Anda di halaman 1dari 7

MODUL VII

PERTELAAN DAN PENCIRIAN TUMBUHAN

PERTELAAN TUMBUHAN

Pertelaan (description
(description)) merupakan gambaran tentang sesuatu yang dinyatakan
dengan rangkaian kata-kata tertulis atau kita kenal dengan deskripsi. Mempertelakan
tumbuhan berarti menyusun secara runut dan terperinci bagian-bagian tumbuhan
secara jelas. Jadi pertelaan tumbuhan merupakan rangkaian kata-kata tertulis yang
menggambarkan tentang suatu tumbuhan. Dalam Taksonomi tumbuhan, pertelaan
merupakan hal yang penting dalam menggambarkan tumbuhan yang kita maksud dan
membantu dalam proses identifikasi. Dengan menyusun pertelaan tumbuhan kita
dapat membandingkan deskripsi tumbuhan yang sudah teridentifikasi dengan deskripsi
tumbuhan yang kita buat. Deskripsi atau pertelaan tumbuhan yang sudah teridentifikasi
biasanya telah dipublikasikan dalam berbagai pustaka atau literatur taksonomi, seperti
Flora, Revisi atau Monograf
Monograf yang dapat juga dipublikasikan
dipublikasik an dalam jurnal ilmiah
taksonomi.

Pertelaan merupakan syarat mutlak dalam penemuan jenis tumbuhan baru ( Species
nova),
nova), bahkan dalam publikasi jenis baru dipersyaratkan untuk menyusun pertelaan
tumbuhan baru dalam bahasa latin atau yang dilatinkan. Hal ini sesuai dengan Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan ( International Code of Botanical Nomenclature)
Nomenclature )
dalam hal penemuan jenis tumbuhan baru. Oleh karena itu dalam pertelaan tumbuhan
kita juga mengenal
mengenal Pertelaan
Pertelaan Orisinal (Original description)
description) yaitu
yaitu pertelaan takson
yang diberikan pertama kali sewaktu diciptakan atau diterbitkan. Sumber ciri taksonomi
yang dapat digunakan untuk mempertelakan tumbuhan adalah ciri-ciri morfologi dan
anatomi berbagai organ tumbuhan, sitologi, palinologi, atau zat kimia, dan profil DNA.

Manfaat pertelaan tumbuhan, yaitu:


1. Memberikan gambaran tentang suatu tumbuhan yang kita maksud
2. Membantu dalam Identifikasi
Identifikasi tumbuhan, terutama untuk
untuk tumbuhan yang belum
teridentifikasi
3. Sebagai penyedia
penyedia ciri-ciri taksonomi
taksonomi yang dapat
dapat digunakan untuk
untuk menyusun
menyusun kunci
identifikasi.

18
4. Membatasi suatu takson; dengan pertelaan suatu tumbuhan batasan suatu takson,
seperti suku, marga atau jenis dapat dengan jelas digambarkan

Untuk menyusun pertelaan tumbuhan yang baik perlu memperhatikan beberapa hal
berikut ini:
1. Pahami dengan benar terminologi tumbuhan
2. Gunakanlah kata-kata yang bersifat universal sesuai dengan terminologi, jika
menggunakan Bahasa Indonesia, gunakanlah bahasa yang baik dan benar serta
menggunakan padanan kata sesuai terminologi
3. Pertelaan yang disusun harus logik dan ringkas. Logik berarti mulai mendeskripsi
dari bagian bawah ke bagian atas, dari bagian luar ke bagian dalam, dari bagian
yang general ke bagian yang mendetail atau lebih spesifik. Ringkas berarti
menghindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu, rangkaian kata-kata yang
disusun seperti rangkaian kata-kata dalam telegram.
4. Mulailah dengan kalimat yang mempunyai subyek.
5. Untuk memudahkan susunlah matriks sesuai karakter atau ciri yang teramati,
kemudian susunlah deskripsi awal ( preliminary description) dengan ciri diagnostik
(ciri yang membedakan dengan takson lain) atau langsung menyusun secara rinci
deskripsi tumbuhan (analytical description)

Catatan: Dalam pertelaan tumbuhan juga biasanya dilengkapi dengan “ nomenclator ”


(data sitasi literatur yaitu penelusuran pustaka taksonomi yang memuat deskripsi suatu
takson dari yang terbit pertama kali sampai yang terakhir). Data sitasi ini juga biasanya
menyebutkan tipe taksonomi dan Lembaga Herbarium mana yang menyimpan
spesimen tipe tersebut. Selain itu, dalam pertelaan tumbuhan juga dilengkapi dengan
nama lokal tumbuhan, kegunaan, data ekologi dan penyebaran tumbuhan.

C o n t o h P e r t el a a n :

1. Pertelaan kultivar: ciri kimia (Wahyu, 2005).


Kultivar ‘Bima’ 
[Putrasamedja & Suwandi, Monograf no 5 (1996) : 7; Irawan dkk., Biotika 3 (2) (2004) : 40]
Kultivar bima memiliki senyawa minyak atsiri golongan monosulfida: heksil sulfida
(1,90%); metil propil sulfida (0,14%). Golongan disulfida: metil propil disulfida (0,45%);
etil isopropil disulfida (0,08%); etil propil disulfida (0,09%); dipropil disulfida (0,66%).
Golongan trisulfida: dipropil trisulfida (0,6%); triolana (0,31%). Golongan tiopen: dimetil
tiopen (0,48%). Golongan sulfon: etil isopropil sulfon (0,2%). Golongan furan: heksil
furanon (2,06%); metil furanon (0,25%). Golongan hidrokarbon: propana (0,43%)

19
2. Pertelaan jenis: ciri morfologi (Wirahmawan 2005)
Durio zibethinus Murr.
[Durio zibethinus  Murr., Steenis, Flora (1949) 286; Tjitrosoepomo, Dur. Mal. (1952) 36; Kostermans,
Genus Dur. Adans (1958) 127, Backer & Bakhuizen van den Brink, Fl. Jav. I (1963) 420.]

Pohon tinggi sampai 40 m. Daun : panjang tangkai daun 1,4-2,3 cm, diameter 0,1-0,2
cm, jarak antar tangkai daun 1,3-2,9 cm; bentuk daun melonjong sampai melanset,
panjang 9,7-19,6 cm, lebar 3-6,1 cm, warna permukaan atas hijau sampai hijau tua,
warna permukaan bawah kuning emas; pangkal menumpul atau membundar, ujung
melancip, panjang ujung daun 0,5-2,3 cm, tepi rata atau bergelombang; permukaan
atas rata atau berbingkul, tonjolan urat daun pada permukaan atas jelas atau tidak
 jelas; lipatan daun incurve, recurve atau rata. Bunga : bunga dalam rangkaian payung,
menggantung, jumlahnya 3-47; panjang tangkai 2,3-5,1 cm, diameter 0,3-0,5 cm,
warna keemasan; panjang kelopak tambahan 1,7-2,7 cm, warna bagian luar kelopak
tambahan hijau, bagian dalam krem atau kehijauan, permukaan luar bersisik,
permukaan dalam berbulu halus; kelopak berbentuk lonceng, tinggi 1,8-2,7 cm, bagian
luar berwarna kuning keemasan, bagian dalam oranye, ujung runcing, permukaan luar
bersisik, permukaan dalam berbulu halus; mahkota berbentuk menyudip, panjang 3,3-
5,3, lebar 1,2-3,2 cm, warna bagian luar dan dalam krem, ujung membundar,
permukaan luar dan dalam berbulu halus; benang sari dalam 5 berkas berbentuk
kipas, jumlah 28-77, jumlah benang sari dalam tiap berkas 5-16, panjang tangkai sari
1,7-4,6 cm, warna tangkai sari krem; warna putik krem-oranye, panjang tangkai putik
2,4-3,6 cm. Buah : buah membulat sampai ellipsoides, panjang 18-26 cm, lebar 12-
24,5 cm, alur ruang buah rata atau berlekuk, tonjolan bekas tangkai putik menonjol
atau rata, jumlah duri dalam luas 5X5 cm 10-31; tebal kulit buah 0,5-1,2 cm; jumlah
ruang buah 4-6; warna salut biji putih sampai kuning cerah, tebal 0,4-1,5 cm. Trikomata
: Trikomata berbentuk sisik bersel banyak, ukuran trikomata 400µm sampai 650 µm.

Nama lokal : Durian, Ind., Duren, J, Ind, S, Md, Ambetan, J, Kadu, S.


Manfaat : Salut bijinya dapat dimakan; akarnya sebagai obat penurun panas;
daun durian dicampur dengan jaringau ( Acorus  sp), untuk mengobati cantengan
(infeksi dalam kuku); lumatan kulit durian dapat dilumaskan ke perut untuk
memudahkan buang air besar; air abu kulit buah durian dapat digunakan sebagai obat
pelancar haid dan juga penggugur kandungan ( abortivum).

3. Pertelaan jenis: ciri anatomi (Fatriati 2006)


Thyrsostachys siamensis Gamble
[.........]
Sel epidermis terdiri atas sel panjang dan sel pendek yang tersusun berselang seling.
Bentuk sel panjang, heksagonal dengan pinggiran sel yang rata, ukuran sel panjang 4-
7x10-40 μm. Banyaknya sel pendek diantara tiap-tiap sel panjang satu sampai dua
buah, umumnya satu buah, bentuk bulat dengan diameter 2 μm, atau kotak dengan
panjang sisi 2-3μm. Stomata bentuk halter, 4-5x8-10 μm, kerapatan stomata 1,7%.

Nama lokal : Bambu Jepang (Indonesia)


Persebaran : Jatinangor
Kegunaan : Tanaman hias
Habitat : Pekarangan rumah

20
4. Pertelaan jenis: ciri palinologi (Ulfiah 2006)
 Acanthus ilicifolius L.
[ Acanthus ilicifolius L., Backer & Bakhuizen f. , Fl. Jav. II (1965) 555; Giezen. Zieren. Wulffraat. Schoelten.,
Fld. Gd. Ind. Mangr. (1949); Tomlinson., Bot. of Mangr. (1986) 178.]

Butir polen berbentuk prolate atau oval. Ukuran Butir 45X44  – 70X47 μm. Apertur
bertipe dikolpus, kolpus lebih lebar jika dibandingkan dengan  A. ebracteatus.
Ketebalan neksin sama dengan seksin. Ornamentasi eksin granular.

Specimen Studi: Sulawesi, Pulau Pasokan, Uedikan, Luwuk Timur, LUWUK-


BANGGAI, SULAWESI TENGAH (BI 1091). Papua: Miei, Wasior, WONDAMA, IRIAN
JAYA BARAT (BI 1138 )

5. Pertelaan jenis: Jenis Baru (Irawan, 2005)


Fissistigma sumatrana Irawan, sp. nov.
Ramunculus fulvo tomentosa. Petiola 1.2 cm longa, 2 mm diametro. Folia sub
coriacea, obovata, 20 cm longa, 6.5 cm lata; basi cuneata; apice cuspidate; superne
glabrosa excepta tomentosa midrib; subtus fulvo-pubescentibus. Multi nervus, 33
 jugus, oblique, curve, subtus prominulis. Inflorescentia panicula, axillaris. Pedicelle 1.2
cm longa, fulvo-tomentosa. Bracteola I, parvi triangularis, media. Sepala ovata, 0.2 cm
longa, fulvo-tomentosa. Petala exteriora lanceolata, 2 cm longa, 0.4 cm lata, fulvo-
tomentosa. Stamina 1 mm longa. Carpela 2 mm longa, stigma clavata.--Typus: North
Sumatra, Langkat, Bahorok, Batang Lawang, 2 March 1973, Dransfield 3401 (holo
BO!, iso BO!)

PENCIRIAN TUMBUHAN

Pencirian (Characterizing ) merupakan salah satu bagian dari tiga ranah taksonomi
selain penamaan (naming) dan pengelompokkan (classifying ). Ciri atau karakter
merupakan atribut atau tabiat yang diturunkan dari tetua pada keturunnanya. Ciri juga
merupakan satu dari sekian banyak atribut, bentuk, struktur, penampilan, substansi
atau tabiat yang merupakan dasar untuk perbandingan, sehingga ciri merupakan
sesuatu yang lekat diri. Ciri sering disinonimkan dengan penciri ( Characteristic ).

Ciri taksonomi adalah setiap atribut yang dimiliki oleh mahluk hidup, seperti: bentuk,
struktur yang dianggap terpisah dari mahluk hidup secara keseluruhan dan digunakan
untuk tujuan tertentu, seperti pembandingan, identifikasi maupun. Dalam praktiknya
yang dimaksud dengan ciri taksonomi adalah tanda atau atribut dari setiap mahluk
hidup atau kelompok takson yang dapat diukur, dihitung atau dinilai. Ciri taksonomi
adalah semua atribut yang dimiliki oleh mahluk hidup yang dapat dibandingkan, diukur,
dihitung, dideskripsikan atau dinilai. Sifat ciri taksonomi ( Character state) adalah
kondisi atau ekspresi dari ciri taksonomi. Tegasnya sifat ciri taksonomi dinyatakan
dalam angka atau deskripsi dengan kata-kata.

21
Contoh:
Ciri (character ) sifat ciri (character state)
Bentuk daun menjantung sunsang, membundar telur
Jumlah putik Satu, dua
Indumentum menggimbal, berbulu balig

Macam ciri taksonomi, meliputi:


1. Ciri Kuantitatif
Merupakan ciri yang dapat dinyatakan dengan angka, yang dapat dinilai dengan
cara menghitung atau mengukur. Contohnya: lebar daun, panjang tangkai bunga,
 jumlah benang sari, jumlah kelopak tambahan dan sebagainya.
2. Ciri Kualitatif
Merupakan ciri yang menggambarkan bentuk atau rupa dan keadaan ciri yang bisa
dideskripsikan, bukan dalam bentuk angka, dan tidak dapat dihitung atau diukur.
Contohnya: bentuk buah, pinggiran daun dan sebagainya.

Sumber data pencirian dapat digolongkan menjadi tiga:


1. Berasal dari mahluk hidup itu sendiri, seperti morfologi, anatomi, sitologi, genetika,
kimia dan fisiologi.
2. Bersumber dari interaksi antar mahluk hidup, seperti penyerbukan, penyebaran biji
oleh hewan tertentu.
3. Bersumber dari interaksi antara mahluk hidup dan lingkungannya, seperti
pemencaran tumbuhan dan ekologi.

Diagnostic character  atau ciri diagnosis adalah ciri atau sifat ciri yang dengan jelas
dan tegas membedakan suatu takson dari yang lain. Ciri diagnosis disebut juga ciri
kunci (key character ) merupakan ciri khas (specific character ), sehingga sangat
berguna untuk dipakai sebagai sarana pengenal untuk mendiagnosis.

Contoh:
Suku Ciri Diagnosis
 Anacardiaceae Berkayu, aromatic , getah hitam atau coklat
 Annonaceae Berkayu, odoriferous, pepagan kayu fibrous, daun distichous
 Apocynaceae Berkayu, laticiferous, lobus mahkota terpuntir (Contortae)
 Asteraceae Karangan bunga  pseudanthium  (ada bunga tabung, bunga

22
tepi atau kombinasi keduanya, Style bifidus
Malvaceae Staminal collumnar , epycalix, monadelphus
Papilionaceae Buah polong, mahkota seperti kupu-kupu
Mimosaceae Buah polong, karangan bunga bentuk bonggol (capitulum)
atau tandan (racheme)
Cyperaceae Penampang melintang batang umumnya segi tiga, berbatang
calamus, Glumiflorae
Poaceae Batang berongga (culm), Glumiflorae
Rutaceae Spot di permukaan daun bila diterawangkan
Euphorbiaceae Buah beruang tiga,  Apetalous  atau  Asepalous  (Bunga
telanjang)
Polygonaceae Memiliki ochrea
Rubiaceae Interpetiolar stipula, karangan bunga bentuk payung

ALAT DAN BAHAN

1. 3 Jenis tumbuhan hidup


2. Loop
3. Mistar
4. Mikroskop
5. Buku-buku Terminologi Tumbuhan

TATA KERJA

1. Ambilah spesimen tumbuhan hidup, usahakan lengkap bagian-bagiannya (minimal


seranting daun dan bunga)
2. Susunlah deskripsi tumbuhan tersebut secara lengkap (untuk memudahkan buatlah
matriks pencirian).
3. Untuk medeskripsi bagian secara detail, seperti indumen, stamen dan lain lain
dapat menggunakan loop atau mikroskop stereoskopik.

TUGAS DAN LAPORAN

Hasil deskripsi spesimen ditulis pada buku gambar dan dilampirkan dalam laporan.
Tugas praktikum pada modul ini yaitu menentukan karakter atau ciri diagnosis dari
setiap suku tumbuhan yang diamati (sampel spesimen). Laporan praktikum dibuat
dengan melengkapi hasil dokumentasi selama praktikum berlangsung. Laporan dan

23
tugas tersebut dikirimkan online secara perorangan/perkelompok melalui fasilitas
“drive botanifarmasi.unpad”.

PUSTAKA ACUAN

Davis PH & Heywood, VH. 1967. Principles of Angiosperm Taxonomy. London: Oliver
& Boyd.
Fatriati T. 2006. Studi Taksonomi Bambu di Kabupaten Sumedang Jawa Barat
Berdasarkan Morfologi dan anatomi epidermis Buluh. [Skripsi] Jurusan Biologi
FMIPA UNPAD.
Harris, J.G. dan Harris, M.W. 1994. Plant Identification Terminology : An Illustrated
Glossary . Spring Lake Publishing. United State of America.
Irawan, B.2005. Malesian Species of Fissistigma (Annonaceae). Jurnal Floribunda 2
(7): 173 -178.
Jones, S.B. and Luchsinger, A.E. 1987. Plant Systematic , Second Edition. McGraw-
Hill. Singapore.
Rideng IM. 1989. Taksonomi Tumbuhan Biji. Jakarta: Dirjen DIKTI Proyek
Pengembangan LPTK
Ulfia LI. 2006. Pendekatan Identifikasi Tumbuhan Mangrove Berdasarkan Struktur Luar
Polen. [Skripsi] Jurusan Biologi FMIPA UNPAD.
Vogel, E.F.D. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy Theory and Practice.
Rijksherbarium Leiden. Netherlands.
Wirahmawan B. 2005. Kajian Taksonomi Kultivar Durian di Kabupaten Subang Jawa
Barat. [Skripsi] Jurusan Biologi FMIPA UNPAD.

24

Anda mungkin juga menyukai