Anda di halaman 1dari 115

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

1
PETUNJUK
PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

Tim Penyusun

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA

2
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala hikmah dan karuniaNya yang telah diberikan
kepada para penyusun buku Petunjuk Praktikum Biologi Dasar ini
sehingga buku petunjuk praktikum ini dapat sampai kepada para pembaca
dan pengguna.
Buku petunjuk praktikum ini masih banyak kekurangan di sana
sini, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun demi
sempurnanya buku petunjuk praktikum ini sangat penulis dan penyusun
harapkan.

Penyusun

3
DAFTAR ACARA PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR

BAB Topik Praktikum Halaman

I Mikroskop…………….…………….………………………………… 5

II Sel………...………………………………….………………………… 18

III Jaringan…………………………………..……………………………. 24

IV Metabolisme…………………………..……………………………….. 33

V Homeostasis………………………...…...….………............................. 45

VI Reproduksi Sel…………………………………………….…………... 55

VII Reproduksi Organisme………………….…........................................ 60

VIII Genetika……………………………...……………………………...… 65

IX Aktivitas Enzim……..…………………………...…………………... 75

X Biodiversitas.………………………………...………………………… 82

XI Anatomi Hewan……………………………………………………….. 99

XII Bioinformatika………………………………………………………… 109

4
ACARA I
MIKROSKOP

I. TUJUAN
1. Memperkenalkan bagian-bagian mikroskop binokuler dan prinsip-prinsip
kerjanya.
2. Memperkenalkan cara-cara penggunaan dan pemeliharaan mikroskop
binokuler.
3. Memperkenalkan cara-cara penyiapan sediaan hayati basah untuk dilihat
dengan mikroskop binokuler.
4. Memperkenalkan penggunaan mikrometer okuler dan micrometer objektif pada
mikroskop binokuler

II. DASAR TEORI


Karena pancaindera manusia memiliki kemampuan yang terbatas, banyak
masalah mengenai organisme yang ingin dipecahkannya hanya dapat diperiksa
dengan menggunakan alat-alat. Salah satu alat yang paling sering digunakan ialah
mikroskop (Latin : micro = kecil, scopium = penglihatan), yang memungkinkan
seseorang untuk dapat mengamati obyek (Latin : objectum = sesuatu yang
diketengahkan) dan gerakan yang sangat halus sehingga tidak dapat dilihat oleh
kekuatan mata biasa.
Dalam praktikum biologi dasar ini yang akan digunakan adalah mikroskop
cahaya. Ada mikrokop yang digunakan untuk melihat benda yang agak besar
seperti bagian-bagian mulut serangga, mikroskop jenis ini kemampuan
perbesarannya termasuk lemah sebab benda yang akan diamati umumnya juga sudah
cukup besar dan benda yang dilihat tidak perlu disiapkan secara khusus, termasuk
dalam kelompok ini adalah mikroskop stereo yang sering digunakan untuk melakukan
pembedahan atau dissection. Sedang mikroskop lain adalah yang bendanya perlu
dipersiapkan secara khusus setidaknya harus diiris setipis mungkin, mikroskop ini
dapat mencapai perbesaran kuat yaitu 1000 sampai 5000 kali. Mikroskop
cahaya ini ada beberapa jenis yang bertujuan untuk mendapat gambaran perbesaran
yang lebih jelas. Supaya benda yang dilihat dapat terlihat jelas dibanding mediumnya
maka bidang pemandangannya perlu dibuat gelap ini disebut dark field microscope,
dapat juga menggunakan mikroskop fasekontras, hal ini akan memberi kontras yang

5
besar sehingga objek lebih mudah terlihat atau lebih mudah teridentifikasi.
Mikroskop yang hanya memiliki satu tempat lensa okuler disebut mikroskop
monokuler, sedang yang memiliki dua tempat lensa okuler disebut mikroskop
binokuler. Untuk menunjukkan bagian tertentu maka pada lensa okuler biasanya
dipasang jarum penunjuk. Lensa okuler ini tidak mati kedudukannya tetapi dapat
diputar-putar. Tempat kedudukan dan letak atau posisi bagian-bagian tersebut dan
bentuknya dapat berbeda-beda bergantung pada Perusahaan pembuatnya dan model
mikroskopnya.

1. Bagian – bagian Mikroskop

1 Keterangan :
1. Lensa Okuler
2 2. Meja Objek
3. Revolver
3
4. Lensa Objektif
4 5. Tombol “on/off”
5 6. Pengatur Lampu
6 7. Pengatur Meja Objek
7 8. Mikrometer (Pengatur Halus)
8
9. Sumber Cahaya (lampu)
10. Kondensor
9
10

2. Menyiapkan mikroskop beserta Cara memegang dan membawa


mikroskop
Peganglah mikroskop itu dengan erat pada bagian lengannya dengan satu tangan,
sedang tangan yang lain pakailah untuk menyangga bawah kaki mikroskop.
Letakkan mikroskop dengan hati-hati di atas meja laboratorium, sedemikian
hingga lengannya mengarah ke tempat duduk kita sedangkan meja obyek
menghadap ke arah berlawanan. Letak kakinya jangan terlalu ke tepi meja
supaya mikroskop tidak jatuh.

6
3. Mengoperasikan mikroskop
Setelah mikroskop ditaruh dengan benar diatas meja, uraikan kabel yang
melilit pada badan mikroskop kemudian ikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Periksa dan pastikan kabel yang terhubung dengan mikroskop menancap
dengan sempurna.
b. Pastikan meja mikroskop pada posisi terendah dan lensa objektif pada
perbesaran lemah
c. Sambungkan steker kabel dengan sumber listrik yang ada di meja
saudara, lalu tekan tombol “on” yang ada pada samping kiri mikroskop.
Apabila lampu mikroskop belum menyala putar tombol yang ada di bawah
tombol “on/off” searah dengan jarum jam sampai lampu menyala. Ketika
lampu sudah menyala, mikroskop sudah siap digunakan.
d. Letakkan preparat yang akan diamati pada meja preparat. Pertama buka kait
penjepitnya, lalu letakkan preparat pas ditengah kemudian lepaskan kait
penjepitnya dengan hati-hati. Pastikan preparat yang terpasang dimeja
mikroskop letaknya benar (objek yang diamati berada ditengah-tengah
cahaya) dan terjepit dengan sempurna. Amati preparat tadi. Apabila belum
kelihatan bayangan bendanya, naikkan meja mikroskop dengan memutar
makrometer (pengatur kasar) secara perlahan sampai terlihat bayangan
benda.
4. Mengatur fokus mikroskop
Bila kita melihat benda pertama kali dengan perbesaran lemah seringkali kabur
karena fokusnya tidak tepat. Untuk menempatkan pada fokus yang tepat
digunakan makrometer (pengatur kasar). Bila sudah jelas baru dipindah ke
perbesaran sedang dan selanjutnya kuat dengan memutar revolver. Ketika
perbesaran diubah ke perbesaran yang lebih kuat, maka bayangan benda akan
tampak kabur lagi, untuk mencari bayangan yang jelas tidak boleh menggunakan
makrometer melainkan harus menggunakan mikrometer (pengatur halus). Ada
kalanya benda tampak terlalu gelap atau terlalu terang sehingga silau. Untuk
mengatasinya, maka bukaan diafragma harus diatur, demikian juga jarak lensa
kondensor dengan preparat, kuat lemahnya sinar lampu. Untuk memberi
kontras yang lebih baik bila ini mikroskop biasa maka digunakan filter sinar,

7
biasanya tersedia filter yang berwarna kuning dan biru walaupun sebetulnya ada
juga warna lainnya
5. Perbesaran pada mikroskop
Kini akan diterangkan apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan daya pembesaran
suatu lensa. Dalam menggunakan suatu mikroskop sangatlah penting
mengetahui berapa kali alat itu membesarkan bayangan obyek yang diamati.
Apakah suatu mikroskop membesarkan suatu obyek sebanyak 50 diameter (50x),
maka bayangan yang terlihat akan 50 kali lebih panjang dan lebih lebar daripada
bayangan yang dilihat oleh mata biasa dari jarak 25,4 cm. Pada setiap obyektif
dan okuler ada tertera bilangan yang menunjukkan berapa kali daya
pembesarannya. Andaikata bilangan pada okuler ialah 10x sedang pada obyektif
lemah 4x, maka pembesaran keseluruhannya ialah 10 x 4 atau = 40x. Dengan
menggunakan okuler yang sama dan obyektif kuat dengan daya pembesaran 40x akan
dicapai suatu pembesaran sebesar 10 x 40 atau 400x.
6. Daya pisah mikroskop
Daya pisah suatu mikroskop, yaitu kemampuan memperlihatkan bagian
renik dalam obyek secara terpisah dan jelas. Pada umumnya orang tidak mampu
memisahkan obyek yang jaraknya kurang dari 0,1 mm. Dengan menggunakan
mikroskop, terbukalah kemungkinan untuk membedakan dua buah obyek yang
letaknya sangat berdekatan yang dengan mata biasa kelihatan seakan-akan satu
obyek saja.
Jadi sebuah mikroskop sebenarnya melakukan dua hal yang penting.
Pertama, mikroskop membesarkan bayangan obyek. Kedua, mikroskop
mempertinggi daya pisah mata kita.
7. Pemeliharaan setelah menggunakan mikroskop
Pada akhir praktikum, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut
a. Putar tombol pengatur cahaya (yang ada dibawah tombol “on/off”) berlawanan
jarum jam sampai lampu mikroskop mati, kemudian tekan tombol “on/off”
pada posisi off.
b. Turunkan meja preparat dengan hati-hati sampai batas paling bawah, lalu
posisikan lensa objektif pada perbesaran paling lemah dengan memutar
revolver.
c. Lepaskan preparat dari penjepit lalu ambil dari meja mikroskop dengan hati-
hati kemudian letakkan preparat ditempat yang disediakan.

8
d. Lepaskan steker dari sumber listrik dengan hati-hati kemudian gulung/lilitkan
kabel pada badan mikroskop seperti semula. Kembalikan mikroskop ke tempat
penyimpanan dengan cara memegang dan membawa yang benar secara hati-
hati.
8. Pengukuran dengan mikometer
Mikrometer
Mikrometer terdiri atas dua jenis yaitu :
a. Mikrometer okuler
Sesuai dengan namanya, micrometer ini terdapat pada lensa okuler. Skala
mikrometer okuler (Mok) berupa garis-garis sejajar yang diberi angka (ukuran).

9
b. Mikrometer objektif
Mikrometer yang diletakkan pada meja preparat atau meja objektif. Fungsi dari
mikrometer objektif ini adalah sebagai pemberi ukuran standar. Pada kaca
mikrometer objektif terdapat garis-garis skala dengan ukuran tertentu. Garis-garis
pada mikrometer objektif mempunyai panjang total dari garis pertama hingga
akhir adalah 0,01mm atau 10µm.

Pada saat pengamatan objek dibawah mikroskop, untuk mendapatkan ukuran yang
objek yang sebenarnya, maka perlu dilakukan terlebih dahulu kalibrasi garis pada
mikrometer okuler terhadap ukuran standar atau mikrometer objektif. Kalibrasi
dilakukan dengan menghitung jumlah garis yang berhimpit di mikrometer okuler
dan mikrometer objektif.

10
Pada contoh gambar di atas, jumlah total garis-garis pada mikrometer okuler
(eyepiece lines) adalah dari 21 hingga 59. Sehingga ada 38 garis skala. Jarak garis
pertama hingga garis akhir pada mikrometer objektif (calibration slide lines)
adalah 10 garis skala. Dengan begitu dapat dikatakan 38 garis skala pada
mikrometer okuler = 10 garis skala pada mikrometer objektif. Sehingga 1 skala
mikrometer okuler = 10/38 x 10 µm = 2,63 µm.

III. BAHAN
a. Potongan huruf a kertas koran
b. Umbi lapis bawang merah
c. Kertas tissue
d. Air

IV. ALAT
1. Mikroskop binokuler
2. Gelas obyek
3. Gelas penutup
4. Pipet tetes
5. Silet
6. Gelas piala kecil
7. Mikrometer okuler
8. Mikrometer objektif

11
V. CARA KERJA
1. Mengamati huruf “a”
a. Nyalakan mikroskop seperti langkah di atas. Letakkan preparat huruf “a” yang
akan diamati pada meja preparat. Pertama buka kait penjepitnya, lalu
letakkan preparat tepat ditengah kemudian lepaskan kait penjepitnya dengan
hati-hati. Pastikan preparat yang terpasang dimeja mikroskop letaknya
benar (objek huruf “a” yang diamati berada ditengah-tengah cahaya) dan
terjepit dengan sempurna. Amati preparat huruf “a” tadi. Apabila belum
kelihatan bayangan bendanya, naikkan meja mikroskop dengan memutar
makrometer (pengatur kasar) secara perlahan sampai terlihat bayangan
benda.
b. Bandingkanlah letak bayangan huruf a di dalam okuler dengan huruf a
dalam preparat, yaitu obyek yang sedang diamati.
1. Apakah letak bayangannya sama atau terbalik?..................................
2. Apakah bayangan huruf a tersebut merupakan bayangan cermin?......
3. Sambil melihat ke dalam okuler, geserlah preparat ke kanan. Ke arah
manakah bayangan huruf tadi bergeser?.............................................
4. geserlah preparat ke kiri. Ke arah manakah bayangan huruf tadi
bergeser?.................................................................... ........................
5. Sekarang geserlah preparat ke depan. Ke arah manakah bayangan
bergerak?.......................................................... ................................
c. Kini putarlah revolver sehingga obyektif kuat (yang lebih panjang)
terdapat langsung di bawah okuler. Ketika perbesaran diubah ke perbesaran
yang lebih kuat, maka bayangan benda akan tampak kabur lagi, untuk mencari
bayangan yang jelas tidak boleh menggunakan makrometer melainkan harus
menggunakan micrometer (pengatur halus). Sewaktu mengerjakan ini jagalah
agar obyektif kuat ini tidak menyentuh gelas penutup. Jika hal ini terjadi,
anda harus mengulangi seluruh urutan prosedur, dimulai dengan
mencari fokus obyektif lemah. Apabila fokus obyektif sudah tepat, maka
jaraknya dengan gelas penutup akan lebih dekat daripada jarak obyektif
lemah. Jarak antar ujung suatu obyektif dengan gelas penutup dinamakan
jarak kerja.
1. Apakah bidang penglihatan menjadi lebih luas ataukah menjadi lebih
sempit?....................................................................................................

12
2. Apakah penggantian obyektif lemah dengan obyektif kuat mengubah letak
bayangan?.....………………………………………Untuk menjawab
pertanyaan ini geser-geserlah sedikit preparat itu untuk melihat seluruh
bayangan huruf.
3. Apakah bayangan terlihat lebih terang ataukah lebih gelap jika
dibandingkan dengan waktu menggunakan obyektif lemah?
...........................................
d. Setelah selesai melakukan langkah-langkah diatas, gambarlah bayangan
huruf “a” yang terlihat pada perbesaran 40x (10 x 4) dan pada perbasaran
100x (10 x 10).
e. Cari perbedaan bayangan huruf “a” pada kedua perbesaran tadi.

2. Menyiapkan dan mengamati sediaan bahan-bahan hayati


a. Ambil dan bersihkan gelas obyek dan gelas penutup dengan tissue.
b. Buatlah sediaan dari epitel umbi lapis bawang merah dengan cara sayatlah
epithelium umbi lapis bawang merah setipis mungkin, kemudian letakkan di
gelas objek, lalu tetesi dengan air kemudian tutup dengan cover glass. Amati
struktut sel epidermis umbi lapis bawang merah kemudian gambar pada
perbesaran 100x dan beri keterangan !
3. Mengukur dengan mikrometer
Gunakan mikrometer okuler dan mikrometer objektif untuk mengukur
panjang/skala objek yang diamati. Pasanglah mikrometer objektif pada meja
mikroskop dan mikrometer okuler dalam tabung lensa okuler. Selanjutnya
lakukan kalibrasi dengan cara sebagai berikut:
a. Amati dengan menggunakan lensa okuler perbesaran lemah
terlebih dahulu.
b. Pada saat pengamatan tampak 2 garis yang berasal dari mikrometer
objektif (panjang 1 mm, 100 garis jadi jarak 1 garis = 0,01 mm= 10
mikron) dan mikrometer okuler.
c. Fokuskan dan samakan posisi kedua garis yang berbeda.
d. Titik awal garis harus saling berhimpit. Carilah garis lain pada
skala mikrometer objektif yang juga berhimpit pada garis lain dari
mikrometer okuler (kurang lebih sebanyak 3 garis yang sama)
e. Setelah itu tuliskan jumlah garis yang sama tersebut untuk

13
mengetahui ukuran lebar antara satu garis pada lensa okuler sama
dengan berapa micron. Misalnya untuk okuler vs objektif : garis
ke-0 berhimpit dengan garis ke-0, garis 5 berhimpit dengan garis
ke-10, garis ke-15 berhimpit dengan garis ke-30, dst).
Contoh:
Garis ke- Garis ke- Hasil rata-rata tabel di samping
menunjukkan bahwa 1 garis lensa
Lensa Okuler Lensa Objektif
okuler = 2 garis lensa objektif.
0 0
Karena jarak 1 garis lensa objektif
5 10 bernilai 10 mikron, maka untuk
15 31 penggunaan lensa pembesaran
lemah maka nilai jarak 1 garis pada
20 40 lensa tersebut adalah 2 x 10
25 50 mikron= 20 mikron.

f. Ulangi lagi langkah a – e untuk lensa okuler yang lainnya.

VI. HASIL KERJA


Gambar 1. Sediaan huruf a
1. Perbesaran 40x (10 x 4)

2. Perbesaran 100x (10x10)

14
Gambar 2. Struktur sel epidermis umbi lapis bawang merah (100x)

Kalibrasi Mikrometer okuler dan mikrometer objektif

VII. KESIMPULAN

15
Lampiran

Gambar 1. Mikroskop monokuler

Gambar 2. Mikroskop binokuler

16
Gambar 3. Membersihkan gelas penutup

Gambar 4. Membuat preparat basah

17
ACARA II
SEL

I. TUJUAN
1. Melatih membuat sediaan segar.
2. Mempelajari struktur sel Paramaecium, sel hewan, sel tumbuhan dan sel mati
yang dapat dilihat dengan mikroskop cahaya biasa.
3. Mempelajari keaneka ragaman bentuk sel dan Membandingkan sel Paramaecium,
sel tumbuhan, sel hewan dan sel mati

II. DASAR TEORI


Pada tahun 1850 seorang ahli patologi dari Austria bernama Rudolf
Virchow melaporkan bahwa setiap hewan tampaknya tersusun dari sejumlah unit vital,
dan masing-masing unit tersebut memiliki tanda-tanda kehidupan yang lengkap, unit
ini kemudian disebut cell (sel). Selanjutnya Virchow menduga bahwa semua sel
berasal dari sel juga. Teori sel modern berkembang dari pernyataan-pernyataan
Virchow berikut ini:
1. Setiap mahluk hidup tersusun dari satu sel atau lebih.
2. Organisme hidup terkecil adalah sel tunggal, sel tunggal dan sel-sel tersebut
merupakan unit fungsional dari organisme.
3. Semua sel berasal dari sel yang ada sebelumnya.
Kebanyakan sel berukuran sangat kecil diameternya berkisar antara 1 - 100
mikrometer (micron). Ukuran yang kecil berhubungan erat dengan proses
kehidupannya. Sebagai mahluk hidup maka sel memerlukan nutrisi dan air dari
lingkungannya, dan harus membuang sisa-sisa metabolisme ke luar sel. Keluar
masuknya kedua bahan tersebut melalui berbagai macam mekanisme antara lain
difusi. Apabila sel berukuran besar maka proses perpindahan bahan-bahan tersebut
dari luar ke bagian paling dalam dari sel atau sebaliknya menjadi sangat
lama sehingga akan mengganggu atau bahkan mengancam proses kehidupannya.
Sebagai contoh pada suatu sel berukuran sekitar 20 cm, maka oksigen dari luar
untuk menyebar sampai ke bagian tengah sel memerlukan waktu 200 hari (Audesrisk,
dkk. 2001). Jelas hal ini akan menghambat semua proses yang ada di dalam sel,
dengan kata lain mengancam kelangsungan hidupnya.
Di atas telah disebutkan bahwa ukuran sel pada umumnya sangat kecil

18
sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang, tetapi dalam praktikum ini
saudara akan dapat melihat sel yang berukuran sangat panjang sehingga dapat dilihat
mata walaupun Batas kedua tepi lebarnya tidak terlihat terpisah karena sangat
sempit, selian itu ada sel Paramaecium yang dapat terlihat mata. Selain ukuran juga
akan diamati berbagai bentuk sel. Walaupun bentuk dan ukuran bermacam-macam
sangat sukar mendapatkan (atau mungkin tidak ada) sel berbentuk bulat tertapi terlihat
mata. Ingat sel bukan kumpulan sel. Konsistensi bentuk sel pada umumnya
dipengaruhi oleh bagian sel yang disebut dinding sel, sedang bentuk dan ukuran
dipengaruhi oleh perbandingan isi sel dan luas permukaannya.
Bentuk dan ukuran sel membantu dalam kecepatan perpindahan bahan, tetapi
untuk menyelanggarakan kehidupan itu sendiri sel memiliki organ dan karena kecil
maka disebut organella (organela) artinya organ yang kecil. Selain organel di dalam
sel ada inklusiones yaitu benda-benda yang tidak menyelanggarakan proses
kehidupan seperti pigmen lemak, karbohidrat, protein, dan lain-lainnya. Jelaslah
bahwa sel memiliki suatu struktur. Struktur sel dari luar ke dalam adalah sebagai
berikut: dinding sel (hanya ada pada tumbuhan dan bakteri) dan membrane sel
(plasma membrane), kedua bagian sel ini membatasi dan melindungsi sel dari
lingkungan luar, di sebelah dalamnya terdapat suatu cairan yang disebut sitoplasma,
tergenang di dalam sitoplasma inilah terdapat inklusiones dan organela. Sitoplasma
dan semua benda yang ada di dalamnya disebut protoplasma. Organela yang terdapat
di dalam sel adalah: inti sel (nucleus), anak inti (nucleolus), ribosom, reticulum
endoplasmic, apparatus golgi, kloroplas (hanya pada tumbuhan), mitokondria,
plastida. Di dalam sel juga terdapat kantong-kantong kecil yang disebut vakuola.
Gambar 2.1 memperlihatkan struktur sel bakteri, Gambar 2.2 struktur sel hewan,
dan Gambar 2.3 struktur sel tumbuhan dalam garis besar.Tidak semua organela dapat
dilihat dengan mikroskop cahaya biasa, yang dapat terlihat dengan mikroskop jenis
ini adalah dinding sel. Membrane sel (hanya tampak sebagai batas), protoplasma
secara keseluruhan, inti, dan anak inti, vakuola dan mitokondria (dengan teknik
khusus), plastida, kloroplas. Di dalam inti ada kromosom, benda ini dapat tampak
dengan jelas pada stadium tertentu.
Ada organisme yang selnya tidak memiliki inti yang jelas dalam arti ada bahan
ini tetapi tidak terbungkus oleh suatu membrane organisme yang demikian ini disebut
(Gambar. 2.1). Sedang organisme yang intinya terlihat jelas disebut eukariota.
Dalam acara praktikum ini kita akan menggunakan organisme eukariota

19
saja.

Gambar 2.1. Struktur sel bakteri (prokariota) secara umum

Gambar 2.2. Struktur sel hewan secara umum

20
III. BAHAN
1. Batang Manihot uttilisima
2. Daun Rhoeo discolor
3. Paramaecium
4. Erithrosit mammalia dan erithrosit amphibi
5. Epithelium Mukosa Pipi
6. Methilen Blue

IV. ALAT
1. Mikroskop binokuler
2. Gelas obyek
3. Cover glass
4. Pipet tetes
5. Silet
6. Gelas piala kecil

V. CARA KERJA
A. Mengamati Paramaecium
1. Ambil satu tetes rendaman jerami
2. Letakkan pada Objek glass, lalu tutup dengan cover glass
3. Amati dengan mikroskop dan gambar sel paramaecium pada perbesaran
100x
B. Mengamati sel stomata dan epidermis daun Rhoeo discolor
1. Kerat selapis tipis permukaan bawah daun Rhoeo discoloer
2. Letakkan di Objek Glass, beri setetes air lalu tutup dengan Cover Glass
3. Amati dengan mikroskop dan gambar sel epidermis dan sel stomata dengan
perbesaran maksimal 400x
C. Mengamati Sel mati batang Manihot uttilisima
1. Sayat batang Manihot uttilisima secara melintang setipis mungkin
2. Letakkan sayatan Manihot uttilisima pada objek glass, tetesi dengan air dan
tutup dengan cover glass
3. Amati dengan mikroskop dan gambar dengan perbesaran maksimal 100x
D. Mengamati sediaan hapusan darah Amphibia/ Mamalia.
1. Letakkan preparat hapus darah katak di atas meja mikroskop, amati dengan

21
perbesaran lemah sampai kuat (400x).
2. Letakkan preparat hapus darah mamalia di atas meja mikroskop, amati dengan
perbesaran lemah sampai kuat (400x).
3. Gambarlah perbesaran 400x
E. Mengamati sediaan epitel olesan mukosa pipi
1. Buatlah sediaan olesan mukosa pipi dengan cara melakukan
“sudap”/mengoles mukosa pipi dengan cotton bud yang telah dibasahi.
2. Oleskan “sudap” mukosa pada gelas obyek sebanyak 3 kali olesan. Warnai
dengan 1 tetes metilen biru, tutup dengan gelas penutup.
3. Amati dengan perbesaran 40x, 100x dan 400x. dan gambar pada perbesaran
400x

VI. HASIL KERJA


Gambar 1. Sediaan Paramaecium (perbesaran 100x)
Keterangan :

Gambar 2. Struktur sel stomata dan sel epidermis Rhoeo discolor


(perbesaran 400x)
Keterangan :

Gambar 3. Struktur sel Manihot uttilisima (perbesaran 100x)


Keterangan :

22
Gambar 4. Preparat hapusan darah Mammalia/Katak (perbesaran 400x)
Darah Mammalia Darah Katak
Keterangan :

Gambar 5. Preparat Olesan Mukosa Pipi (perbesaran 400x)


Keterangan :

VII. DISKUSI
1. Bagaimana bentuk sel Paramaecium?
2. Bagaimana bentuk sel stomata epidermis dari daun Rhoeo discolor?
3. a). Bagaimana bentuk struktur darah katak/aves dan mammalia?
b). Apakah ada persamaan dan perbedaan diantara keduanya?
4. a). Bagaimana bentuk sel epitel mukosa pipih?
b). Adakah inti sel dan anak inti pada sel mukosa?

VIII. KESIMPULAN

23
ACARA III
JARINGAN

I. TUJUAN
1. Mempelajari dan membandingkan struktur jaringan dasar yang terdapat pada
hewan Vertebrata.
2. Mengamati macam-macam dan letak jaringan dasar pada hewan Vertebrata
3. Mengamati macam-macam jaringan tumbuhan tingkat tinggi
4. Mengamati letak masing-masing jaringan tumbuhan tingkat tinggi

II. DASAR TEORI


Jaringan adalah struktur yang dibentuk oleh kumpulan sel yang
mempunyai sifat-sifat morfologik dan fungsi yang sama. Jaringan tersusun
atas komponen selular dan komponen interselular.
JARINGAN HEWAN
Jaringan tubuh hewan Vertebrata dapat dibedakan menjadi empat jenis
jaringan dasar, yaitu jaringan epitel, jaringan pengikat, jaringan otot dan
jaringan saraf.
Empat jaringan dasar tersebut, di dalam tubuh tidak berdiri sendiri,
melainkan saling berhubungan, bergabung dengan perbandingan beragam, dan
bekerjasama membentuk berbagai organ (seperti mata, hepar, ginjal dan lain-
lain) dan sistem organ di dalam tubuh, seperti sistem pencernaan makanan,
sistem respirasi, sistem sirkulasi, sistem reproduksi dan sistem koordinasi.

A. Jaringan epitel
Jaringan epitel berfungsi menutupi permukaan luar dan permukaan dalam
seperti saluran yang terdapat di dalam tubuh. Komponen sel saling terikat
kuat dengan komponen intersel sekitarnya. Berdasar bentuk dan jumlah
lapisan selnya, epitel dapat dibedakan menjadi:
1) Epitel pipih (squamous epithelia), yang dapat dibedakan menjadi :
a) Epitel pipih selapis (sederhana), misalnya epitel pada pleura,
peritonium dan perikardium
b) Epitel pipih berlapis, misalnya epitel pada vagina, anus dan kulit
2) Epitel batang/ silindris (columnar epithelia), dapat dibedakan menjadi

24
a) Epitel batang selapis, misalnya pada saluran cerna
b) Epitel batang berlapis, misalnya pada konjungtiva mata
3) Epitel kubus (cuboidal epithelia), dapat dibedakan menjadi
a) Epitel kubus selapis, misalnya pada dinding tubulus ginjal dan
kelenjar
b) Epitel kubus berlapis, misalnya pada folikel ovarium yang sedang
tumbuh
4) Epitel berlapis semu (pseardostratified epithelia), misalnya pada trakhea
dan bronkus (dengan silia), dan epididimis (dengan stereosilia)
5) Epitel peralihan (transitional epithelia), misalnya pada dinding vesica
urinaria, ureter dan kaliks renalis.

B. Jaringan Pengikat/ Penyangga,


Jaringan pengikat berfungsi mengikat atau menghubungkan berbagai
jaringan dan organ tubuh, serta menunjang bagian-bagian tubuh atau
keseluruhan tubuh agar kukuh tegak dan untuk melindungi bagian-
bagian tubuh yang lunak. Jaringan pengikat dapat dibedakan menjadi:
1) Jaringan pengikat sebenarnya, dapat dibedakan menjadi :
a) Jaringan ikat padat yang teratur misalnya pada tendon dan tak teratur
misalnya pada dermis integumen
b) Jaringan pengikat longgar, yang dapat diamati pada lapisan serosa
selaput peritonium, pleura, mesenterium serta pada lamina propria
yang terdapat pada jaringan pengikat yang berada di bawah lapisan
epitel yang menyusun lapisan mukosa.
2) Jaringan pengikat khusus, dapat dibedakan menjadi :
a) Jaringan lemak, misalnya pada lidah dan penggantung usus
b) Jaringan tulang, yang dapat dibedakan menjadi :
b.1. Jaringan tulang keras, terdiri dari unit osteon pada sistem
Havers yang didalamnya terdapat sel-sel tulang keras
(osteocytes) dalam lakuna, komponen interselular keras yang
disebut matriks yang mengandung garam kalsium dan fosfor
b.2. Jaringan tulang rawan, tersusun atas sel-sel tulang rawan
(chondrocytes) dan komponen interselular (matriks), terdapat
antara lain pada daun telinga, cuping hidung dan pada cincin

25
trakhea
c) Jaringan darah, yang tersusun atas komponen selular (sel darah) dan
interselular (plasma darah)
c.1. Sel darah meliputi : sel darah merah (erythrocytes), sel darah
putih (leucocytes) dan keping darah (platelets). Sel darah putih
dapat dibedakan menjadi agranulosit (limfosit dan monosit),
dan granulosit (eosinofil, netrofil, dan basofil)
c.2. Plasma darah, dapat dipisahkan menjadi faktor pembekuan
darah dan serum

C. Jaringan otot
Jaringan otot untuk pergerakan. Otot dapat dibedakan berdasar morfologi
dan fungsinya menjadi:
1) Otot lurik (striated muscle), misalnya pada otot rangka, esofagus,
lidah.
2) Otot polos (smooth muscle), terdapat antara lain di dinding saluran
pencernaan, pernafasan, pembuluh darah, reproduksi dan sebagainya.
3) Otot jantung (cardiac muscle, myocardium), terdapat pada organ
jantung.

D. Jaringan saraf
Jaringan saraf adalah jaringan yang terspesialisasi untuk mampu bereaksi
terhadap stimuli dan mengantarkannya dari bagian tubuh yang satu ke bagian
tubuh yang lain. Secara struktural, jaringan saraf disusun oleh neuron (sel
saraf), yang merupakan unit fungsional jaringan saraf, dan neuroglia/sel glia
(sel penyokong, pemberi nutrisi dan pelindung neuron). Neuron dapat
dibedakan atas bagian-bagian: perikarion (badan sel/soma), dan prosesus sel
(dendrit dan akson). Perikarion dapat berbentuk bulat, lonjong atau bersudut-
sudut dengan ukuran sangat beragam, tetapi intinya selalu berukuran relatif
besar dibanding ukuran perikarion.

26
JARINGAN TUMBUHAN
Berbagai tipe sel pada tumbuhan dewasa merupakan hasil dari tiga macam proses
yang saling tumpang tindih, yaitu pembelahan, pembesaran dan diferensiasi. Sel
dewasa yang terbentuk tidak tersusun secara acak, melainkan menyesuaikan diri
melalui berbagai cara dan membentuk kelompok sel yang mudah dikenal yang
disebut jaringan. Jaringan adalah kumpulan sel-sel yang sama bentuk dan fungsinya.
Ilmu yang mempelajari tentang jaringan tumbuhan disebut histologi tumbuhan.
Ada berbagai cara penggolongan jaringan tumbuhan, diantaranya:
Klasifikasi jaringan tumbuhan Angiospermae:
1. Berdasarkan tingkat perkembangannya, dibedakan :
a. Jaringan meristematis
Tersusun oleh sel-sel yang masih embrional, yaitu sel-sel yang masih
aktif mengadakan pembelahan. Contoh : kambium, meristem apikal,
meristem lateral.
Berdasarkan asalnya dibedakan dua macam yaitu:
1). Meristem primer: terdapat pada jaringan yang tetap bersifat
meristematik (embrional) pada titik tumbuh. Contoh: ujung akar,
ujung cabang lateral dan ujung batang.
2). Meristem sekunder: Jaringan yang sel-selnya telah mengalami
diferensiasi dan melakukan aktifitas meristematik mengakibatkan
terjadinya pertumbuhan skunder pada batang dan akar tumbuhan
Dikotil dan Gymnospermae. Contoh: kambium.
b. Jaringan permanen
Pada umumnya tersusun oleh sel-sel dewasa yang tidak mengadakan
pembelahan.
Contoh : periderm (parenkim gabus)
2. Berdasarkan atas jenis sel penyusunnya, dibedakan :
a. Jaringan sederhana
Sifatnya homogen, terdiri atas satu jenis sel. Contoh: epidermis,
parenkim.
b. Jaringan komplek
Sifatnya heterogen, terdiri atas lebih dari satu jenis sel. Contoh: xylem
dan floem

27
3. Berdasarkan fungsinya, dibedakan :
a. Jaringan pengangkut
1). Xilem, terdiri atas trakhea, trakheida, serabut xylem, dan parenkim
xylem. Fungsinya mengangkut air dan mineral dari akar ke daun.
2). Floem, terdiri atas pembuluh tapis, sel pengiring, sel parenkim, dan
serabut floem. Fungsinya mengangkut hasil fotosintesis dari daun ke
bagian-bagian lainnya (batang, cabang, bunga dan akar)
b. Jaringan pelindung
1). Epidermis, merupakan jaringan terluar dari organ-organ tanaman.
Pada bagian luar epidermis sering terdapat penebalan kutikula untuk
mengurangi penguapan. Biasanya pada epidermis terdapat stomata
dan trikoma.
2). Jaringan gabus, dinding sel-selnya mengandung suberin, selnya mati
dan kosong, Berfungsi protektif, mudah mengelupas, terutama pada
batang dan akar.
c. Jaringan penguat
1). Kolenkim, sel-selnya hidup, tidak mengandung lignin, dinding sel
terdiri atas selulose.
Berdasarkan penebalan dindingnya, kolenkim dibedakan menjadi :
a) Kolenkim angular/sudut : penebalan terjadi pada sudut-sudut
b) Kolenkim lamellar : penebalan terjadi pada papan/lempeng
c) Kolenkim lakunar : penebalan terjadi dibagian yang berhadapan
dengan ruang antar sel.
d) Kolenkim annular/tubular (tabung) : penebalan selnya merata
sehingga lumennya berbentuk pipa.
2). Sklerenkim, dinding sel-selnya mengandung lignin, sel-selnya keras,
kadar air rendah, dan penebalan selnya terjadi di seluruh permukaan
dinding.
d. Jaringan mekanis
Fungsinya untuk mensekresikan produk jaringan. Contoh: jaringan
internal, kelenjar eksternal / rambut kelenjar, dan kelenjar madu/nektar.
e. Jaringan penyimpan
Parenkim, letaknya di bagian dalam tubuh tumbuhan. Misalnya pada
akar, umbi lapis, akar rimpang, atau biji. Di dalam sel-selnya tertimbun

28
cadangan makanan berupa gula, tepung, lemak, dan putih telur. Jaringan
parenkim yang mengandung kloroplast disebut klorenkim. Contoh:
mesofil daun.
Secara umum organ tumbuhan tersusun atas (dari arah luar ke dalam):
1. Jaringan epidermis
2. Jaringan dasar (korteks dan empulur)
3. Ikatan pembuluh (xylem, kambium, dan floem)
Irisan melintang akar tumbuhan :
1. Akar dan batang, memperlihatkan:
a. Epidermis
b. Korteks (exodermis, hypodermis, endodermis)
c. Silinder pusat (stele): perisikel/perikambium, floem, jari-jari floem,
cambium, xylem, jari-jari xylem, dan empulur.
2. Daun, memperlihatkan:
a. Epidermis : atas dan bawah
b. Mesofil : jaringan palisade dan jaringan spons.
c. Ikatan pembuluh (tulang daun) : xylem dan floem.

III. BAHAN
a. Irisan duodenum (epitel selapis silindris dan otot polos)
b. Bone Goat (Tulang keras)
c. Trakhea (Tulang rawan)
d. Lidah/lingua (otot lurik)
e. Jantung/cor (otot jantung)
f. Daun sirih (Piper betle)
g. Daun jagung (Zea mays)
h. Batang bambu (Bambusa sp.)
i. Batang tanaman mangrove (Avicennia marina)
j. Akar enceng gondok
k. Akar Dendrobium

29
IV. ALAT
Mikroskop Cahaya Binokuler

V. CARA KERJA
1. Siapkan sediaan awetan di bawah mikroskop. Untuk mencegah pecahnya kaca
sediaan karena tertekan tabung lensa obyektif, carilah fokus dengan menggunakan
perbesaran lemah terlebih dahulu.
2. Gambarlah masing-masing sediaan yang saudara amati pada hasil kerja, berilah
keterangan gambar dan dan jangan lupa mencantumkan pada perbesaran berapa
pengamatan dilakukan.

VI. HASIL KERJA


1. Gambar jaringan epitel selapis kolumnar dan jaringan otot polos pada duodenum
Perbesaran 400x Keterangan :

2. Gambar jaringan tulang keras pada bone goat (400x)


Keterangan :

3. Gambar jaringan tulang rawan pada trachea (400x)


Keterangan :

30
4. Gambar jaringan otot lurik pada lingua (400x)
Keterangan :

5. Gambar jaringan otot jantung pada cor (400x)


Keterangan :

6. Penampang melintang daun sirih (Piper betle) (100x)


Keterangan :

7. Penampang melintang daun jagung (Zea mays) (100x)


Keterangan :

8. Juring penampang melintang batang bambu (Bambusa sp.) Perbesaran 100x


Keterangan :

31
9. Juring penampang melintang batang tanaman mangrove (Avicennia marina) (100x)
Keterangan :

10. Juring penampang melintang akar enceng gondok. Perbesaran 100x


Keterangan :

11. Juring penampang melintang akar Dendrobium. Perbesaran 100x


Keterangan :

VII. DISKUSI
1. Apakah perbedaan pokok antara jaringan epitel dengan jaringan ikat, jika ditinjau
dari komponen penyusun jaringannya?
2. Sebutkan persamaan dan perbedaan antara jaringan otot polos, jantung
dan lurik!
3. Mengapa parenkim palisade disebut juga parenkim asimilasi?
4. Ditinjau dari jaringan pengangkutnya, bagaimanakah perbedaannya pada
tumbuhan dikotil dan monokotil?

KESIMPULAN

32
ACARA IV
METABOLISME

I. TUJUAN
1. Mengamati proses respirasi aerob pada makhluk hidup
2. Mengetahui bahwa respirasi menghasilkan panas
3. Mengamati proses respirasi anaerob
4. Membuktikan bahwa proses fotosintesis membutuhkan klorofil dan cahaya,
serta menghasilkan karbohidrat (amilum)
5. Membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan O2
6. Mengetahui pengaruh cahaya terhadap aktivitas fotosintesis

II. KOMPETENSI
1. Dapat menjelaskan proses respirasi sel secara aerob dan anaerob
2. Dapat menjelaskan respirasi sel menghasilkan panas
3. Dapat menyusun percobaan sederhana
4. Dapat menjelaskan proses fotosintesis melalui percobaan sederhana
5. Dapat membuktikan bahwa proses fotosintesis membutuhkan klorofil dan
cahaya, serta menghasilkan karbohidrat (amilum), dan menghasilkan O2
6. Dapat menjelaskan pengaruh lingkungan (cahaya) terhadap aktivitas fotosintesis

III. DASAR TEORI


Respirasi
Respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau
disimilasi), dimana energi yang tersimpan dibongkar kembali untuk
menyelenggarakan proses-proses kehidupan.
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, dengan cara
menyerap oksigen dan melepaskan CO 2 dalam volume yang sama. Namun
respirasi lebih dari sekedar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan
merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO 2,
sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H 2O. Pati, fruktan, sukrosa
atau gula lainnya, lemak, asam organik dan pada keadaan tertentu bahkan
protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.

33
Berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, respirasi dibagi menjadi
dua macam yaitu:

1. Respirasi aerob
Respirasi aerob ialah suatu proses pernapasan yang membutuhkan oksigen
dari udara, penguraiannya lengkap sampai dihasilkan CO 2 dan H2O.

Persamaan reaksinya

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + 675 kal

Respirasi aerob meliputi 3 tahap reaksi yaitu


a. Tahap glikolisis : merupakan rangkaian reaksi perubahan glukosa
menjadi asam piruvat
b. Tahap Siklus Kreb's : pengubahan asam piruvat menjadi CO 2, H+, dan
ATP
c. Tahap fosforilasi oksidatif : transfer elektron melalui sistem sitokrom
untuk membentuk H 2O

2. Respirasi anaerob
Respirasi anaerob sebenarnya dapat juga berlangsung di dalam udara yang
bebas, akan tetapi proses ini tidak menggunakan O 2 yang tersedia di udara
itu. Pernapasan anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak
Semua fermentasi itu anaerob. Energi yang didapatkan dari respirasi anaerob
jauh lebih sedikit daripada energi yang diperoleh dengan respirasi aerob.

Contoh mikroorganisme yang mendapatkan energi dengan respirasi anaerob


antara lain :

a. Saccharomyces cerevisiae
C6H12O6 2C2H5OH + 2 CO2 + 21 kal

b. Bakteri asam susu

Bakteri
C6H12O6 2CH3CHOHCOOH + 28 kal
Asam susu Asam susu

34
Contoh mikroorganisme yang mengadakan fermentasi menggunakan oksigen
bebas (aerob)

a. Bakteri asam cuka


Bakteri
CH3CH2OH + O2 CH3COOH + H2O + 116 kal.
Asam cuka Asam cuka

Energi yang dihasilkan 5x lebih besar dari pada energy yang diperoleh oleh
ragi dalam fermentasi an aerob

Fotosintesis

Suatu sifat fisiologi yang hanya dimiliki oleh tumbuhan ialah


kemampuannya untuk menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi
bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman. Peristiwa ini hanya
berlangsung jika ada cukup cahaya, oleh karena itu asimilasi karbondisebut juga
fotosintesis. Jadi fotosintesis adalah suatu proses dimana zat-zat anorganik H20
dan C02 oleh klorofil diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan
sinar, dan melalui perantara pigmen hijau daun (klorofil) yang terletak dalam
organel kloroplas pada sitoplasma.

Proses fotosintesis dapat dirumuskan dalam persamaan reaksi sebagai berikut.

cahaya
6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2
klorofil

Persamaan reaksi tersebut diperoleh dari dua tahap reaksi fotosintesis yaitu

1. Tahap reaksi terang atau fotolisis atau reaksi Hill, merupakan tahap yang peka
cahaya tetapi tidak tergantung suhu.
cahaya
2H2O 2NADPH2 + O2
klorofil

2. Tahap reaksi gelap atau fiksasi C02 atau reaksi Blackman, merupakan tahap
yang peka cahaya tetapi bergantung suhu.

CO2 + NADPH2 2NADP + CH2O + H2O

35
Ilmuwan-ilmuwan yang telah membuktikan kebenaran reaksi fotosintesis adalah :
1. Ingenhousz (1799), membuktikan bahwa pada fotosintesis dilepaskan O2,
2. Engelmann (1822), membuktikan bahwa klorofil merupakan suatu faktor
keharusan dalam proses fotosintesis,
3. Sachs (1860), membuktikan pada fotosintesis terbentuk karbohidrat (amilum),
4. Hill (1937), berhasil mengikuti kegiatan kloroplas yang telah dipisahkan dari
sel hidup.
Kloroplas sel itu jika disinari lampu mampu menghasilkan 02 asal tersedia
penampung elektron seperti Fe3+ (ion feri),

5. Blackman (1905) membuktikan bahwa reduksi dari CO2 ke CH2O berlangsung


tanpa sinar, yang selanjutnya disebut reaksi gelap,
6. Ruben dan Kamen (1941) membuktikan bahwa O2 yang terlepas pada
fotosintesis itu berasal dari air. Untuk membuktikan hal tersebut digunakan air
yang oksigennya radioaktif yaitu O18,
7. Benson dan Calvin (1950) mengikuti urut-urutan zat-zat antara yang terjadi
pada fotosintesis dengan menggunakan karbon radioaktif yaitu C14.

Percobaan Sachs untuk membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum


dilakukan seperti Gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Percobaan Sachs

Sachs menutup sebagian daun dengan kertas perak/aluminium foil dengan


tujuan supaya sebagian daun tersebut tidak terkena cahaya matahari selama
beberapa hari. Kemudian daun tersebut dipetik dan direndam pada air mendidih

36
supaya sel-sel daun mati. Setelah itu daun dimasukkan ke dalam alkohol panas
dengan tujuan untuk melarutkan klorofil, dan terakhir daun ditetesi larutan Iodium
untuk membuktikan ada tidaknya amilum dalam daun. Adanya amilum ditunjukkan
oleh terjadinya warna biru tua - hitam pada daun yang terkena sinar matahari.

Percobaan Ingenhousz yang membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan O2


dilakukan dengan menggunakan tanaman air Hydrilla verticillata yang diletakkan
di bawah corong terbalik (Gambar 2). Jika tanaman tersebut diberi sinar, maka
timbulah gelembung-gelembung udara / gas yang akhirnya mengumpul di dasar
tabung reaksi. Udara / gas tersebut ternyata oksigen.

Gambar 2. Percobaan Ingenhousz

Seperti halnya proses metabolisme yang lain, fotosintesis dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Di alam fotosintesis dipengaruhi oleh faktor luar dan dalam, dan sulit
dipisahkan secara tegas. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi fotosintesis adalah,
cahaya, temperatur, oksigen, C02, air, zat hara mineral. Sedangkan faktor dalam
yang mempengaruhi fotosintesis adalah kandungan klorofil, morfologi daun,
anatomi daun, protoplasma, dan akumulasi fotosintat.

37
IV. BAHAN
Respirasi
1. Kecambah segar kacang hijau 6. Jangkrik
2. Biji kedelai 7. Air Kapur
3. Aluminium Foil 8. Phenol red
4. Batu kerikil 9. Larutan Gula
5. Kertas label 10. Larutan ragi
Fotosintesis
1. Daun Coleus sp.
2. Aluminium foil
3. Alkohol 70% panas
4. Larutan Iodium/Lugol
5. Air mendidih
6. Hydrilla verticillata

V. ALAT
Respirasi Fotosintesis
1. Tabung reaksi + rak tabung 1. Gelas Beaker
reaksi 2. Cawan petri
2. Sekrup 3. Tabung reaksi
3. Tabung reaksi besar 4. Corong Glass
4. Termometer 5. Pinset
5. Tutup tabung reaksi 6. Lampu duduk
6. Pipa bengkok 7. Kompor listrik
7. Gelas Beaker

VI. CARA KERJA


1. Pengamatan respirasi makhluk hidup secara kualitatif
a. Tempatkan 5 tabung reaksi pada raknya dan tambahkan masing-masing
tabung 20 tetes phenol red
b. Masukkan sekrup dalam tabung reaksi dengan ujung sekrup menyentuh
dasar tabung reaksi (fungsi sekrup adalah sebagai pembatas antara
phenol red dengan bahan supaya phenol red tidak menyentuh bahan)
c. Kemudian berilah nomor pada masing-masing tabung reaksi dan

38
tambahkan bahan-bahan sebagai berikut
Tabung reaksi 1 : tambahkan kecambah kacang hijau secukupnya
Tabung reaksi 2 : tambahkan biji kacang kedelai secukupnya
Tabung reaksi 3 : tambahkan 2 ekor Jangkrik
Tabung reaksi 4 : tambahkan batu kerikil secukupnya
Tabung reaksi 5 : tambahkan lipatan kertas tissue
Setelah itu tutuplah masing-masing tabung reaksi dengan aluminium
foil dengan rapat
2. Pengamatan bahwa respirasi menghasilkan panas
a. Ambilah 3 tabung reaksi besar, letakkan pada raknya lalu tandailah
dengan kertas label sesuai dengan perlakuan berikut.
Tabung 1 : isilah dengan kecambah kacang hijau segar lebih
kurang separoh tabung reaksi
Tabung 2 : isilah dengan kecambah kacang hijau segar kira-kira
seperempat tabung reaksi
Tabung 3 : isilah dengan kecambah kacang hijau yang telah direbus
b. Tutuplah masing-masing tabung reaksi dengan sumbat karet yang telah
disipi dengan termometer, kemudian amati dan catat kenaikan suhunya.
Catatan : ujung termometer tidak boleh menyentuh kecambah
kacang hijau

3. Pengamatan kualitatif respirasi anaerob


a. Ambilah tabung reaksi besar, isi dengan larutan ragi + Larutan gula kira-kira
setengah tabung reaksi.
b. Ambil tabung reaksi kecil, isi dengan air kapur yang jernih (bagian atas)
c. Tutuplah tabung reaksi besar dengan sumbat karet yang dilengkapi dengan
pipa bengkok dan hubungkan dengan tabung reaksi kecil yang berisi air
kapur, seperti gambar berikut :

39
A Keterangan :
B
A. Sumbat karet
B. Pipa U
C. Air kapur
D
C D. Larutan ragi + gula

4. Percobaan Sachs
a. Petiklah daun Coleus sp. yang telah diperlakukan dengan menutup bagian
tengahnya dengan kertas perak/aluminium foil selama satu minggu,
kemudian lepaslah kertas peraknya dan masukkan daun itu ke dalam gelas
Beaker yang berisi air mendidih selama 10 menit,
b. selanjutnya pindahkan daun tersebut ke dalam gelas beker yang berisi
alkohol panas selama 10 menit,
c. setelah itu pindahkan ke dalam cawan petri dan tetesi daun tersebut dengan
larutan Iodium/lugol
d. amati perubahan warna daun sebelum dan sesudah ditetesi Iodium/lugol dan
warna dari bagian daun bekas tertutup kertas perak dan bagian daun yang
tidak tertutup kertas perak.
5. Percobaan Ingenhousz
a. Susunlah alat-alat yang disediakan seperti percobaan Ingenhousz (Gambar
2)
b. Aturlah penyinaran dengan lampu duduk pada jarak 30, 20, dan 10 cm dari
gelas Beaker.
c. Biarkan beberapa menit sampai terlihat adanya gelembung udara / gas yang
keluar dari tanaman Hydrilla verticillata

40
d. Kemudian hitunglah jumlah gelembung udara/gas yang keluar tiap satu
menit pada masing-masing jarak lampu selama 10 menit, dan catat pada
tabel 1.
e. Hitunglah rata-rata jumlah gelembung udara/gas pada tiap-tiap perlakuan
(jarak lampu), kemudian buatlah grafik hubungan antara jumlah gelembung
udara/gas yang dihasilkan dengan jarak lampu.
f. Buatlah kesimpulan dari percobaan ini.

VII. HASIL KERJA


Hasil percobaan 1. Respirasi makhluk hidup secara kualitatif

Warna Phenol Red


Waktu/Menit
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3 Tabung 4 Tabung 5
0’
10’
20’
30’

Hasil percobaan 2. Respirasi menghasilkan panas


Suhu ( 0C)
Waktu/Menit
Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3
0’
10’
20’
30’

41
Hasil percobaan 3. Respirasi anaerob secara kualitatif
Air Kapur
Waktu/Menit
Kekeruhan Endapan
0’
10’
20’
30’

Keterangan :
- : tidak ada
+ : sedikit
++ : agak banyak
+++ : banyak
++++ : sangat banyak

Hasil Percobaan 4. Gambar daun Coleus sp.

Sebelum Percobaan Sesudah direndam Sesudah direndam Sesudah ditetesi


air panas alkohol panas iodium

42
Hasil Percobaan 5. Jumlah gelembung udara / gas per menit pada jarak lampu yang
berbeda

Jarak Jumlah gelembung udara / gas pada menit ke-


lampu
(cm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata2

10

20

30

Rata-rata
jumlah
gelembung
udara/gas
per menit

0 10 20 30
Jarak lampu (cm)

Gambar 3. Grafik hubungan antara jumlah gelembung udara / gas per menit
dengan jarak lampu

43
VIII. DISKUSI
1. Mengapa proses respirasi menghasilkan panas?
2. Pada pengamatan respirasi anaerob terlihat perubahan air kapur.
Perubahan apa yang terjadi? Mengapa terjadi perubahan tersebut?
3. Apa fungsi phenol red pada percobaan pengamatan kualitatif respirasi
makhluk hidup? Mangapa terjadi perubahan warna phenol red pada
percobaan ini?
4. Berdasarkan persamaan reaksi fotosintesis di bawah ini
cahaya
6CO2 + 6 H2O C6H12O6 + 6O2
Klorofil

a. Atom O pada C6H12O6 berasal dari CO2 atau H2O ? Jelaskan !

b. Mengapa dalam percobaan Sachs yang terbukti sebagai hasil fotosintesis


adalah amilum dan bukan glukosa ? Jelaskan !
5. Bagaimana pengaruh intensitas cahaya (jarak sinar terhadap tanaman) terhadap
laju fotosintesis ?
6. Selain intensitas cahaya, fotosintesis juga dipengaruhi oleh kualitas cahaya.
Bagaimana pengaruh kualitas cahaya terhadap laju fotosintesis ?

IX. KESIMPULAN

44
ACARA V
HOMEOSTASIS

I. TUJUAN
1. Melihat fenomena siklosis pada protoplasma.
2. Membuktikan proses difusi baik in-vitro maupun in-vivo.
3. Membuktikan peristiwa osmosis baik in-vitro maupun in-vivo.
4. Melihat peristiwa plasmolysis
5. Mahasiswa dapat mendiskripsikan mekanisme adaptasi suatu organisme pada
lingkungan hipoosmotik dan hiperosmotik.

II. KOMPETENSI
1. Dapat menjelaskan manfaat siklosis dalam distribusi internal.
2. Dapat menjelaskan akibat osmosis pada sel organisme dan jaringan tumbuhan.
3. Dapat menjelaskan manfaat peristiwa difusi dalam proses kehidupan.
4. Dapat menjelaskan akibat plasmolisis
5. Mampu menguraikan fenomena alam berdasarkan prinsip-prinsip biologi
(universalitas, evolusi, diversitas, kontinuitas, homeostasis, interaksi) dengan
benar
6. Mampu menjelaskan fenomena yang terjadi di dalam organisme dan
interaksinya dengan lingkungan berdasarkan prinsip prinsip kimia dengan benar

III. DASAR TEORI


Protoplasma merupakan isi sel hidup, yang dapat dibedakan atas:
a. Sitoplasma, yaitu cairan yang terdapat di luar nukleus, dan
b. Nukleoplasma, yaitu cairan yang terdapat di dalam nukleus.
Protoplasma dapat menunjukkan sifat kimia dan fisik. Sifat kimia protoplasma
adalah menekankan pada kandungan yang tersusun atas:
1. Bahan organik, seperti karbohidrat, lemak, protein dan asam nukleat.
2. Bahan anorganik, seperti air dan mineral.
Sifat fisik protoplasma adalah menekankan pada sistem yang didasarkan pada
ukuran partikel, dibedakan atas:
1. Larutan, yang molekul-molekulnya berukuran < 0,001 µ,
2. Koloid, yang molekul-molekulnya berukuran 0,001 - 0,1 µ dan

45
3. Suspensi yang partikel-partikelnya berukuran > 0,1 µ.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sifat fisik protoplasma adalah suhu, gaya,
tekanan air, dan muatan listrik.
Menurut Max Schultze (1825 -1874), protoplasma merupakan dasar fisik
kehidupan, sehingga sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup.Fenomena-
fenomena fisik yang terdapat dalam protoplasma antara lain adalah:
1. Siklosis, yaitu gerak melingkar sitoplasma mengelilingi vakuola sel.
2. Difusi, yaitu gerak berpindah molekul-molekul solut dari larutan konsentrasi
tinggi ke larutan berkonsentrasi rendah tanpa atau melalui membran
permeabel.
3. Osmosis, yaitu gerak berpindah molekul-molekul solven dari larutan
konsentrasi rendah ke berkonsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel.
4. Gerak Brown, yaitu gerak berpindah molekul-molekull atau partikel-partikel
zig-zag yang disebabkan oleh energi kinetik dari molekul-molekul atau
partikel-partikel tersebut.
Osmosis adalah pergerakan air melewati suatu membran yang selektif
permiabel. Hal ini terjadi ketika dua larutan yang dipisahkan oleh membran
mempunyai tekanan osmotik yang berbeda atau memiliki osmolaritas (total
konsentrasi zat terlarut) berbeda. Dua larutan yang dipisahkan oleh membran
semipermiabel dikatakan dalam keadaan isoosmotik jika keduanya mempunyai
osmolaritas yang sama. Tidak ada pergerakan netto air melalui osmosis antara
dua larutan yang isoosmotik. Ketika dua larutan berbeda dalam hal osmolaritas,
larutan dengan konsentrasi zat terlarut yang lebih besar disebut sebagai
hiperosmotik dan larutan yang lebih encer disebut sebagai hipoosmotik. Air
mengalir melalui osmosis dari larutan yang hipoosmotik ke larutan yang
hiperosmotik.
Osmoregulasi merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang
dikembangkan oleh sel atau organisme hidup untuk mengontrol konsentrasi
cairan dan menyeimbangkan pemasukan serta pengeluaran cairan tubuhnya.
Proses osmoregulasi diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan
tubuh dengan lingkungan disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak
air maka ia akan meletus, begitu pula sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel
akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga berfungsi ganda sebagai sarana
untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau organisme hidup.

46
Pada manusia, proses osmoregulasi terjadi di Ginjal. Maka ginjal disebut
Osmoregulator
Pada manusia, air sebagian besar didapatkan dari makanan, minuman dan
sebagian kecil dari air metabolism. Sedangkan, kehilangan air terjadi melalui
urinasi dan defikasi serta melalui penguapan keringat dan pernafasan. Bagi
hewan akuatik, evaporasi tidak penting, tetapi menyeimbangkan kehilangan
osmotik dan perolehan osmotik air sangatlah penting. Kebanyakan invertebrata
yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis mereka, dan
dikenal sebagai osmokonformer. Osmokonformer memiliki osmolaritas internal
yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh
atau kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan
yang memiliki komposisi kimia yang sangat stabil (i.e. di laut) maka
osmoconformer memiliki osmolaritas yang cenderung konstan. Sedangkan,
osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Hewan tersebut harus menyesuaikan osmolaritas internalnya ,
karena cairan tubuhnya tidak isoosmotik dengan lingkungan luarnya. Seekor
hewan osmoregulator harus membuang kelebihan air jika hewan itu hidup dalam
lingkungan hipoosmotik atau secara terus menerus mengambil air untuk
mengatasi kehilangan osmotik jika hewan itu tinggal dalam suatu lingkungan
hiperosmotik.
Kemampuan untuk mengadakan osmoregulasi membuat hewan mampu
bertahan hidup, misalnya dalam air tawar, dimana osmolaritas terlalu rendah
untuk mendukung osmokonformer, dan di darat dimana air umumnya tersedia
dalam jumlah sangat terbatas. Oleh karena kemampuan meregulasi ini, maka
osmoregulator dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di
lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, osmoregulator akan
melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya. Semua hewan air tawar dan banyak
hewan laut adalah osmoregulator. Hewan air tawar secara konstan mengambil air
melalui osmosis karena osmolaritas cairan internalnya jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan osmolaritas sekelilingnya. Protista air tawar seperti Amoeba
dan Paramaecium mempunyai vokuola kontraktil yang memompa keluar
kelebihan air. Banyak hewan air tawar, termasuk ikan mengeluarkan air dengan
cara mengekskresikan sejumlah urin yang sangat encer dan mendapatkan kembali
garam yang hilang dalam makanannya atau dengan pengambilan secara aktif dari

47
sekelilingnya. Pada hewan air laut (misalnya pada ikan laut bertulang sejati) ,
yang secara konstan kehilangan air melalui osmosis ke lingkungannya yang
hiperosmotik, mengatasi kompensasi kehilangan air dengan cara meminum
banyak sekali air laut, lalu memompa keluar kelebihan garam dan
mengekskresikan urin dalam jumlah yang relatif sedikit.
Sebagian besar hewan baik merupakan osmokonformer atau
osmoregulator, tidak dapat mentolerir perubahan yang sangat besar dalam
osmolaritas eksternal. Hewan seperti ini dikatakan sebagai hewan stenohalin
(bahasa Yunani, stenos, berarti “sempit”; haline mengacu ke garam), Akan tetapi,
beberapa hewan yang disebut sebagai euryhalin (bahasa Yunani, eury, berarti
“ luas”), dapat bertahan hidup dalam lingkungan dengan fluktuasi osmolaritas
eksternal yang sangat besar. Hewan-hewan itu bisa menyesuaiakan dengan
perubahan atau mengatur osmolaritas internalnya di dalam kisaran yang sempit
bahkan ketika lingkungan eksternalnya banyak berubah.

IV. BAHAN
Homeostasis Osmoregulasi
1. Daun Elodea sp. 1. Paramaecium sp. dalam media
2. Kristal KMnO4 pembiakan (air rebusan jerami)
3. Kristal NaCl (Garam Dapur) 2. Larutan garam dapur (NaCl)
4. Es batu dengan berbagai konsentrasi (0,
5. Sirup merah 0,8%, 2%, 5%)
6. Lembaran Usus babi 3. Air
7. Karet Gelang
8. Umbi Akar Wortel
9. Daun Rhoeo discolor

48
V. ALAT
Homeostasis Osmoregulasi
1. Mikroskop 1. Mikroskop
2. Objek glass 2. Gelas Beaker/gelas
3. Cover glass 3. Plastik/cawan Petri
4. Standart dan klem 4. Gelas ukur
5. Cawan Petri 5. Sendok Pengaduk
6. Thistle tube 6. Pipet tetes/pipet Pasteur
7. Pipet tetes
8. Gelas Beaker 250ml
9. Tabung Reaksi

VI. CARA KERJA


A. Melihat gerak siklosis
1. Ambillah daun Elodea sp. yang masih segar (kalau bisa yang muda
atau pucuk), letakkan pada gelas obyek dan lihatlah dengan
mikroskop cahaya.
2. Perhatikan arah gerak kloroplas, yang sebenarnya adalah gerak
sitoplasma. Gerakan ini disebut siklosis.
Gambarlah pola gerak yang anda lihat pada lembar HAS IL KERJA

B. Membuktikan proses difusi secara in-vitro dan in-vivo


(a). Difusi in-vitro
1. Ambil 3 tabung reaksi, masing-masing isilah dengan air kira-kira
separuhnya, Tabung reaksi 1 celupkan ke dalam air mendidih, tabung
reaksi 2 celupkan ke dalam air es, dan tabung reaksi 3 biarkan di rak
tabung dalam suhu kamar.
2. lalu tambahkan ke dalam masing-masing tabung kristal KMnO 4
sedikit saja (1 atau 2 butir saja)
3. Catatlah dengan menggunakan stop watch, waktu pencatatan dimulai
saat kristal KMnO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi sampai larutan
homogen. Bandingkan lama waktu yang diperlukan untuk mencapai
keadaan homogen pada ketiga tabung percobaan.

49
(b).Difusi in-vivo
1. Irislah umbi akar wortel secara melintang tipis-tipis sekitar 2 mm.
2. Ambilah 2 cawan petri, isilah cawan I dengan air kran dan cawan II
dengan larutan garam dapur (5%).
3. Masukkan 3 irisan umbi akar wortel tersebut pada masing-masing
cawan petri, tunggu sampai 20 menit. Rasakan masing-masing irisan
wortel pada kedua cawan dengan kedua tangan anda.
4. Bandingkanlah apa yang anda rasakan dengan irisan umbi akar wortel
pada masing-masing cawan petri.

C. Membuktikan peristiwa osmosis in-vitro dan in-vivo


(a). Buatlah osmometer dengan cara:
1. Isilah thistle tube dengan sirup merah. Saat pengisian, posisi thistle tube
berdiri tegak dengan ujung yang lebar berada di atas, dan tutuplah
lubang bagian bawah (yang kecil) dengan ujung jari telunjuk.
Usahakan ruang yang lebar terpenuhi oleh sirup hingga
permukaannya cembung, usahakan tidak ada gelembung udara yang
masuk. Tutupkan lembaran usus babi yang sudah dibasahi pada mulut
yang lebar dari thistle tube dan ikatlah dengan karet gelang.
2. Pasanglah thistle tube pada standard dengan posisi seperti pada
Gambar (di lampiran bab ini), dan tandailah tinggi sirup (awal) dengan
benang bol putih. Masukkan permukaan bawahnya ke permukaan air
dalam gelas beaker yang sebelumnya telah dipasang di dekat standard.
(b). Catatlah jarak kenaikan sirup setiap waktu lima menit sampai 4x 5 menit
atau sampai sirup tidak naik lagi (tercapai kesetimbangan), lalu buatlah
grafik yang menggambarkan hubungan interval waktu dengan kenaikan
sirup dalam satuan cm. (Sementara itu anggota kelompok lain dapat
melakukan langkah-langkah di atas untuk gelas beaker yang diisi dengan
air es dan air panas/mendidih).
(c). Pembuktian peristiwa osmosis in-vivo prosedurnya sama dengan
pembuktian peristiwa difusi in-vivo.

50
D. Melihat peristiwa plasmolisis
1. Sayatlah sel epidermis daun Rhoeo discolor yang berwarna ungu (2 sayatan
tipis), lalu masing-masing sayatan letakkan pada gelas obyek yang
berbeda.
2. Setelah itu gelas obyek I ditetesi dengan air kran dan gelas obyek II
ditetesi dengan larutan NaCI, lalu masing-masing ditutup dengan gelas
penutup.
3. Lihatlah spesimen pada kedua gelas obyek dengan mikroskop cahaya,
selanjutnya gambarlah strukturnya pada Lembar HASIL KERJA.

E. Percobaan dengan menggunakan Paramaecium sp.


- Siapkan Paramaecium sp. dan tumbuhkan pada air rebusan jerami sebagai
media pertumbuhannya
- Buatlah larutan garam dapur dengan konsentrasi yang telah ditentukan (0,
0.8%, 2%, dan 5%)
- Masukkan sebanyak 4 ml masing-masing larutan garam ke dalam wadah yang
telah disediakan
- Masukkan biakan Paramaecium sp. sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing
larutan
- Masukkan sebanyak 1 ml biakan ke dalam bilik hitung dan lakukan
pengamatan menggunakan mikroskop dengan perbesaran maksimum 400 X
- Amati perilaku Paramaecium sp dan ikan air tawar tersebut
- Deskripsikan perubahan bentuk Paramaecium sp. pada masing-masing kultur
yang mengandung kadar garam yang berbeda –beda

F. Percobaan dengan menggunakan ikan air tawar


- Siapkan ikan air tawar yang berukuran kecil
- Buatlah larutan garam dapur dengan konsentrasi yang telah ditentukan (0,
0.8%, 2%, dan 5%)
- Masukkan 1 ikan air tawar ke dalam masing-masing larutan garam
- Catatlah kondisi ikan pada masing-masing perlakuan dan amatilah pada
waktu yang berbeda

51
VII. HASIL KERJA
a. Gambar 1. Gerak siklosis protoplasma
Keterangan :

b. Waktu yang diperlukan untuk mencapai larutan KMNO 4


homogen
1). Pada medium air mendidih : ……………… menit
2). Pada medium air es : ……………… menit
3). Pada medium suhu kamar : ……………… menit

c. Keadaan irisan umbi akar wortel


1). Dalam medium air : ………………………………
2). Dalam laritan NaCl : ………………………………

d. Kenaikan sirup (mm) per interval waktu 5 menit pada tiga medium
berbeda.
Interval waktu
Kenaikan sirup (mm) pada medium berbeda
lima menit ke-
Air es Air mendidih Air biasa
1
2
3
4

52
e. Grafik hubungan antara kenaikan sirup dengan interval waktu
pada medium air es, air suhu normal dan air mendidih.

Kenaikan
sirup (cm)

5 10 15 20 25
Interval waktu (menit)
f. Gambar sel-sel representative daun Rhoeo discolor pada medium air
dan larutan NaCI:
1). Medium air :

2). Medium NaCl :

g. Hasil pengamatan bentuk Paramaecium sp. pada berbagai konsentrasi


larutan garam
Paramaecium Konsentrasi larutan garam (%)
sp. 0 0,8 2 5 Ket
0 menit
10 menit
15 menit
30 menit
Keterangan :
(-) tidak bergerak (+) Bergerak

53
Hasil pengamatan ikan air tawar pada berbagai konsentrasi larutan garam
Waktu Konsentrasi larutan garam (%)
pengamatan 0 0,8 2 5 Ket
0 menit
5 menit
15 menit
30 menit
Keterangan :
+++ = bergerak cepat
++ = melambat
+ = sangat lambat
- = tidak bergerak (mati)

VIII. DISKUSI
1. Sebutkan ciri-ciri khas sistem koloid ?
2. Apa pengaruh suhu terhadap proses difusi? Mengapa demikian?
3. Bagaimana turgor pada irisan umbi akar wortel yang direndam dalam air dan
larutan NaCI ?
4. Ke mana osmosis berlangsung pada irisan umbi akar wortel dalam medium air
biasa dan larutan NaCI?
5. Pada percobaan dengan osmometer, mengapa suatu saat sirup dalam
thistle tube tidak naik lagi?
6. Terangkan bagaimana terjadinya:
(a). Plasmolisis (b). Krenasi dan haemolisis
7. Apa yang dimaksud dengan osmoregulasi?
8. Kegiatan apa saja yang termasuk osmoregulasi pada hewan?
9. Apa peranan osmoregulasi?
10. Apa fungsi NaCl dalam tubuh hewan?

IX. KESIMPULAN

54
ACARA VI
REPRODUKSI SEL

I. TUJUAN
1. Mengamati fase-fase pembelahan mitosis pada sel ujung akar bawang
merah ( Allium cepa, L ).
2. Mengamati fase-fase perkembangan sel spermatogenik penyusun tubulus
seminiferus dalam testis (proses spermatogenesis).
3. Mengamati fase-fase perkembangan sel pada proses oogenesis dalam
ovarium.

II. KOMPETENSI
1. Dapat memberi gambaran tentang pembelahan mitosis dan meiosis pada sel.
2. Dapat menjelaskan tahap-tahap pembelahan sel.
3. Dapat menyebutkan organ tempat terjadinya pembelahan mitosis dan miosis
pada suatu individu.

III. DASAR TEORI


Sel merupakan unit dasar struktural dan fungsional dari suatu organisme. Sel suatu
organisme tersusun atas organel-organel sel. Organel tersebut adalah
plasmalema (membran sel), retikulum endoplasmik, ribosom, Golgi apparatus, lisosom,
mitokondria, plastida, sentriol, dan inti sel (tersusun dari membran inti, nukleoplasma,
kromatin, dan nukleolus). Kecuali plasmalema, semua organel berada dalam
sitoplasma. Inti sel dipisahkan dari sitoplasma oleh membran inti, dan memiliki
plasma sendiri yang disebut nukleoplasma. Masing-masing organel tersebut mempunyai
fungsi yang spesifik untuk mendukung kehidupan suatu sel.

Pertumbuhan dan perkembangan setiap organisme bergantung pada


perbanyakan (pembelahan atau reproduksi) sel yang menyusunnya. Pembelahan sel setiap
organisme akan diikuti dengan pembagian komponen (organel) sel tersebut ke anak sel.
Ada 3 macam pembelahan sel, yaitu amitosis, mitosis, dan meiosis. Masing-masing
pembelahan sel tersebut dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya.

1. Amitosis, yaitu pembelahan sel secara langsung dari satu sel menjadi dua sel. Pada
proses ini tidak tampak adanya kromosom. Pembelahan amitosis hanya terjadi

55
pada organisme bersel satu seperti amoeba, bakteri, dan ganggang bersel satu.
2. Mitosis, yaitu pembelahan sel induk menjadi sel-sel anak yang mempunyai karyotip
kromosom yang identik dengan karyotipe kromosomal sel induknya. Pada dasarnya
pembelahan ini terjadi duplikasi kromosom longitudinal dan dibagikan ke sel anak.
Proses pembelahan ini terjadi melalui beberapa fase berikut ini. (a) Profase ditandai
dengan penggulungan dan pemendekan kromatin inti sehingga terbentuk beberapa
benda seperti batang yang disebut dengan kromosom. Membran inti tetap tidak
berubah. Sentriol berduplikasi dan memisahkan diri, tiap pasang pindah ke tiap
kutub sel tersebut secara bersamaan mikrotubulus dari kumparan terlihat diantara
dua pasang sentiol tersebut. (b) Metafase, ditandai dengan hilangnya membran inti
(nukleus) dan anak inti (nukleolus). Kromosom-kromosom berpindah ke bidang
equator sel tersebut, dimana masing-masing kromosom membelah diri secara
longitudinal untuk membentuk dua kromatid. (c) Anafase ditandai dengan saling
memisahnya kromatid anak dan berpindah ke kutub-kutub sel yang berhadapan,
mengikuti arah kumparan mikrotubulus. Sentromer bergerak dari pusat sehingga
menarik kromosom-kromosom ke kutub-kutub sel. (d) Telofase ditandai dengan
munculnya kembali nukleus di dalam sel anak. Kromosom, nukleolus, kromatin,
serta membran inti muncul kembali sementara perubahan inti ini sedang terjadi
timbul kontraksi pada bidang ekuator sel induk dan berkembang terus sampai sel
membagi sitoplasma menjadi dua bagian. (e) Interfase, yaitu fase sintesis zat-zat,
pengumpulan energi, dan replikasi kromatin.
3. Meiosis, merupakan proses pembelahan reduksi karena pada proses ini dihasilkan
sel-sel anak dengan jumlah kromosom separuh dari jumlah kromosom sel-sel
induknya. Proses ini terjadi pada sel-sel induk benih (sel gamet). Meosis terjadi
melalui dua tahap yaitu meiosis I dan meiosis II . Masing-masing tahap terdiri dari
empat fase seperti pada pembelahan mitosis. Tetapi pada profase meiosis I terbagi
lagi atas empat tingkat yaitu leptoten, zigoten, pakhiten, dan diploten. Pada
pembelahan meiosis terdapat fase istirahat yang disebut interkinase.

Meiosis terjadi pada sel gamet, seperti pada saat spermatogenesis dan
oogenesis. Pembelahan pada sel gamet dibedakan tiga tahap, yaitu (1)
proliferasi atau mitosis, (2) pembelahan meiosis (reduksi), dan (3) transformasi.
Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa dari spermatogonium
dalam tubulus seminiferus pada testis, berturut-turut dari tepi ke arah lumen ialah :

56
spermatogonium (2n) → spermatosit primer (2n) → spermatosit sekunder (n) →
spermatid (n) → spermatozoa (n). Oogenesis adalah proses pembentukan ovum
dari oogonium yang terjadi dalam ovarium. Berturut-turut terjadinya ovum yaitu
oogonium (2n) → oosit primer (2n) → oosit sekunder (n) dan badan kutub/polar
body I → ootid (n) dan badan kutub/polar body II → ovum (n). Ovarium terdiri
dari daerah medula (bagian dalam) yang mengandung beberapa pembuluh darah
dan daerah korteks (bagian luar) yang mengandung folikel-folikel ovarium yang
mengandung oosit. Folikel-folikel ovarium yang tertanam dalam stoma korteks
dibedakan tiga jenis, yaitu (1) folikel primordial, (2) folikel yang sedang tumbuh
(terdiri dari folikel primer, folikel sekunder, dan folikel tersier), dan (3) folikel de
Graaf. Folikel de Graaf merupakan folikel yang telah matang yang akan
mengeluarkan ovum melalui proses yang disebut ovulasi.

IV. BAHAN
1. Preparat ujung akar bawang merah (Allium cepa).
2. Preparat testis Mammalia.
3. Preparat ovarium Mammalia.

V. ALAT
1. Mikroskop binokuler

VI. CARA KERJA


1. Siapkan mikroskop cahaya dan preparat yang diperlukan dalam praktikum.
2. Amati masing-masing preparat dengan perbesaran lemah kemudian dengan
perbesaran kuat. Amati seluruh spesimen
3. Gambar bagian yang representatif pada hasil kerja.

57
VII. HASIL KERJA
1. Gambar stadium pembelahan mitosis pada sel ujung akar bawang merah
(Allium cepa,L).
Profase Telofase

Metafase Interfase

Anafase

2. Gambar satu juring dari irisan melintang tubulus seminiferus testis Mammalia.
Keterangan:

3. Gambar irisan membujur ovarium Mammalia


Keterangan:

58
VIII. DISKUSI
1. Apakah reproduksi sel itu ?
..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

2. Bagaimana cara sel bereproduksi ?


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

3. Apa perbedaan dan persamaan antara spermatogenesis dan oogenesis?


..................................................................................................................................
..................................................................................................................................

IX. KESIMPULAN

59
ACARA VII
REPRODUKSI ORGANISME
(POPULASI RAGI)

I. TUJUAN
1. Mempelajari laju pertumbuhan sel ragi dalam medium tumbuh, berdasarkan
umur biakan
2. Memahami prinsip kerja bilik hitung Improve Neubauer yang digunakan dalam
penghitungan jumlah sel ragi

II. KOMPETENSI
1. Dapat memberi gambaran laju pertumbuhan sel ragi dalam medium tumbuh,
berdasarkan umur biakan.
2. Dapat menjelaskan prinsip kerja bilik hitung Improved Neubauer yang
digunakan dalam penghitungan jumlah sel ragi

III. DASAR TEORI


Periode praktikum ini merupakan aktualisasi dari suatu model yang telah kita
pelaiari pada praktikum yang lalu. Oleh sebab itu setelah mempelajari prosedur dan
rnempertimbangkan pengalaman kita dalarn praktikum yang lalu, buatlah hipotesa.
Praktikum ini menggunakan organisme ragi. Pemilihan organisme ragi bukan
hanya karena laju reproduksinya cepat, tetapi juga karena ukurannya yang kecil
sehingga dalam sebuah tabung reaksi dapat ditampung jutaan organisme.
Butir-butir ragi kering terdiri dari sejumlah tumbuhan yang tidak aktif.
Tumbuhan ini akan menjadi aktif dan berkembang biak di dalam medium
(jamak:media) yang sesuai. Mediurn merupakan suatu tempat tumbuh yang terdiri
dari campuran beberapa bahan. Populasi organisme dalam suatu medium disebut
kultur.

IV. BAHAN
1. Biakan ragi Saccharomyces sereviceae umur 0 – 7 hari
2. Larutan gula (media pertumbuhan)

60
V. ALAT
1. Tabung reaksi
2. Pipet tetes
3. Mikroskop cahaya
4. Bilik hitung Improved Neubauer (Haemocytometer)
5. Hand counter

VI. CARA KERJA


Pada praktikum ini kultur ragi umur nol hari hingga kultur ragi umur tujuh
hari sudah disiapkan oleh petugas. Urutan cara kerja praktikum kali ini sebagai
berikut.
Tiap kelompok menghitung satu macam kultur yaitu kel 1 menghitung hari ke-0,
kel 2 menghitung hari ke-1 dst.
Menghomogenkan kultur ragi yang akan dihitung jumlah populasinya
Mengambil kultur ragi (0,1 cc) dengan mengguna kan pipet tetes
Teteskan pada lekukan berbentuk V pada tepi kaca tutup hemasitometer (lihat
gambar 11-1A)
Biarkan ruang hemasitometer terpenuhi suspensi secara kapiler. Usahakan agar
tidak ada cairan masuk antara kaca penutup dan penyanggga kaca tutup (lihat
gambar 11-1B) karena hal tersebut akan menambagh kedalaman cairan di
bawah kaca tutup yang sebenarnya harus berukuran 0,1 mm.

61
Taruhlah hemasitometer di atas pentas mikroskop dengan hati-hati
Amatilah dengan obyektif berkekuatan rendah dan hitung jumlah sel yang
terdapat pada 80 buah kotak kecil yang terletak di dalam kotak bagian tengah
yang berukuran 1 mm2 itu (lihat gambar 11-2)
Cara menghitung : pembagian hemasitometer dapat dilihat pada Gambar 11-2.
Seluruhnya ada sembilan area, masing-masing berukuran 1 mm2. Kotak yang di
tengah (kesemua sisinya dibatasi dengan garis ganda) juga berukuran 1 mm2 dan
dibagi menjadi 25 kotak besar
Setiap kotak besar ini dibagi lagi menjadi 16 kotak kecil. Dengan demikian di
dalam kotak tengah tersebut seluruhnya terdapat 400 kotak kecil (25 X 16)
Tentukan 5 kotak besar (= 80 kotak kecil) dan hitunglah jumlah khamir pada 5
kotak besar tersebut
Jika terlalu padat, lakukan pengenceran terhadap kultur tersebut
Hitunglah berapa jumlah sel khamir yang terdapat didalam setiap ml suspensi
kultur ragi (lihat contoh penghitungan)
Lakukan penghitungan pada semua kultur ragi (usia 0 –6 hari)
Buatlah grafik yang menghubungkan umur ragi dan kepadatan populasi ragi

62
Contoh Perhitungan
Andaikanlah menurut pengamatan Anda terdapat 500 sel khamir di dalam 5
kotak besar (80 kotak kecil), maka jumlah sel khamir dalam setiap ml suspensi
ragi dapat dihitung sebagai berikut :
 80 kotak kecil mempunyai luas 0,2 mm2. Jadi di dalam setiap mm2 terdapat
500 X 5 atau 2.500 sel
 Kedalaman cairan di bawah hemasitometer ialah 0,1 mm. Maka volume
cairan yang tercakup dalam kotak berukuran 1 mm2 ialah 0,1 mm3. Artinya
terdapat 2.500 sel/0,1 mm3 atau 25.000 sel/ mm3.
 1 ml = 1 cm3 atau 1.000 mm3. Maka jumlah sel khamir yang terdapat di
dalam suspensi asal ialah 2,5 X 10 7 sel/ml
Jika dilakukan pengenceran, kalikan hasil penghitungan dengan faktor
pengencerannya
Dalam pengamatan dimungkinkan jumlah individu terlalu banyak pada satu
lapang pandang, sehingga keakuratan penghitungan menjadi rendah maka kultur
harus diencerkan. Untuk itu ambillah tabung reaksi berisi air 9 cc. Tandailah tabung
ini sesuai dengan tabung kultur yang akan diencerkan, selain itu tandailah dengan Pl
(pengenceran 1).
Goyangkanlah tabung kultur yang akan diencerkan sampai organisme tersebar
merata, kemudian pindahkanlah 1 cc kultur ke dalam tabung pengenceran.
Kocoklah tabung reaksi agar benar-benar bercampur, dan amatilah. Jika masih
terlalu banyak dalam tiap lapang pandang, ulangilah seperti prosedur di atas dengan
tanda P2, P3 dan seterusnya. Tanda Pl berarti diencerkan 10 kali, P2 diencerkan 100
kali, P3 diencerkan 1000 kali dan seterusnya. Jika tidak ada pengenceran berarti
faktor pengenceran l.
Catatlah hasil penghitungan saudara dan pasangan saudara dalam tabel.
Kelima hasil pengamatan dari tiap-tiap umur kultur ragi dijumlah dan kemudian
dicari rata-ratanva. Bila hasil rerata saudara dan pasangan saudara berbeda lebih
dari sepuluh, maka siapkanlah gelas obyek dan gelas penutup untuk mengulanginya
kembali

63
VII. HASIL KERJA
Hari Lapang Pandang faktor
kelompok Jumlah ∑sel/ml Log(∑sel/ml)
ke- 1 2 3 4 5 pengenceran
1 0
2 1
3 2
4 3
5 4
6 5
7 6
8 7

Dari data di atas, buatlah grafik. Cantumkan umur kultur dalam air pada sumbu
datar dan kepadatan populasi pada sumbu tegak. Gunakan warna hitam untuk rerata
kelompok!
700
600
500
400
300
200
100
0
hari ke 0 hari ke 1 hari ke 2 hari ke 3

VIII. DISKUSI
1. Dalam hal apa grafik memperlihatkan suatu persamaan ?
2. Dalam hal apa grafik memperlihatkan perbedaan ?
3. Jelaskan faktor apa yang menyebabkan pada grafik memperlihatkan perbedaan
dan persamaan !
4. Tepatkah hipotesis saudara ?

