Anda di halaman 1dari 13

TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN KERAJINAN

Kerajinan merupakan suatu produk yang dibuat dengan tangan yang berkaitan
dengan kreasi. Contoh dari kerajinan adalah batu berharga, assesoris, pandai emas, perak,
kayu, kaca, porselin, kain, marmer, kapur, dan besi (Swetta, 2008). Menurut Dewan
Kerajinan Nasional (2008), kerajinan sebagai suatu perwujudan perpaduan ketrampilan untuk
menciptakan suatu karya dan nilai keindahan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
suatu kebudayaan. Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang kerajinan adalah teknologi
yang semakin modern, minat dan penghargaan masyarakat, dan ketersediaan bahan.

Nenek moyang bangsa Indonesia meninggalkan suatu pusaka yang amat penting bagi
kita, yaitu pusaka berupa ketrampilan untuk menggunakan dan memanfaatkan sumber daya
alam bagi keperluan hidup sehari-hari (Waluyo, 2000).

Jenis tumbuhan yang biasa digunakan untuk bahan kerajinan :

1. Eceng gondok (Eichornia crassipes)

Eceng gondok memiliki bunga yang indah berwarna ungu muda. Daunnya
berbentuk bulat telur dan berwarna hijau segar serta mengkilat bila terkena sinar
matahari. Daunnya ditopang oleh tangkai berbentuk silinder memanjang mencapai 1
m dengan diameter 1-2 cm. Tangkai daunnya berisi serat yang kuat dan lemas serta
mengandung banyak air. Cara perkembangbiakannya dengan biji dan tunas yang
berada di atas akar (Suhariyuwanto, 2003).
Eceng gondok tumbuh di danau atau air yang tergenang, eceng gondok
merupakan tumbuhan yang mengganggu lingkungan kehidupan habitat lain atau
fungsi perairan yang dimiliki danau atau kolam. Pertumbuhannya yang sangat cepat
menyebabkan upaya membatasinya sulit. Oleh karenanya perlu upaya pemanfaatan
lain untuk membatasi limbah yang diakibatkan oleh eceng gondok yaitu dengan
menjadi bahan baku barang anyaman. Produk kerajinan yang dapat dibuat dengan
bahan eceng gondok dengan teknik anyaman, yaitu : tas, tikar, alas piring, keranjang,
tempat tisu, tempat pensil, dan keranjang pakaian (Sukaya, 2002).
2. Rotan

Rotan tumbuh subur di daerah tropis, termasuk Indonesia. Akar tanaman rotan
mempunyai sistem perakaran serabut. Batang tanaman rotan berbentuk memanjang dn
bulat seperti silinder namun ada juga yang berbentuk segitiga. Batang tanaman rotan
terbagi menjadi ruas-ruas dimana setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan
tangkai daun melekat pada buku tersebut. Tanaman rotan berdaun majemuk dan
pelepah daun yang duduk pada buku menutupi permukaan ruas batang. Daun rotan
ditumbuhi duri, yang berfungsi sebagai penguat untuk menempel pada inang. Bunga
rotan merupakan bunga majemuk, dimana bunga terbungkus seludang. Buah rotan
terdiri atas kulit luar berupa sisik yang berbentuk trapesium dan tersusun secara
vertikal dari tokis buah. Bentuk permukaan buah rotan halus atau kasar berbulu,
sedangkan bentuknya umum bulat, lonjong atau bulat telur (Tellu, 2002).
Empat jenis rotan yang berpotensi sebagai bahan kerajinan, yaitu rotan sega
(Calamus caesius), rotan tali (Calamus diepenhprstii), rotan cincin (Daemanorops
didymophylla), dan Daemanorops elongatus. Batang rotan dimanfaatkan sebagai
bahan kerajinan rumah tangga atau hiasan lainnya. Misalnya mebel, kursi, rak,
penyekat ruangan, keranjang, tempat tidur, lemari, lampit, sofa, baki, pot bunga, dan
masih banyak lainnya. Selain itu batang rotan juga dapat digunakan untuk pembuatan
barang-barang anyaman untuk dekorasi, tas, kipas, bola takraw, karper, dan lainnya
(Tellu, 2002).
3. Bambu (Bambusa sp.)
Bambu tumbuh tersebar di daerah tropis, sub tropis, dan daerah beriklim
sedang. Bambu dapat tumbuh pada iklim kering sampai tropika basah, pada kondisi
tanah subuh dan kurang subur serta dari dataran rendah sampai 4000 m di atas
permukaan laut, dan dari tempat datar sampai lereng-lereng gunung atau tebing-tebing
sungai. Bambu tergolong keluarga rumput-rumputan, berumpun dan terdiri dari
sejumlah batang yang tumbuh secara bertahap, dari mulai rebung, batang muda, dan
sudah dewasa pada umur 4-5 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku,
beruas berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang.
Akar bambu terdiri atas rimpang berbuku dan beruas, pada buku ditumbuhi serabut
dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang (Prabowo, 1994).
Bambu banyak digunakan oleh masyarakat karena memiliki batang yang kuat,
lentur, lurus dan ringan, sehingga mudah diolah untuk berbagai produk. Bambu yang
baik sebagai bahan kerajinan adalah bambu yang sudah cukup tua, karena bambu
yang masih muda banyak mengandung air dan terlalu besar penyusutannya bila
kering. Berbagai kerajinan dari bambu antara lain : tempat pulpen, gantungan kunci,
cup lampu, keranjang, tas, topi, peralatan dapur, tirai dan lainnya (Prabowo, 1994).
4. Kelapa (Cocos nucifera)

Tanaman kelapa merupakan tanaman asli daerah tropis dan dapat dijumpai di
seluruh wilayah Indonesia. Batang tumbuhan tegak lurus ke atas sesuai dengan arah
sinar matahari, tidak bercabang dan tidak berkambium. Di ujung batang terdapat titik
tumbuh yang berfungsi membentuk daun, batang dan bunga. Tinggi pohon kelapa
bergantung pada faktor iklim, kesuburan tanah serta lingkungan lahan. Tanaman
kelapa berakar serabut. Daun kelapa memanjang dan bertulang sejajar. Bunga kelapa
merupakan bunga berkarang, dikenal dengan sebutan mayang. Bunga jantan dan
betina terdapat dalam satu pohon (Suharto, 2000).
Tanaman kelapa disebut tanaman serbaguna, karena dari akar sampai ke daun
dapat dimanfaatkan diantaranya untuk bahan kerajinan, baik dari daun (tulang daun
kelapa/lidi), bunga (pelindung bunga/mancung), maupun buahnya (sabut dan
tempurung kelapa). Lidi dapat digunakan untuk kerajinan anyaman. Tapas dapat
digunakan untuk kerajinan tas. Mancung dapat digunakan untuk kerajinan lampu
duduk dan lampu dinding. Sabut dapat digunakan untuk kerajinan bunga kering.
Batok/tempurung dapat digunakan untuk kerajinan tas, kancing, hiasan dinding dan
pigura (Suharto, 2000).
5. Pisang (Musa paradisiaca)

Pohon pisang berakar serabut dan tidak mempunyai akar tunggang. Batang
pisang adalah batang semu, bagian bawahnya merupakan umbi batang dan bagian atas
berupa batang yang dibentuk oleh upih daun yang memanjang dan saling menutupi
dengan ketebalan mencapai 20-50 cm. Umbi batang terdiri atas bagian dalam diaman
tumbuh akar-akar baru, dan bagian luar yang ditembus akar. Helai daun berbentuk
lanset tipis, mempunyai tangkai daun yang lunak, dengan pelepah yang berhimpitan
menjadi satu bagian pada batang yang lunak. Daun berukuran besar dan lebar tersusun
spiral, lamina melebar dengan urat daun pinnatus yang paralel satu sama lain dan
menggulung pada waktu muda (Ashari, 1995).
Selama ini bagian yang dimanfaatkan dari pohon pisang adalah buah dan
daunnya. Pisang adalah tanaman yang tidak berbuah dua kali, setelah berbuah
daunnya diambil, pohonnya ditebang dan menjadi sampah. Limbah pelepah pisang
memiliki serat yang banyak, tahan terhadap air (air tawar maupun air laut) dan
bertekstur kuat, sehingga cocok sebagai bahan baku produk kerajinan. Tekstur dan
warna dari pelepah pisang sangat unik dan dalami serta tahan lama sehingga jika
dimanfaatkan menjadi suatu karya akan menjadi unik dan menarik. Pelepah pisang
yang sudah dikeringkan dapat digunakan sebagai bahan anyaman kejarinan, bahan
tersebut juga dapat dibentuk dan dirangkai menjadi setangkai bunga kering yang
indah, pigura, tempat pulpen, tempat tisu dan sebagainya (Agustina, 2009).
6. Akar wangi (Vetizeria zizanoides L.)

