Mata Kuliah :
Morfologi Tumbuhan
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1:
Elfina sherly syafa’ a (4203341012)
Iqbal Mustafa (4203141006)
Lamtiur R.E Togatorop (4203141029)
Putri Intan (4202141005)
Putri Nora (4201141011)
Ruth DamaiYanti Sari Siagian (4203141057)
PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan bagi Tuhan Allah Yang Maha Kuasa atas berkat dan
karunia-Nya, penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun MAKALAH ini yaitu
mengenai “ CIRI MORFOLOGI DAUN 2” .
Makalah ini kami susun dengan maksud sebagai tugas matakuliah Morfologi
Tumbuhan dan menjadikan penambahan wawasan sekaligus pemahaman terhadap materi
tersebut. Harapan kami,semoga setelah penyelesaian penulisan Makalah ini kami semakin
memahami tentang bagaimana penulisan Makalah yang baik dan benar.
Dilain sisi, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penyusunan
penulisan makalah ini. kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini,khususnya kepada dosen pengampu matakuliah ini ibu Wina
Dyah Puspita Sari, S.Si., M.Si.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan
dari para dosen demi penyempurnaan dimasa-masa yang akan datang,semoga karyatulis
makalah ini bermanfaat bagi semuanya.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
PENDAHULUAN
Daun yang runtuh selalu digantikan dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru
yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tanaman yang semakin besar
kita dapati jumlah daun semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama
makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu menggugurkan semua
daun-daunnya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang demikian tadi tampak gundul sama
sekali seperti tumbuhan dalam keadaan yang demikian tadi nampak gundul sama sekali seperti
tumbuhan yang mati. Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musim kemarau pada jenis-jenis
tumbuhan tertentu, yang menjelang datangnya musim hijau termasuk tunas-tunas baru dan dalam
musim hujan akan kelihatan hijau kembali. Jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat
demikian itu disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai di
indonesia, seperti misalnya : pohon jati (Tectona grandis L), kedondong (Spondias dulcis Forst),
kapok randu (Ceiba pentanda Gaertn), pohon para (Hevea brasiliensis Muell), dan lain lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Daun?
2. Bagaimana jenis-jenis yang ada pada Daun?
3. Bagaimana ciri dari Morfologi Daun?
4. Bagaimana bentuk-bentuk Daun?
1.3 Tujuan
1. Agar dapat mengetahui dan memahami morfologi daun.
2. Agar dapat mengetahui fungsi daun pada tumbuhan.
3. Agar mengetahui perbedaan daun lengkap dan daun tidak lengkap
4. Agar mengetahui perkembangan daun dan bentuk tepi daun
5. Untuk lebih mengetaui bentuk daun berdasarkan tepi daun dan tulang daun.
6. Untuk lebih mengetahui perkembangan daun dan bentuk-bentuk modifikasi daun.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bagian-bagian Daun
a. Daun Lengkap
1. Upih daun atau Pelepah daun (vagina). Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati
pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae)
sajaa, antara lain suku rumput (Gramineae), suku empon-empon (Zingiberaceae), pisang
(Musa sapientum L.), golongan palma (Palmae). Upih daun selain merupakan bagian
daun yang melekat atau memeluk batang, juga dapat mempunyai fungsi lain :
a) Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti dapat dilihat pada tanaman
tebu (Saccharum officinarum L,)
b) Memberi kekuatan pada batang tanaman. Dalam hal ini upih daun-daun semuanya
membungkus batang, sehingga batang tidak tampak, bahkan yang tampak sebagai
batang dari luar adalah upih-upihnya tadi. Hal ini tentu saja mungkin terjadi
apabila upih daun amat besar seperti misalnya pada pisang (Musa paradisiaca L.).
Batang yang tampak pada pohon pisang sebenarnya bukan batang tanaman yang
sesungguhnya, oleh karena itu disebut batang semu.
2. Tangkai daun (petiolus) merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan
bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedemikian rupa, hingga
dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran
tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pada satu
tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda. Umumnya tangkai daun berbentuk
silinder dengan sisi atas agak pipih dan menebal pada pangkalnya. Jika dilihat pada
penampang melintangnya dapat kita jumpai kemungkinan-kemungkinan berikut :
a) Bulat dan berongga, misalnya tangkai daun (Carica L.)
b) Pipih dan tepinya melebar (bersayap), misalnya pada jeruk (Citrus sp.)
c) Bersegi
d) Setengah lingkaran dan seringkali sisi atasnya beralur dangkal atau beralur dalam
seperti pada tangkai daun pisang
3. Helaian daun (lamina) tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu
mempunyai daun yang helaiannya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran,
maupun warna nya. Adalah tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan
yang helaian daunnya persis sama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak
besar nilainya, terutama dalam hal yang meragukan, sering orang membandingkan bentuk
helaian dauna untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi
untuk dikenal. Karena helaian daun merupakan bagian daun yang terpenting dan cepat
menarik perhatian, maka suatu sifat yang sesungguhnya hanya berlaku untuk helaiannya,
disebut pula sebagai sifat daunnya. Contoh : jika kita mengatakan "daun nangka bangun
jorong", sesungguhnya yang jorong itu bukan daunnya, melainkan helainnya. Dalam
uraian ini ciri-ciri yang seharusnya disebut sebagai ciri helaian daun, akan disebut pula
ciri daun. Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helai daun saja, misalnya
pisang, tetapi dapat pula sebatang pohon mempunyai ribuan daun, misalnya pohon
beringin (Ficus benjamina L.). Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian kita ialah :
1. Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja : lazimnya lalu disebut daun bertangkai.
Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar
tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra
Merr.), mangga (Mangifera indica L.)
2. Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang demikian ini disebut daun berupih atau
daun berpelepah seperti lazim kita di dapati pada tumbuhan yang tergolong suka rumput,
misalnya : padi (Oryza sativa L.) jagung (Zea mays L.)
3. Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung
melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun
duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada biduri (Calotropis gigantea R.Br.). Daun
yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian
lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang,
oleh sebab itu juga dinamakan : daun memeluk batang (amplexicaulis) seperti terdapat
pada tempuyung (Sonchus oleraceus L). Bagian samping pangkal daun yang memeluk
batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut daun telinga.
4. Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalu menjadi
pipih sehingga menyerupai helaian daun, jadi merupakan suatu helaian daun semu atau
palsu, dinamakan filodia, seperti terdapat pada jenis pohon Acacia yang berasal dari
Australia, misalnya : Acacia auriculiformis A, Cunn.
• Runcing (acutus), jika kedua tepi ujung daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit
menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip
(lebih kecil dari 90o). Ujung daun yang runcing lazim kita temukan pada daun-daun
bentuk : bulat memanjang, lanset, segi tiga, delta, belah ketupat, dan lain-lain. Contoh
ujung daun oleander (Nerium oleander L.)
• Meruncing (acuminatus), seperti ujung yang meruncing tetapi titik pertemuan kedua tepi
daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit, panjang dan
runcing, misalnya ujung daun sirsak (Annona muricata L.)
• Tumpul (obtusus), tepi daun yang semula masih agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju
ke suatu titik pertemuan, hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90o),
sering kita jumpai pada daun bentuk bulat telur atau bentuk sudip misalnya ujung sawo
kecik (Manilkara kauki Dub.)
• Membulat (rotundatus), seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut
sama sekali, hingga ujung daun merupakan semacam suatu busur, terdapat pada daun
yang bulat atau jorong, atau pada daun bangun ginjal, misalnya ujung daun kaki kuda
(Centella asiatica Urb.), ujung daun teratai besar (Nelumbium nelumbo Druce)
• Rompang (truncatus), ujung daun tampak sebagai garis yang rata, misalnya ujung anak
daun semanggi (Marsilea crenata Presl.), daun jambu monyet (Anacardium occidentale
L.)
• Terbelah (retusus), ujung daun justru memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang
amat jelas, misalnya ujung daun sidaguri (Sida retusa L.), kadang-kadang terbelahnya
ujung hanya akan kelihatan jelas jika diadakan pemerikasaan yang teliti, seperti misalnya
ujung daun bayam (Amaranthus hybridus L.)
• Berduri (mucronatus), yaitu jika ujung daun ditutup dengan suatu bagian yang runcing
keras, merupakan suatu duri, misalnya ujung daun nanas sebrang (Agave sp.)
• Pangkal daunnya tidak bertoreh. Dalam golongan ini kita dapati bentuk-bentuk berikut :
1. Bentuk bulat telur (ovatus), misalnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.),
daun lombok rawit (Capsicum frutescens)
2. Bentuk segi tiga (triangularis), yaitu bentuk seperti segi tiga sama kaki, misalnya daun
bunga pukul empat (Mirabilis jalapa L.)
3. Bentuk delta (deltoideus), yaitu bangun segi tiga yang sama ketiga sisinya, misalnya daun
air mata pengantin (Antigonon leptopus Hook, et Arn.)
4. Bentuk belah ketupat (rhomboideus), yaitu bentuk segi empat yang sisinya tidak sama
panjang, misalnya anak daun yang di ujung pada daun bangkuwang (Pachyrrhizus erosus
Urb.)
• Pangkal daun bertoreh atau berlekuk. Dalam golongan ini termasuk bentuk-bentuk daun
berikut :
1. Bentuk jantung (cordatus), yaitu bangun seperti bulat telur, tetapi pangkal daun
memperlihatkan suatu lekukan misalnya daun waru (Hibiscus tiliaceus L.)
2. Bentuk ginjal atau kerinjal (reniformis), yaitu daun yang pendek lebar dengan ujung yang
tumpul atau membulat dan pangkal yang berlekuk dangkal, misalnya daun pagagan atau
daun kaki kuda (Centella asiatica Urb.)
3. Bentuk anak panah (sagittarius), daunnya tak seberapa lebar, ujung tajam, pangkal
dengan lekukan yang lancip pula. Demikian juga bagian pangkal daun di kanan kiri
lekukannya. Dapat dilihat pada daun enceng (Sagittaria sagittifolia L.)
4. Bentuk tombak (hastatus), seperti bangun anak panah, tetapi bagian pangkal daun di
kanan kiri tangkai mendatar, misalnya daun wewehan (Monochoria hastata
Solms.)Bertelinga (auriculatus), seperti bentuk tombak, tetapi pangkal daun di kanan kiri
tangkai membulat, misalnya daun tempuyung (Sonchus asper Vill.)
1. Daun Menjari
Yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar,
memperlihatkan susunan seperti jari-jari pada tangan.Jumlah tulang ini lazimnya gasal, yang di
tengah yang paling besar dan paling panjang, sedang ke samping semakin pendek. Daun dengan
susunan tulang demikian pun umumnya hanya terdapat pada tumbuhan berbiji belah
(Dicotyledoneae), misalnya pada (Carica L.), jarak (Ricinus communis L.), kapas (Gossypium
sp.), dan lain-lain.
2. Daun Menyirip
Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan merupakan
terusan tangkai daun.Dari ibu tulang ini ke samping ke luar tulang-tulang cabang, sehingga
susunannya mengingatkan kita pada susunan sirip-sirip ikan, oleh sebab itu dinamakan bertulang
menyirip.Daun dengan susunan yang demikian ini umum kita dapati pada tumbuhan biji belah
(Dicotyledoneae), misalnya daun mangga (Mangifera indica L.)
3. Daun Sejajar
Biasanya terdapat pada daun-daun bangun garis atau bangun pita, yang mempunyai satu
tulang di tengah yang besar membujur daun, sedang tulang-tulang lainnya jelas lebih kecil dan
nampaknya semua mempunyai arah yang sejajar dengan ibu tulangnya tadi, oleh sebab itu
disebut pula bertulang sejajar.Sesungguhnya tulang-tulang yang kecil-kecil tadi seperti pada
daun yang bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu tulang dan kemudian
bertemu pula kembali pada ujung daun.
Karena daun sempit dan panjang, tulang-tulang tadi tidak kelihatan melengkung, tetapi lurus
sejajar satu sama lain. Tak mengherankan pula kalau daun dengan susunan tulang yang demikian
lazimnya pun terdapat pada tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya
semua jenis rumput (Gramineae), teki-tekian (Cyperaceae), dan lain-lain.
5. Daun Melengkung
Daun ini pun mempunyai beberapa tulang yang besar, satu di tengah, yaitu yang paling
besar, sedang lainnya mengikuti jalannya tepi daun, jadi semula memencar kemudian kembali
menuju ke satu arah yaitu ke ujung daun, hingga selain tulang yang di tengah semua tulang-
tulangnya kelihatan melengkung. Daun dengan susunan tulang yang demikian ini biasanya hanya
terdapat pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan berbiji tunggal (Monocotyledoneae),
misalnya genjer (Limnocharis flara Buch.), gadung (Dioscorea hispida Dennst.), dan lain-lain.
Pertulangan daun berdasarkan besar kecilnya dibedakan dalam 3 macam, yaitu :
✓ Ibu tulang (costa)
Adalah tulang yang biasanya terbesar, merupakan terusan tangkai daun, dan terdapat di
tengah-tengah membujur dan membelah daun.Oleh tulang ini helaian daun umumnya dibagi
menjadi dua bagian yang setangkup atau simetris.Ada kalanya daun tumbuhan tidak mempunyai
ibu tulang tadi tepat di tengah helaian, sehingga kedua bagian daun di kanan kiri ibu tulang tadi
menjadi titik setangkup atau asimetrik, misalnya daun Begonia. Ada pula daun yang
memperlihatkan beberapa tulang yang besar yang semuanya berpangkalan pada ujung tangkai
daun, misalnya pada daun yang mempunyai bangun perisai atau daun-daun yang bulat: daun
teratai besar, jarak, ubi kayu, dan lain-lain.
Yakni tulang-tulang yang lebih kecil daripada ibu tulang dan berpangkal pada ibu tulang tadi
atau cabang-cabang tulang-tulang ini.Tulang cabang yang langsung berasal dari ibu tulang
dinamakan tulang cabang tingkat 1, cabang tulang cabang tingkat satu dinamakan tulang cabang
tingkat 2, demikian seterusnya.
Merupakan tulang-tulang cabang pula, tetapi yang kecil atau lembut dan satu sama lain beserta
tulang-tulang yang lebih besar membentuk susunan seperti jala, kisi, atau lainnya.
Tebal atau tipisnya helaian daun, pada hakekatnya juga bergantung pada tebal tipisnya
daging daunnya. Bertalian dengan sifat ini dibedakan daun yang:
b) seperti kertas (papyraceus atau chartaceus), tipis tetapi cukup tegar, misalnya daun pisang
(Musa paradisiaca L.),
c) tipis lunak (herbaceus), misalnya daun selada air (Nasturtium of-ficinale R. Br.), seperti
perkamen (perkamenteus),
d) tipis tetapi cukup kaku, misalnya daun kelapa (Cocus nucifera L.),
e) sepert kulit/belulang (coriaceus), yaitu jika helaian daun tebal dan kaku, misalnya daun
nyamplung (Calophyllum inophyllum L.),
f) berdaging (carnosus), yaitu jika tebal dan berair, misalnya daun lidah buaya (Aloe sp.).
Walaupun umumnya, bahwa daun itu berwarna hijau, tetapi tak jarang pula kita jumpai
daun yang warnanya tidak hijau, lagi pula warna hijau pun dapat memperbanyak variasi atau
nuansa. Sebagai contoh dapat disebut daun yang berwarna :
a. Merah, misalnya daun bunga buntut bajing (Acalypha wil M.Arg.),
b. Hijau bercampur atau tertutup warna merah, misalnya bermacam-macam daun puring
(Codiaeum variegatum BI.),
c. Hijau tua. misalnya daun nyamplung (Colophyllum ing L.).
d. hijau kekuningan, misalnya daun tanaman guni (Corchorus cap-sularis L.).
Perlu dicatat, bahwa dalam menyebut warna daun sangat besar pengaruh perseorangan,
mengingat mengenai warna tidak ada ukuran yang obyektif, lagi pula warna daun suatu jenis
tumbuhan dapat berubah menurut keadaan tempat tumbuhnya dan erat sekali hubungannya
dengan persediaan air dan makanan serta penyinaran.
Pada umumnya warna daun pada sisi atas dan bawah jelas berbeda, biasanya sisi atas tampak
lebih hijau, licin, atau mengkilat, jika dibanding dengan sisi bawah daun. Perbedaan warna tadi
disebabkan karena warna hijau banyak terdapat pada lapisan atas daripada di lapisan bawah.
Kadang-kadang pada permukaan daun terdapat alat alat tambahan yang berupa sisik-sisik,
rambut-rambut, duri, dil. Melihat keadaan permukaan daun itu orang lalu membedakan permuka
daun yang:
- mengkilat (nitidus), sisi atas daun kopi (Coffea robusta Lindl.). beringin (Ficus
benjamina L.).
- berselaput lilin (pruinosus), misalnya sisi bawah daun pisang (Musa paradisiaca L.),
daun tasbih (Canna hybrida Hort.),
d. berkerut (rugosus), misalnya daun jarong (Stachytarpheta jamaicensis Vahl.), jambu bii
(Psidium guajaua L.),
f. berbulu (pilosus), jika bulu halus dan jarang-Jarang, misalnya daun tembakau (Nicotana
tabacum G. Don.)
g. berbulu halus dan rapat (villosus), berbult sedemikian rupa, sehingga jika diraba terasa
sepetilaken atau beludru,
h. berbulu kasar (hispidus) ikattambut kakurdan jika diraba terasa kasar, misalnya daun
gadung (Dhoscorea hispida Dennst.),
i. bersisik (lepidus), seperti misalnya sisi bawah daun durian (Durio zibethinus Murr.).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daun tunggal adalah daun yang helaiannya hanya terdiri dari satu helai tanpa adanya
persendian dibagian dasar helaian tersebut. Sedangkan daun majemuk adalah daun dimana
helaiannya disusun oleh sejumlah bagian-bagian terpisah yang berbentuk seperti daun dan
disebut anak daun. Pada batang dewasa, daun tampak tersusun dalam pola tertentu dan berulang-
ulang. Susunan daun pada batang tersebut disebut duduk daun atau filotaksis. Daun tunggal pada
tangkai daunnya hanya terdapat satu helai daun saja. Sedangkan daun majemuk tangkainya
bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga pada
satu tangkai terdapat lebih dari satu helai daun.Dan menurut susunan anak daun pada ibu
tangkainya, daun majemuk dapat dibedakan dalam empat macam yaitu daum majemuk menyirip,
menjari, bangun kaki, dan campuran.
3.2. Saran
Saran pada pembuatan makalah ini adalah yang pertama adalah susahnya diskusi dalam
membuat makalah ciri morfologi daun tunggal dan majemuk yang disebabkan oleh faktor situasi
yang tidak memungkinkan.Semoga bisa dilaksanakannya diskusi secara langsung agar hasilnya
lebih efisen .
DAFTAR PUSTAKA