Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN ACARA III

ORGANOGENESIS KATAK

Disusun Oleh :
Nama : Dwi Fatmawati
NIM : 21104070033
Kelompok : 4
Asisten : Rakhmiyati dan Habibah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
LAPORAN PRAKTIKUM
SISTEMATIKA HEWAN
ACARA 1 AVERTEBRATA 1 (PORIFERA, CNIDARIA, DAN HELMINTH)

Disusun Oleh :
Nama : Dwi Fatmawati
NIM : 21104070033
Asisten : Tazkia Auliya Nafiah

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian organogenesis

Organogenesis merupakan tahapan dimana organ-organ dalam dan luar suatu


organisme mulai terbentuk dan mulai melaksanakan fungsinya pada tubuh. Dalam tahap
organogenesis ini terjadi proses diferensiasi pada embrio, organ tubuh yang mulai terlihat
jelas satu persatu antara lain; bakal ekor, somit, jantung, mata, kepala, badan, kuning
telur, kristalin, dan melanofor. Proses organogenesis Setiap spesies berbeda,ada spesies
yang membutuhkan waktu yang cukup lama untuk tahapan organogenesis sampai
terbentuknya organ-organ secara sempurna, sedangkan beberapa spesies ada yang
membutuhkan waktu yang sangat cepat untuk tahapan organogenesis. (Cahyanti et al.,
2020). Tak hanya itu, pembentukan organ-organ pada tahapan organogenesis
dipengaruhi oleh spesies dan suhu (Fuiman, 2002 dalam Cahyanti et al., 2020).

Organogenesis atau sering disebut dengan tahapan pembentukan otak. Tahapan


organogenesis ini mendapat perlakuan yang menunjukkan proses perkembangan paling
cepat masih pada perlakuan penambahan kejutan beruba suhu yaitu dengan waktu 19
jam. Pada tahapan organogenesis terjadi proses perkembangan organ dimulai dari
ektoderm, mesoderm dan endoderm. Perkembangan lapisan ektoderm akan membentuk
sistem saraf, otak dan mata. dengan proses pembentukan jantung dan sistem sirkulasi
perkembangan lapisan endoderm akan membentuk saluran pencernaan dan derivat-
derivatnya, sedangkan lapisan mesoderm menjadi anggota badan, jantung, otot, ginjal
dan gonad. (kasmeri, 2014).

2. Tahap pembentukan organ pada katak

Organogenesis pada katak dimulai ketika notochord dari batang sel mesodermal
di bagian paling dorsal embrio memberi sinyal kepada sel ektodermal di atasnya bahwa
mereka tidak akan menjadi kulit. Sebaliknya, sel-sel ektoderm dorsal ini akan
membentuk tabung dan menjadi sistem saraf. Pada tahap ini, embrio disebut neurula .
Sel-sel prekursor yang dihasilkan membentuk saraf yang panjang, meregang, dan melipat
menjadi embrio dan kemudian membentuk tabung saraf . Sel-sel epidermis belakang
masa depan menutupi mereka. Sel-sel yang menghubungkan tabung saraf ke epidermis
menjadi sel puncak saraf. Sel-sel puncak saraf hampir seperti lapisan germinal keempat.
Mereka memunculkan sel-sel pigmen tubuh (melanosit), neuron perifer, dan tulang rawan
wajah. Setelah tabung saraf terbentuk, ia menginduksi perubahan pada tetangganya, dan
organogenesis berlanjut. Jaringan mesodermal yang berdekatan dengan notochord
menjadi tersegmentasi menjadi somit , prekursor otot punggung katak, sumsum tulang
belakang, dan dermis (bagian dalam kulit). Somit ini muncul sebagai blok jaringan
mesodermal. Embrio mengembangkan mulut dan anus, dan memanjang menjadi struktur
kecebong yang khas. Neuron membuat koneksi ke otot dan ke neuron lain, insang
terbentuk, dan larva siap menetas dari jeli telurnya. Kecebong yang menetas akan segera
mencari makan sendiri setelah persediaan kuning telur yang diberikan oleh induknya
habis (Gilbert, 000).

Dalam penyusunan skematis tahapan organogenesis yang lebih sederhana pada


perkembangan embrio Polypedates leucomystax yakni sebagai berikut :

a. Hari pertama: embrio berukuran 1 mm (D-1)


b. Hari kedua : embrio keluar buih pada (D-2).
c. Hari ketiga : jantung terlihat jelas (D-3).
d. Hari keempat : terbentuk insang luar (H-4).
e. Hari kelima : bintik-bintik hitam pada tubuh mulai muncul, mata dan mulut belum
terbentuk sempurna (H-5)Hari keenam : panjang embrio memanjang dari 12 mm
menjadi 14 mm pada hari keenam (D-6).
f. Hari kedua belas : terbebtuk bagian-bagian mata (D 12).
g. Hari kedua puluh tiga dan hari kedua puluh lima : panjang embrio memanjang menjadi
18 mm (D-23- H-25).
h. Hari ketiga puluh : organ mulut dilengkapi dengan gigi yang terbentuk sempurna (D-
30).
i. Hari ketiga puluh empat dan hari ketiga puluh lima : panjangnya menjadi 23 mm (D-
34), organ hidung terbentuk (H-35) (Pearlindah, 2021; Lima et al., 2016).
3. Faktor yang mempengaruhi organogenesis

A. Faktor eksternal

a. Suhu atau pengaruh cahaya disekitar, ketika tahapan pembelahan sampai ke


organogenesis diperlukan suhu yang optimal tidak terlalu dingin dan tidak terlalu
panas sehingga telur dapat melakukan tahapan pembelahan dan organogenesis tetap
berjalan atau hidup.
b. Predator, keberadaan memang tdoak disangkag ,biasanya induk akan menarih telur
yang sudah dibuahi detempat yang aman dan di jaga sampai telur-telur menetas.
c. Cuaca ekstrem atau perubahan lingkungan . Embrio membutuhkan air untuk
berkembang hingga mencapai tahap dewasa. Perubahan lingkungan atau cuaca
ekstrim yang mengurangi volume air atau menciutkan badan air akan mengancam
kelangsungan hidup dan perkembangan embrio katak pohon, dan nantinya akan
membahayakan perkembangannya menjadi katak dewasa. Pada gilirannya, hal itu
dapat membahayakan kelangsungan hidup spesies ini. Cuaca ekstrem akan
mempengaruhi laju organogenesis jika cuaca tidak mendukung maka calon embrio
akan mati dan membusuk di dalam telur (Pearlindah, 2012).
B. Faktor Internal
a. Gen, terdapat sifat yang diturunkan dari induknya, baik itu morfologi, kelengkapan
anatomi dan kemampuan untuk beradaptasi.
b. Hormon, adanya hormon seringkali mempercepat terjadinya tahapan organogenesis.
c. Nutrisi, nutrisi atau cadangan makanan yang cukup selalu induk berikan kepada calon
embrio ketika masih berada ditelur dengan adanya yolk yang berfungsi sebagai
cadangan makanan calon embrio, ketika jumlah yolk sedikik pembelahan atau proses
pembelahan dan organongenesis tidak bisa optimal.

B. Tujuan

1) Mempelajari perkembangan lanjut embrio yaitu organogenesis pada katak.


2) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tahapan organogenesis.
C. Alat dan bahan
1. Seri sediaan embrio katak stadium 16.
2. Seri sediaan embrio katak stadium 19 melalui badan.
3. Seri sediaan embrio katak stadium 19 melalui mata.
4. Seri sediaan embrio katak stadium 20.
5. Mikroskop transmisi.
6. Mikroskop stereo binokuler.
7. Kaca pembesar (loupe) kecil.
D. Metode
Hidupkan mikroskop dan siapkan preparat sedian katak stadium 16, 19 melalui
mata, 19 melalui badan dan stadium 20. Atur mikroskop dari perbesaran 4x10 sampai 40x10,
amati dari perbesaran kecil sampai perbesaran tertentu. Setelah itu foto preparat pada
mikroskop menggunakan handphone. Gambar semua spesimen menggunaka pensil pada
lembar kerja dan berikan keterangan.
E. Hasil dan pembahasan
1. Embrio katak stadium 16
Gambar Keterangan
1. Kuntum
2. Somite
3. Lens Placode

2 4. Optic Cup
1
5. Oral Sucker
6. Pharynx
3
7. Endoderm Yolk

4
7
6
5

Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan pada embrio katak stadium 16 neuropos sudah
menghilang dan muncul canalis mesoentericus. Badan katak juga sudah nampak panjang.
Calon organ-organ sudah mulai nampak seperti : kuntum ekor, vesikel optika, mulut atau
oral sucker, masenkim jantung , organ pencernaan terbentuk, lempeng ingsan, serta
somite-somite sudah mulai terbentuk. Panjang embrio pada stadium 16 sekitar 3,3 mm.
2. Embrio katak stadium 19 melalui badan
Gambar Keterangan
1. Epidermis
1 2. Spinal Chord

2 3. Notochord
6 4. Midgut
3
5. Endoderm Yolk
4
6. Somite
7 7. Intermediet Mesoderm
5

Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan embrio katak stadium 19 melalui badan terlihat
epidermis yang mengelilingi badan , dengan endoderm yolk yang masih sangat banyak
dengan kandungan nutrisi yang belum habis. Jumlah somite yang terbentuk sejumlah 13
buah pada badan. Terbentuknya spinal chord ( tulang lunak ) dengan notochord yang
mulai sempurna, serta organ pencernaan sudah mulai berkembang. Organ jantung mulai
berkembang namun belum sempurna. Epifise mulai terbentuk dengan diikuti adanya
perubahan infundibulum dan hypofise pada lokasi yang tetap. Jumlah somite 13 buah
pada badan dan 32 buah pada ekor. Ukuran embrio 5,0 mm.
3. Embrio katak stadium 19 melalui mata
Gambar Keterangan
1. Epidermis
2. Fore-Brain
3. Pituitary Body
1 4. Pharynx
2 5. Stomodeom
8 3 6. Optic Stalk
7. Lensa Mata
7 4
8. Optic Cup
6 5

Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan pada embrio katak stadium 19 melalui mata
terlihat epidermis mengelilingi embrio dengan mulai sempurnanya organ penglihatan, di
lihat dengan sudah jelasnya optic cup, lensa mata pada embrio, serta saraf optik atau optic
stalk yang mulai berkembang. Terdapat forebrain yang mulai sempurna , organ
pencernaan parynx juga sudah nampak sempurna dan terdapat stomedeom yang jelas
terlihat.
4. Embrio katak stadium 20
Gambar Keterangan
1. Somite
2. Rhombencephalon
3. Prosencephalon
4. Oral Sucker
1 2 5. Jantung
6. Endoderm Yolk
3 7. Miyotom
8. Tail Fin
7
8
6 4
5

Pembahasan :
Berdasarkan hasil pengamatan pada embrio stadium 20 dibuktikan dengan lapisan
gelatin yang sudah mulai lepas menandakan embrio sudah mulai menetas, organ jantung
sudah mulai berfungsi dilihat dengan adanya aktivitas kontraksi otot-otot jantung (ada
denyutan), Peredaran darah sudah mulai tampak ditandai dengan adanya pembuluh-
pembuluh yang menyebar dari jantung keseluruh tubuh embrio. Sistem syaraf mulai
sempurna dengan terbentuknya massa gangglion cranialis dan sistem saraf simpatik.
Organ hidung sudah mulai terbentuk. Ukuran embrio katak mencapai 6,0 mm.
F. Lampiran

Stadium 16 embrio katak Stadium 19 embrio katak melalui badan

Stadium 19 embrio katak melalui mata Stadium 20 embrio katak

Pengamatan dan menggambar Pengamatan dan menggambar


G. Daftar pustaka

Cahyanti, W., Radona, D., & Kristanto, A.H. (2020). Perkembangan Embrio dan
Performa Awal Larva Tiga Spesies Ikan Tor Indonesia. Jurnal Ilmu-ilmu Hayati. 19(3A). 239-
248

Gilbert, S.F. (2000). Developmental Biology. Anonim : Sinauer Associates.

Kasmeri, R., & Safirti, E. (2014). Induksi Kejutan Suhu 36° Terhadap Perkembangan
Embrio dan Keberhasilan Poliploidisasi Katak. Jurnal Pelangi. 6(2). 142-151.

Lima, A.V.P.D., Reis, A.H., Amado, N.G., Lima, D.C., Nojosa, D.M.B., Oria, R.B., &
Abreu, J.G. (2016). Developmental Aspects of The Direct-Developing Frog Adelophyrne
maranguapensis. Genesis. 54. 257-271.

Pearlindah, Kusumawati, E., Wulandari, D.R., & Listyorini, D. (2012). Embryo


Development of Tree Frog Polypedates leucomystax at Campus of State University of Malang.
The Journal of Tropical Life Science. 2(3). 90-102.
LAMPIRAN

Euspongia Sp. Ascaris lumbricoides Nereis virens

Fasciola hepatica Pheretrima posthuma Acropora Sp.


Meandrina Sp. Euspongia Sp. Favites Sp.

Fungia Sp.

Anda mungkin juga menyukai