Anda di halaman 1dari 33

FILUM APICOMPLEXA DAN FILUM MICROSPORA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Protista

Dibimbing oleh Sofia Ery Rahayu, S.Pd, M.Si

Disusun oleh:

Kelompok 2 Offering H

Bella Aulia (170342615567)


M. Herbert Hidayat (170342603488)
Naily Salma Abadi (170342615600)
Nenes Prastita (170342615510)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
JANUARI 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring perkembangan pengetahuan dan teknologi, dengan
bantuan mikroskop sekarang manusia dapat mengetahui adanya
makhluk hidup berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh
mata telanjang. Semakin banyak mikroorganisme di bumi ini
diketemukan . Meskipun begitu tidak semua mikroorganisme tersebut
bermanfaat bagi manusia.
Beberapa mikroorganisme jenis parasit sangat mengancam
kesehatan manusia maupun hewan. Menyadari akibat yang dapat
ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia,
maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian
penyakitnya. Untuk itu manusia harus mempunyai pengetahuan
tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan
selengkapnya.
Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat
mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit,
serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.
Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita
akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.
Tujuan penyusunan makalah ini di antaranya adalah
mempelajari beberapa mikroorganisme yang termasuk ke dalam filum
Apicomplexa dan filum Microspora, beserta penyakit yang
ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidupnya, kita akan dapat
mengetahui bilamana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta
bagaimana akibat yang dapat ditimbulkannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa sajakah karakteristik dari organisme protista mirip hewan
yang tergolong dalam filum Apicomplexa dan filum Microspora?
b. Apa sajakah pengaruh dari organisme protista mirip heawan yang
tergolong dalam filum Apicomplexa dan filum Microspora pada
hewan dan manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Mengetahui karakteristik dari organisme protista mirip hewan yang
tergolong dalam filum Apicomplexa dan filum Microspora.
b. Mengetahui pengaruh dari organisme protista mirip heawan yang
tergolong dalam filum Apicomplexa dan filum Microspora pada
hewan dan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Filum Apicomplexa

Apicomplexa— atau disebut juga Apicomplexia— adalah kelompok besar


dari protista parasit, sebagian besar memiliki organel unik, sejenis plastid yang
disebut apicoplast, dan sebuah struktur apical complex yang dapat menembus
suatu sel inang. Apicomplexa adalah uniseluler, penghasil spora, dan parasit
khusus pada hewan. Alat gerak seperti flagella dan pseudopodia hanya muncul
pada tahapan reproduksi tertentu. Beberapa ordo dalam filum ini adalah coccidia,
gregarina, dan haemosporida.

Percabangan dari Filum Apicomplexa

Nama takson Apicomplexa diambil dari dua kata Latin — apex (atas) dan
complexus (banyak lipatan). Parasit-parasit yang ada dalam filum Apicomplexa
dulunya dikelompokkan ke dalam kelasSporozoamenurut takson lama yang
diciptakan S. Chrevel pada 1971. Tetapi pada perkembangannya, kemampuan
membentuk spora tidak cukup khas untuk membedakan protozoa yang satu
dengan yang lain, sehingga nama Apicomplexamulai digunakan. Asal nama ini
didasari pada struktur selnya yang membentuk apical complex di salah satu
ujungnya.Apicomplexa dibagi ke dalam dua kelas, yakni kelas Aconoidasida
(tanpa conoid) dan kelas Conoidasida (dengan conoid).

Morfologi Apicomplexa

Semua anggota filum ini memiliki tahap sebagai penginfeksi yaitu


sporozoit. Pada sporozoit ada tiga komponen sitoskeleton penting dalam apical
complex: microtubule (conoid), badan sekretor (rhoptries) dan satu atau lebih
cincin polar. Ada pula elektron padat yang merupakan badan sekretor tambahan
bernama micronemes. Conoid disusun oleh serat-serat protein tubulin yang
berbentuk seperti kumparan atau spiral dan terletak di dalam cincin polar. Bentuk
dari conoid inilah yang meyebabkan ujung Apicomplexa mengerucut. Fungsi dari
conoid adalah untuk mendukung mekanisme penginvasian sel inang. Pada
Aconoidasida, fungsi conoid digantikan oleh mucron.

Ada tiga jenis organel sekretor: rhoptries, micronemes dan dense


granules. Organel-organel secretor ini mengandung bahan yang dibutuhkan untuk
pergerakan parasit, invasi sel inang, dan pembentukan vakuola parasitofora.
Rhoptries dan micronemes selalu berada di ujung anterior, sedangkan dense
granules atau granula-granula padat ini terdistribusi di ujung posterior. Granula-
granula tersebut memiliki diameter sekitar 0,7 m.

Ciri-ciri lain dari Apicomplexa adalah adanya membran kompleks yang


membungkus sporozoitnya. Membran terluar disebut plasmalema. Membran
dalam yang didukung oleh vesikel-vesikel disebut alveoli. Adanya alveoli ini
menandakan bahwa filum Apicomplexa termasuk dalam superfilum Alveolata.
Alveoli ini melapisi seluruh sel kecuali pada bagian micropore dan bagian yang
dilalui cincin polar. Membran-membran ini membentuk pelikel.
Selain itu, Apicomplexa memiliki organel-organel seperti mitokondria,
nukleus, retikulum endoplasma, badan golgi, ribosom, dan beberapa
komponen spesifik seperti acidocalcisomesdan apicoplast. Nukleusnya memiliki
satu pasang kromosom (haploid). Flagella hanya ditemukan pada gamet, muncul
dari bagian posterior dan jumlahnya bervariasi (dari satu hingga tiga).
Acidocalsisome adalah komponen asam bermembran yang mengandung kalsium
dan pirofosfat. Apicoplast adalah plastid nonfotosintetik yang bertugas
melaksanakan biosintesis lipid dan heme. Apicoplast terletak bersebalahan dengan
badan golgi. Pada filum ini tidak ditemukan kloroplas.

Struktur Umum Sporozoit

Sporozoit dan Komponen Penyusunnya


Invasi Apicomplexa Terhadap Sel Inang

Apicomplexa Menembus Sel Inang

Invasi terhadap sel inang oleh parasit apicomplexa diawali dengan


interaksi antara permukaan protein parasit (contohnya SAG glikoprotein pada
Toxoplasma gondii) dengan membran plasma sel inang. Daerah apikal pada
parasit (zoit) menghasilkan penekanan pada membran plasma sel, menyebabkan
tercetaknya bentuk parasit pada membrane plasma sel inang selagi membentuk
area padat penuh elektron pada titik pelekatan. Saluran rhoptry memanjang dari
apical complex menembus pertemuan antara dua sel. Langkah ini diikuti dengan
pelepasan banyak protein dari micronemes dan rhoptry pada apical complex yang
mempu membentuk parasitophorus vacuoleatau vakuola parasitofora yang
langsung melindungi parasit ketika berada di dalam sel inang.

Siklus Hidup Apicomplexa

Pada dasarnya ada empat perubahan bentuk dalam siklus hidup


Apicomplexa: zigot, sporozoit, merozoit, dan gamet. Transformasi ini
berlangsung melalui tiga fase: sporogoni, merogoni, dan gametogoni.

Siklus Hidup Apicomplexa Secara Umum

Parasit yang telah berhasil menginfeksi inangnya akan melangsungkan


fase skizogoni. Pada fase ini, parasit melakukan pembelahan secara aseksual
untuk membentuk individu yang lebih banyak yang disebut merozoit. Karena
menghasilkan merozoit, skizogoni disebut juga sebagai merogoni. Merogoni
dapat berlangsung beberapa kali dan di berbagai lokasi lain di dalam sel inang,
variasi ini tergantung spesiesnya. Hingga pada suatu waktu dimulailah reproduksi
seksual yang disebut gametogoni. Seperti namanya, pada tahap ini gamet-gamet
terbentuk, lalu menyatu dan menjadi zigot. Zigot memiliki pelindung yang disebut
ookista. Zigot mengalami pembelahan meiosis dan selanjutnya akan mengalami
pembelahan mitosis secara berulang. Fase ini disebut sporogoni. Sporogoni
menghasilkan banyak sporozoit. Sporozoit inilah yang akan menginfeksi sel di
dalam inang yang baru dan memulai kembali siklus hidupnya.

2.2 Kelas Sporozoa

Semua protozoa parasit yang membentuk spora sebagai alat


perkembangbiakannya disebut dengan sporozoa. Sporozoa menyebabkan penyakit
kepada hewan dan manusia.Menurut Johnson (2001), ada sekitar 3900 spesies
yang telah diketahui dari filum ini.

Dalam makalah ini, pembahasan akan lebih dipusatkan kepada


Plasmodium sebagai contoh dari ordo Haemosporida (termasuk ke dalam kelas
Aconoidasida) dan Cryptosporidium, Eimeria, Isospora,dan Toxoplasma sebagai
contoh dari ordo Coccidia (termasuk ke dalam kelas Conoidasida).

