Anda di halaman 1dari 4

ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN

Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang – orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Dikatakan ciri khas oleh
karena bidang tersebut diperoleh bukan secara kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh
melalui suatu jalur khusus. Dalam prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani
masyrakat tentunya memerlukan satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang–orang
yang memiliki pekerjaan atau keahlian yang sejenis.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa organisasi profesi kependidikan adalah
sebuah wadah perkumpulan orang – orang yang memiliki suatu keahlian dan keterampilan
mendidik yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan latihan yang relatif lama, serta
dilakukan dalam lembaga tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.
Contoh organisasi pendidik

1. Ikatan Guru Indonesia (IGI)

Ikatan Guru Indonesia (IGI) merupakan organisasi profesi guru yang disahkan oleh pemerintah
melalui SK Depkumham Nomor AHU-125.AH.01.06.Tahun 2009, tertanggal 26 November
2009. Melalui wadah IGI, diharapkan para guru dapat mengubah dirinya sendiri tanpa harus
bergantung pada pihak lain dan sekaligus bersiap menjadi lokomotif penggerak perubahan bagi
bangsa. Dengan motto "Sharing and Growing Together", Ikatan Guru Indonesia akan menjadi
komunitas yang tepat bagi para guru dan siapa saja yang tertarik dan peduli pada pentingnya
memajukan dunia pendidikan dan keguruan. 

2. Federasi Guru Independen Indonesia (FGII)

FGII adalah Federasi Guru Independen Indonesia, yang di deklarasikan oleh berbagai guru dan
juga organisasi-organisasi guru yang berasal dari seluruh Indonesia pada tanggal 17 Januari
2002. Organisasi ini diharapkan menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membebaskan guru serta anak didik dari pembodohan secara struktural, keterkungkungan bagi
profesinya, maka sudah saatnyalah di era reformasi sekarang guru harus bangkit untuk menjadi
“Sang Pembebas” dan menjadikan pendidikan sebagai wahana pencerahan dan pembebasan,
sehingga pendidikan tidak lagi menjadi tempat pembodohan dan pengkerdilan ilmu pengetahuan,
melainkan sebagai wahana pengembangan diri siswa dan guru secara profesional, mandiri,
kreatif, inovatif, dan bertanggung jawab. Untuk itu adalah penting kehadiran Organisasi Guru
yang Independen dan bebas dari campur tangan negara/pemerintah.

3. Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)

Dalam kurun waktu empat dasawarsa terakhir ini, perjuangan guru dalam mencapai cita-cita
terasa masih jauh dari yang diharapkan. Pembangunan politik, ekonomi, sosial, dan budaya
sering kali mengabaikan peran guru dalam peningkatan kapasitas dan kualitas guru. Guru-guru
Indonesia yang merindukan terwujudnya pendidikan berkualitas dan berkeadilan menyatukan
diri dalam suatu organisasi guru baru yang dinamakan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI).
Wadah yang terbuka untuk semua guru Indonesia itu diharapkan mampu memperjuangkan posisi
tawar organisasi guru di negeri ini yang diperhitungkan pemerintah dalam mengambil kebijakan
pendidikan di Tanah Air. Dalam manifesto pendidikan yang diusung FSGI, pendidikan diyakini
sebagai hak warga negara yang mesti dipenuhi pemerintah. Karena itu, pendidikan berkualitas
mesti diterima semua warga negara, tanpa membeda-bedakan siswa berdasarkan tingkat
kecerdasan, kekhususan, maupun kategori kaya-miskin. FSGI berdiri sekitar awal Januari 2011
yang dideklarasikan di kantor ICW Jakarta. Walaupun masih “bayi”, tetapi kelahiran FSGI ini
dibidani oleh beberapa tokoh pendidikan dan aktivis LSM. Ada nama Ade Irawan (ICW),
Lodewijk F. Paat (Koalisi Pendidikan) bersama saudaranya Jimmy Paat, ada beberapa aktivis
LBH Jakarta.

4. Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia (PGMRI)

Dalam dunia pendidikan Guru-guru madrasah masih banyak yang belum berdaya dan belum
banyak berperan, sehingga belum bisa dibanggakan. Masih Bnyak guru madrasah yang kurang
percaya diri, kurang profesional, dan kurang bangga untuk mengatakan dirinya sebagai guru
madrasah. Memang, tidak semua guru madrasah mengalami kondisi seperti itu, tetapi jumlahnya
relatif kecil. Kondisi yang demikian ini mempengaruhi mutu pendidikan madrasah yang kita
harapkan yaitu melahirkan output yang bekualitas, cerdas dan berakhlak mulia. Sehingga
madrasah dapat menjadi tumpuan masyarakat di bidang pendidikan. Bahkan madrasah dapat
dijadikan pusat pembangunan peradaban. Oleh karena itu harus ada upaya-upaya untuk
melakukan perubahan ke arah terwujudnya guru madrasah yang profesional, sejahtera, dan
bermartabat. Namun demikian, untuk melakukan perubahan itu bukanlah sesuatu yang mudah
karena dihadapkan pada berbagai faktor, seperti kultur, struktur, pencitraan, dan sebagainya.
Oleh karena itu perubahannya harus dilakukan secara terencana dan terorganisasi. Berdasarkan
pemikiran itulah diperlukan adanya sebuah organisasi guru madrasah. Pada awalnya organisasi
ini muncul dengan nama Persatuan Guru Madrasah (PGM), tetapi di dalam perjalanannya
banyak masukan nama, diantaranya Persatuan Guru Madrasah Republik Indonesia (PGMRI),
Persatuan Guru Madrasah Indonesia (PERGAMI), dan Persatuan Guru Madrasah Indonesia
(PGMI).
5. HISAPIN (Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia)
HISAPIN lahir pada tahun 1991 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, dengan Ketua Dr. Sutjipto
yang ketika itu menjabat sebagai Pembantu Rektor II IKIP Padang; beberapa tahun kemudian
beliau menjadi Rektor IKIP Jakarta (1997-2005). Ketika itu IKIP Padang melaksanakan Seminar
Nasional di bidang Pendidikan dengan mengundang seluruh pimpinan jurusan dan dosen
Administrasi Pendidikan di lingkungan FIP dan FKIP. Seminar tersebut didukung oleh Prof. H.
A. R. Tilaar (Deputi Bappenas).
Tujuan Organisasi Profesi Kependidikan
Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan
profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38
tahun 19992, pasal 61, ada lilma misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan
dan/atau mengembangkan (1) karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat,
dan (5) kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum ialah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional. Secara umum tujuan organisasi profesi
kependidikan adalah sebagai berikut :
1.    Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan upaya dalam
mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang
dimaksud adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas. Organisasi profesi
berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya peningkatan karier setiap anggota. Adalah
kewajiban organisasi profesi kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi
anggotanya mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.
2.    Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya
kompetensi kependidikan yang handal. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para
pengemban profesi akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
3.    Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional anggota, merupakan upaya
para profesional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya.
Organisasi profesi keendidikan bertujuan untuk megembangkan dan meningkatkan kemampuan
kepada anggotanya melalui pendidikan atau latihan terprogram.
4.    Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi profesi
kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak
melakukan praktik melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan
martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
standar etis yang disepakati.
5.    Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteraan, merupakan upaya organisasi profesi
keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir batin anggotanya. Dalam teori Maslow,
kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam meningkatkan kesejahteraan
anggota. Asprasi anggota melalui organisasi terhadap pemerintah akan lebih terindahkan
dibandingkan individu.

Anda mungkin juga menyukai