Anda di halaman 1dari 3

Regenerasi pada ikan komet termasuk dalam tipe regenerasi epimorfosis

yang khas pada regenerasi membra. Regenerasi epimorfosis merupakan tipe


regenerasi lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa
untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi, yang kemudian direspesifikasi
(Sounder, 1982). Proses regenerasi epimorfis, setelah pemotongan proses untuk
sembuh dari luka mulai berlangsung. Dalam waktu satu jam pertama setelah
amputasi, sel epitel mulai berimigrasi sebagai lembar dan mulai menutupi
jaringan mesenchymal. Selama periode ini banyak yang rusak dan sel-sel terluka
menjadi apoptosis dan dihapus dari lokasi amputasi. Setelah itu, lokasi amputasi
menjadi meradang dan proses penyembuhan dimulai (Suresh, et al. 2010).
Perlakuan yang dilakukan pada 5 ikan komet yaitu ikan digunting pada
bagian ekor yang berbeda pola untuk setiap ikan. Terlebih dahulu dilakukan
pengukuran panjang ekor awal kemudian digunting sesuai ketentuarn. Bagian
yang dipotong adalah bagian ekor ikan.. Ikan dimasukkan kembali ke dalam
akuarium yang telah diberi aerator dan dipelihara selama 3 minggu dikarenakan
pada minggu selanjutnya ikan mati. Ikan diberi makan pelet setiap hari dan
akuarium dibersihkan setiap dua hari sekali. Pengamatan dilakukan setiap hari
sekali dan diukur panjang tubuhnya untuk mengetahui ada tidaknya pertumbuhan
ekor yang dipotong.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa terdapat
pertambahan panjang pada ekor ikan yang dipotong setelah pemeliharaan. Hasil
rata-rata potongan ekor ikan mengalami pertambahan panjang 1mm/hari. Kalthoff
(1996), faktor-faktor yang mempengaruhi petumbuhan dan perkembangan hewan
dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal
meliputi gen dan hormon. Faktor eksternal meliputi air, makanan dan cahaya.
Kondisi yang dapat diamati pada pertumbuhan sirip ikan adalah
terbentuk daerah transparan pada bekas potongan sirip setelah 3-5 hari masa
pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa proses regenerasi ekor ikan
berlangsung secara bertahap. Pada hari pertama dan kedua setelah pemotongan
ekor ikan tidak langsung tumbuh melainkan mengalami penyembuhan luka
terlebih dahulu. Pada hari ketiga baru muncul calon ekor dengan warna putih
transparan, ini merupakan tahap pertumbuhan (Paxton, 1986).
Menurut Morgan (1989), regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan faktor bahan makanan.
Kenaikan dari temperatur, pada hal tertentu, mempercepat regenerasi. Regenerasi
menjadi lebih cepat pada suhu 29,7o C. Faktor bahan makanan tidak begitu
mempengaruhi dalam proses regenerasi. Regenerasi melalui beberapa tahapan,
yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab
yang bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di
bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat
itu luka telah tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda
kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru.
Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di
bawah epitel. Serat jaringan ikat juga berdisintegrasi dan semua sel-selnya
mengalami diferensiasi. Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang
rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat
miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada
saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal dari penimbunan sel-sel
diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama
di dinding kapiler darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan
berproliferasi membentuk blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak
dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai
besar yang maksimal dan tidak membesar lagi.
6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya proliferasi
sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari parenkim dapat
menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan saraf dan saluran pencernaan.
Sehingga bagian yang dipotong akan tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan
histologis yang serupa dengan asalnya.
Menurut Stoner (1981) regenerasi sangat bergantung pada proses-proses
yang terjadi di dalam tubuh, suhu serta makanan tetapi pengaruhnya tidak terlalu
besar. Regenerasi meliputi tiga cara, yaitu :
1. Pertama lewat mekanisme yang melibatkan dediferensiasi struktur dewasa
untuk membentuk masa sel yang terdiferensiasi. yang kemudian
direspesifikasi. Tipe regenerasi seperti ini disebut regenerasi epimorfis, dan ini
khas pada regenerasi membra. Contohnya pada insecta, pisces dan reptilia.
2. Mekanisme regenerasi kedua disebut mofolaksis. Regenerasi semacam ini
terjadi lewat pemolaan kembali jaringan yang masih ada (tersisa), yang tidak
disertai dengan perbanyakan sel. Regenarasi mofolaksis terjadi pada Hydra.
3. Tipe regenerasi ketiga adalah regenerasi intermediet, dan diduga sebagai
regenerasi konsenpatori. Pada regenerasi ini, sel-sel membelah, tetapi
mempertahankan fungsi sel yang telah terdiferensiasi. Tipe regenerasi
konsenpatori khas pada hati manusia .
Sounder, J. W. 1982. Developmental Biology. Macmillan Publishing Co. New
York

Suresh, B. Yadav, M. And Desai, I. 2010. Influence of FGF-2 on the Antioxidant


Status in Tissues During Various Stages of Tail Regeneration in the
Northern House Gecko, Hemidactylus flaviviridis. Journal of Cell and
Tissue Research Vol. 10(1) 2091-2100.

Kalthoff, Klaus. 1996. Analysis of Biological Development. Mc Graw-Hill Mc,


New York.

Morgan, W. 1989. Comparative Anatomy. John Willey and Sons Inc., New York.

Paxton, M. J. W. 1986. Endocrinology Biological and Medical Perspectives. Wm.


C. Brown Publisher, Dubuque, Loa.

Storer and Usinger. 1981. Elements of Zoology. Mc. Graw Hill Book Company
Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai