Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

STRUKTUR AKAR, BATANG, DAN DAUN

Tugas Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Praktikum Kajian


Biologi dalam Kehidupan

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Djukri, MS

Disusun oleh :

Amalia Rahmadani (20308251001)

PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN SAINS


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
STRUKTUR AKAR, BATANG, DAN DAUN

A. Tujuan : Untuk mengetahui susunan anatomi batang, akar, dan daun


B. Alat : Silet baru, gelas obyek, gelas penutup, jarum preparat, mikroskop
C. Bahan : Batang, akar, daun jagung segar atau yang lain, air preparat,
awetan batang, akar, dan daun
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan bahan segar batang, akar, dan daun.
2. Batang diiris tipi menggunakan silte tajam, kemudian diletakkan di
atas gelas obyek dan ditutup dengan gelas penutup kemudian
dilihat di bawah mikroskop.
3. Demikian juga dilakukan untuk organ akar dan daun. Sebagai
pembanding juga diamati batang, akar, dan daun yang awetan.

E. Dasar Teori
Organologi tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari alat-alat atau organ-
organ pada tumbuhan. Organologi merupakan bagian dari ilmu botani. Organ
pada tumbuhan yang pokok adalah batang, akar dan daun.
Batang
Batang merupakan organ tumbuhan yang berasal dari koleoptil. Sifat
umum batang adalah biasanya berbentuk silinder atau bersegi, mempunyai ruas
yang dibatasi oleh buku-buku dan pada buku ini terdapat daun, tumbuh biasanya
ke atas menuju arah cahaya disebut juga dengan fototropisme, memiliki banyak
percabangan (kelas dikotil), umumnya tidak berwarna hijau, kecuali saat muda
dan tanaman yang berumur pendek/ semusim. Fungsi batang adalah mendukung
bagian tanaman yang ada dipermukaan tanah seperti daun, bunga, buah, biji, dan
daun, memperluas bidang asimilasi melalui percabangan, sebagai wadah
transportasi air dan unsur hara serta hasil asimilasi, tempat penimbunan zat
makanan, kadang-kadang bisa sebagai alat perkembang biakan (Silalahi, 2015).
Jika dibuat penampang lintang batang dan diamati di bawah mikroskop,
maka akan terlihat tiga daerah pokok yaitu: epidermis, korteks, dan stele.
1.Epidermis adalah bagian yang paling luar batang, biasanya hanya terdiri atas
satu lapisan sel, jarang dijumpai multiple epidermis. Lapisan tersebut tersusun
dari sel-sel epidermis serta stomata dan trikomata. Trikomata ini mungkin
glandular, mungkin non glandular, tergantung pada species yang bersangkutan.
Epidermis berfungsi sebagai pelindung. Misalnya pada batang yang mengalami
pertumbuhan menebal sekunder.
2.Korteks adalah daerah yang terdapat di sebelah dalam dari epidermis. Korteks
biasanya terdiri atas banyak lapisan sel terutama pada jaringan parenkim sebagai
jaringan dasar. Parenkim yang letaknya di bagian perifer, biasanya mengandung
kloroplas, sehingga jaringan ini disebut klorenkim. Jaringan yang letaknya di
bagian dalam epidermis yang mengandung zat warna antosian disebut hipodermis.
Sering juga didapatkan kolenkim yang sebagai jaringan penguat. Jaringan
sklerenkim jika ada berupa sklereida dan bila di daerah korteks terdapat sel
minyak, sel lendir, sel kristal, kelenjar minyak merupakan tanda karakteristik
species yang bersangkutan. Bagian dalam dari korteks adalah endodermis yang
pada batang disebut ploeoterma. Jaringan ini tidak terlalu nyata dan biasanya
ditandai dengan adanya butir-butir amilum, maka disebut sarang mestom.
3.Stele adalah bagian yang terdapat disebelah dalam endodermis. Di daerah stele
terdapat berkas-berkas pengangkutan dan empulur (medula), di antara berkas
pengangkutan terdapat jari-jari empulur, sedang di sebelah luar berkas
pengangkutan terdapat daerah yang disebut daerah perikambial.
(Djukri & Nurcahyo, 2011).

Akar
Seperti pada batang, maka pada akarpun dibedakan menjadi tiga bagian
pokok yaitu epidermis, korteks, dan stele.
1.Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar akar, sel-selnya tersusun rapat tanpa
ruang antar sel. Pada kebanyakan akar, epidermis berdinding tipis. Rambut-
rambut akar berkembang dan sel-sel epidermis yang khusus, dan sel tesebut
mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis, dinamakan trikoblas.
Trikoblas sendiri berasal dari pembelahan protoderm (Ningsih, 2015).
Epidermis pada akar hanya dijumpai pada bagian-bagian akar yang masih
muda. Epidermis akar disebut epiblem atau rizodermis. Biasanya epidermis akar
tidak mempunyai kutikula. Hal ini sehubungan dengan fungsinya untuk menyerap
air. Tetapi pada berbagai tumbuhan tertentu terlihat adanya lapisan kutin,
misalnya pada palmae, poaceaedan ricinus. Di daerah tertentu pada akar terdapat
rambut-rambut akar, yang berasal dari epidermis sendiri. Adanya rambut akar ini
akan memperluas bidang penghisapan air serta garam-garam mineral dari tanah
(Djukri & Nurcahyo, 2011).
2.Korteks
Korteks merupakan jaringan di sebelah dalam epidermis. Pada kebanyakan
akar korteks terdiri atas sel-sel parenkimatis. Selama perkembangannya, ukuran
sel-sel korteks yang mengalami diferensiasi bertambah, sebelum terjadi
vakuolisasi dalam sel tersebut. Pada beberapa akar beberapa tumbuhan air, sel-sel
korteks tersusun teratur. Banyak dijumpai ruang-ruang udara, dan parenkim ini
disebut aerenkim. Sel-sel korteks sering mengandung tepung, kadang-kadang
kristal. Di bawah epidermis sering terdapat selapis/dua lapis sel berdinding tebal
disebut hipodermis atau eksodermis.
Lapisan terdalam dari korteks akar terdiferensiasi menjadi endodermis.
Endodermis terdiri dan selapis sel. Pada sel endodermis yang muda dijumpai
adanya penebalan dinding suberin yang berbentuk pita, mengelilingi dinding sel,
disebut pita Caspary. Pada akar yang tidak mengalami pertumbuhan menebal
sekunder, lamela suberin biasanya terbentuk di seluruh dinding bagian dalam sel
endodermis. Penebalan selulosa sering terjadi. Penebalan lignin terjadi pada
dinding tangensial dan radial bagian dalam. Penbebalan dinding biasanya dimulai
dari bagian sel yang berdekatan dengan floem. Penebalan dinding endodermis ini
mula-mula sebagai titik disebut titik Caspary, kemudian menjadi bentuk pita
akhimya berbentuk seperti huruf U (Ningsih, 2015).
3.Stele (silinder berkas pengangkut)
Bagian ini dipisahkan dari koteks oleh endodermis. Lapisan terluar yang
berbatasan dengan korteks adalah perisikel. Perisikel berfungsi untuk
menghasilkan primordia akar lateral, dan sebagian dan kambium pembuluh (yang
menghasilkan floem dan xilem sekunder). Sel-sel perisikel seperti halnya
meristem apikal, bersifat diploid. Perisikel kadang-kadang terdiri lebih dari satu
lapis sel, berdinding tebal. Sistem pembuluh akar terdiri atas unsur trakeal yang
berlignin, dan diselingi oleh floem yang berdinding tipis tersusun radial, di bagian
tengah terdapat empulur yang terdiri atas sel-sel parenkimatis atau sklerenkimatis,
seperti pada akar kebanyakan tumbuhan monokotil. Akar mungkin mempunyai
jari-jari xilem satu sampai banyak. Berdasarkan jari-jari ini maka akar dinamakan
bersifat: 1. monoarkh apabila mempunyai 1 jari-jari xilem; 2. diarkh, apabila
mempunyai dua jari-jari xilem; 3. triarkh apabila mempunyai 3 kani-jani xilem.
Apabila akar mempunyai lebih dari enam jari-jari xilem maka disebut poliarkh.
Xilem pada akar dapat terdapat dibagian luar atau mengumpul di bagian tengah,
membentuk bangunan seperti bintang pada irisan melintang. Jika xilem terdapat di
bagian luar maka bagian tengah terdapat empulur (Ningsih, 2015).

Daun
Daun merupakan organ yang pertumbuhannya terbatas dan pada umumnya
simetris dorsiventral. Pipihnya daun berkaitan dengan fungsinya dalam
fotosintesis, karena dengan bentuk daun demikian maka luas daun yang
terekspose sinar matahari bisa lebih luas. Daun ditutupi kedua permukaannya
masing-masing oleh selapis epidermis. Dinding luar epidermis biasanya tebal dan
dilapisi substansi berlilin yang disebut kutin. Permukaan luar epidermis seringkali
dilapisi kutikula yang tebal ataupun tipis. Lapisan kutikula ini dibentuk dari kutin.
Daun monokitil pada umumnya orientasinya tegak sehingga kedua permukaannya
mendapat sinar matahari. Struktur internal hampir sama pada kedua permukaan
daun. Stomata terdapat pada kedua sisi. Jaringan mesofil tidak mengalami
diferensiasi menjadi jaringan tiang dan jaringan spong, tetapi terdiri atas sel-sel
parenkim dengan kloroplas dan ruang antar sel di antaranya (Tjitrosoepomo dalam
Sutara, 2016).

F. Data
Pada praktikum kali ini, data didapatkan dari sumber sekunder karena
keterbatasan alat dan bahan akibat pandemi. Berikut hasil pengamatan yang
diperoleh dari data sekunder.
Gambar 1. Hasil Pengamatan
Sumber: Nugroho (2017)
G. Pembahasan
Praktikum yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui struktur anatomi
preparat awetan akar, batang, dan daun. Dari beberapa jenis awetan tumbuhan
yang disediakan, dipilih satu tanaman untuk mempermudah dalam mengamati
struktur anatominya. Tanaman yang dpilih adalah tanaman jagung (Zea mays)
(Nugroho & Djukri, 2017). Berikut klasifikasi dari tanaman jagung.
Kingdom : Plantae
Division : Spermatophyta
Subdivisio : Agiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Family : Poeceae (Graminae)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
(Warisno dalam Novianti, 2012)
Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop dapat diamati struktur
anatomi, yaitu:
1. Akar Tanaman Jagung
Secara umum, fungsi akar adalah untuk menyerap mineral dan air serta
sering kali menyimpan karbohidrat dan cadangan makanann lainnya (Urry et al.,
2017). Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti pada fase V3. Akar adventif adalah akar yang semula
berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar adventif
berkembang dari tiap buku secara berurutan dan terus ke atas antara 7-10 buku,
semuanya di bawah permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut
akar tebal. Akar seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar
adventif berperan dalam pengambilan air dan hara. Bobot total akar jagung terdiri
atas 52% akar adventif seminal dan 48% akar nodal. Akar kait atau penyangga
adalah akar adventif yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan
tanah. Fungsi dari akar penyangga adalah menjaga tanaman agar tetap tegak dan
mengatasi rebah batang. Akar ini juga membantu penyerapan hara dan air
(Subekti et al., 2007).
Jagung merupakan tanaman monokotil (berkeping satu). Dari gambar
penampang melintang batang diketahuai bahwa, akar tanaman jagung tersusun
atas jaringan epidermis, korteks, endodermis, perisikel, floem dan xylem. Adapun
keterangan dari masing – masing jaringan yaitu:
 Epidermis, merupakan lapisan terluar akar, sel-selnya tersusun rapat tanpa
ruang antar sel. Pada kebanyakan akar, epidermis berdinding tipis.
Rambut-rambut akar berkembang dan sel-sel epidermis yang khusus, dan
sel tesebut mempunyai ukuran yang berbeda dengan sel epidermis,
dinamakan trikoblas. Trikoblas sendiri berasal dari pembelahan protoderm
(Ningsih, 2015). Epidermis pada akar hanya dijumpai pada bagian-bagian
akar yang masih muda. Epidermis akar disebut epiblem atau rizodermis.
Biasanya epidermis akar tidak mempunyai kutikula. Hal ini sehubungan
dengan fungsinya untuk menyerap air. Tetapi pada berbagai tumbuhan
tertentu terlihat adanya lapisan kutin, misalnya pada palmae, poaceaedan
ricinus. Di daerah tertentu pada akar terdapat rambut-rambut akar, yang
berasal dari epidermis sendiri. Adanya rambut akar ini akan memperluas
bidang penghisapan air serta garam-garam mineral dari tanah (Djukri &
Nurcahyo, 2011).
 Korteks atau kulit pertama yang terdiri dari lapisan parenchym
(Sukewijaya et al., 2017). Korteks akar terdiri dari beberapa lapis sel yang
berdinding tipis. Di dalam korteks akar terdapat ruang-ruang antarsel.
Ruang antarsel berperan dalam pertukaran gas. Korteks berfungsi sebagai
tempat menyimpan cadangan makanan. Korteks terbagi menjadi dua
bagian, yakni: 1)Eksodermis, adalah bagian luar korteks yang letaknya
berdekatan dengan jaringan epidermis yang tersusun atas sel sel panjang