Akar wangi tumbuh secara alami di tempat berpayau. Selain hidup di wilayah
tropis, tanaman ini bisa ditemukan di wilayah subtropis. Akar wangi termasuk
tanaman rumput menahun, yang membentuk rumpun yang besar, padat, dengan arah
tumbuh tegak lurus. Akarnya bercabang, memiliki rimpang, dengan sistem akar
serabut yang dalam, serta beraroma harum. Daun berbentuk garis, pipih, kaku, dengan
permukaan bawah daun licin. Perbungaan malai (tandan majemuk) terminal. Setiap
tandan memilii panjang sekitar 10 cm. Ruas yang terbentuk antara tandan dan tangkai
bunga terbentuk benang, tetapi di bagian apeksnya tampak menebal (Indrawanto,
2009).
Kerajinan akar wangi merupakan kerajinan yang terbuat dari akar wangi yang
tumbuh dan berkembang di negara beriklim tropis. Keistimewaan kerajinan akar
wangi adalah memiliki fungsi tertentu (misal tempat tisu), memiliki karakteristik
menarik dan unik (masih langka), serta dapat menjadi pengharum yang menyegarkan
ruangan, tekstur akar yang tidak merata juga dapat menjadikan hasil kerajinan
memiliki nilai seni yang unik. Kerajinan akar wangi menampilkan beberapa produk
seperti tas, boneka, gorden, hiasan dinding, sarung bantal, tempat majalah, penutup
galon, penutup kulkas dan sebagainya (Indrawanto, 2009).
7. Pandan (Pandanus atrocarpus)
Pandan merupakan pohon atau semak yang tegak, bercabang, dengan akar
tunjang sekitar pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 2-3 m, lebar 8-12 cm,
ujung daun segitiga lancip, tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri,
tekstur daun berlilin, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Buah letaknya terminal
atau lateral, soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar. Tumbuhan ini dapat
ditemukan mulai dari pantai berpasir hingga hutan dataran tinggi dengan ketinggian
3500 m dari permukaan laut, dan juga di hutan sekunder dan padang rumput dengan
corak ragam tanah mulai dari tanah basah subur berhumus, kapur, dan rawa gambut
(Rahayu, 2008).
Pandan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri kerajinan, antara
lain anyaman. Untuk menghasilkan produk anyaman dari bahan tumbuhan diperlukan
tumbuhan yang memiliki serat yang panjang dan kuat. Kerajinan pandan meliputi
tikar, topi, tas, sandal, tempat tisu dan sebagainya (Rahayu, 2008).
Menurut Ummah (2011) beberapa tumbuhan lain juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan kerajinan, dianataranya adalah sebagai berikut :
TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN ANYAMAN
Kerajinan anyaman merupakan kerajinan tradisional yang masih ditekuni sampai saat
ini. Anyaman banyak mengalami perkembangan mulai dari bentuk dan motif yang bervariasi
sehingga bentuk dan motif tidak kelihatan monoton. Anyaman adalah suatu kegiatan
ketrampilan masyarakat dalam pembuatan barang dengan cara atau teknik susup menyusup,
tindah menindih dan saling lipat melipat antara lungsing dan pakan sehingga saling
menguatkan antara satu dengan yang lainnya (Ujung, 2018). Menurut Yudoseputro (1983)
menganyam merupakan suatu kegiatan menjalin bahan yang berbentuk pita sehingga satu
sama lainnya saling kuat menguatkan dan karena tekniknya timbul motif yang berulang.
Jenis anyaman bermacam-macam. Setiap jenis berbeda cara mengerjakannya.
Anyaman yang sering digunakan adalah anyaman sasag, anyaman kepang, dan anyaman
bersegi. Anyaman sasag banyak digunakan untuk pembuatan keranjang, anyaman kepang
untuk pembuatan bilik, anyaman bersegi untuk pembuatan kursi rotan (Ujung, 2018).
Selain jenis-jenis tersebut, masih banyak corak anyaman yang merupakan
pengembangan dari jenis anyaman sasag dan anyaman kepang. Corak-corak tersebut dapat
digunakan untuk pembuatan produk-produk tertentu. Beberapa diantaranya mata walik,
rereng mata walik, pasung, turih wajit, dan bunga pintuhuang (Ujung, 2018).

Menurut Mustikowati (2014) jenis tumbuhan yang biasa digunakan untuk bahan
anyaman diantaranya :

1. Mendong

Mendong adalah sejenis rerumputan yang hidup di daerah berair seperti sawah
atau rawa. Batang-batang yang baik, lalu dijemur selama 2 atau 3 jam dalam cuaca
yang baik. Setelah dikumpulkan sesuai panjangnya, lalu diikat dan dijemur lagi
selama 2 sampe 3 jam dalam cuaca baik. Setelah itu mendong disimpan didalam
rumah selama satu hari, agar tidak mudah patah. Selanjutnya mendong dicelup untuk
pewarnaan dan dijemur kembali. Kebanyakan mendong diproses menjadi tikar dengan
cara dianyam, pada saat penganyaman mendong harus dibasahkan dahulu agar tidak
mudah putus. Mendong dapat juga dijalin dibuat rara maupun dianyam. Selain
menjadi tikar, mendong dapat menjadi beberapa jenis kerajinan anyaman seperti tas,
topi, dan ada pula yang dikombinasikan dengan rotan untuk diproduksi kursi dan
perabotan rumah tangga.
2. Eceng gondok

Tanaman enceng gondok adalah tanaman gulma atau sejenis tanaman liar
diair, hidup dirawa-rawa. Orang lebih mengenal enceng gondok (Eichhornia
Crassipes) dari suku Pontederiaceae sebagai gulma air atau tanaman pengganggu
yang mudah tumbuh dan sangat sulit untuk diberantas. Enceng gondok tidak
mempunyai batang, tingginya sekitar 0,4-0.8m. daunnya tunggal dan berbentuk oval
berwarna hijau, bunganya termasuk bunga majemuk, berbulir, dengan kelopak
berbentuk tabung dan mempunyai akar serabut. Seperti halnya mendong, enceng
gondok yang akan digunakan harus dicuci dan dikeringkan, diberi warna jika perlu
dan diberi pengawet agar menjadi tahan lama. Anyaman enceng gondong dapat dibuat
kerajinan, seperti tas, sandal, alas duduk, tempat tisu, bahkan kursi.
3. Bambu
Bambu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang mempunyai batang
berongga dan beruas-ruas, banyak sekali jenis dan juga banyak sekali menjadi
manfaat pada manusia. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini
bambu adalah tanaman dengan pertumbuhan paling cepat karena memiliki sistem
rhizoma-dependen unik, tergantung pada tanah dan klimatologi tenpat bambu
ditanam. Kerajinan anyaman dari bambu berarti bahan utamanya adalah bambu.
Bambu yang digunakan biasanya tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua sehingga
mudah untuk dianyam. Jenis bambu yang bagus untuk dianyam adalah jenis bambu
tali karena tidak mudah patah dan seratnya pun halus. Agar hasil anyaman bertahan
lama, bambu yang telah dipotong dan dibelah tipis dijemur selama satu minggu agar
kadar air dalam bambu berkurang. Diantara kerajinan anyaman bambu adalah kap
lampu, bilik bambu, tampah, kukusan, dan topi caping.
4. Rotan

Rotan adalah sekelompok palma dari suku Calameae yang memiliki habitus
memanjat, terutama Calamus, Daemonorops, dan Oncocalamus. Batangnya biasanya
langsing dengan diameter 2-5cm, beruas-ruas panjang, tidak berongga, dan banyak
yang dilindungi oleh duri-duri panjang, keras, dan tajam. Duri berfungsi sebagai alat
pertahanan diri dari herbivore, sekaligus membantu pemanjatan, karena pohon ini
tidak dilengkapi dengan sulur. Suatu batang rotan bisa mencapai panjang ratusan
meter. Batangnya mengeluarkan air jika ditebas dan dapat digunakan sebagai cara
bertahan hidup dialam bebas.
5. Mintu
Tumbuhan Mintu, adalah tumbuhan merambat banyak tumbuh dihutan tropis.
Berbeda dengan rotan yang keras dan getas, sulur-sulur pohon Mintu tampak lebih
lentur dan benyak mengandung air. Untuk membuat kopiah keranjang terlebih dahulu
sulur Mintu dikeringkan di bawah matahari sampai warna kulitnya kecoklatan. Lalu
dengan sangat hati-hati, kulit tersebut dilepaskan dari batangnya dengan
menggunakan pisau. Sedangkan bagian dalam batangnya yang mirip batang bambu
dibelah-belah sebesar lidi. Setelah seluruh proses persiapan bahan selesai, barulah
penganyaman kopiah dilakukan. Menggunakan lidi yang terbuat bilah-bilah Mintu,
Kopiah mendapatkan kerangka yang membuatnya tidak mudah berubah bentuk. Lidi
Mintu yang biasanya sangat panjang itu kemudian dianyam dengan kulit batangnya
sehingga terbentuklah kopiah seperti yang dikehendaki pengrajin. Bentuk Kopiah
Keranjangpun bervariasi, ada yang berbentuk seperti kopiah konvensional ada pula
yang berbentuk bulat. Apapun bentuknya, keunikan yang diciptakan oleh gradasi
warna kulit Mintu tak pernah kehilangan pesonanya.
DAPUS
Agustina, A. 2009. Pemanfaatan Limbah Pelepah Pisang (Musa sp.) Menjadi Kerajinan yang
Unik, Eksotis dan Berdaya Saing Tinggi Asli Budaya Indonesia. Bandung :
Universitas Padjadjaran
Ashari, S. 1995. Holtikultura Aspek Budidaya. Jakarta : UI Press
Dewan Kerajinan Nasional (DEKRANAS). Jakarta : Ampera Raya
Indrawanto, C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides L.)
Menggunakan Interpretatif Struktural Modelling. Jurnal Informatika Pertanian. Bogor
: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Vol 18 No 1 Hal 78-83
Mustikowati, T. 2014. Kerajinan Anyaman Kopiah Keranjang di Dusun Diata Desa Pulubala
Kec. Pulubala Kab. Gorontalo. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo
Prabowo, E. 1994. Bambu untuk Kehidupan Masa Kini. Ubud : Yayasan Bambu Lingkungan
Lestari
Rahayu, S. 2008. Kajian Etnobotani Pandan Samak (Pandanus odoratissimus) : Pemanfaatan
dan Peranannya dalam Usaha Menunjang Penghasilan Keluarga di Ujung Kulon,
Banten. Jurnal Biodiversitas. Bogor : IPB, Vol. 9 No. 4 Hal 310-314
Suhariyuwanto. 2003. Kerajinan Tangan Eceng Gondok. Ungaran : Pemberdayaan UPT dan
Tenaga Kependidikan
Suharto. 2000. Pemanfaatan Kelapa (Batang, Tapas, Lidi, Mancung, Sabut dan Tempurung)
sebagai Bahan Kerajinan. Yogyakarta : FBS UNY
Sukaya, Y. 2002. Desain dan Mutu Kriya (Kerajinan Tangan) Eceng Gondok. Jakarta :
Universitas Indonesia
Swetta, A. 2008. Produk Kerajinan dari Limbah Alam. Kompas
Tellu, T.A. 2002. Potensi dan Pola Penyebaran Jenis-Jenis Rotan di Hutan Vagar Alam
Morowali. Journal Science & Technology Vol. 3 Hal. 34-46
Ujung, C.S. dan Chairani. 2018. Analisis Seni Kerajinan Anyam Tali Kur Siswa Kelas X
Madrasah Aliyah Negeri 1 Stabat Berdasarkan Teknik, Bentuk dan Warna. Jurnal
Seni Rupa. Vol. 7 No. 1
Ummah, H.S. 2011. Etnobotani Tumbuhan Sebagai Bahan Kerajinan oleh Masyarakat Suku
Using Kabupaten Banyuwangi. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim
Walluyo, B.E. 2000. Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Peluangnya dalam Penelitian
Etnobotani. Majalah Ilmu dan Budidaya. Bogor : Balitbang Botani, Puslitbang
Biologi LIPI
Yudoseputro, W. 1983. Seni Kerajinan Indonesia. Jakarta : Direktorat Menengah Kejuruan

Anda mungkin juga menyukai