1. Plasmodium
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom: Protista
 Filum: Apicomplexa
 Kelas: Aconoidasida
 Ordo: Haemospororida
 Famili: Plasmodiidae
 Genus: Plasmodium
Plasmodium berpindah dari orang yang satu ke orang lainnya melalui
nyamuk dari genus Anopheles, setidaknya 65 spesies yang berbeda dari genus ini
terlibat dalam penyebaran Plasmodium. Ketika seekor nyamuk Anopheles
menusuk kulit manusia untuk menghisap darah, nyamuk itu menginjeksikan saliva
yang bercampur dengan antikoagulan. Jika nyamuk itu terinfeksi oleh
Plasmodium, maka dia juga akan menginjeksikan banyak sporozoit ke dalam
aliran darah korbannya. Parasit tersebut akan menemukan jalannya ke pembuluh
darah yang menuju liver, dimana di sana dia akan membelah secara aseksual
dengan cepat. Setelah melewati fase ini, ribuan merozoit terbentuk. Selanjutnya
merozoit kembali ke aliran darah manusia yang menjadi inangnya. Di dalam
aliran darah, merozoit menguasai eritrosit, mencerna hemoglobin untuk mendapat
asama amino untuk sintesis protein. Merozoit membelah secara cepat di dalam
eritrosit, menyebabkan eritrosit tersebut membesar dan akhirnya pecah. Karena
hal ini, senyawa beracun terlepas dari dalam sel darah merah dan tersebar ke
seluruh tubuh, menyebabkan siklus demam yang menjadi tanda malaria. Siklus ini
bisa berulang setiap 48 jam, 72 jam, atau lebih lama.

Plasmodium memasuki fase seksual ketika merozoit berkembang menjadi


gametosit, sel yang dapat memproduksi gamet. Ada dua jenis gametosit: jantan
dan betina. Gametosit tidak dapat memproduksi gamet di dalam tubuh manusia
dan hanya bisa melakukannya setelah nyamuk menghisapnya keluar. Di dalam
usus nyamuk, gametosit jantan dan gametosit betina membentuk sperma dan sel
telur. Zigot terbentuk di dalam dinding usus nyamuk dan akhirnya berdiferensiasi
menjadi ookista. Di dalam ookista, pembelahan mitosis secara berulang terjadi,
memproduksi banyak sporozoit. Sporozoit ini berpindah ke kelenjar saliva
nyamuk, dan dari sanalah sporozoit terinjeksi oleh nyamuk ke dalam aliran darah
manusia. Siklus hidup pun dimulai lagi.
Struktur Plasmodium dalam Bentuk Merozoit

Siklus Hidup Plasmodium

Contoh Spesies dari Plasmodium

Ada empat jenis spesies Plasmodiumyang dapat menyebabkan penyakit


malaria.Masing-masing jenis Plasmodium menimbulkangejala-gejala tersendiri
pada tubuh penderitanya.
a) Plasmodium vivax, merupakan penyebab malaria tersiana yang bersifat
tidak ganas,gejalanya adalah suhu badan panas dingin berganti-ganti setiap
2 hari sekali (48 jam).
b) Plasmodium ovale, merupakan penyebab malaria tersiana yang ganas,
gejalanya sama dengan pada malaria tersiana.
c) Plasmodium malariae, penyebab malaria kuartana yang bersifat tak ganas,
gejalanya suhu badan panas dingin setiap 3 hari sekali (72 jam).
d) Plasmodium falciparum, penyebab malaria kuartana yang bersifat ganas,
gejalanya suhu badan panas dingin tak beraturan.

Sel Darah Merah yang Terinfeksi Plasmodium falciparum (Panah Merah)

2. Cryptosporodium
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom: Protista
 Filum: Apicomplexa
 Kelas: Conoidasida
 Ordo: Coccidia
 Famili: Cryptosporidiidae
 Genus: Cryptosporidium
Cryptosporidium adalah protozoa patogen yang termasuk parasit untuk
manusia yaitumenyebabkan penyakit diare yang disebut cryptosporodiosis. Tidak
seperti Plasmodiumyang penularannya melalui vektor nyamuk, Cryptosporidium
tidak memanfaatkan seekor serangga vektor pun dan mampu menyelesaikan siklus
hidupnya dalam satu inang, sehingga kistanya dikeluarkan bersamaan dengan
kotoran dan mampu menular ke inang baru.

Sumber kontaminasi pada protozoa ini biasanya terdapat pada feses.


Awalnya protozoa ini mengkontaminasi hewan-hewan mamalia seperti sapi, babi
dan kambing. Karena proses pengolahan yang tidak benar maka protozoa tersebut
masuk kedalam tubuh manusia dan sehingga menyebabkan penyakit pada
manusia. Bahan pangan yang sering terkontaminasi adalah bahan yang tidak
diproses dengan baik seperti susu murni, daging, kerang, ikan, dan sayuran.

Ciri Morfologi Cryptosporodium

 Sporozoit mempunyai bentuk seperti pisang dimana bagian anteriornya


meruncing dan bagian posteriornya membulat.
 Gametosit dan skizon berukuran 2-4 m diproduksi dalam siklus hidup
Cryptosporidium parvum, tapi jarang ditemukan pada feses manusia.
 Ookista biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4-6 m mengandung 4
sporozoit yang tidak terlalu terlihat,refraktil, terdiri dari 1-8 granula yang
menonjol dan dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten terhadap proses
klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan konvensional.

Siklus HidupCryptosporodium

Biasanya siklus hidupnya terdapat pada feses yang dihasilkan manusia.


Protozoa ini mempunyai daur hidup yang sangat kompleks. Hampir semua daur
hidupnya terjadi di saluran pencernaan dan sangat tahan pada kondisi yang sulit
karena sporanya mempunyai kulit tebal yang disebut ookista.
1. Ookista yang telah mengalami sporulasi dan membawa empat sporozoit
dikeluarkan oleh manusia yang terinfeksi melalui feses dan bisa juga
melalui sistem respirasi.
2. Penyebaran Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidum hominis terjadi
melalui kontak dengan air yang terkontaminasi (misalnya air minun atau
air kolam renang yang kotor). Terkadang bisa saja melalui makanan yang
mengandung air yang terkontaminasi.
3. Ookista tersebut masuk kedalam pencernaan manusia.
Empat sporozoit dikeluarkan dari tiap ookista(a). Sporozoit-
sporozoit (b) yang terlepas menembus sel-sel epitel dalam usus atau
saluran pernafasan. Sporozoit akan berkembang menjadi
tropozoit(c).Kemudian tropozoit mengalami replikasi aseksual (skizogoni
atau merogoni)yang menghasilkan meron tipe I(d).Merozoit yang
dihasilkan meron tipe I(e)dapat meinfeksi kembali sel dan mengulang
kembali siklus aseksual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi
meron tipe II(f).Tiap meron tipe II akan membesaskan empat merozoit.
Diyakini hanya merozoit tipe II inilahyang mengalami replikasi seksual
(gametogoni), menghasilkan mikrogametosit(g) dan
makrogametosit(h).Mikrogamet keluar dari mikrogametosit akan
membuahi makrogamet yang keluar dari makrogametosit dan
menghasilkan zigot (i). Sekitar 80% zigot akan berkembang menjadi
ookista berdinding tebal (j) dan 20% zigot berkembang menjadi ookista
berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi (berkembang menjadi
sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari ookista yang berdinding
tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara ookista berdinding tebal
akan keluar melalui feses dan apabila tertelan akan segera
menginfeksi.Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral. Berbagai jenis
mamalia, unggas, reptil, ikan, dapat bertindak sebagai sumber infeksi.

Cryptosporidium melekat pada mikrovili usus halus atau hidup bebas pada
kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan bagian
mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak terlalu parah
dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan infeksi. Sedangkan
pada penderita penderita immunodefisiensi, misalnya penderita AIDS, panyakit
ini dapat menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.

Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat


menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka dapat
mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya.
Usus Domba yang Terinfeksi Cryptosporodium

3. Eimeria
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom: Protista
 Filum: Apicomplexa
 Kelas: Conoidasida
 Ordo: Coccidia
 Famili: Eimeriidae
 Genus: Eimeria

Eimeria adalah genus parasit apicomplexa yang termasuk berbagai spesies


yang menyebapkan penyakit coccidiosis pada unggas. Nama genus ini diambil
dari ahli zoologiJerman Theodor Eimer. Ookista Eimeria steidai pertama kali
dilihat oleh Antoni van Leeuwenhoek di dalam empedukelinci pada tahun 1674.

Infeksi coccidiosis sendiri berawal dari tertelannya ookista (semacam telur)


Eimeria yang telah mengalami sporulasi (menghasilkan spora). Ookista ini dapat
ditularkan secara mekanik melalui kandang, ransum, atau air minum yang
tercemar.
Siklus hidup dari Eimeria secara umum terdiri dari dua tahap, yaitu tahap
eksogenus dan endogenus.

Tahapeksogenus(di luar tubuh unggas)

 Unggas yang sebelumnya terinfeksi koksidiosis mengeluarkan ookista ke


lingkungan luar bersama-sama feses. Ookista yang keluar, kemudian
bersporulasi menghasilkan sporozoit dan berubah bentuk menjadi infektif
(mampu menginfeksi).
 Di lingkungan, ookista sporulasi mampu bertahan sekitar 48 jam pada
suhu 25º-28ºC atau lebih lama tergantung dari kondisi suhu, kelembaban
dan ketersediaan oksigen dalam kandang. Jika suhu di dalam kandang
rendah dan kelembabannya tinggi, atau kondisi litter sangat lembab, maka
ookista yang telah bersporulasi dapat bertahan di lingkungan luar hingga
berbulan-bulan.

Tahap endogenus (di dalam tubuh unggas)

 Tahap ini dimulai ketika ookista sporulasi tidak sengaja tertelan dan
masuk ke dalam tubuh ayam. Ransum dan air minum yang terkontaminasi
ookista dalam feses bisa menjadi medianya. Di dalam laring (batang
tenggorokan), dinding terluar dari ookista sporulasi akan pecah
mengeluarkan sporokista. Sporokista yang berhasil mencapai usus halus
atau sekum, akan pecah oleh kerja enzim tripsin dan garam empedu hingga
keluarlah sporozoit infektif.
 Selanjutnya sporozoit akan mulai menembus sel-sel epitel usus
halus/sekum dan berkembang menjadi schizonts berisi merozoit. Ketika
matang, skizon akan pecah dan melepaskan merozoit ke dalam lumen
usus. Dalam satu skizon bisa berisi ratusan merozoit. Merozoit inilah yang
akan membelah dan memperbanyak diri (reproduksi aseksual) serta
menembus sel usus lainnya secara terus-menerus (siklik). Karena
pembelahan diri ini bersifat siklik, maka sejumlah besar sel usus akan
dihancurkan. Kondisi perdarahan usus yang biasa ditemukan pada kasus
koksidiosis merupakan akibat dari aktivitas merozoit ini.
 Setelah cukup banyak melakukan pembelahan diri, pada tahap akhir akan
dihasilkan gamet jantan dan betina. Setelah cukup matang, sepasang gamet
jantan dan betina ini akan melakukan reproduksi seksual hingga
menghasilkan zigot. Selanjutnya, zigot akan dibungkus dengan lapisan
dinding pelindung dan terbentuklah ookista. Ookista kemudian keluar dari
sel epitel usus dan pada akhirnya dikeluarkan bersama-sama dengan feses
ke lingkungan luar.

Lamanya satu siklus hidup Eimeria berlangsung di dalam tubuh ayam


berbeda-beda tergantung spesiesnya, namun umumnya berlangsung selama 7 hari.
Pendarahan di usus halus atau sekum biasanya mulai terlihat pada hari ke-4 pasca
infeksi. Pada hari ke-5 hingga 6 pendarahan akan terlihat lebih banyak dan
biasanya akan disusul dengan kematian. Jika pada hari ke-5 sampai 6 ayam tidak
mengalami kematian, maka hari ke-8 atau 9 akan memasuki masa penyembuhan.
Meski sembuh, suatu saat ayam bisa terserang koksidiosis kembali.
Siklus Hidup Eimeria truncata pada Angsa Sebagai Inangnya

A. Ookista keluar melalui feses


B. Ookista dapat menjadi agen penginfeksi karena di dalamnya terdapat
sporont (zigot). Sporont dapat membentuk empat sporokista yang masing-
masing berisi dua sporozoit. Pembentukan sporozoid ini berlangsung
melalui fase sporogoni dan memakan waktu selama 1-5 hari.
C. Ookista penginfeksi dicerna oleh Aves yang minum atau makan pada
lingkungan yang tercemar.
D. Sporozoit mencapai ginjal dan persimpangan ureter selam reproduksi
seksual (fase gametogoni) dan menghasilkan ookista.
E. Burung yang telah terinfeksi akan mati akibat gagal ginjal.
F. Siklus hidup dari ookista akan terulang kembali.
Perbandingan Ginjal Unggas Normal (Atas) dengan Ginjal Unggas Terinfeksi Eimeria
(Bawah)

4. Isospora
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom: Protista
 Filum: Apicomplexa
 Kelas: Conoidasida
 Ordo: Coccidia
 Famili: Eimeriidae
 Genus: Isospora

Isospora sangat mirip dengan Eimeria, tetapi ookistanya mengandung dua


sporokista, masing-masing dengan empat sporozoit. Terdapat sekitar 100 nama
jenis isospora yang telah diketahui, kebanyakan pada usus. Isospora terutama
terdapat pada karnivora, primata, dan burung-burung liar, sedangkan Eimeria
umumnya pada rodensia, ruminansia, dan burung-burung peliharaan. Siklus hidup
dan efek patogenitasnya sama.

Penyakit oleh protozoa yang termasuk agak sering ditemukan pada anjing
dan kucing adalah koksidiosis. Koksidia adalah mikroskopik parasit yang hidup
disaluran pencernaan dari anjing dan kucing. Pada anak anjing dan kucing gejala
yang sering adalah diare.

Penyebab penyakit ini adalah protozoa dari genus Isospora: Isospora


rivolta, Isospora canis dan Isospora felis. Spesies tersebut diatas diketahui dapat
menginfeksi anjing dan kucing

Pada umumnya infeksi protozoa di atastidak menyebabkan gangguan


berarti bagi anjing dan kucing. Apabila kondisi hewan sedang menurun dan
kondisi lingkungan tidak baik, anjing maupun kucing dapat mengalami gangguan
serius oleh infeksi protozoa tersebut.

Siklus HidupIsospora
Pada dasarnya terdapat tiga tahapan dalam siklus hidup Isospora:
1. Yang pertama disebut sporogoni dan merupakan tahap aseksual
perkembangan parasit. Hal ini terjadi secara eksogen, dan mengarah ke
perkembangan sporozoit dalam ookista. Selanjutnya, ookista sekarang
dianggap infektif.
Tubuh inang menelan ookista yang terinfeksi, dan enzim pencernaan
memecah dinding ookista menyebabkan pelepasan sporozoit infektif .
Sporozoit kemudian bergerak menembus epitel vili usus, yaitu jejunum
dan ileum. Setiap ookista berspora berisi dua sporokista masing-masing
dengan 4 sporozoit. Tahap ini terjadi relatif cepat jika kondisi optimal
dengan kelembaban tinggi dan suhu antara 20o dan 40oC.

Perbedaan Antara Ookista yang Belum Mengalami Sporulasi (Atas) dengan Ookista
yang Sudah Mengalami Sporulasi (Bawah) pada Isospora

2. Selanjutnya adalah skizogoni. Ini adalah proses aseksual yang terjadi


secara endogen. Setelah sporozoit menginvasi epitel, mereka kemudian
membentuk tropozoit. Tropozoit ini kemudian membentuk merozoit, yang
dikenal sebagai merogoni.
3. Gametogoni, yang merupakan perkembangbiakan seksual terjadi secara
endogen, yaitu pada sel-sel usus. Merozoit kemudian membentuk baik
mikrogamet (jantan) atau makrogamet (betina). Invasi makrogamet dengan
mikrogamet mengakibatkan pembuahan, dan siklus berlanjut.
5. Toxoplasma
Klasifikasi Ilmiah
 Kingdom: Protista
 Filum: Apicomplexa
 Kelas: Conoidasida
 Ordo: Coccidia
 Famili: Sarcocystidae
 Genus: Toxoplasma

Toxoplasma adalahparasit bersel tunggalyang sering juga disebut


protozoapenyebab toxoplasmosis. Parasit ini pertama kali ditemukan dalam
hewan pengerat di Afrika Utara yang disebut gondii oleh Charles Nicolle dan
Lonis Manceaux di Laboartorium Institut Pasteur di Tunisia pada tahun 1908.
Siklus hidup selengkapnya baru ditemukan pada tahun 1970 yakni dengan
ditemukannya siklus seksual pada kucing sebagai hospes tetapnya, sedangkan
pada hospes perantara adalah berbagai jenis burung dan mamalia termasuk
manusia.

Penyakit yang Ditimbulkan Toxoplasma


Toxoplasmosis adalah nama penyakit pada hewan dan manusia yang
disebabkan oleh Toxoplasma gondii.Toxoplasma gondii tersebar luas di alam,
baik pada manusia maupun hewan, dan merupakan salah satu penyebab penyakit
infeksi yang paling sering terjadi pada manusia di seluruh permukaan bumi. Cara
penularannya yang juga relatif mudah.

Toxoplasmosis dikategorikan sebagai penyakit zoonosis, yaitu penyakit


yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Toxoplasmosis biasanya
menginfeksi otak, tetapi bisa juga menyerang bagian tubuh yang lain terutama
mata. Toxplasmosis bisa menyebabkan luka yang amat serius di otak. Pada
kehamilan, toksoplasmosis dapat mengakibatkan keguguran atau cacat pada bayi.
Gejala-gejala toxoplasmosis antara lain sakit kepala, lemah, sulit berpikir
jernih, demam, mati rasa, koma, serangan jantung, dan gangguan saraf lain.
Penderita dengan sistem kekebalan rendah, ibu hamil atau sedang terinveksi
penyakit lain seperti HIV sangat berisiko.

Ciri Morfologi Toxoplasma

Morfologi Toxoplasma gondii mempunyai tiga bentuk,

1. Ookista (Oocyst), dibentuk dalam mukosa usus kucing melalui gameto-


gametogoni (reproduksi seksual), dikeluarkan melalui tinja, dan di tanah
akan membentuk dua sporakista dan masing-masing membentuk 4
sporozoid. Ookista menjadi matang dalam 1- 5 hari menjadi sporozoid
infektif. Seekor kucing mengeluarkan 10 juta ookista/hari dalam 2
minggu. Ookista mati dalam suhu 4550°C atau dikeringkan, dicampur
formalin, amonia atau larutan iodium.
2. Takizoit (Tachyzoid) yaitu trofozoit yang membelah cepat. Bentuk ini
ditemukan pada infeksi akut. Trofozoit ini dibebaskan dari ookista dan
kista ke aliran darah dan masuk ke berbagai organ di tubuh dan akan
menjadi kista.

Struktur Umum Takizoit Toxoplasma gondii

3. Bradizoit (Bradyzoite)yaitu bentuk kista terbentuk dalam jaringan tubuh


hospes perantara, berisi bradizoit (trofozoit yang membelah perlahan), jadi
tidak dibentuk stadium seksual tetapi stadium istirahat (kista).
Ookista Takizoit

Bradizoit
Siklus Hidup Toxoplasma

Seperti juga sebagian besar protozoa, Toxoplasma bisa berkembang biak


melalui dua cara, yaitu cara seksual (gametogoni) dan akseksual (endodiogeni).

Aseksual artinya, toxoplasma berkembang biak dengan cara membelah


diri. Sedangkan fase berkembang biak secara seksual hanya terjadi di usus kucing.
Toxoplasma yang terdapat dalam usus kucing berkembang dan menghasilkan dua
sel kelamin berupa makrogamet dan mikrogamet. Kedua sel gamet tersebut
melakukan penggabungan inti sel (pembuahan) dan menghasilkan sporogoni yang
kemudian di keluarkan melalui feces kucing. Dalam waktu 24 jam Sporogoni
yang berada di lingkungan, berkembang menjadi bentuk infektif ookista. Ookista
bisa tahan hingga 6-12 bulan di tanah atau lingkungan yang lembab dan
terlindung dari sinar matahari.

Ookista yang tertelan oleh hewan seperti anjing, domba, tikus, ayam,
kambing, sapi, babi, kucing, dan sebagainya, kemudian berkembang menjadi
takizoit atau bradizoit dalam sel atau jaringan. Ookista akan segera berkembang
18 hari setelah masuk ke dalam tubuh semua mahluk atau hewan berdarah panas
(sapi, anjing, ayam, burung, kucing, domba, tikus, babi, dan sebagainya) dan
manusia.

Hewan pemakan daging dan manusia bisa tertular toxoplasma bila


memakan daging yang mengandung takizoit atau bradizoit yang masih aktif atau
hidup.

Bradizoit dan takizoit hanya bisa dihasilkan oleh toxoplasma yang hidup
di jaringan atau daging. Takizoit akan mulai berkembang 19 hari setelah manusia
atau hewan memakan jaringan atau daging yang mengandung Takizoit.
Sedangkan Bradizoit lebih cepat. Bradizoit mulai berkembang dalam waktu 3-10
hari sejak manusia/hewan memakan jaringan ataudaging yang mengandung
bradizoit.

Pada wanita hamil, takizoit bisa menginfeksi janin. Takizoit menempati


jaringan otot dan sistem syaraf seperti otak, kemudian berubah menjadi bradizoit.
Bradizoit dalam daging yang tidak masak, bila termakan kembali berubah menjadi
tachyzoit dan memulai siklus memperbanyak diri lagi.

Bayi Penderita Toxoplasmosis


2.3 Filum Microspora

Microspora adalah eukariot, uniseluler, pembentuk spora dan parasit


interseluler obligat. Anggota dari filum ini umumnya disebut
microsporidia.Sejauh ini semua microsporidia merupakan parasit bagi hewan.
Sebagian besar menginfeksi serangga, tetapi ada juga yang menyebabkan penyakit
pada crustacea dan ikan. Microsporidia biasanya menyerang satu atau sekelompok
inang spesifik. Tetapi beberapa spesies dapat menyerang manusia secara
opotunistik.

Kurang lebih 10 persen dari spesies microsporidia adalah parasit bagi


vertebrata— termasuk manusia, dan penyakit yang disebabkannya dikenal dengan
microsporidiosis.

Setelah infeksi berhasil dilakukan, microsporidia dapat mempengaruhi


inangnya dan menguasai seluruh organ dan jaringan inang. Beberapa spesies
mematikan, dan ada yang dimanfaatkan sebagai agen pengendali hayati untuk
hama-hama serangga. Ketidakmampuan bereproduksi, pembengkakan, dan
perubahan jenis kelamin merupakan kemungkinan efek yang diakibatkan oleh
parasitisme microsporidia terhadap inangnya (pada serangga). Salah satu dampak
paling parah dari parasitisme microsporidia ini adalah xenoma (pertumbuhan sel
secara liar diakibatkan oleh protista atau jamur yang berujung pada hipertrofi).

Xenoma pada Ikan yang Disebabkan Glugea stephani


Ciri Morfologi Microsporidia

Microsporidia adalah organisme eukariot primitif yang memiliki inti sel, membran
plasma dan sentriol, tetapi tidak memiliki beberapa organel seperti mitokondria,
badan golgi, dan peroksisom. Sebagai pengganti miitokondria, microsporidia
memiliki mitosom.

Kesamaan morfologi semua microsporidia adalah keberadaan filamen polar.

Tidak memiliki alat gerak seperti flagella.

Spora microsporidia dilindungi oleh dinding yang memiliki tiga lapisan:

 Exospora, lapisan luar padat elektron.


 Endospora, lapisan tengah yang lebar dan mengandung kitin.
 Membran plasma, lapisan dalam yang tipis.

Setengah bagian dari anteriornya mengandung filamen polar yang bentuknya


seperti benang panjang melingkar menuju ke bagian posterior spora. Filamen
polar pada sisi anterior dikelilingi oleh polarplast, sebuah membrane lamella. Di
balik filament polar terdapat vakuola posterior.
Struktur Spora Microsporidia
Siklus Hidup Enterocytozoon bieneusidan Enterocytozoon intestinalis

1. Spora telah menjadi resistan (kebal) terhadap lingkungannya dan dapat


bertahan hidup dalam waktu yang lama. Spora ini siap menginfeksi sel
inang.
2. Spora menginjeksikan tubulus polar ke dalam sel inang.
3. Spora mengeluarkan sporoplas-nya ke dalam sel inang.
4. Di dalam sel inang, sporoplas menggandakan diri, bisa melalui meregoni
(pembelahan biner) ataupun skizogoni (pembelahan ganda). Proses ini
dapat terjadi di dalam sitoplasma sel inang (contoh: E. bieneusi) atau di
dalam vakuola yang disebut juga sebagai vakuola parasitoforus (contoh: E.
intenstinalis).
5. Setelah individu-individu microsporidia baru melepaskan diri, baik dari
sitoplasma ataupun dari vakuola parasitoforus, mereka berkembang
menjadi spora dewasa melalui sporogoni. Selama sporogoni berlangsung,
dinding tebal terbentuk di sekitar spora, menyediakan perlindunngan untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
6. Ketika spora-spora bertambah banyak hingga memenuhi sitoplasma sel
inang, membrane sel inang pecah dan melepaskan spora-spora tersebut,
Spora-spora bebas ini dapat mengindeksi sel lain dan melanjutkan daur
hidupnya.

Microsporidia Menonjolkan Filamen Polarnya


Penyakit yang Ditimbulkan Microsporidia

- Beberapa microsporidia mencemari sumber air minum dan dapat


menyebabkan penyakit yang menyerang rongga perut dan usus manusia
(accidental agent).
- Species Enterocytozoon bieneusi dan Encephalitozoon dapat menimbulkan
diare dan penyakit-penyakit sistemik pada manusia. Orang-orang dengan
kondisi kekebalan tubuh yang lemah memiliki peluang lebih besar untuk
terinfeksi parasit ini, misalnya: 1) penderita HIV (Human
Immunodeficiency Virus), 2) pasien kanker yang sedang menjalani
kemoterapi, 3) anak yang kurang gizi, 4) calon penerima donor organ yang
sedang menerima terapi penekanan kekebalan tubuh, dan 5) orang yang
sudah tua.
- Selain terhadap manusia, microsporidina juga merupakan patogen bagi
hewan khususnya ikan dan serangga. Nosema bombicus adalah parasit
pada ulat sutera dan Nosema amis dapat menyebabkan disentri pada lebah
madu. Penyakit ini disebut nosematosis atau nosemosis.
BAB III

KESIMPULAN

1. Kebanyakan anggota dari filum Apicomplexa dan filum Microspora


bersifat merugikan bagi kesehatan manusia dan binatang.
Filum Apicomplexa dan filum Microspora adalah parasit protozoa
(protista mirip hewan), bersifat eukariotik, bersel satu (uniseluler),
menghasilkan spora sebagai alat perkembangbiakan dan bereproduksi
secara aseksual dan seksual. Filum Apicomplexa dan Microspora tidak
memiliki alat gerak (nonmotil). Tetapi pada filum Apicomplexa flagella
akan muncul pada tahap reproduksi tertentu. Ciri khas dari filum
Apicomplexa adalah adanya apical complex yang berfungsi menembus
membrane plasma sel inang, sedangkan ciri khas dari filum Microspora
adalah adanya filamen polar yang akan menonjol keluar dan mempenetrasi
sel inang untuk memasukkan sporoplasnya ke dalam sel inang.

2. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh anggota filum Apicomplexa:


- Plasmodium: Malaria— menyerang manusia.
- Cryptosporodium: Cryptosporodiosis (diare) — menyerang baik mamalia,
reptil, ikan, dan unggas. Pada manusia, kemungkinan terjangkit akan lebih besar
pada penderita penyakit immunodefisiensi seperti HIV/AIDS.
- Eimeria: Coccidiosis — menyerang unggas, terutama di organ ginjal.
- Isospora: Coccidiosis — menyerang anjing dan kucing, terutama di organ
pencernaan.
- Toxoplasma: Toxoplasmosis — menyerang binatang peliharaan seperti kucing
dan burung, dapat menular kepada manusia.

Penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh anggota filum Microspora:


- Nosema: Disentri — menyerang serangga seperti lebah madu.
- Enterocytozoon: Diare — menyerang manusia dengan infeksi oportunistik.
- Gluegea: Xenoma — menyerang ikan.

Anda mungkin juga menyukai