Anda di halaman 1dari 8

Tugas pertama

Nama : Khairuna Pohan


Nim : 2219029
Mata Kuliah : Tathwir Manhaji Ta’lim

KONSEP DASAR KURIKULUM

1. Pengertian kurikulum
Pengertian kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan
mengenai isi dan bahan pembelajaran yang dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Secara etimologis, kurikulum berasal dari istilah curriculum dimana dalam
bahasa inggris, kurikulum adalah rencana pelajaran. Curriculum berasal dari bahasa
latin yaitu currere, kata currere memiliki banyak arti yaitu berlari cepat, maju dengan
cepat, menjalani dan berusaha untuk. Dalam bahasa arab, kurikulum disebut
dengan manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada berbagai bidang
kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan bahasa arab yang dikenal dengan
istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada kamus tarbiyah adalah
seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan lembaga pendidikan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang harus
ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pembelajaran untuk
memperoleh penghargaan yang berupa ijazah. Dari pengertian tersebut, dalam
kurikulum terkandung dua hal pokok,yaitu : (1). adanya mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa dan (2). Tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.
Pengertian secara luas kurikulum itu tidak terbatas hanya pada sejumlah mata
pelajaran saja, tetapi mencakup semua pengalaman belajar (learning experience) yang
dialami siswa dan mempengaruhi perkembangan pribadiya. Toto Ruhimat dkk
(Saylor, Alexander dan lewis, 1974) mengemukakan “kurikulum sebagai segala upaya
sekolah untuk mempengaruhi siswa supaya belajar, baik dalam ruangan kelas,
dihalaman sekolah, maupun di luar sekolah”.
Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan pengertian kurikulum
ditinjau dari tiga dimensi, yaitu:”sebagai ilmu, sebagai sistem dan sebagai rencana”.
Toto Ruhimat dkk (S. Hamid Hasan,1988) mengemukakan bahwa kurikulum memiliki
empat dimensi pengertian, yaitu: “(1) kurikulum sebagai suatu ide/gagasan, (2)
kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujudan dari
kurikulum sebagai suatu ide, (3) kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula
disebut dengan istilah kurikulum sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum.
Secara teoritis dimensi kurikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis.(4) kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari
kurikulum sebagai suatu kegiatan”.
2. Konsep kurikulum
Konsep terpenting yang perlu mendapatkan penjelasan dalam teori kurikulum
adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, kurikulum sebagai
substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

a. Konsep pertama, kurikulum sebagai suatu substansi:

Suatu kurikulum, dipandang orang sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi
murid-murid di sekolah, atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai.
Suatu kurikulum juga dapat menunjuk kepada suatu dokumen yang berisi rumusan
tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi. Suatu
kurikulum juga dapat digambarkan sebagai dokumen tertulis sebagai hasil
persetujuan bersama antara para penyusun kurikulum dan pemegang
kebijaksanaan pendidikan dengan masyarakat. Suatu kurikulum juga dapat
mencakup lingkup tertentu, suatu sekolah, suatu kabupaten, propinsi, ataupun
seluruh negara.
b. Konsep kedua, adalah kurikulum sebagai suatu sistem:
Yaitu sistem kurikulum. Sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem
persekolahan, sistem pendidikan, bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem
kurikulum mencakup struktur personalia, dan prosedur kerja bagaimana cara me-
nyusun suatu kurikulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempurnakannya.
Hasil dari suatu sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum, dan fungsi
dari sistem kurikulum adalah bagaimana memelihara kurikulum agar tetap dinamis.

c. Konsep ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi:

Yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli
kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang
studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.
Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari konsep-konsep dasar
tentang kurikulum. Melalui studi kepustakaan dan berbagai kegiatan penelitian
dan percobaan, mereka menemukan hal-hal barn yang dapat memperkaya dan
memperkuat bidang studi kurikulum.
Seperti halnya para ahli ilmu sosial lainnya, para ahli teori kurikulum juga dituntut
untuk:

(1) mengembangkan definisi-definisi deskriptif dan preskriptif dari istilah-istilah


teknis,

(2) mengadakan klasifikasi tentang pengetahuan yang telah ada dalam pengetahuan-
pengetahuan baru,

(3) melakukan penelitian inferensial dan prediktif,

(4) mengembangkan subsubteori kurikulum, mengembangkan dan melaksanakan


model-model kurikulum.
Keempat tuntutan tersebut menjadi kewajiban seorang ahli teori kurikulum.
Melalui pencapaian keempat hal tersebut baik sebagai subtansi, sebagai sistem,
maupun bidang studi kurikulum dapat bertahan dan dikembangkan.

3. teori Perkembangan kurikulum


Perkembangan teori kurikulum tidak dapat dilepaskan dari sejarah
perkembangannya. Perkembangan kurikulum telah dimulai pada tahun 1890 dengan
tulisan Charles dan McMurry, tetapi secara definitif berawal pada hasil karya Franklin
Babbit tahun 1918. Bobbit Bering dipandang sebagai ahli kurikulum yang pertama, is
perintis pengembangan praktik kurikulum. Bobbit adalah orang pertama yang
mengadakan analisis kecakapan atau pekerjaan sebagai cara penentuan keputusan
dalam penyusunan kurikulum. Dia jugalah yang menggunakan pendekatan ilmiah
dalam mengidentifikasi kecakapan pekerjaan dan kehidupan orang dewasa sebagai
dasar pengembangan kurikulum.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh
sejumah kecakapan pekerjaan. pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-
kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harus
dikuasai untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung
pada tingkatannya maupun jenis lingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan
kehidupan menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan,
apresiasi tertentu. Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal
itu ada serentetan pengalaman yang harus dikuasai anak. Seluruh tujuan beserta
pengalaman-pengalaman tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.
Werrett W. Charlters (1923) setuju dengan konsep Bobbit tentang analisis
kecakapan/pekerjaan sebagai dasar penyusunan kurikulum. Charters lebih
menekankan pada pendidikan vokasional.
Ada dua hal yang sama dari teori kurikulum, teori Bobbit dan Charters. Pertama,
keduanya setuju atas penggunaan teknik ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah
kurikulum. Dalam hal ini mereka dipengaruhi oleh gerakan ilmiah dalam pendidikan
yang dipelopori oleh E.L. Thorndike, Charles Judd, dan lain-lain. Kedua, keduanya
bertolak pada asumsi bahwa sekolah berfungsi mempersiapkan anak bagi kehidupan
sebagai orang dewasa. Untuk mencapai hal tersebut, perlu analisis tentang tugas-tugas
dan tuntutan dalam kurikulum disusun keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan
lain-lain yang diperlukan untuk dapat berpartisipasi dalam kehidupan orang dewasa.
Bertolak pada hal-hal tersebut mereka menyusun kurikulum secara lengkap dalam
bentuk yang sistematis.
Mulai tahun 1920, karena pengaruh pendidikan progresif, berkembang gerakan
pendidikan yang berpusat pada anak (child centered). Teori kurikulum berubah dari
yang menekankan pada organisasi isi yang diarahkan pada kehidupan sebagai orang
dewasa (Bobbit dan Charters) kepada kehidupan psikologis anak pada saat ini. Anak
menjadi pusat perhatian pendidikan. Isi kurikulum harus didasarkan atas minat dan
kebutuhan siswa. pendidikan menekankan kepada aktivitas siswa, siswa belajar
melalui pengalaman. Penyusunan kurikulum harus melibatkan siswa.
Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell.
Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida, Virginia), is
mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan
(society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif.
Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru-
guru, berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi
dari penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan
tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil, dan
sebagainya.
pada tahun 1947 di Univeristas Chicago berlangsung diskusi besar pertama
tentang teori kurikulum. Sebagai hasil diskusi tersebut dirumuskan tiga tugas utama
teori kurikulum:
(1) mengidentifikasi masalah-masalah penting yang muncul dalam
pengembangan kurikulum dan konsep-konsep yang mendasarinya,
(2) menentukan hubungan antara masalah-masalah tersebut dengan struktur yang
mendukungnya,
(3) mencari atau meramalkan pendekatan-pendekatan pada masa yang akan
datang untuk memecahkan masalah tersebut.
Ralph W. Tylor (1949) mengemukakan empat pertanyaan pokok yang menjadi inti
kajian kurikulum:

1. Tujuan pendidikan yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah?

2. pengalaman pendidikan yang bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai


tujuan tersebut?

3. Bagaimana mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif?

4. Bagaimana kita menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?


Empat pertanyaan pokok tentang kurikulum dari Tylor ini banyak dipakai oleh
para pengembangan kurikulum berikutnya. Dalam konferensi nasional perhimpunan
pengembang dan pengawas kurikulum tahun 1963 dibahas dua makalah penting dari
George A. Beauchamp dan Othanel Smith. Beauchamp menganalisis pendekatan
ilmiah tentang tugas-tugas pengembangan teori dalam kurikulum. Menurut
Beauchamp, teori kurikulum secara konseptual berhubungan erat dengan
pengembangan teori dalam ilmu-ilmu lain. Hal-hal yang penting dalam pengembangan
teori kurikulum adalah penggunaan istilah-istilah teknis yang tepat dan konsisten,
analisis dan klasifikasi pengetahuan, penggunaan penelitianpenelitian preckktif untuk
menambah konsep, generalisasi atau kaidahkaidah, sebagai prinsip-prinsip yang
menjadi pegangan dalam menjelaskan fenomena kurikulum.
Dalam makalah kedua, Othanel Smith menguraikan peranan filsafat dalam
pengembangan teori kurikuklm yang bersifat ilmiah. Menurut Smith, ada tiga
sumbangan utama filsafat terhadap teori kurikulum, yaitu dalam (1) merumuskan dan
mempertimbangan tujuan pendidikan, (2) memilih dan menyusun bahan, dan (3)
perluasan bahasa khusus kurikulum.
James B. MacDonald (1964) melihat teori kurikulum dari model sistem. Ada
empat sistem dalam persekolahan yaitu kurikulum, pengajaran (instruction), mengajar
(teaching), dan belajar. Interaksi dari empat sistem ini dapat digambarkan dengan
suatu diagram Venn. Melihat kurikulum sebagai suatu sistem dalam sistem yang lebih
besar yaitu persekolahan dapat memperjelas pemikiran tentang konsep kurikulum.
Penggunaan model sistem juga dapat membantu para ahli teori kurikulum menentukan
jenis dan lingkup konseptualisasi yang diperlukan dalam teori kurikulum.

Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960


sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai
bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa
kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.

Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang berasal


dari biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum. Fungsi
kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan mengembangkan
strukturnya. Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-
fungsional ini. Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-
fenomena kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan itu menyangkut:
(1) pertanyaan umum tentang fenomena kurikulum,
(2) sistem kurikulum,
(3) unit analisis dan unsurunsurnya,
(4) struktur sistem kurikulum,
(5) fungsi sistem kurikulum,
(6) proses kurikulum, dan
(7) prosedur analisis struktural-fungsional.
Alizabeth S. Maccia. (1965) dari hasil analisisnya menyimpulkan adanya empat teori
kurikulum, yaitu:
(1) teori kurikulum (curriculum theory),
(2) teori kurikulum-formal (formal-curriculum theory),
(3) teori kurikulum valuasional (valuational curriculum theory), dan
(4) teori kurikulum praksiologi (praxiological curriculum theory).
Teori kurikulum (curriculum Theory atau event theory) merupakan teori yang
menguraikan pemilihan dan pemisahan kejadian/peristiwa kurikulum atau yang
berhubungan dengan kurikulum dan yang bukan. Menurut Maccia, kurikulum
merupakan bagian dari pengajaran, teori kurikulum merupakan subteori pengajaran.
Teori kurikulum formal memusatkan perhatiannya pada struktur isi kurikulum. Teori
kurikulum valuasional mengkaji masalah-masalah pengajaran apa yang berguna/
berharga bagi keadaan sekarang. Teori kurikulum praksiologi merupakan suatu
pengkajian tentang proses untuk mencapai tujuan-tujuan kurikulum. Walaupun
mungkin, kita tidak setuju dengan seluruh pendapat Maccia, tetapi is telah berhasil
menunjukkan sejumlah dimensi kurikulum yang cukup berharga untuk menjelaskan
teori kurikulum.
Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dengan proses
pengembangan kurikulum. Kurikulum merupakan basil dari sistem pengembangan
kurikulum, tetapi sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson,
kurikulum merupakan seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum
berkenaan dengan tujuan dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan
kurikulum tersebut, pengalaman belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.
Johnson menganalisis enam unsur kurikulum, yaitu:
1. A curriculum is a structured series of intended learning out comes.
2. Selection is an essential aspect of curriculum formulation.
3. Structure is an essential charactistic of curriculum.
4. Curriculum guide instrcution
5. Curriculum evaluation involeves validation of both selection and structure.
6. Curriculum is the criterion for instructional evaluation.
Jack R. Frymier (1967) mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor,
artifak, dan pelaksanaan. Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum. Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses
interaksi antara aktor yang melibatkan artifak.
Dari semua uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan teori kurikulum,
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum,
yaitu:

1. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang


rangkaian kejadian yang dicakupnya.

2. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan


sumber-sumber pangkal tolaknya.
3. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik dari desain
kurikulumnya.

4. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan


kurikulumnya serta interaksi di antara proses tersebut.

5. Setiap teori kurikulum hendaknya menyiapkan diri bagi proses


penyempurnaannya.

Anda mungkin juga menyukai