Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“Tonggak-Tonggak Kunci Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Inovasi dan Pengembangan Program Sekolah

Dosen Pengampu:
Dr. Suhaimi, M.Pd

Kelas 7D PGSD
Kelompok 11

Disusun Oleh:
Muhammad Safwan Hadi 1910125310035
Nahdia 1910125220019
Selvia Rahmawati 1910125220094
Titi Aryani 1910125220054

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia serta
taufik dan hidayah-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tonggak-
Tonggak Kunci Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah”. Makalah ini telah kami
selesaikan dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan rasa hormat dan terima
kasih kepada:

1. Dr. Suhaimi, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi dan Pengembangan
Program Sekolah
2. Rekan-rekan Mahasiswa Kelas 7D S1 PGSD Universitas Lambung Mangkurat.

Kami mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini ada memiliki kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat oleh siapapun yang membacanya dan dapat menambah ilmu
kita khususnya pada mata kuliah Inovasi dan Pengembangan Program Sekolah.

Banjarmasin,12 November 2022


Penyusun,

Kelompok 11

i
ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
A. Latar Belakang.............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN........................................................................................................................4
A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Inovasi Pengembangan Sekolah...........................4
B. Mengembangkan Inovasi Pengembangan Sekolah.....................................................9
C. Kunci Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah...............................................14
D. Tonggak-Tonggak Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah...........................20
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Kesimpulan................................................................................................................24
B. Saran..........................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang
(masyarakat) yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan
suatu masalah tertentu. Inovasi perlu dimiliki oleh setiap sekolah guna memperbaiki,
mengembangkan, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas suatu sekolah. Dengan
adanya inovasi di sekolah diharapkan mampu menjadi ciri khas dari sekolah tersebut dan
dapat pula menjadi acuan bagi sekolah lain untuk melakukan studi banding dan
menerapkan inovasi yang sama dalam mengembangkan sekolah unggul Oleh karena itu,
dalam melakukan suatu inovasi perlu adanya perencanaan yang mantap sehingga akan
dapat dilakukan secara efektif.
Kepala Sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin
suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar atau tempat terjadi
interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Kepala sekolah merupakan orang yang mempunyai kapasitas lebih dalam menetukan
arah dan tujuan sekolah menuju suatu keberhasilan melalui inovasi-inovasi yang
diaplikasikan di lingkungan sekolah. Kepala sekolah akan dianggap sukses jika
output/hasil di sekolah yang di pimpin dapat dihargai oleh masyarakat. Oleh karena itu,
kesuksesan kepala sekolah dalam kepemimpinannya di lihat dari seberapa besar upaya
yang dilakukan dalam peningkatan kemajuan sekolah sehingga tidak kalah dengan
sekolah lain.
Jadi inovasi kepala sekolah merupakan suatu ide baru dari kepala sekolah untuk
mencapai tujuan atau memecahkan masalah tertentu yang ada di sekolah, inovasi dapat
juga digunakan sebagai senjata sekolah dalam memajukan mutu sekolah tersebut.
Dengan begitu diharapkan sekolah dapat berkembang dan kemudian menjadi salah satu
sekolah unggul di Surakarta secara khusus dan Jawa Tengah pada umumnya. Inovasi
yang di lakukan bisa berupa program-program sekolah, kegiatan maupun
kebijakan/aturan di sekolah tersebut. Beberapa contoh inovasi tersebut dapat dijadikan
kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah menjadi sekolah unggul.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apa faktor yang mempengaruhi inovasi pengembangan sekolah?
2. Bagaimana mengembangkan inovasi pengembangan sekolah?
3. Apa kunci keberhasilan inovasi pengembangan sekolah?
4. Apa tonggak keberhasilan inovasi pengembangan sekolah?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor yang Memengaruhi Inovasi Pengembangan Sekolah

Lembaga pendidikan formal seperti sekolah adalah suatu sub sistem dari sistem
sosial. Jika terjadi perubahan dalam sistem sosial, maka lembaga pendidikan formal
tersebut juga akan mengalami perubahan maka hasilnya akan berpengaruh terhadap
sistem sosial. Oleh karena itu suatu lembaga pendidikan mempunyai beban yang ganda
yaitu melestarikan nilai-nilai budaya tradisional dan juga mempersiapkan generasi muda
agar dapat menyiapkan diri menghadapi tantangan kemajuan zaman.

Motivasi yang mendorong perlunya diadakan inovasi pengembangan sekolah jika


dilacak biasanya bersumber pada dua hal yaitu: (a) kemauan sekolah (lembaga
pendidikan) untuk mengadakan respons terhadap tantangan kebutuhan masyarakat, dan
(b) adanya usaha untuk menggunakan sekolah (lembaga pendidikan) untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat. Antara lembaga pendidikan dan sistem sosial terjadi
hubungan yang erat dan saling memengaruhi. Misalnya suatu sekolah telah dapat sukses
menyiapkan tenaga yang terdidik sesuai denagn kebutuhan masyarakat, maka dengan
tenaga terdidik berarti tingkat kehidupannya meningkat, dan cara bekerjanya juga lebih
baik. Tenaga terdidik akan merasa tidak puas jika bekerja yang tidak menggunakan
kemampuan intelektualnya, sehingga perlu adanya penyesuaian dengan lapangan
pekerjaan. Dengan demikian akan selalu terjadi perubahan yang bersifat dinamis, yang
disebabkan adanya hubungan interaktif antara lembaga pendidikan dan masyarakat.

Agar kita dapat lebih memahami tentang perlunya perubahan pendidikan atau
kebutuhan adanya inovasi pengembangan sekolah dapat kita gali dari tiga hal yang
sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan di sekolah, yaitu: (a) kegiatan belajar
mengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c) sistem pendidikan (pengelolaan dan
pengawasan).

a. Faktor kegiatan belajar mengajar


Yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengelolaan kegiatan belajar
mengajar ialah kemampuan guru sebagai tenaga profesional. Guru sebagai tenaga
yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi
tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar agar dapat

4
mencapai tujuan tertentu, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku siswa sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Tetapi dalam pelaksanaan tugas pengelolaan
kegiatan belajar mengajar terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang
memandang bahwa pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah kegiatan yang
kurang profesional, kurang efektif, dan kurang perhatian.
Sebagai alasan mengapa orang memandang tugas guru dalam mengajar
mengandung banyak kelemahan tersebut, antara lain dikemukakan bahwa:
1) Keberhasilan tugas guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar sangat
ditentukan oleh hubungan interpersonal antara guru dengan siswa. Dengan
demikian maka keberhasilan pelaksanaan tugas tersebut, juga sangat ditentukan
oleh pribadi guru dan siswa. Dengan kemampuan guru yang sama belum tentu
menghasilkan prestasi belajar yang sama jika menghadapi kelas yang berbeda,
demikian pula sebaliknya dengan kondisi kelas yang sama diajar oleh guru yang
berbeda belum tentu dapat menghasilkan prestasi belajar yang sama, meskipun
para guru tersebut semuanya telah memenuhi persyaratan sebagai guru yang
profesional.
2) Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi. Pada
waktu guru mengajar dia tidak mendapatkan balikan dari teman sejawatnya.
Kegiatan guru di kelas merupakan kegiatan yang terisolasi dari kegiatan
kelompok. Apa yang dilakukan guru di kelas tanpa diketahui oleh guru yang
lain. Dengan demikian maka sukar untuk mendapatkan kritik untuk
pengembangan profesinya. Ia menganggap bahwa yang dilakukan sudah
merupakan cara yang terbaik.
3) Berkaitan dengan kenyataan di atas tersebut, maka sangat minimal bantuan
teman sejawat untuk memberikan bantuan saran atau kritik guna peningkatan
kemampuan profesionalnya. Apa yang dilakukan guru di kelas seolah-olah
sudah merupakan hak mutlak tanggung jawabnya, orang lain tidak boleh ikut
campur tangan. Padahal apa yang dilakukan mungkin masih banyak
kekurangannya.
4) Belum ada kriteria yang baku tentang bagaimana pengelolaan kegiatan belajar
mengajar yang efektif. Saat membuat kriteria keefektifan proses belajar
mengajar sukar ditentukan karena sangat banyak variabel yang ikut menentukan
keberhasilan kegiatan belajar siswa. Usaha untuk membuat kriteria tersebut

5
sudah dilakukan misalnya dengan digunakannya alat penilai komptensi guru
(APKG).
5) Dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar, guru
menghadapi sejumlah siswa yang berbeda satu dengan yang lain baik mengenai
kondisi fisik, mental intelektual, sifat, minat, dan latar belakang sosial
ekonominya. Guru tidak mungkin dapat melayani siswa dengan memperhatikan
perbedaan individual satu dengan yang lain, dalam jam-jam pelajaran yang
sudah diatur dengan jadwal dan dalam waktu yang sangat terbatas.
6) Berdasarkan data adanya perbedaan individual siswa, tentunya lebih tepat jika
pengelolaan kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan cara yang sangat
fleksibel, tetapi kenyataannya justru guru dituntut untuk mencapai perubahan
tingkah laku yang sama sesuai dengan ketentuan yang telah dirumuskan. Jadi
anak yang berbeda harus diarahkan menjadi sama. Jika guru tidak dapat
mengatasi masalah ini dapat menimbulkan anggapan diragukan kualitas
profesionalnya.
7) Guru juga menghadapi tantangan dalam uasaha untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya, yaitu tanpa adanya keseimbangan antara
kemampuan dan wewenangnya mengatur beban tugas yang harus dilakukan,
serta tanpa bantuan dari lembaga dan tanpa adanya insentif yang menunjang
kegiatannya. Ada kemauan guru untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya, mungkin dengan cara belajar sendiri atau mengikuti kuliah di
perguruan tinggi, tetapi tugas yang harus dilakukan masih terasa berat, jumlah
muridnya dalam satu kelas 40 orang, masih ditambah tugas administratif,
ditambah lagi harus melakukan kegiatan untuk menambah penghasilan karena
gaji pas-pasan, dan masih banyak lagi faktor yang lain. Jadi program
pertumbuhan jabatan atau peningkatan profesi guru mengalami hambatan.
8) Guru dalam melaksanakan tugas mengelola kegiatan belajar mengajar
mengalami kesulitan untuk menentukan pilihan mana yang diutamakan karena
adanya berbagai macam tuntutan. Dari satu segi meminta agar guru
mengutamakan keterampilan proses belajar, tetapi dari sudut lain dia dituntut
harus menyelesaikan sajian materi kurikulum yang harus diselesaikan sesuai
dengan batas waktu yang telah ditentukan, karena menjadi bahan ujian
negara/nasional. Demikian pula dari satu segi guru dituntut menekankan

6
perubahan tingkat laku afektif, tetapi dalam evaluasi hasil belajar yang dipakai
untuk menentukan kelulusan siswa hanya mengutamakan aspek kognitif.

Dari data tersebut menunjukkan bagaimana uniknya kegiatan belajar


mengajar, yang memungkinkan timbulnya peluang untuk munculnya pendapat
bahwa profesional guru diragukan bahkan ada yang mengatakan bahwa jabatan guru
itu "semi profesional", karena jika profesional yang penuh tentu akan memberi
peluang pada anggotanya untuk: (a) menguasai kemampuan profesional yang
ditunjukkan dalam penampilan, (b) memasuki anggota profesi dan penilaian
terhadap penampilan profesinya, diawasi oleh kelompok profesi, (c) ketentuan untuk
berbuat profesional, ditentukan bersama antar sesama anggota profesi.

Dengan berdasarkan adanya kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan


pengelolaan kegiatan belajar mengajar tersebut maka dapat merupakan sumber
motivasi perlunya ada inovasi pendidikan untuk mengatasi kelemahan tersebut, atau
bahkan dari sudut pandang yang lain dapat juga dikatakan bahwa dengan adanya
kelemahan-kelemahan itu maka sukar penerapan inovasi pengembangan sekolah
secara efektif.

b. Faktor Internal dan Eksternal


Satu keunikan dari sistem pendidikan ialah baik pelaksana maupun klien
(yang dilayani) adalah kelompok manusia. Perencana inovasi pengembangan
sekolah harus memperhatikan mana kelompok yang memengaruhi dan kelompok
yang dipengaruhi oleh sekolah (sistem pendidikan).
Faktor internal yang memengaruhi pelaksanaan sistem pendidikan dan
dengan sendirinya juga inovasi pendidikan ialah siswa. Siswa sangat besar
pengaruhnya terhadap proses inovasi karena ptujuan pendidikan untuk mencapai
perubahan tingkah laku siswa. Jadi siswa sebagai pusat perhatian dan bahan
pertimbangan dalam melaksanakan berbagai macam kebijakan pendidikan.
Faktor eksternal yang mempunyai pengaruh dalam proses inovasi
pengembangan sekolah ialah orang tua. Orang tua murid ikut mempunyai peranan
dalam menunjang kelancaran proses inovasi pengembangan sekolah, baik ia sebagai
penunjang secara moral membantu dan mendorong kegiatan siswa untuk melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan yang diharapkan sekolah, maupun sebagai penunjang
pengadaan dana.

7
Para ahli pendidik (profesi pendidikan) merupakan faktor internal dan juga
faktor eksternal, seperti: guru, administrator pendidikan, konselor, terlibat secara
langsung dalam proses pendidikan di sekolah. Ada juga para ahli yang di luar
organisasi sekolah tetapi ikut terlibat dalam kegiatan sekolah seperti: para pengawas,
inspektur, penilik sekolah, konsultan, dan mungkin juga pengusaha yang membantu
pengadaan fasilitas sekolah. Demikian pula para panatar guru, staf pengembangan
dan penelitian pendidikan, para guru besar, dosen, dan organisasi persatuan guru,
juga merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap pelaksanaan sistem
pendidikan atau inovasi pengembangan sekolah. Namun apakah mereka termasuk
faktor internal atau eksternal agak sukar dibedakan, karena guru sebagai faktor
internal tetapi juga menjadi anggota organisasi persatuan guru, yang dapat
dipandang sebagai faktor eksternal. Yang penting untuk diketahui bahwa seorang
yang akan merencanakan inovasi pengembangan sekolah, harus memperhatikan
berbagai faktor tersebut, apakah itu internal atau eksternal.

c. Sistem pendidikan (pengelolaan dan pengawasan)


Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah diatur dengan aturan yang
dibuat oleh pemerintah. Penanggung jawab sistem pendidikan di Indonesia adalah
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional yang mengatur seluruh sistem
berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan. Dalam kaitan dengan adanya
berbagai macam aturan dari pemerintah tersebut maka timbul permasalahan sejauh
mana batas kewenangan guru untuk mengambil kebijakan dalam melakukan
tugasnya dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi dan situasi setempat.
Demikian pula sejauh mana kesempatan yang diberikan kepada guru untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya guna menghadapi tantangan kemajuan
zaman. Dampak dari keterbatasan kesempatan meningkatkan kemampuan
profesional serta keterbatasan kewenangan mengambil kebijakan dalam
melaksanakan tugas bagi guru, dapat menyebabkan timbulnya siklus otoritas yang
negatif. Siklus otoritas yang negatif bagi guru yang dikemukakan oleh Florio (1973)
yang dikutip oleh Zaltman (1977) dalam (Kholifah, et al., 2021) adalah guru
memiliki keterbatasan kewenangan dan kemampuan profesional, menyebabkan tidak
mampu untuk mengambil kebijakan dalam melaksanakan tugasnya untuk
menghadapi tantangan kemajuan zaman. Rasa ketidakmampuan menimbulkan
frustasi dan bersikap apatis terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya. Sikap
8
apatis dan rasa frustasi mengurangi rasa tanggung jawab dan rasa ikut terlibat
(komitmen) dalam pelaksanaan tugas.
Dampak dari sikap apatis, kurang semangat berpartisaipsi dan kurang rasa
tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas, menyebabkan tampak dari luar sebagai
guru yang kurang mampu atau tidak profesional. Dengan adanya tanda-tanda bahwa
guru kurang mampu melaksanakan tugas maka mengurangi kepercayaan atasan
terhadap guru. Dengan adanya rasa kurang percaya menyebabkan timbulnya
kecurigaan atau tidak jelasan kewenangan dan kemampuan yang dimiliki oleh guru.
Karena atasan menganggap tidak memperoleh kejelasan tentang tanggung jawab
penggunaan wewenang serta kemampuan profesional yang dimiliki guru, maka
dibatasi pemberian wewenang dan kesempatan mengembangkan kemampuannya.

B. Mengembangkan Inovasi Pengembangan Sekolah

Pengembangan inovasi Sekolah Dasar. Berbagai kegiatan dilakukan Sekolah


Dasar bertujuan untuk mengembangkan siswanya. Kegiatan dimaksud sebagain besar
adalah kegiatan seni, yakni seni menggambar, mewarnai, dan kaligrafi, seni karawitan,
seni tari. Terdapat juga pengembangan inovasi melalui kegiatan olah raga.
Ada 10 cara meningkatkan ataua mengembangkan inovasi di sekolah yang sangat
mungkin untuk diiadopasi dan diadaptasi dalam konteks pengembangan inovasi di sekolah. 
Kesepuluh cara meningkatkatkan inovasi tersebut adalah:
1. Memiliki visi untuk berubah
Jangan berharap suatu tim akan menjadi inovatif apabila mereka tidak
mengetahui tujuan yang hendak dicapai ke depan. Inovasi harus memiliki tujuan dan
seorang pemimpin harus mampu menyatakan dan mendefinisikan tujuan secara jelas
sehingga setiap orang dapat memahami dan mengingatnya. Para pemimpin besar
banyak meluangkan waktu untuk menggambarkan dan menjelaskan visi, tujuan dan
tantangan masa depan kepada setiap orang . Mereka berusaha meyakinkan setiap
orang akan peran pentingnya dalam upaya mencapai visi dan tujuan, serta dalam
menghadapi berbagai tantangan. Mereka mengilhami kepada setiap orang untuk
menjadi enterpreneur yang bersemangat dan menemukan cara-cara yang inovatif
untuk memperoleh kesuksesan.
2. Memerangi ketakutan akan perubahan

9
Para pemimpin inovatif senantiasa mengobarkan semangat pentingnya
perubahan. Mereka berusaha menggantikan kepuasan atas kemapanan yang ada
dengan kehausan akan ambisi. Mereka akan berkata, ” Saat ini kita memang sedang
melakukan hal yang baik, tetapi kita tidak boleh berhenti dan berpuas diri dengan
kemenangan yang ada, kita harus melakukan hal-hal yang lebih baik lagi”. Mereka
menyampaikan pula bahwa saat ini kita sedang melakukan suatu spekulasi baru yang
penuh resiko, dan jika kita tidak bergerak maka akan jauh lebih berbahaya. Mereka
memberikan gambaran menarik tentang segala sesuatu yang hendak diraih pada masa
mendatang. Oleh karena itu, satu-satunya cara menuju ke arah sana yaitu dengan
berusaha memeluk perubahan.

3. Berfikir seperti pemodal yang berani mengambil resiko


Seorang pemodal yang berani mengambil resiko akan menggunakan
pendekatan portofolio, berusaha mencari keseimbangan antara kegagalan dengan
kesuksesan. Mereka senang mempertimbangkan berbagai usulan atau gagasan tetapi
tetap merasa nyaman dengan berbagai pemikiran yang menggambarkan tentang
kegagalan-kegagalan yang mungkin akan diterima.

4. Memiliki suatu rencana usulan yang dinamis


Anda harus memfokus pada rencana usulan yang benar-benar hebat, setiap
rencana mudah dilaksanakan, sumber tersedia dengan baik, responsif dan terbuka
untuk semuanya. Berikan penghargaan dan respons yang wajar kepada karyawan serta
para senior harus memliki komitmen agar karyawan tetap dapat menjaga
kesegarannya dalam melaksanakan setiap pekerjaan.

5. Mematahkan aturan
Untuk mencapai inovasi yang radikal, Anda harus memiliki keberanian
manantang berbagai asumsi aturan yang ada di sekitar lingkungan. Bisnis bukan
seperti permainan olah raga yang selalu terikat dengan aturan dan keputusan wasit,
tetapi bisnis tak ubahnya seperti seni, yang di dalamnya memiliki banyak kesempatan
untuk berfikir secara lateral, sehingga mampu menciptakan cara-cara baru tentang
aneka benda dan jasa yang diinginkan para pelanggan.

6. Beri setiap orang dua pekerjaan

10
Berikan setiap orang dua pekerjaan pokok. Mintalah kepada mereka untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari mereka secara efektif dan pada saat yang
bersamaan kepada mereka diminta pula untuk menemukan cara-cara baru dalam
melaksanakan pekerjaannya. Doronglah mereka untuk bertanya pada diri sendiri
tentang apa sebenarnya tujuan esensial dari peran saya? Hasil dan nilai riil apa yang
bisa saya berikan kepada klien saya, baik internal maupun eksternal? Apakah ada cara
yang lebih baik untuk memberikan dan mencapai nilai atau tujuan tersebut? Dan
jawabannya selalu mengatakan “YA”. Tetapi, kebanyakan orang tidak pernah atau
jarang menanyakan hal-hal seperti itu.

7. Kolaborasi
Beberapa eksekutif perusahaan memandang kolaborasi sebagai kunci sukses
dalam inovasi. Mereka menyadari bahwa tidak semua dapat dilakukan hanya dengan
mengandalkan pada sumber-sumber internal. Oleh karena itu, mereka melihat dunia
luar dan mengajak organisasi lain sebagai mitra, sehingga bisa saling bertukar
pengalaman dan keterampilan dalam team.

8. Menerima kegagalan
Pemimpin inovatif mendorong terbentuknya budaya eksperimen. Setiap orang
harus dibelajarkan bahwa setiap kegagalan merupakan langkah awal dari perjalanan
jauh menunju kesuksesan. Untuk menjadi orang benar-benar cerdas dan tangkas,
setiap orang harus diberi kebebasan berinovasi, bereksperimen dan memperoleh
kesuksesan dalam melakukan pekerjaannya, termasuk didalamnya mereka juga harus
diberi kebebasan akan kemungkinan terjadinya kegagalan.

9. Membangun prototipe
Anda harus berani mencobakan suatu ide baru yang biaya dan resikonya relatif
rendah ke dalam pasar (dunia nyata), kemudian lihat apa reaksi dari pelanggan dan
orang-orang. Di sana sesungguhnya Anda akan lebih banyak belajar tentang dunia
nyata, dibandingkan jika Anda hanya melakukan uji coba dalam laboratorium atau
terfokus pada sekelompok orang saja.

10. Bersemangat
Anda harus fokus terhadap segala sesuatu yang ingin dirubah. Siap dan senantiasa
bergairah dan bersemangat dalam menghadapi dan menanggulangi berbagai

11
tantangan. Energi dan semangat yang Anda miliki akan menular dan mengilhami
setiap orang. Tak ada gunanya jika Anda mengisi bus dengan penumpang yang selalu
merasa asyik dengan dirinya sendiri. Anda membutuhkan dan menghendaki orang-
orang dan para pendukung Anda dengan semangat yang berkobar-kobar. Anda
mengharapkan setiap orang dapat meyakini bahwa upaya mencapai tujuan merupakan
sesuatu yang amat penting dan bermanfaat. (Markhamah, dkk. 2022)

Kegiatan pengawasan sekolah pasti harus diawali dengan penyusun-an program


kerja. Dengan adanya program kerja maka kegiatan peng-awasan dapat terarah dan
memiliki sasaran serta target yang jelas. Segala aktivitas pengawasan termasuk rang
lingkup, output yang diharapkan serta jadwal pengawasan dituangkan dalam program
yang disusun. Hal ini sekaligus menjadi dasar acuan dan pertanggungjawaban pengawas
dalam bekeria. Kegiatan pengawasan sekolah diawali dengan penyusun-an program kerja
yang dilandasi oleh hasil pengawasan pada tahun sebe-lumnya. Dengan berpedoman
pada program kerja yang disusun, dilak-sanakan kegiatan inti pengawasan meliputi
penilaian, pembinaan, dan pemantauan pada setiap komponen sistem pendidikan di
sekolah bina-annya. Pada tahap berikutnya dilakukan pengolahan dan analisis data hasil
penilaian, pembinaan, dan pemantauan dilanjutkan dengan evalu-asi hasil pengawasan
dari setiap sekolah dan dari semua sekolah binaan. Berdasarkan hasil analisis data,
disusun laporan hasil pengawasan yang menggambarkan sejauh mana keberhasilan tugas
pengawas dalam me-ningkatkan kualitas proses dan hasil pendidikan di sekolah
binaannya. (Kompri. 2017)

Kepala sekolah juga sangat berperan penting dalam mengembangkan inovasi


pengembangan sekolah, dalam melihat peluang di masa depan akan sangat bermanfaat
dalam upaya untuk pengembangan sekolah baik yang berkaitan dengan organisasi,
manajemen, proses pembelajaran, maupun pengembangan sumber daya manusia.
Kondisi ini ditambah lagi dengan munculnya fenomena baru diantaranya Pertama,
adanya pergeseran normal sosial sebagai konsekuensi perubahan peradaban dari era
industri ke era informasi. Tekanan ini sangat berdampak pada perubahan kinerja. Kedua,
migrasi pekerja pada tatanan internasional yang makin tak terbendung. Pemberlakuan
berbagai kebijakan regional, kontinental maupun internasional yang membuka peluang
bagi warga negara lain untuk menempati posisi penting diluar negeri makin menambah
ketatnya persaingan masalah ketenagakerjaan. Dalam konteks inilah sekolah

12
membutuhkan pemimpin yang mumpuni. Ketiga, menipisnya sekat antar negara
menyebabkan adanya saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya,
kondisi ini secara langsung maupun tak langsung berimplikasi pada munculnya
kompetisi internasional dalam berbagai bidang. Keempat, pendidikan kini telah melalui
era massal mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Untuk menjawab tantangan yang muncul tersebut maka kepala sekolah dengan
perannya sebagai seorang konseptor harus mampu melakukan langkah-langkah yakni:
1. Menyusun rencana strategis pengembangan sekolah dalam jangka
panjang,menengah, dan pendek dalam rangka mencapai visi, misi, dan tujuan
sekolah.
2. Melaksanakan pengembangan sekolah sesuai dengan rencana jangka panjang,
menengah, dan jangka pendek sekolah menuju tercapainya visi, misi, dan
tujuansekolah.
3. Mengembangkan struktur organisasi sekolah yang efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan.
4. Mengambil langkah-langkah untuk mewujudkan peningkatan kinerja sekolah yang
signifikan sesuai dengan visi, misi, tujuan sekolah dan standar nasional pendidikan.
5. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah dengan prosedur yang tepat..
6. Merencanakan dan menindaklanjuti hasil monitoring, evaluasi, dan pelaporan.
7. Melaksanakan penelitian baik dalam kerangka pengembangan karier, maupun
pengembangan inovasi sekolah.
Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk
dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang dinginkan.
Sementara Bintoro Tjokroaminoto mendefinisikan perencanaan sebagai proses
mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu. Masih banyak pendapat pakar yang memberikan definisi terhadap
perencanaan. Berdasarkan pendapat para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa
perencanaan adalah kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang untuk
mencapai tujuan dengan mengandung unsur-unsur: (I) sejumlah kegiatan yang
ditentukan sebelumnya, (2) adanya proses, (3) hasil yang ingin dicapai dan (4)
menyangkut masa dean dalam jangka waktu tertentu. (Jelantik, K. 2021)

13
C. Kunci Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah
Adapun kunci keberhasilan inovasi untuk pengembangan sekolah yaitu :
1. Sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif dan produktif
Sumber daya manusia merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh bagi
kemajuan suatu lembaga. Kualitas sumber daya manusia yang aktif, kreatif, dan
inovatif merupakan faktor internal yang menjadi salah satu tonggak keberhasilan
inovasi pengembangan yang ada di sekolah. Sumber daya manusia yang dimaksud di
sini terdiri dari para peserta didik, staf sekolah, tenaga pendidik baik itu kepala
sekolah dan guru-gurunya. Menurut KBBI makna kata “aktif” adalah giat (bekerja,
berusaha). Maksud sumber daya manusia yang aktif di sini adalah jika ingin inovasi
pengembangan yang dillakukan sekolah dapat berhasil maka sumber daya manusia
yang ada di dalam sana harus selalu giat dalam bekerja dan berusaha untuk terus
melakukan inovasi-inovasi pengembangan program-program yang ada di sekolah.
Masyarakat atau warga sekolah selaku sumber daya manusia yang dimiliki sekolah
harus senantiasa aktif untuk melakukan inovasi, tidak mudah menyerah dan putus
asa jika program inovasi pengembangan yang dilakukan mengalami kegagalan atau
mendapatkan hasil yang tidak sesuai dengan harapan.
Sedangkan kata “kreatif” menurut KBBI memiliki makna yaitu memiliki
daya cipta atau memiliki kemampuan untuk menciptakan. Maksud dari sumber daya
manusia yang kreatif di sini adalah sumber daya manusia yang ada di sekolah harus
terdiri dari orang-orang yang kreatif dan memiliki banyak ide dalam melakukan
inovasi-inovasi dalam pengembangan sekolah. Orang yang kreatif akan selalu
menemukan cara untuk menemukan solusi dari masalah yang dia hadapi. Saat
melakukan berbagai inovasi pengembangan sekolah tentunya tidak semua hal selalu
berjalan mulus, adakalanya akan menemui berbagai rintangan sehingga sumber daya
manusia yang dipenuhi oleh orang-orang yang kreatif sangat diperlukan karena
mereka mampu melihat sesuatu dengan cara pandang yang berbeda dan dapat
menyelesaikan sesuatu dengan berbagai cara yang unik.
Kemudian kata “inovatif” menurut KBBI memiliki makna yaitu bersifat
memperkenalkan sesuatu yang baru, dalam artian bersifat pembaharuan (kreasi
baru). Sumber daya manusia yang inovatif sangat diperlukan karena dalam proses
inovasi pengembangan sekolah agar sekolah perlu sumber daya manusia yang selalu
bisa dalam merancang sesuatu yang baru baik itu misalnya mengganti program
sekolah yang sudah tidak relevan dengan keadaan sekolah saat ini atau membuat
14
inovasi dari program pengembangan sekolah yang telah ada agar terus diperbaiki
dan semakin dikembangkan lagi. Orang yang inovatif tidak akan pernah puas,
mereka sering mempertanyakan berbagai hal, memiliki banyak rasa penasaran
dengan berbagai hal yang mereka alami sehingga akhirnya menemukan hal-hal bari
yang ditemukannya sendiri.
Terakhir, kata “produktif” menurut KBBI yaitu bersifat atau mampu
menghasilkan. Orang yang produktif memiliki tujuan dan target yang jelas,
seseorang yang produktif sebelum memulai suatu hal selalu membuat persiapan dan
planning agar bisa memperkecil kesalahan yang mereka lakukan saat melakukan
sesuatu. Orang yang produktif memiliki skala prioritas sehingga akan mempermudah
pekerjaan yang mereka lakukan misalnya dengan menentukan pekerjaan apa yang
harus mereka selesaikan terlebih dahulu berdasarkan tingkat urgensi waktu yang
diberikan. Orang yang produktif selalu fokus terhadap pekerjaannya dan
mengerjakan pekerjaan yang mereka dapatkan dengan tuntas.
Berdasarkan pemaparan yang ada di atas dapat disimpulkan oleh karena itu
selain sumber daya manusia yang aktif, kreatif dan inovatif adanya sumber daya
manusia yang produktif di sekolah juga sangat diperlukan dan menjadi salah satu
penentu atau tonggak agar inovasi pengembangan yang dilakukan sekolah dapat
berhasil terlaksana dengan baik.
2. Inovasi pengembangan sekolah yang dilakukan sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan sekolah
Setiap sekolah merencanakan program dan kegiatan pendidikan yang bersifat
pengembangan (improvement) agar mutu pendidikan di sekolahnya dapat meningkat
dari sebelumnya. Semua program atau kegiatan yang telah direncanakan, selanjutnya
diimplementasikan, dan diupayakan melembaga. Melembaga di sini berarti berbagai
perubahan sekolah yang diupayakan dapat terus berjalan, menginternal dalam diri
warga sekolah dan juga melembaga dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Jika hal
ini yang terjadi, maka perubahan sekolah telah berhasil (Andriani, 2008). Dalam
melakukan inovasi pengembangan sekolah, agar inovasi yang dilakukan tersebut
dapat berhasil maka harus dilakukan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah
itu sendiri. Hal ini merupakan salah satu faktor internal dari kunci keberhasilan
sebuah inovasi pengembangan yang dilakukan oleh sekolah.
Inovasi pengembangan sekolah ini sendiri bertujuan untuk mengurangi
berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh sekolah. Warga sekolah dalam
15
hal ini baik itu kepala sekolah, guru, staf, siswa dan lain-lain harus bekerja sama
dalam merancang bentuk-bentuk kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan
sekolahnya. Mengapa hal ini bisa menjadi salah satu kunci keberhasilan dari sebuah
inovasi pengembangan sekolah? Karena jika inovasi atau pengembangan yang kita
lakukan tidak sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah akan lebih sulit
dilakukan dan cenderung menjadi tidak sesuai, hal ini dapat menyebabkan inovasi
pengembangan yang dilakukan tidak dapat mengatasi permasalahan-permasalahan
yang sebenarnya terjadi dan sedang dihadapi sekolah tersebut
3. Inovasi pengembangan sekolah yang sadar dan relevan terhadap perkembangan
zaman
Inovasi pendidikan adalah inovasi untuk memecahkan masalah dalam
pendidikan. Inovasi pendidikan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan
komponen sistem pendidikan, baik dalam arti sempit, yaitu tingkat lembaga
pendidikan, maupun arti luas, yaitu sistem pendidikan nasional. Inovasi dalam dunia
pendidikan dapat berupa apa saja, produk ataupun sistem. Produk misalnya, seorang
guru menciptakan media pembelajaran mock up untuk pembelajaran. Sistem
misalnya, cara penyampaian materi di kelas dengan tanya jawab ataupun yang
lainnya yang bersifat metode. Inovasi dapat dikreasikan sesuai pemanfaatannya,
yang menciptakan hal baru, memudahkan dalam dunia pendidikan, serta mengarah
pada kemajuan. Inovasi di sekolah, terjadi pada sistem sekolah yang meliputi
komponen-komponan yang ada. Di antaranya adalah sistem pendidikan sekolah
yang terdiri atas kurikulum, tata tertib, dan manajemen organisasi pusat sumber
belajar. Selain itu, yang lebih penting adalah inovasi dilakukan pada sistem
pembelajaran (yang berperan di dalamnya adalah guru) karena secara langsung yang
melakukan pembelajaran di kelas ialah guru. Keberhasilan pembelajaran sebagian
besar tanggung jawab guru.
Peran guru sebagai sebuah profesi, agar dunia pendidikan dapat lebih
inovatif diperlukan guru yang berkompeten dan memiliki kreativitas yang tinggi.
Guru harus mempunyai cara menyampaikan pembelajaran agar belajar itu menarik
dan mudah dimengerti. Peran guru pada inovasi di sekolah tidak terlepas dari tatanan
pembelajaran yang dilakukan di kelas. Guru harus tetap memerhatikan sejumlah
kepentingan siswa, di samping harus memerhatikan suatu tindakan inovasinya. Guru
sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan guru
16
sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya
di luar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya pada tujuan yang hendak
dicapai. Oleh karena itu guru harus inovarif terhadap pendidikan hal ini sesuai
dengan hak seorang guru Dalam menjalankan tugas dan profesinya, guru memiliki
hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan dan diperhatikan. Hak guru berarti suatu
yang harus didapatkan olehnya setelah ia melaksanakan sejumlah kewajibannya
sebagai guru. Kewajiban guru adalah sesuatu yang harus patut dilaksanakan oleh
guru dalam menjalankan profesinya.
Kemudian inovasi yang dilakukan guru dalam proses pendidikan terhadap
teknologi informasi juga harus dilakukan mengingat hal tersebut dapat menjadi
sebuah tujuan setiap guru karena yang sudah kita ketahui adalah guru harus memiliki
sebuah inovasi dalam proses pembelajaran dan inovasi tersebut bisa berupa
teknologi dan yang lainnya. Di era sekarang smarphone dan computer merupakan
alat cerdas yang dimiliki setiap orang karena dengan alat ini kita mampu mengakses
informasi apapun yang kita inginkan tanpa batasan, kedua alat ini juga dimanfaatkan
untuk membantu siswa menemukan dan merumuskan pengetahuannya melalui
interaksi dan eksplorasi sumbersumber belajar berbasis teknologi informasi. Selain
itu, pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran juga mendukung teori socio-
constructivism, yakni siswa memperoleh pengalaman belajar secara bersama-sama
dengan siswa lain atau melalui interaksi dengan para pakar dengan media
komunikasi berbasis teknologi. Perkembangan terkini adalah pemanfaatan teknologi
secara terpadu di dalam pembelajaran yang memadukan berbagai keterampilan dan
fungsi teknologi dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran melalui
internet yang memanfaatkan teknologi informasi ini antara lain bimbingan belajar
online seperti Quipper, Ruangguru, dan Zenius serta platform Edmodo dan Google
Classroom. Pembelajaran biasanya berlangsung dengan metode face to face atau
sistem langsung. Namun dengan berkembangnya teknologi sekarang ini, belajar
tidak selalu harus berhadapan langsung antara guru dan murid. Belajar online bisa
dibilang lebih efisien secara waktu dan tempat, karena dapat dilakukan di waktu
senggang dan di manapun, selama koneksi internet lancar. Di Indonesia, banyak
sekali website yang menyediakan atau menawarkan jasa belajar online. Ada
beberapa di antaranya yakni Ruangguru, Quipper, dan Zenius. Semua website
tersebut memiliki keunggulan pada sektor produk dan keefisienan cara belajarnya.
Ruangguru, Quipper, dan Zenius memiliki metode belajar, cara belajar, dan sistem
17
belajar yang berbeda. Itulah pentingnya teknologi yang digunakan oleh guru dalam
proses pembelajaran. (Hidayat Akbar. 2021)
4. Menjalin kemitraan dengan berbagai pihak di luar sekolah
Dalam penyelenggaraan pendidikan, sekolah menjalin kerjasama baik
dengan anggota internal maupun eksternal sekolah, kerja sama yang dijalin bersifat
formal dan informal Hubungan formal tergambar dari perincian tugas melalui
struktur organisasi dan mekanisme kerja yang rinci dari berbagai bidang tugas dan
keahlian. Hal ini tampak pada komunikasi dan rasa loyal bawahan terhadap atasan
serta menempatkan diri secara resmi, kemudian memberikan penghargaan dan
kompensasi sesuai dengan prestasi kerja, memberi keteladanan, memberi
kesempatan, dan menerima saran. Hubungan informal tergambar dari kemitraan,
kekeluargaan yang dilakukan baik dalam waktu senggang di sekolah maupun di luar
kegiatan sekolah, seperti arisan, dan mengunjungi keluarga sekolah yang sakit.
Hubungan kerjasama dengan anggota eksternal dilakukan dengan DU/DI,
hubungan dengan DU/DI bersifat kemitraan dalam kegiatan prakerin. Hubungan
kerjasama dengan DU/DI berdampak positif pada industri yang berskala besar
karena adanya bantuan moril dan materil dalam berbagai kegiatan prakerin tersebut,
seperti saling memberi dan menerima, saling tukar informasi tentang kebutuhan
DU/DI dan sekolah, bersedia menjadi nara sumber, dan sebagainya. Namun masih
ditemui DU/DI yang memiliki komitmen rendah terhadap kegiatan prakerin. Hal ini
tampak pada jangka waktu dan posisi yang diberikan oleh DU/DI tidak relevan
dengan kebutuhan prakerin peserta didik.
Hubungan kerjasama dengan Majelis Sekolah dan orang tua siswa pada
dasarnya cukup mendukung, seperti melakukan promosi sekolah secara bersama,
menyetujui atau memberi rekomendasi terhadap kegiatan-kegiatan sekolah.
Pertemuan dengan orang tua siswa dilakukan minimal dua kali dalam setahun dalam
bentuk penerimaan raport. Kegiatan lain dilakukan dengan open house sekolah, dan
pameran, meskipun pengunjungnya masih sangat terbatas. Hubungan kerjasama
dengan majelis sekolah telah dilakukan, namun masih belum optimal. Hubungan
kerjasama dengan orang tua siswa masih lemah dalam hal pembinaan siswa dan
bantuan dana.
Hubungan kerjasama dengan Pemda dan instansi terkait telah dilakukan
dengan baik hal ini tampak dari adanya kerjasama dalam beberapa kegiatan sekolah,
seperti pemberian rekomendasi, melakukan kegiatan bersama, memberi dukungan
18
dana untuk pengadaan fasilitas, dukungan spritual dalam pembentukan berbagai
diklat sekolah, memberikan insentif kepada guru, dan memberikan gaji guru
kontrak. Hubungan kerjasama dengan Kadin tampak dalam kegiatan membantu
menjembatani sekolah dengan DU/DI, melakukan dan memberikan sertifikasi uji
kompetensi kepada siswa.
Dengan demikian hubungan kerjasama merupakan inti dari kegiatan
kepemimpinan yang harus dilakukan dalam suatu organisasi, untuk itu kerjasama
yang baik antara anggota internal sekolah dan kerjasama antara sekolah dengan
pihak-pihak yang terkait di luar sekolah merupakan salah satu faktor penentu dalam
mencapai tujuan sekolah. Kerjasama dengan anggota internal sekolah harus bersifat
formal dan informal. Kerjasama formal pada dasarnya mewujudkan kegiatan sesuai
dengan hirarki organisasi. Sedangkan kerjasama informal merupakan dasar
menciptakan hubungan kemitraan dan kekeluargaan, untuk menunjang kegiatan
hubungan kerjasama secara formal. Perwujudan kerjasama yang efektif dalam suatu
organisasi sangat ditentukan oleh kemampuan kepala sekolah dalam menjalankan
fungsi fungsi kepemimpinannya. Karena itu, kemampuan kepala sekolah dalam
menjalin hubungan kerjasama dengan seluruh anggota internal sekolah dan pihak-
pihak di luar sekolah merupakan kunci kesuksesan sekolah.
Kemampuan kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama yang
harmonis akan tampak pada perilaku kepemimpinan inovatif. Perilaku
kepemimpinan inovatif adalah kemampuan atau karakteristik yang dimiliki oleh
seorang pemimpin yang memiliki kepribadian matang dan berani mengambil resiko
yang dapat dilihat dari sikap kreatifnya dalam menciptakan dan mengembangkan
ide-ide pembaharuan serta mensosialisasikan ide-ide pembaharuan itu menjadi ide-
ide kolektif. Karena itu, kepala sekolah yang inovatif akan mampu menjalin
hubungan kerjasama dan dapat memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk
melakukan berbagai ide pembaharuan, mengembangkan diri, dan memberikan
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya. Kemampuan
kepala sekolah dalam menjalin hubungan kerjasama melalui kepemimpinannya
merupakan hal yang perlu dilakukan sebagai inovasi dalam sistem manajemen
berbasis sekolah ( MBS ).
Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah, yang berimplikasi kepada
otonomi pendidikan, maka kepala sekolah sangat dituntut mampu mem berdayakan
anggota internal dan anggota eksternal sekolah dalam penyeleng garaan pendidikan.
19
Pemberdayaan anggota eksternal sekolah sangat ditentukan oleh hubungan
kerjasama yang mutual simbiotik yang dapat diciptakan oleh sekolah. Karena itu,
hubungan kerjasama yang telah dilakukan dengan berbagai pihak, menuntut adanya
upaya-upaya strategis dari pihak sekolah melakukan pendekatan proaktif dalam
memperkenalkan dan memajukan eksistensi sekolah. Sedangkan untuk pihak
eksternal sekolah yang telah memiliki komitmen tinggi terhadap hubungan
kerjasama dalam penyelenggaraan sekolah perlu adanya upaya-upaya strategis
mempertahankan hubungan kerjasama dengan melibatkan anggota internal sekolah
agar selalu memiliki motivasi yang tinggi dalam menjalin hubungan kerjasama

D. Tonggak-tonggak Keberhasilan Inovasi Pengembangan Sekolah


Program inovasi pengembangan sekolah yang telah dilaksanakan perlu diadakan
evaluasi untuk mengetahui apakah inovasi pengembangan sekolah yang telah
dilaksanakan sudah berhasil atau belum. Dalam rangka mengevaluasi keberhasilan
inovasi pengembangan sekolah, sekolah-sekolah yang melaksanakannya harus membuat
tonggak-tonggak kunci keberhasilan untuk kurun waktu tertentu.
Tonggak-tonggak kunci keberhasilan inovasi pengembangan sekolah merupakan
target-target hasil yang akan dicapai dalam jangka menengah (5 tahun) dan jangka
pendek (1 tahun). Target-target tersebut bersumber dari:
1. Pemerataan pendidikan (kesamaan kesempatan antara siswa-siswa baik desa maupun
kota, miskin maupun kaya, laki-laki maupun perempuan).
Pemerataan pendidikan dalam arti pemerataan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan telah lama menjadi masalah yang mendapat perhatian,
terutama di negara-negara sedang berkembang. Hal ini tidak terlepas dari makin
tumbuhnya kesadaran bahwa pendidikan mempunyai peran berkembangnya
demokratisasi pendidikan dengan semboyan education for all.
Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu Equality dan
Equity. Equality atau persamaan mengandungn arti persamaan kesempatan untuk
memperoleh pendidikan, sedangkan equity bermakna keadilan dalam memperoleh
kesempatan pendidikan yang sama diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.
Akses terhadap pendidikan yang merata berarti semua penduduk usia sekolah telah
memperoleh kesempatan pendidikan, sementara itu akses terhadap pendidikan telah
adil jika antar kelompok bisa menikmati pendidikan secara sama.

20
Adapun konsep pemerataan yaitu: pemerataan aktif dan pemerataan pasif.
Pemerataan pasif adalah pemerataan yang lebih menekankan pada kesamaan
memperoleh kesempatan untuk mendaftar di sekolah, sedangkan pemerataan aktif
bermakna kesamaan dalam memberi kesempatan kepada murid-murid terdaptar agar
memperoleh hasil belajar setinggi-tingginya. Dalam pemahaman seperti ini
pemerataan pendidikan mempunyai makna yang luas tidak hanya persamaan dalam
memperoleh kesempatan pendidikan, tapi juga setelah menjadi siswa harus
diperlakukan sama guna memperoleh pendidikan dan mengembangkan potensi yang
dimilikinya untuk dapat berwujud secara optimal.

2. Kualitas pendidikan (input, proses, output).


Arti dasar dari kata kualitas dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah
“kualitet”: “mutu”; “baik buruknya barang” kualitas sebagai tingkat baik buruk
sesuatu atau mutu sesuai. Secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan
kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Sebab kualitas
mengandung makna bobot atau tinggi rendahnya sesuatu. Jadi dalam hal ini kualitas
pendidikan adalah pelaksanaan pendidikan disuatu lembaga, sampai dimana
pendidikan di lembaga tersebut telah mencapai suatu keberhasilan.
Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini
mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks “proses”
pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif,
afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan
guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.
Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi
mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen
dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana
pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-
kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non
akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran.
Kualitas dalam konteks “hasil” pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi
yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu,
akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil
pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis,

21
misalnya ulangan umum, atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu
cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin,
keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya.
Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan
dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang
diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input
agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya.
Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga
dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan
cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui
pembelajaran yang baik dan kondusif.

3. Efektifitas dan efisiensi pendidikan (angka kenaikan kelas, angka kelulusan, angka
putus sekolah).
Salah satu masalah pendidikan adalah efisiensi dan efektifitas pendidikan.
Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal pendidikan. Efisiensi
pendidikan adalah sasaran dalam bidang pendidikan yang dapat dicapai secara
efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil yang
baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang, waktu,
tenaga dan sebagainya. Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila
pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan
lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang
dicapai sesuai dengan rencana atau program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
rencana belajar yang telah direncanakan tidak terlaksana dengan sempurna, maka
pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan
adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini mungkin, terarah, terpadu dan
menyeluruh melalui berbagai upaya. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak
akan mampu menghasilkan lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan
lulusan yang tidak diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti
pengangguran.

22
Penanggulangan masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan
kulitas tenaga pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin
akan meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahadapi
dunia kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung
pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Pelaksanaan pendidikan yang lebih
terorganisir dengan baik juga dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pendidikan. Pelaksanaan kegiatan pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat
dalam usaha penghematan waktu dan tenaga.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Inovasi (innovation) adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang
dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat) yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Inovasi perlu dimiliki oleh setiap sekolah guna
memperbaiki, mengembangkan, dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas suatu
sekolah.
Kepala sekolah merupakan orang yang mempunyai kapasitas lebih dalam
menetukan arah dan tujuan sekolah menuju suatu keberhasilan melalui inovasi-
inovasi yang diaplikasikan di lingkungan sekolah. Kepala sekolah akan dianggap
sukses jika output / hasil di sekolah yang di pimpin dapat dihargai oleh masyarakat.
Oleh karena itu, kesuksesan kepala sekolah dalam kepemimpinannya di lihat dari
seberapa besar upaya yang dilakukan dalam peningkatan kemajuan sekolah sehingga
tidak kalah dengan sekolah lain.
Jadi inovasi kepala sekolah merupakan suatu ide baru dari kepala sekolah
untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah tertentu yang ada di sekolah,
inovasi dapat juga digunakan sebagai senjata sekolah dalam memajukan mutu sekolah
tersebut

B. Saran
Menjalankan fungsi serta peran dalam jabatan Kepala Sekolah untuk
membawa sekolah yang dipimpinnya sampai pada tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan, dan juga mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam
berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Dengan adanya dukungan aktif
dan leadership kepala sekolah, juga meningkatkan fleksibilitas dan kontrol terhadap
usaha kemajuan sekolah.

24
DAFTAR PUSTA

Kholifah, N., Subakti, H., Saputro, A. N., Nurtanto, M., Ardiana, D. P., Simarmata, J., et al.
(2021). Inovasi Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis.

Markhamah, dkk. 2022. Merajut Talenta Inovasi Sejak Dini. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.

Kompri. 2017. STANDARDISASI KOMPETENSI KEPALA SELKOLAH:Pendekatan Teori


untuk Praktik Profesional. Jakarta: KENCANA.

Jelantik, K. 2021. ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN PARADIGMA BARU KEPALA
SEKOLAH. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.
Andriani, D. E. (2008). Peran Kepala Sekolah Dalam Upaya Mewujudkan Perubahan
Sekolah. Jurnal Manajemen Pendidikan, 52-61.

Hidayat Akbar. 2021. PERAN SEORANG GURU TERHADAP INOVASI PENDIDIKAN


DI ERA MODERN. Jurnal Inovasi Pendidikan. Vol 1 No. 2. Halaman 2-4.

Usman, Nasir. 2009. Implementasi Manajemen Stratejik Dalam Pemberdayaan Sekolah


Menengah Kejuruan. Bandung : Perdana Publishing

25

Anda mungkin juga menyukai