Anda di halaman 1dari 10

HISTOLOGI I

Oleh :
Nama : Siti Masrifah
NIM : B1A016134
Rombongan : C2
Kelompok :2
Asisten : Ellen Evita

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

Jaringan adalah kumpulan sel yang berhubungan erat satu sama lain dan
mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang struktur
jaringan tumbuhan disebut Histologi. Berbagai jaringan tersusun dan terorganisasi
dalam bentuk organ. Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur
jaringan secara detail menggunakanmikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong
tipis, salah satu dari cabang-cabang biologi. Histologi dapat juga disebut sebagai
ilmu anatomi mikroskopis (Campbell dkk., 2000).
Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai asal, fungsi
serta struktur yang sama disebut jaringan. Berdasarkan sifatnya ada dua macam
jaringan yang menyusun tumbuhan yaitu jaringan muda mempunyai sifat membelah,
sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar ataupun batang, karena
biasanya terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan yang
letaknya dibagian ujung dikenal sebagai tumbuhan primer (Pudjoarianto, 1988).
Secara garis besar jaringan tumbuhan dapat dibedakan menjadi jaringan
meristematik dan jaringan dewasa. Jaringan meristem terbagi menjadi dua, yaitu
meristem primer dan sekunder. Jaringan meristem biasanya tersusun oleh sel-sel
yang masih embrional atau sel yang masih aktif membelah. Pada ujung akar dan
ujung batang yang telah dewasa terdapat jaringan yang tetap bersifat meristematik
yang disebut titik tumbuh apikal. Titik tumbuh apikal ini yang membuat tumbuhan
mampu semakin memanjang. Meristem sekunder merupakan jaringan yang sel-
selnya tidak mengalami deferensiasi dan berfungsi sebagai jaringan dewasa,
kemudian dapat melakukan aktivitas meristematis, misalnya kambium dan felogen
(kambium gabus). Pada pertumbuhan sekunder, kambium dapat membentuk floem
sekunder, xilem sekunder dan kadang-kadang membentuk jari-jari empelur
(parenkim sekunder) (Lakitan, 1993).

II. TUJUAN

Tujuan praktikum acara Histologi I, antara lain :


1. Mengamati bentuk-bentuk sel epidermis pada tumbuhan dari derivatnya.
2. Mengamati macam-macam jaringan dasar (parenkim).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum acara Histologi I diantaranya


mikroskop, object glass, cover glass, silet, pipet tetes, dan laporan sementara.
Bahan-bahan yang digunakan diantaranya irisan membujur epidermis
daun batang tebu (Saccharum officinarum), irisan membujur daun jagung (Zea
mays), irisan membujur epidermis daun adam hawa (Rhoeo discolor), irisan
melintang daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), epidermis bawah daun
durian (Durio zibethinus), dan irisan melintang tangkai daun bunga tasbih
(Canna sp.).

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam praktikum acara Histologi I antara lain:


a) Mengamati modifikasi epidermis
1. Irisan membujur dibuat setipis mungkin dari preparat yang disediakan dan
irisan diletakkan di atas object glass, kemudian ditetesi air dan ditutup
dengan cover glass.
2. Untuk preparat kering (awetan), langsung diamati di bawah mikroskop.
3. Semua preparat diamati, diperhatikan letak sel silika dan sel gabus, bentuk sel
epidermis, bentuk sel penutup pada stoma, bentuk dan tipe stoma.
4. Preparat digambar dan diberi keterangan.
b) Mengamati sel parenkim
1. Irisan melintang dibuat setipis mungkin dari preparat tangkai daun Canna sp.
yang kemudian diletakkan di atas object glass, ditetesi air, dan ditutup dengan
cover glass.
2. Bentuk dan susunan sel-sel parenkim diamati dengan perbesaran kuat.
3. Preparat digambar dan diberi keterangan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Keterangan :
1. Epidermis
2. Sel gabus
3. Sel silika
1

Gambar 1. Ø.B. Epidermis Batang Saccharum officinarum Perbesaran 400X

Keterangan :
3
1. Epidermis
4
2. Sel tetangga
1
3. Sel penutup bentuk
halter
2
4. Porus

Tipe stoma: Graminae


Gambar 2. Ø.B. Daun Zea mays Perbesaran 400X

Keterangan :
4
1. Epidermis
1 2. Porus
3. Sel penutup bentuk
ginjal
2
4. Sel tetangga

3 Tipe stoma: Amaryllidaceae

Gambar 3. Ø.B. Epidermis Daun Rhoeo discolor Perbesaran 400X


1 Keterangan :

2 1. Trikoma
2. Epidermis atas
3
3. Jaringan palisade
4 4. Jaringan spons
5. Epidermis bawah

Tipe trikoma:
Glanduler

Gambar 4. Ø.L. Daun Orthosiphon stamineus Perbesaran 400X

Keterangan :
1. Trikoma bentuk batang
2. Trikoma bentuk sisik

1
Tipe stoma:
2
Non-glanduler

Gambar 5. Epidermis Bawah Daun Durio zibethinus Perbesaran 100X

Keterangan :
1 1. Aktinenkim
2. Aerenkim

Gambar 6. Ø.L. Tangkai Daun Canna sp Perbesaran 400X


B. Pembahasan

Jaringan epidermis merupakan lapisan sel-sel paling luar dan menutupi


permukaan daun, bunga, buah, biji, batang, dan akar. Berdasarkan ontogeninya
epidermis berasal dari jaringan meristematik yaitu protoderm. Epidermis berfungsi
sebagai pelindung bagian dalam organ tumbuhan. Berdasarkan fungsinya, epidermis
dapat berkembang dan mengalami modifikasi sepeti stomata dan trikomata (Rompas
et al., 2011). Sifat dari jaringan epidermis adalah: sel-selnya hidup, biasanya terdiri
dari satu lapis sel tunggal. Sel-sel rapat satu sama lain membentuk bangunan padat
tanpa ruang anatar sel. Memiliki beragam bentuk, ukuran dan susunannya. Tidak
memiliki klorofil. Dinding sel tipis, sebagian mengalami penebalan di bagian yang
menghadap ke permukaan dan ada pula yang semua sisi dindingnya tebal berlignin
(Mahardika, 2009).
Menurut Hidayat (1995), pada banyak tumbuhan epidermis hanya tersusun atas
selapis sel saja, namun pada beberapa tumbuhan epidermisnya tersusun atas beberapa
lapis sel. Epidermis yang berlapis-lapis ini memiliki fungsi tambahan sebagai
jaringan penyimpan air. Untuk menunjang fungsinya dalam mencegah terjadinya
penguapan air, epidermis dilapisi kutikula di bagian permukaannya. Epidermis juga
mengalami perkembangan lebih lanjut membentuk derivat-derivat epidermis /
turunan epidermis seperti:
1. Stomata (mulut daun) yang berfungsi sebagai tempat pertukaran gas (O2,CO 2,
dan uap air/H2O). Stomata berupa ruang antar sel yang dibatasi oleh dua sel
khas yang disebut sel penjaga. Keadaan letak sel penutup yang berbeda dapat
menentukan macam-macam stomata (Johnson, 2008).
2. Trikoma, tonjolan epidermis yang tersusun atas beberapa sel yang mengalami
penebalan sekunder. Trikoma berperan sebagai kelenjar yang mengeluarkan zat
seperti terpen, garam dan gula. Rambut akar juga merupakan bentuk lain dari
trikoma yang memiliki dinding sel tipis dengan vakuola yang besar.
3. Lentisel, berfungsi seperti stomata yaitu sebagai tempat keluar masuknya gas-
gas ke dalam tumbuhan yang terdapat pada batang.
4. Velamen, lapisan sel mati di bagian dalam jaringan epidermis pada akar
gantung (akar udara) yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air.
5. Sel kipas, tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran lebih besar
dibandingkan sel-sel epidermis di sekitarnya dan berfungsi menggulung daun
dengan maksud untuk mengurangi penguapan yang lebih lanjut.
6. Sel silika/sel gabus.
7. Litokis, sel yang mengandung sistolit.
Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup
yang terletak di antara epidermis dan pembuluh angkut, serta terletak di empulur
batang. Jaringan parenkim pada daun berada pada mesofil daun. Oleh karena itu,
jaringan parenkim memiliki fungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Selain itu, jaringan parenkim berfungsi sebagai tempat penyimpanan makanan
cadangan pada buah dan biji (Sutrian & Yayan, 1993).
Ciri utama dan sifat sel parenkim adalah memiliki dinding sel yang tipis, serta
lentur. Beberapa sel parenkim mengalami penebalan, seperti pada parenkim xilem.
Sel parenkim berbentuk kubus atau memanjang dan mengandung vakuola sentral
yang besar. Ciri khas parenkim yang lain adalah sel-selnya banyak memiliki ruang
antarsel karena bentuk selnya membulat. Parenkim yang mempunyai ruang antarsel
adalah daun. Ruang antarsel ini berfungsi sebagai sarana pertukaran gas antar
klorenkim dengan udara luar (Mulyani, 2006).
Jaringan parenkim pada tumbuhan juga dapat dibedakan berdasarkan
fungsinya, berikut pembagiannya (Esau, 1972):
1. Jaringan parenkim air, berfungsi untuk menyimpan air.
2. Jaringan parenkim asimilasi, berfungsi dalam proses pembuatan makanan.
3. Jaringan parenkim udara (aerenkim), berfungsi dalam mengapungkan
tumbuhan.
4. Jaringan parenkim penimbun, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan
makanan.
5. Jaringan parenkim angkut, berfungsi sebagai pembuluh angkut baik itu
makanan maupun air.
Praktikum kali ini menggunakan beberapa preparat yang terdiri dari preparat
segar dan preparat kering. Preparat segar terdiri dari irisan membujur epidermis daun
adam hawa (Rhoeo discolor), epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus), dan
irisan melintang tangkai daun bunga tasbih (Canna sp.). Preparat kering terdiri dari
irisan membujur epidermis batang tebu (Sacchaum officinarum), irisan membujur
daun jagung (Zea mays L.), dan irisan membujur daun kumis kucing (Orthosiphon
stamineus). Untuk mengamati bentuk-bentuk sel epidermis dan derivatnya digunakan
preparat irisan membujur epidermis batang tebu (Sacchaum officinarum), irisan
membujur daun jagung (Zea mays L.), irisan membujur epidermis daun adam hawa
(Rhoeo discolor), irisan membujur daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus), dan
irisan epidermis bawah daun durian (Durio zibethinus). Sedangkan untuk mengamati
bentuk sel parenkim kami menggunakan preparat irisan melintang tangkai daun
bunga tasbih (Canna sp.). Berdasarkan hasil praktikum, pada preparat epidermis
batang tebu (Saccharum officinarum) didapatkan hasil bahwa epidermis batang tebu
bagian-bagian yang teramati terdiri dari sel epidermis, sel silika, dan sel gabus. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Mahardika (2009), yang menyatakan bahwa sel silika,
sel gabus, dan sel epidermis seperti serat dapat ditemui pada Pteridophyta tertentu,
Gymnospermae, dan beberapa Gramineae, Poacea, dan Dicotyledonae tertentu.
Sedangkan pada daun jagung (Zea mays) yang merupakan famili dari Poacea,
bagian-bagian yang teramati terdiri dari sel epidermis, porus, sel penutup (bentuk
halter), dan sel tetangga. Tipe stoma pada daun Zea mays adalah Graminae, hal ini
sesuai dengan pendapat Esau (1972), yang menyatakan bahwa tipe stomata Graminae
hanya terdapat pada familia Poaceae dan Cyperaceae. Epidermis daun Rhoeo
discolor dari familia Commelinaceae, bagian-bagian yang teramati yaitu epidermis,
porus, sel penutup bentuk ginjal, dan 4 sel tetangga dengan tipe stoma
Amaryllidaceae, hal ini sesuai dengan pendapat Esau (1972), yang menyatakan
bahwa tipe stomata Amaryllidaceae salah satunya terdapat pada familia
Commelinaceae. Bagian-bagian daun Orthosiphon stamineus yang teramati yaitu
epidermis atas, parenkim palisade, parenkim spons, eipdermis bawah, dan trikoma.
Tipe trikoma pada daun Orthosiphon stamineus yaitu glanduler. Irisan epidermis
bawah daun durian (Durio zibethinus) bagian-bagian yang teramati yaitu trikoma
bentuk bintang dan trikoma bentuk sisik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Esau
(1972), yang menyatkan bahwa trikoma bentuk bintang dapat ditemukan pada
tangkai daun Canna sp., dan daun durian dengan bentuk seperti bintang
bersambungan pada bagian ujung. Adapun tipe trikoma pada daun durian yaitu non
glanduler. Preparat yang digunakan untuk mengamati jaringan parenkim yaitu irisan
melintang tangkai daun bunga tasbih (Canna sp.), bagian-bagian yang teramati yaitu
aktinenkim dan aerenkim. Hal ini sesuai dengan pernyataan Esau (1972), yang
menyatakan bahwa jaringan parenkim udara (aerenkim) dapat ditemukan pada
tangkai daun Canna sp. dan Colocasia esculenta sebagai tempat menyimpan udara.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dan pengamatan Histologi I yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa:
1. Preparat epidermis batang tebu (Saccharum officinarum) terdiri dari sel
epidermis, sel silika, dan sel gabus. Irisan membujur daun jagung (Zea
mays) terdiri dari sel epidermis, porus, sel penutup (bentuk halter), dan sel
tetangga, dengan tipe stoma Graminae. Irisan membujur epidermis daun
Rhoeo discolor terdiri dari epidermis, porus, sel penutup bentuk ginjal, dan
4 sel tetangga, dengan tipe stoma Amaryllidaceae. Bagian-bagian irisan
melintang daun Orthosiphon stamineus yang teramati yaitu epidermis atas,
parenkim palisade, parenkim spons, eipdermis bawah, dan trikoma dengan
tipe glanduler. Bagian-bagian irisan epidermis bawah daun durian (Durio
zibethinus) yang teramati yaitu trikoma non glanduler bentuk bintang dan
trikoma bentuk sisik.
2. Bagian- bagian yang teramati pada preparat irisan melintang tangkai daun
bunga tasbih (Canna sp.) yaitu jaringan parenkim berupa aktinenkim dan
aerenkim.

B. Saran

Saran untuk praktikum Histologi I adalah sebaiknya dilakukan pengecekan


terlebih dahulu pada mikroskop yang akan digunakan untuk mengamati preparat agar
pada saat praktikum tidak perlu dilakukan penggantian mikroskop karena buruknya
hasil pengamatan, terutama pada perbesaran tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N.A., Reece, J.B., & Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Esau, K. 1972. Plant Taxonomy 2nd Edition. New Delhi: Wiley Estern Private United.
Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Johnson, D.M., Smith, W.K., & Silman, M.R. 2008. Climate-independent
Paleoaltimetry Using Stomatal Density in Fossil Leaves as A Proxy For CO2
Partial Pressure. Biology journal, 1(27), pp. 109-117.
Mahardika, M.A. 2009. Jaringan pada Tumbuhan. Yogyakarta: FKIP Universitas
Santa Dharma.
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
Pudjoarianto. 1988. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Yogyakarta: UGM
Press.
Rompas, Y., Henny, L.R., & Marhaenus, J.R. 2011. Struktur Sel Epidermis dan
Stomata Daun Beberapa Tumbuhan Suku Orchidaceae. Jurnal
Bioslogos, 1(1), pp. 13-19.
Sutrian., & Yayan. 1993. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan. Jakarta: Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai