Anda di halaman 1dari 26

Biology

Ada kesalahan di dalam gadget ini


Mengenai Saya
Kholish Sains
Lihat profil lengkapku

Selasa, 22 Desember 2009


Regenerasi

PROSES REGENERASI EKOR KADAL


Mabouya multifasciata Khul
Regenerasi adalah kemampuan organisme untuk mengganti bagian-bagian tubuh yang hilang
baik karena luka, sobek, rusak ataupun karena peristiwa autotomi. Kadal merupakan salah
satu lacertilia yang dapat mengalami regenerasi ekor setelah mengalami autotomi. Autotomi
ekor adalah peristiwa putus dengan sendirinya sebagian atau seluruh ekor dengan tiba-tiba
apabila dikejar atau di tangkap ekornya. Bagian ekor yang lepas akan bergerak beberapa saat
untuk menarik perhatian musuh sementara kadal akan melarikan diri. Putusnya ekor terjadi
pada tempat-tempat tertentu di sepanjang ekor yang merupakan dataran retakan terletak
melintang.
Setelah ekor mengalami autotomi akan diikuti oleh proses regenerasi sehingga tumbuh ekor
baru yang ukuran dan bentuknya hampir sama dengan ekor semula tetapi struktur anatominya
terutama vertebrae, jaringan syaraf, dan kulit berbeda. Proses regenerasi terbagi menjadi 3
fase yaitu : fase penyembuhan luka, fase pembembentukan blastema dan fase diferensiasi
serta pertumbuhan ekor. Setelah ekor diamputasi permukaan luka diisi oleh jaringan dan sel-
sel dibagian proksimal luka. Sel-sel epitel kulit melakukan gerakan ameboid, meluas masuk
kebagian permukaan luka sehingga menutup luka. Setelah penutupan luka, jaringan syaraf
pada ujung ekor yang putus mengalami disintegrasi sebagian. Sel-sel otot, tulang, tulang
rawan kehilangan tanda khasnya. Pada saat itu sel-sel semua jaringan menyerupai sel
embrional. Sel-sel ini migrasi kearah ujung ekor dan mengadakan proliferasi sehingga tubuh
blastema. Kemudian akan mengalami diferensiasi menjadi sel-sel serupa seperti semula.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses regenerasi ekor kadal setelah
mengalami autotomi. Dalam penelitian ini digunakan 62 ekor kadal dewasa, dengan panjang
tubuh antara 8,5-10 cm, ekor tidak dalam keadaan bunting, serta warna panjang ekor
seluruhnya sama untuk setiap hewan. Kadal dipelihara dalam kandang khusus, dibuat dari
bak plastik bertutup kawat kasa.
Autotomi dilakukan dengan cara menjepit ekor dengan pinset pada jarak 5cm dari ujungnya
sambil diangkat dan dibiarkan selama 10 detik. Pada umumnya 5 detik setelah dijepit akan
terjadi autotomi. Kadal yang telah mengalami autotomi ekor dipelihara, kemudian setiap 2
ekor kadal dibunuh yaitu :
1. Pada umur-umur pemeliharaan 1 hari, 2 hari, 3 hari, dan seterusnya sampai 21 hari dengan
selang waktu 1 hari.
2. Pada umur-umur pemeliharaan 4 Minggu 5 Minggu, 6 Minggu, dan seterusnya sampai 12
Minggu denagn selang waktu 1 Minggu.
Bagian peralihan antara ekor yang melekat pada tubuh dan ekor yang baru tubuh, dipotong
sepanjang 1 m. potongan ekor dibuat sediaan mikroanatomi dengan metode paraffin. Sebagai
pembanding, 2 ekor kadal yang tidak mengalami autotomi dipotong ekornya sepanjang 1 cm.
pada jarak 5 cm dari ujung ekor,kemudian potongan ekor ini dibuat sediaan mikroanatomi
dengan cara yang sama. Karena ekor kadal tersusun atas jaringan tulang dan jaringan bukan
tulang maka untuk membuat sediaan mikroanatominya jaringan tulang dilunakkan dengan
memfiksasi potongan ekor kedalam larutan ekor HNO3 0,1 % selama 2x24 jam. Kemudian
dilanjutkan dengan metode paraffin, pemulasan hematoxsylin Ehrilich Eosin (HE) serta
Mallory Acid Fuchsin (MAF).Sediaan mikroanatomi ini diamati dengan mikroscop cahaya,
untuk mengetahui urutan proses regenerasi ekor kadal. Data dikumpulkan dalam bentuk
gambar.
Dengan menggunakan metode tersebut dapat dihasilkan bahwa pada sediaan mikroanatomi
penampang membujur ekor kadal yang tidak mengalami autotomi menunjukkan pada
vertebra caudalis terdapat celah melintang yang membagi vertebra menjadi 2 bagian. Dan
didapatan bahwa dataran autotomi ekor kadal terletak melintang pada vertebra caudalis, serta
melalui septum interadiposum dan myoseptum.
Satu hari setelah autotomi, permukaan ekor yang putus tertutup oleh darah yang membeku
dan sel-sel yang rusak. Dua hari dan tiga hari setelah autotomi terjadi proliferasi epitel kulit
yang kemudian migrasi kearah permukaan luka. Lima gari dan enam hari setelah autotomi,
permukaan luka bekas putusnya eor telah tertutup oleh epitel kulit. Delapan hari setelah
autotomi, dediferensiasi jaringan tersebut bertambah banyak. Empat belas hari setelah
autotomi, pada blastema terlihat kelompok-kelompok sel mesenkim tersusun memanjang
searah dengan sumbu panjang ekor dan sel-sel mesenkin disekeliling sel-sel ependim
berbentk lonjong tersusun tegak lurus terhadap sel-sel ependim. Sel-sel epitel ekor yang
mengalami regenerasi tersusun atas beberapa lapisan sel. 21 hari setelah autotomi terlihat sel-
sel yang tersusun memanjang tadi akan membentuk jaringan otot sedangkan sel-sel yang
tersusun tegak lurus terhadap sel-sel ependim, membentuk jaringan tulang rawan.
Jaringan tulang rawan ini membentuk suatu bangunan seperti pipa. Didalam pipa tulang
rawan ini terdapat medulla spinalis yang merupakan medulla spinalis ekor lama. Sisik-sisik
sudah mulai terbentuk, yang dimulai dengan penolan epidermis kearah dermis. 28 hari setelah
autotomi, jaringan fibrosa padat pada sisik ekor baru telah terbentuk dan saat ini tebal
epidewrmis ekor baru ham[ir sama dengan tebal ekor lama. Pada sediaan mikroanatomi ekor
kadal 10 minggu dan 12 minggu setah autotomi terlihat pipa tulang rawan tidak mengalami
perubahan menjadi tulang dan didalamnya terdapat medulla spinalis yang merupakn lanjutan
medulla spinalis ekor lama.
Diposkan oleh Kholish Sains di 17.04 Tidak ada komentar:

Minggu, 20 Desember 2009


BYOPHYTA

DIVISI BRYOPHYTA
(Tumbuhan Lumut)

Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta pada
umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan
platida yang mengandung klorofil-a dan b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah
mempunyai dinding
yang terdiri atas selulosa. Pada Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan
arkegonium,demikian pula sporogoniumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Arkegonium
adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut perut,
dan bagian yang sempit leher.
Mikrogametangium (anteredium) adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat atau
seperti gada. Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri atas selapis sel-sel mandul.
Pada Bryopgita embrio itu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan menghasilkan spora,
yaitu sporogonium.
Perkembangbiakan lumut berlangsung sebagai berikut.
Spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut
dinamakan protonema. Tubuh tumbuhan lumut berupa talus seperti lembaran-lembaran daun
(Hepaticae), atau telah mempunyai habitus seperti pohon kecil dengan batang dan daun-
daunya (pada Musci). Bagian bawah embrio dinamakan kakinya. Kaki masuk ke bagian
jaringan mulut yang lebih
dalam dan berfungsi sebagai alat penghisap (haustorium). Embrio itu lalu tumbuh merupakan
suatu badan yang kuat atau jorong dengan tangkai pendek atau panjang dan seperti telah
disebut di atas dinamakan sporogonium. Di dalam bagian yang bulat itu dibentuk spora, oleh
sebab itu bagian
tersebut juga disebut kapsul spora. Maka bekas dinding arkegonium itu juga dinamakan
kaliptra.
Arkespora membentuk sel induk spora, dan dari satu sel induk spora dan pembelahan induk
reduksi tejadilah empat spora yang berkelompok membentuk tetrade. Dinding spora tediri
atas dua lapisan, yang luar kuat disebut eksoaporium, dan yang dalam lunak disebut
endosperium. Jika spora berkecambah eksosporium pecah. Selain pembiakan dengan spora,
pada lumut tersdapat pula pembiakan vegetatif dengan kuncup eram, yang terjadi dengan
bermacam-macam cara pada protonema, talus atau bagian-bagian lain pada tubuh lumut.
Kuncup eram dapat melepaskan diri dari induknya dan tumbuh menjadiindividu baru.

