Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN LENGKAP

PRAKTIKUM ANATOMI TUMBUHAN


“AKAR”

OLEH:

NAMA : NURHARIYANDANI
NIM : 620006
ANGKATAN : 2020
KELOMPOK : IV (EMPAT)

LABORATORIUM MIPA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE
2022

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Anatomi Tumbuhan dengan judul “Akar”
disusun oleh:
Nama : Nurhariyandani
Nim : 620006
Kelompok : IV (Empat)
Telah diperiksa dengan teliti dan dinyatakan diterima serta disahkan oleh
asisten praktikum.

Bone, 21 Mei 2022

NILAI TTD ASISTEN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum struktur anatomi akar tersusun atas jaringan
epidermis, sistem jaringan dasar berupa korteks, endodermis, dan empulur;
serta sistem berkas pembuluh. Pada akar sistem berkas pembuluh terdiri
atas xylem dan floem yang tersusun berselang-seling. Pada struktur
anatomi tumbuhan dikotil dan monokotil berbeda, baik dari segi fungsi,
susunan serta bagian-bagian dari tumbuhan tersebut. Akar merupakan
organ tumbuhan yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur-unsur hara
serta untuk menompang tegaknya tumbuhan. Akar merupakan bagian
pertama yang tumbuh dari suatu biji yang berkecambah yang kemudian
tumbuh tegak ke bawah dan kemudian berkembang menjadi akar utama.
Selanjutnya tumbuh cabang yang kecil. Sistem perakaran ini disebut
sistem akar tungggang dan merupakan salah satu ciri kelas dikotil. Jika
cabang tumbuh lebih besar dengan akar utama atau akar utama
berdegenerasi dan diganti dengan akar-akar ramping yang keluar dari akar
utama yang tidak berkembang, maka sistem akar ini disebut sistem akar
serabut dan merupakan salah satu ciri tumbuhan monokotil.
Keragaman bentuk dan struktur akar sering terkait dengan
fungsinya. Karena itu dikenal akar penyimpan, akar sukulen, akar udara,
pneumatofur, akar panjat, akar pembelit, akar tunjang, dan akar yang
hidup bersimbiosis dengang jamur. Kondisi lingkungan sering
mempengaruhi sistem akar. Tanah kering tumbuhan biasanya memiliki
sistem akar yang berkembang dengan lebih baik. Banyak tumbuhan yang
tumbuh ditanah berpasir menghasilkan akar lateral yang horizontal dan
tidak dalam, menyebar dekat dibawah permukaan tanah. Lapisan terluar
akar tersusun dari sel-sel yang rapat satu sama lain tanpa antar sel,
berdinding tipis. Akar mempunyai bentuk dan struktur yang beragam.
Keragaman ini sering terkait dengan fungsinya, yaitu apakah sebagai akar
penyimpan cadangan, akar sukuler, akar udara, akar napas (pneumatofor),
akar rambut, akar penompang, atau akar yang mengandung cendawan
simbiotik (mikorida). Untuk mengetahui lebih lanjut tentang akar ini, kita
melakukan praktikum dan pengamatan tentang akar. Kita berharap semoga
dengan adanya praktikum ini kita mendapatkan pemahaman yang lebih
dalam tentang akar.
B. Tujuan
Mengamati struktur anatomi akar berbagai tumbuhan.
C. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:

Hari/Tanggal : Jumat, 20 Mei 2022


Pukul : 10.20-12.00 WITA
Tempat : Laboratorium MIPA Universitas Muhammadiyah Bone
BAB II

DASAR TEORI

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan dan biasanya


berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun terdapat juga akar yang
tumbuh di atas tanah.Histogenesis epidermis akar berbeda dengan batang. Pada
spermatophyta, xylem primer pada akar bersifat eksark, sedangkan pada batang
bersifat endark. Berkas xylem danfloem pada akar tersusun berselang-seling,
sedangkan pada batang berkas pengangkutnyakolateral, bikolateral, atau
amfivasal. Organ multiselular yang menambatkan tumbuhan vascular ke dalam
tanah, mengabsorpsi mineral dan air, danseringkali menyimpan karbohidrat. Akar
tidak mempunyai alat tambahan yang dapat di bandingkan dengan daun pada
batang. Akar tidak mempunyai stomata, tetapi mempunyaitudung akar yang tidak
ada kesejajarannya pada batang (Mulyani, 2006: 187-188).
Fungsi utama akar adalah melekatkan tumbuhan ke dalam tanah, menyeap
air dangaram-garam dari tanah selanjutnya diangkut ke bagian lain, juga sebagai
organ penyimpan cadangan makanan. Pada tanaman mangrove akar juga
berfungsi sebagai pnematofora yang muncul ke atas permukaan lumpur. Selain itu
pada parasit, karnyamembentuk haustoria sebagai jembatan nutrisi dai inang ke
parasit). Kondisi lingkungan seringkali mempengaruhi pertumbuhan akar. Sistem
perakarantumbuhan yang hidup di tanah kering biasanya berkembang lebih baik.
Tumbuhan yanghidup pada tanah berpasir, perkembangan akarnya dangkal,
mendatar dan akar lateralmenyebar dekat di bawah permukaan tanah. Berdasarkan
fungsinya, dikenal akar penyimpan, akar udara, akar sukulen, akar panjat, akar
penunjang, akar napas (pneumatofor), dan akar yang bersimbiosis dengan jamur
(mikorhiza). Serabut berkembang dari jaringan akar dewasa atau dari bagian lain
tubuh tumbuhanseperti batang dan daun .Susunan jaringan primer pada akar
berturut-turut dari luar ke dalam adalah epidermis (sistem jaringan dermal),
korteks (sistem jaringan dasar), dan silinder pembuluh (sistem jaringan
pembuluh). Struktur lain yang juga termasuk ke dalam jaringan primer adalah
tudung akar (Tim pengajar, 2017:22).
Berdasarkan asalnya dikenal dua macam akar yaitu akar primer yang
berasal dari embrio dan akan tetap bertahan sepanjang hidupnya, serta akar liar
yang berasal dari batang atau daun. Akar tersebut dapat bersifat permanen dan
sementara. Peranan akar adalah untuk menyerap air dan garam-garam dari dalam
tanah serta menambatkan tumbuhan pada tanah atau makanan. Peranan akar liar
bervariasi, sesuai dengan peranan akarnya. Akar liar dapat berfungsi sebagai akar
tunjang, akar gantung, akar nifas, akar pelekat, akar pembelit, dan sebagai
penunjang. Bagian bawah dari sumbu tumbuhan sering dikenal dengan sebutan
akar dan umumnya berkembang di bawah permukaan tanah, meskipun ada akar
yang tumbuh di luar tanah. Akar pertama pada tumbuhan berbiji berkembang dari
meristem apeks di ujung akar embrio dalam biji yang berkecambah. Pada
gymnospermae dan dikotil, akar tersebut berkembang dan membesar menjadi akar
primer dengan cabang yang berukuran lebih kecil. System akar tersebut
dinamakan akar tunggang. Pada monokotil, akar primer tidak lama bertahan
dalam kehidupan tumbuhan dan segera mengering. Pangkalnya atau di dekatnya
akan muncul akar baru yang disebut akar tambahan atau adventif (Issrep, 1993).
Akar juga merupakan bagian pokok yang nomor tiga (di samping batang
dan daun) bagi tumbuhan yang tumbuhnya telah merupakan kormus. Bagi
tumbuhan, akar berfungsi untuk memperkuat berdirinya tumbuhan, untuk
menyerap air dan zat-zat makanan yang terlarut di dalam air tadi dari dalam tanah,
untuk mengangkut air dan zat-zat makana tadi ke tempat-tempat pada tubuh
tumbuhan yang memerlukan dan kadang-kadang sebagai tempat untuk
penimbunan makanan. Irisan memanjang ujung akar muda menunjukkan 4 daerah
pertumbuhan yang batasnya tidak terlalu jelas yaitu tudung akar, daerah
pembelahan sel, daerah pemanjangan, dan daerah diferensiasi sel. Daerah-daerah
pertumbuhan ini dapat berhimpitan karena dipengaruhi oleh jenis tumbuhnya serta
keadaan lingkungan yang menentukan aktifitasnya. Pada umumnya korteks akar
terdiri dari sel-sel parenkim. Sel-sel korteks akar sering mengandung tepung,
kadang-kadang kristal kalsium oksalat (sutrian,2004).
Jaringan epidermis terdiri atas satu lapis sel yang disusun oleh sel-sel yang
berbentuk segi empat. Menurut Raechal dan Curtis, sel-sel epidermis sangat
bervariasi dalam bentuk, ukuran dan ketebalan dindingnya. Sel epidermis akar
berdinding tipis, biasanya tidak mempunyai kutikula meskipun seringkali dinding
terluar sel, termasuk rambut akar mengalami kutinisasi. Epidermis akar biasanya
selapis, kecuali pada akar udara Orchidaceae dan tumbuhan epifit, epidermisnya
multilapis dan mempunyai bentuk khusus yang disebut velamen. Rambut-rambut
akar berkembang dari sel epidermis khusus disebut Trikhoblas. Trikhoblas berasal
dari pembelahan protoderm. Modifikasi xylem membentuk bulu-bulu akar
mempunyai kutikula tipis. Fungsi bulu akar adalah menyerap air dan unsur hara
dari dalam tanah. Pada akar udara, family Orchidaceae tropik dan famili Araceae
hidup sebagi epifit dan beberpa monokotil maka epidermis berkembang menjadi
jaringan yang multisera berlapis-lapis disebut velamen. Velamen bersifat mati dan
dinding sekunder tebal dan berfungsi sebagai pelindung, mengurangi air di daerah
korteks (Agustina: 94).
Pada sejumlah besar monokotil sering membentuk serabut sklerenkim dan
berbagai sel yang berdinding tebal sebagai penguat. Lapisan terluar korteks yang
langsung berbatasan dengan epidermis, dapat mengadakan differensiasi menjadi
hipodermis yang dinding-dindingnya mengandung mengandung suberin atau
lignin yang disebut eksodermis. Eksodermis dapat terdiri dari selapis sel atau
lebih, terdiri dari sel panjang dan sel pendek bergantian atau hanya semacam saja.
Sedangakan lapisan paling dalam korteks akar berkembang dan berdifferensiasi
menjadi endodermis. Endodermis merupakan selapis sel dan struktur anatominya
berbeda dengan jaringan di sebelah luar maupun di sebelah dalamnya. Sel
endodermis selain mengalami penebalan dinding yang tersusun dari selulose dan
lignin Korteks Pada kebanyakan akar korteks terdiri atas sel-sel parenkim. Selama
perkembangannya, ukuran sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi
bertambah,sebelum terjadi vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar
beberapa tumbuhan air, sel-sel korteks tersusun teratur. Banyak dijumpai ruang-
ruang udara, dan parenkim ini disebut aerenkim. Sel-sel korteks sering
mengandung tepung, kadang-kadang kristal (Savitri 2008).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Mikroskop
b. Pinset
c. Blade/silet
d. Pipet tetes
e. Onjek glass
f. Cover glass
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :
a. Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
b. Preparat sayatan melintang akar jagung (Zea mays)
c. Preaparat sayatan melintang akar bawang merah (Allium cepa)
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini adalah :
1. Preparat kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) :
a. Pertama, siapkan kecambah kacang hijau yang sebelumnya sudah
direndam selama beberapa hari.
b. Buatlah sayatan melintang pada akar kecambah kacang hijau
dengan menggunakan blade/silet.
c. Kemudian, letakkan sayatan akar kecambah kacang hijau di atas
objek glass dan tetesi sedikit air lalu tutup dengan cover glass.
d. Amatilah preparat tersebut di atas mikroskop mulai dari perbesaran
kecil hingga pembesaran yang besar.
e. Terakhir, amatilah secara seksama bagian-bagian struktur anatomi
akar pada kecambah kacang hijau dan gambar hasil
pengamatanmu.
2. Preparat akar jagung (Zea mays) :
a. Pertama, siapkan akar jagung yang akan digunakan
b. Buatlah sayatan melintang pada akar jagung dengan menggunakan
silet
c. Letakkan sayatan tersebut di atas objek glass, untuk lebih
memudahhkan pengamatan beri setetes air dengan menggunakan
pipet tetes dan tutup menggunakan cover glass.
d. Selanjutnya, amatilah di atas mikroskop preparat yang sudah di
buat tadi.
e. Terakhir, amatilah secara seksama bagian-bagian struktur anatomi
akar pada jagung dan gambar hasil pengamatanmu.
3. Preparat akar bawang merah (Allium cepa) :
a. Pertama, siapkan akar bawang merah yang sudah direndam selama
beberapa hari.
b. Buatlah sayatan melintang pada akar bawang merah dengan
menggunakan silet.
c. Letakkan sayatan tersebut di atas objek glass, untuk lebih
memudahhkan pengamatan beri setetes air dengan menggunakan
pipet tetes dan tutup menggunakan cover glass.
d. Selanjutnya, amatilah di atas mikroskop preparat akar bawang
merah yang sudah di buat tadi.
e. Terakhir, amatilah secara seksama bagian-bagian struktur anatomi
akar pada bawang merah dan gambar hasil pengamatanmu.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan pada kecambah akar kacang hijau (Phaseolus radiatus),
akar jagung (Zea mays), akar bawang merah (Allium cepa).
Keterangan :
Berdasarkan alat praktikum berupa :
1. Mikroskop
2. Pinset
3. Blade/silte
4. Pipet tetes
5. Objek glass
6. Cover glass

Penjelasan : sebelum melakukan pengamatan persiapkan alat yang akan


digunakan pada kegiatan praktikum ini.
Keterangan :
Berdasarkan alat praktikum berupa :
1. Kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiates)
2. Akar jagung (Zea mays)
3. Akar bawang merah (Allium
cepa)

Penjelasan : selain dari persiapan alat, bahan juga dapat dipersiapkan


dalam melakukan pengamatan pada praktikum ini.
Keterangan :
Proses membuat sayatan

Penjelasan : buatlah sayatan melintang dari akar kecambah kacang hijau,


akar jagung dan akar bawang merah secara melintang.
Keterangan :
Proses meletakkan sayatan

Penjelasan : pada proses ini, letakkan sayatan pada objek glass untuk
memudahkan pengamatan beri setetes air dengan menggunakan pipet tetes
lalu tutup menggunakan cover glass .
Keterangan :
Ketiga preparat sudah jadi.

Penjelasan : Ketiga sayatan sudah diletakkan di atas objek glass dan siap
untuk diamati.

Keterangan :
Proses meletakkan dan melakukan
pengamatan dengan menggunakan
mikroskop.

Penjelasan : pada tahap ini, mengamati bagian-bagian struktur anatomi


akar yang dilakukan secara bergantian dengan menggunakan perbesaran
yang lebih kecil terlebih dahulu, kemudian ganti dengan perbesaran yang
besar agar mendapatkan hasil yang lebih jelas.
Keterangan :
Hasil pengamatan pada preparat akar
kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus).

Penjelasan : dari hasil pengamatan preparat akar kecambah kacang hijau


(Phaseolus radiatus) dengan menggunakan mikroskop, pada struktur
anatomi akar, kami mendapatkan bagian-bagiannya yaitu :
1. Epidermis
2. Jaringan dasar
3. Endodermis
4. Silender pusat

Keterangan :
Hasil pengamatan pada preparat
akar jagung (Zea mays).

Penjelasan : dari hasil pengamatan preparat akar jagung (Zea mays)


dengan menggunakan mikroskop, pada struktur anatomi akar, kami
mendapatkan bagian-bagiannya yaitu :
1. Epidermis
2. Jaringan dasar
3. Endodermis
4. Silender pusat
Keterangan :
Hasil pengamatan pada preparat akar
bawang merah (Allium cepa).

Penjelasan : dari hasil pengamatan preparat akar bawang merah (Allium cepa)
dengan menggunakan mikroskop, pada struktur anatomi akar, kami
mendapatkan bagian-bagiannya yaitu :
1. Epidermis
2. Jaringan dasar
3. Endodermis
4. Silender pusat

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan di laboratorium MIPA


Universitas Muhammadiyah Bone. Praktikum ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengamati struktur anatomi akar berbagai tumbuhan. . Adapun alat
yang digunakan pada praktikum ini yaitu mikroskop cahaya, pinset,
blade/silet, dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah preparat
Cerebellum dan preparat Cerebrum. J
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jaringan Saraf merupakan jaringan yang bertanggung jawab
sebagai alat komunikasi bagi tubuh dengan dunia luar. Jaringan saraf
tersusun oleh sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron ini banyak dan
bercabang-cabang, menghubungkan jaringan satu dengan yang lain. Setiap
sel saraf terdiri atas badan sel saraf, akson (neurit), dendrit, dan selubung
saraf. Rusaknya jaringan saraf di bagian tubuh tertentu akibat suatu
penyakit atau proses penuaan akan mengakibatkan lumpuh atau
terganggunya fungsi bagian tubuh tersebut. Rusaknya sel-sel saraf di
kornu anterior medula spinalis kiri akibat penyakit polio akan
mengakibatkan lumpuhnya anggota gerak tubuh kiri yang dikontrol oleh
sel-sel saraf tersebut. Unit fungsi kerja jaringan saraf adalah sel saraf atau
neuron. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas
memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas
adalah kemampuan menjangkau rangsangan. Sistem saraf termasuk sistem
saraf pusat dan sistem saraf perifer (sistem saraf tepi). Sistem saraf pusat
terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang dan sistem saraf perifer
terdiri atas sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf
memiliki tiga fungsi utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk
rangsangan atau stimulus; memproses informasi yang diterima; serta
memberi (respon) terhadap rangsangan.

B. Saran
Adapun saran pada praktikum ini yaitu dalam mengamati preparat
jaringan saraf harus dilakukan secara teliti agar mendapatkan hasil yang
maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Anson, 2006. Buku Ajar Histologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.


Campbell, Neil.A.,dkk. 2002. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta : Erlangga.
Gerrit, 1998. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta: Binarupa Aksara.
Ville, Bevelender. 1984. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga 1998.
Yusminah, Hala. Biologi Umum 2. Makassar: UIN Alauddin Press, 2007.
Yatim, 1996. Anatomi dan Fisiologi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Anda mungkin juga menyukai