Disusun oleh:
Offering I
Adinda Nur Safitri (180342618036)
B. Tujuan
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan pengetahuannya mengenai:
a. Tipe dan bentuk akar
b. Hubungan antara struktur dan fungsi akar.
c. Sistem perakaran
d. Akar terspesialisasi
E. Pembahasan
Menurut Tjitrosoepomo (2016), Akar adalah bagian pokok yang nomer tiga
(di samping batang dan daun) bagi tumbuhan yang tubuhnya telah merupakan
kormus. Akar bersifat tidak menghasilkan daun sehingga tidak memiliki buku
dan ruas. Terkadang pada akar terdapat kuncup liar dan dimanfaatkan sebagai
reproduksi vegetatif. Akar tidak berhijau daun dan bersifat geotropi positif karena
arah tumbuhnya ke bawah. Bagian-bagian akar dibedakan menjadi leher akar
(collum radicis), akar lateral (radix lateralis), serabut akar (radix fibrilla), rambut
akar (pilus radicalis), tudung akar (calyptra), dan seludang akar (coleorhiza)
(Hidayat, 1994).
Menurut Tjitrosoepomo (2016), Pada akar terdapat dua sistem perakaran yaitu
sistem akar tunggang dan sistem akar serabut. Sistem akar tunggang akibat dari
akar lembaga tumbuh terus menerus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang
jadi akar-akar lebih kecil. Berdasarkan pengamatan akar tunggang dijumpai pada
akar Bayam duri (Amaranthus spinosus), Wortel (Daucus cerota L.), dan Kacang
Tanah (Arachis hypogaea L.). Berdasarkan percabangan dan bentuknya akar
tunggang dibedakan menjadi akar tunggang yang tidak bercabang atau sedikit
bercabang, dan jika terdapat cabang, cabangnya terdiri atas akar-akar halus
berbentuk serabut. Akar yang demikian berhubungan dengan fungsinya sebagai
tempat penimbunan zat makanan cadangan lalu mempunyai bentuk istimewa.
Contohnya pada wortel, bengkuang (Pachyrrizus erosus Urb.), dan Kratok
(Phaseolus lunatus L.)
Wortel memiliki akar yang berbentuk sebagai tombak (fusiformis) pangkalnya
besar meruncing ke ujung dengan serabut-serabut akar sebagai percabangan,
biasanya menjadi tempat penimbunan (Tjitrosoepomo, 2016). Bengkuang
membentuk umbi akar (cormus) berbentuk bulat atau membulat seperti gasing.
Bentuk gasing (napiformis) yang membengkak di pangkalnya dan berukuran
ramping dan tipis. Cabang akar hanya sedikit di bagian ujung (Hidayat, 1994).
Akar kratok berbentuk benang (filiformis), jika akar tunggang kecil panjang
seperti akar serabut saja dan juga sedikit sekali bercabang. Akar utama mulai
berkembang dari radikula di ujung bawah hipokotil embrio. Tepat di bawah
hipokotil, radikula setebal hipokotil, kemudian meruncing ke titik tumbuh.
Warnanya gading. Akar lateral terbentuk secara akropetik dalam empat baris
memanjang, menyebar di lapisan permukaan tanah. Dengan bertambahnya usia
tanaman, akar primer bertambah panjang dan terutama terdiri dari akar keran
yang kokoh. Akar lateral dari urutan yang lebih tinggi secara berurutan
dikembangkan, sekunder, tersier dan seterusnya. Akar lateral biasanya
menghasilkan nodul hasil pertumbuhan yang mengandung bakteri pengikat
nitrogen. Nodulnya tidak beraturan, berbentuk bundar atau bundar (Nassar,
2010).
Berdasarkan pengamatan akar tunggang yang bercabang (ramosus) ditemukan
pada akar bayam duri. sistem perakaran tunggang dengan bentuk akar ramosus
yang berfungsi untuk menyerap air atau zat hara. Akar tunggang yang bercabang
(romasus) berbentuk kerucut panjang, tumbuh lurus ke bawah, bercabang-cabang
banyak dan cabang-cabangya bercabang lagi, sehingga dapat memberi kekuatan
yang lebih besar kepada batang, dan juga daerah perakaran menjadi amat luas,
hingga dapat diserap air dan zat-zat makanan yang lebih banyak. Susunan akar
yang demikian terdapat pada pohon-pohon yang ditanam dari biji
(Tjitrosoepomo, 2016).
Sistem akar serabut adalah akar yang akar primer tidak tumbuh terus tetapi
terhenti setelah beberapa waktu atau mati. Akar-akar baru berupa akar tambahan
yang disebut akar adventif. Akar adventif dibentuk di bagian pangkal batang dan
berasosiasi dengan buku-buku dekat permukaan tanah, jadi di daerah
perbatasannya dengan akar (Hidayat, 1994).
Berdasarkan pengamatan Bawang merah, Sirih (Piper betlle L.), tebu, dan
tebu memiliki sistem perakaran serabut dengan bentuk akar seperti benang yang
berfungsi untuk menyerap air/zat hara. Bawang merah merupakan umbi akar
penjelmaan akar, dan mengalami metamorphosis menjadi penjelmaan akar
serabut (Tjitrosoepomo, 2016).
Struktur morfologi tanaman bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum)
terdiri atas akar, batang, umbi, daun, bunga, dan biji. Tanaman bawang merah
(Allium cepa var. ascalonicum) termasuk tanaman semusim (annual), berumbi
lapis, berakar serabut, berdaun silindris seperti pipa, memiliki batang sejati
(diskus) yang berbentuk sperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat
melekatnya perakaran dan mata tunas (titik tumbuh) (Rukmana, 2007).
Tebu memiliki akar serabut yang merupakan salah satu tanda bahwa tanaman
ini termasuk ke dalam kelas monokotiledon. Panjang akar tanaman tebu dapat
mencapai 1 meter. Pada waktu tanaman masih muda terdapat dua macam akar
yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas merupakan pengganti akar bibit,
berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada sepanjang tanaman tebu
tumbuh. Sedangkan Akar stek merupakan akar yang tidak berumur panjang dan
hanya berfungsi pada saat tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar
dari stek batang (Tim Penulis Penebar Swadaya, 1995). Tanaman tebu berakar
serabut maka hanya pada ujung akar-akar muda terdapat akar rambut yang
berperan 13 mengabsorpsi unsur-unsur hara (Wijayanti, 2008). Tanaman tebu
memiliki akar setek yang disebut juga akar bibit, tidak berumur panjang, dan
hanya berfungsi pada saat tanaman masih muda. Akar ini berasal dari cincin akar
dari setek batang, disebut akar primer (Miller & Gilbert, 2006). Kemudian pada
tanaman tebu muda akan tumbuh akar tunas. Akar ini merupakan pengganti akar
bibit, berasal dari tunas, berumur panjang, dan tetap ada selama tanaman tebu
tumbuh (James, 2004). Sistem perakaran tebu terdiri dari akar adventif dan akar
permanen. Akar adventif muncul dari daerah culm (batang) dan bertanggung
jawab terhadap pengambilan air selama tanaman tumbuh, hingga mempunyai
akar permanen. Akar permanen tumbuh di dasar tunas dan diklasifikasikan ke
dalam akar pendukung akar utama dan memperluas penyerapan unsur hara dan
mineral (CheavegattiGianotto, 2011).
Menurut Tjitrosoepomo (2016), yang menyatakan bahwa akar serabut besar-
besar, hampir sebesar lengan, masing-masing tidak banyak memperlihatkan
percabangan, misalnya pada (Pandanus tectorius Sol.). Pertumbuhan akar pada
pandan wong sangat penting karena di samping untuk pertumbuhan tanaman juga
fungsi akar pandan wong sangat diperlukan ketika ditumbuhkan di lapangan
yaitu di tepi pantai sebagai penahan abrasi pantai serta mempertahankan tanaman
supaya tidak mudah roboh karena di tepi laut pada umumnya mempunyai tiupan
angin yang kencang. Hal ini terjadi karena pandan mempunyai perakaran yang
kuat dengan akar yang merambat (rhizoma) yang siap berfungsi sebagai alat
perkembangbiakan vegetatif. (Hani & Dendang., 2008).
Pada berbagai jenis tumbuhan dapat ditemukan akar-akar yang mempunyai
sifat dan tugas khusus, contohnya pada Tali Putri (Cuscuta Sp.) dan sirih.
Berdasarkan pengamatan tali putri tidak memiliki sistem perakaran dengan
bentuk akar haustorium yang berfungsi untuk menyerap ke inangnya. Tali putri
(Cuscuta Sp.) mengambil nutrien dari tumbuhan inang dengan (Haustoria) atau
akar haustorium, yangberfungsi dalam melekatkan, penetrasi dan transfer larutan
dari tumbuhan inang ke parasit. Tumbuhan ini tidak berakar dan tidak
menghasilkan makanan sendiri melalui proses fotosintesis seperti halnya
tumbuhan hijau daun. Ia hanya melilitkan sulurnya, lalu mengisap saripati
makanan dari tumbuhan inang.Genus Cuscuta merupakan holo-parasit berbunga
yang potensial dapat menimbulkan gangguan yang sangat merugikan terutama
bagi tanaman kacang kacangan di perkebunan perkebunan (Nasution,
1986). Dalam tahap pertumbuhan yang telah lanjut jalinan benang benang
Cuscuta terhampar pada permukaan tajuk tumbuhan inangnya. Batang yang
membelit dapat melekat pada batang dan ranting dengan bantuan akar hisap
(haustorium) yang masuk ke dalam batang dan daun tumbuhan inang untuk
menghisap zat hara dan air dari tumbuhan inang. Gangguan parasit ini masih
terbatas pada menginfeksi tanaman pagar yang terdapat di halaman rumah
penduduk, gedung gedung, kantor kantor dan bahkan taman taman kota (Van
Rijn, 1981). Menurut Tjitrosoepomo (2016), sirih memiliki sistem perakaran
serabut dengan bentuk seperti benang. Berhubungan dengan cara-cara hidup
yang harus disesuaikan dengan keadaan tertentu, maka sirih termasuk ke dalam
akar pelekat. Akar-akar yang keluar dari buku batang tumbuhan memanjat dan
berguna untuk menemepel pada penunjangnya saja.
Akar Berdasarkan Sifat dan Fungsinya
1. Akar Banir
2. Akar Gantung
Gambar 9. Tipe Akar Gantung pada Ficus benjamina
Sumber: (Dokumentasi Pribadi)
Lokasi Kebun Biologi Fmipa UM
Akar ini keluar dari bagian-bagian di atas tanah menggantung di udara
dan tumbuh ke arah tanah. Bergantung pada tingginya tempat permukaan
keluarnya, akar gantung dapat amat panjang (sampai 30 m). Selama masih
menggantung akar ini hanya dapat menolong menyerap air dan zat gas dari
udara dan seringkali mempunyai jaringan khusus untuk menimbun air/udara
yang disebut velamen, tetapi setelah mencapai tanah. Bagian yang masuk
tanah lalu berkelakuan seperti akar biasa menyerap air dan zat makanan dari
tanah. Bagian yang ada di atas tanah seringkali berubah menjadi batang,
misalnya pada beringin (Ficus benjamina L.) (Tjitrosoepomo, 2016).
3. Akar Pembelit
4. Akar Tongkat
5. Akar Egrang
Akar yang tumbuh pada buku-buku batang terutama bagian bawah
kemudian masuk ke dalam tanah, menopang tubuh tumbuhan sehingga
tumbuhan tampak seperti berdiri di atas egrang (Kartini, 2012). Pohon yang
hidup di daerah hutan bakau dapat menunjukkan pertumbuhan akar tambahan
dari bagian batang di atas permukaan rawa yang mungkin berkaitan dengan
kurangnya kadar oksigen di rawa berlumpur di daerah bakau itu. Pada
Rhizophora mangle akar adventif dibentuk di tempat yang tinggi pada batang
dan tumbuh membentuk lengkungan ke bawah, kemudian masuk tanah
(Hidayat, 1994).
6. Akar Lutut
Akar yang tumbuh ke atas lalu membelok ke bawah lagi berbentuk
seperti lutut berguna untuk menunjang tubuh tumbuhan. Akar lutut terdapat
pada tanaman bakau. Pada Bruguiera sp. Akar horizontal dekat permukaan
akar mereorientasi arah pertumbuhannya secara periodic sewaktu tumbuh
menjadi akar utamanya. Akar akan tumbuh vertikal ke atas muncul di
permukaan dan selanjutnya tumbuh membentuk lengkungan sehingga akar
tumbuh ke bawah dan masuk ke tanah yang berlumpur itu (Hidayat, 1994).
7. Akar Pasak
Akar pasak, terdapat antara lain pada Avicennia sp. dan Sonneratia sp.,
keduanya pohon bakau-bakau. Dari akar horizontal dekat permukann tanah,
tumbuh cabang-cabang berarah vertikel ke atas dan muncul di atas permukaan
tanah, karena akar pasak itu mungkin muncul di atas permukaan karena
kandungan oksigen tanah rawa itu kurang, maka akar seperti itu dinamakan
pneumatofor (Hidayat, 1994).
F. Jawaban Diskusi
1. Ditinjau dari struktur morfologis akarnya, bandingkan antara sistem
perakaran tunggang dan sistem perakaran serabut, lengkapi dengan gambar
dan keterangan dari bagian-bagian akar?
Jawab:
Sistem perakaran tunggang dapat dibedakan dari sistem perakaran serabut
karena pada sistem perakaran tunggang bagian pangkal akarnya berdiameter
jauh lebih besar dibanding dengan ujung akarnya. Hal ini karena pada sistem
perakaran tunggang terdapat adanya kambium yang memungkinkan
penambahan diameter akar secara terus menerus. Adanya sistem perakaran
tunggang inilah yang menyebabkan tumbuhan dikotil dan Gymnospermae
dapat kokoh berdiri dan tahan terhadap rebah.
3. Berdasarkan struktur dan fungsinya bandingkan antara akar pandan, sirih, dan
benalu. Apakah ada kesamaan dan perbedaanya?
Jawab:
Benalu tidak memiliki sistem perakaran tetapi berupa akar isap
(houstorium) yang berfungsi untuk menyerap ke inangnya. Pandan
mempunyai sistem perakaran yang serabut berfungsi untuk menunjang
dan menyerap air atau zat hara. Sirih memiliki sistem perakaran serabut
dengan bentuk seperti benang. Berhubungan dengan cara-cara hidup yang
harus disesuaikan dengan keadaan tertentu, maka sirih termasuk kedalam
akar pelekat.
G. Kesimpulan
Tipe akar pada tumbuhan ada dua macam, yaitu: sistem akar tunggang jika
akar lembaga (radicula) tumbuh terus dan menjadi akar pokok yang selanjutnya
bercabang-cabang menjadi akarakar yang lebih kecil. Akar pokok yang berasal
dari akar lembaga, disebut akar tunggang (radix primaria). Terdapat pada
tumbuhan Dicotyledoneae (berbiji belah) dan tumbuhan Gymnospermae (berbiji
telanjang). Macam-macam akar tunggang berbentuk tombak (fusiformis) jika
bagian pangkal besar, meruncing ke ujung dengan percabangan dari serabut-
serabut akar. Fungsinya sebagai tempat menimbun makanan. Oleh karena
bentuknya demikian maka disebut akar tombak atau akar pena. Contoh: wortel
(Daucus carota L.). Berbentuk gasing (napiformis) jika bagian pangkal besar dan
membulat, akar-akar serabut sebagai cabang hanya pada ujung yang sempit
kemudian meruncing. Berdasarkan bentuknya maka disebut akar gasing. Contoh:
bengkuang (Pachyrrhizus erosus Urb.). Berbentuk benang (filifomis) jika akar
tunggang kecil, panjang seperti akar serabut dan percabangannya sedikit sekali.
Berdasarkan bentuknya disebut akar benang. Contoh: kratok (Phaseolus lunatus
L.). Sistem akar serabut, yaitu apabila dalam perkembangan selanjutnya akar
lembaga mati atau kemudian disusul oleh sejumlah akar yang sama besar dan
semuanya keluar dari pangkal batang. Akar-akar ini karena tidak berasal dari
calon akar yang asli, dinamakan akar liar yang bentuknya, seperti serabut,
disebut akar serabut (radix adventicia). Pada sistem akar tunggang maupun akar
serabut, masing-masing akar dapat bercabang-cabang dan berguna untuk
memperluas bidang penguapan serta memperkuat berdirinya batang tumbuhan.
Terdapat pada tumbuhan Monocotyledoneae (berbiji tunggal).
Berdasarkan hubungan sifat dan fungsinya, akar dibedakan menjadi akar
gantung untuk menyerap air dan udara. Berbentuk tongkat yakni akar yang lebih
besar dan tebal berfungsi sebagai penunjang seperti pada pandan. Akar
penghisap untuk menyerap air dan zat hara dari inangnya, akar pelekat untuk
menempel pada pelekatnya, akar pembelit untuk memanjat dengan memeluk
penunjangnya, akar nafas yang mempunyai banyak celah agar udara dapat
masuk, akar egrang yang berguna untuk menunjang dan mengambil oksigen dari
udara, dan akar banir yang bentuknya seperti papan dan berfungsi untuk
memperkokoh berdirinya tanaman tersebut. Sedangkan berdasarkan bentuknya,
akar bisa dibedakan antara lain akar lutut yang bentuknya menyerupai lutut, akar
egrang, dan akar banir. Pada pohon bakau, bentuk akar ini berkaitan juga dengan
fungsi pengikatan oksigen yang memang kurang pada tanah yang berlumpur.
Pada akar terdapat dua sistem perakaran yaitu sistem akar tunggang dan
sistem akar serabut. Sistem akar tunggang akibat dari akar lembaga tumbuh terus
menerus menjadi akar pokok yang bercabang-cabang jadi akar-akar lebih kecil.
