Anda di halaman 1dari 8

Proposal asesmen dan evaluasi Kurikulum Merdeka Belajar di Wilayah Kabupaten Sleman,

Daerah istimewa Yogyakarta (Secara Keseluruhan Sekolah)

A. PENGANTAR
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan sebuah inovasi dalam pendidikan di Indonesia yang
diluncurkan pada tahun 2019 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kurikulum ini
bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam memilih dan mengikuti
pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kebutuhan mereka sendiri. Dalam kurikulum ini,
siswa memiliki kesempatan untuk membuat rencana pembelajaran sesuai dengan minatnya dan
mengikuti kelas-kelas yang mereka pilih.

Kurikulum Merdeka di Kabupaten Sleman dilaksanakan serentak bulan Juli 2022. Menurut
sejumlah guru, Kurikulum Merdeka sudah diimplementasikan dengan cukup baik. Kurikulum
Merdeka dilaksanakan berdasarkan Capaian Pembelajaran yang telah diterbitkan oleh
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.jumlah lembaga pendidikan dari
tingkat PAUD, SD, hingga SMP di Kabupaten Sleman sebanyak 1.713 lembaga terdiri atas: 1.056
lembaga PAUD yang memiliki 33.873 murid dan 4.416 pendidik dan tenaga kependidikan; 513
lembaga SD yang memiliki 88.204 pelajar dan 6.132 pendidik dan tenaga kependidikan, dan 122
lembaga SMP yang memiliki 40.184 pelajar dan 3.125 pendidik dan tenaga kependidikan, serta
22 lembaga pendidikan kesetaraan yang memliki 3.141 murid dan 279 pendidik dan tenaga
pendidik (Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, 2021). Jumlah lembaga pendidikan, pelajar,
pendidik dan tenaga pendidikan dari tingkat PAUD, SD, hingga SMP di Kabupaten Sleman
termasuk dalam kategori besar; jika dibandingkan dengan komposisi di kabupaten/kota lainnya di
DIY. Dengan demikian,membutuhkan kemampuan tata kelola atau manajemen ekosistem
pendidikan di Kabupaten Sleman.

Namun,Problematika Kurikulum Merdeka di Kabupaten Sleman khususnya masalah asesmennya,


merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi kurikulum tersebut. Beberapa
masalah asesmen yang mungkin muncul antara lain:

1. Keberagaman Bentuk Asesmen: Dalam Kurikulum Merdeka, ada kebebasan untuk memilih
bentuk asesmen yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Hal ini dapat
menyebabkan perbedaan bentuk asesmen yang digunakan oleh setiap sekolah atau guru.
Akibatnya, akan sulit untuk membandingkan hasil asesmen antar sekolah atau guru.
2. Kualitas Asesmen: Dalam Kurikulum Merdeka, secara keseluruhan kualitas asesmen sangat
bergantung pada kemampuan guru dalam membuat dan menjalankan asesmen. Tidak semua guru
memiliki kompetensi yang memadai dalam penyusunan dan pelaksanaan asesmen. Hal ini dapat
memengaruhi validitas dan reliabilitas hasil asesmen, serta membuat perbandingan hasil asesmen
menjadi sulit dilakukan.
3. Ketidakjelasan Penentuan Standar Kompetensi: Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan
bagi sekolah untuk menentukan standar kompetensi yang digunakan. Ketidakjelasan dalam
penentuan standar kompetensi dapat menyebabkan perbedaan pemahaman dan ekspektasi antara
sekolah dan peserta didik. Hal ini berpotensi menghasilkan perbedaan dalam penilaian dan
evaluasi prestasi peserta didik.
4. Evaluasi Diri yang Terbatas: Kurikulum Merdeka mendorong adanya evaluasi diri yang
dilakukan oleh sekolah. Namun, tidak semua sekolah memiliki kemampuan dan sumber daya
untuk melakukan evaluasi diri secara efektif. Kurangnya evaluasi diri yang berkualitas dapat
menyebabkan kurangnya pemahaman akan keberhasilan atau kegagalan implementasi Kurikulum
Merdeka di sekolah tersebut.
5. Keterbatasan Sumber Daya: Implementasi Kurikulum Merdeka membutuhkan adanya
dukungan sumber daya yang memadai, seperti sarana dan prasarana, tenaga pendidik yang
kompeten, serta sistem pendukung yang memadai. Di beberapa sekolah di Kabupaten Sleman,
keterbatasan sumber daya tersebut mungkin menjadi kendala dalam pelaksanaan asesmen yang
optimal.

Tujuan dari kegiatan evaluasi/proposal kurikulum merdeka adalah untuk mengevaluasi dan
memperbaiki kurikulum yang ada serta mengusulkan perubahan atau inovasi dalam pendidikan
yang dapat memperkuat kemandirian siswa dalam proses belajar mereka. Tujuan tersebut
melibatkan beberapa aspek, antara lain:

1. Mengembangkan kemandirian siswa: Kurikulum merdeka bertujuan untuk


mengembangkan kemandirian siswa dalam belajar. Evaluasi dan proposal kurikulum
merdeka bertujuan untuk memastikan bahwa pendekatan serta metode pembelajaran yang
digunakan mampu memotivasi siswa untuk belajar secara mandiri dan aktif.
2. Menyesuaikan dengan tuntutan zaman: Kurikulum merdeka juga bertujuan untuk
memperbarui dan mengadaptasi kurikulum yang ada agar sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman dan kebutuhan siswa di era perkembangan teknologi dan informasi
yang pesat. Evaluasi dan proposal kurikulum merdeka bertujuan untuk mengevaluasi
relevansi materi pembelajaran yang ada dan menyusun proposal perubahan materi yang
lebih sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Meningkatkan kualitas pendidikan: Evaluasi dan proposal kurikulum merdeka juga
bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. Hal ini meliputi
peningkatan kualitas proses pembelajaran, peningkatan kompetensi guru, penguatan nilai-
nilai karakter, dan pengembangan metode evaluasi yang lebih relevan dan akurat.
Evaluasi dan proposal ini juga dapat membantu mengidentifikasi kelemahan yang ada
dalam kurikulum yang sedang berlaku dan mencari solusi untuk memperbaikinya.
4. Memperkuat kompetensi siswa: Kurikulum merdeka ditujukan untuk meningkatkan
kompetensi siswa dalam berbagai aspek kehidupan. Evaluasi dan proposal kurikulum
merdeka bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kekurangan dalam kurikulum
yang bisa mempengaruhi peningkatan kompetensi siswa, seperti pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai moral.

Sistematika proposal kurikulum merdeka di Kabupaten Sleman dapat diatur sebagai berikut:

1. Pendahuluan
a. Latar Belakang
- Mengapa perlu adanya kurikulum merdeka di Kabupaten Sleman
b. Tujuan
- Tujuan utama dari pengembangan kurikulum merdeka
c. Ruang Lingkup
- Lingkup dan batasan proposal ini

2. Tinjauan Pustaka
a. Konsep Kurikulum Merdeka
- Definisi dan prinsip-prinsip kurikulum merdeka
b. Pengalaman di Daerah Lain
- Studi kasus dari daerah lain yang telah menerapkan kurikulum merdeka

3. Metode Penelitian
a. Pendekatan
- Apakah menggunakan pendekatan kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya
b. Instrumen
- Metode pengumpulan data yang akan digunakan, misalnya wawancara, observasi, atau
kuesioner
c. Jumlah Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
- Jumlah sampel yang diperlukan dan teknik pengambilan sampel yang digunakan
d. Analisis Data
- Teknik analisis yang digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan

4. Pelaksanaan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Sleman


a. Rencana Pembelajaran
- Merinci rencana pembelajaran yang akan diimplementasikan
b. Penyusunan Materi Pembelajaran
- Proses penyusunan materi pembelajaran yang relevan dengan kurikulum merdeka
c. Penempatan Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran Baru
- Bagaimana guru dan siswa ditempatkan dalam konteks pembelajaran kurikulum merdeka
d. Penyusunan Kurikulum
- Tahapan dan proses penyusunan kurikulum merdeka yang berlaku di Kabupaten Sleman
e. Pembiayaan
- Rencana pembiayaan yang akan digunakan dalam implementasi kurikulum merdeka di
Kabupaten Sleman

5. Evaluasi dan Monitoring


a. Indikator Evaluasi
- Indikator yang akan digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan implementasi kurikulum
merdeka
b. Metode Monitoring
- Metode yang akan digunakan untuk memonitor kemajuan dan kesuksesan kurikulum
merdeka di Kabupaten Sleman
c. Upaya Peningkatan
- Tindakan yang diambil untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas kurikulum merdeka

6. Manfaat dan Dampak


- Potensi manfaat dan dampak positif dari implementasi kurikulum merdeka di Kabupaten
Sleman

7. Kesimpulan
- Ringkasan dari proposal ini dan kesimpulan yang diambil

8. Daftar Pustaka
- Referensi yang digunakan dalam penyusunan proposal.

B. PENJELASAN
Kurikulum Merdeka Belajar adalah konsep pendidikan yang diperkenalkan oleh Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia untuk
memperluas kebebasan belajar dan mengembangkan minat serta bakat siswa secara individual.
Pendekatan ini berfokus pada tanggung jawab pribadi siswa dalam mengelola proses
pembelajaran mereka sendiri.

Ada empat pilar utama dalam Kurikulum Merdeka Belajar yaitu:


1. Merdeka dalam Pembelajaran: Mendorong siswa untuk mengembangkan minat dan keinginan
belajar yang melebihi saja program studi yang tersedia. Siswa dapat memilih mata pelajaran,
metode pembelajaran, dan proyek-proyek yang relevan dengan minat mereka sendiri.

2. Merdeka dalam Waktu: Memberikan fleksibilitas bagi siswa untuk mengatur waktu mereka
sendiri dalam belajar dan penyelesaian tugas. Siswa dapat mengatur jadwal belajar mereka
sendiri sesuai dengan kondisi dan kegiatan di luar sekolah.
3. Merdeka dalam Tempat: Memberikan kebebasan bagi siswa untuk memilih tempat belajar
yang sesuai dengan preferensi atau kebutuhan mereka, seperti di sekolah, di rumah,
perpustakaan, atau tempat lain yang dirasa nyaman dan mendukung proses pembelajaran.

4. Merdeka dalam Bahan: Memberikan kebebasan bagi siswa untuk menggunakan sumber
belajar yang bervariasi dan relevan dengan minat dan bakat mereka. Siswa dapat mencari dan
menggunakan bahan bacaan, video, atau sumber belajar lainnya yang sesuai dengan tujuan
belajar mereka.

Melalui Kurikulum Merdeka Belajar, diharapkan siswa dapat merasa lebih bertanggung jawab
dan memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Mereka dapat mengembangkan diri secara
pribadi dan mengeksplorasi minat mereka sendiri, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
menarik dan bermakna bagi mereka.

Kompetensi yang akan dicapai dalam kurikulum Merdeka Belajar meliputi:


1. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning):
- Mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreatif, dan kolaboratif dalam mengatasi
masalah.
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam merencanakan, melaksanakan,dan mengevaluasi
proyek.

2. Penguatan literasi informasi dan digital:


- Meningkatkan kemampuan siswa dalam mencari, memilih, mengevaluasi, dan
mengintegrasikan informasi dari berbagai sumber.
- Mengajarkan keterampilan penggunaan teknologi dan media digital secara efektif dan etis.
3. Pengembangan kemandirian belajar:
- Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengatur waktu, mengatur tujuan belajar, dan
mengelola sumber daya.
- Mendukung kemampuan siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dan mengambil inisiatif.
4. Pengembangan wawasan global dan kecakapan lintas budaya:
- Meningkatkan pemahaman siswa tentang perbedaan budaya, agama, dan pandangan dunia.
- Mendorong siswa untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang dari latar belakang
yang berbeda.
5. Peningkatan keterampilan berbahasa asing:
- Mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, membaca, menulis, dan
mendengarkan menggunakan bahasa asing.
- Mendorong siswa untuk memahami budaya yang terkait dengan bahasa yang dipelajari.

Outcome pendidikan kurikulum merdeka berdasarkan UU dapat merujuk pada Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang mengatur landasan, tujuan, dan
prinsip pendidikan di Indonesia.

Menurut UU tersebut, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Pendekatan kurikulum merdeka dalam pendidikan dapat memberikan outcome sebagai berikut:
1. Peserta didik memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi diri sesuai minat, bakat, dan
kemampuan masing-masing.
2. Peserta didik memiliki kecakapan dalam berpikir kritis, berkomunikasi, berkolaborasi, dan
berkreasi.
3. Peserta didik memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja, termasuk
keterampilan digital.
4. Peserta didik memiliki pemahaman yang baik tentang nilai-nilai dan etika yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat.
5. Peserta didik memiliki kesadaran dan tanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup
dan keberlanjutan pembangunan.
Garis besar kompetensi yang akan dicapai dalam kurikulum merdeka adalah sebagai berikut:

1. Kompetensi Personal
- Mampu mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan spiritual.
- Mampu mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
- Mampu mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi.
- Mampu mengembangkan kemampuan mengatur diri dan mengambil keputusan.

2. Kompetensi Sosial
- Mampu berinteraksi secara positif dengan orang lain.
- Mampu bekerja sama dalam tim dan membangun hubungan yang harmonis.
- Mampu membantu dan memberikan dukungan kepada orang lain.
- Mampu menghargai perbedaan dan bertoleransi dalam kehidupan bermasyarakat.

3. Kompetensi Intelektual
- Mampu menjelaskan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai
bidang.
- Mampu mengembangkan keterampilan berpikir logis dan analitis.
- Mampu mengembangkan ketrampilan riset dan pengolahan informasi.
- Mampu mengembangkan kreativitas dan inovasi.

4. Kompetensi Belajar
- Mampu mengatur dan mengelola belajar secara mandiri.
- Mampu mengembangkan kemampuan beradaptasi dan fleksibilitas dalam belajar.
- Mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan evaluatif.
- Mampu mengembangkan kebiasaan belajar sepanjang hayat.

5. Kompetensi Digital
- Mampu menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dengan efektif dan efisien.
- Mampu mengembangkan literasi digital dan media.
- Mampu mengembangkan keterampilan digital untuk memecahkan masalah.
- Mampu mengembangkan keterampilan berpikir komputasional.

6. Kompetensi Kewirausahaan
- Mampu mengenali peluang dan menghasilkan ide-ide kreatif dalam berwirausaha.
- Mampu membuat, mengatur, dan mengelola perencanaan bisnis.
- Mampu mengembangkan keterampilan dalam memasarkan produk atau jasa.
- Mampu mengembangkan keterampilan dalam mengelola risiko.

Dengan mencapai kompetensi-kompetensi tersebut, diharapkan peserta didik dapat menjadi individu
yang berkarakter, mandiri, memiliki kepekaan sosial, dan mampu berkontribusi positif dalam
kehidupan bermasyarakat.

Bloom's taxonomy adalah sebuah kerangka dasar yang digunakan dalam perencanaan pembelajaran
untuk membantu guru dalam mengembangkan kurikulum mereka. Tujuan utama dari Bloom's
taxonomy adalah untuk mempromosikan pemikiran kritis dan pemecahan masalah dalam
pembelajaran siswa.

Pada tahun 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mencanangkan program
"Kurikulum Merdeka" yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan
memberikan kebebasan kepada sekolah dalam pengembangan kurikulum mereka sendiri.
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, Bloom's taxonomy dapat menjadi landasan yang berguna.
Karena kurikulum yang dikembangkan oleh sekolah akan didesain sedemikian rupa untuk memenuhi
kebutuhan dan karakteristik siswa mereka, menggunakan Bloom's taxonomy dapat membantu sekolah
dalam merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan siswa.

Salah satu keunggulan Bloom's taxonomy adalah memberikan panduan yang jelas tentang berbagai
tingkat pemikiran yang dapat dicapai siswa. Hal ini memungkinkan guru dan sekolah untuk
merencanakan pembelajaran yang berpusat pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi,
seperti menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.

Dengan menggunakan Bloom's taxonomy dalam Kurikulum Merdeka, sekolah dapat merancang
pembelajaran yang lebih bervariasi dan menantang, sehingga meningkatkan pengalaman belajar siswa

C. ASESMEN DAN PROSEDUR ASESMEN


Asesmen merupakan proses pengumpulan dan evaluasi data atau informasi untuk membuat keputusan
dan mengevaluasi kemajuan peserta didik atau kualitas suatu program atau kegiatan. Dalam konteks
kurikulum merdeka, asesmen memiliki peran yang sangat penting untuk mendapatkan gambaran
mengenai pencapaian kompetensi peserta didik secara holistik dan komprehensif.

Prosedur asesmen dalam kurikulum merdeka dapat dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain:

1. Identifikasi Tujuan Asesmen: Langkah pertama dalam prosedur asesmen adalah


mengidentifikasi tujuan yang ingin dicapai melalui asesmen tersebut. Tujuan asesmen dapat
meliputi penilaian terhadap pencapaian kompetensi peserta didik, identifikasi kebutuhan
pembelajaran, atau evaluasi program atau kegiatan.

2. Pemilihan Metode Asesmen: Setelah tujuan asesmen ditetapkan, langkah selanjutnya adalah
memilih metode asesmen yang sesuai. Metode asesmen yang dapat digunakan dalam
kurikulum merdeka antara lain tes tertulis, tugas proyek, observasi, wawancara, atau
portofolio.

3. Perancangan Instrumen Asesmen: Instrumen asesmen harus dirancang dengan baik untuk
mengumpulkan data yang relevan dan valid mengenai pencapaian kompetensi peserta didik.
Instrumen asesmen dapat berupa soal tes, rubrik penilaian, daftar periksa, atau formulir
observasi.

4. Implementasi Asesmen: Setelah instrumen asesmen dirancang, langkah selanjutnya adalah


mengimplementasikan asesmen tersebut. Proses implementasi asesmen dapat dilakukan oleh
guru atau tenaga asesmen yang telah terlatih sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
peserta didik.

5. Pengumpulan Data: Data yang diperoleh dari proses asesmen dikumpulkan dengan teliti dan
akurat. Data dapat berupa jawaban tes, hasil observasi, hasil wawancara, atau hasil proyek
yang telah diselesaikan peserta didik.

6. Analisis dan Interpretasi Data: Data asesmen yang telah dikumpulkan dianalisis dan
diinterpretasikan untuk memperoleh pemahaman mengenai kemajuan peserta didik atau
evaluasi suatu program atau kegiatan. Hasil analisis dapat digunakan untuk membuat
keputusan bagi peserta didik maupun untuk perbaikan program atau kegiatan.

Kognitif asesmen adalah proses pengukuran kemampuan kognitif seseorang melalui tes dan instrumen
penilaian lainnya. Kurikulum Merdeka, juga dikenal sebagai Kurikulum 2013, adalah kurikulum
nasional yang diterapkan di Indonesia. Kurikulum Merdeka didasarkan pada empat pilar pendidikan
yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai.
Referensi untuk kognitif asesmen dalam Kurikulum Merdeka dapat dilihat dalam dokumen resmi
Kurikulum 2013. Dokumen ini berisi panduan bagi guru dan sekolah dalam melaksanakan asesmen
kognitif siswa. Referensi lainnya dapat ditemukan dalam literatur dan penelitian tentang metode dan
instrumen asesmen kognitif yang digunakan dalam pendidikan.

Afektif adalah salah satu domain dalam kurikulum merdeka yang mengacu pada aspek emosi, sikap,
dan nilai. Asesmen afektif dalam kurikulum merdeka bertujuan untuk mengukur perkembangan
afektif siswa, seperti keterampilan sosial, kemampuan berempati, sikap terhadap diri sendiri dan orang
lain, serta nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

Psikolomor atau psikologi penilaian merupakan suatu teknik atau metode yang digunakan untuk
mengukur kemampuan kognitif atau psikomotorik individu. Asesmen kurikulum merdeka adalah
salah satu bentuk asesmen yang didasarkan pada pendekatan kurikulum merdeka yang diperkenalkan
oleh Ki Hadjar Dewantara.

D. PENILAIAN KUALITAS (OUTCOME)


Penilaian kualitas kurikulum Merdeka di Sleman dapat dilakukan berdasarkan beberapa faktor,
seperti:

1. Relevansi dengan kebutuhan siswa: Kurikulum Merdeka di Sleman harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan siswa dalam menghadapi tuntutan dan tantangan dunia kerja. Kurikulum tersebut harus
mampu menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.

2. Efektivitas pembelajaran: Kurikulum Merdeka harus mampu memberikan hasil pembelajaran yang
efektif bagi siswa. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Pengembangan keterampilan 21st century: Kurikulum Merdeka di Sleman diharapkan mampu


mengembangkan keterampilan 21st century, seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas,
komunikasi, kerjasama, dan pemecahan masalah. Penilaian dapat dilakukan dengan melihat
kemampuan siswa dalam mengaplikasikan keterampilan ini dalam kegiatan pembelajaran.

4. Peningkatan soft skills: Kurikulum Merdeka di Sleman juga diharapkan dapat meningkatkan soft
skills siswa, seperti kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, bekerja dalam tim, dan mengelola diri.
Penilaian dapat dilakukan dengan melihat perkembangan siswa dalam mengembangkan soft skills ini
selama mengikuti kurikulum ini.

5. Responsif terhadap perubahan: Kurikulum Merdeka di Sleman harus mampu merespons perubahan
dan perkembangan pesat dalam dunia pendidikan dan teknologi. Kurikulum ini harus selalu diperbarui
dan disesuaikan dengan perkembangan terkini agar tetap relevan dan efektif.

Secara keseluruhan, penilaian kualitas kurikulum Merdeka di Sleman harus melibatkan berbagai
pihak, seperti guru, siswa, orang tua, dan masyarakat setempat. Dengan melakukan penilaian yang
komprehensif, akan dihasilkan langkah-langkah perbaikan yang dapat meningkatkan kualitas
kurikulum Merdeka di Sleman.
DAFTAR PUSTAKA
(Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, No 57 Tahun
2020 tentang Penilaian Hasil Belajar pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.)
(Situs resmi Kemendikbudristek: www.kemdikbud.go.id.)
(Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
(Permendikbud Nomor 20 Tahun 2019 tentang Standar Kurikulum dan Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah)
( Perkins, D. N., & Hulburd, S. (2020). Active Learning: Theories and Best Practices. American
Institute of Physics.)
(Association of College & Research Libraries. (2020). Framework for Information Literacy for Higher
Education. ACRL.) (Vocke, D. E. (2017). Self-regulated learning and academic achievement: A case
study in teacher education. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education,
29(1), 74-83.)
(Deardorff, D. K. (2017). Intercultural competence in higher education: International approaches,
assessment and application. Routledge.)
(Byram, M. (2018). Foreign language competence in higher education. The Routledge Handbook of
Language Awareness, 326-340.)

Anda mungkin juga menyukai