Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL ANATOMI TUMBUHAN

“Anatomi Helaian Daun Citrus sinensis dan Citrus


aurantifolia”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Anggita Daniella
Annisa Nurrisma
Fitria Eka K.
Fitriya Nabila (1304617054)

Dosen Pengampu :
Dr. Ratna Dewi, M.Si

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dah
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Hasil
Praktikum Anatomi Tumbuhan. Laporan Hasil Praktikum ini disusun dalam rangka
melaporkan hasil kerja prakrikum mata kuliah mikroteknik tumbuhan, laporan ini ditulis
dengan tujuan menjelaskan mengenai metode penelitian pada berbagai jenis tumbuhan dengan
metode Preparat Squash, Whole Mount, dan Masserasi.

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis sangat merasakan sekali bantuan dari
berbagai pihak baik itu berupa dukungan, kritik, saran materil dan lain-lain. Pada kesempatan
kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ratna
Dewi W.,M.Si selaku dosen mata kuliah Mikroteknik Tumbuhan.

Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi sumber referensi
berbagai pihak mengenai praktikum mata kuliah mikroteknik tumbuhan. Oleh karena itu
saran dan kritik dari berbagai pihak akan sangat berarti dalam penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 16 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i

DAFTAR ISI
.................................................................................................................................................... i
i

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ . 8

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 12

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Citrus merupakan salah satu marga dalam suku Rutaceae yang memiliki
karakteristik utama mampu menghasilkan kelenjar aromatic. Citrus atau buah jeruk yang
dikenal oleh masyarakat umum merupakan tanaman buah yang berasal dari Asia. Jeruk
merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah tropis dan subtropis. Jeruk dengan
rasa manis mampu beradaptasi dengan lingkungan tropis pada ketinggian sekitar 900-1200
meter di atas permukaan laut dan udara yang senantiasa lembab serta mempunyai
karakteristik air tertentu.
Keberadaan buah jeruk di Indonesia sangat disukai oleh masyarakat hal ini ditandai
dengan semakin meningkatnya konsumsi jeruk di Indonesia dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1995-2014 dimana data
konsumsi yang tercatat merupakan konsumsi jeru untuk kebutuhan rumah tangga, pola
perkembangan konsumsi jeruk pada periode 1995-2014 fluktuatif namun cenderung
meningkat dengan rata –rata pertumbuhan 11,65% per tahun. Konsumsi jeruk tahun 1995
sebesar 0,57 kg/kapita/tahun. Konsumsi jeruk sayur tertinggi dicapai pada tahun 2009
yaitu sebesar 4,64 kg/kapita/tahun.(Outlook Jeruk 2015).
Jeruk merupakan tanaman dengan morfologi batang bercabang banyak, tajuk daun
bundar, dan umumnya berbuah satu kali satu tahun. Ranting yang muda biasanya berduri,
bercabang rendah, dan berbentuk tajuk bulat dengan kerimbunan sedang. Batang jeruk
umumnya berkayu dank eras serta tumbuh tegak. Kulit dari batangnya pun halus serta
berwarna kecoklatan. Pada akarnya berupa akar tunggang dan serabut. Akar tunggang
tumbuh cukup dalam mencapai kedalaman 4 meter sedangkan akar serabut tumbuh agak
dangkal dan hanya pada akar serabut tumbuh bulu akar.
Daun pada jeruk pun terdapat 2 bagian, yaitu lembaran daun besar dan kecil. Ujung
daun runcing demikian pula dengan pangkalnya. Tepi daun agak rata dan helai daun kaku
serta tebal. Permukaan daun bagian atas mengandung lilin, pectin, licin, dan mengkilap
berwarna hijau tua dan memiliki tulang-tulang daun menyirip sedangkan permukaan daun
bagian bawah berwarna hijau (Cahyono,2005).
Selain dari bentuk morfologinya yang unik daun jeruk ini juga mampu
menghasilkan senyawa aromatic sehingga menyebabkan daun jeruk menghasilkan wangi
yang pas. Selain itu daun jeruk yang dihasilkan oleh beberapa jenis jeruk pun berbeda-
beda. Misalnya pada daun jeruk manis dan jeruk nipis pasti akan menghasilkan aroma
yang berbeda pada daunnya.

1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana perbedaan anatomi daun Jeruk Manis (Citrus
sinensis)dan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)?” dari rumusan masalah tersebut dapat
dikembangkan menjadi beberapa pertanyaan yang muncul yaitu:

1.2.1. Bagaimana struktur anatomi dari jeruk manis (Citrus sinensis)?


1.2.2. Bagaimana struktur anatomi dari jeruk nipis (Citrus aurantifolia) ?
1.2.3. Apa saja perbedaan yang muncul pada struktur anatomi daun jeruk manis (Citrus
sinensis) dan jeruk nipis (Citrus aurantifolia) ?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui perbedaan anatomi Jeruk Manis (Citrus sinensis)dan Jeruk Nipis (Citrus
aurantifolia) dan tujuan umum yaitu :

1.3.1. Untuk mengetahui struktur anatomi jeruk manis (Citrus sinensis)


1.3.2. Untuk mengetahui struktur anatomi jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
1.3.3. Untuk mengetahui perbedaan anatomi daun antara jeruk manis (Citrus sinensis) dan
jeruk nipis (citrus aurantifolia)

BAB II
KAJIAN TEORI

Tanaman Jeruk (Citrus sp) termasuk dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae
memiliki 150 genus, diantaranya ada yang tumbuh liar dan adapula di budidaya
oleh masyarakat. Tanaman ini terdiri dari 16 spesies namun varietasnya cukup banyak
(Coile, 1995). Jeruk merupakan salah satu tanaman hortikultura komoditas buah-
buahan yang sangat disukai oleh masyarakat dan dapat dikonsumsi baik sebagai
buah segar maupun olahan. Selain itu tanaman jeruk juga memiliki keragaman
genetik tinggi yang ditunjukkan dengan tinginya jumlah unit taksonomi. Proses
pemuliaan tanaman melalui hibridisasi, mutasi dan lainnya menyebabkan tingginya
keragaman fenotifnya. Balai penelitian tanaman jeruk dan buah subtropika
melaporkan bahwa sampai tahun 2013, telah mempunyai koleksi sebanyak 223 asesi
jeruk (Budiyati, 2014). Kondisi demikian cukup menyulitkan dalam proses
identifikasi dan klasifikasi tanaman jeruk (Karsinah, 2000). Karagaman genetiknya
dapat dipelajari melalui karakterisasi morfologi yang melupiti organ pokok (batang,
daun, akar) maupun organ tambahan (bunga, buah, biji dll). Karakteristik morfologi
yang cukup tampak yaitu pada pada organ daun seperti bentuk daun, permukaan daun,
ada atau tidak adanya petiolus, bentuk dari sayap petiolus dan tepi daun (besar
kecilnya dan jumlah gerigi) (Albrigo dan Carter, 1977).

Perbedaan karakter anatomi yang tampak pada spesies yang berbeda juga
menjadi alasan pengelompokkan tanaman jeruk dalam satu takson. Anatomi daun
jeruk secara umum terdiri atas epidermis, kutikula, stomata, mesofil, jaringan
palisade, jaringan bunga karang, dan jaringan pembuluh (Lakitan, 2007). Anatomi
stomata pada daun jeruk meliki tipe yang sama, begitu pula bentuk sel
epidermisnya. Stomata umumnya terdapat pada permukaan bawah daun (abaxial)
(Adelina dkk., 2017). Perbedaan anatomi tersebut dapat dilihat dengan menggunakan
preparat irisan. Preparat irisan adalah preparat yang objeknya merupakan irisan dari bagian
objek yang diamati. Arah irisan dan cara pengirisan objek sangat tergantung dari tujuan dan
kekerasan dari objek yang bersangkutan. Tujuan pembuatan preparat irisan adalah untuk
menyediakan preparat mikroskopis yang dapat memperlihatkan struktur bagian yang diiris
secara lengkap seperti keadaan yang sebenarnya. Bahan yang akan dibuat preparat irisan
dapat diiris secara langsung menggunakan silet tajam dengan bantuan gabus sebagai
penahan pada waktu proses pengirisan. Preparat tersebut juga disebut preparat irisan bebas
atau non embedding.

