OLEH
1706050081
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap makhluk hidup di dunia ini memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya.
Memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya, melestarikan
kehidupannya dengan berkembang biak, dan memiliki kemampuan utuk memperbaiki organ atau
jaringan tubuh yang rusakyang disebut dengan daya regenerasi. Setiap makhluk hidup baik itu
hewan atau tumbuhan memiliki daya regenerasi yang berbeda-beda selain itu regenerasi juga
dapat disebut kemampuan tubuh suatu organisme untuk menggantikan bagian tubuh yang rusak
baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja (karena kecelakaan) dengan bagian tubuh yang
baru dengan bentuk yang sama persis dengan sebelumnya.
Cacing adalah sebagai salah satu contoh dari sekian banyak makhluk hidup yang mempunyai
kemampuan dalam regenerasi organ, jika ekor cacing yang diputuskan tersebut akan tergantikan
kembali melalui proses regenerasi organ yang memerlukan waktu tertentu dalam proses
pembentukannya. Regenerasi adalah proses memperbaiki bagian yang rusak kembali seperti
semula. Cacing memiliki daya regenerasi yang terdapat pada ekornya (posteriornya), kemudian
daya regenerai pada setiap makhluk hidup tidak semuanya sama ada yang daya regenerasinya
cepat dan ada pula yang lambat ini dipengaruhi oleh beberapa factor yakni makanan dan
lingkungan. Jika kedua komponen ini terpenuhi dengan baik maka proses regenerasi pada
makhluk hidup dapat dilakkan dengan baik.Adapun yang melatar belakangi dalam pembuatan
laporan ini yaitu untuk mengetahui lagi tentang regenerasi pada cacing juga syarat untuk masuk
dipraktek bereikutnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Proses Regenerasi Pada Cacing Tanah ?
C. Tujuan
Untuk Mengetahui Proses Regenerasi Pada Cacing Tanah.
BAB II
PEMBAHASAN
Ekor cacing memiliki bentuk yang panjang dan lunak yang memungkinkan untuk bisa
memendek dan menumpul. Ekor akan mengalami regenerasi bila ekor tersebut putus dalam
usaha perlindungan diri dari predator. Regenerasi tersebut diikuti oleh suatu proses, yaitu
autotomi. Autotomi adalah proses adaptasi yang khusus membantu hewan melepaskan diri dari
serangan musuh. Jadi, autotomi merupakan perwujudan dari mutilasi diri. Cacing jika akan
dimangsa oleh predatornya maka akan segera memutuskan ekornya untuk menyelamatkan diri.
Ekor yang putus tersebut dapat tumbuh lagi tetapi tidak sama seperti semula (Strorer, 1981).
Ekor cacing yang dipotong sel epidermisnya menyebar menutupi permukaan luka dan
membentuk tudung epidermis apikal.Semua jaringan mengalami diferensiasi dan generasi
membentuk sel kerucut yang disebut blastema regenerasi di bawah tudung.Berakhirnya periode
proliferasi, sel blastema mengadakan rediferensiasi dan memperbaiki ekornya.Ketika salah satu
anggota badan terpotong hanya bagian tersebut yang disuplai darah dan dapat bergenerasi.Hal
inilah yang memberi pertimbangan bahwa bagian yang dipotong selalu bagian distal (Kalthoff,
1996).
Secara eksperimental pada ekor cacing yang telah dipotong, ternyata hasil regenerasinya
tidak sama dengan semula. Pertambahan panjang tidak sama dengan ekor yang dipotong. Ekor
baru tidak mengandung notochord dan vertebrae yang baru hanya terdiri dari ruas-ruas tulang
rawan atau segmen-segmen.Ruas-ruas ini hanya meliputi batang syaraf (medula spinalis), jumlah
segmen itu pun tidak lengkap seperti semula. Proses perbaikan pertama pada regenerasi ekor
cacing adalah penyembuhan luka dengan cara penumbuhan kulit di atas luka tersebut. Kemudian
tunas-tunas sel yang belum berdiferensiasi terlihat.Tunas ini menyerupai tunas anggota tubuh
pada embrio yang sedang berkembang. Ketika waktu berlalu sel-sel dari anggota tubuh yang
sedang regenerasi diatur dan berdiferensiasi sekali lagi menjadi otot, tulang, segmen dan jaringan
lajunya yang menjadikan ekor fungsional.
Proses regenerasi ini secara mendasar tidak ada perusakan jaringan otot, akibatnya tidak
ada pelepasan sel-sel otot. Sumber utama sel-sel untuk beregenerasi adalah berasal dari
ependima dan dari berbagai macam jaringan ikat yang menyusun septum otot, dermis, jaringan
lemak, periosteum dan mungkin juga osteosit vertebrae.Sumber sel untuk regenerasi pada reptile
berasal dari beberapa sumber yaitu ependima dan berbagai jaringan ikat (Manylov, 1994).
Studi regenerasi mengungkapkan bahwa sel-sel dewasa dari jaringan tertentu yang telah
berdiferensiasi misalnya epidermis, mensintesis dan menghasilkan zat yang secara aktif
menghambat mitosis-sel-sel muda dari jaringan yang sama, zat ini disebut kolona. Stadium
permulaan dari regenerasi tidak ada sel-sel dewasa sehingga tidak ada penghambatan
pembelahan sel. Jaringan dari struktur yang mengalami regenerasi berdiferensiasi, mulailah
produksi kolona dan agaknya secara berangsur-angsur menghentikan pertunbuhan struktur
tersebut. Regenerasi melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku membentuk scab yang
bersifat sebagai pelindung.
2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan luka, di bawah
scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua hari, dimana pada saat itu luka telah
tertutup oleh kulit.
3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat muda kembali dan
pluripotent untuk membentuk berbagai jenis jaringan baru. Matriks tulang dan tulang
rawan akan melarut, sel-selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga
berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi.Sehingga dapat
dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot
akan berdiferensiasi, serat miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.
4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas luka. Pada saat ini
scab mungkin sudah terlepas.Blastema berasal dari penimbunan sel-sel diferensiasi
atau sel-sel satelit pengembara yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler
darah. Pada saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk
blastema.
5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara serentak dengan
proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu blastema mempunyai besar yang
maksimal dan tidak membesar lagi.
Regenerasi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah temperatur, proses biologi dan
faktor bahan makanan.Kenaikan dari tempetatur, pada hal-hal tertentu dapat mempercepat
regenerasi. Regenerasi menjadi cepat pada suhu 29,7 derajat Celcius. Faktor bahan makanan
tidak begitu mempengaruhi proses regenerasi (Morgan, 1989).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Regenerasi pada cacing tanah termasuk regenerasi kecil karena hanya merupakan
penggantian sebagian kecil dari tubuh organisme dan tidak menghasilkan individu
baru.
DAFTAR PUSTAKA
Balinsky, 1981, Poses perkembang biakan pada kelompok avertebrata, Jakarta, Erlangga.
Subowo. 2011. Peran Cacing Tanah Kelompok Endogaesis dalam Meningkatkan Efisiensi
Pengolahan Tanah Lahan Kering. Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 30(4): 126.