Anda di halaman 1dari 32

UjiMAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

PEMBELAJARAN METODE JIGSAW

Dosen pengampu: Runtut Prih Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Arrum Sumanding Zamani (21104070003)
Putri Meilani (21104070018)
Ryan Ikhwan Ahsani (21104070021)
Dwi Fatmawati (21104070033)
Dinda Elvina Dewi (21104070056)
Faizatul Aliya (21104070061)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Pertama-tama kami ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua dan tak lupa sholawat serta
salam kita haturkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. Alhamdulilah saya
ucapkan syukur atas selesainya tugas makalah ini yang berjudul “PEMBELAJARAN
METODE JIGSAW”. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
perkuliahan bidang studi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan penulis dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran.

Penulis mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada Ibu Dosen Runtut


Prih Utami, S.Pd., M.Pd. selaku dosen di bidang studi/mata kuliah Strategi
Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah wawasan
sesuai bidang studi yang penulis tekuni. Saya juga mengucapkan terimakasih pada
semua pihak yang telah memberikan doa dan support serta membagi sebagian
pengetahuannya sehigga saya dapat menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritikdan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima demi terbaiknya laporan
ini.

Wassalammu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 02 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pengertian Model Pembelajaran..............................................................................3
2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Secara Umum dan Menurut
Para Ahli..................................................................................................................3
2.3 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.......................................4
2.4 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................................................5
2.5 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw..............................................5
2.6 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw................................................6
2.7 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw......................................9
2.8 Kekurangan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Kooperratif Tipe Jigsaw.........11
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan................................................................................................................16
3.2 Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu interaksi pendidikan yang terjadi dengan sengaja


dalam pencapaian tujuan tertentu. Pencapai tujuan tersebut kadang kala sering
terhambat karena disebabkan kurang kekreativan dalam pengelolaan pengajaran dan
terjadi kebosanan dalam belajar. Pada hal idealnya pengelolaan pembelajaran harus
mempertimbangakan sisi skologis peserta didik. Pembelajaran bukanlah memaksa
kehendak untuk memberikan/transfer nowleage sehingga terkesan peserta didik
bagaikan gelas yang kosong, akan tetapi peran pendidik adalah sebagai perangsang
peserta didik agar mereka mau terlibat aktif dalam proses pembelajaran Oleh karena itu
pemahaman kepribadian subjek didik menjadi bagian penting yang harus dilakukan
guru untuk terjadinya pembelajaran yang menarik (Sulaiman ,2014).

Pelayanan bimbingan klasikal merupakan pelayanan dasar bimbingan yang


dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik
dalam memberikan layanan informasi kepada peserta didik.Bimbingan klasikal (dalam
Yusuf dan Juntika, 2009:26) merupakan proses pemberian bantuan bagi peserta didik
atau siswa melalui kegiatan-kegiatan secara klasikal yang disajikan secara sistematis.
Fandini dan Purwoko (2018) menyatakan bimbingan Klasikal sebagai suatu layanan
Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada peserta didik oleh guru Bimbingan
dan Konseling atau Konselor kepada sejumlah peserta didik dalam satuan kelas yang
dilaksanakan di dalam kelas. Tujuan adanya bimbingan klasikal ini adalah agar
konselor dapat mengenal konseli lebih dekat dan juga konselor dapat mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik. Menurut permendikbud nomor 111
tahun 2014 menyampaikan bahwasanya layanan bimbingan dan konseling sebagaimana
dimaksud pada ayat 3 yang diselenggarakan di dalam kelas dengan beban belajar 2 jam
perminggu. Selain itu, Arviani dan Setiawati, (2018)menyatakan bimbingan klasikal
dijadikan strategi layanan yang diberikan kepada semua siswa antara 20-35 orang,
secara terjadwal yang diberikan secara langsung oleh seorang pembimbing kepada
peserta didik dalam rangka mecegah timbulnya masalah dan mengembangkan
potensinya secara maksimal. Dengan demikian bimbingan dan konseling harus
melaksanakan bimbingan
1
klasikal sesuai dengan aturan yang dibentuk.

Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah metode jigsaw.
Crouch dan Mazur (dalam Amador, 2013) menjelaskan jigsaw adalahmetode yang
menekankan belajar bersama dengan membagi ke dalam kelompok-kelompok
kecil.Anita lie (1994:21) mengemukakan bahwajigsaw merupakan metode dari
pembelajaran kooperatif yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab, siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Model
pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu variasi Collaborative Learning yaitu proses
belajar kelompok dimana setiap anggota kelompok menyumbangkan informasi,
pengalaman, ide, sikap pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki untuk
bersama-sama saling meningkatkan pemahaman seluruh anggota. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diaangkat akan tetapi mereka juga harus bersedia untuk
memberikan dan mengajarkan materi yang dibahas kepada orang lain.
SedangkanSilberman ( 2004: 192) menjelaskan jigsaw merupakan teknik kooperatif
yang menggabungkan materi dari siswa lain sehingga membentuk kumpulan
pengetahuan atau keterampilan yang padu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model pembelajaran ?

2. Apa pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw secara umum dan
menurut para ahli ?
3. Bagaimana karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

4. Apa saja tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?

5. Apa manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw?

6. Bagaimana sintaks model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?

7. Bagaimana implementasi model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam


pembelajaran di kelas?
8. Apa kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran, pengertian model


pembelajaran kooperatif tipe jigsaw baik secara umum ataupun menurut
para ahli.

2
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik dari model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw ini yang dibedakan dari model pembelajaran lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

4. Untuk mengetahui manfaat dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

5. Untuk mengetahui sintaks yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif


tipe jigsaw.
6. Untuk mengetahui implementasi dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dalam proses pembelajaran di kelas.
7. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari model pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Pembelajaran

Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh
karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan nasional (Sani., et all, 2015). Salah satu ulpaya meningkatkan pendidikan
nasional adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif yang dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa seperti metode pembelajaran jigsaw. Namun,
sebelum membahas mengenai model pembelajaran jigsaw kita harus lebih dahulu
memahami apa yang dimaksud dengan model pembelajaran.
Model pembelajaran meruapkan kerangka konseptual yang digunakn sebagain landasan
atau oedoman untuk melakukan pembelajaran yang disusun secara runtut dan sistenatis
untuk nencapai tujuan belajar yang tentunya berkaitan dengan sintaksis, sistem sosial ,
prinsip reaksi dan beberapa sistem pendukung (Joice&Wells).

2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Secara Umum dan
Menurut Para Ahli

Metode secara umum dapat diartikan sebagai cara yang dapat digunakan
untuk melaksanakan strategi. Sanjaya (2008: 147) mengemukakan bahwa definisi
metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Metode ini merupakan langkah-langkah operasional dari strategi
pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan belajar.

Menurut Ginting (2008:42), metode pembelajaran dapat diartikan cara atau


pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta
berbagai teknik dan sumberdaya terkait lainnya agar terjadi proses pembelajaran

4
pada diri

5
pembelajar. Pendapat lain disampaikan oleh Achamdi dan Prasetya (2005, 52),
metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru
untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik secara
individual atau secara kelompok agar materi pelajaran dapat diserap, dipahami dan
dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.

Dari beberapa uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode


pembelajaran adalah cara atau teknik yang digunakan oleh guru untuk
menyampaikan bahan ajar kepada siswa dalam bentuk nyata atau praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

Pengertian model pembelajaran tipe jigsaw

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aroson et al. sebagai metode


Coopertaive Learning. Mengutip pendapat dari Lie (2008 : 69) yang
mengemukakan bahwa metode jigsaw adalah suatu metode kooperatif yang
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
mengaktifkan skemata tersebut agar bahan pelajaran lebih bermakna. Jigsaw
learning atau pembelajaran tipe Jigsaw merupakan sebuah teknik yang dipakai
secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik pertukaran dari kelompok ke
kelompok (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting yaitu setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu. Dalam teknik ini peserta didik belajar dengan
sebuah kelompoknya, dimana dalam kelompok tersebut terdapat satu orang ahli
yang membahas materi tertentu (Silberman, 2002: 168).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menitik beratkan kepada kerja


kelompok dalam bentuk kelompok kecil. Dalam metode Jigsaw ini siswa belajar
dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara
heterogen. Siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab
secara mandiri. Dalam pembelajaran ini, siswa juga memiliki banyak kesempatan
untuk mengemukakan pendapat dan dapat meningkatkan keterampilan
berkomunikasi. Anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat
menyampaikan kepada kelompoknya (Rusman dalam Shoimin, 2014:90).

Pendapat lain mengenai metode jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran
aktif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4-5 orang (materi
6
disajikan

7
peserta didik dalam bentuk teks) dan setiap peserta didik bertanggung jawab atas
penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada
anggota lain. Metode jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson
dan teman-teman di Universitas Texas, dan teman-teman di Universitas John
Hopkins pada tahun 1978. Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif,
dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara
heterogen.

2.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki banyak alasan untuk memasuki


jalur utama praktik pendidikan. Salah satunya alasan tersebut adalah untuk
meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat- akibat positif lainnya
yang dapat mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman
sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.
Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa siswa perlu belajar berpikir,
menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan
dan pengetahuan mereka bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang
sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Beberapa pendapat mengenai
tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw antara lain adalah sebagai berikut :
1. Menurut Slavin (1994) , Tujuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah
“Menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan
kelompoknya”. Sistem ini berbeda dengan kelompok konvensional yang
menerapkan sistem kompetisi, dimana keberhasilan individu diorientasikan pada
kegagalan orang lain. Dan tujuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw itu
sendiri adalah memberikan rasa tanggung jawab individu dan kelompok untuk
keberhasilan bersama dan untuk saling berinteraksi dengan kelompok lain.
Untuk itu, kekompakan dan kerja sama yang solid antar kelompok menentukan
berhasil dan tidaknya pembelajaran tersebut karena satu sama lain akan
memberikan informasi yang telah di dapat dari kelompok lain.

2. Menurut (Koeswardani et al., 2015) Tujuan dari metode jigsaw memiliki tujuan
kognitif, yaitu pengetahuan faktual akademis, dan tujuan sosial, yaitu kerjasama
kelompok. Selain itu tujuan pembelajaran metode jigsaw adalah untuk melatih
peserta didik agar terbiasa berdiskusi dan bertanggiungjawab secara individu

8
untuk membantu memahamkan tentang sesuatu materi pokok kepada teman
sekelasnya .

3. Pembelajaran yang menggunakan metode jigsaw menganut pada teori kognitif


Jean Piaget dan teori konstruktivisme. Teori konstruktivisme didefinisikan
sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu
makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan
himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Pembinaan
pengetahuan seperti ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan
menjadi lebih dinamis (Trianto,2011)

2.4 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperaif Tipe Jigsaw


Pembelajaran kooperatif dengan model Jigsaw mempunyai karakteristik atau ciri
sebagai berikut :

Kemudian, terdapat tiga konsep sentral

a) Siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang dengan
memperhatikan keheterogenan.

b) Bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk


mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan
materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

c) Terdapat kelompok asal dan kelompok hasil yang saling bekerjasama.

Kemudian, terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative


learning sebagaimana dikemukakan oleh (Slavin ,2010) , yaitu:

1) Penghargaan kelompok penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok


mencapai skor di atas criteria yang ditentukan. Sehingga keberhasilan
kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok
dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling
membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu keberhasilan kelompok tergantung pada


belajar individual dari semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini
menitiberatkkan pada aktivitas anggota kelompok saling membantu dalam

9
belajar.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan Cooperative learning


menggunakan metode scoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari terdahulu.
Penggunaan 13 metode skoring ini setiap siswa yang berprestasi rendah,
sedang dan tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompok.

2.5 Manfaat embelajaran Jigsaw

Pada mata pelajaran Ipa atau Biologi di kelas penggunaan metode tipe jigsaw
pada saat pembelajaran kooperatif sangat berdampak secara signifikan terhadap
pembelajaran siswa dan hasil belajar siswa. Manfaat dari adanya pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw di kelas khususnya mata pelajaran Ipa atau Biologi yakni sebagai
berikut :

1. Meningkatkan kemampuan setiap individu siswa.

Pada pembelajaran ini, siswa akan lebih bertanggung jawab atas apa yang akan
di sampaikan kepada temannya terkait materi atau subbab yang telah
ditugaskan, sehingga siswa akan terbiasa membaca dan memahami materi untuk
disampaikan kepada teman-temannya sehingga siswa akan terbiasa dan bisa
bertambah kemampuan , penguasaan materi, serta sosialisasi dengan teman-
temannya Pada pembelajaran ini, siswa akan lebih bertanggung jawab atas apa
yang akan di sampaikan kepada temannya terkait materi atau subbab yang telah
ditugaskan, sehingga siswa akan terbiasa membaca dan memahami materi untuk
disampaikan kepada teman-temannya sehingga siswa akan terbiasa dan bisa
bertambah kemampuan , penguasaan materi, serta sosialisasi dengan teman-
temannya

2. Saling menerima kekurangan terhadap perbedaan tiap individu siswa.

Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini, siswa satu dengan yang lain di
acak secara heterogen jadi siswa akan mengenal semua temannya dan akan
berusaha toleran dengan kekurangan dan melengkapi kekurangan temannya
tersebut dengan saling bekerja sama pada saat adanya kelompok belajar.

3. Konflik antar siswa pribadi berkurang.

10
Karena adanya saling menerima kekurangan dan saling melengkapi konflik

11
antara siswa satu dengan siswa yang lain berkurang. Hal ini menjadikan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini ampuh karena siswa akan mengenali
teman-temannya dan berkolaborasi, sehingga konflik antar siswa secara pribadi
mulai berkurang.

4. Sikap apatis berkurang.

Karena pembelajaran kooperatif di tandai dengan adanya kegiatan kelompok


belajar yang tentunya terdapat beberapa siswa di dalamnya, maka akan muncul
saling peduli antara satu sama lain dalam kelompok tersebut, karena semua
anggota kelompok belajar akan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap
dirinya dan kelompok belajarnya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

5. Pemahaman yang lebih mendalam

Siswa akan berusaha untuk mendalami materi yang akan di sampaikan kepada
temannya dengan maksimal, sehingga siswa akan terus belajar, membaca,
menulis materi yang akan disampaikan secara berulang. Sehingga siswa
memiliki motivasi untuk bahu-membahu menyelesaikan tugas dan kewajiban di
kelompoknya tersebut dan siswa akan memiliki pemahaman yang lebih
mendalam mengenai materi yang telah disampaikan di kelas.

6. Motivasi lebih besar.

Motivasi belajar siswa akan terus meningkat karena siswa diberi tanggung
jawab atas penyampaian materi yang telah didiskusikan dengan kelompok ahli
kepada kelompok aslinya, sehingga siswa akan berusaha untuk melakukan yang
terbaik untuk kelompoknya yakni dengan mendalami materi yang dipelajari.

7. Hasil belajar lebih tinggi.

Siswa akan mendapatkan hasil belajar yang relatif tinggi karena kegigihan siswa
dan semangatnya dalam mempelajari materi yang diperoleh di kelompok ahli
yang kemudian akan disampaikan kepada anggota kelompok asli secara
berulang.

8. Retensi dan daya penyimpanan akan lebih lama.

Sesuatu yang dikerjakan, dipelajari, dibaca dan ditulis secara berulang-ulang


akan membuat retensi otak semakin baik. Daya ingat atau penyimpanan memori

12
terkait ilmu pengetahuan tersebut akan lebih lama dibandingkan dengan
dihafalkan.

13
9. Kebaikan, tolong menolong, kepekaan dan toleransi siswa semakin meningkat.

Manfaat adanya tipe pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini sangat berdampak
pada sikap sosial siswa, siswa akan lebih sering bahu-membahu dan tolong
menolong , peka jika temannya kesusahan dan tidak paham atas materi yang
disampaikan teman yang lain, dan selalu toleransi jika terdapat perbedaan
pendapat ketika diadakannya diskusi.

10. Mencegah sifat keagresifan dalam sistem kompetensi dan keterasingan dalam
individu dan mengorbankan aspek kognitif.

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini akan memupuk rasa kepedulian


sehingga mengubur sifat egoisme untuk menonjolkan kompetensi individu,
sehingga siswa menerima bahwa setiap temannya memiliki kekurangan dan
kelebihan masing- masing dalam kelompok belajarnya ( Abdau, 2016 dalam
Sholihah et al., Anonim).

2.6 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Secara garis besar sintaks dari model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yakni sebagai
berikut:

Fase-fase Perilaku Guru


Fase 1 Guru menyampaikan semua
Menyampaikan tujuan pembelajaran yang
tujuan dan ingin dicapai pada
memotivasi pembelajaran tersebut dan
siswa memotivasi siswa belajar.
Fase 2 Guru menyajikan informasi
Menyajikan kepada siswa dengan jalan
Informasi menyuguhkan berbagai
fakta, pengalaman yang
berkaitan langsung dengan
materi pelajaran.
Fase 3 Siswa dikelompokkan
Group atau menjadi kelompok
kelompok asal/dasar
dengan anggota 5 sampai 6
asal/dasar
orang dengan kemampuan
14
akademik yang heterogen.
Setiap anggota kelompok
diberikan sub pokok
bahasan
atau topik yang berbeda
untuk mereka pelajari.
Fase 4 Guru menyuruh siswa yang
Kelompok ahli mendapat topik sama
atau expor group berdiskusi dalam kelompok
ahli
Fase 5 siswa kembali ke kelompok
Tim ahli kembali asal/dasar untuk
pada kelompok menjelaskan apa yang
mereka dapatkan dalam
kelompok a
Fase 6 Semua siswa diberikan tes
yang melingkupi semua
Evaluasi
topik.
Fase 7 Guru memberikan
penghargaan baik secara
Penghargaan
individu maupun kelompok.
Ko
( Rusman, 2014 dalam
Sukarmini 2016)
2.7 Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya kelompok belajar yang


dilakukan oleh para siswa yang dilakukan dalam lingkup kelompok kecil, tentunya
pembelajaran yang dilakukan memiliki tahapan agar tercapainya tujuan pembelajaran
itu sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memiliki tahapan-tahapan sebagai
berikut :

1) Tahap penyampaian tujuan dan memotivasi siswa

Pada tahap ini guru berusaha semaksimal mungkin untuk memotivasi siswa
dengan mengajak siswa untuk melakukan tugas kelompok belajar dengan
memberikan reword dan aspirasi. Selain itu, Guru juga memberikan
penjelasan singkat mengenai tujuan apa yang akan didapat pada saat

15
pembelajaran.

2) Tahap penyajian informasi

Pada tahap ini guru menyampaikan informasi terkait skema jalannya


kelompok belajar yang akan dilakukan dan mendemonstrasikan kepada
siswa secara rinci dan jelas. Guru juga membuka pembelajaran dengan
penyampaian materi secara singkat sebagai pengantar proses kelompok

16
belajar. Guru juga menyampaikan materi apa yang akan disampaikanu
kepada seluruh siswa yang akan didiskusikan di kelompok belajarnya
masing-masing.

3) Tahap pengorganisasian siswa ke dalam kelompok belajar atau tahap


pembentukan kelompok belajar.

Tahapannya seperti :

a) Pada tahapan ini guru membentuk kelompok belajar dengan 5-6


orang siswa dalam satu kelompok belajar. Pemilihan kelompok
belajar ini harus heterogen dan merata sehingga semua siswa bisa
saling mengenal dan berkolaborasi.
b) Guru juga menugaskan kepada salah satu anggota kelompok untuk
memimpin kelompok belajar atau menjadi ketua.
c) Membagi Bab menjadi 5-6 subbab yang akan dipelajari oleh siswa.
Memberikan tugas kepada setiap siswa untuk mempelajari satu
subbab yang telah ditugaskan dan meminta siswa untuk memahami
dan mengusai subbab bagian mereka sendiri.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca subbab
bagiannya sedikitnya 2 sampai 3 kali sehingga siswa tidak perlu
menghafal.
e) mendiskusikan poin-poin yang utama dari segmen mereka dan
berlatih bersama dengan anggora kelompok ahli.
f) presentasi kepada kelompok jigsaw mereka. Dalam metode jigsaw
ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok merupakan
kelompok awal siswa terdiri dari beberapa anggota kelompok ahli
yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami sub topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal ketika kembali.
g) Meminta seluruh siswa yang terdapat di dalam kelompok belajar
untuk menyampaikan subbab yang telah dipelajari bersama anggota
kelompok ahli kepada anggota kelompok asalnya. Pada sesi ini
seluruh siswa anggota asalnya memiliki kesempatan untuk

17
menyampaikan sanggahan, pertanyaan, dan klarifikasi kepada
temannya yang menyampaikan subbab materi.

4) Tahap membimbing kelompok belajar, baik itu kelompok ahli ataupun


kelompok asli.

Guru berkeliling dari satu kelompok asal ke kelompok lain untuk memantau
jalannya diskusi pada kelompok belajar tersebut. Guru membimbing
kelompok ahli dan memberi tanggung jawab mengajarkannya kepada
kelompok asal.

5) Tahap evaluasi

Setiap siswa mempresentasikan hasil kerjanya dan guru mengevaluasi hasil


belajar terkait materi yang telah dipresentasikan. Guru juga mengamati hasil
yang disampaikan siswanya dan membuat catatan untuk mengoreksi,
menilai, dan mengapresiasi hasil yang disampaikan.

6) Tahap penghargaan

Di akhir kegiatan guru biasanya memberikan kuis atau pertanyaan serta


ujian terkait materi yang telah disampaikan siswa pada anggota kelompok
asli. Biasanya di akhir guru akan memberikan apresiasi kepada seluruh siswa
atas kegiatan yang telah dilakukan pada hari itu dan memberikan reward
kepada kelompok belajar terbaik. Guru memberi pujian kepada kelompok
yang terbaik dan memberi arahan kepada kelompok yang lain, mencari cara
untuk aktivitas siswa baik ujian maupun hasil individu (Lubis, 2016;
Sholihah, Anonim; Isjoni, 2009 Kartikasari, 2019; Mardliyah, 2015;
Samsidar,
2015;Carroline, 2018).

2.8 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Metode Jigsaw

Model pembelajaran seperti ini harus dioptimalkan karena dapat meningkatkan


kemampuan berkreasi siswa dan tentunya meningkatkan prestasi siswa. Di samping itu,
pembelajaran ini juga dapat meningkatkan komunikasi siswa karena berani
menyampaikan apa yang telah ia dapat kepada kelompok lain maupun kelompok
sendiri, sehingga siswa yang kurang percaya diri untuk menyampaikan bisa di latih
untuk lebih berani dengan pembelajaran model ini.

18
1) Kelebihan Metode Jigsaw

Ibrahim mengemukakan kelebihan dari metode jigsaw sebagai berikut:

a. Dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif

b. Menjalin/mempererat hubungan yang lebih baik antar siswa

c. Dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa

d. Siswa lebih banyak belajar dari teman mereka dalam belajar


kooperatif dari pada guru

Sementara itu Ratumanan menyatakan bahwa “interaksi yang terjadi


dalam bentuk kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Menurut Wina Sanjaya kelebihan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


adalah sebagai berikut:

a) Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok

b) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan masalah

c) Menerapkan bimbingan sesama teman

d) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi

e) Memperbaiki kehadiran

f) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar

g) Sikap apatis berkurang

h) Pemahaman materi lebih mendalam

i) Meningkatkan motivasi belajar

j) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

k) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok

l) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja


sama dengan kelompok lain

m) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.

19
2) Kekurangan Metode Jigsaw

Beberapa kelemahan jigsaw antara lain:

a) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan


keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet.

b) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah,


misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

c) Menimbulkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan


ruang belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah
posisi yang juga dapat menimbulkan gaduh.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan tanggung jawab siswa dan


pembelajaran orang lain karena siswa tidak hanya mempelajari materi yang
telah ia dapat, tetapi juga harus memberikan materi kepada orang lain. Model
pembelajaran ini terdiri dari kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang atau
lebih untuk saling bekerja saling ketergantungan positif dan bertanggung
jawab atas ketuntasan materi pelajaran yang harus dipelajari dan di
sampaikan kepada anggota kelompok lain dalam kegiatan pembelajaran.
Model pembelajaran ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa
dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa
yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk
mempelajari dan memahami materi tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas
yang berhubungan dengan materi yang kemudian dijelaskan kepada anggota
kelompok asal dan masing-masing diberi tanggung jawab untuk keberhasilan
masing-masing individu.

Menurut Wina Sanjaya, kekurangan pembelajaran kooperatif tipe


jigsaw adalah sebagai berikut :

1) Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa bingung dan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan pembelajaran baru;

2) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan

20
ketrampilan- ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing
maka

21
dikhawatirkan kelompok akan macet.

3) Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang pandai

4) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal


jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-
tugas dan pasif dalam diskusi.

5) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang
belum terkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang
dapat juga menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang
matang sebelum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

3) Kendala Metode Jigsaw

Beberapa hal yang bisa menjadi kendala aplikasi model ini di lapangan
yang harus kita cari jalan keluarnya, menurut Roy Killen, adalah :

a) Prinsip utama pola pembelajaran ini adalah ‘peer teaching”


pembelajaran oleh teman sendiri, akan menjadi kendala karena
perbedaan persepsi dalam memahami suatu konsep yang akan
didiskusikan bersama dengan siswa lain.

b) Dirasa sulit meyakinkan siswa untuk mampu berdiskusi menyampaikan


materi pada teman, jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan diri.

c) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah


dimiliki oleh pendidik dan ini biasanya dibutuhkan waktu yang cukup
lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelompok tersebut.

d) Awal penggunaan metode ini biasanya sulit dikendalikan, biasanya


membutuhkan waktu yang cukup dan persiapan yang matang sebelum
model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

e) Aplikasi metode ini pada kelas yang besar (lebih dari 40 siswa) sangat
sulit, tapi bisa diatasi dengan model team teaching.

Jigsaw merupakan bagian dari teknik-teknik pembelajaran kooperatif.


Jika pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif ini benar, akan
memungkinkan untuk dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Sampai saat ini pembelajaran

22
kooperatif

23
terutama teknik Jigsaw belum banyak diterapkan dalam pendidikan
walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan beberapa


hal yaitu :

1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat mendorong siswa


untuk menjadi siswa yang amndiri dan otonom.

2. Pergeseran peran guru selama pembelajaran sehingga mendorong adanya


pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu


aktivitas siswa dan kinerja guru. Kinerja guru pada tahapan ini meliputi
kegiatan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan membimbing
siswa dalam melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Dalam setiap langkah-langkah jigsaw ini peranan guru sebagai motivator
dan fasilitator yang baik bagi siswa.

3.2 SARAN

1. Dalam menerapkan pembelajarn kooperatif tipe jigsaw harus memperhatikan


tingkat heterogenitas masing-masing kelompok asal danb pemberian tugas
yang akan menjadi tim ahli sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Guru harus selalu memupuk tanggung jawab individu maupun kelompok


dalam pembelajaran.

25
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi, Joko Tri Prastya. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Abdurrahman Ginting. (2008). Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung :
Humaniora.
Acmad Sugandi & Haryanto. (2004). Teori Pembelajaran. Semarang: Unnes Pers.
Lie, Anita. (2008). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang- Ruang Kelas. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia.
Sani, M., Afifah, N., & Afniyanti, E. (2015). Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw Pada Materi Hakikat Biologi Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Rambah Hilir Tahun Pembelajaran 2014/2015 (Doctoral dissertation,
Universitas Pasir Pengaraian).
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Shoimin, Aris. (2014). 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: ArRuzz Media.
Sholihah, H. A. A., Koeswardani, N. F., & Fitriana, V. K. (2018). Metode Pembelajaran
Jigsaw Dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa SMP. KoPeN:
Konferensi Pendidikan Nasional, 1(1), 160-167.
Silberman, Melvin L. (2002). Active Learning 101 Stategi Pembelajarn Aktif. Yogyakarta:
Yappendis.
Koeswardani, N. F., Fitriana, V. K., & Semarang, U. N. (2015). Metode Pembelajaran
Jigsaw Dalam Meningkatkan. 160–167.
Slavin. (1994). Cooperative Learning, Riset dan Praktik. Bandung: Nusamedia.
Slavin, R. E. (2010). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep,Strategi, Dan
Implementsainya
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran KTSP. Bumi Aksara. Jakarta.
Arends, R. (2008). Learning To Teachbelajar Untuk Mengajar. Edisi ketujuh. Buku Dua.
Pustaka Pelajar. Jakarta.
Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar
Peserta Didik: Pustaka Pelajar. Jakarta.
Lie, A. (2004). Cooperative Learning : Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang
Ruang Kelas. Grasindo. Jakarta.

26
Marzuki, A. (2006). Implementasi Pembelajaran Kooperatif Dalam Upaya Meningkatkan
Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Tesis. UPI.
Bandung.
Masturoh, (2005). Pengaruh Pembelajaran Cooperatif Learning Dengan modelJigsaw
Terhadap Hasil Belajar matematika. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Maulidawati, (2007). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw untuk
meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. UPI. Bandung.
Slavin, R. (2008). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media.
Susanto, E. (2006). Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa dengan Metode Kooperatif
Teknik Jigsaw. htpp://www.sanggar matematika. [09 Maret 2009]
Carroline, D., Idrus, I., & Yennita. (2018). Penerapan Model Kooperatif Tipe Jigsaw untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Ipa-Biologi Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Kelas
VII. Diklabio: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Biologi. 2(2). 67-72.
Lubis, N.A., & Harahap, H. (2016). Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Jurnal As-
Salam.
1(1). 96-102.
Mardliyah, Ani. (2015). Metode Jigsaw Solusi Alternatif dalam Meningkatkan Motivasi
Belajar dan Prestasi Belajar Siswa. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam.
10(2). 229-259.
Kartikasari, C.P., Hunafa, U., & Altaftazani,D.H. (2019). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Pemahaman Matematika Siswa SD
Kelas
V. Jurnal of Elementary Education. 2(3). 109-116
Samsidar. (2018). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Ipa di Kelas VI Selokah Dasar. Jurnal Elementaria Edukasia. 1(1). 116-122.
Sholihah, H.A., Koeswardani, N.F., & Fitriana, V.K. (anonim). Metode Pembelajaran
Jigsaw dalam Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Siswa SMP. Prosiding
konferensi Pendidikan Nasional “Penguatan Karakter Bangsa Melalui Inovasi
Pendidikan di Era Digital”. Semarang. 160-167.
Ibrahim, dkk, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hal.
34.
Ratumanan, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, (Bandung:
Tarsito, 2002), hal. 23.
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

27
Kencana Prenada Media, 2006), hal. 242.
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 17.

28
Wina Sanjaya, Strategi...., hal. 243.
Ibrahim,M, dkk, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya:University Press, 2000), hal. 35.

29

Anda mungkin juga menyukai