dan pendek yang berselang seling dan 2)Endodermis, adalah selapis sel
yang tebal dan merupakan jaringan korteks paling dalam dekat silinder
pusat. Bentuk dan sususan sel-sel endodermis berbeda dengan bentuk dan
susunan sel-sel di sekitarnya. Endodermis berperan sebagai pengatur
jalannya larutan/zat yang diserap dari tanah masuk ke silinder pusat (Sari
et al., 2014).
 Perisikel adalah lapisan terluar di pembuluh silinder dan menjadi tempat
akar lateral muncul (Urry et al., 2017).
 Xylem dan floem. Xilem terletak di sebelah luar dan di bagian tengah
terdapat empulur (Ningsih, 2015). Pada kebanyakan akar monokotil,
jaringan vaskular terdiri dari inti sel parenkim yang tidak berdiferensiasi
dikelilingi oleh cincin xilem dan floem. Floem dan xylem pada
monokotil terletak menyebar. Fungsi xilem mengalirkan air dan
melarutkan mineral ke atas dari akar ke pucuk tanaman. Fungsi floem
adalah mengirimkan hasil fotosintesis ke tempat cadangan makanan
(biasanya pada akar dan titik tumbuh tanaman). Stele dari kebanyakan
tumbuhan monokotil adalah silinder vascular dengan inti parenkin yang
dikelilingi oleh cincing xylem dan cincin floem (Urry et al., 2017).
2. Batang Tanaman Jagung
Fungsi batang adalah mendukung bagian tanaman yang ada dipermukaan
tanah seperti daun, bunga, buah, biji, dan daun, memperluas bidang asimilasi
melalui percabangan, sebagai wadah transportasi air dan unsur hara serta hasil
asimilasi, tempat penimbunan zat makanan, kadang-kadang bisa sebagai alat
perkembang biakan (Silalahi, 2015). Pada tanaman jagung, struktur
batangnya terdiri dari jaringan dasar, epidermis, dan jaringan vaskular.
 Jaringan dasar. Jaringan dasar batang sebagian besar terdiri dari sel
parenkim. Namun, ada juga sel kolenkim tepat di bawah epidermis
yang memperkuat batang selama pertumbuhan primer. Sel sklerenkim,
terutama sel fiber, juga memberikan bantuan di bagian batang yang
tidak lagi memanjang (Urry et al., 2017).
 Epidermis merupakan satu sel yang tebal dan dilingkupi dengan
kutikula berlapiskan lapisan lilin yang menghalangi terjadinya
kehilangan air (Urry et al., 2017).
 Jaringan vaskular. Jaringan vaskular melaksanakan pemanjangan
batang pada ikatan pembuluh. Di dekat permukaan tanah, pada zona
transisi antara shoot dan akar, susunan ikatan pembuluh batang
menyatu dengan silinder vaskular akar. Pada tanaman monokotil,
xilem di setiap ikatan pembuluh berdekatan dengan empulur dan
floem di setiap ikatan pembuluh berdekatan dengan korteks. Di
sebagian besar batang monokotil, ikatan pembuluh tersebar di seluruh
jaringan tanah (Urry et al., 2017).
3. Daun Tanaman Jagung
Daun tanaman monokotil pada umumnya orientasinya tegak sehingga
kedua permukaannya mendapat sinar matahari (Tjitrosoepomo dalam Sutara,
2016). Selain itu, secara umum tanaman monokotil tidak memiliki tangkai daun,
sebaliknya tangkai daun berbentuk pelepah yang membungkus batang. Daun
jagung ternyata tidak bertangkai, pelepahnya langsung berhubungan dengan helai
daun (Hadisunarso, 2013). Struktur pada daun jagung terdiri atas epidermis,
mesofil, tulang daun, dan seludang pembuluh berklorofil.
 Epidermis
Epidermis daun ditutupi oleh kutikula lilin kecuali di bagian yang
terdapat stomata. Pada bagian stomata ini memungkinkan terjadinya
pertukaran CO2 dan O2 antara udara sekitar dan udara sel fotosintesis di
dalam daun. Selain mengatur penyerapan CO2 untuk fotosintesis, stomata
adalah jalan utama untuk hilangnya air karena penguapan. Istilah stoma
bisa merujuk pada pori stomata atau ke seluruh kompleks stomata yang
terdiri dari pori yang diapit oleh dua sel epidermis khusus yang dikenal
sebagai sel penjaga, yang mengatur pembukaan dan penutupan pori (Urry
et al., 2017).
 Mesofil
Jaringan dasar daun disebut mesofil, diapit oleh lapisan epidermis
atas dan bawah. Mesofil terdiri sel parenkim yang dikhususkan untuk
fotosintesis (Urry et al., 2017).
 Tulang daun
Tulang daun terdiri dari jaringan xilem dan floem. Xilem terletak di
bagian atas, sedangkan floem terletak di bagian bawah. Xilem mengangkut
garam terlarut, dan air yang akan digunakan untuk fotosintesis, sedangkan
floem berfungsi mengangkut hasil proses fotosintesis. Pada tulang daun
dapat dijumpai adanya seludang pembuluh (bundle sheath). Pada daun
tumbuhan C4 (misalnya, jagung), tulang daunnya dikelilingi oleh seludang
pembuluh yang mengandung klorofil (Hadisunarso, 2013).
 Seludang pembuluh
Seludang pembuluh merupakan lapisan sel yang mengatur
pergerakan zat antara jaringan vaskular dan mesofil. Sel selubung
pembuluh sangat menonjol pada daun spesies yang melakukan fotosintesis
C4 (Urry et al., 2017).

