnamomum (C. sulphuratum and C. verum) used as resource of
bay leaf. Original Article. [IP: 49.207.140.175].
Nataren, Daniela A. Martinez, Pedro A. Villalobos Perera, dan Miguel A. Munguia Rosas. 2018.
Morphology and density of glandular trichomes of Ocimum campechianum and Ruellia
nudiflora in contrasting light environments: A scanning electron microscopy study.
ELSEVIER Flora 248. 2018: 28-33.
Priyanti, Tatik Chikmawati, Sobir, dan Alex Hartana. 2015. Leaf Trichome Morphology of Durio
Kutejensis Landraces from Kalimantan. Makara J. Sci.. Vol. 19(1): 37-42.
Rusydi, Amalia, Noraini Talip, Jalifah Latip, Ruzi Abdul Rahman, dan Idris Sharif. 2013.
Morphology of trichomes in Pogostemon cablin Benth. (Lamiaceae). Australian Journal
of Crop Science. Vol. 7(6): 744-749.
Santana, Jennifer Keterly Goncalves, Andre Leal Seixas, Lucas Henrique Goncalves Ribeiro,
Ana Clara Santos Cardoso, Fernando da Silva Rocha, Maria de Fatima Goncalves
Fernandes, Maria de Fatima Silva Muniz. 2018. Staining fungal structures with artificial
dyes used in the industry of juices. Ciencia Rural, Santa Maria. Vol. 48(9): 1-4.
Slamet, Supranto, dan Riyanto. 2013. STUDI PERBANDINGAN PERLAKUAN BAHAN
BAKU DAN METODE DISTILASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS
MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR (Cymbopogon citratus). ASEAN Journal of Systems
Engineering. Vol. 1(1): 25-31.
Susetyarini, Eko, Poncojari Wahyono, Roimil Latifa, dan Endrik Nurrohman. 2019. The
Identification of Morphological and Anatomical Structures of Pluchea indica. Journal of
Physics: Conference Series. 1539 (2020) 012001.
Verhertbruggen, Yves, Jesse L. Walker, Fabienne Guilion, dan Henrik V. Scheller. 2017. A
Comparative Study of Sample Preparation for Staining and Immunodetection of Plant
Cell Walls by Light Microscopy. Frontiers in Plant Science. Vol. 8(1505): 1-17.
Yuan, Jinhong, Xiaoduan Wang, Huihui Zhou, Yulin Li, Jing Zhang, Shuxin Yu, Mengni Wang,
Menghan Hao, Qian Zhao, Le Liu, Mingjun Li, dan Junhua Li. 2020. Comparison of
Sample Preparation Techniques for Inspection of Leaf Epidermises Using Light
Microscopy and Scanning Electronic Microscopy. Frontiers in Plant Science. Vol.
11(133): 1-13.
LAMPIRAN

(Yuan dkk., 2020)

(Susetyarini dkk., 2019)

(Santana dkk., 2018)


(Verhertbruggen dkk., 2017)

(Dafrita & Mustika, 2020)

(Apriani, 2016)
(Slamet dkk., 2013)

(Fitriah dkk., 2017)

(Khotimah dkk., 2017)


(Nataren dkk., 2018)

(Rusydi dkk., 2013)

(Al-Edany & Sahar, 2012)


(Narayana dkk., 2020)

(Priyanti dkk., 2015)

Anda mungkin juga menyukai