Fiksasi terhadap bahan bertujuan untuk mematikan elemen-elemen sel


tumbuhan dengan tetap mempertahankan bentuk, struktur, maupun
ukurannya. Fiksatif yang digunakan dalam pembuatan preparat non embedding adalah FAA.
Zat warna yang digunakan adalah safranin. Safranin akan mewarnai seluruh jaringan,
tetapi tipa-tiap bagian jaringan mempunyai daya serap yang berbeda-beda, sehingga akan
terlihat kontras bagian-bagian penyusun organ yang bersangkutan. Dealkoholisasi adalah
proses menghilangkan alkohol dari dalam sel penyusun jaringan menggunakan xilil bertingkat.
Diharapkan pada akhir proses dealkoholisasi ini dalam jaringan bersangkutan hanyalah
berisi xilio murni. Jaringan akan menjadi rapuh apabila terlalu lama berada di dalam xilol.
Anatomi Daun
Daun merupakan modifikasi dari batang, merupakan bagian tubuh tumbuhan yang
paling banyak mengandung klorofil sehingga kegiatan fotosintesis paling banyak
berlangsung di daun. Anatomi daun dapat dibagi menjadi 3 bagian:
a. Epidermis Daun
Epidermis merupakan lapisan terluar daun, ada epidermis atas dan epidermis
bawah. Berfungsi untuk mencegah penguapan yang terlalu besar. Pada lapisan
epidermis terdapat lapisan luar seperti lilin yang disebut lapisan kutikula. Pada
epidermis terdapat stoma yang berguna sebagai tempat berlangsungnya
pertukaran gas dari dan ke luar tubuh tumbuhan.
b. Mesofil Daun
Mesofil daun terdiri atas jaringan parenkim yang terdapat di sebelah dalam
epidermis. Mesofil mengalami diferensiasi membentuk jaringan fotosintetik yang
berisi kloroplas. Pada umumnya terdapat dua tipe parenkim dalam mesofil
daun, yaitu parenkim palisade dan parenkim spons, keduanya mengandung
kloroplast. Jaringan palisade sel-selnya rapat, sedang jaringan spons sel-selnya agak
renggang. Kegiatan fotosintesis lebih aktif pada jaringan palisade karena
kloroplastnya lebih banyak daripada jaringan spons.
c. Jaringan Pembuluh Angkut
Jaringan pembuluh daun merupakan lanjutan dari jaringan batang, terdapat di
dalam tulang daun dan urat-urat daun.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Anatomi Tumbuhan Universitas
Negeri Jakarta pada bulan September 2019

3.2.Alat dan Bahan


Alat dan bahan Jumlah
Kaca objek
Silet
Cover glass
Mikroskop
Air
Cawan petri
Pipet

Botol flakon

Jarum pentul

Kuas

Spet

Safranin

Larutan FAA (Formalin,


Alkohol,Asam Asetat Glacial)

Larutan Alkohol (30%, 70%,


80%, 90%, dan alkohol absolut)

Larutan Alkohol: Xylol (3:1, 1:1,


1:3)

Canada Balsam

Kutek
3.3.Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan
menggunakan literature sebagai sumber acuan serta menggunakan metode replikatif
dalam mendapatkan sample mengenai struktur anatomi daun jeruk nipis (C.sinensis)
dan jeruk nipis (C. aurantifolia)

3.4.Cara Kerja

Sampel bahan tumbuhan yang telah dipilih (Citrus sp) diiris melintang pada bagian
akar, batang, dan daunnya dengan menggunakan silet tajam setipis mungkin agar dapat
diamati secara jelas di bawah mikroskop. Masing-masing irisan dishortir di bawah
mikroskop. Masing-masing irisan yang representatif difiksasi dalam botol flakon
yang berisi FAA selama 24 jam secara terpisah. FAA dipindahkan ke dalam botol flakon
sisa menggunakan spet, kemudian irisan diwarnai dengan pewarna safranin. Irisan
melintang akar, batang dan daun didehidrasi dengan alkohol bertingkat mulai dari alkohol
30%, 70%, 80%, 90%, dan absolut. Pada saat melakukan proses dehidrasi, agar
larutan dehidran (alkohol) merata keseluruh bagian botol flakon, maka digunakan teknik
botol flakon digoyangkan membentuk angka delapan selama 3 menit. Setelah itu
didealkoholisai dengan larutan alkohol xilol dengan perbandingan alkohol:xilol mulai dari
3:1 , 1;1 , 1:3 secara bertingkat/bergantian dan botol flakon digoyangkan membentuk
angka delapan selama 3 menit. Irisan diambil menggunakan kuas, diletakkan di gelas
benda bebas lemak dan dengan cepat ditetesi dengan ditetesi canada balsam kemudian
ditutup dengan gelas penutup secara perlahan menggunakan bantuan jarum pentul
(hindari adanya gelembung udara pada preparat yang akan dibuat). Setelah diberi
Canada balsam, untuk selanjutnya diberi kutek pada sisi gelas penutup. Tujuannya
agar canada balsamnya tidak luber dan untuk merapikan tepian preparat. Preparat
dilabeli dan diamati dengan perbesaran lemah menuju ke perbesaran kuat di bawah
mikroskop. Setelah itu difoto dan dianalisis untuk kemudian dibuat laporan hasil
praktikum.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

2.1. Struktur Anatomi Jeruk Manis (C. sinensis)

2.2. Struktur Anatomi Jeruk Nipis (C. aurantifolia)

2.3.Perbedaan Anatomi Daun Jeruk Manis (C.sinensis) dan jeruk nipis


(C.aurantifolia)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Anda mungkin juga menyukai