Anda di halaman 1dari 17

PREPARAT AWETAN BATANG RICHINUS DAN DAUN ZEA MAYS

LAPORAN PRAKTIKUM

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikroteknik

Dosen Pengampu:

Drs. H. Dadang Machmudin, M. Si.

Dra. R. Kusdianti, M.Si.

oleh:
Kelompok 7
Biologi AB 2015

Annisa Fadhila (1500145)


Bagustian Bayu Irianto (1507493)
Naufal Ahmad Muzakki (1505601)
Patarida Panjaitan (1500347)
Raka Firdansyah (1504354)
Rayi Akbar Rahmatika (1503633)
Riznamina Dirza Annisa (1503610)
Zuliande Zidan (1503610)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. Judul
Preparat awetan batang Richinus dan daun Zea mays
B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Jumat, 31 Maret 2017 – Kamis, 8 Juni 2017
Waktu : Tentatif (Pukul 09.00 s.d 17.00 WIB)
Tempat : Laboratorium Struktur Tumbuhan (STB), FPMIPA UPI
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara membuat preparat batang Richinus dan daun Zea
mays
2. Mengetahui bagaimana bentuk jaringan dan bagian-bagian dari batang
Richinus dan daun Zea mays
3. Menganalisis hasil pembuatan preparat batang Richinus dan daun Zea mays
4. Menganalisis kesalahan dalam membuat preparat batang Richinus dan daun
Zea mays
D. Landasan Teori
1. Struktur Jaringan Tumbuhan
Sel tumbuhan memperlihatkan variasinya yang sangat besar dalam hal
ukuran dan strukturnya, perbedaan-perbedaan itu merefleksikan fungsi yang
beragam dari sel-sel tersebut dalam fisiologi tumbuhan yang bersangkutan.
Sekelompok sel yang secara esensial melakukan fungsi yang sama dan
umumnya mempunyai struktur yang sama disebut jaringan. Suatu organ,
misal daun atau akar, tersusun dari jaringan; biasanya dalam suatu organ
berbagai jaringan itu melakukan fungsi-fungsi yang saling berhubungan
(Setjo, 2004).
Tumbuhan pada dasarnya disusun oleh tiga bentuk organ utama, yaitu
akar, batang, dan daun. Sedangkan setiap organ tersebut dibentuk oleh tiga
sistem jaringan utama diantaranya yaitu jaringan dasar, jaringan dermal, dan
jaringan pembuluh. Hal serupa juga ditemukan pada tumbuhan monokotil
(Saefudin, 2012).
a. Daun Zea mays
Jagung (Zea mays) termasuk tanaman semusim dari subdivisi
monokotil, sebagai bahan pokok jagung hidup dengan penyelesaian
umur antara 80 – 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif. Hal ini menunjukan bahwa jagung tergolong pada penanaman
dan sasaran pasar. Pada tinggi dan ukuran tanaman jagung sangat
beragam tergantung pada jenis varietas dan pada kualitas pemeliharaan.
Umumnya tanaman ini berkisar antara 1m sampai 3 m namun bukan itu
saja bahkan ada yang lebih tinggi dari ukuran normal hingga mencapai
6m. (Zainudhin, 2015).

Gambar 1. Penampang Melintang Daun Monokotil


(Webb, 2011)
b. Batang Richinus
Jarak (Ricinus communis) adalah tumbuhan liar setahun (annual) dan
biasa terdapat di hutan, tanah kosong, di daerah pantai, namun sering
juga dikembangbiakkan dalam perkebunan. Tanaman ini tergolong
tanaman perdu (Dikotil), memiliki daun tunggal menjari antara 7 - 9,
berdiameter 10-40 cm. Tumbuhan ini merupakan spesies tanaman dari
Euphorbiaceae dan tergolong ke dalam genus Ricinus, subtribe Ricininae
(Lestari, 2008).

Gambar 2. Penampang Melintang Batang Dikotil


(Alifansyah, 2011)
Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis, korteks
dan stele. Epidermis terdiri dari selapis sel dan merupakan bagian terluar
batang. Pada epidermis terdapat stoma dan beragam tipe trikoma.
Dinding luar menebal dan mengalami kutinisasi. Sel-sel epidermis rapat
dan tidak memiliki ruang antara sel. Epidermis berperan dalam
mencegah transpirasi dan melindungi jaringan dalam dari kerusakan
mekanis dan penyakit. Daerah di sebelah dalam epidermis adalah
korteks, dan pada bagian dalam korteks dibatasi oleh perisikel. Korteks
terbagi menjadi dua daerah yaiatu daerah kolenkim dan daerah parenkim.
Kolenkim menempati posisi di bawah epidermis, dan parenkim di
sebelah dalam kolenkim. Stele terdiri atas perisikel, berkas vaskuler dan
empulur. Berkas vaskuler tersusun melingkar. Masing-masing berkas
terdiri atas xilem, kambium dan floem. Pada bagian tengah batang dikotil
tersusun atas jaringan parenkim yang memiliki ruang antar sel dan
disebut empulur (Amprasto, 2012).
2. Preparasi Sediaan Permanen (Mikroteknik) Histologi Tumbuhan
Mikroteknik merupakan teknik histologi yang diaplikasikan dengan
ilmu atau seni untuk mempersiapkan organ, jaringan atau bagian yang
lainnya untuk dapat diamati dan dipelajari dengan lebih teliti. Pada umumnya
untuk melihat jaringan atau organ ini dilakukan dengan bantuan mikroskop,
karena struktur jaringan secara terperinci pada dasarnya terlalu kecil untuk
dapat dilihat dengan mata telanjang. Suatu spesimen mikroteknik dapat
merupakan sebagian ataupun keseluruhan dari struktur yang ditetapkan.
Selain diletakkan pada kaca preparat, spesimen tadi umumnya dilindungi
dengan kaca penutup, yaitu sepotong kaca yang sangat tipis ataupun plastik
yang tembus pandangan yang direkatkan di atas spesimen (Sugiharto, 1989).
Metode parafin adalah suatu metode pembuatan preparat dengan
melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan
preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Preparat parafin ini
dilakukan penyelubungan karena jaringan merupakan bahan yang lunak.
Pembuatan sediaan dengan pemotongan jaringan menggunakan parafin dan
mikrotom sebagai alat pemotongnya (Nugroho, 2006).
Pembuaatan preparat jaringan tumbuhan yang dilakukan dengan
metode parafin melalui beberapa tahapan, yaitu (Widjajanto, 2001):
a. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting), proses pengambilan jaringan
atau bagian jaringan dari sumber alami baik berupa tumbuhan ataupun
hewan yang akan digunakan sebagai bahan dasar dalam mikroteknik.
b. Fiksasi (Fixation), mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan agar
tetap berada pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk
maupun ukuran. Media yang digunakan untuk fiksasi disebut dengan
larutan fiksatif, biasanya pada mikroteknik tumbuhan menggunakan
larutan FAA (Formalin Asam asetat Alkohol).
c. Arpirasi (Vacuuming with Dessicator), mengeluarkan udara dari jaringan
menggunakan Aspirator (Dessicator yang dihubungkan dengan mesin
Vacuum). Dilakukan secara berkala hingga tidak ada lagi gelembung udara
pada jaringan tumbuhan.
d. Dehidrasi (Dehydration), proses penarikan air dari dalam jaringan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia tertentu. Pada jaringan tumbuhan
digunakan larutan dehidrasi berupa larutan Alkohol bertingkat yaitu
Alkohol 50%, 70%, 80%, 90%, 96%, dan 100%, diganti setiap 2 jam
sekali.
e. Penjernihan (Clearing), proses ini harus segera dilakukan setelah
dehidrasi. Tujuan dari penjernihan ini adalah menggantikan tempat
alkohol sementara dalam jaringan yang telah mengalami proses dehidrasi
dengan suatu solven atau medium penjernih (Xylol) sebelum proses
penanaman dalam parafin.
f. Infiltrasi (Infiltration), suatu usaha menyusupkan media penanaman
(embedding media) ke dalam jaringan dengan jalan menggantikan
kedudukan dehidran dan bahan penjernih (clearing agents). Media
penanaman yang digunakan dalam infiltrasi ini adalah paraffin.
g. Penanaman (Embedding), proses memasukan atau penanaman jaringan ke
dalam balok parafin (cetakan) sehingga memudahkan proses penyayatan
dengan bantuan mikrotom. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat
balok parafin yang berisi jaringan yang akan dibuat preparat permanen.
h. Penyayatan (Sectioning), pembuatan sayatan atau pita dari balok parafin
yang telah terbentuk dengan menggunakan mikrotom, yang bertujuan
untuk membuat sayatan jaringan dan dapat dilihat jelas dari dalam
mikroskop.
i. Penempelan dan Afiksasi (Afixing), proses pelekatan atau penempatan
sayatan jaringan pada kaca objek dengan bantuan media pelekat tertentu,
pada mikroteknik tumbuhan biasanya menggunakan larutan Haupt.
Tujuan penempelan ini adalah untuk menempelkan pita parafin yang
sudah berisi sayatan jaringan pada kaca objek.
j. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining), tahap deparafinasi menjelang
proses pewarnaan dengan menggunakan xilol untuk membersihkan
paraffin dari jaringan dan kaca objek. Pengerjaan deparafinasi aserial atau
berkelanjutan dengan pengerjaan pewarnaan. Tujuan dari tahap ini untuk
membersihkan jaringan dan kaca objek dari parafin. Pewarnaan
merupakan suatu tahap dalam mikroteknik untuk memperjelas berbagai
elemen jaringan, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan
ditelaah dengan mikroskop tanpa pewarnaan, jaringan akan transparan
sehingga sulit untuk diamati.
k. Penutupan dan Labelling, tahap terakhir adalah menyimpan sayatan dalam
canada balsem (Entelan) serta menutupnya dengan kaca penutup.
Penempatan kaca penutup dilakukan dengan rapi dengan cara
menempatkan suatu sisi kaca tersebut samping sayatan kemudian dengan
hati-hati sisi dihadapannya diturunkan dengan jarum.
E. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang Digunakan Praktikum
No Nama Alat Jumlah
1. Object glass 1 set
2. Cover glass 1 set
3. Mikroskop 1 buah
4. Desicator 2 buah
5. Mikrotom 1 buah
6. Vial kaca 15 buah
7. Kapas/ tisu 2 set
8. Pipet 1 buah
9. Cotton buds 1 bungkus
10. Kertas label 1 lembar
11. Buku dan alat tulis 1 set
12. Oven 1 buah
13. Parafin hitter 1 buah
14. Silet baru 1 buah
Tabel 2. Bahan yang Digunakan Praktikum
No Nama Bahan Jumlah
Alkohol 50%, 60%, 70%, 80%,
1. 1 botol pertingkat
90%,96%,100%
2. Larutan FAA 100 ml
3. Xylol 100 ml
4. Parafin keras 1 beker glass
5. Parafin lunak 1 beker glass
6. Hauf 1 botol
7. Safranin 1 botol staning jar
8. Fast Green 1 botol staning jar
9. Aquades 1 botol
10. Batang Richinus 1 batang
11. Nampan plastik kecil 1 buah
12. Daun Zea mays Secukupnya

F. Langkah Kerja
Tabel 3. Langkah Kerja
No. Foto Deskirpsi Langkah Kerja
Penyamplingan:
Tanaman Richinus dan daun Zea mays yang akan di
sampling.
1.

Batang dan daun dengan ukuran 1 cm x 0,5 cm di


potong. Pada saat pemotongan, bagian yang akan
digunakan tidak boleh terpegang, lalu hasil
2. potongan tersebut dimasukkan kedalam botol vial
yang berisi larutan FAA.
No. Foto Deskripsi Langkah Kerja
Aspirasi:
Respirator disiapkan.

3.

Beberapa botol vial tersebut dimasukkan ke dalam


desikator, setelah itu respirator dinyalakan lalu
ditunggu 10 menit sebelum di naikkan tekannya.
4. Botol vial diamati selama 2 jam. Aspirasi
dilanjutkan sampai organnya tidak mengeluarkan
gelembung.

Dehidrasi:
Larutan alkohol 60%, 70%, 80%,90%, 96%, 100%,
Xilol : Alkohol (1:3), xilol : Alkohol (1:1), Xilol :
5. Alkohol (3:1), dan Xylol murni disiapkan.

Larutan FAA yang terdapat pada setiap botol vial


dibuang lalu Larutan alcohol 60% dimasukkan dan
di diamkan selama 2 jam setelah itu dilanjut ke
6. larutan berikutnya. Lalu setelah 2 jam kembali
larutan alcohol 60% di buang lalu larutan alcohol 70
% dimasukkan begitu selanjutnya hingga larutan
xilol murni.
Infiltrasi:
Larutan Xylol: paraffin, paraffin lunak, dan paraffin
keras disiapkan.
7.

Larutan xilol murni sebelumnya dibuang lalu larutan


xylol: parafin dimasukkan dan didiamkan dalam
waktu 2 jam pada oven bersuhu 48OC.
8.

Larutan xilol parafin sebelumnya dibuang lalu


larutan parafin lunak dimasukkan dan didiamkan
dengan waktu 2 jam dengan oven bersuhu 48oC.
9.
No. Foto Deskripsi Langkah Kerja
Larutan parafin lunak sebelumnya dibuang lalu
larutan parafin keras dimasukkan dan didiamkan
dengan waktu 2 jam dengan oven bersuhu 56oC.
10.

Penanaman:
Kuningan yang berbentuk balok dengan beralaskan
kaca disiapkan.
11.

Paraffin keras yang telah mencair dituangkan ke


dalam balok tersebut. Organ dimasukkan ke dalam
paraffin tersebut tepat di tengah-tengah paraffin.
12. Parafin yang berisi organ dibiarkan kering

Pemotongan:
Mikrotom disiapkan.

13.

Paraffin block diletakkan pada salah satu bagian dari


mikrotom. Paraffin block diatur sehingga dapat
tersayat.
14.

Penyayatan dimulai dari ukuran 8 s.d. 12 mikron.

15.

Pita sayatan paraffin block disimpan pada wadah.

16.
No. Foto Deskripsi Langkah Kerja
Penempelan:
Sedikit hauf dioleskan merata diatas kaca objek
yang telah bersih lalu ditetesi aquades dan
17. ditempatkan pada parafin heater 45oC.

Sejumlah pita hasil sayatan mikrotom, dengan


peletakan tertentu (seri atau tunggal) ditempatkan
diatas air objek glass, sampai mengembang
maksimal dan posisinya diatur dengan
18. menggunakan tusuk gigi, Sisa aquades pada objek
glass dibuang dengan menggunakan tisue hingga
kering, Tidak boleh ada gelembung udara yang
terjebak diatara objek glass dan pita, karena akan
mengganggu pada proses berikutnya.
Pewarnaan:
Preparat dicelup ke dalam larutan xilol 1, kemudian
dicelupkan ke xilol 2.
19.

Preparat dicelup pada larutan alkohol 100%, 96%,


dan 70%, masing-masing selama 2-5 menit.

20.

Preparat dicelup pada larutan safranin selama 1


menit.

21.

Preparat dicelup pada larutan alkohol 50%, 70%,


dan 96%, masing-masing selama 3 menit.

22.

Preparat dicelup pada larutan fast green selama 3


menit.

23.
No. Foto Deskripsi Langkah Kerja
Preparat dicelup pada larutan alkohol 100% I dan
alkohol 100% II, masing-masing selama 3 menit.

24

Preparat dicelup pada larutan alkohol 100% : xilol


(1:1) selama 3 menit. Celupkan pada larutan xilol 1
dan xilol 2, masing-masing selama 5 menit.
25

Pengentelan:
Preparat dicek dengan menggunakan mikroskop
untuk melihat kotor atau tidaknya. Bagian yang akan
26 di entel ditandai.

Botol entelan dibuka, larutan entelan diambil


menggunakan tusuk gigi.

27

Entelan diteteskan sebanyak 1-2 tetes atau


secukupnya dengan menggunakan tusuk gigi pada
preparat yang telah ditandai.
28

Tutup preparat perlahan dengan menggunakan cover


glass dengan bantuan tusuk gigi.

29
G. Hasil Pengamatan
Tabel 4. Hasil Pengamatan Batang Richinus sp.
No. Spesifikasi Preparat Gambar Preparat Keterangan
Preparat ini merupakan
preparat sayatan melintang
batang Ricinus communis
Nama Preparat: Preparat dengan perbesaran 100x.
Sayatan Melintang Batang Preparat di samping bukan
Richinus sp. merupakan contoh preparat
Metode: Penanaman di yang representatif karena tidak
1. parafin terdapat parenkim korteks
Perbesaran: 100x serta kambium. Selnya seperti
Pewarnaan: Safranin dan Fast hilang atau terhapus, hal
Green Gambar 4.1 Preparat Sayatan tersebut dapat terjadi karena
Kualitas: Tidak bagus Melintang Batang Richinus sp. saat proses aspirasi, dehidrasi,
yang Tidak Bagus. infiltrasi, atau saat preparat
(Dok. Kelompok 7, 2017) dibersihkan dari kotoran-
kotoran yang menempel
Preparat ini merupakan
preparat sayatan melintang
batang Ricinus communis
Nama Preparat: Preparat dengan perbesaran 100x.
Sayatan Melintang Batang Preparat di samping bukan
Richinus sp. merupakan contoh preparat
Metode: Penanaman di yang representatif karena tidak
2. parafin terdapat parenkim korteks
Perbesaran: 100x serta kambium. Selnya seperti
Pewarnaan: Safranin dan Fast hilang atau terhapus, hal
Green Gambar 4.2 Preparat Sayatan tersebut dapat terjadi karena
Kualitas: Kurang bagus Melintang Batang Richinus sp. saat proses aspirasi, dehidrasi,
yang Kurang Bagus. atau infiltrasi. Ada beberapa
(Dok. Kelompok 7, 2017) kotoran sisa pewarnaan yang
masih belum bersih.
Preparat ini merupakan
preparat sayatan melintang
batang Ricinus communis
Nama Preparat: Preparat dengan perbesaran 100x.
Sayatan Melintang Batang Preparat di samping
Richinus sp. merupakan contoh preparat
Metode: Penanaman di yang representatif karena
3. parafin terdapat semua struktur dari
Perbesaran: 100x batang tersebut. Pada sekitar
Pewarnaan: Safranin dan Fast organnya pun tidak terdapat
Green kotoran hasil pewarnaan
Kualitas: Bagus Gambar 4.3 Preparat Sayatan
Melintang Batang Richinus sp. maupun debu. Tidak terdapat
yang Bagus. gelembung saat ditutup oleh
(Dok. Kelompok 7, 2017) cover glass.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Daun Zea mays
No. Spesifikasi Preparat Gambar Preparat Keterangan
Preparat ini merupakan
sayatan melintang dari daun
Zea mays dengan perbesaran
Nama Preparat: Preparat
100x. Preparat ini merupakan
Sayatan Melintang Daun Zea
contoh kurang bagus karena
mays.
warnanya terlalu hijau pekat
Metode: Penanaman di
diakibatkan oleh lamanya
1. parafin
pada proses pewarnaan di fast
Perbesaran: 100x
green. Pada preparat ini
Pewarnaan: Safranin dan Fast
Gambar 5.1 Preparat Sayatan terdapat sobek hingga
Green
Melintang Daun Zea mays yang bentuknya kurang
Kualitas: Kurang bagus
kurang bagus. representatif pada literatur
(Dok. Kelompok 7, 2017) yang ada. Terdapat kotoran di
sekitar organ.
Preparat ini merupakan contoh
sayatan melintang daun Zea
mays yang kurang bagus
Nama Preparat: Preparat
dengan perbesaran 100x.
Sayatan Melintang Batang
Bagian-bagian yang terdapat
Ricinus sp.
di organ dapat dibedakan
Metode: Penanaman di
dengan mudah. Warna dari
2. parafin
organ daun ini sudah sesuai
Perbesaran: 10 x 10 kali
tetapi pada organ daun ini
Pewarnaan: Safranin dan Fast
Gambar 5.2 Preparat Sayatan terdapat patahan dikarenakan
Green
Melintang Daun Zea mays yang pada saat penutupan dengan
Kualitas: Kurang bagus
Kurang Bagus. cover glass. Tidak terdapat
(Dok. Kelompok 7, 2017) kotoran disekitar organ daun
ini.
Preparat ini merupakan contoh
sayatan melintang daun Zea
Nama Preparat: Preparat mays yang berkualitas dengan
Sayatan Melintang Daun Zea perbesaran 100x. Bagian-
mays. bagian yang terdapat di organ
Metode: Penanaman di daun ini dapat dibedakan
3. parafin dengan mudah. Warna dari
Perbesaran: 100x organ daun ini sudah sesuai.
Pewarnaan: Safranin dan Fast Tidak terdapat kotoran
Green Gambar 5.3 Preparat Sayatan
Melintang Daun Zea mays yang disekitar organ daun.
Kualitas: Sangat Bagus
Sangat Bagus.
(Dok. Kelompok 7, 2017)
H. Pembahasan
1. Preparat Sayatan Melintang Batang Richinus
Dalam pembuatan preaparat anatomi tumbuhan yang baik, mahasiswa
perlu mengetahui struktur dari anatomi tumbuhan itu sendiri dengan baik.
Dari mulai bagian epidermis, parenkim, stereom, jaringan pembuluh dan ciri-
ciri dari organ akar, daun dan batang harus diketahui. Dalam pengamatan ini
kami pertama kali memulai dengan mencoba membuat preparat dari batang
Richinus sp. Dari beberapa percobaan kami mengambil tiga sampel yang
memiliki kualitas tidak bagus, kurang bagus dan bagus. Pada kualitas tidak
bagus ini hal yang menjadi permasalahan utamanya ialah masih adanya udara
di dalam organ akibat dari proses aspirasi yang belum selesai. Udara tersebut
umumnya terperangkap pada ruang antar sel di bagian parenkim, adanya
udara tersebut menyebabkan proses infiltrasi tidak merata seluruh sel dilapisi
xilol, sehingga saat proses embedding parafin tidak masuk seutuhnya.
Akhirnya parafin block dari hasil tersebut tidak baik, atau berlubang dan
sobek saat dilakukan proses rotary microtome. Lubang dan sobekan dari hasil
sayatan ini dapat terlihat pada bagian epidermis yang umumnya tidak saling
menyatu dan pada bagian-bagian parenkim yang hilang.
Pada kualitas kurang bagus ditemukan hasil preparat yang tidak
memiliki jaringan parenkim yang representatif dan tidak adanya kambium.
Dari hasil ini, diketahui bahwa terdapat kesalahan saat penggunaan mikrotom
putar, yaitu penggunaan ukuran ketebalan yang terlalu tipis, yakni sekitar 12
mikrometer. Pada ukuran ini, bagian-bagian yang sangat tipis seperti
parenkim akan terhapus, sehingga menghasilkan ruangan yang cukup kosong
pada di bawah epidermis dan sebelum bagian seludang pembuluh, atau
dinamakan parenkim korteks. Parenkim korteks ini umumnya polihedral dan
memiliki ruang antar sel, sehingga bagian ini tidak terlalu tebal seperti bagian
lainnya. Penggunaan ketebalan mikrotom yang terlalu tipis akhirnya
menyebabkan hilangnya jaringan ini, sementara jaringan yang lain masih
dapat ditemukan. Maka dari itu penggunaan mikrotom putar untuk preparat
tumbuhan direkomendasikan menggunakan ukuran ketebalan sekitar 14
sampai 16 mikrometer.
Pada kualitas bagus, ditemukan hampir seluruh bagian dari sel batang
Richinus sp. Dari bagian terluar yakni epidermis, jaringan korteks, setele
yang terdapat jaringan pembuluh, dan jaringan empulur yang tersusun atas
parenkim. Walaupun dapat dikatakan representatif, namun pada preparat ini
masih memiliki kekurangan yakni kurangnya pewarnaan safranin, sehingga
sulit membedakan antara bagian jaringan pembuluh dan jaringan lainnya.
Kesalahan ini terjadi saat proses perwanaan, dimana pada staining jar
safranin masih kurang lama, ataupun bagian alkohol yang terlalu lama
sehingga menyebabkan warna yang pudar. Selain itu walaupun struktur dari
organ batang sudah ada, namun pengambilan sediaan masih belum tepat,
kemungkinan pengambilan dilakukan pada bagian sekitar apeks, dimana
jaringan masih bermeristematik sehingga perbedaan antara jaringan korteks
dan pembuluh kurang jelas terlihat dibandingkan pada hasil pengamatan yang
kedua.
2. Preparat Sayatan Melintang Daun Zea mays
Pembuatan preparat sayatan melintang Daun Zea mays terdapat
tingkatan kualitas yang berbeda. Pada kualitas yang kurang bagus tidak dapat
menggambarkan representatif dari daun Zea mays itu sendiri, dikarenakan
bagian-bagian dari organ daun Zea mays tidak dapat dibedakan secara
spesifik. Kesalahan yang mengakibatkan hasil dari preparat tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya dalam proses pewarnaan pada
fast green warna yang ditimbulkan itu terlalu pekat sehingga menghasilkan
warna organ yang keseluruhannya berwarna hijau dan pada pelarut setelah
fast green yaitu alkohol bertingkat yang kualitasnya kurang bagus. Sefranin
membutuhkan waktu yang lama dalam proses pewarnaan agar terserap oleh
sel yang mengandung selulosa, tetapi pada praktiknya tidak sesuai dengan
prosedur yang ada sehingga hasilnya kurang baik.
Pada hasil preparat sayatan melintang daun Zea mays yang berkualitas,
organ ini sudah dapat dibedakan bagian-bagiannya seperti, epidermis, stoma,
sel kipas, jaringan pembuluh, parenkim, saluran harsa, dan tidak terdapat
kotoran disekitar organ.
I. Kesimpulan
1. Langkah-langkah dalam pembuatan preparat tumbuhan batang Richinus dan
daun Zea mays adalah:
a. Pengambilan jaringan (Diseksi/Collecting)
b. Fiksasi (Fixation)
c. Aspirasi (Vacuuming with Dessicator)
d. Dehidrasi (Dehydration)
e. Penjernihan (Clearing)
f. Infiltrasi
g. Penanaman (Embedding)
h. Penyayatan (Sectioning)
i. Penempelan dan Afiksasi (Afixing)
j. Deparafinasi dan Pewarnaan (Staining)
k. Penutupan dan Labelling
2. Bagian – bagian dari jaringan batang Richinus diantaranya jaringan epidermis,
jaringan korteks, jaringan pembuluh, jaringan empulur. Bagian – bagian dari
daun Zea mays diantaranya jaringan epidermis, jaringan pembuluh, sel kipas,
stoma, parenkim dan saluran harsa.
3. Beberapa hasil preparat yang rusak diantaranya organ yang hancur karena
proses aspirasi atau tersentuh sehingga bentuknya rusak, selanjutnya preparat
yang rusak karena proses aspirasi atau dehidrasi sehingga terdapat jaringan
yang rusak
4. Kesalahan yang umum terjadi ketika pembuatan diantaranya:
a. Pada saat pencuplikan organ tersentuh sehingga rusak.
b. Pada saat aspirasi tekanan terlalu tinggi sehingga organ rusak.
c. Asprasi terlalu lama dan kurang maksimal.
d. Dehidrasi terlalu lama pada satu tahap sehingga terlalu banyak larutan
yang masuk kedalam organ.
e. Parafin yang terlalu panas sehingga organ rusak.
f. Warna yang kurang terang karena proses pewarnaan yang salah atau
dehidrasi yang kurang masuk kedalam organ.
DAFTAR PUSTAKA
Amprasto. (2012). Batang. [Online] Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196607161991011-
AMPRASTO/bahan_kuliah/e-learningantum/batang_%2810%29.pdf
Amprasto. (2012). Daun. [Online] Diakses dari: http://file.upi.edu/Direktori/
FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196607161991011-AMPRASTO/
bahan_kuliah/e-learningantum/daun_%2811%29.pdf
Lestari, R. D. (2008). Pohon Jarak. Percik Yunior Edisi 6. Oktober 2008. ISSN 1978-
5429
Nugroho, H. L. (2006). Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Depok: Penebar
Swadaya.
Saefudin. (2012). Jaringan Tumbuhan. [Online] Diakses dari:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196307011988
031-SAEFUDIN/Jaringan_tumbuhan.pdf
Setjo, S, dkk. (2004). Common Textbook: Anatomi Tumbuhan. Malang: Jurusan
Biologi Universitas Negeri Malang
Sugiharto. (1989). Mikroteknik. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat
Institut Pertanian Bogor.
Widjajanto dan Susetyoadi S. (2001). Mikroteknik Tumbuhan. Malang: Jurusan
Biologi Universitas Negeri Malang
Zainudhin, Z. (2015). Nama Ilmiah Jagung dan Klasifikasi Tanaman Jagung. [Online]
Diakses dari: http://www.agrotani.com/nama-ilmiah-jagung/

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR


Gambar 1. Penampang Melintang Daun Monokotil
http://www1.biologie.uni-hamburg.de/b-online/d05/05e.htm
Gambar 2. Penampang Melintang Batang Dikotil
http://www.sentra-edukasi.com/2011/06/struktur-jaringan-batang
tumbuhan_19.html#.WTOedpLyjIU

Anda mungkin juga menyukai