Berdasarkan pengamatan akar tunggang dijumpai pada akar Bayam duri
(Amaranthus spinosus), Wortel (Daucus cerota L.), dan Kacang Tanah (Arachis
hypogaea L.). Sistem akar serabut adalah akar yang akar primer tidak tumbuh
terus tetapi terhenti setelah beberapa waktu atau mati. Akar-akar baru berupa akar
tambahan yang disebut akar adventif. Akar adventif dibentuk di bagian pangkal
batang dan berasosiasi dengan buku-buku dekat permukaan tanah, jadi di daerah
perbatasannya dengan akar. Berdasarkan pengamatan Bawang merah, Sirih
(Piper betlle L.), tebu, dan tebu memiliki sistem perakaran serabut.
Akar terspesialisasi berhubungan dengan cara-cara hidup yang disesuaikan
dengan keadaan tertentu. Akar terspesialisasi tersebut terdiri atas akar tipe akar
banir pada Terminalia catappa, tipe akar gantung pada Ficus benjamina, tipe
akar pembelit pada Loranthus sp., tipe akar tongkat pada Ceiba sp., tipe akar
egrang pada Rhizophora mucronata, tipe akar lutut pada Bruguiera gymnorhiz,
dan tipe akar pasak pada Sonneratia. Akar banir untuk memperkokoh berdirinya
batang pohon yang besar. Akar gantung merupakan akar yang keluar dari bagian-
bagian di atas tanah dan menggantung di udara tumbuh ke arah tanah. Akar
pembelit untuk memanjat, tetapi dengan memeluk penunjangnya. Akar tongkat
berbentuk tongkat yakni akar yang lebih besar dan tebal serta berfungsi sebagai
penunjang. Akar yang tumbuh pada buku-buku batang terutama bagian bawah
kemudian masuk ke dalam tanah, menopang tubuh tumbuhan sehingga tumbuhan
tampak seperti berdiri di atas egrang. Akar lutut merupakan akar yang tumbuh ke
atas kemudian membengkok masuk ke dalam tanah yang berfungsi untuk
pernapasan. Dari akar horizontal dekat permukann tanah, tumbuh cabang-cabang
berarah vertikel ke atas dan muncul di atas permukaan tanah, karena akar pasak
itu mungkin muncul di atas permukaan karena kandungan oksigen tanah rawa itu
kurang.
DAFTAR RUJUKAN
Ginantra, I.K., Darmadi, A.A.K., Suaskara, I.B.M., & Muksin, I.K. 2017.
Keanekaragaman Jenis Mangrove Pesisir Lembongan dalam Menunjang
Kegiatan Wisata Mangrove Tour. Bali: Program Studi Biologi Fmipa
Universitas Udayana.
Hani, A., & Dendeng, B. 2008. Teknik Pembibitan Pandan Pandanus tectorius
Parkinson ex. Z. (Seedling Preparation of Pandan Pandanus tectorius
Parkinson ex. Z.). Info Hutan, (3), 255-260.
Lim, T.K. 2016. Eurycoma longifolia. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants,
250–276.
Martinez, M.R., & Buot, I.E. 2018. Mangrove assessment in Manamoc Island for
coastal retreat mitigation. Journal of Marine and Island Cultures.
Miller, J.D., & Gilbert, R.A. 2006. Sugarcane Botany: A Brief View. Agronomy
Departement, Florida Cooperative Extension Service. Florida: Intitute of Food
and Agricultural Sciences University of Florida.
Nassar, R.M.A., Ahmed, Y.M., & Boghdady, M.S. 2010. Botanical Studies
on Phaseolus vulgaris L. I-Morphology of Vegetative and Reproductive
Growth. International Journal of Botany, 6: 323-333.
Newbery, D. M., Schwan, S., Chuyong, G. B., & van der Burgt, X. M. 2008. Buttress
form of the central African rain forest tree Microberlinia bisulcata, and its
possible role in nutrient acquisition. Trees, 23(2), 219–234.
Saxena, A., Ragavan, P., & Saxena, M. 2016. Impact of Extreme Events on Salt-
Tolerant Forest Species of Andaman and Nicobar Islands (India). New York:
Springer.
Tim Penulis Penebar Swadaya. 1995. Pembudidayaan Tebu di Lahan Sawah dan
Tegalan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Van Rijn, P.J., & Van der Veen. 1981. Weeds of Herbacious in Indonesia. Editor
Soerjani, Kostermans & Tjitrosoepomo. Jakarta: Balai Pustaka. Pp: 388.