Anda di halaman 1dari 128

KUMPULAN DOKUMEN HASIL DISEMINASI HASIL

PENGEMBANGAN PROFESI GURU

GURU MTS AL HIKMAH PROTO


Tempat Tugas : MTs Al Hikmah Proto

MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
DAFTAR CHANEL VIDIO PEMBELAJARAN
MTs AL HIKMAH PROTO KEDUNGWUNI

EK_matematika 9_BIL. BERPANGKAT


https://youtu.be/HdWl-gf825s

EK_matematika 9_BENTUK AKAR


https://youtu.be/2QABS6X8ks8

EK_matematika 9_MERASIONALKAN BENTUK AKAR


https://youtu.be/eH3lrOp6OEI

EK_matematika 9_LATIHAN SOAL PTS gasal


https://youtu.be/OV_GT77p70U

EK_matematika 9_PERSAMAAN KUADRAT


https://youtu.be/Vd8lChZfr24

EK_matematika 9_JENIS-JENIS AKAR PERSAMAAN KUADRAT


https://youtu.be/tbd1wH3FkmA

EK_matematika 9_JUMLAH DAN HASIL KALI AKAR-AKAR PK


https://youtu.be/YNHH2UxXV5g

EK_matematika 9_MENYUSUN PERSAMAAN KUADRAT BARU


https://youtu.be/lQL_lEONn9E

DR_BK
https://drive.google.com/file/d/1jzRlHLyr4A9-Q54Gh9Mk_P7lABF0OPr7/view?usp=sharing

LN_Al Quran 9_SURAT AL LAIL


http://bit.ly/VIDEO_PEMBELAJARAN_QH

ID_B.Inggris 7_GREETING AND LEAVE TAKING


https://www.youtube.com/watch?v=P6bEavDC_HY

ID_B.Inggris 8_EXPRESSION OF GIVING, ACCEPTING, AND REFUSING A


SUGGESTION
https://www.youtube.com/watch?v=DummlOB8XTE

ID_B.Inggris 7_FAMILY MEMBER


https://www.youtube.com/watch?v=5NeILpVEn3c

KUMPULAN PPT

https://bit.ly/kumpulan_ppt_guru_alhikmah
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
FISIKA MATERI GERAK LURUS MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII D MTs
AL HIKMAH PROTO KEDUNGWUNI TAHUN
PELAJARAN 2015/2016

Disusun Oleh

Dra. Hj. ISMA FUAIDA


NIP 19690609 199803 2 011

MTs AL HIKMAH PROTO


KEDUNGWUNI PEKALONGAN
2016
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) bukan hanya kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

menegmbangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajah dan

memahami alam sekitar secara ilmiah (Depdiknas,2006).

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang

diterbitkan Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas tahun 2006, menyatakan bahwa

mata pelajaran IPA Fisika di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan:

1. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep

dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya

hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

1
3. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap

dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

Berdasarkan tujuan tersebut tercermin bahwa tujuan pembelajaran yang

harus di capai peserta didik tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi harus

melibatkan peserta didik secara aktif untuk berinteraksi dalam proses

pembelajaran.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran

dan penilaian perlu memperhatikan Standar Proses dan Standar Penilaian.

Sesuai dengan kompetensi dasar materi gerak yaitu menganalisis data

percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, idealnya proses pembelajaran

menggunakan demontrasi untuk membedakan pengertian jarak dan perpindahan,

serta membedakan pengertian kelajuan dan kecepatan. Selain penggunaan

demontrsasi penggunaan media juga di perlukan untuk mengamati gerak lurus dan

gerak lurus berubah beraturan. Dengan penggunaan media diharapkan peserta

didik dapat membuat grafik kecepatan terhadap waktu berdasarkan percobaan

tentang materi gerak serta dapat membedakan ciri gerak lurus dipercepat dan

gerak lurus diperlambat. Selain penggunaan media pembelajaran, pemilihan

strategi pembelajaran yang tepat juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

2
Pembelajaran Quantum adalah pembelajaran yang mampu menciptakan

interaksi dan keaktifan peserta didik, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi

peserta didik dapat berkembang, yang pada akhirnya mampu meningkatkan

prestasi belajar dengan menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara

dan alat yang tepat, sehingga peserta didik dapat belajar secara mudah. Pada

proses pembelajaran quantum terjadi penyelarasan dan pemberdayaan komunitas

belajar, sehingga guru dan peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran

sama- sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang

maksimal. Dengan strategi pembelajaran Quantum dan penggunaan media ticker

timer pada materi gerak lurus diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar peserta

didik.

Permasalahan yang terjadi di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni

Pekalongan menunjukkan pada umumnya metode pembelajaran yang diterapkan

guru adalah metode ceramah sehingga peserta didik kurang terlibat secara aktif

dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik lebih banyak mendengar dan menulis

apa yang di informasikan guru sehingga tidak tercipta suasana yang

menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran. Selain masih dominannya

penggunaan metode ceramah, nilai rata-rata ulangan harian peserta didik pada

mata pelajaran fisika materi gerak pada tahun Tahun Pelajaran 2014/2015 berada

di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan, yaitu 70.

Daftar nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran Fisika sebagai berikut:

3
Tabel 1.1.

Daftar Nilai Rata-rata Ulangan Harian Peserta Didik

Kelas Ulangan Harian Materi Gerak

VII A 65,58

VII B 66,89

VII C 64,45

VII D 64,23

Berdasarkan kondisi lapangan yang telah terjadi di atas, menyebabkan

potensi peserta didik selama kegiatan pembelajaran kurang optimal sehingga

berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti menganggap

di perlukan suatu upaya dalam proses pembelajaran yang memberikan kesempatan

peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta menciptakan

suasana yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik, serta kesesuaian antara materi dengan

strategi pembelajaran dan pengunaan media pembelajaran.

Salah satu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta

didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta menciptakan suasana

yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran adalah strategi Quantum

Teaching. Sebagaimana dikemukakan oleh Deporter (2008), strategi pembelajaran

Quantum Teaching berusaha mengakomodir setiap bakat dan minat peserta didik

sehingga diharapkan peserta didik dapat melibatkan seluruh emosinya dalam

kegiatan pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching dalam

4
kegiatan pembelajaran IPA di harapkan lebih menggairahkan peserta didik

sehingga peserta didik lebih bergairah dalam belajar dan dapat meningkatkan

prestasi belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran Quantum

Teaching dengan judul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Materi

Gerak Lurus melalui Strategi Pembelajaran Quantum Teaching pada Peserta

Didik Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun Pelajaran

2015/2016”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah strategi pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

aktivitas belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik kelas VII D MTs

Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan?

2. Apakah strategi pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil

belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik kelas VII D MTs Al

Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

5
1. Mengetahui besarnya peningkatan aktivitas belajar fisika materi gerak lurus

pada peserta didik kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni

Pekalongan Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan strategi pembelajaran

Quantum Teaching.

2. Mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar fisika materi gerak lurus pada

peserta didik kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan

Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan strategi pembelajaran Quantum

Teaching.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peserta Didik

a. Dapat meningkatkan semangat belajar peserta didik untuk mengikuti

pembelajaran fisika.

b. Dapat meningkatkan rasa senang dalam kegiatan pembelajaran.

c. Dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

d. Dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

2. Bagi Guru

a. Dapat meningkatkat kualitas proses pembelajaran.

b. Dapat menambah wawasan pengetahuan dan memberikan alternatif

penggunaan strategi pembelajaran Quantum Teaching sehingga

meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik.

6
3. Bagi Madrasah

a. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah dalam rangka

ketepatan penerapan model, pendekatan, strategi dan metode mengajar.

b. Sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan

pembelajaran IPA pada khususnya dan pembelajaran lain pada umumnya.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

Penelitian penggunaan strategi pembelajaran Quantum Teaching telah

banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, diantaranya penelitian yang dilakukan

oleh Hesti Muldi Susanti, Joharman, dan Suripto (2013), hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan

hasil belajar matematika tentang bangun ruang siswa kelas V SDN Mewek

Purbalingga. Penelitian yang dilakukan oleh Umi Murtafi’ah (2012) menunjukkan

bahwa dengan menerapkan strategi pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan keaktifan belajar matematika Konsep Pecahan pada siswa kelas IV

SDN Bangkok Karanggede Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian

tindakan kelas yang dilakukan oleh Yusuf Rubiherlan (2011) dengan

menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching dapat dikatakan berhasil,

hal ini dapat dibuktikan dengan pencapaian nilai kreativitas peserta didik sebesar

92,5%. Peneliti menyarankan kepada seluruh pihak yang berkaitan dengan dunia

keguruan untuk menjadikan model Quantum Teaching sebagai model yang

digunakan dalam pembelajaran. Karena model pembelajaran Quantum Teaching

merupakan model pembelajaran yang menyenangkan yang dapat digunakan dalam

pembelajaran.

Dengan mengacu pada beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

8
memaksimalkan strategi pembelajaran Quantum Teaching.

B. Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

1. Pengertian Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

Strategi pembelajaran Quantum Teaching adalah model yang digunakan

dalam rancangan penyajian dalam belajar yang dirangkai menjadi sebuah paket

yang multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak, mencakup

petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang

kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar Deporter (2008).

Pembelajaran quantum bersandar pada konsep ini : Bawalah Dunia Mereka ke

Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas utama

Quantum Teaching. Maksud dari asas di atas adalah guru harus membangun

jembatan autentik untuk memasuki kehidupan peserta didik. Dengan memasuki

dunia peserta didik berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga peserta didik

dengan sukarela, antusias dan semangat untuk mengikuti pelajaran.

Adapun tujuan dari pembelajaran quantum adalah untuk menciptakan

lingkungan belajar yang efektif, menciptakan proses belajar yang menyenangkan,

menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak, untuk

membantu meningkatkan keberhasilan hidup dan karir dan untuk membantu

mempercepat dalam pembelajaran. Pembelajaran quantum berpangkal pada

psikologi kognitif bersifat humanistis dan lebih konstruktivistis.

9
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum

2.1. Pengkondisian Awal

Tahap ini dimaksudkan untuk menyiapkan mental peserta didik

mengenai model pembelajaran quantum yang menuntut keterlibatan aktif

peserta didik. Melalui pengkondisian awal akan memungkinkan

dilaksanakannya proses pembelajaran yang lebih baik. Kegiatan yang

dilakukan dalam pengkondisian awal meliputi: penumbuhan rasa percaya diri

peserta didik, motivasi diri, menjalin hubungan, dan ketrampilan belajar.

2.2. Penyusunan Rancangan Pembelajaran

Tahap ini sama artinya dengan dengan tahap persiapan dalam

pembelajaran biasa. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah

penyiapan alat dan pendukung lainnya, penentuan kegiatan selama proses

belajar mengajar, dan penyusunan evaluasi.

2.3. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Quantum

Tahap ini merupakan inti penerapan model pembelajaran quantum.

Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2)

pemberian pengalaman umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4)

demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh peserta didik, (5)

pengulangan yang dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha

peserta didik.

10
3. Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum

3.1. Penumbuhan minat (T= Tumbuhkan minat)

Tumbuhkan yaitu menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apa

manfaatnya bagiku” (AMBAK) dan memanfaatkan kehidupan peserta didik.

Dalam tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar

peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri

peserta didik sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik

tersebut. Penumbuhan minat peserta didik untuk belajar dilakukan dengan

menciptakan suasana belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan

suasana kelas lebih rileks tetapi serius. Dapat dilakukan dengan cara rolling

tempat duduk setiap pertemuan.

3.2. Pemberian Pengalaman Umum (A= Alami)

Pada langkah ini guru memberikan kesempatan peserta didik untuk

menceritakan pengalaman yang telah peserta didik alami terkait dengan

materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi dari peserta didik yang

pernah mengenal materi tersebut untuk lebih mengembangkan

pengalamannya, bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih

tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Selain itu guru memberikan

tugas mandiri kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari

dengan harapan peserta didik telah mempunyai pengalaman sebelum

mengikuti pelajaran.

11
3.3. Penamaan atau Penyajian Materi (N= Namai)

Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi yang akan dipelajari

secara lengkap setelah peserta didik menceritakan pengalaman yang telah

didapat, sehingga dalam penamaan peserta didik telah memiliki bekal dan

penguasaan materi oleh peserta didik dapat lebih maksimal. Untuk

menghindari kebosanan dan untuk menggali kemampuan peserta didik dalam

penyajian materi guru menggunakan metode ceramah bermakna dan guru

hanya sebagai fasilitator.

3.4. Demonstrasi Pengetahuan Peserta Didik (D = Demonstrasi)

Demonstrasi dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh

guru sebelumnya, baik kepada teman kelompoknya maupun kepada seluruh

peserta didik. Dengan cara ini, diharapkan rasa percaya diri peserta didik

lebih meningkat karena diberi kesempatan untuk menunjukkan “hasil

karyanya” (hasil tugas mandiri).

3.5. Pengulangan yang Dilakukan oleh Peserta Didik (U = Ulangi)

Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh

guru, caranya dengan bercerita kepada teman kelompoknya, maupun kepada

seluruh peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang tidak

memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru

memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang peserta didik

12
untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan

dan atau dengan mempraktekkan secra langsung.

3.6. Perayaan atas Usaha Peserta Didik (R = Rayakan)

Perayaan merupakan salah satu bentuk motivasi yang dilakukan oleh

guru dengan memberikan pujian kepada peserta didik yang berhasil maupun

yang tidak berhasil menjawab pertanyaan dan tidak secara langsung

menyalahkan jawaban peserta didik yang kurang tepat, selain itu perayaan

dilakukan dengan melakukan tepuk tangan bersama-sama ketika jam

pelajaran berakhir. Kondisi ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat

belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas

usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.

3.7. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan terhadap proses dan produk untuk melihat

keefektifan model pembelajaran yang digunakan. Langkah- langkah

pembelajaran metode pembelajaran ceramah bermakna dan dilaksanakan

dengan tahap- tahap:

1. Guru mengecek pengetahuan peserta didik tentang materi yang akan

diajarkan

2. Guru menerangkan dan menyampaikan materi pelajaran di depan kelas

dengan metode ceramah, di sini peserta didik mendengarkan apa yang

disampaikan guru dan mencatat hal-hal yang penting di buku tulis.

3. Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada peserta

didik tentang materi.

13
4. Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.

5. Guru dan peserta didik secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan

peserta didik dan mengambil kesimpulan.

6. Guru mengadakan evaluasi.

4. Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Quantum

4.1 Kelebihan model pembelajaran Quantum:

1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu

saluran pikiran yang sama.

2. Dapat lebih melibatkan peserta didik, karena saat proses pembelajaran

perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap

penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.

3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan

keterangan-keterangan yang banyak.

4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.

5. Peserta didik dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara

teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.

6. Model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreativitas dari

seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan peserta didik untuk

belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif

setiap harinya.

7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh

peserta didik.

14
4.2. Kekurangan model pembelajaran Quantum:

1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping

memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa

mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu

tersedia dengan baik.

3. Dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa

baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll, maka dapat

mengganggu kelas lain.

4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.

5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa

ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.

6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik

diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan

kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai

sebagaimana mestinya.

C. Hasil Belajar IPA

1. Definisi Pembelajaran IPA

IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui

pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

Puskur-Depdiknas (2006) mendefinisikan IPA sebagai “pengetahuan yang

15
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa

kumpulan data hasil observasi dan eksperimen”.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat

menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam

sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam

kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan

memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri

dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia

melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana untuk menjaga dan memelihara kelestarian

lingkungan.

Di tingkat SMP/MTs diharapkan ada penekanan pembelajaran

Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) secara terpadu yang

diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya

melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific

inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah

16
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh

karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan

keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SMP/MTs

merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta

didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan

pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik

untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang

difasilitasi oleh guru.

Berdasarkan Permendiknas nomor 26 tahun 2006 tentang Standar Isi, mata

pelajaran IPA di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

2. Mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep

dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat.

4. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap

dan bertindak ilmiah serta berkomunikasi.

17
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.

2. Hasil Belajar IPA

Asep Herry Hernawan, dkk (2008) berpendapat “belajar diartikan

sebagai suatu proses perubahan perilaku yang terjadi melalui

pengalaman”. Purwanto (2009) juga berpandangan bahwa “belajar

merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya”. Winkel

(2004) mengemukakan “belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,

ketrampilan, dan nilai sikap”. Kemudian Santrock dan Yussen dalam

Sugihartono, dkk, (2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang

relatif permanen karena adanya pengalaman.

Mengacu pendapat-pendapat para ahli tersebut tentang belajar

tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses agar peserta

didik mengalami langsung, terlibat aktif dan beriteraksi dengan

lingkungan untuk melakukan suatu perubahan atau meningkatkan

kemampuan dalam hal pengetahuannya yang berlangsung secara terus

18
menerus. Selanjutnya Purwanto (2009) berpendapat tentang hasil belajar

bahwa “hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk

mengetahui sejauh mana seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan”. Hasil belajar menurut Oemar Hamalik (2007) adalah “bila

seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti

menjadi mengerti”. Benyamin Bloom dalam Nana Sudjana (2009)

mengklasifikasikan jenis-jenis hasil belajar ada tiga yaitu hasil belajar

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada penelitian ini dibatasi

pada hasil belajar ranah kognitif saja karena masalah yang ada di kelas

VII D MTs Al Hikmah Proto yakni rendahnya prestasi belajar IPA ranah

kognitif sehingga yang diteliti hanya hasil belajar IPA ranah kognitif.

Menurut Daryanto (2013) “dalam hubungannya dengan satuan

pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama”. Kemudian

Nana Sudjana (2009) juga berpendapat “ranah kognitif berkenaan dengan

hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis

(C5), dan evaluasi (C6)”. Menurut Suharsimi Arikunto (2006) bahwa

“beberapa aspek kejiwaan yang telah disebutkan sebagian yang cocok

diterapkan di SD yaitu ingatan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi (C3)

sedangkan analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) baru dapat

dilatih di SMP, SMA, PT secara bertahap”. Hal senada juga diungkapkan

oleh Hendro Darmodjo dan Jenny RE Kaligis (1992) bahwa “untuk

19
tingkat SD dan SMP umumnya bobot terbesar pada aspek pemahaman

(C2) dan aplikasi (C3)”. Mengacu pada pendapat tersebut maka pada

penelitian ini, jenjang kognitif yang digunakan pada penelitian ini hanya

sampai aplikasi atau penerapan (C3).

Berdasarkan pada pendapat ahli tentang hasil belajar tersebut dapat

disimpulkan hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang

setelah seseorang melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar biasanya

diberikan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil belajar

bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan,

tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah

kognitif. Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar

dimana mengakibatkan suatu perubahan pada diri seseorang setelah

mengikuti proses pembelajaran dalam hal berpikir seperti pengetahuannya

bertambah, pemahamannya meningkat, dan sebagainya.

Mengacu pada penjelasan-penjelasan sebelumnya dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar IPA adalah kemampuan kognitif yang

diperoleh seseorang setelah seseorang melakukan kegiatan belajar IPA.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu

faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam

proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

20
3.1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Di dalam

membicarakan faktor internal ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu :

faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

3.1.1. Faktor Jasmaniah

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Agar

seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan

badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan-

ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga,

rekreasi, dan ibadah. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.

Peserta didik yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,

hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan

alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh

kecacatannya itu.

3.1.2. Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor

psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah :

intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

a. Intelegensi

Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan

untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan

21
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak

secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

b. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-

mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal) atau sekumpulan obyek.

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus

mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan

pelajaran tidak menjadi perhatian peserta didik, maka timbullah

kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar eserta didik dapat

belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik

perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi

atau bakatnya.

c. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang,

diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi

berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak

dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang,

sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ

diperoleh kepuasan.

d. Bakat

Bakat atau aptitude adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu

baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

22
berlatih. Orang yang berbakat membatik, misalnya akan lebih cepat dapat

membatik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang

kurang/tidak berbakat di bidang itu.

e. Motif

Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di

dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk

mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab

berbuat adalah motif itu sendiri sebagai daya penggerak/pendorong.

f. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru. Misalnya anak dengan kakinya sudah siap untuk

berjalan, tangan dengan jari-jarinya sudah siap untuk menulis, dengan

otaknya sudah siap untuk berpikir abstrak, dan lain-lain. Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus,

untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak

yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya

sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap

(matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung

dari kematangan dan belajar.

g. Kesiapan

Kesiapan atau readiness adalah kesediaan untuk memberi respons atau

bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga

23
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan

untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam

proses belajar, karena jika peserta didik belajar dan padanya sudah ada

kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3.1.2. Faktor Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kelelahan jasmani dan

kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah

lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh.

Kelelahan jasmani terjadi karena terjadi kekacauan substansi pembakaran

di dalam tubuh, sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian

tertentu. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu

hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-

pusing sehingga sulit untuk berkonsentrasi, seolah-olah otak kehabisan

daya untuk bekerja.

3.2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan

menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non

sosial.

3.2.1. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a. Lingkungan sosial sekolah

24
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, tenaga administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang peserta

didik. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi

bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang

simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau tenaga administrasi

dapat menjadi pendorong bagi peserta didik untuk belajar.

b. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal peserta didik akan

mempengaruhi hasil belajarnya. Lingkungan yang kumuh, banyak

pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas

belajar peserta didik, paling tidak peserta didik kesulitan ketika

memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang

kebetulan yang belum dimilikinya.

c. Lingkungan sosial keluarga

Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan

keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah),

pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas

belajar peserta didik. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,

kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan

aktivitas belajar dengan baik.

3.2.2. Lingkungan nonsosial

Lingkungan nonsosial dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

25
a. Lingkungan alamiah

Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu

lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut

merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar

peserta didik. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,

proses belajar peserta didik akan terhambat.

b. Faktor instrumental

Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan

dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,

fasilitas belajar, lapangan olahraga, dan lain sebagainya. Kedua, software,

seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan,

silabus, dan lain sebagainya.

c. Faktor materi pelajaran

Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan peserta

didik, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan

kondisi perkembangan peserta didik. Karena itu, agar guru dapat

memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar peserta

didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode

mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi peserta didik.

26
D. Kerangka Berfikir

Kebanyakan peserta didik berpendapat bahwa IPA terutama Fisika adalah

pelajaran yang menjenuhkan, sulit, sukar dan bahkan yang lebih ektrimnya lagi

banyak peserta didik yang beranggapan bahwa IPA Fisika itu menyeramkan.

Pada materi gerak lurus peserta didik diharapkan dapat membedakan

pengertian jarak dan perpindahan serta dapat membuat grafik kecepatan terhadap

waktu berdasarkan percobaan tentang materi gerak serta dapat membedakan ciri

gerak lurus dipercepat dan gerak lurus diperlambat. Selain penggunaan media

pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran yang tepat juga diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Proses pembelajaran merupakan suatu kontak sosial antara guru dengan

peserta didik dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan

pengajaran. Dalam proses ini bukan hanya guru yang aktif memberi pelajaran

sedang peseta didik secara pasif menerima pelajaran, melainkan keduanya harus

aktif. Karena ketika peseta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang

mendominasi aktivitas belajar. Dengan mendominasi aktivitas belajar secara aktif

mereka menggunakan otak, baik untuk ide pokok dari materi yang di pelajari

maupun memecahkan persoalan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata.

Jika pembelajaran itu bermakna peseta didik akan mudah memahami materi

tersebut.

Proses belajar menghendaki perubahan perilaku dalam diri individu

peserta didik sehingga diperlukan proses pengajaran yang benar-benar terprogram

dan tersusun untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini

27
guru memegang peran yang sangat penting. Dalam suatu pembelajaran guru harus

menjebatani peseta didik agar peserta didik mudah dalam mengembangkan

gagasan-gagasan baru. Gagasan baru ini muncul jika peseta didik telah

memahami materi yang diberikan oleh guru mereka. Oleh karena itu, sebagai

seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai berbagai strategi atau model-

model pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman peseta didik terhadap

materi.

Penerapan strategi pembelajaran Quantum Teaching diharapkan dapat

menjadi sebuah terobosan atau inovasi yang tepat dalam pembelajaran di kelas

sehingga menjadi lebih hidup, aktif yang berakibat pada peningkatan pemahaman

peseta didik. Strategi pembelajaran Quantum Teaching mengandung makna

bahwa manusia sebagai pengolah informasi yang diterimanya untuk memperoleh

pemahaman.

28
Kerangka Berfikir

Kondisi Guru belum Hasil Belajar


Awal menggunakan Peserta didik
strategi masih rendah
pembelajaran
Quantum
Teaching

Siklus I :
Guru sudah
Guru belum
menggunakan
menggunakan
Tindakan strategi
media
pembelajaran
Quantum
Teaching
Siklus II :
Guru sudah
menggunakan
media
Di duga melalui
strategi
pembelajaran
Quantum
Teaching dapat
meningkatkan
hasil belajar
peserta didik
kelas VII D pada
Kondisi materi gerak
Akhir

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir PTK

29
E. Hipotesis

Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis tindakan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Jika diterapkan strategi pembelajaran Quantum Teaching maka dapat

meningkatkan aktivitas belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik

kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan Tahun

Pelajaran 2015/2016.

2. Jika diterapkan strategi pembelajaran Quantum Teaching maka dapat

meningkatkan hasil belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik

kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan Tahun

Pelajaran 2015/2016.

30
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah peserta didik kls VII D MTs Al Hikmah Proto

Kedungwuni Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 40 peserta didik. Terdiri dari

21 orang peserta didik berjenis kelamin perempuan dan 19 orang peserta didik

berjenis kelamin laki-laki.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni

Pekalongan pada April s.d. Juni 2016

Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

No Kegiatan Bulan

April 2016 Mei 2016 Juni 2016


Perkiraan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Kegiatan

a. Penyusunan Proposal Ѵ Ѵ

b. Penyusunan Instrumen Ѵ

Pengumpulan Data/

Mengumpulkan Instrumen
2
a. Pengumpulan Data Ѵ Ѵ

b. Siklus I Ѵ

31
c. Siklus II Ѵ

Pembahasan dan penelitian


3
Laporan Hasil Penelitian Ѵ Ѵ

Penyusunan artikel dan

4 penyerahan Laporan Ѵ Ѵ

Penelitian

C. Kolaborator

Penelitian ini melibatkan Ahmad Farid Sarwono, S.Pd, dan Eki

Kurnianingsih, S.Pd rekan guru di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni

Pekalongan sebagai kolaborator.

D. Desain Penelitian

Sebenarnya ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian

tindakan kelas, tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang

dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Setiap siklus terdiri dari empat

tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Adapun model dimaksud adalah sebagai berikut :

32
Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 2 Pelaksanaan

Pengamatan

HASIL

Gambar 3.1. Model Penelitian Tindakan

Adapun tahapan dalam penelitin tindakan tersebut adalah sebagai berikut :

Tahap Pertama : Menyusun rancangan tindakan dan dikenal dengan

perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa,

dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Pihak yang melakukan tindakan

33
adalah peneliti, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya

proses tindakan adalah kolaborator.

Tahap Kedua : Pelaksanaan Tindakan, yaitu implementasi atau penerapan isi

rancangan di dalam kancah yang mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini

peneliti harus taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus

pula berlaku wajar dan menghindari kekakuan.

Tahap Ketiga : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh

pengamat/kolaborator. Kolaborator harus melakukan pengamatan terhadap apa

yang terjadi ketika tindakan berlangsung.

Tahap Keempat : Refleksi, atau pantulan, yaitu kegiatan untuk mengemukakan

kembali apa yang sudah terjadi. Dilakukan bersama antara peneliti dan

kolaborator. Suharsimi Arikunto (2006)

Langkah-langkah dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan:

1) Menyusun RPP

2) Menyusun LOPD (Lembar Observasi Peserta Didik)

3) Menyusun Instrumen Penelitian

b. Pelaksanaan dengan menerapkan tindakan yang mengacu pada strategi

pembelajaran Quantum Teaching.

1) Guru menerangkan materi gerak

2) Guru melakukan tanyajawab.

3) Guru meminta peserta didik untuk mempraktikkan keterampilan

34
yang baru diterangkan

4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok kecil.

Tiap kelompok mendemonstrasikan keterampilan tertentu sesuai

skenario yang dibuat.

5) Guru memberikan waktu 10-15 menit kepada peserta didik untuk

menciptakan skenario kerja.

6) Guru memberi waktu 10 menit kepada peserta didik untuk berlatih

7) Secara bergiliran tiap kelompok diminta mendemonstrasikan kerja

masing-masing. Setelah selesai, beri kesempatan kepada kelompok

lain untuk memberikan masukan pada setiap demonstrasi yang

dilakukan.

8) Guru memberi penjelasan secukupnya untuk mengklarifikasi.

c. Observasi

Kolabolator mencatat semua aktivitas peserta didik pada tahap

tindakan dan kelemahan baik ketidaksesuaian antara skenario dengan

respon dari peserta didik yang mungkin tidak diharapkan.

d. Refleksi

1) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format LOPD.

2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang

skenario model pembelajaran, LOPD, dan lain-lain.

3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk

digunakan pada siklus berikutnya.

35
2. Siklus II

Setelah melakukan refleksi pada siklus I, maka dilanjutkan siklus II dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Perencanaan

1) Menyusun RPP

2) Menyusun instrumen penelitian

3) Menyusun LOPD

b. Pelaksanaan tindakan

Peneliti menerapkan strategi Quantum Teaching pada materi pokok

gerak di Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan

yang telah direncanakan.

c. Observasi

Kolabolator mencatat semua aktivitas peserta didik pada siklus II

termasuk kelemahan atau ketidaksesuaian antara skenario dengan respon

dari peserta didik yang mungkin tidak diharapkan.

d. Refleksi

1) Menganalisis hasil evaluasi untuk memperoleh gambaran

bagaimana hasil belajar siswa kelas VII D setelah melakukan

tindakan, hal apa saja yang perlu diperbaiki sehingga diperoleh

hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan

2) Menganalisis hasil pengamatan untuk memperoleh gambaran

bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan hal apa saja yang

perlu diperbaiki sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang

36
telah dilakukan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa metode:

1. Metode Observasi

Metode ini dilakukan untuk memperoleh data aktivitas peserta didik dan

aktivitas guru dalam pembelajaran mata pelajaran fisika di kls VII D materi

gerak lurus dengan strategi Quantum Teaching. Metode observasi dilakukan

dengan cara mengisi lembar observasi peserta didik dan lembar observasi

guru oleh kolaborator.

2. Metode Tes

Metode tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik

mata pelajaran fisika di kls VII D materi gerak lurus dengan strategi

Quantum Teaching. Metode tes dilakukan dengan cara mengumpulkan

jawaban peserta didik dari hasil tes tertulis setelah berakhirnya siklus I dan

siklus II.

3. Metode Dokumentasi

Sugiyono (2011) mengungkapkan bahwa dokumentasi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera,

biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya

37
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data proses penerapan

strategi Quantum Teaching pada materi gerak di kelas VII D MTs Al Hikmah

Proto Kedungwuni Pekalongan. Dalam penelitian ini menggunakan dokumen

yang berbentuk lembar kerja kelompok, hasil tes tertulis setelah berakhirnya

siklus I dan siklus II, serta dokumen yang berbentuk gambar yaitu foto saat proses

pembelajaran berlangsung.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih

baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah

Suharsimi Arikunto (2006). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Lembar observasi

Observasi dilakukan ketika proses pembelajaran materi gerak dengan model

Quantum Teaching. Observasi ini dilaksanakan untuk memperoleh data tentang

kegiatan guru dan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung dengan

model Quantum Teaching. Lembar observasi ini disusun dengan berpedoman

pada tahapan pembelajaran model Quantum Teaching, dengan kisi-kisi sebagai

berikut:

38
Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru

Tahapan Quantum Indikator Banyak Butir

Teaching

Tumbuhkan 1. Guru memberikan Apersepsi 2

2. Guru memberitahu peserta

didik mengenai AMBAK(Apa

Manfaatnya Bagiku)

Alami 1. Guru meminta peserta didik untuk 1

melakukan kegiatan sesuai Lembar

Kerja Kelompok ( LKK)

Namai 1. Guru meminta peserta didik untuk 1

berdiskusi dengan kelompoknya

Demonstrasikan 1. Guru meminta peserta didik 1

melakukan demonstrasi sesuai LKK

Ulangi 1. Guru memberikan arahan saat peserta 1

didik melakukan diskusi kelompok

untuk menarik kesimpulan dari

kegiatan yang telah dilakukan

Rayakan 1. Guru memberikan 1

penghargaan/tepuk tangan kepada

masing-masing kelompok yang telah

melakukan presentasi.