H. Kesimpulan
Akar tanaman jagung terdiri dari epidermis, korteks (eksodermis dan
endodermis), perisikel, xylem, dan floem. Floem dan xylem pada tanaman
monokotil terletak menyebar. Batang tanaman jagung terdiri dari jaringan
dasar, epidermis, dan jaringan vaskular (xylem dan floem). Daun tanaman
jagung terdiri dari epidermis, mesofil, tulang daun, dan seludang pembuluh
berklorofil.

I. Daftar Referensi
Djukri, & Nurcahyo, H. (2011). Petunjuk Praktikum Biologi Lanjut. Program
Pascasarjana UNY.
Hadisunarso. (2013). Morfologi Daun. In Morfologi Tumbuhan. Universitas
Terbuka.
Ningsih, I. (2015). Anatomi dan Morfologi Akar. Universitas Jember.
Novianti, R. (2012). Pengaruh Umur panen dan posisi biji pada tongkol terhadap
kualitas fisiologis biji jagung (Zea mays L). Undergraduate thesis,
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Nugroho, D. S. (2017). Laporan Praktikum Biologi Struktur Akar, Batang, dan
Daun. Program Pascasarjana UNY.
Sari, A. S. P., Abras, & Idrus, I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Viii F
Smpn 11 Kota Bengkulu. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu.
http://repository.unib.ac.id/8396/1/I%2CII%2CIII%2CII-14-ayu.FK.pdf
Silalahi, M. M. S. (2015). Morfologi Tumbuhan Umum. 156–159.
Subekti, N. A., Syafruddin, R. E., & Sunarti, S. (2007). Morfologi Tanaman Dan
Fase Pertumbuhan Jagung. Di dalam: Jagung, Teknik Produksi dan
Pengembangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Sukewijaya, M., Dwiyani, R., Pradnyawathi, N. L. M., Yuswanti, H., Utami Raka,
I. G. N. R., Astawa, I. N. G., Dharma, I. P., & Sritamin, M. (2017). Penuntun
Praktikum Botani. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Sutara, P. K. (2016). Penuntun Praktikum Struktur dan Anatomi Tumbuhan. In
Penuntun Praktikum. FMIPA UDAYANA.
Urry, L. A., Cain, M. L., Minorsky, P. V., Wasserman, S. A., & Reece, J. B.
(2017). Biology. Pearson Education.

Anda mungkin juga menyukai