Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MINI RISET

PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN

ANALISIS RUMUS BUNGA DAN DIAGRAM BUNGA TUMBUHAN


FAMILI SOLANACEAE/PAPILIONACEAE/MALVACEAE/
PALMAE/LILIACEAE/ANACARDIACEAE

OLEH:
ADE YESI YULIANA PURBA (4193220006)
AMNA KAMRAN BR. TARIGAN (4191220010)
M. D. PERMATASARI SIAHAAN (4193220008)
MELIA IVANA BR MUNTHE (4193520016)
SILVIA NAZELINA HASIBUAN (4193220031)
BIOLOGI NON DIK C 2019

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena anugerah-
Nya kami bisa menyelesaikan tugas Mini Riset untuk mata kuliah Praktkum Morfologi
Tumbuhan, dan kami bisa tepat waktu untuk menyelesaikan tugas ini sesuai dengan jadwal
dan waktu yang sudah ditentukan tanpa ada kendala yang berarti apapun.
Mini riset ini berisikan tentang rumus dan diagram bunga dari berbagai famili
tumbuh-tumbuhan yang berbeda. Namun, baik penyajian, susunan maupun detailnya jauh
berbeda dengan yang berada dibuku, karena ini merupakan hasil pengamatan kami terhadap
bunga-bunga yang kami amati. Sehingga ini merupakan hasil pengamatan dan data yang
kami dapatkan dengan bantuan buku Morfologi Tumbuhan serta literatur yang kami gunakan.
Kami ingin berterima kasih kepada bapak dan ibu dosen mata kuliah Morfologi
Tumbuhan, kakak dan abang asisten laboratorium praktikum Morfologi Tumbuhan serta
teman-teman yang telah membimbing kami sehingga Mini Riset ini dapat terselesaikan.
Kami sadar bahwa tugas ini memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami meminta maaf jika
ada kekurangan dan kesalahan dalam penulisan. Kami juga mengharapkan kritik dan saran
dalam tugas ini agar dilain waktu kami dapat membuat tugas dengan lebih baik lagi.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih, semoga apa yang kami kerjakan ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, 17 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
.1 Latar belakang Masalah

.2 Rumusan Masalah

.3 Tujuan Masalah
BAB II TINJUAN PUSTAKA
2.1 Diagram Bunga
2.2 Rumus Bunga
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan tempat
3.2 Jenis Penelitian
3.3 Alat dan Bahan
3.4 Prosedur Kerja
3. 5 Teknik Pengumpulan Data
3.6 Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
BAB V KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Bunga merupakan alat reproduksi seksual. Suatu bunga yang lengkap mempunyai
daun kelopak, daun mahkota, benang sari, putik, dan daun buah. Bunga terdiri atas bagian
yang fertil, yaitu benang sari dan daun buah, serta bagian yang steril yaitu daun kelopak dan
daun mahkota. Bunga merupakan sebagian dari cara reproduksi seksual yang menghasilkan
biji, dan akhirnya dari bijilah diperoleh tumbuhan baru (Tjitrosomo, 1983).
Bagian tumbuhan yang sering dideskripsikan adalah bunga. Dalam mendeskripsikan
bunga, selain dengan kata-kata, dapat ditambahkan dengan gambar-gambar yang melukiskan
bagian-bagian bunga atau berupa diagram bunga. Kecuali dengan diagram, susunan bunga
dapat dinyatakan dengan sebuah rumus yang terdiri atas lambang-lambang, huruf-huruf dan
angka-angka yang semua itu dapat memberikan gambaran mengenai berbagai sifat bunga
beserta bagian-bagiannya (Tjitrosoepomo, 1985).
Untuk memudahkan mengamati bagian-bagian bunga yang terdiri dari tangkai
bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla),
benang sari (stamen), dan putik (pistillum) secara singkat dapat ditulis dengan menggunakan
rumus bunga atau dengan diagram bunga untuk memudahkan kita dalam mengidentifikasi
suatu bunga.
Diagram bunga merupakan gambaran proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang
melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian lain
yang masih ada selain keempat bagian utama tersebut (Tjitrosoepomo, 1985).
Berdasarkan uraian diatas, maka dilaksanakanlah praktikum tentang Rumus dan
Diagram Bunga, agar kita dapat mengetahui secara jelas bagian-bagian bunga sehingga dapat
menentukan rumus dan diagram masing-masing bunga secara tepat dan jelas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana bunga ini simetri atau tidaknya dan bunga ini banci atau tidak ?
2. Bagaimana rumus bunga dan diagram bunga dari famili malvaceae, solanaceae, liliceae,
rutaceae, dan papilionaceae dan malvaceae?

1.3 Tujuan Masalah


1. Mengidentifikasi simetris bunga pada spesimen.
2. Mengidentifikasi jenis kelamin bunga pada spesimen.
3. Mengidentifikasi bagian-bagian bunga dan posisinya pada bunga.
4. Menentukan rumus bunga.
5. Menentukan diagram bunga.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diagram Bunga
Diagram bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang. Jadi pada diagram itu digambarkan penampang-penampang
melintang daun kelopak, mahkota bunga, benang sari, dan putik, juga bagian-bagian bunga
lainnya jika masih ada. Dari diagram bunga itu selanjutnya dapat diketahui juga jumlah
masing-masing bagian bunga tadi bagaimana letak bunga dan susunannya antara satu dengan
yang lain (Tjitrosoepomo, 1985).
Jika kita hendak membuat diagram bunga, kita harus memperhatikan hal-hal berikut
(Tjitrosoepomo, 1985):
a. Letak bunga pada tumbuhan. Dalam hubungannya dengan perencanaan suatu
diagram, kita hanya membedakan dua macam letak bunga:
1. bunga pada ujung batang atau cabang (flos terminalis),
2. bunga yang terdapat dalam ketiak daun (flos terminalis).
b. Bagian-bagian bunga yang akan kita buat diagram tadi tersusun dalam berapa
lingkaran.
Pada lingkaran-lingkarannya sendiri berturut-turut dari luar ke dalam digambar daun-
daun kelopak, daun-daun tajuk, benang sari, dan yang terakhir penampang melintang bakal
buah. Dengan demikian kita dapat membedakan dua macam diagram bunga (Tjitrosoepomo,
1985):
a. diagram bunga empirik, yaitu diagram bunga yang hanya membuat bagian-bagian
bunga yang benar-benar ada,
b. diagram teoritik, yaitu diagram bunga yang selain menggambarkan bagian-bagian
bunga yang sesungguhnya, dan juga memuat bagian-bagian yang sudah tidak ada
lagi.
2.2. Rumus Bunga
Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota, organ-organ reproduktifnya, dan simetrinya
(Rosanti, 2013).
Lambang-lambang yang dipakai dalam rumus bunga memberitahukan sifat bunga yang
bertalian dengan simetrinya atau jenis kelaminnya, huruf-huruf merupakan singkatan nama
bagian-bagian bunga. Disamping itu masih terdapat lambang-lambang lain lagi yang
memperlihatkan hubungan bagian-bagian bunga satu sama lain (Tjitrosoepomo, 1985).
Menurut Rosanti (2013), secara berturut-turut, pembuatan rumus bunga adalah sebagai
berikut:
1. Kelamin Bunga
Kelamin bunga tersebut yang ditunjukkan oleh organ reproduktifnya. Jika bunga
tersebut memiliki putik sekaligus benang sari maka bunga tersebut termasuk bunga banci
(hemaphrodite) dilambangkan dengan ♀, jika bunga tersebut hanya memiliki putik maka
bunga tersebut termasuk bunga betina, dilambangkan dengan ♀. jika bunga hanya
memiliki benang sari saja maka disebut bunga jantan, dilambangkan dengan ♂ (Rosanti,
2013).
2. Menentukan Simetri Bunga
Simetri adalah sifat suatu benda atau badan yang juga biasa disebut untuk bagian-
bagian tubuh tumbuhan (batang, daun, maupun bunga), jika benda tadi oleh sebuah
bidang dapat dibagi menjadi dua bagian, sedemikian rupa, sehingga kedua bagian itu
saling menutupi. Dapat pula dikatakan bidang pemisah tadi merupakan sebuah cermin
datar dan bagian yang satu merupakan bayangan cermin bagian yang lainnya. Bidang
yang dapat dibuat untuk memisahkan suatu benda dalam dua bagian yang satu sama lain
merupakan bayangannya dalam cermin datar tadi, dinamakan bidang simetri
(Tjitrosoepomo, 1985).
Macam-macam simetri pada bunga yaitu: (Tjitrosomo, 1983)
a. Asimetris atau tidak simetris, jika pada bunga tidak dapat dibuat satu bidang
simetri dengan jalan apapun juga, misalnya bunga tasbih (Canna hybrida Hort).
b. Setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), jika pada bunga hanya
dapat di buat satu bidang simetri saja yang membagi bunga tadi menjadi dua
bagian yang setangkup. Sifat ini biasanya ditunjukkan dengan lambang ↑ (anak
panah).
c. Setangkup menurut dua bidang (bilateral simetris atau disimetris), dapat pula
dikatakan setangkup ganda, yaitu bunga yang dapat dijadikan dua bagian yang
setangkup menurut dua bidang simetri yang tegak lurus satu sama lain, misalnya
bunga lobak (Raphanus sativus L).
d. Beraturan atau bersimetri banyak (polysimetris, regularis, atau actinomorphus),
yaitu jika dapat dibuat banyak bidang simetri untuk membagi bunga itu dalam
dua bagiannya yang setangkup, misalnya pada bunga lili gereja (Lilium
longiflorum Thunb) bunga yang beraturan seringkali ditunjukkan dengan lambang
* (bintang).
3. Menghitung Jumlah Kelopak Bunga.
Kelopak bunga dilambangkan dengan huruf “K” dari kata calyx atau huruf “S” dari
kata sepalae. Jika kelopak dan mahkota sama, baik bentuk maupun warnanya, kita lalu
mempergunakan huruf lain untuk menyatakan bagian tersebut, yaiut huruf P singkatan
kata perigonium (tenda bunga). Sebagai contoh jika jumlah daun kelopak berjumlah 3
saling berdekatan maka ditulis “K (3)”, jika daun kelopak berjumlah 3 tidak saling
berdekatan maka ditulis “K 3” (Rosanti, 2013).
4. Menghitung Jumlah Daun-Daun Mahkota
Mahkota dinyatakan dengan huruf C singkatan kata corolla atau huruf “P” dari kata
petalae. Sebagai contoh, jika daun mahkota berjumlah 5 saling berdekatan maka ditulis
“C (5)” atau “P (5)”. Jika jumlah daun mahkota berjumlah 5 tidak saling berdekatan maka
ditulis “C 5” atau “P 5” (Rosanti, 2013).
Jika mahkota bunga tersusun dalam 2 sampai 3 lingkaran, maka harus dihitung
jumlah mahkota dalam lingkaran terluar dahulu baru kedalam. Jika jumlah daun mahkota
banyak maka dianggap memiliki jumlah yang tidak terbatas sehingga ditulis “∞”(Rosanti,
2013).
5. Menghitung Jumlah Benang Sari
Benang-benang sari yang dinyatakan dengan huruf A singkatan kata androecium
(istilah ilmiah untuk alat-alat jantan pada bunga). Setiap benang sari memiliki kepala sari
(anthera) yang mengandung banyak serbuk sari. Kepala sari ini terkumpul menjadi satu
dalam satu tangkai sari. Jumlah kepala sari inilah yang menjadi penentu jumlah A
(Rosanti, 2013).
6. Menghitung Jumlah Putik
Putik yang dinyatakan dengan huruf G singkatan kata gymnaecium (istilah untuk alat
betina pada bunga) (Tjitrosoepomo, 1995). Setiap putik memiliki kepala putik (stigma)
yang mengandung banyak daun buah, kepala putik tersusun menjadi satu dalam tangkai
putik, jumlah kepala putik inilah yang menjadi penentu jumlah G (Rosanti, 2013).
Dalam perhitungan putik, harus diperhitungkan pula kedudukan bakal buahnya. Jika
bakal buah menumpang (superus), jika bakal buah duduk diatas dasar bunga, maka
simbol huruf G harus digaris bawah. Jika kedudukan bakal buahnya setengah tenggelam
(hemi inferus) dan pada dasar bunga yang cekung, maka dibawah simbol hutuf G tidak
perlu diberi simbol tambahan. Jika kedudukan bakal buah tenggelam (inferus) maka
diatas simbol huruf G diberi tanda garis (Rosanti, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, 04 November 2019 pada pukul
15.30 WIB hingga selesai. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Negeri Medan (UNIMED).

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif eksploratif dengan pendekatanexpose facto,
karena bertujuan menggambarkan keadaan atas fenomena yang terjadidi lapangan. Menurut
Suharsimi Arikunto (2010: 3) penelitian deskriptif adalahsuatu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan atau memaparkan sesuatuhal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa,
kegiatan dan lain-lain. SuharsimiArikunto (2010: 14) mengemukakan bahwa penelitian
eksploratif adalah penelitianyang berusaha menggali pengetahuan baru untuk mengetahui suatu
permasalahan.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakanpendekatan
kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuanmendeskripsikan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat-sifatpopulasi atau wilayah tertentu.
Menurut Sugiyono (2007: 14) metode penelitian kualitatif adalah metodepenelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti kondisi obyek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.Teknik pengumpulan data dengan
trianggulasi (gabungan), analisis databersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan maknadari pada generalisasi.Penelitian ini berusaha menggambarkan atau
mengetahui tingkat kesamaan atau keidaksamaan antara spesies tumbuhan yang termasuk dalam
satu family apakah mereka memiliki diagram serta rumus bunga yang sama atau berbeda.

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
1. Alat tulis
2. Mistar
3. Kertas HVS
3.3.2 Bahan
 Bunga dari spesies tumbuhan Solanaceae
 Bunga dari spesies tumbuhan Papilionaceae
 Bunga dari spesies tumbuhan Malvaceae
 Bunga dari spesies tumbuhan Palmae
 Bunga dari spesies tumbuhan Liliacecae
 Bunga dari spesies tumbuhan Anacardiaceae
NO BAHAN FAMILI
1 Mimosa pudica Fabaceae
2 Caesalpinia Fabaceae
pulcherrima
3 Erytrina variegate Fabaceae
4 Hibiscus Malvaceae
rosasinensis
5 Hibiscus tiliaceus Malvaceae
6 Brugmansia arborea Malvaceae
7 Solanum torvum Solanaceae
8 Solanum melongata Solanaceae
9 Capsicum frutescens Solanaceae

3.4 Prosedur Kerja


1. Memilih 3 kelompok tumbuhan dari 6 kelompok tumbuhan yang ada.
2. Mengidentifikasi kondisi simetri bunga.
3. Mengidentifikasi jenis kelamin bunga.
4. Mengidentifikasi perhiasan bunga (kaliks, kolora atau perinogium), meliputi
jumlah dan posisinya di bunga tersebut.
5. Mengidentifikasi stamen (benang sari), meliputi jumlah dan posisinya di bunga
tersebut.
6. Mengidentifikasi putik, meliputi jumlah dan posisinya di bunga tersebut.
7. Menginventasisasi semua data ciri morfologi bunga dan mencatatnya.
8. Menentukan rumus dan diagram bunga masing-masing spesies.
9. Menganalisis rumus/diagram bunga dari spesies-spesies pada famili tumbuhan
yang berbeda.
10. Mendiskusikan hasil pengamatan.

3. 5 Teknik Pengumpulan Data


Adapun data yang kami peroleh dikumpulkan dengan cara pengamatan secara langsung pada
objek yang dikaji dalam hal ini berupa 2 jenis spesies bunga anggota yang termasuk famili
papilionaseae,malvaceae,solanaceae,liliceae, rutaceae dan palmae ( observasi langsung ).

3.6 Analisis Data


Data penelitian mini riset kami ini dikumpulkan dengan menggunakan perbandingan gambar
literatur.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan
4.1 HASIL

1. Tabel Hasil Pengamatan Ciri Morfologi Bunga Untuk Penentuan Rumus Dan Diagram
Bunga

Spesies Simetr Kela Kaliks Korola Benang Putik


i min Sari
Bunga Bun
ga Jl Kondisi Jlh Kondisi Jlh Kondisi Jlh Kondisi
h

Mimosa Simetr Bun 5 Berlepasa ~ Berlepasan 10 Berlepa 1 Menumpang


pudica i ga n san
banyak banc
i

Caesalp Simetr Bun 5 Berlekata 5 Berlepasan 5 Berlepa 1 Menumpang


inia i ga n san
pulcherr banyak banc
ima i

Erytrina Simetr Bun 5 Berlekata 5 Berlepasan 10 Berlekat 1 Menumpang


variegat i ga n an
a tungga banc
l i

Hibiscu Simetr Bun 5 Berlekata 5 Berlepasan ~ Saling 5 Menumpang


s i ga n lepas
rosasine banyak banc
nsis i

Hibiscu Simetr Bun 5 Berlekata 5 Berlekatan ~ Berlekat 5 Menumpang


s i ga n an
tiliaceus banyak banc
i
Brugma Simetr Bun 5 Berlepasa 5 Berlepasan 5 Berlepa 1 Berlekatan
nsia i ga n san
arborea banyak banc
i

Solanu Simetr Bun 5 Berlekata 5 Berlepasan 5 Berlepa 1 -


m i ga n san
vortum tungga banc
l i

Solanu Simetr Bun 5 Berlepasa 5 Berlepasan 5 Berlepa 2 -


m i ga n san
melonga banyak banc
ta i

Capsicu Simetr Bun 5 Berlepasa 5 Berlekatan 3 Berlepa 1 Menumpang


m i ga n san
frutesce tungga banc
ns l i

2. Tabel Penentuan Rumus Bunga

NO FAMILI SPESIES RUMUS GAMBAR DIGRAM BUNGA


BUNGA

1 Fabaceae Mimosa ☿* K5, C~,


pudica A10, G 1

Gambar 1. Diagram mimosa pudica


2 Fabaceae Caesalpinia ☿* K (5), C5,
pulcherrima A5, G1

Gambar 2. Diagram bunga caesalpinia


pulcherrima

3 Fabaceae Erytrina ☿↑ K(5), C5,


variegate A (10), G 1

Gambar 3. Diagram bunga erytrina


variegata
4 Malvaceae Hibiscus ☿↑ K(5), C5,
rosasinensis A ~, G 5

Gambar 4. Diagram bunga hibiscus


rosasinensis
5 Malvaceae Hibiscus ☿* K (5), [C
tiliaceus 5, A (~)], G
(5)

Gambar 5. Diagram bunga hibiscus tiliaceus

6 Malvaceae Brugmansia ☿* K 5, C5,


arborea A5, G (1)

Gambar 6. Diagram bunga brugmansia


arborea
7 Solanaceae Solanum ☿↑ K(5), C5,
vortum A 5, G1
Gambar 7. Diagram bun

ga solanum vortum
8 Solanaceae Solanum ☿* K 5, C5,
melongata A5, G2

Gambar 8. Diagram bunga solanum


melongata
9 Solanaceae Capsicum ☿↑ K 5, C (5),
frutescens A 5, G 1

Gambar 9. Diagram bunga capsicum


frutescens

4.2 Pembahasan
Salah satu gambar yang melukiskan keadaan bunga dan bagian-bagiannya adalah diagram bunga.
Yang dinamakan bagian bunga adalah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua
bagian bunga yang dipotong melintang, jadi pada diagram itu digambarkan penampang-
penampang melintang daun-daun kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, dan juga bagian
bunga lainnya. Disamping keempat bagian pokok tadi, perlu diperhatikan bahwa lazimnya dari
daun-daun kelopak dan tajuk bunga digambar penampang melintang bagian tengah-tengahnya.
Sedangkan dari benang sari digambar penampang melintang bakal buahnya.
Bagian-bagian bunga juga bermacam – macam, bunga tunggal terdiri atas tangkai bunga
(pedicellus), dasar bunga(receptaculum), kelopak (calyx), mahkota (corolla), benang sari
(stamen), dan putik (pistillum). Bagian-bagian bunga majemuk terdiri atas ibu tangkai bunga
(pedunculus), daun pelindung (bractea), daun tangkai (bracteola), tangkai daun (pedicellus), dan
bunga (flos).
Pada bunga Mimosa pudica memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlepasan
Memiliki mahkota yang tak terhingga dan berlepasan
Memiliki 10 benang sari yang berlepasan
Memiliki 1 putik yang menumpang
Pada bunga Caesalpinia pulcherrima memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlekatan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki 5 benang sari yang berlepasan
Memiliki 1 putik yang menumpang
Pada bunga Erytrina variegata memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri tunggal
Memiliki 5 kelopak yang berlekatan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki 10 benang sari yang berlekatan
Memiliki 1 putik yang menumpang
Pada bunga Hibiscus rosasinensis memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlekatan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki benang sari tak terhingga yang berlepasan
Memiliki 5 putik yang menumpang
Pada bunga Hibiscus tiliaceus memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlekatan
Memiliki 5 mahkota yang berlekatan
Memiliki benang sari tak terhingga yang berlekatan
Memiliki 5 putik yang menumpang berlekatan
Pada bunga Brugmansia arbarea memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlepasan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki 5 benang sari yang berlepasan
Memiliki 1 putik yang berlekatan
Pada bunga Solanum vortum memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri tunggal
Memiliki 5 kelopak yang berlekatan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki 5 benang sari yang berlepasan
Memiliki 1 putik
Pada bunga Solanum melongata memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri banyak
Memiliki 5 kelopak yang berlepasan
Memiliki 5 mahkota yang berlepasan
Memiliki 5 benang sari yang berlepasan
Memiliki 2 putik
Pada bunga Capsicum fructescens memiliki :
Bunga ini memiliki jenis kelamin banci
Bersimetri tunggal
Memiliki 5 kelopak yang berlepasan
Memiliki 5 mahkota yang berlekatan
Memiliki 3 benang sari yang berlepasan
Memiliki 1 putik menumpang
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Simetris pada bunga ada beberapa macam, yaitu asimetris atau tidak simetris,
setangkup tunggal (monosimetris atau zygomorphus), setangkup menurut dua bidang
(bilateral simetris), beraturan atau simetri banyak (polysimetris).
2. Jenis kelami bunga dibedakan menjadi, bunga banci atau berkelamin dua
(hermaphroditus),bunga berkelamin tunggal (unisexualis) yaitu bunga jantan (flos
masculus), bunga betina (flos femineus), dan bunga mandul atau tidak berkelamin.
3. Rumus bunga merupakan gambaran tentang keadaan suatu bunga. Rumus bunga
menunjukkan keadaan kelopak bunga, mahkota, organ-organ reproduktifnya, dan
simetrinya.
4. Diagram bunga ialah suatu gambar proyeksi pada bidang datar dari semua bagian
bunga yang dipotong melintang.
DAFTAR PUSTAKA
Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.

Tjitrosomo, S., S, dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa.

LAMPIRAN

NO FAMILI SPESIES RUMUS GAMBAR DIGRAM BUNGA


BUNGA
1 Fabaceae Mimosa ☿* K5, C~,
pudica A10, G 1

Gambar 1. Diagram mimosa pudica

2 Fabaceae Caesalpinia ☿* K (5), C5,


pulcherrima A5, G1

Gambar 2. Diagram bunga caesalpinia


pulcherrima

3 Fabaceae Erytrina ☿↑ K(5), C5,


variegate A (10), G 1

Gambar 3. Diagram bunga erytrina


variegata
4 Malvaceae Hibiscus ☿↑ K(5), C5,
rosasinensis A ~, G 5

Gambar 4. Diagram bunga hibiscus


rosasinensis
5 Malvaceae Hibiscus ☿* K (5), [C
tiliaceus 5, A (~)], G (5)

Gambar 5. Diagram bunga hibiscus tiliaceus

6 Malvaceae Brugmansia ☿* K 5, C5,


arborea A5, G (1)

Gambar 6. Diagram bunga brugmansia


arborea
7 Solanaceae Solanum ☿↑ K(5), C5,
vortum A 5, G1

Gambar 7. Diagram bunga solanum vortum


8 Solanaceae Solanum ☿* K 5, C5,
melongata A5, G2

Gambar 8. Diagram bunga solanum


melongata
9 Solanaceae Capsicum ☿↑ K 5, C (5),
frutescens A 5, G 1

Gambar 9. Diagram bunga capsicum


frutescens

Anda mungkin juga menyukai