Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF

STRATEGI PEMBELAJARAN EKONOMI


Dosen Pengampu: Sigit Wahyudi, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 4

Isti Dwie Rochmawati K7622065


Lutfi Tiara Salsabiella K7622073
Nada Aulia Pramudiasari K7622081
Naswa Naila Alifah K7622085
Rendi Qurniawan K7622093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi Pembelajaran
Kooperatif” dengan tepat waktu tanpa kurang suatu apapun.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada bidang studi Strategi Pembelajaran
Ekonomi di Universitas Sebelas Maret. Tugas makalah ini disusun guna menambah
pengetahuan dan wawasan penulis serta pembaca pada bidang pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari sepenuhnya, bahwa banyak menemui
hambatan dan kesulitan. Tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, penyusunan makalah ini
tidak akan terlaksana sebagaimana mestinya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, dengan senang hati kami menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca terutama dosen mata kuliah
Strategi Pembelajaran Ekonomi untuk kesempurnaan makalah ini ke depannya.

Surakarta, 8 Mei 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................3

A. Latar Belakang Munculnya Model Pembelajaran Kooperatif........................................3

B. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif...................................................................3

C. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif...........................................4

D. Prinsip Pembelajaran Kooperatif....................................................................................6

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif..........................................7

F. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif.......................................................8

G. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif..................................................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................13

iii
A. Kesimpulan......................................................................................................................13

B. Saran................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Strategi pembelajaran merupakan faktor penting yang
memengaruhi peningkatan prestasi belajar peserta didik, sehingga dalam
menentukan strategi belajar, seorang pendidik harus mempertimbangkan
banyak hal. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan
pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik adalah strategi
pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran kooperatif menurut Slavin
(Sinaga, 2019: 6) adalah satu model dari pembelajaran di mana siswa
belajar atau berdiskusi dan bekerja dalam kelompok-kelompok atau grup-
grup kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok atau grup yang heterogen. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Slavin (Nasution & Ritonga, 2019: 3) menunjukkan bahwa
penggunaan strategi kooperatif membantu peserta didik untuk mencapai
prestasi akademik yang lebih tinggi, karena kelompok dihargai
berdasarkan pembelajaran individual dari tiap anggotanya. Pendapat
Slavin tersebut sejalan dengan penelitian Fini, Zainlipour, dan Jamri
(Nasution & Ritonga, 2019: 3) yang menunjukkan bahwa penggunaan
strategi kooperatif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi
akademik peserta didik yang dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa yang
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa lain yang mengajarkan konsep
yang sama dengan metode tradisional. Dari beberapa pendapat di atas
maka strategi pembelajaran kooperatif ini dapat dipertimbangkan oleh
pendidik untuk diterapkan pada proses pembelajaran.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang munculnya model pembelajaran kooperatif


learning?
2. Apa pengertian model pembelajaran kooperatif?

3. Apa landasan pengembangan model pembelajaran kooperatif?

4. Apa saja prinsip pembelajaran kooperatif?

5. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran


kooperatif learning?
6. Apa saja langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif?

7. Apa saja jenis-jenis model pembelajaran kooperatif?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui latar belakang munculnya model pembelajaran


kooperatif.
2. Mengetahui pengertian model pembelajaran kooperatif.

3. Mengetahui landasan pengembangan model pembelajaran


kooperatif.
4. Mengetahui prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif.

5. Mengetahui apa saja kelemahan dan kelebihan model pembelajaran


kooperatif.
6. Mengetahui langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
learning.
7. Mengetahui jenis-jenis model pembelajaran kooperatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Munculnya Model Pembelajaran Kooperatif
Salah satu strategi dari model pembelajaran kelompok adalah
strategi pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Strategi pembelajaran
kooperatif merupakan strategi yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan
dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (dalam Sanjaya,
2016: 242) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan
kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri
dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir,
memecahkan masalah, dan mengintergrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.

B. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif


Kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperate yang berarti
bekerja bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain (Isjoni, 2007:
15). Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan


menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai
enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan
terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan

3
(reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.
Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan
positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan
tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal
dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka
akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap
individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi
demi keberhasilan kelompok (Sanjaya, 2016: 242).

C. Landasan Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif


Menurut Depdiknas, (2003: 5) untuk penerapannya, pendekatan
pembelajaran kooperatif memiliki landasan pengembangan, yaitu
konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya
(Questioning), masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).
Adapaun penjelasannya sebagai berikut:

1. Konstruktivisme (constructivism).
Kontruktivisme merupakan landasan berpikir pembelajaran
kooperatif teknik Tudassipulung, yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal, mengingat pengetahuan tetapi merupakan
suatu proses belajar mengajar di mana siswa sendiri aktif secara mental
membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh struktur pengetahuan
yang dimilikinya.

2. Menemukan (Inquiry).
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual Karen pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-
fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kegiatan menemukan
(inquiry) merupakan sebuah siklus yang terdiri dari observasi
(observation), bertanya (questioning), mengajukan dugaan
(hiphotesis), pengumpulan data (data gathering), penyimpulan
4
(conclusion).

3. Bertanya (Questioning).
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaan berbasis kontekstual.
Kegiatan bertanya berguna untuk: 1) menggali informasi, 2) menggali

5
pemahaman [maha] siswa, 3) membangkitkan respon kepada siswa, 4)
mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui [maha] siswa, 6) memfokuskan perhatian pada
sesuatu yang dikehendaki guru, 7) membangkitkan lebih banyak lagi
pertanyaan dari [maha] siswa, untuk menyegarkan kembali
pengetahuan [maha] siswa.

4. Masyarakat Belajar (Learning Community).


Konsep masyarakat belajar menyarankan hasil pembelajaran
diperoleh dari hasil kerja sama dari orang lain. Hasil belajar diperolah dari
sharing antar teman, antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang
belum tahu. Masyarakat belajar terjadi apabila ada komunikasi dua arah,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran
saling belajar.

5. Pemodelan (Modeling).
Pemodelan pada dasarnya membahasakan yang dipikirkan,
mendemonstrasi bagaimana guru menginginkan [maha] siswanya
untuk belajar dan melakukan apa yang guru inginkan agar [maha]
siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-
satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan [maha] siswa
dan juga mendatangkan dari luar.

6. Refleksi (Reflection).
Refleksi merupakan cara berpikir atau respons tentang apa yang
baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah
dilakukan dimasa lalu. Realisasinya dalam pembelajaran, guru
menyisakan waktu sejenak agar [maha] siswa melakukan refleksi yang
berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperoleh hari itu.

7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment).


Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberi gambaran mengenai perkembangan belajar siswa. Dalam
pembelajaran berbasis pembelajaran kooperatif teknik Tudassipulung,
6
gambaran perkembangan belajar [maha] siswa perlu diketahui
dosen/guru agar bisa memastikan bahwa [maha] siswa mengalami
pembelajaran yang benar. Fokus penilaian adalah pada penyelesaian
tugas yang relevan dan kontekstual serta penilaian dilakukan terhadap
proses maupun hasi

7
D. Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Menurut Kagan (Warsono, 2012:170) „pembelajaran kooperatif


memiliki prinsip- prinsip dasar yang perlu dimengerti oleh guru secara
mendalam sebagai landasan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
Keempat prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif di antaranya yaitu :
1. Positive Interdependence

Positive Interdependence akan terjadi bila perolehan setiap siswa


secara individu terkait dengan perolehan semua anggota dalam
kelompoknya. Saling ketergantungan positif yang terkuat akan diraih
bila prestasi kelompok tidak mungkin terjadi tanpa kesuksesan dan
kontribusi setiap anggota tim.
2. Individual Accountability

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk meningkatkan


kecakapan dan kinerja anggota kelompok yang lain maupun
meningkatkan kinerja kelompok secara keseluruhan. Penilaian
dilakukan terhadap individu maupun terhadap kelompok.
3. Equal Participation

Siswa belajar karena interaksinya dengan materi pembelajaran,


oleh sebab itu adanya partisipasi yang setara merupakan hal yang
penting bagi kesuksesan seluruh siswa. Untuk membangun kesetaraan
partisipasi harus diupayakan pergiliran pembagian tugas antar siswa
secara berkala.
4. Simultaneous Interaction

Interaksi antar siswa harus selalu dilaksanakan dan berlangsung


serentak. Pembelajaran tradisioanal melupakan hal ini karena umumnya
guru mendominasi sekitar 80%pembicaraan.

Berdasarkan keempat prinsip-prinsip yang telah dikemukakan oleh Kagan


dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, saling
ketergantungan sosial secara positif antar anggota kelompok merupakan

8
prinsip utama yang menjadi bibit pengembang prinsip yang lainnya. Ketika
saling ketergantungan positif sudah dapat ditanamkan pada individu di dalam
kelompok kooperatif, maka prinsip seperti tanggung jawab individu,
kesetaraan partisipasi, dan interaksi sosial akan tercipta secara terintegrasi.

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif


Metode cooperative learning diterapkan melalui kelompok kecil pada
semua mata pelajaran dan juga tingkat umur yang disesuaikan dengan kondisi
dan situasi pembelajaran. Keanggotaan kelompok biasanya terdiri dari siswa
yang berbeda baik dalam jenis kelamin, akademiknya maupun latar belakang
sosial ekonomi. Pada metode ini biasanya peserta didik yang memiliki
akademik tinggi dalam satu kelompok terdiri dari satu orang dan yang lainnya
yang memiliki akademik kurang. Nah dalam metode cooperative learning ini
juga memiliki kelebihan maupun kelemahannya sendiri-sendiri.

Kelebihan dari metode pembelajaran kooperatif menurut Hill & Hill (dalam
Ali, 2021: 259) menyatakan bahwa :

1. Meningkatkan prestasi siswa

2. Memperdalam pemahaman siswa

3. Dapat menyenangkan peserta didik

4. Mengembangkan sikap kepemimpinan

5. Mengembangkan sikap positif peserta didik

6. Mengembangkan sikap menghargai diri sendiri

7. Membuat belajar secara inklusif

8. Mengembangkan rasa saling memiliki

9. Mengembangkan keterampilan untuk masa depan

Kelemahan dari metode pembelajaraan kooperatif menurut Dess (dalam Ali,

9
2021: 259) menyatakan bahwa :

1. Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik

10
2. Membutuhkan waktu yang lama bagi guru sehingga guru tidak mau
menggunakan metode ini
3. Membutuhkan kemampuan khusus dari guru jadi tidak semua guru
dapat melakukan dan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
4. Menuntut sifat peserta didik seperti sifat suka bekerja sama.

F. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif


Dalam metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) ini memiliki 4
langkah utama yaitu :

1. Orientasi (kegiatan awal pembelajaran)

Merupakan langkah untuk mendorong kelas memusatkan perhatian


pada pembelajaran. Langkah ini berisikan curah pendapat, apersepsi
dengan menghubungkan pada materi baru, pengondisian kelas berisi
penciptaan sesuatu, pemberian motivasi, maupun penjelasan tentang
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Eksplorasi (kegiatan inti pertama)

Merupakan langkah mengajak atau mendorong peserta didik mencari


dan menemukan fakta, pengetahuan, masalah dan pemecahan.
Kegiatan utama dalam Langkah eksplorasi seperti peserta didik
menyimak penjelasan guru, bekerja kelompok, diskusi kelompok,
bekerja antar kelompok, dan diskusi antar kelompok.
3. Pemantapan (kegiatan inti kedua)

Merupakan langkah untuk memperdalam, memperluas, memperkuat


penguasaan materi dan kemampuan yang telah dicapai pada langkah
eksplorasi. Kegiatan utama pada langkah ini seperti kerja kelompok
kelas (memadukan hasil kerja antar kelompok lalu mengadakan
penyempurnaan dan menyiapkan bahan penyajian), diskusi kelas
(bergiliran atau kompetisi memberi penjelasan dan tanggapan, guru
atau peserta didik memberi penilaian), lalu tanya jawab guru

11
mengajak peserta didik memadukan hasil kerja dan juga diskusi kelas,
dan evaluasi dalam bentuk tes
4. Penyimpulan (kegiatan akhir pembelajaran)

Merupakan langkah untuk menyimpulkan tentang apa yang telah


dipelajari. Kegiatan utama dalam Langkah penyimpulan ini seperti
guru menyimpulkan materi dan kemampuan yang telah dipelajari dan
dilatihkan dan juga guru menegaskan pentingnya materi yang telah
dipelajari dalam kehidupan yang akan dating.

G. Jenis-Jenis Model Pembelajaran Kooperatif


Jenis-Jenis model pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) yaitu:

1. Jigsaw

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah

model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4 – 6 siswa secara heterogen, memberikan kesempatan
siswa dapat bekerja sama, saling ketergantungan positif di antara siswa
dan siswa mampu bertanggung jawab secara mandiri. (Rosyidah, 2016:
117)
2. NHT (Number Heads Together) (Kistian, 2018: 74-75)

Menururt Huda (2011:138), NHT memberikan kesempatan kepada


siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. NHT juga mampu meningkatkan semangat kerja sama siswa
dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Menurut Trianto (2010:82) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe NHT menggunakan empat fase yaitu:
a. Fase 1 (penomoran); Guru membagi peserta didik ke dalam
kelompok beranggotakan 3 – 5 orang dan kepada setiap anggota
kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

12
b. Fase 2 (mengajukan pernyataan); Guru mengajukan pertanyaan
kepada peserta didik
c. Fase 3 (berpikir bersama); peserta didik menyatukan pendapatnya
terhadap pertanyaan itu dan meyakinkan tiap kelompok dalam
timnya mengetahui jawaban itu
d. Fase 4 (menjawab);Guru memanggil suatu nomor tertentu,
kemudian peserta didik yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.
3. STAD (Student Teams Achievement Divisions)

Model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran di


mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen (tingkat
prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku) yang terdiri dari 4–5 siswa. Kegiatan
pembelajarannya diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran,
penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok
yang tercermin pada kerja tim. (Wijaya & Arismunandar, 2018: 181)
4. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

Menurut Siswanto dan Palupi (2013:77) model pembelajaran TAI


(Team Assisted Individualization) merupakan pembelajaran yang
mengkombinasikan antara belajar kooperatif dengan belajar individual.
Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
belajar secara mandiri dalam menyelesaikan masalah. Proses pembelajaran
diawali dengan belajar secara individu terhadap materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru sebelumnya, kemudian siswa diberi latihan
sial dan dikerjakan secara mandiri/individual. (Cahyaningsih, 2018: 2-3)
5. TPS (Think Pair Share)

Tipe TPS merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang


telah memiliki prosedur yang diterapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan saling membantu satu
sama lain. Metode pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengemukakan jawaban yang sangat tepat, serta mendorong siswa

13
untuk meningkatkan kerja sama antar siswa. (Mufidah, Effendi, Purwanti,
2013: 119-120)
6. Picture and Picture

Pebriana , et al (2017) mengatakan bahwa pembelajaran picture


and picture ini siswa dituntut harus bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang dikerjakan dalam kelompoknya. Pembelajaran model ini dalam
proses pembelajarannya juga menggunakan benda konkrit yaitu berupa
gambar-gambar nyata yang sesuai dengan materi pembelajaran.
(Prihatiningsih & Setyaningtyas, 2018: 4)
7. Problem Posing

Model pembelajaran problem posing pada prinsipnya adalah suatu


model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri
Model pembelajaran problem posing adalah suatu model pembelajaran
yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri, melalui
belajar soal (berlatih soal) secara mandiri.
8. Problem Solving

Model pembelajaran problem solving adalah modal yang


mengutamakan pemecahan masalah dalam kegiatan belajar untuk
memperkuat daya Nalar yang digunakan oleh peserta didik agar mendapat
pemahaman yang lebih mendasar dari materi yang disampaikan.
Model problem solving adalah sebuah metode pembelajaran yang
mengharuskan siswa berperan aktif dan mampu berpikir, karena dalam
problem solving siswa diharuskan mampu menganalisis materi mulai
dengan mencari data sampai dengan menarik kesimpulan.
9. Team Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model


pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang
digantikan dengan turnamen mingguan. Pada model pembelajaran
kooperatif ini, siswa siswa saling berkompetisi dengan siswa dari

14
kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi kelompoknya.

15
Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat permainan atau
turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif Meningkatkan hasil
belajar siswa.
10. Cooperative Integrated Reading and composition (CIRC)

Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC adalah sebuah model


pembelajaran yang sengaja dirancang untuk mengembangkan kemampuan
membaca, menulis, dan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik
pada jenjang pendidikan tinggi maupun jenjang dasar. Pada tipe model
pembelajaran kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat
kesempatan belajar melalui presentasi langsung oleh guru tentang
keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah
komposisi (naskah).
11. Learning Cycle (Siklus Belajar)

Learning cycle atau siklus belajar adalah pembelajaran dengan


rangkaian kegiatan yang dilakukan secara tepat dan teratur dengan
tahapan: pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration),
penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration/extension), dan evaluasi
(evaluation), setiap mahasiswa harus dapat membangun pengetahuan itu di
dalam otaknya sendiri karena tugas seorang guru hanyalah memfasilitasi.
12. Cooperative Script (CS)

Cooperative script adalah model Belajar di mana siswa bekerja


secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-
bagian dari materi yang dipelajari. Jadi model pembelajaran cooperative
script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan
pemberian wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian
diberikan kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan
memberikan/memasukkan ide-ide atau gagasan-gagasan baru ke dalam
materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa diarahkan untuk menunjukkan ide-
ide pokok yang kurang lengkap dalam materi yang ada secara bergantian
sesama pasangan masing-masing.

16
BAB III
PENUTU
P
A. Kesimpulan
Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran
yang menurut pendapat beberapa ahli dapat meningkatkan prestasi belajar
peserta didik. Strategi pembelajaran kooperatif ini menitikberatkan
pembelajaran pada kerja sama antar peserta didik di dalam kelompok atau grup
dan kerja sama antar kelompok atau grup. Kegiatan pembelajaran kooperatif
berpusat pada kerja sama antara peserta didik. Peserta didik yang belum
mengerti permasalahan atau materi yang sedang dibahas akan mendapatkan
penjelasan dari sesama rekan kelompoknya. Dalam pengembangan
pembelajaran kooperatif terdapat landasan pengembangan, yaitu konstruktivisme
(constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat-
belajar (Learning Community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic). Selain itu terdapat prinsip-prinsip dalam
dasar dalam pembelajaran kooperatif di antaranya yaitu; Positive
Interdependence, Individual Accountability, Equal Participation, dan
Simultaneous Interaction. Strategi pembelajaran kooperatif ini memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penerapannya. Salah satu kelebihan
dari strategi pembelajaran kooperatif ini adalah mengembangkan sikap positif,
kepemimpinan, saling menghargai dan saling memiliki pada diri peserta didik.
Sedangkan salah satu kelemahan dalam strategi pembelajaran ini adalah
membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik dan pendidik serta
memerlukan kemampuan khusus dari pendidik. Langkah-langkah yang harus
diterapkan pendidik dalam penggunaan strategi pembelajaran kooperatif ini
adalah, orientasi, eksplorasi, pemantapan dan penyimpulan. Selain itu, strategi
pembelajaran kooperatif memiliki banyak sekali jenis yang dapat dipilih oleh
pendidik dalam pembelajaran.

17
B. Saran
Sebagai pendidik dalam menentukan strategi pembelajaran haruslah
mempertimbangkan banyak hal. Strategi pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik dalam
proses pembelajaran. Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu
pendidik dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Dalam
memberikan pemahaman kepada peserta didik, pendidik hendaknya menjadi
seorang pengajar yang baik dan dapat menentukan atau memilih strategi
pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran yang akan di ajarkan.
Sedangkan bagi peserta didik hendaknya selalu berperan aktif dalam proses
pembelajaran, dan dalam pembelajaran kooperatif ini peserta didik
diharapkan dapat memelihara kerja sama antar teman maupun antar kelompok
serta dapat meningkatkan semangat dan solidaritas kelompok.

18
Daftar Pustaka

Ali, I. (2021). Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dalam pengajaran


Pendidikan agama islam. Jurnal Mubtadiin, 7 (1), 247-264.

Cahyaningsih, U. (2018). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI


(Team Assisted Individualization) untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran matematika. Jurnal Cakrawala Pendas, 4(1), 1-14.

Isjoni. (2014). Cooperative Learning: Efektifitas pembelajaran kelompok .

Bandung: Alfabeta.
Kistian, A. (2018). Pengaruh model pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) terhadap hasil belajar matematika siswa di kelas IV SDN 4 Banda
Aceh. Genta Mulia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 9(2), 71-82.

Mufidah, L., Effendi, D., & Purwanti, T. T. (2013). Penerapan model


pembelajaran kooperatif tipe TPS untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa
pada pokok bahasan matriks. Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI
Sidoarjo, 1(1), 117-125.

Nasution, W. nur, & Ritonga, A. A. (2019). Strategi pembelajaran kooperatif


konsepdiri dan hasil belajar sejarah. Medan: CV. Widya Puspita.

Prihatiningsih, E., & Setyanigtyas, E. W. (2018). Pengaruh penerapan model


pembelajaran picture and picture dan model make a match terhadap hasil
belajar siswa. JPsd (Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar), 4(1), 1-14.

Rosyidah, U. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw


terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Metro.
Jurnal SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 1(2), 115-124.

Sanjaya, W. (2016). Strategi pembelajaran berorientasi standar


proses pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group.

Santaria, R., Jufriadi, & Junaid, R. (2016). Penerapan model pembelaaran

19
kooperatif teknik tudassipulung. Prosiding seminar nasional , 02 (1), 693-
896.

Sinaga, D. (2019). Strategi pembelajaran. Jakarta Timur: UKI Press.


Suci, Y. T. (2018). Menelaah teori vygotsky dan interpedensasi sosial sebagai
landasan teori dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif di sekolah
dasar. Jurnal kajian penelitian pendidikan dan pembelajaran , 3 (1), 231-
239.

Syaodih, E. (2007). Pengembangan model pembelajaran kooperatif untuk


meningkatkan keterampilan sosial. Educare, 5 (1), 1-25.

Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif Teori dan Assesmen. Bandung:
Rosda

Wijaya, H., & Arismunandar, A. (2018). Pengembangan model pembelajaran


kooperatif tipe STAD berbasis media sosial. Jurnal Jaffray, 16(2), 175-
196

20
1

Anda mungkin juga menyukai