IX. KESIMPULAN

64
ACARA VIII
GENETIKA

I. TUJUAN
1. Mengetahui perbandingan fenotip pada perkawinan dihibrida
2. Mengetahui alasan-alasan penyimpangan pada perbandingan fenotip
3. Membuat sediaan kromosom raksasa dari kelenjar ludah Chironomus

II. KOMPETENSI
1. Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan fenotip pada perkawinan dihibrid
beserta penyimpangannya.
2. Mahasiswa dapat membuat sediaan kromosom raksasa dari kelenjar ludah
Chironomus
3. Mahasiswa dapat mengamati dan menghitung jumlah kromosom raksasa dari
kelenjar ludah Chironomus

III. DASAR TEORI


Mendel menemukan prinsip dasar hereditas dengan membudidayakan
kacang ercis. Dari hasil penelitiannya, Mendel menyususn beberapa hipotesis
sebagai berikut :
1. Setiap sifat dari organisme dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan satu
dari induk jantan dan satu dari induk betina.
2. Tiap pasangan faktor keturunan menunjukkan bentuk alternatif sesamanya
seperti merah atau putih bulat atau kisut kasar atau licin manis atau asam dan
sebagainya. Kedua bentuk alternatif tersebut dinamakan alela.
3. Satu dari pasangan tersebut bersifat dominan atau menutup alela yang bersifat
resesif apabila keduanya ada bersama-sama.
4. Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis), pasangan faktor
keturunan memisah secara bebas.
Dari hasil hipotesis-hipotesis tersebut kemudian Mendel merumuskannya
menjadi dua hukum, yaitu hukum Mendel I dan hukum Mendel II.
1. Hukum Mendel I (hukum segregasi) berbunyi ”peristiwa pembentukan gamet
dua gen yang berpasangan akan diturunkan secara bebas pada keturunannya
melalui gamet”.

65
2. Hukum Mendel II (hukum pengelompokan gen secara bebas) berbunyi ”pada
peristiwa fertilisasi gen yang dibawa oleh gamet jantan atau gamet betina
akan berpasangan secara bebas dan membentuk zigot”.
Pada peristiwa perkawinan monohibrid dengan sifat dominan penuh akan
muncul perbandingan 3 : 1, sedang pada dihibrid yang muncul adalah 9 : 3 : 3 : 1.
Semua perbandingan itu sifatnya hipotesis, dalam arti apabila melakukan
perkawinan monohibrid dengan dua jenis alel tentu seharusnya akan
menghasilkan perbandingan 3 : 1, dan hipotesis ini dapat berlaku dengan asumsi :
1. Masing-masing alel anggota sistem gen tersebut salah satu bersifat
dominan dan pasangannya bersifat resesif
2. Terjadi pemisahan alel secara normal (hukum Mendel I)
3. Terjadi pengelompokkan alel secara bebas (hukum Mendel II)
4. Perkawinan terjadi secara random
Perbandingan teoritis (e) dan perbandungan kenyataan (o) tidak terlalu
sama. Makin dekat nilai perbandingan kenyataan dengan nilai perbandingan
teoritis, makin baik data fenotip yang didapat, yaitu bila 0/e mendekati 1. Bila o/e
makin menjauhi angka 1, berarti data itu dipengaruhi oleh faktor lain (faktor
lingkungan atau datanya terlalu sedikit).
Untuk mengetahui sampai dimana bahwa suatu hasil pengamatan
memenuhi perbandingan fenotip teoritis, maka dapat dipakai rumus chi kuadrat :

X2 = ∑ (d2/e)

∑ = sigma / jumlah
d = penyimpangan (o-e)

Kromosom merupakan struktur yang terdiri dari benang-benang halus yang mulai
tampak pada waktu sel mulai mempersiapkan diri untuk membelah. Kromosom juga
merupakan bagian inti sel yang membawa, menentukan sifat-sifat yang akan diturunkan
dalam individu organisme yang bersangkutan. Komposisi kimia dari kromosom adalah :
1) DNA 16%, 2) RNA 12%, dan 3) Nukleoprotein 72%. Nukleoprotein terdiri dari
berbagai jenis protein yaitu protamin, histon, nonhiston dan berbagai enzim, diantaranya
polymerase DNA dan RNA, isomerase.

66
Pada makhluk tingkat tinggi, sel somatik (sel tubuh, kecuali sel kelamin)
mengandung satu stel kromosom yang diterimanya dari kedua induk atau orang tua.
Jumlah kromosom dalam sel tubuh dinamakan diploid (2n). Sel kelamin (gamet) hanya
mengandung separuh dari jumlah kromosom yang terdapat di dalam sel somatik, karena
itu jumlah kromosom dalam gamet dinamakan haploid (n). Pada lalat buah (Drosophila
melanogaster) dan Chironomus yang sering digunakan untuk penyelidikan genetika
mempunyai 8 kromosom, terdiri dari 6 autosom dan 2 kromosom kelamin.
Kromosom kelenjar ludah (polyten chromosom atau salivary gland chromosom)
dikenal sebagai kromosom yang paling besar dan digolongkan sebagai kromosom raksasa
(Giant chromosom). Sel – sel larva digolongkan ke dalam sel-sel endopoliploid yang
bersifat terminal, dalam arti kata bahwa sel-sel ini tidak pernah membelah lagi dan
akhirnya dibuang sewaktu pembentukkan kepompong. Akan tetapi, sel-sel ini tetap hidup,
dalam arti bahwa sel-sel itu tanggap terhadap rangsangan lingkungan dan menghasilkan
kadar protein yang khusus. Giant kromosom ini biasanya terdapat pada serangga Diptera
(nyamuk, lalat, dan sebagainya). Kromosom ini mencapai ukuran lebih kurang 100 kali
panjang kromosom tubuh lalat dewasa atau kira-kira 500 kali panjang kromosom tubuh
lalat dewasa atau kira-kira 500 mikron (0,5 mm). Kromosom kelenjar ludah memiliki 5
lengan panjang yang keluar dari suatu bagian yang disebut kromosenter.
Sediaan kromosom kelenjar ludah Diptera mudah sekali dibuat dan dipelajari,
karena ukurannya yang besar sekali. Kromosom kelenjar ludah dikenal dengan nama
kromosom raksasa (Giant Chromosom). Besarnya kromosom pada kelenjar ludah
disebabkan oleh suatu proses yang di kenal dengan endomitosis, yaitu mitosis yang
terjadi di dalam sel (pembelahan inti) tanpa diikuti oleh pembelahan sel. Akibatnya akan
diperoleh perbesaran kromosom sebanding dengan jumlah endomitosis yang terjadi. Pada
Drosopjila atau Chironomus, terjadi endomitosis sebanyak 9 kali, sehingga jumlah
diploid kromosom berubah dari 2N menjadi 2 pangkat sembilan (29)N atau 1024 N untuk
sebagian besar organ tubuh seperti kelenjar ludah, tetapi sel-sel kelamin tetap berjumlah
diploid 2N.
Sediaan kromosom kelenjar ludah yang akan dibuat merupakan sediaan sementara
ataupun semi permanen. Sediaan sementara merupakan sediaan yang hanya bertahan
sebentar saja, yaitu sekitar 24 – 48 jam. Sedangkan sediaan semi permanen dapat
bertahan beberapa bulan. Sediaan permanen umumnya dapat bertahan cukup lama.
Sediaan permanen dilindungi oleh kaca penutup yang direkatkan dengan suatu media
yang indeks biasnya tidak berbeda jauh antara kaca objek dan kaca penutupnya, misalnya

67
dengan Canada Balsam, Entellan, Eukitt, Euparal, Xam, dll. Gambar skematis dan nyata
kromosom kelenjar ludah ada di bawah ini

A B
Gambar 1. Kumpulan larva Chironomous (A) dan kepala larva terlihat sepasang
kelenjar ludah transparan (B)

Gambar 2. Kumpulan kromosom raksasa pada kelenjar ludah sebelum di pencet

68
Gambar 3. Gambar sesungguhnya dan skematis dari kromosom raksasa kelenjar ludah

IV. BAHAN
Genetika Mendel
1. Sebuah kotak genetika model gen berwarna merah (M), putih (m), Hijau (H) dan
Kuning (h) masing-masing sebanyak 75 buah
2. Dua buah kotak
Materi Genetik
3. Larva Chironomus
4. Asam Asetat 45 %
45 ml Asam Asetat Glacial (berasap) dilarutkan dengan 55 ml H20 menjadi 100
ml.
5. HCl 1 N
10 ml HCl pekat (berasap) dilarutkan dengan 350 ml H20 menjadi 360 ml.
6. Aseto Laktik Orcein
2 gr Orcein (Gurr) dilarukan dalam 50 ml asam asetat glasial mendidih.
Selanjutnya segera di masukkan dalam lemari es. Keesokan harinya,

69
ditambahkan 50 ml asam laktat 85%, lalu disaring. Bila timbul endapan, larutan
harus disaring kembali. Bila akan dipakai, larutan 2 % diencerkan menjadi 1%.
7. Polyvinyl-Aseto-Laktik-Orcein
25 ml aseto-laktik-orcein 2% dilarutkan dalam 25 ml larutan polyvinyl alkohol
15% (dalam air) yang sudah disaring.
8. Larutan garam fisiologis NaCl 0,85%
0,85g NaCl dilarutkan dalam 100 ml H20.
9. Akuades

V. ALAT
1. Gelas obyek
2. Gelas penutup
3. Tusuk gigi
4. Pipet tetes
5. Kertas saring
6. Mikroskop cahaya

VI. CARA KERJA


Genetika Mendell
1. Isilah dalam kotak 1 (dianggap sebagai kromosom 1) monte model gen merah
(M) dan putih (m) masing-masing sebanyak 75 buah, campur dan homogenkan
dengan dikocok atau diaduk.
2. Isilah dalam kotak 2 (dianggap sebagai kromosom 2) monte model gen Hijau
(H) dan Kuning (h) masing-masing sebanyak 75 buah, campur dan homogenkan
dengan dikocok atau diaduk.
3. Individu A mengambil monte dari kotak 1 satu model gen dan monte dari kotak
2 satu model gen. Misal, yang terambil dari kotak 1 adalah monte warna merah
(M) dan yang terambil dalam kotak 2 adalah monte warna hijau (H), maka hasil
yang dicatat dalam tabel A kolom pertama adalah MH. Setelah dicatat monte
tersebut dikembalikan ke dalam kotaknya masing-masing seperti semula lalu
dihomogenkan lagi.
4. Individu B mengerjakan seperti yang dilakukan oleh individu A dan hasilnya
dicatat pada tabel A kolom kedua.
5. Ulangi prosedur 3 dan 4 sebanyak 32 kali

70
6. Analisislah data yang ada dengan uji X2 (tabel 2)

Materi Genetik
Pembuatan sediaan kromosom
1. Setetes larutan NaCl 0,85% di letakkan di atas sebuah kaca objek dan ditempatkan
seekor larva Chironomus.
2. Dengan bantuan sebuah jarum serangga atau jarum jahit yang tajam, bagian anterior
larva ditusuk tepat diantara jaw hook.
3. Dengan jarum yang lain, ditusukkan sedekat mungkin (bahkan berimpitan) pada
daerah tusukkan pertama, lalu kedua jarum tersebut ditarik saling menjauhi. Larva
akan terkoyakkan di daerah anterior, dan sebagian isi perutnya akan keluar.
4. Apabila tusukan sudah tepat, maka sepasang kelenjar ludah yang merupakan bagian
yang paling bening akan ikut ke luar. Untuk membedakan antara kelenjar ludah dan
bagian bagian tubuh lainnya, gunakan pencahayaan dari bawah. Kelenjar ludah
tersebut saling berhubungan dan salurannya akan bermuara di daerah mulut. Kelenjar
ludah dilepaskan dari bagian larva yang lain. Lemak yang melekat pada kelenjar ludah
sebaiknya di buang meskipun tidak perlu bersih sekali.
5. Kaca objek lain disediakan. Kaca objek diberi sebuah lingkaran kecil dengan lemak
yang diambil dari tepi hidung. Asam asetat 45% diteteskan dalam lingkaran tersebut
dan dimasukkan kelenjar ludah yang telah dibersihkan.
6. Setelah satu menit, asam asetat di buang secara hati-hati yaitu menghisapnya dengan
kertas saring. Selanjutnya diteteskan satu tetes HCl 1 N di dalammnya dan didiamkan
sebentar.
7. Setelah satu menit, larutan HCl dibuang dengan bantuan kertas saring. Selanjutnya
diteteskan 1-2 tetes aseto-laktik-orcein dan didiamkan sekitar 30 menit.
8. Sediaan di amati di bawah mikroskop dengan perbesaran paling lemah untuk
mengetahui apakah kromosom sudah berwarna dengan baik atau belum. Apabila
kromosom belum terwarnai atau belum terlihat bulatan inti sel yang berwarna gelap,
maka ditunggu beberapa saat.
9. Apabila sudah terwarnai dengan baik, larutan zat warna dihisap dengan kertas saring.
Kemudian diteteskan 1 tetes polyvinyl-aseto-laktik-orcein. Sediaan ditutup kaca
penutup dengan hati-hati. Tekanlah kuat-kuat sehingga sel-sel kelenjar ludah terlihar
hancur dan sediaan diamati di bawah mikroskop.

71
VII. HASIL KERJA
Genetika Mendell
Tabel A. Hasil Pengamatan
Pengambilan Gen dari kromosom Gen dari kromosom Genotip Fenotip
ke- 1 dan 2 1 dan 2
(M / m dan H / h) (M / m dan H / h)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

M = gen untuk buah bulat


m = gen untuk buah lonjong
H = gen untuk buah manis
h = gen untuk buah asam

72
Jadi bentuk bulat dan rasa manis adalah dominan
Tabel B. Hasil Penghitungan X2
Kelas o e d= o-e d2 / e

Bulat Manis
(M-H-)
Bulat Asam
(M-hh)
Lonjong Manis
(mm-H-)
Lonjong Asam
(mmhh)
Jumlah

Keterangan :
e = fenotip yang diperoleh secara teoritis
M – H-; M - hh; mmH- ; mmhh =
9:3:3: 1 Bagaimana hasil analisa X2 ?
Jelaskan !
Catatan : perlu diketahui bahwa dalam hal kelas fenotip = 2, atau derajat
kebebasan 1 ada koreksi
untuk nilai d yang disebut koreksi Yates sebesar 0,5.

Tabel 2.
Daftar Tabel X2
Derajat Nilai Kemungkinan
Kebebasan 0,99 0,90 0,70 0,50 0,30 0,10 0,05 0,01 0,001
1 0,002 0,016 0,15 0,46 1,07 2,71 3,84 6,64 10,83
2 0,02 0,21 0,71 1,39 2,41 4,61 5,99 9,21 13,82
3 0,12 0,58 1,42 2,37 3,67 6,25 7,82 11,35 16,27
4 0,30 1,06 2,20 3,36 4,88 7,78 9,49 13,28 18,47
5 0,55 1,61 3,00 4,34 6,06 9,24 11,07 15,09 20,52
6 0,87 2,20 3,83 5,35 7,23 10,65 12,59 16,81 22,46

73
Materi Genetik
Gambarkan hasil pengamatanmu dan berilah keterangan

VIII. DISKUSI
1. Sebutkan bahan kimia apa yang dapat digunakan untuk mewarnai kromosom
kelenjar ludah ?
2. Mengapa kromosom pada kelanjar ludah membesar dan dinamakan sebagai
kromosom raksasa ?
3. Bagaimanakah struktur dari kromosom raksana pada kelenjar ludah ?

IX. KESIMPULAN

74
ACARA IX
AKTIVTAS ENZIM

I. TUJUAN
Menunjukkan kepada mahasiswa bahwa enzim hanya dapat berfungsi pada kisaran
suhu tertentu, bahwa kecepatan reaksinya dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi
enzim dan konsentrasi substrat, dan bahwa enzim bersifat spesifik.

II. KOMPETENSI
 Dapat menjelaskan bahwa enzim hanya dapat bekerja pada kisaran suhu
tertentu.
 Dapat menguji kisaran suhu aktif suatu enzim
 Dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim dan
memberi contohnya.

III. PENGANTAR
Telah dipelajari pada acara sebelumnya bahwa untuk dapat menyerap molekul
makanan maka molekul itu harus dipecah menjadi lebih kecil atau lebih sederhana.
Proses-proses itu biasanya memerlukan enzim, yaitu suatu katalisator biologis yang
biasanya tersusun dari protein yang disintesis oleh organisme hidup. Selain itu ada
dua keterangan tambahan tentang enzim yaitu:
1. Enzim biasanya bersifat spesifik.
2. Aktivitas enzim diatur dalam arti dihambat atau dipercepat oleh molekul
yang reaksinya dikatalis oleh enzim tersebut
Dari dua hal tersebut di atas jelaslah bahwa enzim hanya berfungsi pada
reaksi tertentu, dan bila tidak ada bahan yang melakukan reaksi maka enzim juga
tidak bekerja. Selain itu enzim yang tersusun dari protein aktivitasnya juga
bergantung pada sifat protein. Protein adalah molekul yang tersusun dari satu
atau lebih asam amino, susunan ini membentuk rantai molekul yang disebut peptide
dan bila banyak asam aminonya disebut polipeptida. Susunan ini membentuk suatu
struktur molekul tertentu, setiap jenis protein memiliki struktur yang khas dan
struktur ini juga berhubungan dengan aktivitasnya. Ada empat jenis struktur

75
yang dapat menjadi ciri khas suatu protein yaitu:
1. Struktur primer yaitu urutan asam amino penyusun protein tersebut, bila
susunan atau jenisnya berbeda berarti struktur primernya berbeda; struktur
primer ini terjadi karena adanya ikatan peptida.
2. Struktur sekunder yaitu struktur yang terbentuk karena adanya ikatan hidrogen
antar bagian protein, contoh struktur sekunder adalah heliks; struktur sekunder
ini dipertahankan oleh ikatan hidrogen.
3. Struktur tersier yaitu susunan tiga dimensi dari struktur heliks, ini terjadi
heliks melipat-lipat lagi; struktur tersier ini dipertahankan oleh adanya
jembatan sulfida.
4. Struktur kuarter yaitu adanya penggabungan beberapa polipeptida
membentuk agregasi molekul; struktur kuarter ini dipertahankan oleh ikatan
hidrogen.
Supaya protein dapat berfungsi dengan baik maka semua struktur itu tidak boleh
berubah atau rusak, rusaknya salah satu struktur dapat menurunkan aktivitasnya, atau
membuatnya menjadi tidak berfungsi atau fungsinya berganti. Susunan asam amino
harus tepat, tetapi ada kalanya penggatian asam amino tidak selalu mengubah
fungsinya sehingga kita mengenal isoenzim yaitu enzim dengan struktur kimia
berbeda tetapi memiliki fungsi yang sama. Bila struktur sekunder dan tersier protein
berubah maka protein ini disebut mengalami denaturasi, dan hal ini menyebabkan
protein tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Ada kalanya setelah mengalami
denaturasi bila kondisinya sesuai, protein dapat memiliki kembali struktur
sekunder dan tersiernya tetapi apakah sama dengan keadaan sebelumnya atau
tidak sangat bergantung pada strukturnya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan protein mengalami denaturasi. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan denaturasi adalah panas. Bila saudara merebus telur atau
menggorengnya maka pemanasan ini akan menyebabkan denaturasi pada
albuminnya yaitu bagian yang putih dari telur, perubahan terjadi dari jernih ke
putih, dan dari cair ke padat. Tentu saja yang berubah tidak hanya albumin tetapi
juga protein-protein lain, hanya saja albumin ini yang mudah kita lihat. Saudara
juga dapat mengamati rusaknya struktur ini pada pembuatan agar-agar. Selain panas,
faktor lain adalah sinar ultra violet, kadar garam, dan larutan asam. Rusaknya protein
akan menyebabkan proses kehidupan terganggu atau berhenti sehingga menyebabkan
kematian, oleh karena itulah faktor-faktor tadi sering digunakan untuk pengawetan

76
bahan makanan yaitu dengan cara merusak struktur protein bakteri perusak atau
pembusuk makanan.

IV. BAHAN
1. larutan ekstrak ragi roti (yeast) 6. Larutan asam cuka
2. larutan sukrosa (disakarida) 1% 7. garam
3. larutan gula (monosakarida) 1% 8. Air biasa
4. larutan amilum (polisakarida) 5% 9. Air panas
5. larutan benedict 10. Es atau air es

V. ALAT
1. tabung reaksi
2. rak tabung reaksi
3. gelas piala
4. pipet
5. penjepit tabung reaksi
6. alat pemanas atau kompor

VI. AKTIVITAS
1. Melakukan uji benedict
2. Membuktikan bahwa reaksi enzimatis dapat berjalan secara optimal pada
kisaran suhu tertentu dan pada kondisi tertentu
3. Mempelajari pengaruh waktu terhadap kerja enzim
4. Mendiskusikan cara kerja faktor-faktor yang dapat menonaktifkan enzim

VII. CARA KERJA


A. Uji benedict
1. Ambil lima tabung reaksi tempatkan pada rak tabung reaksi
a) tabung 1 diisi dengan 10 tetes air
b) tabung 2 diisi dengan 10 tetes sukrosa 1%
c) tabung 3 diisi dengan 10 tetes glukosa 1%
d) tabung 4 diisi dengan 10 tetes amilum 5%
e) tabung 5 diisi dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi

77
2. tambahkan pada masing-masing tabung reaksi 10 tetes larutan benedict, kemudian
kocoklah:
3. masukkan kelima tabung tersebut ke dalam air mendidih selama 5 menit dan
catatlah pada tabung reaksi mana uji benedict positif (warna merah bata)
B. Pengaruh waktu terhadap aktivitas enzim
1. Ambil lima tabung reaksi masing-masing diisi 10 tetes larutan sukrosa 1% dan
kemudian tempatkan pada rak tabung reaksi
2. tabung 1 ditambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi, kemudian langsung
tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih selama 5 menit
(uji benedict)
3. tabung 2 ditambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi, diamkan selama 2 menit,
kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih
selama 5 menit (uji benedict)
4. tabung 3 ditambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi, diamkan selama 5 menit,
kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih
selama 5 menit (uji benedict)
5. tabung 4 ditambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi, diamkan selama 10 menit,
kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih
selama 5 menit (uji benedict)
6. tabung 5 ditambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi, diamkan selama 15 menit,
kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih
selama 5 menit (uji benedict).
Catatlah hasil pengamatan uji benedict ini.

C. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi


1. Ambil lima tabung reaksi masing-masing diisi 10 tetes larutan sukrosa 1% dan
kemudian tempatkan pada rak tabung reaksi dan lakukan :
2. tabung 1 tidak ditambah apa-apa (konsentrasi ragi 0)
3. tabung 2 tambah diisi dengan 5 tetes larutan ekstrak ragi
4. tabung 3 tambah diisi dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi
5. tabung 4 tambah diisi dengan 15 tetes larutan ekstrak ragi
6. tabung 5 tambah diisi dengan 20 tetes larutan ekstrak ragi

78
Biarkan kelima tabung tersebut pada suhu kamar selama 10 menit, setelah 10 menit
kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih selama 5
menit (uji benedict). Amati dan catatlah hasilnya.

D. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.


1. Ambil tiga tabung reaksi masing-masing diisi 10 tetes larutan sukrosa 1% dan
kemudian lakukan kegiatan sebagai berikut :
2. tabung 1 ditempatkan dalam wadah berisi air es, catatlah suhu air es pada wadah
tersebut, biarkan selama 10 menit kemudian tambah 10 tetes ekstrak ragi.
3. tabung 2 ditempatkan dalam suhu kamar di rak tabung reaksi, catatlah suhu kamar
tersebut, biarkan selama 10 menit kemudian tambah 10 tetes ekstrak ragi.
4. tabung 3 ditempatkan dalam wadah berisi air panas (lebih dari 70° C) catatlah
suhu air panas pada wadah tersebut, biarkan selama 10 menit kemudian tambah 10
tetes ekstrak ragi
Setelah itu ketiga tabung reaksi tersebut tambahkan dengan 10 tetes benedict, kocok dan
panaskan di air mendidih selama 5 menit (uji benedict). Amati dan catatlah hasilnya.

E. Pengaruh zat asam dan garam terhadap enzim.


1. Ambil lima tabung reaksi masing-masing diisi 10 tetes larutan sukrosa 1% dan
kemudian tempatkan pada rak tabung reaksi dan lakukan :
2. tabung 1 tambah dengan 10 tetes larutan ekstrak ragi
3. tabung 2 tambah dengan 10 tetes air garam 1% dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
4. tabung 3 tambah dengan 10 tetes air garam 10% dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
5. tabung 4 tambah dengan 5 tetes cuka dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
6. tabung 5 tambah dengan 10 tetes cuka dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
Diamkan (inkubasi) selama 10 menit. Kemudian tambahkan 10 tetes benedict, kocok dan
panaskan di air mendidih selama 5 menit (uji benedict). Amati dan catatlah hasilnya.

F. Spesifikasi enzim
Ambil tiga tabung reaksi tempatkan pada rak tabung reaksi

1. tabung 1 diisi dengan 10 tetes sukrosa dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
2. tabung 2 diisi dengan 10 tetes glukosa dan 10 tetes larutan ekstrak ragi
3. tabung 3 diisi dengan 10 tetes larutan amilum dan l0 tetes larutan ekstrak ragi

79
Biarkan ketiga tabung tersebut pada suhu kamar selama 10 menit, kemudian tambahkan
10 tetes benedict, kocok dan panaskan di air mendidih selama 5 menit (uji benedict).
Amati dan catatlah hasilnya.

VIII. HASIL PENGAMATAN


A. Uji benedict
No.Tabung Zat yang dicoba Hasil reaksi uji Benedict
1 10 tetes air
2 10 tetes sukrosa 1%
3 10 tetes glukosa 1%
4 10 tetes amilum 5%
5 10 tetes akstrak ragi

B. Pengaruh waktu terhadap aktivitas enzim


No.Tabung Waktu inkubasi Hasil reaksi uji Benedict
1 0 menit
2 2 menit
3 5 menit
4 10 menit
5 15 menit

C. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap kecepatan reaksi


No.Tabung Konsentrasi akstrak ragi Hasil reaksi uji Benedict
1 0 tetes
2 5 tetes
3 10 tetes
4 15 tetes
5 20 tetes

80
D. Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
No.Tabung Suhu tabung Hasil reaksi uji Benedict
1 0 C
2 Suhu kamar
3 100 C

E. Pengaruh zat asam dan garam terhadap enzim.


No.Tabung Isi tabung Hasil reaksi uji Benedict
1 10 tetes ekstrak ragi
2 10 tetes ekstrak ragi + 10 tetes garam 1%
3 10 tetes ekstrak ragi + 10 tetes garam 10%
4 10 tetes ekstrak ragi + 5 tetes cuka
5 10 tetes ekstrak ragi + 10 tetes cuka

F. Spesifikasi enzim
No.Tabung Isi tabung ( substrat ) Hasil reaksi uji Benedict
1 10 tetes sukrosa + 10 tetes ekstrak ragi
2 10 tetes glukosa + 10 tetes ekstrak ragi
3 10 tetes amilum + 10 tetes ekstrak ragi

IX. DISKUSI
a. Mengapa reaksi enzimatis hanya berjalan optimal pada kondisi suhu tertentu
dan keadaan tertentu pula?
b. Jelaskan pengaruh waktu terhadap aktivitas kerja enzim?
c. Bagaimanakah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang berperan
menonaktifkan kerja enzim?
d. Apa yang menjadi alasan untuk mengatakan bahwa enzim adalah protein ?

X. KESIMPULAN

81
ACARA X
BIODIVERSITAS TUMBUHAN DAN HEWAN

I. TUJUAN
1. Mengenal dasar-dasar pembuatan kunci identifikasi sistem dikotomi
2. Mengenal bermacam-macam karakter morfologi tumbuhan dan hewan
3. Melatih mengelompokkan organisme berdasar pada karakter morfologi

II. KOMPETENSI
1. Dapat membuat kunci identifikasi sistem dikotomi
2. Dapat mengelompok tumbuhan dan hewan berdasarkan karakter morfologi

III. DASAR TEORI


Pengelompokan beberapa individu menjadi satu kelompok, atau membaginya
menjadi beberapa kelompok tentulah berdasar kesamaan dan perbedaannya.
Kesamaan digunakan bila ingin menjadikannya satu kelompok sedang perbedaan
diperhatikan bila ingin membagi menjadi beberapa kelompok. Beberapa individu
yang memiliki kesamaan tanda atau ciri akan dijadikan satu kelompok, sedang bila
memiliki tanda yang berbeda maka akan dipisahkan. Ini berarti tanda atau ciri
pembeda, atau tanda yang menyamakan menjadi sangat penting dalam
mengelompokkan organisme. Tanda pengenal ini dinamakan karakter. Bila tanda
atau ciri yang dapat membedakan dengan kelompok lain dan sekaligus menjadi
semacam pengenal untuk anggota kelompok yang sama disebut karakter
taksonomi. Karakter yang dapat digunakan sebagai pengenal takson tersebut kalau
pada tumbuhan berbunga misalnya adalah habitus, bentuk daun, bunga dan bagian-
bagiannya, dan lain-lain. Dan apabila suatu karakter bersifat khas pada organisme
tersebut dan tidak dijumpai pada kelompok lain dinamakan karakteristik organisme
tersebut. Jadi karakteristik adalah ciri khas suatu organisme. Baik karakter maupun
karakteristik tidak harus sebanding.
Karakter suatu takson mungkin sama dan mungkin juga berbeda dengan
karakter yang dimiliki takson lain. Misalnya karakter tentang daun, ada takson yang
memiliki tepi daun rata ada pula yang tepi daunnya tidak rata misalnya bergerigi
atau berombak. Dalam hal ini karakter daun memiliki dua pernyataan atau dua
karakteristik yaitu tepi rata, dan lainnya tepi tidak rata. Banyak tanaman yang

82
memiliki tepi daun rata, demikian juga yang tepi daunnya tidak rata tidak hanya satu
jenis saja. Selain karakteristik tepi, daun juga memiliki karakteristik lain yaitu
bentuk, pertulangan, permukaan, dan lain lain. Dengan banyaknya karakter pada
daun yang dapat diperhatikan maka kita dapat menyebut karakter dengan lebih rinci
misalnya karakter tepi daun, karakter permukaan daun, karakter pertulangan daun,
dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa dari satu organ dapat dimunculkan
lebih dari satu karakter.
Mayr (1969) membagi karakter taksonomi menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
1. Karakter morfologi
a. morfologi luar
b. struktur khusus, misalnya alat genital
c. morfologi dalam atau anatomi
d. embriologi
e. kariologi, dan perbedaan sitologi lainnya
2. Karakter fisiologi
a. faktor metabolik
b. serologi, protein, dan perbedaan biokimia lainnya
c. sekresi tubuh
d. faktor sterilitas genetik
3. Karakter ekologi
a. habitat dan hospes
b. makanan
c. variasi musiman
d. parasit
e. reaksi hospes
4. Karakter etologi
a. ritual perkawinan dan mekanisme isolasi etologi lainnya
b. pola perilaku lainnya
5. Karakter geografi
a. pola distribusi secara umum
b. hubungan populasi simpatrik dan alopatrik
Salah satu tujuan menyusun klasifikasi adalah memberikan gambaran asal usul
atau filogeni suatu takson. Berdasarkan hal ini maka anggota satu takson harus
memiliki kesamaan karena geneologi, setidaknya lebih besar kesamaanya apabila

83
dihubungkan dengan anggota kelompok lain. Oleh karena itu karakter yang
digunakan dalam menyusun klasifikasi adalah karakter geneologi. Mayr (1969)
menyebutkan dua fungsi utama dari karakter taksonomi, yaitu:
1) sebagai alat diagnosis, ini karena sifatnya yang khas sehingga dapat digunakan
untuk membedakan dengan anggota takson atau kelompok lain;
2) sebagai petunjuk hubungan kekerabatan, ini untuk karakter yang bersifat
homolog, dengan sifat ini sangat berguna dalam pengkajian takson tingkat atas.

I.A. Thallophyta
Thallophyta bukan suatu nama takson karena itu dapat dialih bahasakan
menjadi talofita.Thallophyta atau talofita adalah nama sekelompok tumbuhan dan
alga yang meli-puti beberapa filum atau divisi. Kata thallophyta sendiri memiliki
arti tumbuhan ber-thallus, yaitu badan tumbuhan yang belum dapat dibedakan
antara akar, batang, dan daun. Thallus dimiliki oleh golongan lumut, alga, dan
jamur. Selain itu talofita dibedakan dari kelompok lain dalam Regnum Plantae
karena tidak memiliki jaringan pengangkut yang berlignin, oleh karena itu talofita
juga disebut tumbuhan tidak berpembuluh. Jamur dibedakan dari alga dan lumut
karena berbeda dalam cara mendapatkan nutrisinya, sedang lumut dan alga berbeda
dalam dua hal utama yaitu kebanyakan alga merupakan organisme uniseluler
walaupun ada yang multi seluler sedang semua lumut merupakan organisme
multiseluler, selain itu yang lebih penting adalah terbentuknya organ reproduksi.
Pada lumut, organ reproduksi betina berbentuk botol dan menghasilkan ovum yang
diselubungi oleh selapis sel steril sedang pada alga tidak.
Lumut dahulu dimasukkan dalam Regnum Plantae dengan takson setingkat
kelas yaitu kelas Bryophyta, kemudian menjadi filum sendiri yaitu filum Bryophyta
dengan tiga kelas yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk. Tetapi ternyata
filum ini bersifat po-lifiletik oleh karena itu masing-masing kelas dijadikan filum
tersendiri yaitu Hepatophyta (lumut hati), Anthocerophyta (lumut tanduk), dan
Bryophyta (lumut daun).
Tumbuhan bertalus berbeda dengan kelompok tumbuhan lainnya yang disebut
trakeofita, karena pada tumbuhan talofita generasi yang dominan adalah gametofit,
sedang kehidupan generasi sporofitnya bergantung pada gametofit. Gametofit
menghasilkan gamet jantan (sperma) berflagela dua. Selain itu karena pada
tumbuhan talofita belum ada diferensiasi sel, maka pada tumbuhan talofita ini tidak

84
dapat dijumpai jaringan pembuluh, akar, batang, dan daun sebagaimana pada
tumbuhan trakeofita. Beberapa kesamaan antara tumbuhan talofita dengan
tumbuhan trakeofita adalah kloroplast yang dibungkus dua lapis membran dan zigot
atau embrio berada dalam suatu struktur yang tersusun dari lapisan sel-sel steril.
Gametofit dewasa lumut daun (Bryophyta) memiliki struktur seperti daun,
bercabang dengan 3 – 5 baris.
KARAKTERISTIK TAKSONOMI TALOFITA
Karena talofita ada yang termasuk golongan tumbuhan dan ada yang termasuk
golongan alga maka karakternya menjadi tidak bersifat khusus, kecuali tidak adanya
akar, batang, dan daun yang sesungguhnya. Kita perhatikan dahulu karakter talofita
tumbuhan. Talofita adalah tumbuhan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
 Tubuh tersusun dari banyak sel (multicellular)
 Sel penyusun tubuhnya berdinding
 Berklorofil
 Alat reproduksi betina berbentuk seperti botol disebut arkhegonium
(archegonium, jamak: archegonia).
 Sel telur (ovum) diselubungi oleh lapisan sel steril.
 Tidak memiliki akar, batang, dan daun yang sebenarnya.
 Tidak memiliki jaringan pengangkut.
 Stadium yang dominan adalah stadium gametofit bersifat haploid
I.B. Pterydophyta
Pterydophyta selalu merupakan bagian yang penting dalam suatu vegetasi tetapi
jarang mendominasi, kecuali di habitat tertentu. Pteryodophyta merupakan
tumbuhan yang kita kenal sebagai paku-pakuan, sehingga sering disebut paku sejati.
Tumbuhan ini kebanyakan hidup di bawah naungan pohon lain atau sebagai epifit,
berukuran mulai dari beberapa sentimeter sampai setinggi beberapa meter. Selain
Salviniales, semua Pterydophyta memiliki habitus sangat mirip dan mudah dikenal.
Semua Pterydophyta memiliki daun megafil, megafil ini dapat digunakan untuk
membedakan antar sesama Pterydophyta maupun dengan paku-pakuan lainnya.
Berdasar perkembangan sporangiumnya Pterydophyta dibagi dua kelompok yaitu
Eusporangia dan Leptosporangia. Pada eusporangia spora dihasil-kan atau berasal
dari banyak sel epidermis, sedang pada leptosporangia, spora berasal dari satu sel
epidermis yang kemudian membentuk sporangium bertangkai. Eusporangia meli-

85
puti dua ordo yang keduanya bersifat homospora yaitu Ophioglossales dan
Marattiales. Leptosporangia meliputi tiga ordo yaitu Filicales, bersifat homospora,
dan Marsileales serta Salviniales yang keduanya bersifat heterospora.
I.C. Coniferophyta
Coniferophyta merupakan tanaman yang penting baik secara ekologi maupun
ekonomi. Ada dua ordo yang masih lestari yaitu Pinales (Coniferales) dan Taxales.
Coniferophyta merupakan tumbuhan yang dominan di belahan bumi sebelah utara,
dan di beberapa hutan di daerah lain terutama dataran tinggi. Tumbuhan ini bersifat
hijau sepanjang tahun (evergreens), sekarang banyak dibudidayakan terutama untuk
menghasilkan kayu yang akan diolah menjadi kertas.
I.D. Gnetophyta
Hanya ada tiga genera yang masih lestari dari filum Gnetophyta yaitu Gnetum
(Gnetales), Ephedra (Ephedrales), dan Wilwetschia (Wilwetschiales). Ketiganya
menunjukkan ciri morfologi yang sangat berbeda karena adaptasi terhadap habitat
yang berbeda. Gnetum meliputi sekitar 30 jenis pohon di daerah tropis, daun mirip
daun dikotil, biji tersusun dalam rangkaian mirip buah kopi walaupun bentuknya
sangat berbeda. Ephedra meliputi 35 jenis semak yang banyak cabangnya, dengan
daun yang seperti sisik, sepintas tampak seperti pinus yang dibonsai; habitatnya di
daerah kering sampai agak basah di seluruh dunia. Wilwetschia hanya ada satu jenis,
tumbuhan ini hanya ditemukan di daerah padang pasir Afrika dan sangat beradaptasi
terhadap habitat padang pasir yang sangat kering; hanya memiliki dua helai daun
yang dapat tumbuh terus, helai daun ini sering robek karena tiupan angin, dan bila
robek sampai bagian pangkal memberi kesan memiliki banyak helai daun yang
bentuknya seperti selendang.
I.E. Magnoliophyta
Merupakan kelompok tumbuhan yang paling mudah dikenal dan dijumpai, meliputi
ratusan ribu jenis yang sangat bervariasi sehingga penggambaran secara morofologi
sangat sukar. Magnoliophyta adalah divisi yang mempunyai dua kelas, yaitu
Magnoliopsida dan Liliopsida. Kelas Magnoliopsida adalah tumbuhan dikotil dan
Kelas Liliopsida adalah tumbuhan monokotil.

86
Dalam menyusun klasifikasi suatu spesies hewan, dikenal beberapa kategori takson.
Kategori tertinggi adalah regnum atau dunia, sedang terendah adalah subspesies atau anak
jenis. Di bawah anak jenis memang dikenal ada varietas tetapi ini tidak termasuk yang
diatur dalam tatanama hewan.
Beberapa kategori takson tertentu (yang setingkat) karena memiliki persamaan
dikelompokkan ke dalam grup-grup atau kategori takson baru yang disebut Serie, Cohort,
Tribus, Secti (tergantung kategori taksonnya, tetapi kategori takson baru ini belum diatur
dengan jelas. Seri adalah kategori antara ordo dan kelas, misal Seri Percomorpha (Nelson,
1976) antara lain meliputi Lamppridiformes, Beryciformes, dan lain-lain. Tribus
posisinya terletak antara kategori takson familia dan genus dan bila digunakan diakhiri
dengan akhiran –ini, misalnya subfamilia Scombrinae (Scombridae) menurut Nelson
(1976) memiliki antara lain Tribus Scombrini (jenis-jenis mecerel) dan Thunnini
(meliputi bonito dan tuna). Sectio menurut ICZN edisi 3 bila digunakan dianggap setara
dengan subgenus tetapi ada penulis yang menggunakannya diantara ordo dan familia,
misalnya Dai dan Yang (1991). Cohort biasanya digunakan oleh para ahli paleontology
dan terletak antara kategori takson kelas dan ordo.
Tidak semua spesies dalam klasifikasi memiliki kategori takson yang didahului
awalan super, sub, ataupun infra. Karena itu dalam praktikum ini klasifikasi yang harus
ditulis adalah sebagai berikut :

Phylum (Filum) :
Subphylum (Subfilum) :
Classis (Kelas) :
Ordo (Bangsa) :
Familia (Keluarga) :
Genus (Maraga) :
Species (Jenis) :

Dalam menuliskan takson-takson tersebut di atas saudara boleh memilih


menggunakan bahasa Latin atau bahasa Indonesia tetapi jangan campuran. Untuk nama
ordo diakhiri kata –iformes (contoh : Ciconiiformes), tetapi kenyataannya belum semua
ordo diubah mengikuti peraturan itu. Nama familia diberi akhiran –idea sedang
subfamilia akhirannya –inae (contoh : Ranidae; Raninae), semua kategori takson ini (dari
filum Chordata) sudah disesuaikan. Nama familia dan nama genus selalu dimulai dengan

87
huruf besar (capital) dan diikuti huruf kecil, misalnya Chelonia. Nama spesies atau jenis
terdiri dari dua kata yaitu nama genus dan nama spesifik, misalnya Chelonia mydas,
Chelonia adalah nama genus sedangkan mydas adalah nama spesifik. Nama spesifik
ditulis dengan huruf kecil semua. Baik nama genus maupun nama spesies bila dicetak
seharusnya menggunakan huruf miring (italic) tetapi bila tidak memungkinkan atau bila
ditulis tangan maka nama-nama tersebut digaris bawah (contoh : Padda oryzivora ;
Chelodina novae-guineae atau Padda oryzivora ; Chelodina novae-guineae).

I. ANNELIDA
Anggota filum Annelida adalah cacing atau hewan dengan bentuk tubuh seperti
cacing yang tubuhnya mengalami metameri. Metameri ini merupakan ciri khas
Annelida, struktur materi primer membagi rongga tubuh menjadi beberapa bagian. Di
setiap segmen terdapat seta. Filum Annelida di bagi menjadi tiga kelas, yaitu
Polychaeta, Oligochaeta, dan Hirudinea. Oligochaeta terdiri atas lebih dari 3.100
jenis, merupakan annelida yang meliputi cacing tanah dan beberapa spesies yang
apex
hidup di perairan tawar. Ada yang menggali lubang ada yang tidak. Metameri
berkembang baik, parapodia tidak ada, prostomium biasanya kesil, pada beberapa
genera prostomium itu berbeda dengan peristomium (gambar 17), tetapi sukar
dibedakan karena berfusi. Jumlah seta perbundel 1-25, tetapi pada umumnya
jumlahnya lebih sedikit dari Polychaeta, sehingga disebut Oligochaeta artinya sedikit
seta.

II. MOLLUSCA
Filum Mollusca merupakan filum yang beranggotakan lebih dari 10.000 spesies
yang telah dideskripsi. Hewan ini dapat ditemukan dilaut, perairan air tawar, maupun
tanah atau darat. Ciri khas filum ini adalah memiliki kaki otot, cangkang, dari kalsium
yang disekresikan oleh lapisan integumen yang disebut mantel. Memiliki alat makan
berupa gigi parut yang disebut radula. Mollusca bersifat dioeocious danmemiliki
sepasang gonad. Mollusca dibagi menjadi 7 kelas (Barnes, 1980) yaitu: Gastropoda,
Monoplacophora, Polyplacophora, Aplacophora, Bivalvia, Scaphopoda, dan
Chepalopoda. Dari ketujuh kelas tersebut, dalam acara praktikum kali ini hanya akan
diamati wakil dari empat kelas, yaitu kelas Gastropoda, Polyplacophora, Bivalvia,
dan Cephalopoda, karena keempat kelas inilah yang mudah ditemui di sekitar kita.
Gastropoda yang sekarang masih lestari memiliki cangkang spiral yang asimetri. Pada

88
cangkang ini kadang-kadang dapat ditemui berbagi ornamen, tetapi adapula yang
bentuknya masih sederhana (gambar 1). Ornamen dan garis-garis yang ada pada
Gastropoda penting unutk identifikasi. Adapun arah putaran jarang digunakan sebagi
ciri taksonomi, sebab ada spesies tertentu misalnya Lymnaea yang memiliki putaran
kekiri maupun kekanan, yang sifatnya ditentukan oleh gen ekstra-kromosom.
Kebanyakan Gastropoda bergerak dengan menggunakan kontraksi otot yang terdapat
pada permukaan ventralnya. Silia penting untuk pergerakan bagi yang masih muda
(juvenil)dan yang hidup dipermukaan yang halus. Contoh dari kelas ini adalah
Achatina (bekicot), Murex.(hidup di laut).

Gambar 1 . berbagai bentuk cangkang gastropoda dan bagian-bagiannya,


a; tanpa ornamen dan b; dengan ornamen

III. ARTROPODA
Arthropoda adalah kelompok hewan dengan ciri-ciri eksoskeleton tersusun dari
bahan berkitin dan anggota tubuhnya berbuku-buku. Termasuk dalam kelompok ini
adalah serangga, lipan, kalajengking, kepiting, laba-laba dan sebagainya. Pendapat
lama menganggap Arthropoda sebagai filum dengan dua sub filum yaitu Chelicerata
dan Mandibulata. Chelicerta adalah arthropoda yang appendages postoral
pertamanya berubah menjadi alat makan yang di sebut chelicera, termasuk dalam
kelompok ini adalah mimi, laba-laba, tungau, kalajengking, mandibulata adalah
arthrophoda yang appendages postoral pertamanya berubah menjadi mandibulata,
termasuk kelompok ini adalah serangga, uadang, kepiting, keluwing, dan kelabang.
Pada zaman sekarang pada umumnya para ahli zoologi telah sepakat bahwa
mandibulata bukan merupakan kelompok alamiah, mandibulata tersusun dari
kelompok-kelompok hewan yang tidak saling memiliki hubungan atau hubungannya

89
sangat jauh. Dengan demikian arthropoda tidak lagi tersusun dari dua subfilum
melainkan setidaknya ada empat takson besar yaitu Trilobitomorpha, Chelicerata,
Crustacea, dan Uniramia. Trilobitomorpha merupakan takson yang sudah punah
sedang tiga lainnya masih lestari. Uniramia meliputi serangga, kelabang, keluwing,
dan beberapa kelompok lain seperti Symphyla dan Pauropoda.
Uniramia berbeda dengan tiga kelompok lainnya karena tampaknya berevolusi di
darat, appendagesnya tidak bercabang (uniramous) dan ini bukan hasil
perkembangan dari tungkai bercabang. Mungkin juga masing-masing dari empat
kelompok tersebut diatas berkembang dari nenek moyang yang berbeda, berevolusi
secara konvergen. Dugaan ini didukung oleh bukti-bukti embriologi, sehingga ada
yang beranggapan bahwa takson masing-masing kelompok adalah filum, dan
Arthrophoda adalah super filum. Tetapi yang jelas menurut klasifikasi sekarang
kedudukan keempat kelompok tersebut setidaknya sederajat dengan subfilum.
Eksoskeleton
Salah satu karakter arthropoda yang sangat khas dan mempengaruhi karakter lain
adalah adanya eksoskeleton dari bahan kitin atau kutikula yang menutupi seluruh
badannya. Tetapi gerakan masih dapat terjadi karena kutikula tersebut terbagi-bagi
menjadi beberapa kepingan. Masing-masing kepingan dihubungkan oleh membran
persendian, dibagian ini lapisan kutikulanya sangat tipis. Pada dasarnya setiap segmen
kutikula tersusun menjadi empat keping utama yaitu satu tergum di bagian dorsal,
dua pleura di bagian lateral, dan satu sternum di bagian ventral. Tetapi pola ini
sering kali tidak tampak karena adanya fusi sekunder ataupun adanya pembagian lagi
(subdivisi) pada masing-masing bagian. Eksoskeleton pada appendages terbagi
menjadi segmen tubuler dan sebagaimana pada bagian badan masing-masing segmen
dihubungkan oleh nenbran persendian, keadaan inilah yang menjadi dasar nama
arthropoda yang berarti kaki yang bersendi. Arthropoda juga memiliki endoskeleton
yang asalnya adalah lipatan kearah dalam dari prokutikula. Skeleton arthropoda
berasal dari sekresi lapisan di bawah kulit.

90
Perbandingan bagian-bagian tubuh diantara ketiga subfilum, Chelicerata,
Crustacea, dan Uniramia
Subfilum
Karakter morfologi
Chelicerata Crustacea Uniramia
Struktur tubuh Cephal (kepala) Berfusi Berfusi Jelas
Thorax (dada) Berfusi Berfusi Jelas
Cephalothorax Ada Ada Tidak ada
Abdomen Jelas Jelas Jelas
Appendages Sifat appendages Uniramous Biramous Uniramous
Antena Tidak ada Ada Ada
Segmen Pertama Chelicera Antena 1 Mandibula
Segmen Kedua Pedipalpus Antena II Antena
Alat Nafas Book gill/trachea Insang trachea

Appendages
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa Arthropoda tersusun dari kelompok-
kelompok polifiletik yaitu subfilum Trilobitomorpha, subfilum Chelicerata, subfilum
Crustacea, dan dan subfilum Uniramia. Subfilum Trilobitomorpha sudah punah dan
tidak akan digunakan dalam praktikum ini. Ketiga subfilum lainnya dapat dibedakan
dari struktur tubuh, dan Appendagesnya. Ringkasan dapat dilihat pada tabel di atas.

IV. CHORDATA
Pada filum ini terlihat adanya keanekaragaman bentuk, fisiologi dan kebiasaan
hidupnya. Ada tiga struktur dasar yang membedakan Chordata dengan filum-
filum lainnya. Ketiga struktur dasar tersebut adalah :
1. Chorda dorsalis, yaitu suatu bangunan memanjang disebelah dorsal biasanya
berupa notochord. Pada bentuk yang primitive seperti pada Hemichordata chorda
dorsalis belum jelas, tetapi pada subflum ini ada tonjolan endodermis di bagian
dorsal tractus digestivus. Tonjolan ini memanjang ke arah anterior. Pada Craniata
biasanya notochord sudah diganti dengan columna vertebralis sehingga Craniata
disebut juga Vertebrata.
2. Celah insang (appertura branchialis). Pada masa embrio pharynx hewan yang
termasuk filum ini berlubang-lubang disebelah kiri dan kanannya. Pada

91
kebanyakan Vertebrata air diantara celah tersebut terdapat insang. Dalam
perkembangan embrio selanjutnya, celah tersebut ada yang lestari ada pula yang
menutup.
3. Sistem saraf pusatv terletak disebelah dorsal, di dalamnya ada rongga yang
disebut neurocoela. Pada bentuk yang lanjut (evolusinya) dibagian anterior ada
otak yang berkembang baik.

Filum Chordata dibagi menjadi 4 subfilum yaitu : Hemichordata, Urochordata,


Cephalochordata dan Vertebrata. Pada praktikum ini semua hewan yang digunakan
termasuk kedalam subfilum Vertebrata ditambah satu takson dari subfilum
Cephalochordata untuk menunjukkan cirri-ciri filum Chordata. Subfilum Vertebrata
dibagi menjadi dua superclassis yaitu AgnatHa dan Gnatostomata.
1. AGNATHA
Tanda-tandanya antara lain :
- tidak memiliki rahang
- tidak memiliki sirip pelvis
- insang tertutup oleh endodermis
- centra vertebra tidak pernah ada (hanya notochord)
- canalis semicircularis ada dua (kecuali pada Myxiniformes)
Superclassis Agnatha terdiri atas dua kelas yaitu Cephalospidomorphi dan
Pteraspidomorphi. Contoh : Petromyzon marinus
2. GNATHOSTOMATA
Tanda-tandanya antara lain :
- memiliki rahang
- biasanya ada anggota badan yang berpasangan
- insang (bila ada) tertutup oleh ektodermis
- centra vertebra biasanya ada
- canalis semicircularis ada tiga

92
Gambar 1. Dua dari 5 tanda Gnathostomata.
1a. Gambaran vertebra dari Galeorhinus galeus; centrum, n.a. : arcus neuralis, h.a. :
arcus haemalis (Ferreira dan Vooren, 1991). 1b. Gambaran canalis semicircularis;
ca: canal anterior; cp: canal posterior; ce: canal horizontal (Maeshall, Parker, dan
Haswell, 1978, hal : 145). Centra vertebra atau disebut juga centrum adalah bagian
utama dari tulang vertebra (Gambar 1a.). dari centrum ini muncul lanjutan yang
membentuk arcus haemalis disebelah ventral. Pada masing-masing bagian tersebut
ada lanjutan lagi yang berupa spinna dan bagian-bagian dari tulang vertebra tersebut
berbeda antar kelas.
Canalis semicircularis (Gambar 1b) adalah suatu sistem saluran yang membentuk
setengah lingkaran pasa sacculus yaitu suatu bagian di telinga dalam. Sistem ini
berfungsi dalam member tanggapan terhadap grafitasi untuk menjaga keseimbangan.
Superclassis Gnathostomata dibagi menjadi dua kelompok yaitu : Pisces dan
Tetrapoda.
1. Pisces, terdiri atas classis Placodermi (Sudah Punah)
Chondrychthyes
Acanthodii (Sudah punah)
Ostheichtyes

Placodermi dan Chondrychthyes dimasukkan dalam satu kelompok (grade)


Elasmobranchiomorphi, sedangkan Acanthodii dan Ostheichtyes dalam kelompok
Teleostomi.

93
Kata Pisces sering digunakan untuk menamakan kelompok hewan yang
termasuk ikan atau Vertebrata lain yang seperti ikan (Agnatha). Sekarang nama
tersebut lebih sering untuk menyebut sebagian dari Gnathostomata, ada yang
menganggap sebagai nama kelompok biasa ada pula yang menganggap sebagai salah
satu superclassis (Superclassis lannya adalah Tetrapoda).
Dalam petunjuk ini yang dimaksudkan dengan Pisces adalah Gnathostomata
yang hidup di air, memiliki insang, anggota badan berpasangan berupa sirip,
kepala melekat pada badan dan tidak dapat bergerak bebas; lubang hidung
sebelah dalam biasanya tidak ada; lidah, bila ada di dasar mulut dan tidak
dapat bergerak bebas. Ada dua kelas yang tergolong Pisces dan masih lestari yaitu
Chondrichtyes dan Ostheichtyes. Tubuh Pisces dapat dibagi menjadi kepala, badan,
dan ekor. Tetapi batas ketiga bagian tersebut tidak terlalu jelas.
2. Tetrapoda, terdiri atas classis Amphibia
Reptilia
Aves
Mammalia

Tetrapoda adalah Vertebrata yang pada umumnya memiliki empat tungkai


(anggota badan), dan alat pernafasan yang utama biasanya adalah paru-paru.
Tetapi pada anggota Tetrapoda yang tungkainya telah mereduksi sebagian hanya
memiliki satu pasang tungkai atau bahkan sama sekali tidak memiliki tungkai sama
sekali, selain itu ada juga yang tungkainya mengalami modifkasi untuk pergerakan di
air. Beberapa anggota Tetrapoda ada yang tetap bernafas dengan insang sampai usia
reproduksi (masak kelamin). Ada empat kelas tergolong Tetrapoda yaitu : Amphibia,
Reptilia, Aves, dan Mammalia. Tubuh Tetrapoda juga terbagi atas kepala, badan dan
ekor. Antara kepala dan badan biasanya terdapat leher yang jelas. Pada Tetrapoda
yang disebut ekor adalah bagian tubuh di belakng anus.

94
IV. BAHAN
1. Tumbuhan lumut daun (Bryophyta)
2. Tumbuhan paku
3. Tumbuhan Gymnospermae
4. Tumbuhan dikotil
5. Tumbuhan monokotil
6. Cacing tanah (Megascolex),
7. Jangkrik
8. Kepiting
9. Ikan
10. Katak

V. ALAT
1. Bak plastic
2. Alat tulis
3. Pinset
4. Cawan Petri

VI. CARA KERJA


Morfologi Tumbuhan
1. Tiap kelompok kerja, ambillah lima spesimen
2. Kemudian buatlah daftar karakter yang akan digunakan untuk mengelompokkan
lima spesimen tersebut seperti berikut atau membuat sendiri berdasarkan
karakter morfologinya.
a) tubuh tumbuhan : talus (thallus) atau kormus (cormus)
b) akar : tunggang atau serabut
c) bentuk daun : pita, jantung atau ginjal
d) tulang daun : sejajar, menyirip, atau menjari
e) pelepah daun : daun berpelepah atau tidak berpelepah
f) Organ reproduksi: strobilus atau bunga.
g) Kelipatan bunga : 3 dan 4 atau 5jenis daun: mikrofil atau megafil
h) Jenis daun : tunggal atau majemuk

95
3. Kemudian carilah persamaan dan perbedaan karakter-karakter yang dimiliki
spesimen, dan susunlah perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dua-dua
kelompok dari kelompok terbesar sampai kelompok terkecil (sistem dikotomi).
4. Kemudian sertailah dengan nama masing-masing tumbuhan, dan buatlah kunci
identifikasi sederhana.

Berikut ini merupakan contoh tabel dikotomi untuk tumbuhan


Jenis tumbuhan Kembang
No Lumut Paku Pinus Bambu
Karakter sepatu
Tubuh Thalus v
1
Tumbuhan Kormus v v v v
Tunggang v v
2 Akar
Serabut v v
Pita v
3 Bentuk daun
Jantung v
sejajar v
4 Tulang daun
Menyirip v v
Ada v
5 Pelepah daun
Tidak v v
Tunggal v v v
6 Jenis daun
Majemuk v
Organ Strobilus v
7
reproduksi Bunga v v
Jumlah 3 v
8 kelipatan v
4 atau 5
bunga

Thalus Lumut
Ada pelepah Bambu
daun
Akar serabut
Tumbuhan

Tidak ada
pelepah daun Paku
Kormus

Organ
Reproduksi Pinus
strobilus

Akar
tunggang

Organ
Reproduksi Kembang
Bunga sepatu

96
Kunci Identifikasi Tumbuhan
1.a. Bentuk tubuh tidak mempunyai akar, batang dan daun sejati….……………….Lumut
b. Bentuk tubuh tumbuhan lainnya……………………………………………..... 2
2.a. Bentuk akar serabut…………………….………………………………………. 3
b. Bentuk akar lainnya……………………………………………………………. 4
3.a. Ada pelepah daun……………………………………………………...………. Bambu
b. Tidak ada pelepah daun……………………..…………………………….….. Paku
4.a. Organ reproduksi bunga………………………………………….….. Kembang sepatu
b. Organ reproduksi strobilus …………………………………………. Pinus

Morfologi Hewan
a. Tiap kelompok mengambil spesimen yang sudah disediakan
b. Mengamati dan menggambar morfologi dan struktur tubuh preparat Cacing
tanah (Megascolex), Jangkrik, Kepiting, Ikan, Katak
c. Kemudian carilah persamaan dan perbedaan karakter-karakter yang dimiliki
spesimen, dan susunlah perbedaan-perbedaan tersebut menjadi dua-dua
kelompok dari kelompok terbesar sampai kelompok terkecil (sistem dikotomi).
d. Kemudian sertailah dengan nama masing-masing tumbuhan, dan buatlah kunci
determinasi.
Memiliki rangka luar Arthropoda

Invertebrata

Tidak memiliki
Cacing
rangka luar
Hewan II.
Menyusui Mammalia

Vertebrata Tubuh ditutupi Burung


bulu

Tidak Bergerak Ikan


menyusui dengan sirip

Tubuh tidak
ditutupi bulu
Bergerak dengan
extrimitas Reptil

97
Kunci Identifikasi Hewan
1.a. Bertulang belakang….…………………………………………………..……………2
b. tidak bertulang belakang…………………………………………………………..... 6
2.a. menyusui anaknya…………………….…………………………...………. Mammalia
b. tidak menyusui anaknya……………………………………………………………. 3
3.a. tubuh ditutupi bulu………………………...…………………………………. Burung
b. tubuh tidak ditutupi bulu………………..……………………………………….….. 4
4.a. bergerak dengan sirip…………………………………………………..…….….. Ikan
b. tidak bergerak dengan sirip ………………………………...………………………. 5
5.a. kulit selalu basah………………………………………………………….....Amphibia
b. kulit tidak selalu basah bersisik…………………………………………………Reptil
6.a. memiliki rangka luar…………………………………………………...…..Arthropoda
b. tidak memiliki rangka luar……………………………………………………...cacing

VII. HASIL KERJA

VIII. KESIMPULAN

98
ACARA XI
ANATOMI HEWAN
( Fejervarya cancrivora )

I. TUJUAN
1. Menyebutkan bagian-bagian luar tubuh katak jantan/betina.
2. Menyebutkan struktur anatomi tubuh hewan.
3. Menjelaskan letak organ dari berbagai sistem organ tubuh hewan.

II. KOMPETENSI
1. Dapat menjelaskan adanya adaptasi alat gerak terhadap habitat
2. Dapat menjelaskan perkembangan anatomi pada hewan
3. Dapat menjalaskan struktur alat pernafasan pada hewan
4. Dapat menjelaskan struktur alat pencernaan hewan
5. Dapat menggunakan dissecting set

III. DASAR TEORI


Pengamatan anatomi hewan memerlukan pembedahan guna melihat
berbagai organ di dalam tubuh, sehingga tampak lebih nyata bentuk maupun
hubungan antara satu organ dengan yang lainnya. Untuk mengamati organ dan
sistem organ pada hewan vertebrata, diambil salah satu contoh hewan dari kelas
Amphibia yaitu katak (Rana sp). Katak merupakan hewan yang tepat digunakan
sebagai pendahuluan dalam mempelajari struktur tubuh vertebrata tinggi, karena
struktur tubuhnya jelas, mudah diamati dan mempunyai kesamaan dengan struktur
hewan vertebrata tinggi pada umumnya.
Sistem klasifikasi Fejervarya

Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclassis : Tetrapoda
Classis : Amphibia
Ordo : Anura
Subordo : Phaneroglossa
Familia : Ranidae
Genus : Fejervarya
Spesies : Fejervarya cancrivora
99
Keterangan sistematika/taxonomi :
Chordata : mempunyai chorda dorsalis pada stadium embrionya.
Vertebrata : mempunyai columna vertebralis (ruasruas tulang belakang).
Tetrapoda : mempunyai 4 kaki.
Amphibia : kehidupan rangkap (Amphi = rangkap, bios = hidup), di air
(aquatic) dan di darat (terestrial).
Anura : tidak berekor. Antara kepala dengan badan tidak terdapat
batas yang jelas (lehernya tidak jelas).

Ciri utama yang menunjukkan bahwa katak dan kodok merupakan hewan darat
adalah alat pernafasannya yang berupa paru-paru. Struktur saluran udara pernafasan
pada hewan ini belum memiliki trachea yaitu saluran yang menghubungkan larynx
dengan bronchus dan bronchus ini pun sangat pendek. Pada Anura juga belum
dijumpai costae (tulang rusuk) dan diafragma, yaitu sekat yang membatasi rongga
dada dengan rongga perut yang juga berfungsi dalam mekanisme pernafasan. Pada
katak kulitnya juga berfungsi sebagai alat pernafasan, pernafasan dengan kulit ini
berlangsung baik waktu di darat maupun di air. Hal ini dapat terjadi karena kulit
katak kaya akan kapiler darah, 80% kebutuhan oksigen diambil melalui kulit,
kulitnya sendiri tipis dan selalu basah.
Tanda-tanda khusus (karakteristik) katak (Rana sp)
1. Kulit licin, mempunyai banyak kelenjar (glandulae) dan tidak bersisik (squama).
2. Mempunyai 2 pasang kaki untuk berjalan dan berenang.
3. Mempunyai 2 lubang hidung luar (nares anteriores) yang berhubungan dengan
rongga mulut. Membrana tymphani tampak dipermukaan tubuh. Lidah dapat
dijulurkan secara menggulung (pangkal lidahnya di depan), bentuk lidah lingua
bifida (bercabang dua).
4. Cor (jantung) beryang 3 (2 atrium dan 1 ventrikel), eritrosit oval dan berinti.
5. Bernafas dengan paru-paru (pulmo) dan kulit (cutis/cutan/integumen) pada yang
dewasa dan melalui insang luar (external branchia) pada larvanya.
6. Syaraf otak (nervi cranialis) berjumlah 10 pasang.
7. Temperatur badannya berubah mengikuti lingkungan (poikiloterm), sebab
belum mempunyai lobus pengatur temperature tubuh pada otaknya.

100
8. Pembuahan di luartubuh (external fertilisasi).
9. Stadium larva hidup secara aquatis dan akan mengalami metamorfosis.
Morphologi katak hijau terdiri dari kepala (caput), badan (trunchus), dan
anggota depan (extrimitas anterior) serta belakang (extimilas posterior). Dari
morfologinya dapat dibedakan antara katak jantan den katak betina
Beda katak jantan dari betina adalah sebagai berikut:
1. Tubuh lebih kecil.
2. Terdapat pigmentasi di daerah mandibula.
3. Mempunyai bantalan kawin pada sisi luar medial jari pertama kaki depan.
4. Mempunyai sepasang kantong suara (saccus vocalis) pada rahang bawah yang
berfungsi sebagai resonansi suara, hanya katak jantan yang dapat bersuara.
Pengamatan morfologi luar (inspectio) pada hewan ini akan tampak bagian-
bagian sebagai berikut : caput (kepala), collum/servix (tidak jelas),
trunchus/abdomen dan extremitas librea (anggota badan bebas) berupa extremitas
anterior (kaki depan) dan extremitas posterior (kaki belakang) dilengkapi dengan
selaput renang (membrana natatoria).
Pada daerah kepala akan nampak adanya lubang hidung (nares anteriores),
celah mulut (rima oris) jika akan dibuka akan nampak rongga mulut (cavum oris),
organ penglihatan yang dilindungi selaput tipis yang dapat digerakkan (membrana
nictitans) dari bawah keatas, kelopak mata atas (palpebrae superior), kelopak mata
bawah (palpebrae inferior) dan bola mata (bulbus oculi). Tampak juga adanya
selaput mendengar (membrane tympany) yang melekat pada cincin tulang rawan
annulus tympanycus yang melingkar dipermukaan tubuh di belakang mata.
Pada cavum oris setelah rima oris dibuka maka akan nampak rongga mulut
yang dibentuk oleh rahang atas (maxilla) dan rahang bawah (mandibulla). Di dalam
rongga mulut terdapat :
1. Lubang hidung dalam (nares posteriores).
2. Gigi-gigi yang bentuknya sama (homodont), ada 2 jenis yaitu dentis maxillaries
dan dentis vomeris, tidak gigi pada rahang bawah.
3. Palatum (langit-langit).
4. Pada sudut bawah kiri-kanan terdapat lubang yang berhubungan dengan
membrane tympany yaitu osteum tuba auditiva.
5. Aditus pharyngeum yaitu lubang yang menuju saluran cerna .
6. Aditus larynges (lubang rima glotidis) menuju saluran pernafasan.

101
7. Porus vocalis yanitu lubang pada daerah mandibulla yang menuju ke saccus
vocalis (hanya pada jantan).
8. Lingua bifida yang menggulung ke belakang karena pangkal lidah di ujung
mandibulla.

Kulit luar katak (Rana sp) selalu basah karena adanya kelenjar sekresi lendir
yang sangat banyak. Kulit mudah terlepas dari tubuhnya karena kulit dan otot
terdapat kantong-kantong limfa (saccus limphaticus). Setelah kulit dibuka melalui
daerah ventral (perut) tampak akan adanya saccus limphaticus yaitu : SL. dorsalis
(belakang/paling besar), SL. submandibularis (bawah mandibula), SL. pectoralis
(dada), SL. abdominalis (perut) SL. lateralis (perut samping), SL. brachialis (lengan
atas), SL. femoralis (paha) dan SL. crusalis (betis). Di bawah saccus limphaticus
(SL) terdapat otot-otot sebagai berikut, pada daerah dorsal akan anmpak musculus
dorsalis scapulae, latisimus dorsi dan longisimus dorsi sedangkan pada daerah
ventral akan tampak musculus: submandibularis, pectoralis, rectus abdominis,
obliqus abdominis. Pada extremitas tampak musculus femoralis (paha) dan
gastrocnemius (betis).
Sedangkan untuk dapat melihat berbagai organ dalam tubuh katak dilakukan
pembedahan diantaranya dengan mengamati sistem saluran makanan, system
reproduksi, dan system ekskresi. Ventrikulus dapat dibedakan manjadi bagian
cardiac yaitu yang berhubungan dengan esophagus, dan bagian pylorus yaitu yang
berhubungan dengan intestinum. Usus atau intestinum dapat dibedakan menjadi
intestinum tenue (usus halus) dan intestinum crassum (usus besar). Kelenjar
pencernaan yang ada adalah hepar dan pancreas. Hepar terdiri atas bagian kanan
(lobus dexter) dan bagian kiri (lobos sinister). Dari hepar keluar saluran kelenjar
yang disebut ductus hepaticus yang fungsinya untuk menyalurkan empedu. Vesica
fellea (kantong empedu) terletak di antara kedua lobi tersebut. Dari vesica fellea
keluar saluran yang disebut ductus cysticus. Ductus hepaticus dan Ductus cysticus
ujungnya bergabung membentuk ductus choledochus yang berjalan menuju pangkal
usus halus. Pankreas berwarna kekuningan melekat di antara ventrikulus dan
duodenum (bagian awal usus halus). Pankreas akan menyalurkan produknya ke
duodenum melalui saluran yang disebut dustus pancreaticus.
Sistem syaraf pada katak dapat dilihat setelah visceral diangkat sehingga nampak
deretan syaraf perifer disepanjang ruas tulang belakang yang berjumlah 10 pasang

102
dari atas ke bawah, yaitu syaraf 1-3 bergabung membentuk flexus brachialis
menginervasi/member persyarafan pada ekstremitas anterior, syaraf 4-6 ke abdomen
dan syaraf 7-9 membentuk flexus lumbosacralis/ ischiococcygeus menginervasi
ekstremitas posterior. Sampai di sini kita melihat bahwa semakin maju organisme
semakin kompleks system organ dan mekanisme distribusi produk dari satu organ ke
organ lain, tidak semata-mata melalui difusi.

IV. BAHAN
a. Katak jantan/betina
b. Kloroform
c. Kertas tissue

V. ALAT
a. Dissecting set
b. Jarum pentul
c. Bak paraffin

VI. CARA KERJA


1. Ambillah katak jantan/betina yang sudah dibius. Amatilah morfologi luar katak
(inspeksio), sebutkan bagian bagian tubuhnya dari depan ke belakang,
2. Telentangkan katak pada bak paraffin, kemudian anggauta badan dipaku dengan
jarum pentul, lakukan pembedahan kulit ventral, sebutkan bagian bagian kantung
limfe yang menyusunnya,
3. Lakukan pembedahan dinding perut mulai bagian tengah melalui linea alba menuju
prosessus xiphoideus membentuk huruf Y, sehingga tampak topografi organ dalam.
Amati dan tuliskan bagian bagian organ yang tampak.
4. Untuk melihat organ pada bagian rongga mulut, lakukan pengguntingan sebelah
kanan kiri mulut, rahang bawah dipaku pada papan bedah, serta ujung lidah
dikeluarkan. Amati bagian bagian organnya, beri keterangan hasil pengamatan
saudara. Organ di dalam rongga mulut mulai atas terdiri dari : rahang atas (maxilla),
lubang hidung dalam (nares posterior), tulang vomer (osteum vomer), lubang
pendengar (tuba auditiva), lubang oesophagus, glotis, rahang bawah (mandibulla)
yang tidak bergigi, lidah bercabang, dan lubang kantung suara (saccus vocalis),

103
5. Pada pengamatan sistem pencernaan makanan, lakukan pemotongan mulal dari
oesophagus sampai ke muara kloaka. Amati berbagai organ yang menyusun sistem
pencernaan makanan tersebut dan sebutkan bagian bagiannya. Organ penyusun
sistern pencernaan makanan terdiri dari : rongga mulut, pharing, oesophagus,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan kloaka, di samping itu juga terdapat
hati (hepar), kantung empedu (vesica felea), pangkreas, dan limfa (tidak termasuk
dalam sistem pencernaan)
6. Amati pula organ yang menyusun sistem respirasi dan sebutkan bagian bagian
organnya. Sistem respirasi terdiri dari : paru (pulmo), bronchus yang langsung
berhubungan dengan larynx, tidak memiliki trachea, di samping itu katak juga
menggunakan kulitnya untuk membantu pernafasannya,
7. Lakukan pengamatan terhadap organ penyusun sistem urogenetalis yang
berhubungan dengan sistem ekskretori (pengeluaran) dan sistem genital (kelamin).
sistem ekskretori terdiri dari sepasang ginjal (ren) yang diatasnya terdapat kelenjar
anak ginjal (kelenjar adrenalis), sepasang ureter, kantung urin (vesica urinaria)
yang bermuara pada kloaka. Sistem genetalia terdiri dari alat kelamin betina yaitu
sepasang ovarium, saluran telur (oviduct) yang bermuara pada kloaka, serta badan
badan lemak (corpus adiposum), sedangkan alat kelamin jantan terdiri dari :
sepasang testis, sepasang vasa efferentia yang menyusuri bagian lateral ginjal,
ductus urospermaticus (ductus Mesonephridicus) yang berfungsi menyalurkan
spermatozoa dan urin ke kloaka, serta vesicula seminalis. Kedudukan testis
menumpang pada ginjal, sehingga spermatozoa katak bercampur dengan urine.

VII. HASIL KERJA


1. Inspecsio
Keterangan:

104
2. Saccus lymphaticus
Keterangan:

Keterangan:

3. Cavum oris
Keterangan:

105
4. Sistem pencernaan
Keterangan:

5. Sistem Respirasi
Keterangan:

106
6. Sistem Reproduksi
Jantan
Keterangan :

Betina Keterangan:

107
VIII. DISKUSI
a. Berdasarkan organ penyusunnya, perbedaan mendasar apakah yang
terdapat pada tubuh katak dibandingkan dengan ikan?
b. Bagaimanakah system respirasi pada katak? Organ apa sajakah yang
berperan dalam hal ini?
c. Jelaskan mengapa katak dapat dikatakan sebagai hewan amphibia,
ditinjau dari struktur anatomi tubuhnya.

IX. KESIMPULAN

108
ACARA XII
BIOINFORMATIKA

I. TUJUAN
1. Mengakses dan melakukan pencarian di database asam nukleat GenBank dan database
protein UniProt
2. Melakukan interpretasi sederhana terhadap hasil pencarian di database asam nukleat
GenBank dan database protein UniProt

II. KOMPETENSI
1. Dapat mengakses dan melakukan pencarian di database asam nukleat GenBank dan
database protein UniProt
2. Dapat melakukan interpretasi sederhana terhadap hasil pencarian di database
GenBank dan UniProt

III. DASAR TEORI


Bioinformatika adalah suatu bidang ilmu yang memanfaatkan teknologi informasi
untuk pengumpulan, klasifikasi, penyimpanan, analisis, interpretasi, penyebaran, dan
aplikasi dari data-data biologis. Contoh dari data-data biologis adalah urutan DNA dan RNA,
serta urutan asam amino dan struktur protein. Data-data biologis tersebut dikumpulkan,
diklasifikasikan, dan disimpan dalam database biologis (Gambar 1).

Gambar 1. Contoh-contoh database biologis

Sebagian besar data biologis merupakan urutan asam nukleat dan protein.
Database urutan asam nukleat dan protein adalah berbasis web dan dapat diakses

109
melalui jaringan internet. Database-database tersebut memiliki ciri-ciri antara lain:
a. Data-data di dalamnya disusun secara sistematis
b. Data-data di dalamnya dapat dengan mudah dicari
c. Data-data di dalamnya diperbarui secara berkala
Pencarian data suatu urutan asam nukleat atau protein umumnya dilakukan dengan
memasukkan kata kunci terkait data yang akan dicari. Hasil pencarian umumnya
menunjukkan nomor ID spesifik, nama orang/anggota tim yang terlibat dalam studi, urutan
nukleotida/asam amino dari asam nukleat/protein tersebut, dan informasi -informasi lainnya.
Informasi-informasi tersebut dapat digunakan untuk studi lanjut terkait asam nukleat/protein.
Sebagai contoh data urutan nukleotida genom Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2), penyebab pandemi COVID-19, dapat digunakan untuk studi
deteksi varian mutan virus, pengembangan kit deteksi, hingga pengembangan vaksin.

Gambar 2. Tampilan situs web GenBank

Terdapat tiga database utama urutan asam nukleat yaitu GenBank yang dikelola oleh
National Center for Biotechnology Information (NCBI; Amerika Serikat), European
Nucleotide Archive (ENA) yang dikelola oleh European Bioinformatics Institute (EBI), dan
DNA Data Bank of Japan (DDBJ) yang dikelola oleh National Institute of Genetics, Jepang.
Sedangkah database protein utama adalah UniProt yang dikelola oleh konsorsium peneliti
dari Amerika Serikat dan Eropa yang memuat informasi terkait urutan, fungsi, dan informasi
molekuler protein (massa, jumlah asam amino, sisi aktif, dll.), dan Protein Data Bank (PDB)
yang memuat data struktur protein. Dalam praktikum ini akan dilakukan pencarian dan
interpretasi sederhana dari data terkait asam nukleat di database GenBank dan protein di
UniProt.

110
Gambar 3. Tampilan situs web UniProt

IV. ALAT
1. PC/Laptop/HP dengan koneksi internet dan memiliki browser internet (Google
Chrome, Mozilla Firefox, Microsoft Edge, Opera, Safari, dll.)
2. Database nukleotida NCBI yang dapat diakses di situs web
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/
3. Database protein UniProt yang dapat diakses di situs web https://www.UniProt.org/

V. CARA KERJA
1. Mengakses dan melakukan pencarian sederhana di Genbank
a. Pastikan perangkat Anda terhubung dengan jaringan internet
b. Di browser internet Anda, ketik https://www.ncbi.nlm.nih.gov/genbank/
dan tekan tombol “Enter”
c. Di kotak pencarian masukkan kata kunci yang ingin digunakan (ketik
“Indonesia”) dan klik “Search”

Gambar 4. Memasukkan kata kunci dan melakukan pencarian

d. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari halaman pertama


hasil pencarian yang diperoleh (hasil tangkapan layar 1)
e. Klik hasil pencarian pertama. Akan tampil data asam nukleat terkait dalam
format “Genbank”

111
Gambar 5. Memilih hasil pencarian

f. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari data asam nukleat


dalam format GenBank tersebut (hasil tangkapan layar 2)

2. Melakukan pencarian advance di Genbank


a. Pastikan perangkat Anda terhubung dengan jaringan internet
b. Di browser internet Anda, ketik https://www.ncbi.nlm.nih.gov/nucleotide/
dan tekan tombol “Enter”
c. Klik “advance” di bawah kotak pencarian

Gambar 6. Letak pilihan “Advance”

d. Pada kotak pencarian pertama ketik “Indonesia”


e. Dari list di bagian kiri kotak pencarian kedua pilih “Organism”

Gambar 7. Memasukkan kata kunci di pencarian advance (1)

112
f. Ketik “Escherichia coli”, lalu klik “Search

Gambar 8. Memasukkan kata kunci di pencarian advance (2)

g. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari halaman pertama


hasil pencarian yang diperoleh (hasil tangkapan layar 3)
h. Klik hasil pencarian pertama. Akan tampil data asam nukleat terkait dalam
format “Genbank”

Gambar 9. Memilih hasil pencarian


i. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari data asam nukleat
dalam format GenBank tersebut (hasil tangkapan layar 4)

3. Melakukan pencarian di UniProt


a. Pastikan perangkat Anda terhubung dengan jaringan internet
b. Di browser internet Anda, ketik https://www.UniProt.org/ tekan tombol
“Enter”
c. Di kotak pencarian masukkan kata kunci yang ingin digunakan. Ketik

113
“Indonesia” dan klik “Search”

Gambar 10. Memasukkan kata kunci di UniProt

d. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari halaman pertama


hasil pencarian yang diperoleh (hasil tangkapan layar 5)
e. Klik hasil pencarian terkait virus Hepatitis B

Gambar 11. Hasil pencarian di UniProt

f. Lakukan pengambilan tangkapan layar (screenshoot) dari data protein


tersebut (hasil tangkapan layar 6).

VI. HASIL KERJA


1. Hasil Tangkapan Layar 1

2. Hasil Tangkapan Layar 2

3. Hasil Tangkapan Layar 3

114
4. Hasil Tangkapan Layar 4

5. Hasil Tangkapan Layar 5

6. Hasil Tangkapan Layar 6

VII. DISKUSI
1. Organisme apa saja yang data asam nukleatnya terdapat di hasil pencarian di
Genbank menggunakan kata kunci “Indonesia”?
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

2. Apa perbedaan pada tampilan hasil pencarian di GenBank menggunakan kata


kunci “Indonesia” dan ((Indonesia) AND Escherichia coli[Organism])?
………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

3. Informasi apa sajakah yang dapat Anda peroleh dari data asam nukleat dalam
format GenBank?
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

4. Apakah fungsi dari protein yang Anda pilih, berapa panjang rantai asam
aminonya, dan berapa berat molekulnya?
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………

VIII. KESIMPULAN

115

Anda mungkin juga menyukai