Selain dari itu, semua bagian tubuh lumut jika dipotong menunjukkan daya regenerasi yang
sangat besar. Daun-daun mempunyai rusuk tengah, terdiri atas satu atau beberapa lapis sel
(terutama dekat rusuk tengah, daun selalu terdiri atas satu atau beberapa lapis sel), tetapi
belum memperlihatkan adanya daging daun (mesofil). Sebagian tumbuhan lumut telah
mempunyai semacam liang udara yang berguna untuk pertukaran gas, jadi mempunyai fungsi
seperti stoma pada tumbuhan tinggi. Beberpa lumut bersifat kosmopolit, dapat ditemukan
dimana-mana. Lain-lain jenis mempunyai daerah distribusi yang terbatas. Pada bermacam-
macam tempat, misalnya tanah dalam rimba, batu-batu, cadas-cadas, gambut, kulit pohon,
dan lain-lain. Lumut-lumut itu merupakan asosiasi tumbuhan yang karakteristik.

Tumbuhan lumut (Bryophyta) dibedakan dalam dua kelas dengan ciri-ciri yang jelas yaitu:
- Hepaticae (lumut hati)
- Musci (Lumut daun)
Kedua kelas itu berbeda dalam bentuk susunan tubuhnya dan perkembangan gametangium
serta
sporangiumnya. Keduanya selalu berwarna hijau, autotrof, dan sebagai hasil asimilasi telah
mendapat zat tepung.

1. KELAS HEPATICAE (LUMUT HATI)

Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya
mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan meskipun ada pula yang
terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah
atau cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai struktur yang xeromorf. Dan karena
hidupnya di atas daun
lumut tadi merupakan satu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifil.
a. Ordo Anthocerotales (Lumut Tanduk)

Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimauki dalam satu suku
kerja,yaitu suku Anthocerotaceae. Berlainan dengan golongan mulut hati lainnya,
sporogonium Anthocerotales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunya talus bentuk cakram denga tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah
dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-sel hanya mempunyai
satu kloroplas sel-sel ganggang. Sporogonium tidak bertangkai, mempunya bentuk seperti
buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri atas deretan sel-sel
mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela itu diselubungi oleh jaringan yang kemudian
akan menghaislkan spora yang disebut arkespora. Selain spora arkespora juga menghasilkan
sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Anthocerotales hanya terdiri atas satu suku, yaitu
Anthocerataceae, yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A.fusiformis, Notothylus
valvata.

b. Ordo Marchantiales.

Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak
rumit. Sebagai contoh Marchantia polymorpha. Talus seperti pita ± 2 cm, lebarnya, agak
tebal berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai satu rusuk tengah yang tidak
begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun
yang dinamakan sisiksisik
perut atau sisik-sisik vertal. Dinding liang itu terdiri atas 4 cincin, masing-masing cincin
terdiri atas empat sel.

c. Ordo jungermaniales.

Lumut hati yang kebanyakan kecil hidup di atas tanah atau batang-batang pohon, di daerah
tropika juga sebagai efifit pada daun pohon-pohonan dalam hutan. Bangsa ini meliputi 90 %
dari semua Hepaticae. Bentuk-bentuk tubuh yang masih sederhana sangat menyerupai
Marchantia, talus berbentuk pita, sempit dan bercabang-cabang mennggarpu. Kebanyakan
Jungermaniales telah
mempunyai semacam batang yang bercabang-cabang banyak dan tumbuh dorsivental.Selain
dua baris bagian-bagian serupa daun-daun yang kesamping tadi, seingkali terdapat sederetan
bagian-bagina semacam daun lagi yang terletak pada sisi bawah, dan dinamakan daun daun
perut atau amfigastrium.
Perkembangan anteridium dan perkembangan permulaan Embrionya sedikit menyimpang
dari cara-cara yang telah kita kenal pada hepaticae. Pada jurgermaniales yang tubuhnya
bersifat talus, arkegoniumnya diliputi oleh periketium yang dikelilingi oleh bagin-bagian
yang mempunyai bentuk yang khusus, seperti pada bunga tumbuhan tinggi (Angiospermae)
bagian itu disini juga dinamakan periantium.
Menurut duduknya sporangium, Jungermniales dibedakan dalam tiga suku: Suku
anacrogynaceae ujung talus tidak ikut mengambil bagian dalam pembetukan arkegonium;
sporogonium terdapat pada sisi punggung, dan pada beberapa jenis diliputi oleh periketium
yang tergolong di sini antara lain:
- Pelia epiphilla, talus menyerupai marchantia, hidup di atas tanah yang basah.
- Metzgeria furcata, talus berbentuk pita sempit , bercabang-cabang menggarpu , hidup pada
batang pohon atau juga batu padas.
- Metzgeria conjugate
- Blasia pusilla, talus lebar, mempunyai rusuk tengah, pada tepi talusnya mulai tampak
terbentuknya alat-alat sepeti daun.

d. KELAS MUSCI (LUMUT DAUN)

Lumut daun meliputi kurang lebih 12.000 jenis yang mempunyai daerah agihan yang sangat
luas. Lumut daun dapat tumbuh di atas tanah gundul yang periodik mengalami masa
kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerakpun dapat tumbuh. Selanjutnya lumut ini dapat
kita jumpai di antara rerumputan, di atas batu cadas, pada batang batang dan cabang cabang
pohon, di rawa-rawa, jarang di dalam air.
Mengingat tempat tumbuhnya yang bermacam-macam itu, maka tubuhnya pun
memeperlihatkan struktur yang bermacam-macam pula. Kebanyakan lumut daun suka tempat
yang basah, tetapi ada pula yang tumbuh di tempat yang kering. Beberapa jenis diantaranya
dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan dengan tidak mengalami kerusakan,
bahkan ada yang tahan kekeringan sampai bertahun-tahun.
Di tempat-tempat yang kering lumut itu membentuk badan berupa bantalan, sedangkan yang
hidup di tanah hutan,membentuk lapisan seperti permadani. Dalam hutan dipegunungan
daerah tropika batang dan cabang-cabang pohon penuh dengan lumut yang menempel, berupa
lapisan yang kadang-kadang sangat tebal dan karena basahnya selalu mengucurkan air. Hutan
demikian itulah yang disebut hutan lumut, yang sering juga disebut hutan kabut, karena hutan
itu hampir selalu diselimuti kabut ( elfin forest ).
Di daerah gambut lumut dapat menutupi areal yang luasnya sampai ribuan km kuadrat,
demikianpula di daerah tundra di sekitar Kutub Utara. Lumut daun yang tenggelam jarang
kita temukan. Lumut yang membentuk bantalan karena tidak berakar hampir-hampir tidak
mengisap air dari tanah, bahkan melindungi tanah itu terhadap penguapan air yang terlalu
besar. Spora lumut daun di tempat yang cocok berkecambah merupakan protonema, yang
terdiri atas benang-benang berwarna hijau, bersifat fototrop positif, banyak bercabang-
cabang, dan dengan mata biasa kelihatan seperti hifa cendawan yang berwarna hijau.
Protonema itu mengeluarkan rizoidrizoid yang tidak berwarna, terdiri atas banyak sel dengan
sekat-sekat miring, bersifat fototrop negatif, masuk ke dalam tanah dan bercabang-cabang.
Rizoid telah mulai terbentuk pada pembelahan spora yang pertama pada sisi yang tidak
terkena cahaya. Jika cukup mendapat cahaya, pada protonema lalu terbentuk kuncup yang
akan berkembang menjadi
tumbuhan lumut. Kuncup mula-mula berupa penonjolan- penonjolan ke samping dari sel-sel
bawah pada suatu cabang protonema. Setelah kuncup itu merupakan 1 – 2 sel tangkai, maka
dalam sel ujungnya lalu terjadi sel serupa pyramid, karena terbentuknya sekat - sekat yang
miring. Sel-sel bentuk pyramid itulah yang seterusnya merupakan sel pemula yang
meristematik. Sel itu tiap kali memisahkan suatu segmen sebagai sel-sel anakan baru, dan
akhirnya berkembanglah tumbuhan lumutnya. Jika banyak terbentuk kuncup-kuncup
demikian tadi , maka tumbuhan lumut seringkali tersusun seperti dalam suatu rumpun.
Tumbuhan lumut daun selalu dapat dibedakan dalam bagianbagian
berupa batang dengan daun-daun. Di samping itu terdapat rizoid-rizoid untuk melekat
padasubstrat.
Pada Musci alat-alat kelamin terkumpul pada ujung batang atau pada ujung cabang-
cabangnya, dan dikelilingi oleh daun-daun yang letaknya paling atas. Daun-daun itu kadang-
kadang mempunyai bentuk dan susunan yang khusus dan seperti pada Jungermaniales juga
dinamakan periantium.
Kemudian alat-alat kelamin itu dikatakan bersifat banci atau berumah satu, jika dalam
kelompok itu terdapat baik arkegonium mauoun anteridium, dan dinamakan berumah dua jika
kumpulan arkegonium dan anteridium terpisah tempaynya. Di antara alat-alat kelamin dalam
kelompok itu biasanya terdapat sejumlah rambut-rambut yang terdiri atas banyak sel dan
dapat mengeluarkan
suatu cairan. Seperti pada tubuh buah Fungi rambut-rambut steril itu dinamakan parafisis.

Pada Musci tertentu yang berumah dua, tumbuhan jantan hanya kecil saja, dan setelah
pembentukan beberapa daun, segera menghasilkan anteridium. Pada Buxbaumia aphylla
tumbuhan jantan hanya berbentuk satu daun yang tidak berklorofil dan tergulung seperti
bola,sedang tumbuhan betina mempunyai banyak daun. Juga spora yang dihasilkan tumbuhan
jantan, serinykali lebih lebih kecil daripada spora yang dihasilkan oleh tumbuhan tumbuhan.
Muncullah dengan ini peristiwa heterospori yang kita jumpai pada beberapa golongan
Pteridophyta. Musci dibedakan dalam 3 bangsa :

 Ordo Andreaeales

Bangsa ini hanya memuat satu suku, yaitu suku Andreaeaceae, dengan satu marga Andreaea.
Protonema berbentuk pita yang bercabang-cabang. Kapsul spora mula mula diselubungi oleh
kaliptra yang bentuknya seperti kopiyah bayi. Jika sudah masak pecah dengan 4 katup-katup.
Kolumela diselubungi oleh jaringan sporogen. Contoh- contoh : Andreaea petrophila, A.
rupestris.

 Ordo Sphagnales ( lumut gambut )

Bangsa ini hanya terdapat satu suku Sphagnaceae dan satu marga Sphagnum. Marga ini
meliputi sejumlah besar jenis lumut yang kebanyakan hidup di tempat-tempat yang berawa-
rawa dan membentuk rumpun atau bantalan, yang dari atas tiap-tiap tahun tampak bertambah
luas, sedang bagian-bagian bawah yang ada dalam air mati dan berubah menjadi gambut.
Protonema tidak berbentuk benang, melainkan merupakan suatu badan berbentuk daun kecil,
tepinya bertoreh-toreh dan hanya terdiri atas selapis sel saja. Batangnya banyak bercabang-
cabang: cabang-cabang muda tumbuh tegak dan memebentuk roset
pada ujungnya. Daun daun yang sudah tua terkulai dan menjadi pembalut bagian bawah
batang. Suatu cabang di bawah puncuk tumbuh sama cepat dengan induk batang, sehingga
kelihatan seperti batang lumut itu bercabang menggarpu. Karena batang dari bawah mati
sedikit demi sedikit, maka cabang-cabang akhirnya merupakan tumbuhan yang terpisah-
pisah.
Kulit batang Sphagnum terdiri atas selapis sel-sel yang telah mati dan kosong. Jaringan kulit
bersifat seperti sepon, dapat menghisap banyak air. Dinding yang membujur maupun yang
melintang mempunyai liang-liang yang bulat. Juga dalam daunnya terdapat sel-sel yang
menebal bentuk cincin atau spiral dan merupakan idioblas diantara sel-sel lainnya yang
membentuk susunan seperti jala, terdiri atas sel-sel hidup, berbentuk panjang dan
mengandung banyak klorofil. Susunan yang merupakan aparat kapilar itu berguna untuk
memenuhi keperluan akan air dan garam makanan.
Cabang-cabang batang ada yang mempunyai bentuk dan warna khusus, yaitu cabang yang
menjadi pendukung alat-alat kelamin. Cabang-cabang tumbuhan jantan mempunyai
anteridium yang bulat dan bertangkai di ketiak ketiak daunnya. Cabang tumbuhan betina
mampunyai arkegonium pada ujungnya. Cabang pendukung arkegonium itu tidak
mempunyai sel pemula yang berbentuk limas pada ujungnya, jadi seperti lumut hati, dan
berbeda dengan lumut daun umumnya. Sporangium hanya berbentuk tangkai pendek dengan
kaki yang membesar, dan sampai lama diselubingi oleh dinding arkegonium. Akhirnya
dinding arkegonium itu pecah pada kaki sporangium. Kapsul spora berbentuk bulat, di
dalamnya terdapat kolumela berbentuk setengah bola yang diselubungi oleh jaringan
sporogen. Arkespora pada Sphagnum tidak berasal dari endotesium, tetapi berasal dari
lapisan terdalam amfitesium.
Kapsul spora mempunyai tutup yang akan membuka, jika spora sudah masak. Sporangium
dengan kakinya yang melebar dan merupakan haustorium terdapat dalam suatu perpanjangan
ujung batang. Sehabis pembuahan, kaki lalu memanjang seperti tangkai dan dinamakn
pseudopodium.Contoh-contoh lumut gambut ialah Sphagnum fimbriatum, S. squarrosum, S.
acutifolium.

 Ordo Bryales

Sebagian besar lumut daun tergolong dalam bangsa ini. Pada bangsa ini kapsul sporanyatelah
mencapai diferensiasi yang palimg mendalam. Sporangiumnya mempunyai suatu tangkai
yang elastis, yang dinamakn seta. Tangkai dengan kaki sporangiumnya tertanam dalam
jaringan tumbuhan gametofitnya. Pada ujung tangkai terdapat kapsul sporanya yang bersifat
radial atau dorsiventral dan mula-mula diselubungi oleh kaliptra.
Kaliptra ini berasal dari bagian atas dinding arkegonium. Dengan bentangnya sporangium,
dinding arkegonium akhirnya terpisah pada bagian perut arkegonium tadi, dan sebagai tudung
ikut terangkat oleh sporangium yang memanjang itu. Leher dindimg arkegonium segera
menjadi kering dan merupakan puncak kaliptra. Jadi sel-sel yang emnyusun kaliptra tidak
merupakan sel-sel diploid akan tetapi terdiri atas sel-sel gametofit yang haploid.
Sel-sel kaliptra yang masih memperoleh zat-zat makanan dari sporangium, dapat berkembang
terus dan menghasilkan rambut-rambut yang menyerupai benang-benang protonema dengan
pertumbuhan yang terbatas. Pada jenis lumut-lumut tertentu ( antara lain pada warga
Funaria ) kaliptra melebar seperti perut dan berguna sperti penimbun air bagi sporangium
yang amsih muda. Bagian atas seta dinamakan apofisis. Pada jenis-jenis lumut tertentu
apofisis mempunyai bentuk dan warna yang khusus. Menurut poros bujurnya kapsul spora itu
mempunyai jaringan kolumela. Ruang spora berbentuk tabung mengelilingi jaringan
kolumela itu. Kolumela dan ruang spora dikelilingi oleh ruang antar sel yang terdapat di
dalam jaringan dinding kapsul spora.
Bagian atas dinding kapsul dikelilingi kapsul spora tersusun merupakan tutup (operculum).
Di bawah tepi operculum itu terdapat suatu mintakat berbentuk lingkaran sempit dan
dinamakan cincin. Sel–selnya mengandung lender yang dapat mengembang dan
menyebabkan terbukanya operculum. Khusus pada kebanyakan warga Bryales di bawah
operculum terdapat suatu organ berupa gigi yang menutupi lubang kapsul spora. Gigi ini
yang dinamakan peristom. Seringkali di bawah operculum kapsul spora terdapat dua peristom
, misalnya pada Mnium hornum. Peristom luar terdiri dari 16 gigi yang melekat pada dinding
kapsul spora.
Pada warga Musci terdapat perbedaan bentuk dan susunan peristomnya. Pada beberapa jenis
lumut yang tergolong marga Archidium, Phascus, Ephemerum, susunan sporangiumnya
sangat sederhana. Padanya tidak terdapat operculum, cincin maupun peritom. Dinding kapsul
spora membuka tidak beraturan karena adanya bagian – bagian dinding yang menjadi busuk.
Untuk rumah tangga airnya, jaringan pengangkutan yang masih amat sederhana memainkan
perana yang sangat penting dalam tangkai sporangium saja. Bagi lumut yang belum
mempunya akar – akar yang sungguh itu, pengangkutan air ke atas berlangsung melalui
sistem kapiler yang yang terdiri atas batang dan daun – daun yang telah terkulai. Sistem
kapilar itu dapat menghisap banyak air, bahkan dapat mempergunakan lengas dalam udara.
Menurut cara pertumbuhannya Bryales dapat dibedakan dalam dua golongan , yaitu :
a. yang tumbuh ortotrop,
b. yang tunbuh plagiotrop.
Pada yang tumbuh ortotrop pertumbuhannya diakhiri dengan pembentukan arkegonium, dan
sporangium yang etrjadi dari arkegonium itu berdiri pada ujung batang lumut , oleh sebab itu
lumut itu dinamakn lumut akrokarp. Pada yang tumbuh plagiotrop, batang pokoknya
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas, dan arkegonium serta sporongiumnya terdapat
pada cabang – cabang pendek. Dalam mengklasifikasikan Bryales lebih lanjut, bentuk kapsul
spora, peristom operculum , dan kaliptra , merupakan tanda – tanda pengenal yang penting.
Dalam taksonomi Bryales lazimnya dibedakan atas dasar sifat-sifat peristomnya sebagai
berikut.

A. Arthodontea

Gigi peristom tipis seperti selapur, berasal dari satu lapis sel sporangium. Gigi – gigi
mempunyai garis – garis melintang dan bersendi. Arthrodontea dibedakan lagi dalam dua
kelompok, yaitu: Eubryales acrocarpi dan Eubryales pleurocarpi.
Eubryales acrocarpi termasuk antara lain suku Rhizogoniaceae, termasuk jenis lumut yang
heterogen, seringkali haanya mempunyai satu peristom, daun seringkali asimetrik, kapsul
spora tegak dan simetrik, contoh marga Rhizogonium. Suku Funariaceae : Funaria
hygrometrica. Eubryales pleurocarpi, suku Hypnodendraceae, habitatnya seperti pohon kecil,
batang primer merayap seperti rimpang, batang-batang sekunder berkayu. Kapsul spora agak
besar, contoh-contohnya Hypnodendron reinwardtii, Hypnodendron junghuhnii,
Mniodendron divaricatum.

B. Nematodonteae

Gigi-gigi peristom terdiri atas sel-sel utuh, tidak bergaris-garis. Didalamnya tergolong suku
Polytrichaceae, lumut yang umurnya lebih dari setahun, daun-daun sempit, pada sisi perut
tulang daun seringkali terdapat lamella yang membujur. Kapsul spora tegak atau mendatar.
Protonema Georgia pellucida bersama dengan suatu ganggang hijau Coccomyxa dapat
membentuk suatu organisme yang menyerupai Lichenes dan dinamakan Botrydina. Jika kita
membuat tinjauan mengenai seluruhnya, maka yang pantas kita perhatikan ialah
adanya pergiliran keturunan yang spesifik. Gametofit yang haploid, yang menghasilkan
anteridium dan archegonium menjadi inang sporofit yang diploid. Sporofit mempunyai
habitat yang sama sekali berbeda dengan gametofitnya. Susunan tubuhnya dalam beberapa
hal telah memperlihatkan suatu penyesuaian terhadap kehidupan di darat, tetapi karena belum
mempunyai jaringan-jaringan pengangkut yang sempurna, belum dapat tumbuh sampai jauh
dari permukaan tanah. Dugaan bahwa Bryophyta secara filogenetik berasal dari algae
menjumpai banyak kesulitan-kesulitan. Antara Chlorophyceae/Characeae pada pihak Algae
dan Bryophyta tidak ditemukan bentuk-bentuk peralihan. Tetapi untuk menganggap
Bryophyta yang mempunyai klorofil itu sebagai keturunan Phaeophyceae rasanya pun
janggal.
Mungkin Bryophyta itu berasal dari ganggang hijau dari zaman purbakala yang telah
mempunyai susunan gametangium seperti Phaeophyceae, tetapi bukti-bukti untuk
memperkuat dugaan itu sama sekali tidak ada. Pandangan lain yang tidak banyak mempunyai
penganut beranggapan bahwa kelompok lumut daun (musci) yang lebih tua dan karena
reduksi daun-daunnya serta memipihnya batang sampai berbentuk seperti lembaran-lembaran
lahirlah Hepaticeae. Anggapan ini disesuaikan dengan kenyataan yang terdapat pada
Pteridophyta dan Spermatophyta, yaitu bahwa semakin tinggi tingkat perkembangan
tumbuhan gametofitnya semakin tereduksi. Lumut-lumut yang fosil hanya terdapat dalam
lapisan-lapisan tanah dari zaman karbon tengah dan yang lebih muda. Kebanyakan fosil
lumut terdapat dalam lapisan-lapisan tanah dari zaman tersier. Fosil-fosil lumut itu
memperlihatkan persamaan yang besar dengan jenis-jenis lumut yang sekarang masih ada.
Diposkan oleh Kholish Sains di 22.39 1 komentar:

Jumat, 11 Desember 2009


[एन्ग्क्लासिफिकसियन MH

Sistem Klasifikasi Enam Kingdom


Semula para ahli hanya mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kerajaan, yaitu kerajaan
tumbuhan dan kerajaan hewan. Dasar para ahli mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2
kerajaan :
1. Kenyataan bahwa sel kelompok tumbuhan memiliki dinding sel yang tersusun dari
selulosa.
2. Tumbuhan memiliki klorofil sehingga dapat membuat makanannya sendiri melalui proses
fotosintesis dan tidak dapat berpindah tempat dan hewan tidak memiliki dinding sel
sementara hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, dan umumnya dapat berpindah
tempat.
Namun ada tumbuhan yang tidak dapat membuat makanannya sendiri, yaitu jamur (fungi).
Berarti, tumbuhan berbeda dengan jamur maka para ahli taksonomi kemudian
mengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga kelompok, yaitu Plantae (tumbuhan), Fungi
(jamur), dan Animalia (hewan).
Setelah para ahli mengetahui struktur sel (susunan sel) secara pasti, makhluk hidup
dikelompokkan menjadi empat kerajaan, yaitu Prokariot, Fungi, Plantae, dan Animalia,
Pengelompokan ini berdasarkan ada tidaknya membran inti sel. Sel yang memiliki membran
inti disebut sel eukariotik, sel yang tidak memiliki membran inti disebut sel prokariotik.
Pada tahun 1969 Robert H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi lima
kingdom, yaitu Monera, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Pengelompokan ini
berdasarkan pada susunan sel, cara makhluk hidup memenuhi makanannya, dan tingkatan
makhluk hidup.
Namun sistem ini kemudian diubah dengan dipecahnya kingdom monera menjadi kingdom
Eubacteria dan Archaebacteria.
Penjelasan Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup Enam Kingdom:
Kingdom Eubacteria
Para makhluk hidup di Kingdom Eubacteria berupa makhluk hidup sel tunggal (uniseluler).
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Eubacteria memiliki sel prokariotik (sel
sederhana yang mempunyai kapsul sebagai lapisan terluarnya dan dinding sel didalamnya).
Eubacteria juga dikenal dengan istilah bakteria.
Kingdom Archaebacteria
Makhluk hidup di Kingdom Archaebacteria tidak jauh berbeda dengan yang ada di Kingdom
Eubacteria karena mereka dulunya satu Kingdom. Namun Archaebacteria umumnya tahan di
lingkungan yang lebih ekstrim.
Kingdom Protista
Makhluk hidup yang dimasukkan dalam kerajaan Protista memiliki sel eukariotik. Protista
memiliki tubuh yang tersusun atas satu sel atau banyak sel tetapi tidak berdiferensiasi.
Protista umumnya memiliki sifat antara hewan dan tumbuhan. Kelompok ini terdiri dari
Protista menyerupai tumbuhan (ganggang), Protista menyerupai jamur, dan Protista
menyerupai hewan (Protozoa, Protos: pertama, zoa: hewan). Protozoa mempunyai klasifikasi
berdasarkan sistem alat geraknya, yaitu Flagellata/Mastigophora (bulu cambuk, contoh
Euglena, Volvox, Noctiluca, Trypanosoma, dan Trichomonas), Cilliata/Infusiora (rambut
getar, contoh Paramaecium), Rhizopoda/Sarcodina (kaki semu, contoh Amoeba), dan
Sporozoa (tidak mempunyai alat gerak, contoh Plasmodium).
Kingdom Fungi (Jamur)
Fungi memiliki sel eukariotik. Fungi tak dapat membuat makanannya sendiri. Cara makannya
bersifat heterotrof, yaitu menyerap zat organik dari lingkungannya sehingga hidupnya
bersifat parasit dan saprofit. Kelompok ini terdiri dari semua jamur, kecuali jamur lendir
(Myxomycota) dan jamur air (Oomycota). Beberapa kelompok kelas antara lain:
a. kelas Myxomycetes (jamur lendes) contoh nya Physarum policephalius.
b. kelas Phycomycetes (jamur ganggang) contoh nya jamur tempe (Rhizopusorizae, mucor
mue)
Kingdom Plantae (Tumbuhan)
Tumbuhan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya terdiri dari banyak sel yang telah
berdiferensiasi membentuk jaringan. Tumbuhan memiliki kloroplas sehingga dapat membuat
makanannya sendiri (bersifat autotrof). Sel tumbuhan juga mempunyai dinding sel, plastida,
dan ukuran vakuola yang cenderung besar (melebihi ukuran nukleus/inti). Tumbuhan terdiri
dari tumbuhan lumut (Bryophyta), tumbuhan paku (Pteridophyta), tumbuhan berbiji terbuka
(Gymnospermae), dan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae).
Kingdom Animalia (Hewan)
Hewan memiliki sel eukariotik. Tubuhnya tersusun atas banyak sel yang telah berdiferensiasi
membentuk jaringan. Hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri sehingga bersifat
heterotrof. Kelompok ini terdiri dari semua hewan, yaitu hewan tidak bertulang belakang
(invertebrata/avertebrata) dan hewan bertulang belakang (vertebrata).
Pada tahun 1970-an seorang mikrobiolog bernama Carl Woese dan peneliti lain dari
university of Illinois menemukan suatu kelompok bakteri yang memiliki ciri unik dan
berbeda dari anggota kingdom Monera lainnya. Kelompok tersebut dinamakan
Archaebacteria. Archaebacteria lebih mendekati makhluk hidup eukariot dibandingkan
bakteri lain yang merupakan prokraiot. Hal itu menyebabkan terciptanya sistem klasifikasi 6
kingdom pemisah kingdom Archaebacteria dari anggota kingdom Monera lain yang
kemudaian disebut Eubacteria. Namun hingga sekarang yang diakui sebagai sistem
klasifikasi standar adalah sistem Lima Kingdom yang ditemukan oleh Whittaker.
Diposkan oleh Kholish Sains di 02.15 Tidak ada komentar:

GYMNOSPERMAE AND ANGIOSPERMAE

ALAT REPRODUKSI PADA GYMNOSPERMAE DAN ANGIOSPERMAE


Semua Gymnospermae adalah heterostrop, artinya mempunyai dua macam spora, yaitu
mikrospora dan megaspore. Mikrospora atau polen menghasilkan gametofit jantan, sedang
megaspore yang tunggal menghasilkan gametofit betina, dan pada gametofit ini terbentuk
arkegonia. Kedua macam spora yang dihasilkan di dalam sporangia yang terdapat pada
sporofil yang tersusun spiral pada aksis strobili.
Sporofit yang menghasilkan mikrosporofil dengan mikrospongia disebut mikrosporangiat
atau strobilus jantan (staminate cones), sedangkan yang menghasilkan megasprofil dengan
ovulum (bersama mengasporangia) disebut mengasporangiat atau strobili betina (pistillate
cones). Mokrospora dan megaspore bersifat haploid, dan berkembang sebagai sebagai hasil
pembel;ahan miosis sel induk spora. Ukuran dan letak strobili pada tanaman bervarasi.
a. Ovulum dan gametotif betina
Ovum telanjang dihasilkan pada megsprofil yang biasanya tersusun spiral pada aksis sentral.
Ovulum terdiri dari masa sel yang parenkimatis yang disebut nuselus atau megasaporangium.
Nukleus ini melindungi sel induk mengaspora yang diploid.
Pada gymnospermae hanya terdapat satu integument yang terdiri dari 3 lapisan sel yaitu:
1). Sarkotesta : Lapisam luar yang merupakan lapisan berdaging.
2). Skierotesta: Lapisan tengah yang terdiri dari sel-sel batu (sel berdinding tebal).
3). Sarkotesta dalam : Susunanya sama seperti lapisan terluar.
b. Mikrosfora dan gametofit jantan
Mikropora atau butir polen adalah haploid, bentuk, ukran, serta ornamentasi dindingnya
bervariasi. Gametofit jntan endosporik pertumbuhannya sebagian didalam mikrosporangium
dan sebagian didalam ruang serbuk sari pada ovulum.
Pada golongan Cycadophyta mukrogametofit mempunyai sel protalus jantan yang akan
menghasilkan sel steril yang besar atau sel tangkaiyang diikuti oleh sel tubuh (sel
spermatogen). Sel tubuh membelah menjadi 2 sel gamet yang berflagel banyak.
c. Polinasi dan pembuahan
Polinasi pada Gymnoispermae dilakukan oleh angin, dan mengantarkan gametofit yang
endosporik pada mikrofil. Pada Coniferae dan Gymnospermae yang lain polen yang
endosporik langsung mengadakan kontak dengan nuselus. Sperma kemudian berenang
menuju keleher arkegonium dan salah satu dari sperma mengadakan fusi dengan telur
membentuk zigot yang diploid. Fase awal perkembangan embrio ditandai dengan adanya
priode inti bebas kemusdian mengalami diferensiasi. Embrio bersifat endoskopik
poliembrioni merupakan keadaanm yang umum terjadi pada Gymnospermae.
PERBANDINGHAN ALAT-ALAT REPRODUKSI PADA ANGIOSPERMAE,
GYMNOSPERMAE, PAKU FDAN LUMUT
a. Angiospermae
Pada Angiospermae, waktu tumbuhan berbunga dihasilkan mikrospora dan megaspore.
Mikropora berkembang menjadi gametofit jantan yang memancar sebagai serbuk sari,
sedangkan maegaspora berkembang menjadi gametofit betina yang merupakan kantung
embrio yang tetap berada dalam ovarium, dan merupakan bagian dari bakal biji.
b. Gymnospermae
Gymnospermae merupakan tumbuhan yang berbiji dimana spermae bakal biji tidak
dilindungi oleh dinding ovarium sehingga dikatakan tumbuhan berbiji terbuka. Megaspora
tetap erada dalam bakal biji, megasporangium dilindungi oleh beberapa integument, kecuali
pada bagian ujung memiliki lubang kecil disebut mikrofil.
c. Tumbuhan Paku
Tumbuhan paku dapat bersifat heterospor atau homosapor. Gametotif dan sporofit hidup
bebas. Alatreproduksi mungkimn terdapat pada satu talus yang sama(homothallic) atau
terdapat pada talus yang berbeda (heterotallic). Alat kelamin berupa anteridium da
arkegonium. Tumbuhan paku tidak berkembang secara seksual atau aseksual tetapi dengan
spora.
d. Tumbuhan Lumut
Perbedaan yang mencolok antara tumbuhan paku dengan lumut yaitu pada lumut fase
gametotif hidup lebih lama, sedang safrofit hidup menumpang pada gametofit. Sporofit
berupa kapsu;l spora, dengan tangkai panjang atau pendek, tan[pa daun atau cabang.
Gametofit pada lumut ada yang berdaun (lumut daun) dan berupa tallus yang pipih (lumut
hati) danperkembangbiakan dapat secara seksual atau aseksual.
1. Alat reproduksi pada Angiospermae
Alat reproduksinya terdiri atas alat reproduksi jantan yaitu serbuk sari yang nantinya akan
menghasilkan gamet jantan. Sedangkan vsel telur yang merupakan gamet betina terdapat
didalam bakal biji.
1.a. Sporogenesis dan mikrogametogenesis
1. Mikrosporogenesis dan mikrogametogenesis
a). Mikrosporogenesis
Benang sari terdiri dari kepala sari (antera) dan tangkai Sari (filamon). Kepala sari
merupakan organ yang sangat penting karena di dalamnya terdapat mikrosporangia. Yang
merupakan tempat berkembangnya gametofit jantan. Pada umumnya suatu antera trdiri dari 2
ruang sari (teka) dan masing-masing memiliki dua ruang lokuli. Lokuli berisi mikrospora
disebut sporangium.
Pada awal kepala sari muda didalam lokulomentum (yaitu dibawa epidermis) tersusun dari
jarigan prenkimatis yang homogeny. Sebelum sel-sel induyk mikrospora menjadi mikrospora
maka sel-sel ini akan mengalami pembelahan meosis. Pada pembelahan meosis I
menghasilkan dua sel, dan [ada pembelahan ini terjadi reduksi jumlah kromosom yaitu terdiri
dari 2n kromosom menjadi n kromosom untuk masing-masing sel yang dihasilkan yaiut butir
polen.
b). Mikrogametogenesis
Mikrospora merupakan awal perkembangan gametofit jantan. Selama Gametogenesis inti
serbuk sari membelah menghasilkan inti vegetative dan inti generative, yang tidak sama
besar. Sel vegetative lebih besar dari sel generative. Inti sel generative membelah secara
mitosis dan menghaslkan 2 sel sperma.
Setelah pembelahan mitosis sel vegeratif melanjutkan pertumbuhan, organel sel bertambah
jumlah dan ukurannya, Vakuola makin lama menghilang. Sel generative bentuknya speris,
setelah lepas dari dinding sel.
2. Megasporogenesis dan Megagametogenesis
a). Megasporogenesis
Beberapa tumbuhan Angiospermae mempunyaimegasporofil (daun buah) yang berkembang
ke dalam suatu pistilium. Pistilium biasanya mengalami diferensiasi menjadi tiga bagian,
Yaitu :
1. Bagian basal menggelembung disebut ovarium (bakal buah)
2. Bagian yang memanjang disebut stilus (tangkai putik)
3. Bagian ujung stilus yang disebut stigma (kepala putik)
Didalam ovarium terdapat 1, 2 atau lebih bakal biji. Tiap bakal biji terdiri dari nuselus,
integument, khalasan, dan funikulus. Bakal biji yang dewasa digolongkan ke dalam 5 tipe
tergantung aksis bakal biji tersebut, berdasarkan :
1. Orthotropus : Mikrofil menghadap ke atas terletak segaris dengan hilus
2. Anatropus : Mikropil duahilus letaknyta sangat berdekatan
3. Kampilotropus : Bakal biji berbentuk kurva
4. Hemiantropus : Apabila nuselus dan integument terletak kurang lebih disudut funikulus
5. Afitropus : Bakal biji berbentuk seperti sepatu kuda
b). Megagametogenesis
Organisasi kantong embrio yang dewasa terdiri atas 7 sel, yaitu sel sentral yang besar dengan
dua inti kutub, di bagian mikropil 2 sel sinergid dan satu sel telur serta di bagian khalaza 3 sel
antipoda. Perkembangan kantong embrio dimulai dengan memanjangnya inti megaspore yang
berfungsi.
1.b. Penyerbukan (poinasi)
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari ke kepala putik untuk tumbuhan biji tertutup, atau
jatuhnya serbuk sari langsung pada bakal biji untuk tumbuhan biji terbuka. Sedangkan
pembuahan adalah terjadinya persatuan atau peleburan inti sel telur dengan inti sel sperma
didalam kantung lembaga.
1.c. Pembuahan
Pada Angiospermae gametofit betina terletak jauh disebelah dalam ruang ovarium, dan jauh
dari stigma. Pada Angiospermae butir polen tertimbun pada stigma. Sel-sel stigma
mengeluarkan cairan yang seperti lendir disebut eksulat. Pada umumnya hanya ada satu
tabung polen pada butiran polen yang disebut monosifonous.
Setelah tabung polen tumbuh, tabung polen tersebut akan melalui papilla stigma dan
menembus jaringan stillus. Stillus dibagi menjadi 3 tipe yaitu :
1. Terbuka
2. Setengah tertutp
3. Tertutup
Setelah tabung polen sampai pada bagian atas ovarium kemudian masuk kedalam gametofit
betina. Berdasarkan cara masuknya tabung polen kedalam ovulum ada 3 macam pembuahan
yaitu :
a). Porogami : Tabung polen masuk melalui mikropil
b). Khalasogami : Bulu masuk melalui Khalaza
c). Mesogami : Bulu masuk melalui funikulus
1.d. Embriogenesis
Telur yang sudah dibuahi disebut zigot, ini merupakan sel tunggal yang bersifat diploid.
Pembelahan zigot yang pertama [ada kebanyakan Angiospermae adalah dengan dinding
melintang, sehingga menghasilkan proembrio 2 sel. Dari proembrio sel ini :
a). Sel bagian atas disebut sel terminal (sel apikal), merupakan sel yang jauh dari mikrofil.
b). Sel bagian bwah disebut sel bawah, merupakan sel yang letaknya dekat dengan mikropil.
Pembelahan zigot dengan dinding tegak lurus atau miring adalah jarang. Perkembangan awal
proembrio pada monokotil dan dikotil adalah sams sampai stadium aktant (8 sel).
Diposkan oleh Kholish Sains di 01.11 Tidak ada komentar:

Tumbuhan biji terbuka

TUMBUHAN BIJI TERBUKA

Tumbuhan Biji Terbuka (Pinophyta atau Gymnospermae)


Tumbuhan biji terbuka adalah tumbuhan yang bijinya tidak ditutup oleh bakal buah.
Berdasarkan fosil yang ditemukan, tumbuhan ini sudah ada sejak 345 juta tahun lalu.
Sebagian besar anggotanya sudah menjadi fosil.
Ciri-ciri tumbuhan biji terbuka adalah:
1. Pada umumnya perdu atau pohon, tidak ada yang berupa herba Batang dan akar
berkambium sehingga dapat tumbuh membesar
2. Bentuk perakaran tunggang
3. Daun sempit, tebal dan kaku
4. Tulang daun tidak beraneka ragam
5. Tidak memiliki bunga sejati
6. Alat perkembangbiakannya berbentuk kerucut yang disebut strobilus atau runjung.
7. Alat kelamin terpisah, serbuk sari terdapat dalam strobilus jantan dan sel telur terdapat
dalam strobilus betina.

