I
Pisces
Tujuan:
1. Mengamati morfologi ikan Chondrichthyes dan Osteichthyes
2. Mempelajari morfometrik dan meristik ikan Chondrichthyes dan
Osteichthyes
3. Mengidentifikasi beberapa spesies ikan dengan kunci determinasi
4. Mempelajari hubungan kekerabatan fenetik kualitatif
Alat dan bahan:
1. 10 spesies ikan (hiu, pari, mas, belut, gabus, lele, tegang ekor, nila,
mujair dan gurami)
2. Penggaris/ meteran
3. Bak preparat
Kegiatan I
Chondrichthyes
Cara Kerja :
1. Ambil ikan hiu, letakkan di atas bak preparat. Bagian kepala berada di
sebelah kiri. Fotolah ikan hiu, jangan lupa menggunakan skala!
2. Amati ciri‐ciri morfologi ikan hiu, temukan bagian‐bagian yang terdapat
pada Gambar 1.1, kemudian gambar dan lengkapi dengan keterangan!
3. Tuliskan klasifikasi dan deskripsi spesiesnya!
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 1
Gambar 1.1. Morfologi Ikan Cucut (Rahmat 2011)
4. Ukurlah 31 karakter morfometrik ikan hiu (Gambar 1.2 dan 1.3)!
a. TL = total length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong
mulut sampai ujung ekor atas (panjang total) (Gambar 1.2).
b. FL = fork length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong
mulut sampai pangkal cabang ekor (panjang cagak) (Gambar 1.2).
c. SL = precaudal length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai ujung gurat sisi (panjang standar)
(Gambar 1.2).
d. PD2 = pre second dorsal length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai pangkal bagian depan sirip punggung
belakang (Gambar 1.2).
e. PD1 = pre first dorsal length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai pangkal bagian depan sirip punggung
depan (Gambar 1.2).
f. HL = head length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong
mulut sampai bagian ujung celah insang belakang (Gambar 1.2).
g. PGI = prebranchial length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai bagian depan celah insang depan
(Gambar 1.2).
h. PSP = prespiracular length diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai spirakel (Gambar 1.2).
i. POB = preorbital length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai ujung bagian depan mata (Gambar 1.2).
j. PP1 = prepectoral length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai depan celah insang bagian depan
(Gambar 1.2).
2 | Elida Hafni Siregar, dkk.
k. PP2 = prepelvic length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai depan sirip perut bagian depan (Gambar
1.2).
l. SVL = snout vent length, diukur mulai dari bagian terdepan
moncong mulut sampai bagian tengah sirip perut tengah
(Gambar 1.2).
m. PAL = preanal length, diukur mulai dari bagian terdepan moncong
mulut sampai pangkal bagian depan sirip perut belakang
(Gambar 1.2).
n. IDS = interdorsal space, diukur mulai dari bagian pangkal belakang
sirip punggung depan sampai pangkal bagian depan sirip
punggung belakang (Gambar 1.2).
o. DCS = dorsal caudal space, diukur mulai dari bagian pangkal
belakang sirip punggung belakang sampai pangkal depan bagian
ekor atas (Gambar 1.2).
p. PPS = pectoral pelvic space, diukur mulai dari bagian pangkal
belakang sirip perut depan sampai bagian pangkal depan sirip
perut tengah (Gambar 1.2).
q. PAS = pelvic anal space, diukur mulai dari bagian pangkal belakang
sirip perut tengah sampai bagian pangkal depan sirip perut
belakang (Gambar 1.2).
r. ACS = anal caudal space, diukur mulai dari bagian pangkal
belakang sirip perut belakang sampai bagian pangkal depan ekor
bawah (Gambar 1.2).
s. PCA = pelvic caudal space, diukur mulai dari bagian pangkal
belakang sirip perut tengah sampai bagian pangkal depan ekor
bawah (Gambar 1.2).
t. VCL = vent caudal length, diukur mulai dari bagian tengah sirip
perut tengah sampai ujung ekor atas (Gambar 1.2).
u. CLO = clasper outer length, diukur mulai dari bagian pangkal luar
sirip perut tengah sampai ujung clasper (Gambar 1.3A).
v. CLI = clasper inner length, diukur mulai dari bagian pangkal dalam
sirip perut tengah sampai ujung clasper (Gambar 1.3A).
w. CLB = clasper base width, diukur mulai dari bagian atas sisi clasper
sampai bagian bawah sisi clasper (Gambar 1.3A).
x. DIB = first dorsal base, diukur mulai dari bagian pangkal depan
sirip punggung sampai bagian pangkal belakang sirip punggung
(Gambar 1.3B).
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 3
y. DIA = first dorsal anterior margin, diukur mulai dari bagian
pangkal depan sirip punggung sampai bagian ujung atas sirip
punggung (Gambar 1.3B).
z. DIP = first dorsal pasterior margin, diukur mulai dari bagian ujung
atas sirip punggung sampai bagian ujung bawah sirip punggung
(Gambar 1.3B).
aa. DIH = first dorsal hight, diukur mulai dari bagian ujung badan atas
sampai bagian ujung atas sirip punggung (Gambar 1.3B)
bb. PIB = pectoral base, diukur mulai dari bagian pangkal depan sirip
dada sampai bagian pangkal belakang sirip dada (Gambar 1.3C).
cc. PIA = pectoral anterior margin, diukur mulai dari bagian pangkal
depan sirip dada sampai bagian ujung bawah sirip dada (Gambar
1.3C).
dd. PIH = pectoral height, diukur mulai dari bagian pangkal belakang
sirip dada sampai bagian ujung bawah sirip dada (Gambar 1.3C).
ee. PIP = pectoral posterior margin, diukur mulai dari bagian ujung
atas sirip dada sampai bagian ujung bawah sirip dada (Gambar
1.3C)
Gambar 1.2. Karakter Ikan Hiu yang Diukur dalam Morfometrik (Rahmat,2011)
4 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Gambar 1.3. Karakter clasper (A), sirip punggung (B), dan sirip dada (C) ikan Hiu yang diukur
dalam morfometri (Rahmat 2011)
5. Identifikasilah ikan hiu berdasarkan kunci determinasi di bawah ini!
Kunci Identifikasi Famili (Ordo: Lamniformes; kelompok ikan hiu)
1a. Sirip dorsal sebuah …………….…………………….. Scyliorhinidae
1b. Sirip dorsal dua buah …… ………………………………………... 2
2a. Setidak‐tidaknya setengah dari dasar sirip dorsal pertama terletak
posterior dari permulaan sirip ventral ……………………………... 3
2b. Dasar sirip dorsal pertama berakhir pada posisi di atas atau anterior
sirip ventral ..………………………………………………………... 4
3a. Tiap lubang hidung dihubungkan oleh alur dalam dengan mulut
.………….………………................….…………........ Orectolobidae
3b. Lubang hidung tidak dihubungkan oleh alur dalam dengan mulut
…………...…….......……………....................…...…..…. Sciliorhidae
4a. Kepala berbentuk huruf T ………….........……….…...… Sphyrinidae
4b. Kepala biasa, normal (tidak berbentuk huruf T) …... Galeorhinidae
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 5
Apabila ikan hiu yang diidentifikasi merupakan Famili Galeorhinidae,
maka dapat dilanjutkan hingga ke tingkat spesies. Namun, jika famili
ikan hiu yang diidentifikasi bukan Galeorhinidae maka dihentikan
sampai tingkat famili saja.
Kunci Identifikasi Spesies (dari Famili: Galeorhinidae)
1a. Terdapat spiraculum …………………………………..….....….… 2
1b. Tanpa spiraculum …………………………………….......….……. 3
2a. Terdapat takik di sisi atas pangkal ekor …...…... Galeocerda cuvieri
2b. Tidak ada takik seperti itu …………...…......…...... Mutelus manazo
3a. Gigi bertepi rata ……………..….……........... Scoliodon sorrakowah
3b. Gigi bertepi gerigi ….…….............….……..... Eulamia melanoptera
6. Ulangi langkah 1‐4 pada ikan pari!
7. Ukurlah bagian‐bagian tubuh (morfometrik) pada ikan pari berdasarkan
15 karakter di bawah ini :
a. Panjang total (PT), diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir
(premaxillae) hingga ujung ekor.
b. Lebar badan (LB), diukur mulai jarak badan bagian kiri dan kanan yang
paling lebar.
c. Panjang badan (PB), diukur mulai dari bagian terdepan moncong
hingga permulaan sirip dubur.
d. Panjang pre orbital (PPO), diukur mulai dari bagian terdepan mocong
hingga ujung bagian depan mata.
e. Jarak inter orbital (JIO), diukur jarak antara dua bola mata pada
rongga mata terluar.
f. Jarak pre spirakel (JPS), diukur mulai dari bagian terdepan moncong
hingga spirakel.
g. Jarak pre narial (JPN), diukur mulai dari bagian terdepan moncong
hingga hidung.
h. Jarak inter narial (JIN), diukur jarak antara rongga hidung.
i. Jarak pre oral (JPO), diukur mulai dari bagian terdepan moncong
hingga mulut.
j. Lebar mulut (LM), diukur mulai dari ujung kiri hingga ujung kanan
bibir mulut.
6 | Elida Hafni Siregar, dkk.
k. Panjang ekor (PE), diukur mulai pangkal ekor hingga ujung ekor
(Serena, 2005).
l. JMP= Jarak dari ujung moncong ke pembukaan celah insang pertama
m. JML= Jarak dari ujung moncong ke pembukaan celah insang ke lima
n. JMK= Jarak dari ujung moncong ke kloaka
o. JKE= Jarak dari kloaka ke ujung ekor
Gambar 1.4. Bagian Dorsal dan Ventral Ikan Pari (Serena 2005)
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 7
8. Identifikasi ikan pari berdasarkan kunci determinasi di bawah ini!
Kunci Identifikasi Famili (Ordo: Rajiformes; ikan‐ikan pari)
1a. Discus sempit dan memanjang …...………………...…....……….. 2
1b. Discus lebar membulat atau angular (bersudut) ……....………… 3
2a. Moncong memanjang seperti gergaji …….……..……….. Pristidae
2b. Moncong normal, biasa ……........…..…….….……… Rhinobatidae
3a. Pada badan terdapat alat listrik besar ..……..…….… Orpedimidae
3b. Tidak seperti di atas (tidak seperti 3a) ….............................……… 4
4a. Tonjolan seperti tanduk terdapat pada setiap sisi moncong
…………………………………………………………..... Mobulidae
4b. Tidak seperti di atas …………………………………………..……. 5
5a. Kepala jelas menonjol dari sirip dada ..….……..…...… Aetobatidae
5b. Kepala tidak jelas menonjol seperti itu ……….....……... Dasyatidae
Apabila ikan pari yang diidentifikasi merupakan Famili Dasyatidae,
maka dapat dilanjutkan hingga ke tingkat spesies. Namun, jika famili
ikan pari yang diidentifikasi bukan Dasyatidae maka dihentikan sampai
tingkat famili saja.
Kunci Identifikasi Spesies (dari Famili: Dasyatidae)
1a. Lebar discus separuh dari panjangnya; ekor pendek, lebih pendek
dari ukuran panjang badannya ………………..…..……………….. 2
1b. Tidak seperti di atas ………...………………..…………………….. 3
2a. Ekor hampir sama panjang dengan panjang discus
…..................................................………………. Gymnura poecilum
2b. Ekor kurang dari setengah panjang discus ….…... Gymnura micrura
3a. Tidak ada duri bergigi pada ekor ..................… Uropymnus africanus
3b. Paling tidak ada satu spina bergigi pada ekor ……………….…… 4
4a Terdapat lipatan kulit pada sisi ventral atau dan pada ekor ........... 5
4b. Tidak seperti di atas ...… Dasyatis narnak (ikan pare = cucut gergaji)
5a. Terdapat lipatan kulit pada sisi ventral maupun sisi dorsal …....… 6
5b. Hanya terdapat lipatan kulit pada sisi ventral ekor
………………………………………………………. Dasyatis sephen
6a. Lembar kulit terdapat pada dasar mulut ………………………..… 7
6b Tidak seperti di atas ………..….………………...…… Dasyatis zugei
7a. Ekor lebih panjang dari pada panjang discus ………... Dasyatis kuhli
7b. Tidak seperti di atas ………………...…………….. Dasyatis ibricatus
8 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Kegiatan 2
OSTEICHTHYES
Cara Kerja :
1. Ambil ikan mas, letakkan di atas bak preparat. Bagian kepala berada
di sebelah kiri. Fotolah ikan mas, jangan lupa menggunakan skala!
2. Amati ciri‐ciri morfologi ikan mas, temukan bagian‐bagian yang ada
pada Gambar 1.5!
3. Tuliskan klasifikasi dan deskripsi spesiesnya!
Gambar 1.5. Bagian‐bagian Tubuh Ikan (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan Gambar:
A : Anal
C : Caudal
D1 : Dorsal 1
D2 : Dorsal 2
V : Ventral
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 9
4. Amati bagian‐bagian yang terdapat pada kepala!
Gambar 1.6. Bagian‐bagian kepala ikan (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan gambar:
Kepala berjari‐jari lunak:
A. Mulut
B. Tulang rahang atas depan
C. Tulang rahang atas
D. Lubang hidung
E. Tengkuk
F. Keping tutup insang
G. Keping tutup insang bawah
H. Tulang‐tulang tambahan
I. Keping tutup insang antara
J. Keping tutup insang depan
Kepala berjari‐jari keras:
A. Pangkal kepala
B. Keping tutup insang depan
C. Keping tutup insang
D. Keping tutup insang bawah
E. Keping tutup insang antara
F. Tulang‐tulang tambahan
10 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Gambar 1.7. Macam‐macam Bentuk Mulut (Pratomo & Rosadi, 2010)
Gambar 1.8. Macam‐macam Letak Sungut (Pratomo & Rosadi, 2010)
5. Amati bagian badan, perhatikan letak sirip dorsal, sirip pektoral, sirip
ventral, dan sirip anal. Amati juga garis rusuk tunggal yang disebut
gurat sisi (linea lateralis)!
6. Hitunglah jumlah jari‐jari sirip Dorsal, Pectoral, Ventral, Anal, dan
Caudal!
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 11
Cara menghitungnya:
Setiap sirip dibangun oleh jari‐jari sirip, yang dapat dibedakan atas
jari‐jari keras dan jari‐jari lunak.
Jari‐jari keras disusun dari bahan tulang, bersifat keras, tidak
dapat dibengkokkan, pejal, tidak berbuku‐buku, berupa
bangunan, seperti duri‐duri atau patil.
Jari‐jari lunak warnanya agak bening seperti tulang rawan,
berbuku‐buku, bercabang, dan dapat dibengkokan. Jari‐jari lunak
ini mungkin sebagian mengeras dan salah satu sisinya bergerigi.
Jumlah jari‐jari lunak pada tiap sirip, hanya dihitung pangkal‐
pangkalnya saja.
Untuk menghitung jumlah jari‐jari sirip lunak, jari‐jari itu
dibedakan atas jari‐jari pokok dan jari‐jari bercabang.
Jari‐jari pokok adalah jari‐jari lunak atau jari‐jari lemah yang
mengeras, tidak bercabang.
Jari‐jari bercabang adalah jari‐jari lunak yang memang bercabang.
Pada waktu menghitung jumlah jari‐jari tak bercabang, perlu
diingat bahwa satu jari tak bercabang itu dipandang sebagai jari‐
jari bercabang.
Jari‐jari sirip berpasangan:
Dihitung semua jari‐jarinya termasuk yang terkecil
Untuk sirip perut, jari‐jari kecil tidak dihitung.
Pada sirip punggung dan sirip dubur, dua jari‐jari terakhir dihitung
sebagai satu jari‐jari, jadi sebagai satu jari‐jari pokok. Jari‐jari
pokok terakhir tersebut seringkali berlekatan sebagai dua jari
yang berdekatan.
Pada sirip ekor, rumus sirip itu menggambarkan jumlah jari‐jari
pokok. Pada ikan yang jari‐jari sirip ekornya bercabang maka
jumlah jari‐jari sirip tersebut ditetapkan sebanyak jumlah jari‐jari
bercabang ditambah dua.
Hal ini berbeda dari sirip punggung yang cara menghitung jumlah
jari‐jari siripnya ditetapkan sebanyak jumlah jari‐jari sirip
bercabang ditambah satu.
12 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Cara menuliskannya:
Jari‐jari keras, jumlah dituliskan dengan angka romawi dan jari‐jari
lunak, jumlah dituliskan dengan angka arab.
Misalnya sirip dorsal suatu ikan berjari‐jari 10 dan berjari‐jari lunak
8, maka rumusnya ditulis D.X.10. Pada ikan mas (Cyprinus carpio
L.) yang sebenarnya semua jari‐jari sirip dorsal adalah jari‐jari
lunak, tetapi sebagian mengeras maka rumusnya adalah D.4.16‐
22. Artinya, jari‐jari sirip dorsal ikan mas terdiri atas 4 jari‐jari lunak
mengeras dan 16‐22 jari‐jari tetap lunak.
Apabila sirip punggung terdiri atas dua sirip yang berbeda, satu
berjari‐jari keras dan yang lain berjari‐jari lunak rumusnya menjadi
D1.X dan D2.8.
7. Dengan bantuan pinset, ambil sisik pada bagian badan kemudian amati
dengan menggunakan kaca pembesar!
Gambar 1.9. Struktur sisik placoid, ganoid, cycloid, dan ctenoid (Hickman et.al., (1998)
dalam Pratomo & Rosadi (2010))
8. Amati bentuk garis rusuk (linea lateralis)! Kemudian hitunglah jumlah sisik
yang membentuk linea lateralis!
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 13
Gambar 1.10. Bentuk dan Jumlah Garis Rusuk (linea lateralis) pada Berbagai Jenis
Ikan(Pratomo & Rosadi, 2010)
Bentuk linea lateralis pada ikan beragam ada yang hanya satu garis
utuh, ada yang lebih dari satu, ada yang terputus, ada yang lurus bengkok
dan melengkung ke dorsal atau ke ventral. Cara menghitung jumlah sisik
pada garis rusuk:
Dimulai dari sisik pertama paling depan dan berakhir pada
pangkal ekor.
Pangkal ekor tersebut dapat ditentukan dengan melipat atau
menekuk ekor ikan bersangkutan.
Sisik‐sisik yang terletak pada lipatan tersebut maupun pada
pangkal ekor tidak dihitung meskipun sisik‐sisik itu berpori.
9. Hitunglah jumlah sisik batang ekor !
Jumlah sisik batang ekor : jumlah sisik yang mengelilingi batang ekor
10. Amati bagian ekor, tentukan tipe ekor ikan yang dibawa (Gambar
1.11)!
11. Hitunglah jumlah sisik yang terdapat di sebelah dorsal dan ventral
linea lateralis!
Cara menghitungnya (Gambar 1.12):
a. Sisik‐sisik pada bagian tubuh sebelah dorsal dan ventral garis
rusuk dihitung dengan cara menarik garis tegak mulai dari tepi
anterior sirip punggung pertama ke ventral, selanjutnya
dihitung jumlah sisik yang dilalui oleh garis tersebut.
Jika cara ini tidak dapat dilakukan karena garis tersebut
melalui dasar sirip perut dapat dilakukan dengan cara:
14 | Elida Hafni Siregar, dkk.
b. Menarik garis tegak lurus dari tepi posterior sirip perut ke
dorsal, dan menghitung jumlah sisik yang dilalui garis
tersebut.
c. Selain kedua cara di atas, dapat juga dilakukan dengan cara:
menghitung jumlah sisik bagian dorsal mulai dari tepi anterior
sirip punggung miring ke ventro‐caudal ditambah dengan
jumlah sisik pada bagian ventral yang dihitung dari tepi
anterior sirip dubur miring ke dorso‐cranial.
Gambar 1.11. Bentuk‐bentuk Ekor (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan:
A. Bentuk sabit
B. Bentuk bercagak
C. Bentuk berpinggiran berlekuk
D. Bentuk berpinggiran tegak
E. Bentuk bundar atau membundar
F. Bentuk meruncing
G. Bentuk berpinggiran berlekuk kembar
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 15
Gambar 1.12. Jumlah Sisik di Dorsal dan Ventral Linea (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan gambar:
a. Tarik garis tegak dari tepi anterior sirip punggung ke bawah.
b. Tarik garis tegak dari tepi posterior dasar sirip perut ke atas.
c. Hitung sisik‐sisik dari tepi anterior sirip punggung condong ke
ventro‐caudal dan dari tepi anterior dasar sirip dubur ke
antero‐dorsal
12. Hitunglah jumlah sisik‐sisik di depan sirip punggung!
Jumlah sisik di depan sirip punggung dihitung dari sisik di bagian
depan sirip punggung hingga ke belakang mata. Biasanya sisik‐sisik
tersebut dihitung pada ikan‐ikan yang garis pangkal kepalanya
merupakan perbatasan antara kuduk yang bersisik dan kepala yang
tidak bersisik. Adapun jumlah baris sisik di depan sirip punggung ialah
jumlah baris sisik yang terdapat pada satu sisi tubuh antara permulaan
sirip punggung dengan kuduk. Biasanya jumlah ini lebih sedikit
daripada jumlah sisik di depan sirip punggung.
13. Hitunglah jumlah sisik pipi!
Sisik pipi ialah jumlah baris sisik yang dilewati oleh garis yang
ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan
14. Hitunglah jumlah sisik‐sisik di sekeliling badan!
Jumlah sisik di sekeliling badan dipandang perlu bagi pengenalan
anggota Famili Cyprinidae. Jumlah sisik yang dimaksud adalah jumlah
sisik yang dilalui garis melingkar badan dan terletak langsung di depan
sirip punggung.
16 | Elida Hafni Siregar, dkk.
15. Ukurlah morfometrik pada ikan berdasarkan karakter di bawah ini
(Gambar 1.13):
a. Panjang baku: garis lurus yang menunjukkan jarak antara bagian
kepala paling depan (biasanya ujung salah satu rahang) dengan
tempat pelipatan pangkal sirip ekor.
b. Panjang total: garis lurus mulai dari bagian kepala paling depan
dengan ujung sirip ekor paling belakang.
c. Tinggi badan: garis lurus antara sisi dorsal dan sisi ventral pada
bagian tubuh yang paling tinggi.
d. Tinggi batang ekor: jarak terdekat antara sisi dorsal dan sisi ventral
bagian belakang ekor yang terendah.
e. Panjang batang ekor: garis lurus yang menunjukkan jarak miring
antara ujung dorsal sirip dubur dengan pangkal jari tengah sirip
ekor.
f. Panjang tubuh depan sirip punggung: garis antara ujung moncong
dengan pangkal jari pertama sirip punggung.
g. Panjang dasar sirip punggung: garis penghubung antara pangkal
jari‐jari pertama sirip punggung dengan selaput sirip di belakang
jari–jari terakhir bertemu dengan badan (diukur melalui dasar
sirip).
h. Panjang dasar sirip dubur: analog dengan nomor g.
i. Tinggi sirip punggung: garis lurus yang menghubungkan bagian
pangkal pertama sirip punggung dengan puncak sirip.
j. Tinggi sirip dubur: analog dengan nomor i.
k. Panjang sirip dada/sirip perut: garis tegak lurus yang diukur dari
bagian dasar sirip paling depan sampai puncak sirip.
l. Panjang sirip perut: analog dengan nomor k.
m. Panjang jari‐jari sirip keras: jarak dari pangkal sampai ke ujungnya
yang keras, meskipun ujung itu masih berlanjut dengan bagian
yang lunak.
n. Panjang jari‐jari sirip lunak: garis lurus dari pangkal sampai ke
ujung, jari seluruh panjangnya.
o. Panjang kepala: jarak antara ujung terdepan moncong sampai
ujung terbelakang dari keping tutup insang.
p. Tinggi kepala: panjang garis tegak antara pertengahan pangkal
kepala dengan pertengahan kepala.
q. Tebal badan: jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan.
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 17
r. Panjang hidung: jarak antara tepi terdepan bibir dengan tepi depan
rongga mata.
s. Jarak mata: jarak antara tepi atas kedua mata.
t. Panjang kepala belakang mata: jarak antara tepi belakang rongga
mata hingga tepi belakang selaput keping tutup insang.
u. Tinggi bawah mata: jarak terkecil antara tepi bawah rongga mata
dengan rahang atas.
v. Tinggi pipi: jarak tegak antara tepi bawah rongga mata dengan tepi
depan keping tutup insang depan
w. Lebar kepala: jarak lurus terbesar antara kedua keping tutp insang
pada kedua sisi kepala.
x. Panjang ruang antar mata: jarak antara pinggiran atas kedua
rongga mata.
y. Panjang antara mata dan sudut keping tutup insang depan: jarak
antara sudut keping tutup insang, termasuk duri‐duri yang
mungkin ada, dengan tepi belakang rongga mata.
z. Lebar mata: panjang garis tengah rongga mata.
aa. Panjang rahang atas: jarak antara ujung depan sampai ujung
belakang tulang rahang atas.
bb. Panjang rahang bawah: jarak antara ujung depan sampai tepi
belakang lipatan rahang bawah.
cc. Lebar bukaan mulut: jarak antara kedua sudut mulut bila mulut
dibuka selebar–lebarnya.
18 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Gambar 1.13a. Ukuran Panjang dan Tinggi Profil Umum Ikan (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan gambar:
a. panjang seluruhnya, jarak dari ujung kepala sampai ujung ekor
b. panjang biasa/badan, jarak dari ujung kepala sampai batang ekor
c. panjang bagian di muka sirip punggung
d. panjang batang ekor, jarak miring antara ujung dasar sirip anal dan
pangkal jari‐jari tengah sirip ekor
e. panjang dasar sirip punggung
f. tinggi badan, tempat tertinggi
g. tinggi batang ekor, tempat rendah dari batang ekor
Gambar 1.13b. Ukuran Jari‐jari Sirip (Pratomo & Rosadi, 2010)
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 19
3b. Badan berbentuk lain, sisik mengalami modifikasi sebagai granula
kecil, atau meruncing seperti duri, lempengan tulang saling
berhubungan erat pada tepi‐tepinya ………...… Tetradontiformes
4a. Sirip punggung dan sirip dubur tidak berspina …..……….............. 5
4b. Sirip punggung dan sirip dubur berspina …... Mastacembeliformes
5a. Celah insang sepasang di sisi kepala ......................... Anguilliformes
5b. Celah insang tunggal di bagian bawah kepala … Synbranchiformes
6a. Sirip perut abdominal (pangkalnya terletak di belakang
pertengahan sirip dada) ..…...………………...………………….... 7
6b. Sirip perut thoracal atau angular ...……...…...………...…………. 13
7a. Badan bersisik, sirip dada tidak berspina ….…………..………….. 8
7b. Badan tak bersisik, tetapi dengan lempeng/deretan cincin tulang
sampai ekor ...................................................................................... 12
8a. Terdapat 2 buah sirip punggung yang terletak jauh terpisah, sirip
depan berjari‐jari keras ....................…….....…..……. Mugiliformes
8b. Terdapat sebuah sirip punggung, tidak berspina ...…………….... 9
9a. Rahang tidak bergigi, selaput tutup insang bersatu dengan isthmus
..........…………….…………………..... Cypriniformes (Cyprinoidei)
9b. Rahang biasanya bergigi, selaput tutup insang bebas dari isthmus
…. …………………………………..……………………………... 10
10a. Gurat sisi (bila ada), terletak di atas pertengahan sisi badan ……. 11
10b. Gurat sisi terletak di bawah pertengahan sisi badan, berdekatan
dengan pangkal sirip perut yang tampak menonjol ... Beloniformes
11a. Kepala bersisik dan pipih dorso‐ventral, sirip perut relatif besar
……...…………...………………………….……Cyprinodontiformes
11b. Kepala tak bersisik dan pipih bilateral, sirip perut relatif kecil
……………………………………………………......... Clupeiformes
12a. Moncong memanjang berbentuk pipa, tak mempunyai sungut
…………………………………………………..... Syngnathiformes
12b. Moncong biasa, sirip dada dengan sebuah spina, mempunyai
beberapa pasang sungut ………………. Cypriniformes (Siluroidei)
13a. Sirip perut dengan satu spina dan lima jari‐jari lunak ……...…….. 14
13b. Sirip perut dengan enam jari‐jari lunak, sirip punggung tak
berspina, kepala pipih dorso‐ventral tertutup lempengan‐
lempangan sisik dan mempunyai labyrinth (modifikasi lengkung
insang pertama yang tumbuh membentuk lipatan‐lipatan)
……………………..................................…….. Ophiocephaliformes
14a. Mempunyai alat labyrinth ...................... Perciformes (Anabantoidei)
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 21
Gambar 1.13c. Ukuran Bagian Kepala (Pratomo & Rosadi, 2010)
Keterangan gambar:
a. panjang kepala
b. panjang atau lebar mata
c. panjang hidung
d. panjang bagian kepala di belakang mata
e. tinggi bawah mata
f. tinggi pipi
g. tinggi kepala
h. panjang rahang atas
i. panjang antara mata dan sudut keeping tutup insang depan
16. Ulangi langkah di atas untuk ikan lainnya!
17. Identifikasi ikan yang dibawa dengan menggunakan kunci determinasi!
Kunci Identifikasi Ikan Bertulang Sejati Osteichthyes ke tingkat (Ordo)
1a. Kepala, badan dan ekor tidak simetris, mata terletak pada satu sisi
kepala ……..……………………..……………… Pleuronectiformes
1b. Kepala, badan dan ekor simetris, mata terletak pada kedua sisi
kepala ….....………...……………..………………………………… 2
2a. Tak ada sirip perut ……...…………...……...………………………. 3
2b. Terdapat sirip perut …………..……...……….….……………..…. 6
3a. Badan memanjang silindris seperti ular, berekor .............……...… 4
20 | Elida Hafni Siregar, dkk.
3b. Badan berbentuk lain, sisik mengalami modifikasi sebagai granula
kecil, atau meruncing seperti duri, lempengan tulang saling
berhubungan erat pada tepi‐tepinya ………...… Tetradontiformes
4a. Sirip punggung dan sirip dubur tidak berspina …..……….............. 5
4b. Sirip punggung dan sirip dubur berspina …... Mastacembeliformes
5a. Celah insang sepasang di sisi kepala ......................... Anguilliformes
5b. Celah insang tunggal di bagian bawah kepala … Synbranchiformes
6a. Sirip perut abdominal (pangkalnya terletak di belakang
pertengahan sirip dada) ..…...………………...………………….... 7
6b. Sirip perut thoracal atau angular ...……...…...………...…………. 13
7a. Badan bersisik, sirip dada tidak berspina ….…………..………….. 8
7b. Badan tak bersisik, tetapi dengan lempeng/deretan cincin tulang
sampai ekor ...................................................................................... 12
8a. Terdapat 2 buah sirip punggung yang terletak jauh terpisah, sirip
depan berjari‐jari keras ....................…….....…..……. Mugiliformes
8b. Terdapat sebuah sirip punggung, tidak berspina ...…………….... 9
9a. Rahang tidak bergigi, selaput tutup insang bersatu dengan isthmus
..........…………….…………………..... Cypriniformes (Cyprinoidei)
9b. Rahang biasanya bergigi, selaput tutup insang bebas dari isthmus
…. …………………………………..……………………………... 10
10a. Gurat sisi (bila ada), terletak di atas pertengahan sisi badan ……. 11
10b. Gurat sisi terletak di bawah pertengahan sisi badan, berdekatan
dengan pangkal sirip perut yang tampak menonjol ... Beloniformes
11a. Kepala bersisik dan pipih dorso‐ventral, sirip perut relatif besar
……...…………...………………………….……Cyprinodontiformes
11b. Kepala tak bersisik dan pipih bilateral, sirip perut relatif kecil
……………………………………………………......... Clupeiformes
12a. Moncong memanjang berbentuk pipa, tak mempunyai sungut
…………………………………………………..... Syngnathiformes
12b. Moncong biasa, sirip dada dengan sebuah spina, mempunyai
beberapa pasang sungut ………………. Cypriniformes (Siluroidei)
13a. Sirip perut dengan satu spina dan lima jari‐jari lunak ……...…….. 14
13b. Sirip perut dengan enam jari‐jari lunak, sirip punggung tak
berspina, kepala pipih dorso‐ventral tertutup lempengan‐
lempangan sisik dan mempunyai labyrinth (modifikasi lengkung
insang pertama yang tumbuh membentuk lipatan‐lipatan)
……………………..................................…….. Ophiocephaliformes
14a. Mempunyai alat labyrinth ...................... Perciformes (Anabantoidei)
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 21
14b. Tak ada labyrinth ………...…………………...……………………. 15
15a. Sirip perut saling berdekatan atau bersatu membentuk mangkuk
pengisap .……………...……………...….. Perciformes (Gobioidei)
15b. Sirip perut biasa, tak pernah membentuk mangkuk pengisap
…….............................................................. Perciformes (Percoidei)
Jika dalam melakukan identifikasi ditemukan spesimen dari Ordo
Cypriniformes dapat dilanjutkan dengan melakukan identifikasi sampai
dengan famili. Namun jika tidak maka identifikasi dihentikan sampai
mendapatkan ordo tertentu saja.
Kunci Identifikasi Famili (dalam Ordo Cypriniformes)
1a. Kulit tertutup oleh sisik‐sisik sikloid, mulut dapat disembulkan, tak
bergigi, bersungut atau tidak, tak ada sirip lunak ……………….... 2
1b. Kulit tak bersisik, mulut tak dapat disembulkan, bergigi, bersungut,
bersirip lemah, sirip dada dengan satu spina…………………….... 4
2a. Badan dan kepala pipih bilateral; pangkal sirip dada dan sirip perut
dalam satu garis horizontal; jari‐jari sirip dada terluar tak
bercabang …...……………………………………………………… 3
2b. Badan dan kepala pipih dorso‐ventral; bagian ventralnya datar;
pangkal sirip dada dan sirip perut dalam satu garis horizontal;
beberapa jari sirip dada bagian luar dan dalam tak bercabang
……………………………………………………... Homalopteridae
3a. Tak ada sungut, atau satu sampai dua pasang sungut di sekitar
mulut; celah mulut di ujung, tak ada spina di bawah/ di atas mata
…..……..………………………..…………..…………… Cyprinidae
3b. Tiga sampai empat pasang sungut di sekitar mulut; celah mulut
terletak di bawah moncong; ada atau tidak ada spina di sekitar
mata……............................................................................... Cobilidae
4a. Sirip punggung tak berspina, sirip dubur dengan dasar panjang
…………………..….….......………………………...……………… 5
4b. Sirip punggung dengan satu spina tajam, sirip dubur dengan dasar
pendek ...…........................................................................................ 6
5a. Sirip punggung dengan dasar panjang, 4 pasang sungut ...…
Clariidae
5b. Sirip punggung dengan dasar pendek, 2 pasang sungut
……………………………………………………….......... Siluroidae
22 | Elida Hafni Siregar, dkk.
6a. Sirip ekor meruncing bersatu dengan sirip punggung ke‐2 dan sirip
dubur …….......................................................................... Plotosidae
6b. Sirip ekor berbentuk lain, tak bersatu dengan sirip punggung
maupun sirip dubur. .......................................................................... 7
7a. Sirip dubur dengan dasar panjang (28‐41 jari‐jari sirip); bersirip
lunak yang relatif amat kecil …..……...………………. Pangasidae
7b. Sirip dubur dengan alas pendek, bersirip lunak besar atau sedang
…………………………………………………………………..…....8
8a. Lubang hidung depan dan belakang saling berdekatan ...…....….. 9
8b. Lubang hidung depan dan belakang saling berjauhan ………..… 10
9a. Lubang hidung depan dan belakang terpisah oleh sebuah
sungut………………………………..……………....…… Bagaridae
9b. Lubang hidung depan dan belakang terpisah oleh semacam
klep……….………………………………………..…….....… Ariidae
10a. Selaput tutup insang tidak melekat pada isthmus; langitlangit
bergigi…………………………………………….…..….… Bagridae
10b. Selaput itu melekat pada isthmus; langit‐langit tidak bergigi
.……...….……………………………………………....….. Akysidae
Jika dalam melakukan identifikasi ditemukan spesimen dari Famili
Cyprinidae maka dapat dilanjutkan ke genus atau spesies dengan
mengikuti alur kunci sebagaimana tersebut di bawah ini:
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 23
Kunci Identifikasi Genus (dalam Famili: Cyprinidae)
1a. Sambungan tulang rahang bawah berbenggol, sirip punggung tak
berjari keras yang menulang …………..…………………... Rasbora
1b. Sambungan tulang rahang bawah tak berbenggol, sirip punggung
berjari‐jari keras yang menulang ..…………………...…..………… 2
2a. Jari‐jari keras sirip dubur bergigi pada sisi belakang …………....… 3
2b. Jari‐jari keras sirip dubur tak bergigi pada sisi belakangnya ……... 4
3a. Mempunyai empat sungut …………..…………..…….….. Cyprinus
3b. Tidak bersungut ………..…………….………...…….…… Carassius
4a. Sirip punggung dengan 10‐18 jari‐jari lunak bercabang, mulut
berumbai …….…............................................................. Osteochilus
4b) Sirip punggung dengan 7‐9 jari‐jari lunak bercabang, mulut licin
……………………………………………....……………….. Puntius
Beberapa contoh spesies dalam Famili Cyprinidae: Rasbora lateristriata
(parai), Cyprinus carpio (tombro/mas), Osteochilus hasselti (nilem), Puntius
javanicus (tawes), dan Carassius auratus (mas).
Jika dalam melakukan kegiatan identifikasi famili diperoleh spesimen dari
Famili Anabantidae dapat dilakukan lanjutan dengan identifikasi sampai
genus/spesies.
Kunci Identifikasi Genus/Spesies (dalam Famili Anabantidae)
1a. Sirip punggung lebih panjang dari pada sirip dubur …………….... 2
1b. Sirip punggung lebih pendek dari pada sirip dubur. Gurat sisi
lemah……………....…………....… Osphronemus gourami (gurami)
2a. Terdapat gigi langit‐langit, jari‐jari sirip perut terluar biasa
saja..……………………………..…..…. Anabas testudineus (betik)
2b. Tak ada gigi langit‐langit, jari‐jari sirip perut terluar memanjang dan
berbentuk filamen ............................................................................. 3
3a. Sirip perut merupakan filamen, gurat sisi tidak ada ……………
…………………………...………...... Trichogaster pectoralis (sepat)
3b. Sirip perut biasa, dengan 1 spina dan 5 jari–jari lunak, gurat sisi
lengkap tetapi terputus………................... Helostoma (tambakang)
Jika dalam melakukan kegiatan identifikasi famili diperoleh spesimen
dari Famili Clariidae dapat lanjutan dengan identifikasi sampai
genus/spesies.
24 | Elida Hafni Siregar, dkk.
Kunci Identifikasi pada genus (dalam Famili: Clariidae)
1a. Tidak mempunyai sirip lemak .................................................. Clarias
1b. Mempunyai sirip lemak yang pendek tetapi lebih panjang dari sirip
punggung pertama, sirip ekor bersatu dengan sirip
lemah…………………………………………….…… Encheloclerias
Kunci Identifikasi Spesies (pada Genus: Clarias)
1a. Sirip punggung dan sirip dubur bersatu dengan sirip ekor paling
sedikit pada pangkalnya ………………………….. Clarias nieuhofii
1b. Sirip punggung dan sirip dubbur tidak bersatu dengan sirip ekor...2
2a. Terdapat gerigi kuat tegak dipinggiran depan duri sirip dada
……......................................................................... Clarias maladerma
2b. Tidak terdapat gerigi kuat tegak pada pinggiran depan sirip dada
……………………………………………………………………...…3
3a. Pinggiran sirip punggung dan sirip dubur berwarna putih, batas
sepan ubun‐ubun mencapai garis yang melalui pinggiran
belakang mata ……..………………………………….. C. leiacanthus
3b. Pinggiran sirip punggung dan sirip dubur tidak berwarna putih……4
4a. Kepala relatif besar, panjang kepala 2,9‐3,8 kali lebih pendek dari
PS bagian depan ubun‐ubun mencapai batas depan dan belakang
mata, memiliki 2 macam warna hitam abu‐abu kehijaua atau seperti
marmer ………………………………………………… C. gariepinus
4b. Kepala relatif kecil, panjang kepala paling tidak 5 kali lebih pendek
dari PS ……………………………………………………………….. 5
5a. Jarak antara sirip pungung dan tonjolan dibelakang epala 2,5 kali
lebih pendek dari panjang antara moncong dengan tonjolan di
belakang kepala ……………………………………….. C. teijsmanni
5b. Jarak antara sirip pungung dan tonjolan dibelakang kepala 4,5 ‐ 5,5
kali lebih pendek dan panjang antara moncong dengan tonjolan di
belakang kepala ……………………………………….…C. batrachus
Taksonomi Hewan Vertebrata Dalam Pendekatan Praktik | 25