Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN


SEMESTER 116-2 2021/2022

Judul Praktikum:
Pengamatan Anatomi dan Anomali Akar

Dosen Pengampu:
Dr. Reni Indrayanti, M.Si.
Rizal Koen Asharo, S.Si., M.Si.
Pinta Omas Pasaribu, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Biologi A 2021

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semua tumbuh-tumbuhan berpembuluh memiliki akar, karena akar merupakan
bagian bawah dari sumbu tanaman yang umumnya berkembang di bawah permukaan tanah,
tidak berklorofil, dan memiliki rambut akar yang uniseluler. Meskipun terdapat pula akar
yang berkembang di luar tanah bergantung dari fungsi akar tersebut (Savitri, 2008).
Akar sejati pada tumbuh-tumbuhan berbiji berkembang dari meristem apikal di
ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Pada tumbuhan Gymnospermae dan
tumbuhan dikotil, akar tersebut berkembang dan tumbuh membesar menjadi akar tunggang.
Sedangkan pada tumbuhan monokotil, akar primer tidak bertahan lama dalam kehidupan
tumbuhan. Kemudian dekat pangkal akar primer akan tumbuh akar baru yang disebut
sebagai akar tambahan atau akar adventif. Keseluruhan akar adventif itu disebut juga akar
serabut (Tjitrosomo, 2005).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengamati anatomi akar tumbuhan?
2. Bagaimana mengetahui perbandingan jaringan penyusun akar tumbuhan dikotil dengan
monokotil?
3. Bagaimana mengetahui struktur jaringan penyusun akar primer dan akar dengan
penebalan sekunder?
4. Bagaimana mengamati anomali akar tumbuhan?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam melakukan praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengamati anatomi akar tumbuhan.
2. Mengetahui perbandingan jaringan penyusun akar tumbuhan dikotil dengan monokotil.
3. Mengetahui struktur jaringan penyusun akar primer dan akar dengan penebalan
sekunder.
4. Mengamati anomali akar tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Jaringan Primer Akar


Terdapat beberapa jaringan primer penyusun akar yang susunan internalnya cukup
beragam namun lebih sederhana dan dari segi filogeni lebih primitif dibandingkan dengan
batang. Tidak terdapatnya daun pada akar mengakibatkan keseragaman struktur di
sepanjang akar (Hidayat, 1995). Susunan jaringan primer dalam akar pada jarak tertentu
dari meristem apikal akar akan dapat dibedakan dalam berbagai zona, yaitu tudung akar,
epidermis, korteks akar, dan silinder pembuluh atau silinder tengah (Fahn, 1991).
A. Tudung Akar
Tudung akar terletak di ujung akar yang berfungsi untuk melindungi
promeristem akar serta membantu penetrasi atau penembusan tanah oleh akar. Tudung
akar terdiri atas sel-sel parenkim dengan berbagai tingkatan diferensiasi. Selnya
terkadang tersusun atas deretan radial yang berasal dari permulaan tudung akar. Pada
beberapa tumbuhan, sel sentral pada tudung akar membentuk struktur yang lebih jelas
dan tetap yang disebut kolumela. Tudung akar akan berkembang secara terus menerus.
Bila sel paling luar mati, maka pemula akan membentuk sel-sel baru yang
menggantikan fungsi sel yang mati (Hidayat, 2005).
B. Epidermis
Pada kebanyakan akar, epidermis berdinding tipis. Rambut-rambut akar
berkembang dari sel epidermis yang berdiferensiasi, dan sel tersebut memiliki ukuran
yang berbeda dengan sel epidermis; dinamakan trikoblas. Trikoblas berasal dari
pembelahan protoderm. Epidermis akar berfungsi untuk penyerapan, serta rambut-
rambut akar memiliki kutikula tipis (Sumardi, 1993). Ciri khas dari epidermis akar
adalah pembentukan rambut akar yang merupakan organ yang sangat sesuai untuk
penyerapan air dan garam yang efisien. Daerah rambut akar umumnya terbatas
beberapa sentimeter dari ujung akar. Rambut akar tidak ada di dekat meristem apikal
dan umumnya mati atau mengering pada bagian akar yang lebih dewasa (Fahn, 1991).
C. Korteks Akar
Korteks akar umumnya terdiri atas sel-sel parenkim selama perkembangannya,
ukuran sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi
vakuolisasi dalam sel tersebut (Sumardi, 1993). Korteks akar lebih lebar daripada
korteks batang, karena itulah korteks akar berperan lebih banyak dalam penyimpanan.
Lapisan paling dalam dari korteks merupakan endodermis (Kartasapoetra, 1991).
D. Eksodermis
Pada sebagian besar tumbuhan, dinding sel pada lapisan sel terluar korteks akan
membentuk gabus, sehingga terbentuk jaringan pelindung baru, yaitu eksodermis yang
akan menggantikan epidermis. Struktur dan sifat sitokimiawi sel eksodermis mirip
dengan sel endodermis. Dinding primer dilapisi suberin dan lapisan itu dilapisi lagi oleh
selulosa. Lignin juga ditemukan di lapisan tersebut (Hidayat, 2005). Sel-sel eksodermis
juga mengandung protoplas. Tebalnya eksodermis ini berbeda-beda pada lapisan sel
tunggal sampai yang berlapis-lapis. Eksodermis umumnya disertai pula oleh jaringan
sklerenkim seperti pada akar tumbuhan Ananas, Graminae, dan Cyperaceae (Sumardi,
1993).
E. Endodermis
Endodermis tersusun atas selapis sel yang berbeda secara fisiologis, struktur,
dan fungsi dengan lapisan sel di sekitarnya. Berdasarkan perkembangan pada cincin
selnva, endodermis dapat dibedakan menjadi:
a) Endodermis primer, yang mengalami penebalan berupa titik-titik kaspari dari
suberin dan kutin.
b) Endodermis sekunder, apabila penebalan berupa pita kaspari dari zat lignin.
c) Endodermis tersier, apabila penebalan membentuk huruf U yang mengandung
lapisan suberin dan selulosa pada dinding radial dan tangensial bagian dalam.
Di antara sel-sel endodermis terdapat beberapa sel yang tidak mengalami
penebalan dinding, yaitu sel-sel yang terletak berhadapan dengan protoxilem. Sel-sel
ini disebut sel peresap (Nugroho, 2006).
Pita kaspari adalah pita-pita suberin yang mengelilingi dinding radial dan
melintang pada daerah penyerapan pada akar di dinding sel endodermis. Pita kaspari
berfungsi untuk mengendalikan pergerakan larutan (air dan mineral) dari daerah
korteks yang akan menuju silinder pusat (Savitri, 2008). Kehadiran pita kaspari
membagi akar menjadi dua bagian yang terpisah. Pembagian ini penting dalam gerak
selektif garam mineral dan air. Setiap ion dalam larutan air tanah mampu menembus
epidermis dan korteks akar. Bahkan jika seluruh sel korteks memiliki plasmalema yang
tidak permeable terhadapnya, ion tersebut dapat menembus korteks melalui air dalam
dinding dan ruang antarsel. Namun, pita kaspari merupakan penghalangnya. Agar dapat
masuk stele dan memasuki arus transpirasi xilem, ion harus melewati plasmalema sel
endodermis. Maka terjadi seleksi antara ion yang dapat masuk dan ion yang harus tetap
di luar (Hidayat, 1995).

2.2 Sistem Jaringan Pengangkut Akar


Bagian terluar dan berbatasan langsung dengan endodermis, selapis sel atau
mungkin beberapa lapis sel berupa lapisan sel parenkim yang berasal dari inisial yang sama
dari xilem dan floem, lapisan ini disebut perisikel atau perikambium. Perisikel kadang-
kadang berdinding tebal. Perisikel mampu menghasilkan primordia akar lateral (akar
cabang), sebagian felogen, dan sebagian dari kambium pembuluh. Selain perisikel, terdapat
pula jaringan yang bersifat parenkimatis terletak di pusat silinder akar, yaitu parenkim
empulur (Savitri, 2008).
Di bagian dalam perisikel langsung berbatasan dengan protofloem dan protoxilem.
Umumnya xilem dan floem akar tersusun secara radial. Bila berkas pembuluh tidak banyak,
maka sering xilem bersatu di bagian tengah akar, sehingga akar tidak berempulur.
Berdasarkan jumlah protoxilem atau jumlah lengan (jari-jari) xilem, akar dikenal dengan
xilem diarkh, triarkh, tetrarkh, pentrarkh, dan poliarkh (masing-masing artinya 2, 3, 4, 5,
dan banyak kelompok protoxilem atau berkas xilem). Selain itu xilem primer dengan arah
pendewasaan dari luar ke dalam eksarkh. Arah pendewasaan sel dalam floem juga dari luar
ke dalam (Savitri, 2008).

2.3 Perkembangan Akar


Peristiwa utama pada awal pembentukan akar adalah penyusunan meristem
apeksnya. Saat biji berkecambah, promeristem di ujung akar embrio membentuk akar
primer. Sementara akar primer tumbuh, meristem apeks memperoleh bentuk tertentu. Ada
dua macam jenis susunan sel pada meristem apeks akar jenis pertama, yaitu silinder
pembuluh, korteks, dan tudung akar, masing-masing dapat diketahui asalnya pada lapisan
terpisah pada meristem apeks, ketiganya ini memiliki sel pemula sendiri-sendiri. Dalam hal
ini epidermis berdiferensiasi dari lapisan korteks paling luar atau dari lapisan tudung akar
paling dalam. Pada jenis kedua, semua lapisan sel dihasilkan oleh sekelompok sel di titik
tumbuh akar. Jadi, sel di semua daerah akar memiliki pemula bersama (Hidayat, 1995).

2.4 Pertumbuhan Sekunder Akar


Akar tumbuhan monokotil dan dikotil dibentuk herba atau akar cabang dikotil
pohon, dan kriptogam umumnya tidak mengalami pertumbuhan sekunder. Sedangkan akar
kebanyakan tumbuhan dikotil dan akar Gymnospermae mengalami pertumbuhan sekunder.
Kambium pembuluh membelah ke arah dalam menghasilkan xilem dan ke arah luar
menghasilkan floem sekunder, sehingga jaringan pada akar bertambah (kambium gabus)
dibentuk dan menghasilkan periderm. Felogen ke arah luar membentuk felem (gabus) dan
ke arah dalam membentuk feloderm. Periderm merupakan jaringan sekunder yang
dihasilkan oleh kambium gabus sebagai pengganti epidermis, umumnya akar yang
membentuk periderm akan melengkapi akarnya dengan lentisel (Fahn, 1991).

2.5 Macam-Macam Akar


Keragaman bentuk dan struktur akar sering terkait dengan fungsinya. Menurut
Tjitrosoepomo pada tahun 2005, dikenal juga beberapa jenis akar yang dibedakan secara
morfologi sebagai berikut:
a) Akar gantung: Akar ini keluar dan menggantung di atas tanah dan arah tumbuhnya ke
dalam tanah. Contohnya pada pohon beringin (Ficus benjamin).
b) Akar penghisap: Terdapat pada tumbuhan yang bersifat parasit dan berfungsi untuk
menyerap zat makanan dari inangnya. Contohnya pada endak cacing (Cuscutha aus R.
Br.).
c) Akar pelekat (radix adligans): Akar yang keluar dari buku-buku batang tumbuhan
memanjat. Contohnya pada lada (Piper nigrum L.).
d) Akar pembelit: Sama halnya akar pelekat, akan tetapi dengan memeluk penunjangnya.
Contohnya pada vanila (Vanilla planifolia).
e) Akar napas: Merupakan cabang akar yang tumbuh tegak lurus muncul ke permukaan
tanah. Contohnya pada kayu api (Avicennia sp.).
f) Akar tunjang: Akar yang tumbuh dari bagian bawah batang yang seakan menunjang
batang tersebut. Contohnya pada pandan (Pandanus tectorious Sol.).
g) Akar lutut: Bagian akar yang tumbuh ke atas kemudian membengkok masuk ke dalam
tanah. Contohnya pada tanjang (Bruguiera parvifolia).
h) Akar banir: Berbentuk seperti papan untuk memperkokoh batang yang umumnya pada
pohon berukuran besar. Contohnya pada kenari (Canarium commune L.).
Sedangkan secara ontogeni (asal terbentuknya), akar dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
(Kartasapoetra, 1991):
a) Akar primer, berkembang dari radikula (akar utama yang tumbuh dari biji)
b) Akar adventif, berkembang dari bagian lain dari tumbuhan (misalnya pada batang,
daun, dan tunas)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop cahaya, object glass,
cover glass, pipet tetes, pinset, jarum bedah, dan silet. Adapun bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah aquadest, akar jagung (Zea mays), akar bawang merah (Allium
sp.), akar miana (Coleus sp.), ubi jalar (Ipomea batatas), dan wortel (Daucus carota).

3.2 Langkah Kerja


3.2.1 Pengamatan Struktur Akar Bawang Merah (Allium sp.)
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Dipilih akar bawang merah yang berpenampilan baik, tidak layu, dan terdapat
kaliptra.
3. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian akar bawang merah dipotong
sepanjang ±1 cm.
4. Sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup dengan cover glass,
kemudian sisa aquadest pada object glass diserap menggunakan tisu.
5. Preparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x.

3.2.2 Pengamatan Struktur Akar Miana (Coleus sp.)


1. Dipilih akar miana muda dan tua.
2. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian masing-masing akar miana
tersebut disayat secara transversal.
3. Masing-masing sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup
dengan cover glass, kemudian sisa aquadest pada object glass diserap
menggunakan tisu.
4. Masing-masing reparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x
terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.3 Pengamatan Struktur Akar Jagung (Zea mays)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian akar jagung disayat secara
transversal.
2. Masing-masing sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup
dengan cover glass, kemudian sisa aquadest pada object glass diserap
menggunakan tisu.
3. Masing-masing reparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x
terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.4 Pengamatan Anomali Akar pada Wortel (Daucus carota)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian penampang wortel yang paling
kecil disayat secara transversal.
2. Masing-masing sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup
dengan cover glass, kemudian sisa aquadest pada object glass diserap
menggunakan tisu.
3. Masing-masing reparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x
terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.

3.2.5 Pengamatan Anomali Akar pada Ubi Jalar (Ipomea batatas)


1. Ditetesi aquadest pada object glass, kemudian penampang ubi jalar yang paling
kecil disayat secara transversal.
2. Masing-masing sayatan tersebut diletakkan di atas object glass dan ditutup
dengan cover glass, kemudian sisa aquadest pada object glass diserap
menggunakan tisu.
3. Masing-masing reparat diamati di bawah mikroskop dengan magnifikasi 4x/10x
terlebih dahulu, kemudian ditingkatkan menjadi 40x/10x secara berurutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pengamatan Struktur Akar Bawang Merah (Allium sp.)
Gambar Sketsa

Gambar 1: Struktur Akar Bawang Merah (Mag.


4x/10x)

4.1.2 Hasil Pengamatan Struktur Akar Miana (Coleus sp.)


Gambar Sketsa

Gambar 2: Sayatan Transversal Akar Miana Muda


(Mag. 40x/10x)

Gambar 3: Sayatan Transversal Akar Miana Tua


(Mag. 40x/10x)
4.1.3 Hasil Pengamatan Struktur Akar Jagung (Zea mays)
Gambar Sketsa

Gambar 4: Sayatan Transversal Akar Jagung (Mag.


40x/10x)

4.1.4 Hasil Pengamatan Anomali Akar pada Wortel (Daucus carota)


Gambar Sketsa

Gambar 5: Sayatan Transversal Ubi Jalar (Mag.


40x/10x)

4.1.5 Hasil Pengamatan Anomali Akar pada Ubi Jalar (Ipomea batatas)
Gambar Sketsa

Gambar 6: Sayatan Transversal Umbi Wortel (Mag.


40x/10x)

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengamatan Struktur Akar Bawang Merah (Allium sp.)
Dalam pengamatan anatomi akar bawang merah (Allium sp.) diamati
struktur dan zona perkembangan akar tersebut. Berdasarkan pembagian zona,
daerah akar dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona pembelahan sel (meristematik),
zona pemanjangan (elongasi), dan zona diferensiasi (maturasi). Zona pembelahan
meliputi meristem apikal dan turunannya, yaitu meristem primer. Meristem apikal
terletak di pusat zona pembelahan sel, menghasilkan sel-sel meristem primer.
Berdekatan dengan pusat meristem apikal terdapat pusat tenang (quiescent center),
yaitu populasi sel-sel yang membelah lebih lambat dibandingkan dengan sel-sel
meristematik lainnya. Zona pemanjangan adalah daerah dimana sel-sel mengalami
pemanjangan dan pembentangan. Zona diferensiasi adalah daerah sel-sel akar yang
mulai mengalami spesialisasi struktur dan fungsinya. Pada daerah tersebut sistem
jaringan yang dihasilkan oleh pertumbuhan primer menyelesaikan dan
menyempurnakan diferensiasinya, seperti rambut-rambut akar yang merupakan
hasil diferensiasi dari sel epidermis akar.

4.2.2 Pengamatan Struktur Akar Miana (Coleus sp.)


Dalam pengamatan anatomi akar miana (Coleus sp.) diamati struktur
akarnya, diferensiasi akar muda ke akar tua, serta perkembangan xilem pada akar
muda dan akar tua. Akar tumbuhan dikotil muda bertekstur lebih lunak dan sel
penyokongnya masih berupa kolenkim; dikategorikan hasil modifikasi epidermis
akar (rambut akar). Akar tumbuhan dikotil tua epidermisnya lambat laun akan
berubah menjadi periderm, terdiri dari felem (jaringan gabus), felogen (kambium
gabus), dan feloderm. Fungsi dari jaringan tersebut sama dengan epidermis, tetapi
lebih kompleks.

4.2.3 Pengamatan Struktur Akar Jagung (Zea mays)


Dalam pengamatan anatomi akar jagung (Zea mays) diamati bagian-bagian
dari akar monokotil tersebut. Tumbuhan monokotil umumnya memiliki perakaran
serabut, sedangkan tumbuhan dikotil memiliki perakaran tunggang. Struktur akar
pada tumbuhan monokotil dan dikotil adalah sama, terdiri atas lapisan epidermis,
korteks, endodermis, dan silinder pusat (stele). Namun demikian khusus pada
struktur akar monokotil, terdapat perbedaan, di antaranya; (1) Endodermis pada
akar tumbuhan monokotil membentuk dinding sekunder yang tebal; (2) Xilem dan
floem tidak tersusun rapi pada akar tumbuhan monokotil, hal ini disebabkan karena
antara xilem dan floem tidak terdapat kambium seperti pada akar tumbuhan dikotil;
dan (3) Xilem berhenti tumbuh sebelum bagian pusat terbentuk. Hal ini
menyebabkan jalur-jalur xilem tidak berbentuk binang, tetapi membentuk satu
ikatan dengan lainnya.

4.2.4 Pengamatan Anomali Akar pada Wortel (Daucus carota)


Dalam pengamatan anomali akar pada wortel (Daucus carota) dijumpai
anomali akar, yaitu peralihan fungsi akar menjadi tempat penyimpanan cadangan
makanan. Wortel adalah salah satu jenis umbi akar, karena umbi wortel terbentuk
dari akar tunggang yang berubah fungsi menjadi tempat penyimpanan cadangan
makanan. Hal tersebut ditandai dengan adanya parenkim penimbun pada umbi akar,
di mana fungsi dari parenkim tersebut adalah sebagai penimbun atau penyimpan
cadangan makanan.

4.2.5 Pengamatan Anomali Akar pada Ubi Jalar (Ipomea batatas)


Dalam pengamatan anomali akar pada ubi jalar (Ipomea batatas) diamati
struktur kambium pada umbi tersebut. Akar adventif pada ubi jalar menunjukkan
pertumbuhan sekunder yang merupakan anomali. Xilem dibentuk dengan cara
normal, tetapi banyak mengandung parenkim xilem. Di sekeliling sebuah trakea
atau kelompok trakea akan dibentuk kambium yang menghasilkan beberapa unsur
trakeal ke arah trakea tersebut, beberapa pembuluh tapis dan latisifer ke arah luar,
dan sejumlah besar parenkim ke arah luar maupun ke dalam. Jadi, unsur floem
tampak di dalam jaringan yang mula-mula berdiferensiasi sebagai xilem. Hubungan
yang erat antara jaringan penyimpan dengan jaringan pengangkut diperoleh dengan
berbagai modifikasi dalam pertumbuhan sekunder (Hidayat, 1995).
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang sudah diperoleh beserta pembahasannya, maka dapat
ditarik kesimpulan. Akar merupakan bagian bawah dari sumbu utama tanaman dan
biasanya berkembang di bawah permukaan tanah, fungsi akar adalah untuk menambatkan
tumbuh-tumbuhan pada tanah; dapat berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan dan
menyerap air dan garam-garam mineral terlarut. Sistem pertumbuhan pada akar dibagi
menjadi dua, yaitu sistem pertumbuhan akar primer dan sistem pertumbuhan akar sekunder.
Susunan jaringan primer dalam akar dapat dibedakan dalam berbagai zona, yaitu tudung
akar, epidermis, korteks akar, dan silinder pembuluh atau silinder tengah (stele).
Berdasarkan pembagian zona, daerah akar dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona pembelahan
sel (meristematik), zona pemanjangan (elongasi), dan zona diferensiasi (maturasi).
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A. dkk. 2004. Biologi Edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.


Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. UGM Press. Yogyakarta.
Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Hidayat, Estiti B. 2005. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB.
Kartasapoetra. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (tentang Sel dan Jaringan).
Jakarta.
Nugroho, Hartanto dkk. 2006. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bogor.
Savitri, Evika Sandi. 2008. Struktur Perkembangan Tumbuhan (Anatomi Tumbuhan). UIN
Press. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2005. Morfologi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai