Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRATIKUM CIRI MORFOLOGI DAUN (2)

MORFOLOGI TUMBUHAN

Dosen Pengampu:

Cicik Suriani, M. Si

DISUSUN OLEH :

Nama : Cindy Pitaloka

NIM : 4203220037

Kelas : PSB 2020 D

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
CIRI MORFOLOGI DAUN (2)

A. TUJUAN
1. Mengamati ciri-ciri daun tunggal dan daun majemuk pada tumbuhan.
2. Mengamati jenis-jenis daun tunggal dan daun mejemuk pada tumbuhan.
3. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk pada tumbuhan

B. TEORI

Daun majemuk merupakan sebuah daun tunggal yang karena torehannya yang amat dalam
sehingga mengubah atau memisahkan bangun daun menjadi helaian-helaian daun tersendiri.

Bagian-bagian dari daun majemuk adalah :


 Ibu tangkai daun, merupakan tempat duduknya helaian-helaian daun atau yang disebut
sebagai anak daun. Ibu tangkai daun ini dipandang sebagai penjelmaan tangkai daun
tunggal ditambah dengan ibu tulangnya. Karena itu kuncup ketiak pada daun majemuk,
letaknya diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
 Tangkai anak daun, yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian
ini dipandang sebagai penjelmaan pangkal suatu tulang cabang pada daun tunggal, karena
itu pada ketiaknya tidak akan tumbuh kuncup.
 Anak daun, merupakan helaian daun yang terpisah-pisah karena torehan yang dalam.
 Pelepah daun, merupakan bagian bawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk
batang.
Ciri khas pada daun majemuk adalah :
 Semua anak daun tumbuh dan luruh secara bersamaan.
 Pertumbuhan terbatas artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tak mempunyai
kuncup
 Tidak ada kuncup yang tumbuh pada ketiak anak daun
Berdasarkan susunan anak daun pada tangkainya, daun majemuk dibedakan menjadi :
 Daun majemuk menyirip (pinnatus)
 Daun majemuk menjari (palmatus)
 Daun majemuk bangun kaki (pedatus)
 Daun majemuk campuran
Daun majemuk menyirip (Pinnatus)
Daun majemuk menyirip terbagi atas :
1. Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus). Daun ini terlihat sebagai daun
tunggal, tetapi tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulatio), jadi helaian
daun tidak langsung duduk pada ibu tangkai. Sebenarnya daun ini memiliki lebih dari
satu helaian daun, namun yang lainya telah tereduksi, sehingga menyisakan satu anak
daun saja. Misalnya pada berbagai jenis jeruk seperti jeruk bali (Citrus maxima) dan
jeruk nipis (Citrus aurantifolia ).
2. Daun majemuk menyirip genap (paripinnatus). Anak daun letaknya berpasang-pasangan
di kanan kiri ibu tulang daun, sehingga jumlahnya umumnya genap. Dalam menentukan
apakah suatu daun majemuk menyirip genap atau tidak, perhatikan ujung ibu tangkai
daun jika tidak terdapat suatu anak daun, berarti daun tersebut menyirip genap. Namun
bisa saja terjadi satu daun majemuk menyirip genap mempunyai  anak daun yang
jumlahnya gasal. Contoh daun majemuk menyirip genap dengan jumlah anak daun genap
: Tamarindus indica , sementara yang anak daunnya jumlahnya  gasal : leci (Litchi
chinensis ) dan kepulasan (Nephelium mutabile ).
3. Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus). Ciri khasnya adalah bila pada ujung ibu
tangkai daun terdapat satu anak daun tersendiri. Misalnya pada mawar (Rosa sp)
dan Aglaia odorata.
Daun majemuk menyirip berdasarkan posisi duduk anak daun pada ibu tangkai dan besar
kecilnya anak daun, dibedakan menjadi :
1. Daun majemuk menyirip dengan anak daun berpasang-pasangan. Anak daun pada ibu
tangkai duduk berhadap-hadapan.
2. Menyirip berseling. Anak daun pada ibu tangkai duduk berseling.
3. Menyirip berselang-seling. Anak daun pada ibu tangkai berselang seling pasangan anak
Daun majemuk menyirip ganda dapat dibedakan atas :
1. Daun majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun duduk pada cabang
tingkat satu dari ibu tangkai.
2. Daun majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak-anak daun duduk pada
cabang tingkat dua dari ibu tangakai.
3. Daun majemuk menyirip ganda empat, dan seterusnya.
Daun menyirip ganda dibedakan lagi atas :
1. Daun menyirip ganda dengan sempurna, yaitu jika tidak ada satu anak daun pun yang
duduk pada ibu tangkai (biasanya yang menyirip genap).
2. Daun menyirip ganda tidak sempurna, jika masih ada anak daun yang duduk langsung
pada ibu tangkainya (biasanya yang menyirip gasal).
Contoh-contoh :
 Daun majemuk menyirip genap ganda dua dengan sempurna : daun kembang merak
(Caesalpinia pucherima) dan daun lamtoro (Leucaena glauca)
 Daun majemuk menyirip gasal dua tidak sempurna : daun kirinyu (Sambucus javanica).
 Daun majemuk menyirip gasal rangkap tiga tidak sempurna : daun kelor (Moringa
oleifera).
Daun Majemuk Menjari (Palmatus atau Diginatus)
Daun majemuk menjari apabila semua anak daun tersusun memencar pada ujung ibu tangkai
seperti letaknya jari-jari pada tangan. Berdasarkan jumlah anak daunnya dibedakan menjadi :
1. Daun majemuk menjari beranak daun dua (bifoliolatus), jika pada ujung ibu tangkai
terdapat dua anak daun seperti pada daun nam-nam (Cynometra cauliflora).
2. Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), jika pada ujung ibu tangkai
terdapat tiga anak daun, misalnya pada daun para (Hevea brasiliensis)
3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), jika pada ujung ibu
tangkai terdapat lima anak daun, contohnya pada daun maman (Gynandropis pentaphilla)
4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), jika ada tujuh anak daun
pada ujung ibu tangkainya, contohnya pada daun randu (Ceiba pentandra).
5. Jika daun majemuk menjari mempunyai tujuh anak daun atau lebih, maka dikatakan
beranak daun banyak (polyfoliolatus).
6. Daun majemuk menjari yang bersifat ganda, misalnya daun majemuk menjari beranak
daun tiga ganda dua (biternatus), seperti pada daun Aegopodium sp.
Daun Majemuk Bangun Kaki (pedatus)
Daun ini mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi dua anak daun yang paling
pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya.
Daun Majemuk Campuran (dignitatus)
Daun majemuk campuran adalah daun majemuk ganda dengan cabang-cabang ibu tangkai
memencar seperti jari dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu
tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran
adalah gabungan dari daun majemuk menjari dan daun majemuk menyirip.

C. BAHAN

NO. BAHAN JUMLAH


1 Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 1
2 Daun mawar (Rossa sp.) 1
3 Daun para/karet (Hevea brassiliensis) 1
4 Daun putrimalu (Mimosa pudica) 1
5 Daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) 1
6 Daun katu (Saoropus androgynus) 1
7 Daun randu (Ceiba pentandra) 1
8 Daun jagung (Zea mays) 1
9 Daun pepaya (Carica papaya) 1
10 Daun palem (Palmae) 1

D. PROSEDUR KERJA

NO PROSEDUR KERJA
1 Amati ciri/sifat morfologi daun pada semua spesimen yang ada, dan tentukan daun
tunggal atau daun majemuk setiap spesimen daun tumbuhan yang diamati tersebut.
2 Inventarisasilah data hasil pengamatan tersebut dan catatlah ke dalam tabel di bawah.
3 Kemudian amati termasuk jenis daun majemuk atau tunggal jenis apakah setiap
spesimen daun tumbuhan yang diamati tersebut dan catatlah ke dalam tabel di bawah.
4 Diskusikan hasil pengamatan (diskusi dalam kelompok).
5 Komunikasikan hasil pengamatan pada saat responsi.

E. LAPORAN LKM

NO. JENIS DAUN DAUN JENIS DAUN


TUMBUHAN TUNGGAL MAJEMUK MAJEMUK/TUNGGAL
1 Daun jeruk nipis (Citrus ✓ Majemuk menyirip
aurantifolia) beranak satu
2 Daun mawar (Rossa sp.) ✓ Majemuk menyirip gasal
3 Daun para/karet (Hevea ✓ Majemuk menjari beranak
brassiliensis) daun 3 (Trifoliatus)
4 Daun putrimalu (Mimosa ✓ Majemuk campuran
pudica) (Digitatopinnatus)
5 Daun belimbing wuluh ✓ Majemuk menyirip
(Averrhoa bilimbi) dengan anak daun yang
berpasang-pasangan
6 Daun katu (Saoropus ✓ Tunggal menyirip
androgynus) (penninervis)
7 Daun randu ✓ Majemuk menjari beranak
(Ceiba pentandra) daun 7 (Septemfoliatus)
8 Daun jagung ✓ Sejajar/lurus (Rectinervis)
(Zea mays)
9 Daun pepaya ✓ Menjari (Palminervis)
(Carica papaya)
10 Daun palem (Palmae) ✓ Majemuk menyirip
dengan anak daun yang
berpasang-pasangan

F. PEMBAHASAN
1. Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel di atas, maka :
a. Perbedaan daun tunggal dan daun majemuk adalah :
1. Pada daun tunggal tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian daun saja, sedangkan
daun majemuk tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang tangkai ini
terdapat helaian daun, pada satu ibu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
Contohnya daun salam.
2. Pada daun tunggal daunnya gugur satu persatu, sedangkan pada daun majemuk
daunnya gugur serempak dalam 1 sistem percabangan majemuk.
3. Pada daun tunggal hanya ada 1 pertumbuhan helai daun, sedangkan pada daun
majemuk pertumbuhan anak daun banyak dan serempak dalam percabangan
4. Pada daun tunggal tangkai daun tidak bersendi, sedangkan pada daun majemuk
tangkai induk bersendi atau memiliki ruas cabang (rachis).
5. Pada daun tunggal kuncup terletak di ketiak tangkai daun (petilus), sedangkan pada
daun majemuk kuncup terletak di ketiak tangkai induk (petiolus communis)
b. Jenis-jenis daun majemuk/tunggal dari spesimen yang dimati adalah :
Jenis daun tunggal :
1. Tunggal menyirip (penninervis) pada daun katu (Saoropus androgynus).
2. Sejajar/lurus (Rectinervis) pada daun jagung (Zea mays)
3. Menjari (Palminervis) pada daun pepaya (Carica papaya)

Jenis daun majemuk:

1. menyirip beranak satu pada Daun jeruk nipis (Citrus aurantifolia)


2. menyirip gasal pada Daun mawar (Rossa sp.)
3. menjari beranak daun 3 (Trifoliatus) pada Daun para/karet (Hevea brassiliensis)
4. campuran (Digitatopinnatus) pada Daun putrimalu (Mimosa pudica)
5. menyirip dengan anak daun yang berpasang-pasangan pada Daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi) dan Daun palem (Palmae)
6. menjari beranak daun 7 (Septemfoliatus) pada Daun randu (Ceiba pentandra)

2. Catatan rangkuman tentang ciri morfologi dan jenis-jenis daun tunggal/majemuk dalam
bentuk peta konsep.

DAUN MAJEMUK
BAGIAN JENIS MAJEMUK MAJEMUK
DAUN DAUN MENYIRIP MENJARI

IBU TANGKAI MAJEMUK BERANAK BERANAK


DAUN MENYIRIP DAUN SATU DAUN DUA

TANGKAI MAJEMUK MENYIRIP BERANAK


ANAK DAUN MENJARI GENAP DAUN TIGA

BANGUN MENYIRIP BERANAK


ANAK DAUN GASAL DAUN LIMA
KAKI

ANAK DAUN BERANAK


UPIH DAUN CAMPURAN
BERPASANG DAUN TUJUH

MENYIRIP
BERSELING

BERSELANG-
SELING

1. GANDA DUA
2.GANDA TIGA

GANDA TIDAK
SEMPURNA
MENYIRIP

MENJARI

DAUN TUNGGAL JENIS

LURUS

MELENGKUNG

GUGUR SATU PERSATU

HANYA ADA 1
PERTUMBUHAN HELAI
DAUN

CIRI CIRI MEMILIKI 1 HELAI DAUN

TANGKAI DAUN TIDAK


BERSENDI

KUNCUP TERLETAK DI
TANGKAI DAUN
3. Gambar morfologi daun dari spesimen yang diamati pada buku laporan praktikum dan beri
keterangan gambar
F. KESIMPULAN
1. Daun tunggal memiliki ciri ciri yaitu daunnya gugur satu persatu, memiliki 1 helaian
daun, kuncup terletak di petilus, hanya ada 1 pertumbuhan helai daun, dan tangkai daun
tidak bersendi dan bercabang. Sedangkan pada daun majemuk memiliki ciri ciri yaitu
kuncup terletak di ketiak tangkai daun, memiliki satu atau lebih helaian daun, tangkai
induk bersendi atau memiliki ruas cabang, pertumbuhan anak daun banyak dan
serempak dalam percabangan, gugur serempak dalam 1 sistem percabangan daun
majemuk.
2. Jenis-jenis daun tunggal yaitu menyirip, menjari, lurus, dan melengkung. Sedangkan
jenis-jenis daun majemuk yaitu, menyirip, menjari, bangun kaki, dan campuran.
3. Perbedaan daun majemuk dan tunggal adalah pada daun tunggal tangkai daunnya hanya
terdapat satu helaian daun saja, daunnya gugur satu persatu, hanya ada 1 pertumbuhan
helai daun, tangkai daun tidak bersendi, kuncup terletak di ketiak tangkai daun (petilus).
Sedangkan pada daun majemuk tangkainya bercabang-cabang, dan baru pada cabang
tangkai ini terdapat helaian daun, pada satu tangkai ibu daun terdapat lebih dari satu
helaian daun, daunnya gugur serempak dalam 1sistem percabangan majemuk,
pertumbuhan anak daun banyak dan serempak dalam percabangan, tangkai ibu daun
bersendi dan memiliki ruas cabang (rachis), daun kuncup terletak di ketiak tangkai
induk (petiolus communis)
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoepomo, Gembong. 2013. Morfologi Tumbuhan. Yoyakarta : Gadjah Mada University


Press

Agustina, Lina, dan Rivky "ANALISIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM MORFOLOGI


TUMBUHAN MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UMS TAHUN AJARAN
2017/2018." EKSAKTA: Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA 4.1 (2019): 35-40.

Anda mungkin juga menyukai