Dosen Pengampu :
Ahmad Khusaini, M. Pd.
Disusun Oleh:
A. Latar Belakang
Perkembangan di seputar penilaian hasil pembelajaran siswa
sejalan dengan perkembangan kurikulum yang dipergunakan. Hal itu
disebabkan penilaian merupakan salah satu komponen yang terkait
langsung dengan kurikulum. Kurikulum itu sendiri adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta
cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu . Untuk mengukur kadar
ketercapaian kurikulum di jenjang sekolah, khususnya yang mencakup
tujuan dan isi, ditempatkan pada posisi yang penting dalam rangkaian
kegiatan pembelajaran. Bentuk dan cara penilaian dalam banyak hal
memberikan pengaruh penting bagi proses pembelajaran, bagaimana guru
harus membelajarkan dan bagaimana siswa harus belajar, dan karenanya
menentukan capaian kompetensi. Penilaian autentik menekankan
kemampuan pembelajar untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang
dimiliki secara nyata dan bermakna. Kegiatan penilaian tidak sekedar
menanyakan atau menyadap pengetahuan yang telah diketahui
pembelajar, melainkan kinerja secara nyata dari pengetahuan yang telah
dikuasai.Di dalam makalah ini akan dibahas pengertian penilaian autentik
kurikulum 2013 , perbedaan penilaian autentik dan tradisional/ klasik,
serta bentuk penilaian autentik secara langsung dan secara daring dalam
penilaian kelas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa pengertian penilaian autentik?
2. Apa perbedaan penilaian autentik dan tradisional/ klasik?
3. Bagaimana bentuk penilaian autentik secara langsung dan secara
daring dalam penilaian kelas?
1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
1. untuk menjelaskan pengertian penilaian autentik
2. untuk mengetahui perbedaan penilaian autentik dan tradisional/ klasik
3. untuk menjelaskan bagaimana bentuk penilaian autentik secara langsung
dan secara daring dalam penilaian kelas
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Richard J. Stiggins mengemukakan penilaian Autentik
merupakan suatu bentuk penilaian yang meminta peserta didik untuk
menampilkan performasinya pada situasi yang sesungguhnya dan
mendemonstrasikan ketrampilan dan pengetahuan sesuai kompetensi
spesifik yang mereka miliki. Istilah penilaian autentik atau authentic
assessment merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung
(Muekker, 2006:1).1
Menurut Wiggins (Custer et al., 2000: 3), penilaian autentik
memuat tugas-tugas dan prosedur-prosedur di mana siswa diminta
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan untuk menyelesaikan
problem-problem dunia nyata dan memberikan tugas-tugas yang
autentik. Custer et al., (2000: 4) menyatakan bahwa penilaian autentik
menuntut aplikasi real-world dari pengetahuan dan ketrampilan yang
bermakna. Jadi penilaian autentik, menuntut siswa melakukan tugas-
tugas real-world yang bermakna dari pengetahuan dan ketrampilan-
ketrampilan yang esensial. O’Neill, Huntley, & Race (2007:14)
menyatakan bahwa penilaian autentik memberikan data yang lebih
lengkap tentang kemampuan siswa yang didasarkan atas kegiatan
pembelajaran.
Pemberian nama autentik tersebut digunakan dalam pengertian
aslinya yaitu nyata, valid. Ditempat-tempat kerja, orang-orang tidak
diberikan tes pilihan ganda untuk menguji bisa tidaknya mereka
melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi lebih menekankan untuk
mengukur apa yang dapat mereka lakukan atau kerjakan, yang dalam
dunia bisnis dikatakan performance assessment.
1
Drs. Asrul, 2014, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Perdana Mulya Sarana), hlm 30
3
Identik dengan pernyataan di atas, Permendikbud No. 81A
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menyatakan:
4
(authentic tasks), berupa penugasan guru kepada peserta didik yang
bertujuan untuk menilai kemampuan mereka dalam menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang standar sesuai dengan tantangan
yang terdapat pada realitas kehidupan di luar sekolah, yang selalu
didefinisikan sebagai “... an assignment given to students designed to
assess their ability to apply standard-driven knowledge and skills to
real-world challenges” (Marzano, 1993).
Dengan demikian, penilaian autentik akan bermakna bagi guru
untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai
hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di
mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif.
Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna
bagi perkembangan pribadi mereka.3
Menurut Custer (2000: 24), penilaian autentik berpengaruh
positif terhadap pengajaran dan pembelajaran. Dengan penilaian
autentik siswa akan terdorong untuk mengembangkan pemikiran yang
lebih kritis dalam menghadapi berbagai permasalahan dalam belajar,
karena penilaian autentik menuntut siswa melibatkan ketrampilan
berpikir tingkat tinggi dan kemampuan mengkoordinasi pengetahuan
yang lebih luas dalam menyelesaikan pekerjaan, tugas-tugas atau
permasalahan yang dihadapi.
Menurut Bahrul Hayat (2004) penerapan penilaian autentik
harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
1. Proses penilaian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran
2. penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata.
3. penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria
yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4. penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari
3
Drs. Asrul, 2014, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: Perdana Mulya Sarana), hlm 33
5
tujuan pembelajaran.
4
Utsman, 2014, Penilaian Autentik Berbasis Kurikulum 2013 (Semarang : Universitas
Negeri Semarang), jurnal
6
yaitu sebagai berikut:
1. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif, pencapaian
kompetensi terhadap satu kompetensi dasar (formatif) maupun
pencapaian terhadap standar kompetensi atau kompetensi inti
dalam satu semester (sumatif).
2. Mengukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat
fakta, menekankan pencapaian kompetensi keterampilan (skill)
dan kinerja (performance), bukan kompetensi yang sifatnya
hafalan dan ingatan.
3. Berkesinambungan dan terintegrasi, merupakan satu kesatuan
secara utuh sebagai alat untuk mengumpulkan informasi
terhadap pencapaian kompetensi siswa.
4. Dapat digunakan sebagai feed back, dapat digunakan sebagai
umpan balik terhadap pencapaian kompetensi siswa secara
komprehensif.5
5
Yuali Ani, 2014, Penilaian Autentik dalam Kurikulum 2013 (Tangeran : Univertas
Pelita Harapan), jurnal
7
kinerja, dimana setiap individu dapat menunjukkan kemampuan
kinerjanya secara maksimal melalui keterlibatannya dalam proses
ataupun pada produk yang dihasilkannya.6
Teknik dari penilaian autentik menurut O’Malley and Pierce
antara lain yaitu:
a. Penilaian Kinerja (performence assessment)
b. Observasi dan pertanyaan (Observation and Question)
c. Presentasi dan diskusi (Presentstion and Discussion)
d. Proyek atau Pameran (Project/Exhibition)
e. Eksperimen atau demontrasi (Experiment/demonstration)
f. Bercerita (Story or text recling)
g. Evaluasi diri oleh siswa (self ssessment)
h. Portofolio dan jurnal. 7
B. Perbedaan Penilaian Autentik Dan Penilaian Tradisional
Penilaian autentik sebenarnya telah lama dikenal di dunia
pendidikan, tetapi baru naik daun di era KTSP. Sebenarnya, bentuk-
bentuk penilaian autentik bukan merupakan barang asing bagi para
pendidik di Indonesia karena sebagian (baik sebagai pelaku maupun
pemilihan bentuk) telah melakukan penilaian model itu. Hanya
memang pada umumnya kita lebih akrab dengan penilaian model
tradisional.
Penilaian tradisional dalam kaitan ini dilihat se-bagai penilaian
yang lebih banyak menyadap pengetahuan yang telah di-kuasai siswa
sebagai hasil belajar yang pada umumnya ditagih lewat bentuk-bentuk
tes objektif. Di pihak lain, penilaian autentik lebih menekankan pada
pemberian tugas yang menuntut pembelajar menampilkan,
mempraktikkan atau mendemonstrasikan hasil pembelajarannya di
6
Utsman, 2014, Penilaian Autentik Berbasis Kurikulum 2013 (Semarang : Universitas
Negeri Semarang), jurnal
7
Agus zaenal Fitri, Binti Maunah, 2013, Penilaian Model Authentic Assessment dalam
Pembealjaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berorientasi pada Pendidikan Holistik (Studi multi
situs di SMPN 1 dan SMPN 3 Tulungagung), (Tulungagung : STAIN Tulungagung PRESS), hlm
22
8
dunia nyata secara bermakna yang mencerminkan penguasaan
pengetahuan dan keterampilan dalam suatu mata pelajaran. Singkatnya,
penilaian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan
pengetahuan, sedang penilaian autentik kinerja atau tam-pilan yang
mencerminkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan.8
Persamaan penilaian autentik dan tradisional
Misi sekolah adalah mengembangkan warga negara yang produktif
Untuk menjadi warga negara produktif, seseorang harus menguasai disiplin
keilmuan dan keterampilan tertentu dan harus mampu menunjukkan
penguasaan melakukan sesuatu secara bermakna dalam dunia nyata.
Maka, sekolah mesti mengajarkan siswa disiplin keilmuan dan kete-rampilan
tersebut dan mengembang-kan siswa untuk dapat mendemon-
strasikan kemampuan/keterampilan melakukan sesuatu.
Untuk mengukur keberhasilan pem-belajaran, guru harus mengetes siswa untuk
mengetahui tingkat penguasaan keilmuan dan keterampilan dan
meminta siswa melakukan aktivitas tertentu secara bermakna yang
mencerminkan ak-tivitas di dunia nyata.
8
Burhan Nurgiyantoro, 2008, Penilaian Autentik (Yoyakarta : FBS
Universitas Negeri Yogyakarta Cakrawala Pendidikan), hlm 25
9
Warsono, M. S., &Hariyanto. M. S,2012, Pembelajaran Aktif, Teori Dan Asesmen. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. Hlm 135
9
Menggunakan tes yang dibuat untuk Meminta peserta didik untuk
menunjukkan penguasaan suatu menunjukkan kemampuannya
pengetahuan dengan melakukan sesuatu seperti
dalam dunia nyata
Soal dan jawaban disusun oleh guru Soal dan jawaban disusun oleh
siswa sendiri
10
mengukur kompetensi yang sesuai, namun dengan penekanan pada penilaian
autentik. Jadi, penggunaan kedua model penilaian itu bersifat saling
jmelengkapi. Hal itu mirip dengan penilaian komunikatif dalam pembelajar-an
bahasa yang juga membenarkan adanya penilaian prakomunikatif se-belum
pembelajar menguasai sistem bahasa target untuk dapat berkomuni-kasi dengan
bahasa itu secara konkret.
11
2. Evaluasi diri (self assessment)
Asesmen Proyek (proyect assessment), merupakan kegiatan penilaian
terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut
periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksuk berupa investigasi yang
dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan
data,pengorganisasian, pengolaan, analisis, dan penyajian data.
Penilaian proyek, berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan produk
proyek yang dihasilkan. Dalam penerapan penialain proyek ini serial kegiatan
perlu disusun oleh guru, yang meliputi penyusunan rancangan dan intrumen
penialain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapan laporan. Dengan
rancangan ini peserta didik akan lebih mudah dalam menyelesaikan tugas yang
telah dipersiapkan oleh guru.
3. Portofolio (portofolio)
Portofolio dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu
proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Sebagai suatu wujud
benda fisik portofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasi
hasil pekerjaan peserta didik yang disimpan pada suatu bundle. Misalnya
hasil tes awal (pre test), tugas-tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan,
keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tes akhir (post test), dan
sebagainya. Sebagai suatu proses sosial pedagogis, portofolio adalah
collection of learning experience yang terdapat di dalam pikiran peserta didik
baik yang berwujud pengetahuan (kognitif), ketrampilan (skill), maupun nilai
dan sikap (afektif).
Kemajuan teknologi digital sangat membantu pembelajaran ketika harus
dilakukan secara daring seperti sekarang ini. Guru dapat menggunakan
instrument instrument berikut ini.7
4. Tugas
Sama seperti kelas tatap muka seperti biasa, tugas merupakan salah satu
sumber penilaian guru. Namun dengan skema pembelajaran daring, perlu
dilakukan beberapa penyesuaian. Misalnya, instruksi tertulis yang detail, tapi
cukup ringkas, akan sangat membantu siswa dalam memahami apa saja yang
12
harus harus dikerjakan. Selain itu, ketentuan tanggal dan jam pengumpulan tugas
yang jelas memberi kerangka waktu yang pasti agar sirkulasi pengerjaan dan
penilaian tugas dapat berjalan rapi. Dalam pembelajaran secara daring, tugas
dapat berfungsi sebagai sumber nilai utama bagi siswa alih-alih ujian.
5. Ujian
Ujian tetap dibutuhkan sebagai evaluasi proses pembelajaran yang telah
dikerjakan. Guru tak dapat mengawasi bagaimana siswa mengerjakan ujian di
rumah, sehingga diperlukan penyesuain peraturan ujian . Misalnya, materi ujian
disusun agar dapat dikerjakan secara open book. Atau pada system daring yang
lebih terintregasi, ujian dapat dikerjakan oleh siswa dari rumah secara real time
sesuai jadwal yang telah ditetapkan.
6. Entry Jurnal
Bila tugas dan ujian berfungsi sebagai sumber assessment. Akan tetapi,
perlu dicatat bahwa entry jurnal memang tidak bisa digunakan untulk seluruh
mata pelajaran dan seluruh siswa.
Bila siswa sudah terbiasa menulis dalam kegiatan pembelajaran tetap muka
di kelas, entry jurnal secara daring hanya mengubah cara yang ditempuh. Disisi
lain, bila benar-benar dijalankan secara intensif, entry jurnal mampu
merefleksikan proses pembelajaran sehari-hari scecara daring ketika guru tidak
dapat memberikan pengawasan secara langsung.
7. Forum Diskusi
Forum diskusi bisa dilakukan melalui aplikasi chatting atau fitur chat pada
website kelas. Diperlukan fleksibilitas yang baik dalam membangun ruan
diskusinya maya agar setiap siswa dan guru dapat terlibat dan berpartissipasi
aktif.
Berubahnya kebiasaan dari kelas tradisional menjadi kelas maya memang
bukan hal yang mudah untuk dijalani bagi siswa dan guru. Namun fleksibilitas
dalam memilih instrument yang tepat dapat membantu mempermudah penilain
pembelajaran yang harus dilakukan guru.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai mulai dari masukan, proses dan pembelajaran.
Perbedaan di antara kedua model penilaian di atas sebenarnya tidak perlu
dibesar-besarkan. Bagaimanapun juga, dalam kegiatan pembelajaran di sekolah,
keduanya tetap saja sama-sama dibutuhkan. Kedua model itu memiliki
keunggulannya masing-masing. Tagihan terhadap pengetahuan yang dimiliki
pembelajar (proficiency) tidak dapat dikesampingkan begitu saja karena ia akan
mendasari pembelajar untuk da-pat berunjuk-kerja secara benar, dan penguasaan
terhadap pengetahuan itu lebih tepat diukur dengan tes tradisio-nal. Namun,
penilaian tidak benar jika hanya berurusan dengan halhal seperti itu. Kedua
model penilaian tersebut disarankan sama-sama dipergunakan untuk mengukur
kompetensi yang sesuai, namun dengan penekanan pada penilaian autentik. Jadi,
penggunaan kedua model penilaian itu bersifat saling jmelengkapi. Hal itu mirip
dengan penilaian komunikatif dalam pembelajar-an bahasa yang juga
membenarkan adanya penilaian prakomunikatif se-belum pembelajar menguasai
sistem bahasa target untuk dapat berkomuni-kasi dengan bahasa itu secara
konkret.
Penerapan penilaian autentik secara langsung meliputi, Unjuk kerja
(performance), Sikap dan diri (self assessment), Asesmen Proyek (proyect
assessment) dan Portofolio (portofolio). Sedangkan penilaaian secara daring
meliputi, tugas, ujian, entry jurnal, dan forum diskusi.
B. Saran
Karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, makalah ini tentunya
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, pembaca diharapkan untuk
mencari literatur lain agar lebih mengetahui mengenai penilaian autentik
kurikulum 2013.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Sodiq . Penerapan Penilaian Autentik Dalam Pembelajaran Tematik Di
Sekolah Dasar. Surabaya : UPBJJ-UT Surabaya. tt.
Asrul, Rusydi Ananda, dan Rosnita. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Cita
pustaka Media. 2015
Fitri, Agus Zaenal, Binti Maunah. Penilaian Model Authentic Assessment dalam
Pembealjaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berorientasi pada
Pendidikan Holistik (Studi multi situs di SMPN 1 dan SMPN 3
Tulungagung), Tulungagung : STAIN Tulungagung PRESS. 2013.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Autentik. Yogyakarta : FBS Universitas
Negeri Yogyakarta Cakrawala Pendidikan. 2008.
Website https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/4-instrumen-penilaian-dalam-
pembelajaran-daring
Widiyanto, Joko. Evaluasi Pembelajaran. Madiun : UNIPMA PRESS. 2018.
Warsono, M. S., &Hariyanto. M. S,2012, Pembelajaran Aktif, Teori Dan
Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm 133-141
15
16