Cycadales
Ciri khas bangsa atau ordo ini adalah batang tidak bercabang, daunnya majemuk, tersusun
sebagai tajuk di puncak pohon. Merupakan tumbuhan berumah dua, artinya memiliki
strobilus jantan saja atau strobilus betina saja. Contoh: Zamia furfuracea, Cycas revoluta dan
Cycas rumphii (pakis haji)

Ginkgoales
Tumbuhan ini merupakan tumbuhan asli dari daratan Cina. Tinggi pohon dapat mencapai 30
meter, daun berbentuk kipas dan mudah gugur. Serbuk sari dan bakal biji dihasilkan oleh
individu yang berlainan. Anggota kelompok ini hanya ada satu species yaitu Ginkgo biloba.

Coniferales
Coniferales berarti tumbuhan pembawa kerucut, karena alat perkembangbiakan jantan dan
betina berupa strobilus berbentuk kerucut. Tumbuhan yang termasuk kelompok ini memiliki
ciri selalu hijau sepanjang tahun (evergreen). Contoh: Agathis alba (damar), Pinus merkusii
(pinus), Cupressus sp., Araucaria sp., Sequoia sp., Juniperus sp. dan Taxus sp.

Gnetales
Anggota kelompok ini berupa perdu, liana (tumbuhan pemanjat) dan pohon. Daun berbentuk
oval/lonjong dan duduk daun berhadapan dengan bentuk urat daun menyirip. Pada xilem
terdapat trakea dan floem tidak memiliki sel pengiring. Strobilus tidak berbentuk kerucut,
tetapi sudah dapat disebut “bunga”. Contoh yang terkenal dari kelompok ini adalah Gnetum
gnemon (melinjo).

Peranan Tumbuhan Biji Terbuka


Tumbuhan biji terbuka memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Peranan
tumbuhan biji terbuka diantaranya adalah:
1. Sebagai tanaman hias, misalnya pakis haji
2. Sumber makanan, misalnya melinjo
3. Penghasil minyak cat (terpentin), misalnya pinus/tusam
4. Bahan baku damar, yaitu damar
5. Bahan baku industri kertas dan korek api, misalnya kayu pinus dan kayu tumbuhan melinjo

6. Bahan untuk obat dan kosmetik, yaitu Ginkgo biloba


Diposkan oleh Kholish Sains di 01.05 Tidak ada komentar:

Proses mitosis

Diposkan oleh Kholish Sains di 00.58 Tidak ada komentar:


Biodiversitas laut

KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT

BAB 1

PENDAHULUAN

Permasalahan utama adalah Penurunan Jumlah spesies. Awal tahun 1980, beberapa ahli
di dunia mulai mengetahui bahwa spesies mulai mengalami kepunahan secara global.
Kepunahan ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu pada periode Cretaceous
dimana banyak spesies termasuk Dinosaurus mulai punah. Krisis yang dihadapi saat ini
merupakan hasil dari: Perubahan Klimat secara global, Perubahan Geologi secara alami, dan
Kejadian katalistik.

Krisis saat ini merupakan akibat dari campur tangan manusia yang tidak bersahabat dengan
alam. Tahun 80 an sampai 90an, ilmuwan, media, masyarakat, pemerintah di seluruh dunia
mulai bekerja untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di daratan. Berbagai macam isu
seperti pengrusakan hutan, pembangunan yang berlebih, explotasi yang berlebih, polusi,
rusaknya habitat, invasi oleh spesies asing, menjadi fokus utama yang
dibahas.Keanekaragaman hayati pesisir dan laut mulai menjadi perhatian pada tahun-tahun
tersebut. Karena ekosistem di lautan memiliki lebih banyak spesies dibandingkan daratan.
Diperkirakan 32 sampai 33 phyla hewan yang ditemukan di pesisir dan lautan. 15 phyla dari
jumlah tersebut ditemukan hanya di estuari atau di lautan.

BAB 2

A. KEANEKARAGAMAN HAYATI

1. Pengertian

Keanekaragaman hayati adalah Seluruh keanekaan bentuk kehidupan di bumi, beserta


interaksi diantara mereka dan antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaragaman hayati
atau keragaman hayati merujuk pada keberagaman bentuk-bentuk kehidupan: tanaman yang
berbeda-beda, hewan dan mikroorganisme, gen-gen yang terkandung di dalamnya, dan
ekosistem yang mereka bentuk. Kekayaan hidup adalah hasil dari sejarah ratusan juta tahun
berevolusi.

Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat juga terkait erat dengan
keanekaragaman hayati. Sehingga keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk
kehidupan di muka bumi, mulai dari makhluk sederhana seperti jamur dan bakteri hingga
makhluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan
rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk suatu sistem jejaring kehidupan yang
rumit.

Proses evolusi memiliki arti bahwa kolam keragaman hidup bersifat dinamis: akan meningkat
ketika varian genetik baru dihasilkan, spesies atau ekosistem baru terbentuk; akan menurun
ketika varian genetik dalam salah satu spesies berkurang, salah satu spesies punah atau
sebuah ekosistem yang kompleks menghilang. Konsep ini meliputi hubungan antar makhluk
hidup dan proses-prosesnya.

Peringkat negara dengan keanekaragaman dan endemisme tertinggi di dunia

Nilai Nilai
Negara Nilai Total
Keanekaragaman Endemisme
Brazil 30 18 48
Indonesia 18 22 40
Kolombia 26 10 36
Australia 5 16 21
Mexico 8 7 15
Madagaskar 2 12 14
Peru 9 3 12
Cina 7 2 9
Filipina 0 8 8
India 4 4 8
Ekuador 5 0 5
Venezuela 3 0 3

BAB 3

A. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI


Keanekaragaman hayati biasanya dipertimbangkan pada tiga tingkatan: keragaman genetik,
keragaman spesies dan keragaman ekosistem.

 Keragaman genetik merujuk kepada perbedaan informasi genetik yang terkandung


dalam setiap individu tanaman, hewan dan mikroorganisme. Keragaman genetik
terdapat di dalam dan antara satu populasi spesies maupun spesies yang berbeda.
 Keragaman spesies merujuk pada berbedanya spesies-spesies yang hidup.
 Keragaman ekosistem berkaitan dengan perbedaan dari habitat, komunitas biotik, dan
proses ekologi, termasuk juga tingginya keragaman yang terdapat pada ekosistem
dengan perbedaan habitat dan berbagai jenis proses ekologi.
1. KERAGAMAN GENETIK

Keragaman genetik mengacu pada variasi gen di dalam spesies. Ini meliputi variasi
genetik antara populasi yang berbeda dari spesies yang sama, seperti 4 jenis rosella pipi putih,
Platycercus eximius. Hal tersebut juga meliputi variasi genetik dalam populasi yang sama,
dimana tampak relatif tinggi pada eukaliptus yang tersebar luas seperti Eucalyptus cloeziana,
E. delegatensis, dan E. saligna.(2) Keragaman genetik dapat diukur dengan menggunakan
variasi berdasarkan DNA dan tehnik lainnya.(3)

Variasi genetik baru terbentuk dalam populasi suatu organisme yang dapat bereproduksi
secara seksual melalui kombinasi ulang dan pada individu melalui mutasi gen serta
kromosom. Kumpulan variasi genetik yang berada pada populasi yang bereproduksi
terbentuk melalui seleksi. Seleksi tersebut mengarah kepada salah satu gen tertentu yang
disukai dan menyebabkan perubahan frekuensi gen-gen pada kumpulan tersebut.
Perbedaan yang besar dalam jumlah dan penyebaran dari variasi genetik ini dapat terjadi
sebagian karena banyaknya keragaman dan kerumitan dari habitat-habitat yang ada, serta
berbedanya langkah-langkah yang dilakukan tiap organisme untuk dapat hidup.

2. KERAGAMAN SPESIES

Keragaman spesies mengacu kepada spesies yang berbeda-beda. Aspek-aspek keragaman


spesies dapat diukur melalui beberapa cara. Sebagian besar cara tersebut dapat dimasukkan
ke dalam tiga kelompok pengukuran: kekayaan spesies, kelimpahan spesies dan keragaman
taksonomi atau filogenetik.(5)

Pengukuran kekayaan spesies menghitung jumlah spesies pada suatu area tertentu.
Pengukuran kelimpahan spesies mengambil contoh jumlah relatif dari spesies yang ada.
Contoh yang biasanya diperoleh sebagian besar terdiri dari spesies yang umum, beberapa
spesies yang tidak terlalu sering dijumpai dan sedikit spesies yang jarang sekali ditemui.
Pengukuran keragaman spesies yang menyederhanakan informasi dari kekayaan dan
kelimpahan relatif spesies ke dalam satu nilai indeks merupakan yang paling sering
didunakan.(5), (6). Pendekatan lainnya adalah dengan mengukur keragaman taksonomi atau
filogenetik, yang mempertimbangkan hubungan genetik antara kelompok-kelompok spesies.
Pengukuran yang didasarkan pada analisa yang menghasilkan klasifikasi secara hirarkis ini
pada umumnya ditampilkan dalam bentuk ‘pohon’ yang mengesampingkan pola percabangan
agar dapat mewakili secara keseluruhan evolusi filogenetik dari taksa terkait.

3. KERAGAMAN EKOSISTEM

Keragaman ekosistem memetakan perbedaan yang cukup besar antara tipe ekosistem,
keragaman habitat dan proses ekologi yang terjadi pada tiap-tiap ekosistem. Lebih sulit untuk
menjelaskan keragaman ekosistem dibandingkan dengan keragaman spesies atau genetik
dikarenakan oleh ‘batasan’ dari komunitas (hubungan antar spesies) dan karena ekosistem
lebih mudah berubah. Karena konsep ekosistem adalah dinamis dan beragam, hal ini dapat
diterapkan pada berbagai skala, walaupun untuk kepentingan pengelolaan pada umumnya
dikelompokkan menjadi kelompok besar komunitas yang serupa, seperti hutan sub-tropis atau
terumbu karang. Elemen kunci dalam mempertimbangkan ekositem adalah pada kondisi
alaminya, proses ekologi seperti aliran energi dan siklus air dipertahankan.

Pengklasifikasian ekosistem di Bumi yang sangat beragam menjadi sistem yang dapat
dikelola adalah tantangan besar bagi ilmu pengetahuan, dan sangatlah penting untuk
mengelola dan menjaga biosfer ini. Pada tingkat global, sebagian besar sistem klasifikasi
telah mencoba untuk mengambil jalan tengah antara kerumitan ekologi dari komunitas dan
sederhananya klasifikasi habitat yang umum.

Umumnya sistem-sistem ini menggunakan kombinasi dari definisi tipe habitat berdasarkan
iklim; sebagai contoh, hutan tropis yang lembab, atau padang rumput sub-tropis. Beberapa
sistem juga menggunakan biogeografi global untuk memperhitungkan perbedaan-perbedaan
biota antar wilayah dunia yang mungkin memiliki iklim dan karakteristik fisik serupa .

Australia dengan wilayah-wilayahnya memetakan sejumlah besar lingkungan daratan dan


perairan, mulai dari daerah es kutub hingga padang rumput subtropis dan hutan tropis, dari
terumbu karang hingga laut dalam. Tiap-tiap wilayahnya memperlihatkan ragam habitat dan
interaksi yang besar antara maupun di dalam komponen biotik dan abiotiknya. Sebagai
contoh, padang rumput spinifex di wilayah subtropis memetakan komunitas baik dengan
maupun tanpa pepohonan. Pada tiap spinifex itu sendiri terdapat bermacam habitat mikro.
Spesies-spesies berbeda terlibat dalam proses-proses ekologi seperti pada penyebaran biji
(contoh, oleh spesies-spesies semut) dan daur ulang nutrien yang terdapat pada tiap habitat
mikro.
Pengukuran dari keragaman ekosistem masih berada pada tahap awal. Akan tetapi,
keragaman ekosistem merupakan elemen penting dari keseluruhan keanekaragaman hayati
dan seharusnya dapat tercermin pada setiap pendugaan keanekaragaman hayati.

BAB 4

A. KESIMPULAN

1. Potensi Keanekaragaman Hayati di Indonesia

 Sekitar 12 % (515 spesies, 39 % endemik) dari total spesies binatang menyusui,


urutan kedua di dunia
 7,3 % (511 spesies, 150 endemik) dari total spesies reptilia, urutan keempat didunia
 17 % (1531 spesies, 397 endemik) dari total spesies burung di dunia, urutan kelima
 270 spesies amfibi, 100 endemik, urutan keenam didunia
 2827 spesies binatang tidak bertulang belakang selain ikan air tawar
 35 spesies primata (urutan keempat, 18 % endemik)
 121 spesies kupu-kupu (44 % endemik)
 Keanekaragaman ikan air tawar 1400 (urutan ke 3)

Endemic Percent
Taxonomic Group Species
Species Endemism
Plants 10,000 1,500 15
Mammals 201 123 61.2
Birds 697 249 35.7
Reptiles 188 122 64.9
Amphibians 56 35 62.5
2. manfaat ekosistem pesisir dan laut

 Nilai kegunaan dan non kegunaan hutan mangrove di Indonesia US$ 2,3 miliar
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai ekonomi terumbu karang Indonesia diperkirakan sekitar US$ 567 juta
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai padang lamun sebesar US$ 3.858,91/ha/tahun (Bapedal dan PKSPL-IPB 1999)
 Nilai ekologi dan ekonomi sumberdaya rumput laut di Indonesia sekitar US$ 16 juta
(GEF/UNDP/IMO 1999)
 Nilai manfaat ekonomi potensi sumberdaya ikan laut di Indonesia sebesar US$ 15,1
miliar (Dahuri 2002)
 Manfaat sosial ekosistem pesisir dan laut diwujudkan dalam penyediaan sumber
penghidupan dan pekerjaan bagi jutaan penduduk di wil tsb
 Ekosistem pesisir dan laut merupakan penghubung antara berbagai pulau dan gugus
pulau kecil di Indonesia (fungsi sosial politik sebagai jembatan Nusantara)
 Nilai jasa lingkungan :

- sebagai penyerap karbon (rumput laut) diperkirakan senilai US$ 180/ha/thn


- pelindung pantai dari erosi (mangrove)

DAFTAR PUSTAKA

Norse, Elliot A. 1993. Global Marine Biological Diversity: A Strategy for Building
Conservation Into Decision Making. Island Press, Washington, D.C. 384 pp.Thorne-

Miller, Boyce, and J. Catena. 1991. The Living Ocean: Understanding and Protecting Marine
Biodiversity. Island press, Washington D.C.180 pp.

Campbell,N.A ; J.B. Reece ; L.G. Mitchell,2002,Biologi,Jakarta :Erlangga

http//:google.com/keanekaragaman hayati laut/

Kartawinata,Kuswata dan Whittten,Anthony J,1990,Krisis Biologi ;Hilangnya


Keanekaragaman Biologi,Jakarta :Yayasan Obor Indonesia

Biology online http : // www.biology-online.org/

Diposkan oleh Kholish Sains di 00.53 Tidak ada komentar:


Label: tugas
Posting Lebih Baru Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Lencana Facebook
Kholish Sains

Buat Lencana Anda

Courtship Gadget
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Langganan
Pos
Semua Komentar

Pengikut
Arsip Blog
 ▼  2009 (7)
o ▼  Desember (7)
 Regenerasi
 BYOPHYTA
 [एन्ग्क्लासिफिकसियन MH
 GYMNOSPERMAE AND ANGIOSPERMAE
 Tumbuhan biji terbuka
 Proses mitosis
 Biodiversitas laut

Menurut anda lebih penting mana antara kerja dengan


kuliah
Countdown
 

Cari Blog

Anda mungkin juga menyukai