Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL PENELITIAN

STAMEN DAN POLLEN DAN JARINGAN PENYUSUNYA

Mata kuliah: Anatomi Tumbuhan

Dosen pengampu: Atika Okta Melisa, M.Sc.

Disusun Oleh:

Abdul Khanan (201081005)

Yeni Amalia (2010810037)

Siti Faridatul Mudzakiroh (2010810045)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH

INSITUT AGAMA ISLAM NEGRI KUDUS

KUDUS

2021
1. Benang Sari

Benang sari (stmen) terdiri atas tangkai sari dan kepala sari (antera). Benang sari pada
umumnya terdiri dari empat ruang yang berisi pollen disebut mikrosporangium (lokulus) dan
suatu tangkai yang mendukung antera disebut tangkai sari (filamen). Ruang pollen disebut
mikrosporangium karena di tempat tersebut dihasilkan mikrospora. Pada perkembangan
selanjutnya mikrospora akan tumbuh membentuk buluh dan meng-, hasilkan gamet jantan.
Secara kolektif, benang sari disebut androsium. Androsium sangat bervariasi, tergantung
pada jumlah dan susunan stamen, perlekaran kepala sari terhadap filamen, serta pembukaan
kepala sari untuk melepas pollen.
Fungsi Stamen (benang sari):

 Sebagai alat perkembangbiakan bunga dan tumbuhan


 Sebagai alat kelamin jantan tumbuhan
 Sebagai tempat untuk memproduksi serbuk sari
 Menjadi tempat penyimpanan gamet jantan Berguna untuk menyimpan nektar yang
terdapat di dasar benang sari, bisa menjadi makanan bagi serangga
 Membantu menyebarkan serbuk sari dan menggerakkan air/nutrisi menuju arther.
 Menjadi tempat terjadinya transfer serbuk sari secara Langsung

2. Pengertian Tentang Polen


Menurut Arizona (2000), serbuk sari atau polen adalah alat reproduksi jantan yang
terdapat pada tumbuhan dan mempunyai fungsi yang sama dengan sperma sebagai alat
reproduksi jantan pada hewan. Serbuk sari berada dalam kepala sari (antera) tepatnya dalam
kantung yang disebut ruang serbuk sari (theca). Setiap antera ratarata memiliki dua ruang
serbuk sari yang berukuran relatif besar.
Menurut Kapp (1969), Faegri dan Iversen (1989) ukuran polen bervariasi antara 5 j
sampai lebih dari 200 µ. Sebagian besar polen berukuran antara 20-50 µ.

Dinding polen berfungsi untuk melindungi inti sperma tumbuhan dari proses desikasi
dan iradiasi selama perpindahan dari anthera menuju ke stigma. Butir polen yang kecil
dilapisi oleh lilin (wax) dan protein yang berupa elemen sculptura (Davis, 1999). Menurut
Faegri dan Iversen (1989) polen mempunyai dua lapis dinding sel, yaitu lapisan dalam
(intine) dan lapisan luar (exine). Intine adalah dinding pektoselulosa yang tipis yang
mengelilingi butir polen yang masak dan exine merupakan lapisan di luar intine yang
komponen utamanya adalah sporopolenin, suatu substansi keras yang memberikan daya tahan
yang hebat.
1. Tangkai sari (filamen)

Tangkai sari tersusun oleh jaringan dasar, yaitu sel-sel parenkimatis yang mempunyai
vakuola, tanpa ruang antarsel. Sel-sel ini sering mengandung pigmen. Epidermis melindungi
jaringan dasar dan diselubungi oleh kutikula. Pada epidermis terdapat trikoma atau mungkin
stomata.
2. Kepala sari (antera)

Kepala sari mempunyai struktur yang sangat kompleks, terdiri atas dinding yang
berlapis-lapis. Di bagian terdalam terdapat lokulus/ruang sari (mikrosporangium) yang berisi
butir-butir pollen (serbuk sari). Jumlah lapisan dinding kepala sari untuk setiap jenis
tumbuhan bervariasi.
a. Struktur kepala sari

A. Penampang lintang kepala sari muda


Kelapa sari terdiri atas 4 lobi (lokuli), tapetum menyelubungi jaringan spotogen
B. Penampang lintang kepala sari dewasa
Antera masuk dengan serbuk sari yang banyak. Ke dua lobi pada masing masing
sisi mengadakan persatua, di sebut teka. Lamina fibrosa (endotesium) tampak
lebih tebal, epidermis menipi.
Keterangan:
1. En: Endotesium
2. Ep: Epidermis
3. Js: jaringan sporogen
4. K: konektivum
5. I: Lapisan tengah
6. Ss: Serbuk sari(pollen)
7. St: Stomium
8. Ts: sisa tapetum
9. T: Tapetum
Pada umumnya suatu antera terdiri atas 4 mikrosporangia (4 lokuli). Pada
waktu masak, dua sporangia dari masing-masing sisi akan menyatukan diri menjadi
teka sehingga ada 2 teka. Suatu keadaan yang berbeda, di mana pada antera terdapat
jaringan steril yang disebut septa, memisahkan deretan lobus, misalnya pada beberapa
anggota suku Mimosaceae. Jenis lain seperti Viscum, masing-masing pollen
dikelilingi oleh jaringan pelindung dan letaknya 'berderetderet, secara horizontal dan
vertikal sehingga masing-masing antera mempunyai 50 lokuli.
b. Perkembangan kepala sari (antera)
Suatu kepala sari muda terdiri atas suatu massa sel yang homogen yang
dikelilingi oleh lapisan epidermis. Selama perkembangan, antera menghasilkan 4 lobi
dan pada setiap lobus beberapa sel hipodermal menjadi lebih menarik perhatian
dibanding yang lain karena ukurannya yang besar, bentuk selnya memanjang ke arah
radial dan intinya jelas. Sel-sel ini adalah sel arkesporium. Sel-sel arkesporium
membelah dengan dinding periklinal (sejajar permukaan) dan menghasilkan sel-sel
parietal primer di sebelah luar dan sel-sel sporogen primer di sebelah dalam. Sel-sel
parietal primer membeiah lagi secara periklinal dan menghasilkan lapisan parieral
sekunder, Lapisan parietal sekunder inilah yang nantinya akan menghasilkan dinding
kepala sari.
Sel sporogen primer membelah-belah lagi secara mitosis dan sel-sel hasil
pembelahan mitosis ini menjadi sel induk mikrospora. Sel sporogen primer dapat
langsung berfungsi sebagai sel induk mikros»ora tanpa mitosis. Setelah itu sel induk
mikrospora membelah 'secara meiosis menghasilkan tetrad mikrospora. Selanjutnya,
sel-sel dalam tetrad memisahkan diri menjadi sel mikrospora yang soliter.
c. Lapisan dinding kepala sari
Menurut Bhojwani dan Bhatnagar (1978, 1999), kepala sari mempunyai lapisan
dinding sebagai berikut. :
1. Epidermis (eksotesium), merupakan lapisan terluar, terdiri dari satu lapis sel.
Epidermis menjadi memipih dan membentuk tonjolan (papila) pada kepala
sari yang masak dan berfungsi sebagai pelindung. Epidermis disebut
eksotesium apabila sel-selnya mengalami penebalan berserabut.
2. Endotesium: merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam epidermis.
Pada kepala sari yang masak endotesium mengadakan penebalan ke arah
radial. Dinding tangensial sebelah dalam menebal tidak teratur dan
menunjukkan struktur berserabut. Adanya struktur berserabur menyebabkan
endotesium mempunyai fungsi untuk membantu memyukanya kepala sari.
Oleh karena dindingnya berserabut maka endotesum sering disebut lumina
fibrosa. Endotesium biasanya terdiri dari saru lapis sel, tetapi beberapa
kepustakaan menyebutkan ada yang tcrdiri atas beberapa lapis sel. Pada
tumbuhan air biasanya tidak dijumpai adanya penebalan berserabut pada
endotesium. Pada tumbuhan kleistogam (bunga tidak pernah membuka) serta
beberapa jenis tumbuhan yang termasuk Hydrocharitaceae, endotcsium gagal
mengadakan perkembangan schingga mikrospora (butir serbuk sari) keluar
melalui lubang di bagian apikal kepala sari.
3. Lapisan tengah, merupakan lapisan yang terletak di sebelah dalam
endotesium, terdiri dari 2—3 lapis sel atau lebih, tergantung jenis
tumbuhannya. Dengan berkembangnya kepala sari, sel-selnya menjadi
tertekan dan memipih karena terdesak oleh endotesium sehingga sering
disebut lapisan tertekan. Keadaan ini terjadi pada waktu sel induk spora
(sporosit) mengalami pembelahan meiosis. Pada tumbuhan tertentu tidak
dijumpai adanya lapisan tertekan.
4. Tapetum: merupakan dinding terdalam dari kepala sari dan berkembang
mencapai maksimum pada saat terbentuknya serbuk sari tetrad, Lapisan
tapetum berfungsi nutritif memberikan seluruh isi selnya sclama
perkembangan mikrospora. Tapetum umumnya merupakan derivat lapisan
parieral primer, Namun, pada suatu spesies, misalnya pada Alectra thomsoni,
sel-sel tapetum dibedakan menjadi dua tipe
berdasarkan atas sel penyusunnya, yaitu :
a. sel tapetum berukuran besar, merupakan derivat dari sel-sel
konektivum
b. sel tapetum lebin kecil dibanding tipe pertama, merupakan derivat dari
lapisan parietal primer.
Keadaan di mana terdapat dua macam tipe sel tapetum disebut taperum
dimorfik. Pada Antirrhinum majus, Impatiens glandulifera, dan beberapa
spesies lainnya, tapetum dilaporkan berasal dari bagian tepi jaringan sporogen.
Menurut Maheswari Devi (1963), tapetum pada Calorropis gigantea terdiri
dari beberapa lapis sel.
Menurut Bhojwani dari Bhatnagar-(1999) ada dua tipc tapetum, yaitu:
a. Taperum ameboid (plasmodial),pada tipc ini taperum mengeluarkan
seluruh masa protoplasnya ke dalam lokulus (ruang sari) dan dinding
selnya mengalami lisis. Kemudian protoplas tapetum ini
menggabungkan diri dengan protoplas yang ada di dalam lokulus,
selanjutnya protoplas tersebut bergerak menyelubungi sel induk spora.
Tapetum tipe ini biasanya dijumpai pada tumbuhan :
Monocotryledoneae dan Dycotyledoneace tingkat rendah.
b. Tapetum sekresi (glandular):“tapetum tipe ini mengeluarkan isi selnya
secara berkala, sedikit demi sedikir. Dinding selnya ridak mengalami
lisis, dan sisa selnya masih dapat dilihat selama perkembangan
mikrospora. Tipe ini dijumpai pada tumbuhan AngioSpermae yang
telah maju tingkatannya.
Dalam Maheswari (1950) disebutkan bahwa tapctum tipe amoeboid dibedakan
menjadi empat subtipe yaitu "
a. Tipe Sagirtaria, pada tipe ini sel-sel tapetum kehilangan dinding pada
saat tetrad mikrospora dibentuk. Misalnya pada Sagirtaria, Alisma,
Limnocharis dan Hydrocharis.
b. Tipe Butomus: pada tipe ini pembentukan periplasmodium agak awal,
pada saat mikrospora masih dalam kelompok tetrad. Misalnya pada
Butomus, Serariotes.
c. Tipe Sparganium, pada tipe ini fusi protoplas terjadi pada saat
stadium? tetrad, tetapi sel-sel tapetum multinuklcar. Contoh:
Sparganium, Typha, Tradescantia. .
d. Tipe Triglochin, pada beberapa tanaman, tapetum memulai
aktivitasnya pada saat sel induk mikrospora sedang dalam pembelahan
meiosis. Protoplas dan inti sel tapetum tumpah ke luar, kemudian
mengembara di antara sel induk mikrospora. Contoh: Triglochsm,
Potamaogeton dan beberapa jenis suku Aracca.
e.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyani, S. (2019). Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT KANISIUS.

Nugroho, H., Purnomo, & Sumardi, I. (2012). Struktur & Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai