Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN METODE


EPA (EKSPLORASI, PENGENALAN, DAN APLIKASI KONSEP)
TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI HASIL BELAJAR
SI SWA KELAS I MTS. NW KABAR
TAHUN PEMBELAJARAN 2007/2008












Oleh :

SITI MUNAWARAH
NPM: 03220665






SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
ii
(STKIP) HAMZANWADI SELONG
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2008
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN

1. a. Judul Penelitian : Efektivitas Pembelajaran Biologi dengan Metode
EPA (Eksplorasi, Pengenalan, dan Aplikasi Konsep)
terhadap Peningkatan Prestasi Hasil Belajar Si s wa
Kel as I MTs . NW Kabar Tahun Pembelajaran
2007/2008.
b. Macam Penelitian : Kuantitatif
2. Indentitas Penelitian
a. Nama : SITI MUNAWARAH
b. NPM : 03220665
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Jurusan : Pendidikan MIPA
e. Program Studi : Biologi
f. PTS : STKIP HAMZANWADI Selong
g. Bidang Yang Diteliti : Pembelajaran Biologi
3. Jumlah Peneliti : 1 Orang
4. Lokasi Penelitian : MTs. NW Kabar
5. Lama Penelititan : 2 bulan
6. Biaya Penelitian : 1.500.000 (Satu juta lima ratus ribu rupiah)

Pancor, 4 Juni 2008

Usulan Penelitian ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II




SARWATI, M.Pd. MARHAMAH, M.Pd.
NIS : 330 3021 188 NIS : 330 3021 153

Megetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi



iii

AFRIANA AZIZAH, M.Pd
NIS : 330 3021 113

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT sebab dengan rahmat dan karunia-Nya lah
sehingga proposal yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Biologi dengan
Metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan, dan Aplikasi Konsep) terhadap Peningkatan
Prestasi Hasil Belajar Si s wa Kel as I MTs . NW Kabar Tahun Pembelajaran
2007/2008 dapat terselesaikan dengan baik.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan penulisan Proposal Penelitian
tidak lepas dari peran serta dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen selaku
pengampu mata kuliah dan pihak-pihak lain yang mendukung keberhasilan penulisan
ini.
Penulis juga sangat menyadari bahwa hasil penulisan proposal penelitian ini
belum dapat dikatakan sebagai hasil yang sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan ini sangat diharapkan.


Pancor,2008
Penulis


v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN USULAN PENELITIAN ................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 4
C. Pembatasan Manfaat .............................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 6
A. Pembelajaran Biologi ............................................................................. 6
B. Pendekatan Pembelajaran Dengan Metode EPA.................................. 14
C. Peran Guru Dalam KBM ...................................................................... 17
D. Prestasi Belajar ..................................................................................... 18
E. Hasil Penelitian yang Relevan .............................................................. 20
F. Kerangka Berfikir ................................................................................. 21
G. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................................. 23
A. Metode Penelitian ................................................................................. 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 24
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 24
1. Populasi .......................................................................................... 24
2. Sampel ............................................................................................ 25
D. Teknik Pengambilan Data .................................................................... 26
1. Identifikasi Variabel ....................................................................... 26
2. Definisi Operasional ....................................................................... 26
3. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data .................................... 27
4. Uji Coba Instrumen ........................................................................ 28
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 32
1. Teknik Deskripsi Data .................................................................... 32
2. Teknik Uji Persyaratan Analisis ..................................................... 33
a. Uji Normalitas Data .................................................................. 33
b. Uji Homogenitas ....................................................................... 34
3. Teknik Uji Hipotesis ....................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 37
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam sistem pendidikan nasional, salah satu faktor yang perlu
dipertimbangkan adalah pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ini
membuktikan bahwa pendidikan difungsikan untuk meningkatkan kualitas
manusia Indonesia bagi terwujudnya masyarakat yang maju. Berdasarkan hal ini,
maka guru sebagai pendidik berkewajiban merancang suatu proses belajar
mengajar yang dapat mempersiapkan peserta didiknya bukan hanya memiliki
ilmu pengetahuan saja, melainkan juga mampu menerapkan ilmu pengetahuan.
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan inovasi dalam pembelajaran, diantaranya
adalah dengan cara menerapkan metode EPA. Dimana metode EPA tersebut
perlu diuji cobakan penerapanya agar dapat ditemukan bentuk desain yang dapat
digunakan oleh para guru Biologi MTs dan dapat disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Tujuan pembelajaran Biologi di MTs. NW Kabar antara lain :
a. Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan.
2
b. Memahami konsep-konsep Biologi
c. Mengembangkan daya penalaran pada anak didik
d. Mengembangkan keterampilan proses Biologi
e. Memberikan bekal pengetahuan dasar pada anak didik.
(BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan), 2006: 8)
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti ke tempat lokasi
dan dengan melihat data-data dari nilai hasil belajar serta proses belajarnya dan
dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi, maka dengan ini
peneliti menyampaikan bahwa MTs. NW Kabar sebagai salah satu sekolah yang
masih dalam masa perkembangan terlihat masih memiliki prestasi yang rendah.
Disamping itu dalam proses belajar dan mengajar biologi selama ini terlalu
terfokus pada guru, dan juga disebabkan karena kurangnya fasilitas dalam
belajar. Untuk itu diperlukan suatu cara untuk memperbaiki atau meningkatkan
prestasi belajar siswa. Dan kita tidak lepas dari prinsip belajar yang dikemukakan
oleh Slameto (1991) dalam Djamarah (1997: 62) sehingga proses belajar dengan
metode EPA dapat berhasil dengan baik. Prinsip-prinsip belajar tersebut antara
lain :
a. Dalam belajar setiap anak didik harus diusahakan partisipasi aktif.
b. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur.
c. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcmenet (penguatan).
d. Belajar itu proses kontinu.
e. Belajar adalah proses organisasi, eksplorasi dan discovery.
f. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan.
3
g. Belajar memerlukan sarana yang cukup.
h. Belajar perlu lingkungan yang menantang.
i. Belajar perlu ada interaksi anak didik dengan lingkungannya.
j. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain).
Dengan melihat beberapa kenyataan di atas, proses belajar EPA banyak
memiliki kelemahan bila dilihat dari prinsip pembelajaran di atas sehingga
peneliti mencoba mengoptimalkan model pembelajaran metode EPA dan
menerapkannya di MTs. NW Kabar, sehingga peneliti tertarik untuk membuat
judul Efektivitas Pembelajaran Biologi Dengan Metode EPA di MTs. NW
Kabar Tahun Pembelajaran 2007/2008
Adapun kelebihan dari metode EPA (Eksplorasi, Pengenalan dan
Aplikasi Konsep), adalah sebagai berikut: (Djamarah, 2002)
1. Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi relevan dengan
kehidupan, khususnya dunia kerja.
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah, dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil.
3. Merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan
menyeluruh.
4. Memperluas wawasan.
5. Merangsang keingintahuan siswa dan kreativitas siswa dalam bentuk ide,
gagasan dan terobosan baru dalam pemecahan suatu masalah.

4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah dengan pembelajaran EPA dapat meningkatkan prestasi hasil belajar
siswa?
2. Dalam pembelajaran EPA apakah sekolah mempersiapkan sarana dan
prasarana untuk pembelajaran?
3. Bagaimanakah guru mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan metode EPA?
4. Bagiamana peran guru, sekolah dalam pelaksanaan metode EPA?
5. Sejauhmana efektifitas pembelajaran dengan menggunakan metode EPA
dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa di MTs. NW Kabar Tahun
Pembelajaran 2007/2008?
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan yang dimiliki peneliti, baik dari segi waktu, biaya
dan kemampuan, serta untuk lebih terarahnya penelitian, maka penelitian ini
perlu dibatasi. Adapun batasan yang dimaksud meliputi:
1. Batasan Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siwa kelas Ib (eksperimen) dan kelas Ic (kontrol).
2. Batasan Objek Penelitian
Objek penelitian ini terbatas pada kesulitan guru Biologi dalam melaksanakan
pembelajaran dengan metode EPA.

5
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana
efektivitas pembelajaran Biologi dengan menggunakan metode EPA (eksplorasi,
pengenalan, dan aplikasi konsep) terhadap peningkatan prestasi hasil belajar
siswa kelas I MTs NW Kabar Tahun Pembelajaran 2007/2008?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas
pembelajaran dengan metode EPA dalam peningkatan prestasi hasil belajar
Biologi siswa kelas I MTs. NW Kabar Tahun Pembelajaran 2007/2008.
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
1. Diharapkan menambah wawasan pada siswa dalam menemukan konsep
Biologi.
2. Memberikan informasi dan berdiskusi dengan guru Biologi di MTs. NW
Kabar, sehingga guru-guru lebih kreatif.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi guru-guru dari penelitian ini dijadikan sebagai acuan untuk
menambah wawasan pembelajaran dengan metode EPA.
2. Penelitian ini diharapkan berguna untuk meningkatkan prestasi pada
siswa.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Biologi
Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga Biologi bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Biologi
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan Biologi diharapkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat
membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
tentang alam sekitar.
Untuk mencukupkan pengenalan terhadap IPA (Biologi) maka dapat
diadakan eksplorasi kecil-kecilan berbagai sumber pustaka untuk mendapatkan
pendapat sederhana tentang apa sebenarnya IPA (Biologi) itu. Sebagai awal
kutipan Nas, L.K. dalam bukunya The Nature of Natural Science dalam Karso,
dkk (1993/1994: 20) mengemukakan Science is a way of looking of the world.
Jadi sains atau IPA (Biologi) dipandang sebagai suatu cara atau metode untuk
dapat mengamati sesuatua. Dalam hal ini adalah dunia (Nas dan Karso).
7
Nas (dalam Karso, dkk, 1993/1994: 20) mengemukakan selanjutnya, cara
memandang sains terhadap sesuatu itu berbeda dengan cara memandang biasa
atau cara memandang seorang filosof. Cara memandang IPA (Biologi) bersifat
analitis. IPA (Biologi) melihat sesuatu secara lengkap dan cermat
dihubungkannya dengan objek yang lain sehingga seluruhnya membentuk suatu
perspektif baru tentang objek yang diamati. Dalam pendapat Nas di atas, yang
perlu digarisbawahi adalah bahwa IPA (Biologi) dipandang sebagai suatu cara
atau pola berpikir terhadap sasaran dengan seksama, cermat dan lengkap.
Secara umum Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi) di SMP/MTs. meliputi
bidang kajian mahluk hidup dan proses kehidupan, energi dan perubahannya,
materi dan sifatnya serta bumi dan alam semesta, dan yang sebenarnya sangat
berperan dalam membantu peserta didik untuk memahami fenomena alam. Ilmu
Pengetahuan Alam merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan yang telah
mengalami uji kebenarna melalui metode ilmiah, dengan ciri : objektif, metodik,
sistimatis, universal, dan tentatif. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang
pokok bahasannya adalah alam dan segala isinya.
Carin dan Sund (1993) mendefinisikan IPA sebagai Pengetahuan yang
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa
kumpulan data hasil observasi dan eksperimen
Merujuk pada pengertian IPA itu, maka dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA meliputi 4 unsur utama yaitu :
8
1. Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta
hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosesdur yang benar.
2. Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen (percobaan),
evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan.
3. Produk: berupa fakta, prinsip, teori dan hukum.
4. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-
hari.
Keempat unsur itu merupakan ciri IPA yang utuh, yang sebenarnya tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA, keempat unsur
itu diharapkan dapat muncul, sehingga peserta didik dapat mengalami proses
pembelajaran secara utuh, memahami fenonema alam melalui kegiatan
pemecahan masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam
menemukan fakta baru. Kecendrungan pembelajaran IPA pada masa kini adalah
peserta didik hanya mempelajari IPA sebagai produk, menghafalkan konsep,
teori, dan hukum. Keadaan ini dipengaruhi oleh pelajaran yang berorientasi pada
tes/ujian. Akibatnya IPA sebagai proses, sikap dan aplikasi tidak tersentuh dalam
pembelajaran.
Pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak
berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Pembelajaran
lebih bersifat teacher-centered, guru hanya menyampaikan IPA sebagai produk
dan peserta didik menghafal informasi faktual. Peserta didik hanya mempelajari
9
IPA pada domain kognitif yang terendah. Peserta didik tidak dibiasakan untuk
mengembangkan potensi berpikirnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa
banyak peserta didik yang cenderung menjadi malas berpikir secara mandiri.
Cara berpikir yang dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh
domain afektif dan psikomotor. Alasan yang sering dikemukakan oleh para guru
adalah keterbatasan waktu, sarana, lingkungan belajar, dan jumlah peserta didik
per kelas yang terlalu banyak.
Abad 21 ditandai oleh pesatnya perkembangan IPA dan teknologi dalam
berbagai bidang kehidupan di masyarakat, terutama teknologi informasi dan
komunikasi. Oleh karena itu, diperlukan cara pembelajaran yang dapat
menyiapkan peserta didik untuk melek IPA dan teknologi, mampu berpikir logis,
kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dalam kenyataan,
memang tidak banyak peserta didik yang menyukai bidang kajian IPA, karena
dianggap sukar, keterbatasan kemampuan peserta didik, atau karena mereka tak
berminat menjadi ilmuan atau ahli teknologi. Namun demikian, mereka tetap
berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik,
efisien dan efektif.
Standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta
didik yang dituangkan dalam empat aspek yaitu: mahluk hidup dan proses
kehidupan, materi dan sifatnya, energi dan perubahannya, serta bumi dan alam
semesta.
10
Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui hal
yang dipelajari pada pembelajaran IPA. Hampir sama dengan apa yang
dikemukakan Gagne, antara lain dalam Slameto (1995: 14):
1. Keterampilan Motoris (Motor Skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya
melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R, M dan
sebagainya.
2. Informasi Verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar;
dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu
intelegensi.
3. Kemampuan Intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan simbol-simbol.
Kemampuan belajar cara inilah yang disebut dengan kemampuan
intelektual. Misalnya membedakan huruf m dan n, menyebut tanaman yang
sejenis.
4. Strategi Kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized
skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini
berbeda dengan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat
dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan secara
terus menerus.
11
5. Sikap
Kemampuan ini tidak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan. Tidak
tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain
yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar. Tanpa kemampuan ini
belajar tidak akan berhasil dengan baik.
Beberapa tipe dasar dari pembelajaran yang dikemukakan dari teori atau
psikologi belajar yang berhubungan dengan pembelajaran EPA antara lain :
(Sukamadinata, 2001: 33)
1. Pembelajaran Latihan
Tipe pembelajaran ini berasal dari psikologi Daya. Peserta didik memiliki
sejumlah daya; pikir, ingat, khayal, dengar, lihat, kerja dan sebagainya. Daya-
daya ini perlu dilatih agar berkembang lebih kuat dan lebih tajam.
2. Pembelajaran Pengembangan Potensi
Peserta didik mempunyai sejumlah potensi; intelektual, sosial, komunikasi,
fisik, dan sebagainya. Potensi-potensi tersebut perlu dikembangkan menjadi
kecakapan-kecakapan.
3. Pembelajaran Stimulus-Respon
Tipe pembelajaran ini berkembang dari psikologi Behaviorisme. Prilaku
manusia terbentuk dari hubungan stimulus-respon.
4. Pembelajaran Penguatan (Reinforcement)
Tipe pembelajaran ini merupakan pengembangan dari S-R. Agar terbentuk
hubungan S-R perlu diberi penguatan pada respon.
12
5. Pembelajaran Pemahaman
Pembelajaran menekankan pemahaman hubungan. Peserta didik didorong
agar dapat menangkap makna hubungan antara unsur di dalam suatu situasi.
6. Pembelajaran Pemecahan Masalah
Tipe pembelajaran ini merupakan kelanjutan dari pembelajaran pemahaman.
7. Bimbingan Siswa
Interaksi pendidikan juga berlangsung melalui proses bimbingan.
Belajar adalah proses perubahan prilaku berkat pengalaman dan
pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar ialah perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap, bahkan meliputi segenap
aspek pribadi.
Adapun tahap-tahap pengelolaan dan pelaksanaan proses kegaitan belajar
mengajar dapat diperinci sebagai berikut : (Ahmadi, 2001: 32)
1. Perencanaan, meliputi :
a. Menetapkan apa yang mau dilakukan
b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja
c. Mengembangkan alternatif-alternatif.
d. Mengumpulkan dan menganalisis informasi.
2. Pengroganisasian
a. Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan tenaga kerja.
b. Pengelompokan komponen kerja dalam struktur organisasi secara teratur.
c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.
d. Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.
13
3. Pengarahan
a. Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci.
b. Memprakarsai dan menampilan kepemimpinan.
c. Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik.
4. Pengawasan
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi.
c. Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap
penyimpangan-penyimpangan.
Menurut Slameto (1995: 99) ada beberapa peran guru dalam proses
pembelajaran EPA dalam usaha untuk membangkitkan gairah belajar siswa, ada
6 hal yang dapat dikerjakan oleh guru, antara lain :
a. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.
b. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada
akhir pengajaran.
c. Memberikan imbalan terhadap prestasi yang dicapai siswa sehingga dapat
merangsang untuk mendapat prestasi yang lebih baik di kemudian hari.
d. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
e. Membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok.
f. Menggunakan metode yang bervariasi.
14
B. Pendekatan Pembelajaran Dengan Metode EPA
Pembelajaran dengan metode EPA merupakan implementasi dari folosofi
konstruktivistik. Filosofi ini menyatakan bahwa pembelajaran harus secara aktif
menyusun sendiri konsep-konsep baru dalam struktur kognitifnya. Pembelajaran
Biologi dengan metode ini lebih mengacu pada pembelajaran dengan pendekatan
keterampilan proses.
Keterampilan proses merupakan pendekatan belajar mengajar yang
mengarah pada pengembangan kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial
yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi
dalam diri siswa. (Depdikbud, 1990)
Winaputra (2004), menyatakan bahwa hasil belajar siswa atau prestasi
belajar siswa akan diperoleh setelah siswa menempuh proses atau pengalaman
belajarnya. Pengalaman belajar (learning experience) merupakan suatu proses
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, maka kegiatan belajar
mengajar sangat dipengaruhi oleh alternatif metode mengajar yang digunakan
oleh guru.
Metode mengajar merupakan cara yang digunakan guru dalam
membelajarkan siswa agar terjadi interaksi dalam proses pembelajaran, dimana
dalam setiap metode mengajar, masing-masing memiliki karakteristik yang
berbeda-beda dalam membentuk pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar
yang diharapkan adalah terjadinya aktivitas belajar yang tinggi dari siswa,
dimana pendekatan yang digunakan untuk membentuk pengalaman siswa adalah
cenderung dengan pendekatan keterampilan proses.
15
Menurut teori Gestalt (dalam Djamarah, 2002: 13) menyatakan bahwa
ada beberapa prinsip belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang
berkaitan dengan metode EPA, yaitu diantaranya:
a. Belajar adalah sebuah proses perkembangan
Dimana anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah
matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu
organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak hanya
ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah tetapi juga perkembangan karena
lingkungan dan pengalaman.
b. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan dan tujuan
siswa.
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan siswa
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Belajar harus dengan insight (pengertian)
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar dimana seseorang melihat
pengertian tentang sangkut paut dan hubungan-hubungan tertentu dalam
unsur yang mengandung suatu problem.
d. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan
lingkungannya, belajar itu barua timbul bila seseorang menemui suatu situasi
atau masalah baru dalam hidupnya.
Berdasarkan hasil penerapan pembelajaran dengan metode EPA dalam
pembelajaran biologi ini, menurut Asep (hal. 51) dapat dievaluasi melalui
16
penilaian terhadap daya serap siswa (aspek kognitif), penilaian terhadap aspek
sikap (afektif) dengan pengamatan selama proses berlangsung, dan penilaian
aspek keterampilan (psikomotorik) oleh guru. Dari segi proses, terjadi
pengembangan mental siswa berupa kecerdasan intelektual dan kecerdasan
emosional, sehingga dengan sendirinya akan meningkatkan prestasi belajar
siswa.
Menurut Djamarah (2002: 4), metode ini disusun untuk menampilkan
siswa ke depan mampu menemukan sendiri konsep-konsep Biologi sehingga
muncul sikap dan keterampilan setelah proses belajar mengajar. Pelaksanaan
pembelajaran dengan metode ini melalui tiga tahap utama yaitu: tahap eksplorasi,
berupa identifikasi permasalahan yang ingin diketahui siswa dan pengenalan
awal siswa mengenai konsep yang akan diajarkan. Tahap pengenalan konsep,
berupa kegiatan eksperimen untuk memecahkan masalah yang diajukan siswa.
Tahap aplikasi, berupa kegiatan diskusi berdasarkan hasil eksperimen yang
memungkinkan adanya penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada tahap pertama yaitu tahap eksplorasi, bertujuan untuk menggali
fakta-fakta dan konsep yang telah dimiliki siswa. Ini dilakukan dengan
melakukan serangkaian pertanyaan tertulis atau dengan menggunakan lembar
kerja siswa (LKS) yang harus dijawab oleh siswa. Peserta didik dibiarkan
berkembang sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Pertanyaan harus
mencakup seluruh persoalan yang dimungkinkan telah diketahui siswa. Jawaban
siswa sangat bervariasi dan mencerminkan tingkat pemahaman konsep yang
17
diperoleh dari pengalaman sehari-hari di lingkungannya. Dari jawaban itu guru
dapat memahami kedalaman pengetahuan awal siswa.
Setelah eksplorasi dilakukan kegiatan dilanjutkan dengan tahap kedua
pengenalan konsep. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memecahkan
masalah yang muncul dari eksplorasi. Bentuk pengenalan konsep dengan
melakukan eksperimen kelompok menggunakan LKS atas bimbingan guru.
Siswa akan memperoleh pengalaman langsung dari eksperimen teresbut.
Kemudian akan terjadi konflik kognitif antara konsep awal dengan fakta nyata
hasil eksperimen. Tahap ketiga yaitu tahap aplikasi konsep, bertujuan untuk
melakukan penerapan konsep di dalam kehidupan sehari-hari atau pengembangan
lebih lanjut dari yang telah diperoleh siswa. Kegiatan ini diawali dengan
identifikasi masalah yang ditemukan siswa melalui diskusi yang dipandu guru.
Langkah selanjutnya, siswa-siswa mencoba mendesain suatu eksperimen untuk
mencari jawaban terhadap permasalahan tersebut. (Djamarah, 2002)
C. Peran Guru Dalam KBM
Slameto (1995: 97), dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai
tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa
untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala
sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai
kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam segala fase dan
proses perkembangan siswa. Secara lebih terperinci tugas guru berpusat pada :
18
1. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian
tujuan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai.
3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti: sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri. Demikianlah, dalam proses belajar mengajar, guru tidak
terbatas sebagai penyampai ilmu pengtahuan, akan tetapi lebih dari itu, ia
bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia
harus mampu menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga
dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam
memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.
D. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari suatu kegaitan yang telah dikerjakan,
diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah
dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. (Djamarah, 1994:
19)
Sedangkan belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar
untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Hasil dari
aktivitas belajar terjadilah perubahan dalam diri individu (Djamarah, 1994: 21).
Ahli juga mengatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
19
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 1995: 2).
Dari uraian di atas, maka dapat dipahami makna kata prestasi dan
belajar. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas.
Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan
perubahan dalam diri individu, yakni perubahan tingkah laku. Dengan demikian,
dapat diambil pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini, prestasi belajar
adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. (Djamarah, 1994:
23)
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa itu adalah
banyak sekali macamnya, terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu, untuk
memudahkan hal tersebut maka dapat dilakukan klasifikasi dari faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain :
1. Faktor dari luar diri siswa (eksternal), ini digolongkan menjadi dua, antara
lain:
a. Faktor non sosial seperti keadaan udara, tempat, buku-buku pelajaran, dan
alat-alat pelajaran.
b. Faktor psikologis seperti: jasmani dan fisik siswa.
2. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal), ini digolongkan menjadi
dua yaitu:
20
a. Faktor fisiologis, seperti: kesehatan tubuh, adanya sifat, fungsi-fungsi alat
tubuh dan rasa ingin tahu.
b. Faktor psikologis yang ada pada siswa antara lain: adanya keinginan
mendapatkan perhatian dari orang tua, rasa aman, dan adanya sifat kreatif
untuk maju.
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Nurmiati (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Efektifitas
Penggunaan Pendekatan Kontekstual melalui Metode EPA terhadap Ketuntasan
Belajar Biologi pada Siswa Kelas X MA NW Kabar menyatakan persentase
ketuntasan belajar adalah 90,08% (ketuntasan < 65%) dan 9,92% (ketuntasan >
65%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual melalui metode EPA dinilai berdampak positif atau
efektif.
Harni (2005) dalam Efektifitas Pembelajaran Biologi Menggunakan
Strategi EPA (Eksplorasi, Pengenalan, dan Aplikasi Konsep) terhadap Prestasi
Belajar Biologi Siswa Kelas I SMPN 13 Mataram menyimpulkan bahwa
persentasi prestasi yang dicapai siswa kelas 1 adalah 89,06% (persentasi < 65%)
dan 70,91% (persentasi > 65%). Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan strategi EPA dinilai efektif.
21
F. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran merupakan interaksi antara proses belajar yang
dilakukan oleh siswa dengan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru,
dimana dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi ssiwa untuk mencapai tujuan.
Agar proses pembelajaran berjalan efisien, maka guru hendaknya
mengembangkan suatu pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
domain kognitif (daya serap siswa), afektif (aspek sikap), dan psikomotorik
(aspek keterampilan). Artinya bahwa dalam kegiatan belajar ketiga aspek
tersebut perlu mendapat perhatian secara cukup, agar peserta didik mengalami
perkembangan kepribadian yang menuju ke terbentuknya pribadi yang utuh dan
seimbang.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar
yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Makin baik metode
mengajar yang digunakan maka makin efektif pula pencapaian tujuan dalam
prestasi belajar mengajar, dimana efektifitas suatu metode dipengaruhi oleh
faktor tujuan, situasi, dan faktor siswa itu sendiri. Maka untuk mencapai suatu
tujuan pembelajaran, salah satu upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru
yaitu dengan mencoba menerapkan suatu metode baru yaitu metode EPA,
mungkin dengan menggunakan metode EPA dapat merangsang motivasi siswa
dalam belajar dan membangkitkan gairah serta minat siswa untuk melakukan
suatu hal. Dimana proses pembelajaran dengan metode EPA melewati tiga tahap
pembelajaran yaitu tahap pertama eksplorasi, berupa identifikasi permasalahan
22
yang ingin diketahui siswa dan pengetahuan awal siswa mengenai konsep yang
akan diajarkan. Tahap kedua yaitu pengenalan konsep, berupa kegiatan
eksperimen untuk memecahkan masalah yang diajukan siswa. Tahap ketiga yaitu
aplikasi, berupa kegiatan diskusi berdasarkan hasil eksperimen yang
memungkinkan adanya penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dengan
pemberian pembelajaran dengan metode EPA diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat mengembangkan kemampuan siswa
dalam mengaplikasikan konsep-konsep yang telah diterima oleh siswa.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang dibangun atau diformulasikan
berdasarkan pada kajian konsep teori-teori, hasil temuan penelitian terdahulu atau
pengamatan penelitian pada fenomena lapangan yang hendak diteliti (Bambang,
2002).
Dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut
Pembelajaran biologi dengan metode EPA lebih efektif dibandingkan dengan
yang tidak menggunakan metode EPA terhadap peningkatan prestasi hasil belajar
siswa kelas I MTs. NW Kabar Tahun Pelajaran 2007/2008

23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian menyangkut alat atau teknik dalam melaksanakan
penelitian. Hal ini dapat dilihat dari pemilihan metode yang tepat untuk meneliti
masalah atau objek penelitian. Adapun perbedaan-perbedaan objek penelitian di
lapangan memungkinkan untuk menggunakan atau memilih metode yang
berbeda pula. Pada umumnya dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan
yaitu metode eksperimen apabila gejala yang diteliti itu ditimbulkan dengan
sengaja dan metode eks posfakto apabila gejala yang diteliti memang sudah ada
secara wajar. (Arikunto, 1996)
Dilihat dari keadaan objek penelitian ini, dimana gejala yang ditimbulkan
disengaja oleh peneliti, maka dengan demikian metode yang digunakan adalah
metode eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap subjek penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli
Tahun 2008, pada kelas I Semester II MTs. NW Kabar Tahun Pembelajaran
2007/2008.


24
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Dalam penelitian senantiasa dihadapkan oleh populasi. Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108). Berdasarkan
pendapat ahli di atas, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas I MTs. NW Kabar Tahun Pembelajaran 2007/008, baik
siswa laki-laki maupun siswa wanita. Untuk lebih jelasnya mengenai populasi
penelitian ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Keadaan Populasi Siswa Kelas I MTs. NW Kabar Tahun Pelajaran 2007/2008
Kelas
Keadaan Populasi
Laki-laki Wanita Jumlah
I A
I B
I C
17
21
11
11
13
23
28
34
34
Jumlah 49 47 96

2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti.
Salah satu syarat utama daripada sampel yang baik adalah bahwa sampel
harus mencerminkan ciri-ciri atau sifat yang berada pada populasi. Oleh
karena itu, pengambilan sampel dilakukan sedemikian rupa atau dengan
memperhatikan prosedur teknik pengambilan sampel, sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya (representatif). Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria
25
terpenting dalam penelitian sampel dalam kaitannya dengan maksud untuk
menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya.
Dalam penelitian ini, yang menjadi sampel adalah siswa kelas Ib
sebanyak 34 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas Ic
sebanyak 34 orang sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling (sampel bertujuan).
Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
digunakan oleh peneliti apabila peneliti memiliki pertimbangan tertentu
(Arikunto, 2002: 117).
Pemilihan kelas Ib dan Ic sebagai sampel penelitian dilakukan dengan
pertimbangan bahwa kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen
memiliki kemampuan yang sama dengan kelas kontrol. Selain itu juga kelas
yang diambil sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki jumlah
siswa yang sama. Untuk lebih jelasnya keadaan sampel penelitian ini
disajikan pada tabel 02.
Tabel 3.2
Keadaan Sampel Penelitian di Kelas I MTs NW Kabar
Tahun Pembelajaran 2007/2008

Kelas
Keadaan Sampel Penelitian
Keterangan
Laki-laki Wanita Jumlah
I B
I C
21
11
13
23
34
34
Eksperimen
Kontrol
Jumlah 32 36 68



26
D. Rancangan/Desain Penelitian
Rancangan penelitian merupakan suatu bentuk gambaran tentang hal-hal
yang akan dilakukan dalam kegiatan penelitian. desain penelitian ini diperlukan
sebagai landasan berpijak atau dasar penelitian, baik oleh peneliti sendiri maupun
orang lain terhadap kegiatan penelitian, sehingga dapat mempertanggung
jawabkan langkah-langkah yang akan diambil (Margono, 2003: 100)
Dalam penelitian ini model rancangan yang digunakan adalah model
post-test control group dengan satu macam perlakuan. Dalam desain ini
kelompok eksperimen diberikan perlakuan (x) yaitu menggunakan pembelajaran
biologi dengan metode EPA. Sedangkan kelompok kontrol (kelompok
pembanding, selanjutnya sesudah perlakuan, kedua kelompok diberikan tes
sebagai post-test. Secara urut model rancangan ekpserimen dalam penelitian ini
dapat dilihat pada tabel 03.
Tabel 3.3
Rancangan penelitian model post-test control group

Kelompok Perlakuan Post-test
Eksperimen (E)
Kontrol (K)
X
-
(O
1
)
(O
1
)

Keterangan:

E = kelompok eksperimen
K = kelompok kontrol
X = perlakuan (pembelajaran biologi dengan metode EPA)
- = tanpa perlakuan
O
1
= post-test (Arikunto, 1998: 81)



27
E. Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini diuraikan: (1) identifikasi variabel, (2) definisi
operasional variabel, (3) Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data, (4) uji coba
instrumen.
1. Identifikasi Variabel
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini berupa efektivitas
pembelajaran biologi dengan menggunakan metode EPA, sedangkan variabel
terikatnya adalah peningkatan prestasi belajar siswa.
2. Definisi Operasional Variabel
Untuk dapat memberikan pengertian yang jelas serta untuk
menghindari kekeliruan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa
istilah yang dianggap penting yaitu sebagai berikut:
a. Efektifitas adalah adanya pengaruh atau dampak yang manjur, tepat dan
sesuai dengan yang diharapkan. Efektifitas dalam penelitian ini
bersangkut paut dengan keberhasilan yang telah dicapai dari suatu
perlakuan yaitu penggunaan pembelajaran biologi dengan metode EPA,
dimana efektifitas di sini diukur dari hasil belajar yang diperoleh siswa
(subjek penelitian) setelah diberikan tes.
b. Penggunaan Metode EPA
Penggunaan metode EPA (eksplorasi, pengenalan, dan aplikasi konsep)
yang dimaksud di sini adalah berupa kegiatan belajar untuk
28
mengembangkan keterampilan yaitu keterampilan intelektual, sosial dan
fisik siswa.
c. Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa nilai
hasil tes yang diberikan setelah kegiatan belajar mengajar. Dimana tes
prestasi belajar biologi dikembangkan dari aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.
3. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan pengumpulan data berupa
tes dari sejumlah pertanyana tentang hasil belajar yang berkaitan dengan
pokok bahasan ekosistem yang telah diajarkan.
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,
2002). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes objektif pilihan ganda,
dengan pertimbangan bahwa : dengan menggunakan tes objektif pilihan
ganda akan memudahkan dan mempercepat penelitian, lebih banyak materi
yang dicakup, pemeriksaan dapat diserahkan pada orang lain, lebih mudah
dan lebih cepat pemeriksaannya karena dapat menggunakan kunci tes.
Instrumen tes soal pilihan ganda terdiri dari 20 butir soal. Dari
masing-masing butir soal, setiap jawaban benar diberikan skor 5 dan jawaban
salah diberikan skor 0. Dengan demikian skor maksimal yang diperoleh
29
responden adalah 100 dan skor minimal 0. Jadi skor subjek penelitian
bergerak dari 0 sampai 100.
4. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen sangat penting dalam suatu penelitian sebab data
merupakan cermin dari variabel yang diteliti dan gunanya sebagai alat untuk
membuktikan hipotesis. Oleh sebab itu benar atau tidaknya data, tergantung
pula dari valid dan reliabelnya suatu instrumen dalam pengumpulan data.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 144)
Untuk dapat mengumpulkan data, terlebih dahulu dibuat instrumen
penelitian. instrumen yang baik adalah instrumen yang valid dan realiabel.
Dengan instrumen yang valid dan relaibel, maka diharapkan didapatkan data
yang valid dan reliabel pula. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang diinginkan, selain itu juga dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk memperoleh instrumen yang
valid, peneliti harus bertindak hati-hati sejak awal penyusunannya.
Pengujian instrumen untuk variabel terikat yaitu dengan tes obyektif
yang diberikan kepada siswa kelas I MTs. NW Rumbuk untuk menjamin
instrumen tes yang disusun tersebut valid dan reliabel, maka terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas tes.
a. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk menentukan ketepatan dan kesahihan
test. Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat
dipergunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999).
30
Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Suatu instrumen
dikatakan memiliki validitas isi apabila soal yang terkandung mempunyai
tingkat kesesuaian yang tinggi dengan tujuan dan isi materi pelajaran
(Arikunto, 1998).
Validitas isi dilakukan dengan cara membuat kisi-kisi tes dan
mencocokannya dengan indikator yang sudah ada. Validitas soal tes dapat
dicari dengan menggunakan korelasi product.
Rumus korelasi product moment adalah sebagaiberikut :
( )( )

=
2 2
y x
xy
r
xy

Keterangan :
r
xy
= koefisien antara variabel x dan y
Exy = jumlah perkalian
X
2
= kuadrat dari x
Y
2
= kuadrat dari y (Arikunto, 2002: 146)

Kriteria:
Jika harga r hitung lebihbesar dari harga r tabel pada taraf signifikasi 95%
(Arikunto, 2002), maka instrumen tersebut valid. Dengan demikian
instrumen tersebut valid sehingga dapat dipakai sebagai alat ukur dalam
kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi instrumen dari
waktu ke waktu (Hadi, 2000). Rumus reliabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah KR-20, karena tesnya berbentuk pilihan ganda.

31
Rumus lengkap KR-20 adalah sebagai berikut :
(
(

=

2
2
11
1 S
pq S
n
n
r
Keterangan :
r
11
= reliabilitas test
p = proporsi yang menjawab benar
q = proporsi yang menjawab salah
Epq = jumlah hasil perkalian p dan q
n = banyak soal
S
2
= standar deviasi.
(Arikunto, 2002)

Kriteria :
Jika harga r hitung lebih besar dari r tabel, maka instrumen tersebut
reliabel. (Arikunto, 2002)

c. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda
Suatu soal dikatakan memiliki karakteristik sebagai soal yang baik, bila
soal tersebut valid, reliabel, objektif, dan praktis (Sukardjo: 50). Namun,
disamping keempat hal tersebut, untuk menghasilkan soal yang baik,
perlu juga diketahui tingkat kesukaran dari soal tersebut, apakah masuk
dalam kategori sulit, sedang atau mudah. Dari hasil analisis ini akan
diketahui butir soal yang harus diperbaiki, diseleksi, diganti atau direvisi.
Tingkat kesukaran (Tk) untuk butir soal objektif adalah proporsi siswa
yang menjawab benar untuk butir soal tertentu (Sukardjo, 2002: 58).
Tingkat kesukaran untuk butir soal objektif dapat dihitung dengan rumus :

32


Keterangan :
S benar : jumlah siswa yang menjawab benar
S siswa : jumlah siswa seluruhnya (Sukardjo, 2002: 58)
Kriteria untuk tingkat kesukaran butir soal objektif ditentukan sebagai
berikut :
Mudah bila Tk : 0,73 sampai dengan 1,00
Sedang bila Tk : 0,28 sampai dengan 0,72
Sukar bila Tk : 0,00 sampai dengan 0,27
Daya pembeda suatu test adalah kemampuan test untuk membedakan
siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Semakin tinggi daya
pembeda test, semakin baik test tersebut membedakan siswa yang pandai
dan yang kurang pandai (Sukardjo, 2002: 61).
Daya pembeda butir soal objektif dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :


Keterangan :
R
H
: siswa kelompok atas yang menjawab benar
R
L
: siswa kelompok bawah yang menjawab benar
N
H
: jumlah siswa kelompok atas (kelompok siswa yang pandai)
N
L
: jumlah siswa kelompok bawah (kelompok siswa yang kurang
pandai). (Sukardjo, 2000: 61)

Kriteria untuk daya pembeda butir soal objektif ditentukan sebagai
berikut :

33
DP : 0,00 0,20 (Tidak baik)
DP : 0,21 0,40 (Cukup)
DP : 0,41 0,70 (Baik)
DP : 0,71 1,00 (Sangat baik). (Arikunto, 1984: 81).
Butir soal objektif dengan daya pembeda negatif sangat tidak baik, sebab
kelompok baweah dapat menjawab butir soal objektif tersebut lebih baik
daripada kelompok atas, yang seharusnya adalah sebaliknya (Sukardjo,
2002: 61).
F. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam penelitian,
sebab dengan analisis data sangat berguna dalam memecahkan masalah
penelitian. Untuk memperoleh hasil yang lebih jelas dari masing-masing data
pada masing-masing variabel serta untuk menguji hipotesis penelitian terelbih
dahulu dilakukan analisis data dengan langkah-langkah pengukuran sebagai
berikut:
1. Teknik Deskripsi Data
Data yang diperoleh didesrkipsikan dengan menggunakan statistik
deskriptif. Adapun cara yang dilakukan dalam teknik ini adalah sebagai
berikut:
Data yang diperoleh pertama-tama dihitung, rata-rata hitung (mean),
skor maksimum ideal dan skor minimum ideal (Mi) = (maksimal ideal +
minimal ideal) dan standar deviasi ideal (SDi) =
1
/
6
(maksimal ideal +
34
minimal ideal) (Nurkancana, 1986: 86). Kemudian rata-rata hitung yang
diperoleh (mean) dimasukkan ke dalam interval penkategorian sebagai
berikut:
Mi + 1 SDi sampai dengan Mi + 3 SDi = Tinggi
Mi 1 SDi sampai dengan < Mi + 1 SDi = Sedang
Mi 3 SDi sampai dengan < Mi 1 SDi = Rendah
2. Teknik Uji Persyaratan Analisis
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis statistik parametrik. Teknik parametrik digunakan yang dipilih
didasarkan atas tujuan penelitian di atas. Teknik analisis parametrik
membuthkan uji normalitas data dan uji homogenitas data.
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dimaksudkan untuk menguji apakah skor dalam
ubahan-ubahan yang diteliti telah menghampiri distribusi normal atau
tidak. Untuk menganalisis ubahan tersebut digunakan teknik dengan
rumus chi kuadrat (X
2
).
( )


=
fh
fh fo
X
2
2

Keterangan:
X
2
= chi kuadrat
fo = frekuensi yang diobsrevasi
fh = frekuensi yang diharapkan. (Arikunto, 2002: 259)
35
Kriteria pengujian normalitas data ini adalah : Data berdistribusi normal
jika x
2
hitung < x
2
tabel. Data tidak berdistribusi normal jika x
2
hitung >
x
2
tabel (Arikunto, 2002).
b. Uji Homogenitas
Untuk menguji homogen atau tidaknya data dalam penelitian ini
menggunakan tes Bartlet. Ter Bartlet ini dapat digunakan untuk
membuktikan homogenitas dari beberapa sampel yang akan dianalisis dan
dapat menguji dua atau lebih kelompok sampel. Adapun uji homogenitas
data ini memakai uji Barltet:
X
2
= (Ln 10) (B E(ni 1) log Si
2
Keterangan :
B = Satuan barltet
S = standar deviasi total
Ni = besaran ukuran sampel
Untuk harga B = (log S)
2
(ni-1)
( )
( )

=
1
1
2
2
ni
S ni
S
Kriteria:
Bila x
2
hitung < x
2
tabel, maka datanya homogen pada taraf uji 5%. Bila
x
2
hitung > x
2
tabel, maka datanya tidak homogen. (Arikunto, 2002).
3. Teknik Uji Hipotesis
Di dalam kita membicarakan mengenai hipotesis, maka terlebih
dahulu kita tahu apa itu hipotesis. Hipotesis merupakan teori sementara
36
yang kebenarannya masih perlu diuji. Sehubungan dengan pengertian
tersebut, Ridwan (1990: 27-28) menjelaskan bahwa hipotesis adalah
pernyataan yang masih lemah dan masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Ahli lain mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban terhadap
masalah penelitian yang kebenarannya masih perlu diuji secara empiris
(Sumadi Suryabrata, 1983: 75).
Dalam penelitian ini statistik yang digunakan dalam menghipotesis
adalah teknik analisis t-tes (uji test). Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa
menggunakan uji t (t-test) kita memeriksa efektivitas suatu perlakuan.
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah efektivitas
pembelajaran biologi dengan metode EPA terhadap peningkatan prestasi hasil
belajar.
Adapun rumus yang digunakan dalam uji hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut :
2 1
2 1
1 1
n n
S
x x
t
+

=
( ) ( )
2
1 1
2 1
2
2 2
2
1 1 2
+
+
=
n n
S n S n
S
Keterangan:
t = t hitung
x
1
= rata-rata kelompok eksperimen
x
2
= rata-rata kelompok kontrol
n
1
= jumlah peserta kelompok eksperimen
n
2
= jumlah peserta kelompok kontrol
S
1
= simpangan baku kelas I.B
S
2
= simpangan baku kelas I.C
(Arikunto, 1993: 166)
37
Sedangkan kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut: (a) Jika t
hitung lebih besar dari t tabel (taraf kepercayaan 0,05), maka Ha tidak
ditolak. Artinya rata-rata nilai siswa yang menggunakan pembelajaran biologi
dengan metode EPA lebih tinggi dari rata-rata siswa yang tidak menggunakan
metode EPA. (b) Jika t hitung lebih kecil dari t tabel, Ha ditolak dan Ho tidak
ditolak. Artinya rata-rata nilai siswa yang menggunakan pendekatan
kontekstual dengan pembelajaran metode EPA lebih rendah dari rata-rata
siswa yang tidak menggunakan metode EPA.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, 2001. Strategi Belajar Mengajar. PT. Setia Bandung.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional, 2006. Badan Standar Nasional Pendidikan.
Jakarta.
Djamarah, S.B, 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamarah, S.B, 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: PT. Usaha
Nasional.
Slameto, 1995. Belajar. PT. Rineka Cipta.
Sukardjo, 2002. Penelitian Hasil Belajar. Yogyakarta. FMIPA UNY.
Mudjiono, 1991. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: PT. Rineka Cipta.
Nana S. Sukamadinata, 2001. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wayan Nurkancana, 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya-Indonesia: PT. Usaha
Nasional.
Winaputra, 2004. Strategi Belajar Mengajar. PT. Universitas Terbuka, Departemen
Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai