0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
79 tayangan3 halaman
Regenerasi pada ikan komet termasuk regenerasi epimorfosis, yaitu tipe regenerasi yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang kemudian direspesifikasi. Proses regenerasi epimorfosis meliputi penutupan luka oleh epitel, dediferensiasi jaringan sekitar luka, dan pembentukan kuncup regenerasi untuk pertumbuhan kembali bagian yang dipotong.
Regenerasi pada ikan komet termasuk regenerasi epimorfosis, yaitu tipe regenerasi yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang kemudian direspesifikasi. Proses regenerasi epimorfosis meliputi penutupan luka oleh epitel, dediferensiasi jaringan sekitar luka, dan pembentukan kuncup regenerasi untuk pertumbuhan kembali bagian yang dipotong.
Regenerasi pada ikan komet termasuk regenerasi epimorfosis, yaitu tipe regenerasi yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang kemudian direspesifikasi. Proses regenerasi epimorfosis meliputi penutupan luka oleh epitel, dediferensiasi jaringan sekitar luka, dan pembentukan kuncup regenerasi untuk pertumbuhan kembali bagian yang dipotong.
Regenerasi pada ikan komet termasuk dalam tipe regenerasi epimorfosis
yang khas pada regenerasi membra. Regenerasi epimorfosis merupakan tipe
regenerasi lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi, yang kemudian direspesifikasi (Sounder, 1982). Proses regenerasi epimorfis, setelah pemotongan proses untuk sembuh dari luka mulai berlangsung. Dalam waktu satu jam pertama setelah amputasi, sel epitel mulai berimigrasi sebagai lembar dan mulai menutupi jaringan mesenchymal. Selama periode ini banyak yang rusak dan sel-sel terluka menjadi apoptosis dan dihapus dari lokasi amputasi. Setelah itu, lokasi amputasi menjadi meradang dan proses penyembuhan dimulai (Suresh, et al. 2010). Perlakuan yang dilakukan pada 5 ikan komet yaitu ikan digunting pada bagian ekor yang berbeda pola untuk setiap ikan. Terlebih dahulu dilakukan pengukuran panjang ekor awal kemudian digunting sesuai ketentuarn. Bagian yang dipotong adalah bagian ekor ikan.. Ikan dimasukkan kembali ke dalam akuarium yang telah diberi aerator dan dipelihara selama 3 minggu dikarenakan pada minggu selanjutnya ikan mati. Ikan diberi makan pelet setiap hari dan akuarium dibersihkan setiap dua hari sekali. Pengamatan dilakukan setiap hari sekali dan diukur panjang tubuhnya untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan ekor yang dipotong. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat pertambahan panjang pada ekor ikan yang dipotong setelah pemeliharaan. Hasil rata-rata potongan ekor ikan mengalami pertambahan panjang 1mm/hari. Kalthoff (1996), faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya. Kondisi yang dapat diamati pada pertumbuhan sirip ikan adalah terbentuk daerah transparan pada bekas potongan sirip setelah 3-5 hari masa pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa proses regenerasi ekor ikan berlangsung secara bertahap. Pada hari pertama dan kedua setelah pemotongan ekor ikan tidak langsung tumbuh melainkan mengalami penyembuhan luka terlebih dahulu. Pada hari ketiga baru muncul calon ekor dengan warna putih transparan, ini merupakan tahap pertumbuhan (Paxton, 1986). Menurut Morgan (1989), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan. Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu mempengaruhi dalam proses regenerasi. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu : 1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung. 2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit. 3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit. 4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk blastema. 5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar lagi. 6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa dengan asalnya. Menurut Stoner (1981) regenerasi sangat bergantung pada proses-proses yang terjadi di dalam tubuh, suhu serta makanan tetapi pengaruhnya tidak terlalu besar. Regenerasi meliputi tiga cara, yaitu : 1. Pertama lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi. yang kemudian direspesifikasi. Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi epimorfis, dan ini khas pada regenerasi membra. Contohnya pada insecta, pisces dan reptilia. 2. Mekanisme regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini terjadi lewat pemolaan kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak disertai dengan perbanyakan sel. Regenarasi mofolaksis terjadi pada Hydra. 3. Tipe regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai regenerasi konsenpatori. Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Tipe regenerasi konsenpatori khas pada hati manusia . Sounder, J. W. 1982. Developmental Biology. Macmillan Publishing Co. New York
Suresh, B. Yadav, M. And Desai, I. 2010. Influence of FGF-2 on the Antioxidant
Status in Tissues During Various Stages of Tail Regeneration in the Northern House Gecko, Hemidactylus flaviviridis. Journal of Cell and Tissue Research Vol. 10(1) 2091-2100.
Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc,
New York.
Morgan, W. 1989. Comparative Anatomy. John Willey and Sons Inc., New York.
Paxton, M. J. W. 1986. Endocrinology Biological and Medical Perspectives. Wm.
C. Brown Publisher, Dubuque, Loa.
Storer and Usinger. 1981. Elements of Zoology. Mc. Graw Hill Book Company Inc., New York.