JUMLAH 7

39
Kisi-kisi Observasi Kegiatan Peserta Didik

Tahapan Quantum Indikator Banyak Butir

Teaching

Tumbuhkan 1. Peserta didik mempunyai motivasi 1

untuk mengikuti pelajaran

Alami 1. Peserta didik melakukan kegiatan 2

sesuai LKK

2. Peserta didik aktif dalam kegiatan

kelompok

Namai 1. Peserta didik aktif berdiskusi 1

dengan kelompoknya

Demonstrasikan 1. Peserta didik melakukan 1

demostrasi sesuai LKK

Ulangi 1. Peserta didik melakukan diskusi 1

kelompok untuk menarik

kesimpulan dari kegiatan yang

telah dilakukan

Rayakan 1. Peserta didik memberikan tepuk 1

tangan kepada masing-masing

kelompok yang telah melakukan

presentasi

JUMLAH 7

40
2. Instrumen data hasil belajar peserta didik

Untuk mengetahui kemampuan kognitif peserta didik dalam menyelesaikan

soal-soal, Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes ini

berisi 10 soal pilihan ganda dan 5 soal uraian

3. Instrumen data keaktifan peserta didik

Keaktifan peserta didik diobservasi menggunakan instrumen lembar observasi

dengan menggunakan tehnik deskriptif melalui persentase. Beberapa aspek

observasi meliputi:

1) Aktivitas peserta didik dalam mendengarkan penjelasan guru

2) Aktivitas peserta didik dalam mempersiapkan praktik Gerak Lurus

Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

3) Aktivitas peserta didik dalam mempraktikkan Gerak Lurus

Beraturan (GLB) dan Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)

4) Aktivitas peserta didik dalam mengomentari praktik kelompok

lainnya.

Data keaktifan peserta didik setiap indikator dihitung dengan

Jumlah peserta didik yang melakukan


Jumlah Persentase = X 100 %
Jumlah keseluruhan peserta didik

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas VII D materi gerak lurus

setelah menggunakan strategi Quantum Teaching, persentase peserta didik

41
yang mencapai nilai > KKM sebanyak 80% atau > 32 peserta didik.

2) Meningkatnya keaktifan peserta didik kelas VII D pada pembelajaran

gerak lurus setelah menggunakan strategi Quantum Teaching.

Tabel 3.1.

Tabel Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian

Aspek Cara Mengukur Pencapaian Akhir


Siklus
Kemampuan siswa dalam Diamati saat proses Semua aktivitas
melakukan aktivitas pembelajaran berlangsung dan siswa menunjukkan
pembelajaran dengan dihitung jumlah siswa yang peningkatan dari
stategi Quantum melakukan tahapan Quantum siklus pertama
Teaching Teaching sampai siklus
terakhir
Hasil belajar siswa Diukur dari hasil tes pada Jumlah siswa yang
akhir siklus, kemudian di memperoleh nilai
hitung jumlah siswa yang sama dengan KKM
nilainya kurang dari KKM, dan yang lebih dari
sama dengan KKM, dan lebih KKM sama dengan
dari KKM atau lebih dari 80%
Kesan siswa Angket yang diisi oleh siswa Proses pembelajaran
setelah proses pembelajaran dengan strategi
di setiap siklus. Quantum Teaching
direspon positif oleh
peserta didik. Setiap
Indikator dijawab
setuju oleh lebih atau
sama dengan 75%
dari jumlah peserta
didik.

42
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di kelas VII D MTs Al Hikmah

Proto Kedungwuni Pekalongan. Jumlah keseluruhan peserta didik di kelas VII D

adalah 40 siswa. Rinciannya, peserta didik perempuan ada 21 anak, peserta didik

laki-laki ada 19 anak. Secara umum mereka berasal dari latar belakang keluarga

tidak mampu. Sehingga sebagian besar mereka (90%) tidak ada keinginan untuk

melanjutkan sampai tingkat Perguruan Tinggi. Mereka berkeinginan untuk

berhenti sekolah dan bekerja atau mengikuti kursus-kursus singkat.

Aktivitas dan hasil belajar mereka selama pembelajaran di kelas rata-rata

rendah. Hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPA, dilihat dari nilai ulangan

setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar/KD rata-rata nilai mereka rendah.

Dengan KKM 70, peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 23

orang atau 57,5%, peserta didik yang memperoleh nilai sama dengan KKM ada 4

orang atau 10%, dan peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM ada 13

orang atau 32,5%. Kondisi awal hasil belajar IPA siswa kelas VII A MTs Al

Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

43
Tabel 4.1
Kondisi Awal Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Mata Pelajaran IPA

Hasil Belajar Kondisi Awal


Melampaui : > KKM 32,5%
Tuntas : = KKM 10%
Belum tuntas : < KKM 57,5%

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan Siklus 1

Rencana tindakan pada siklus 1 untuk memperbaiki hasil belajar

peserta didik dibuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk dua

kali pertemuan masing-masing dua jam pelajaran atau 80 menit (RPP

lengkap terlampir). Pertemuan ketiga 1 jam pelajaran atau 40 menit

digunakan untuk ulangan akhir siklus 1. RPP dikembangkan dengan

menggunakan strategi Quantun Teaching, sesuai dengan langkah-langkah

yang dibahas dalam kajian teori. Kompetensi Dasar yang akan diajarkan

dalam RPP ini adalah KD menganalisa data percobaan gerak lurus beraturan

dan gerak lurus berubah beraturan serta penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari.

Adapun langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan (secara

detail tertuang dalam RPP) adalah sebagai berikut:

44
Tahap Pembukaan

Menetapkan isi pembelajaran, meninjau ulang pembelajaran sebelumnya,

menetapkan tujuan pembelajaran dan menetapkan langkah-langkah

pembelajaran.

Langkah 1: Tumbuhkan

Salah satu peserta didik berjalan menuju ke papan tulis mempraktikkan

tentang benda yang bergerak.

Langkah 2 : Alami

Peserta didik melakukan praktik gerak

Langkah 3 : Namai

Bersama kelompoknya peserta didik mendiskusikan mengapa gerak bersifat

relatif

Langkah 4 : Demonstasikan

Peserta didik mendemontrasikan pengertian jarak dan perpindahan

Langkah 5 : Ulangi

Dengan analogi yang sama dengan jarak dan perpindahan, peserta didik

mencari informasi untuk menemukan pengwrtian kecepatan dan kelajuan.

Langkah 6 : Rayakan

Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok yang telah

melakukan presentasi hasil lembar kerja kelompok.

Tahap Penutupan

Memberikan contoh soal, memberikan umpan balik, dan memotivasi peserta

didik.

45
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh dua observer (teman

sejawat), dengan menggunakan lembar observasi (terlampir) dalam

dua kali pertemuan, yakni pertemuan pertama hari Senin tanggal 2 Mei

2016, pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 3 Mei 2016,

ditemukan bahwa proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut:

1) Pertemuan pertama

Secara umum sudah sesuai dengan rencana tindakan

(RPP pertemuan pertama). Berdasarkan observasi diketahui

bahwa ada beberapa langkah pembelajaran yang tidak

dilakukan secara optimal, yakni sebagai berikut:

a) Guru belum menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran kepada peserta didik secara rinci dan jelas.

b) Guru belum melakukan langkah kegiatan AMBAK ( Apa

Manfaatnya BagiKu).

c) Guru belum memperkuat penjelasan tentang tugas yang

dilakukan peserta didik.

d) Guru belum optimal dalam memberikan umpan balik, dan

memotivasi peserta didik.

2) Pertemuan kedua

Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

kedua ini sudah sesuai dengan rencana tindakan (RPP

pertemuan kedua). Berdasarkan observasi diketahui bahwa

46
ada beberapa langkah yang belum dilakukan secara optimal.

Tetapi relatif lebih baik dibanding pada pertemuan pertama,

yakni:

a) Guru belum menjelaskan tentang langkah-langkah

pembelajaran kepada peserta didik secara jelas.

b) Dalam memberikan contoh pengerjaan soal-soal, guru

terlalu cepat.

c) Guru belum optimal dalam memberikan umpan balik, dan

memotivasi peserta didik.

c. Hasil Penelitian dan Refleksi Siklus 1

1) Hasil Penelitian Siklus 1

Berdasarkan hasil observasi terhadap proses

pembelajaran, hasil tes, dan hasil angket didapatkan hasil

sebagai berikut:

Pertama proses pembelajaran dengan menggunakan strategi

Quantum Teaching, secara umum berlangsung sesuai dengan

rencana tindakan (RPP 1, dan 2). Tetapi masih ada beberapa

yang kurang optimal dalam pelaksanaannya, yakni:

a) Pada Pertemuan pertama guru belum melakukan kegiatan

AMBAK

b) Dalam memberikan contoh pengerjaan soal-soal masih

terlalu cepat.

47
c) Dalam memberi motivasi dan umpan balik masih harus

ditingkatkan lagi.

Kedua berdasarkan hasil tes yang dilakukan (lihat lampiran

daftar nilai), didapatkan hasil sebagai berikut:

a) Peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM mencapai

57,5%,

b) Peserta didik yang memperoleh nilai sama dengan KKM

(Tuntas) mencapai 12,5%, dan

c) Peserta didik yang memperoleh nilai di bawah KKM masih

30%. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2
Hasil Belajar Peserta Didik Kondisi Awal dan Siklus 1

Hasil Belajar Kondisi Awal Siklus Satu

Melampaui : > KKM 32,5% 57,5%

Tuntas : = KKM 10% 12,5%

Belum tuntas : < KKM 57,5% 30%

Tabel di atas memperlihatkan bahwa pada siklus satu,

hasil belajar peserta didik telah mengalami peningkatan

dibanding dengan kondisi awal, walaupun belum seperti yang

diharapkan. Jika dilihat pada hasil tes jumlah peserta didik

48
yang nilainya melampaui KKM dan jumlah peserta didik yang

nilainya sama dengan KKM berjumlah 70%, jumlah peserta

didik yang nilainya kurang dari KKM turun menjadi 30 %,

sehingga secara umum menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan sudah memiliki dampak dalam meningkatkan hasil

belajar peserta didik.

Ketiga berdasarkan angket yang disebarkan kepada peserta

didik (40 angket) diperoleh data sebagai berikut:

a) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang dengan

kegiatan belajar IPA menggunakan Quantum Teaching

sebanyak 30 orang atau 75%, 8 orang atau 20% menjawab

ragu-ragu dan 2 orang atau 5% menjawab tidak setuju.

b) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang belajar

IPA dengan menggunakan Quantum Teaching sebanyak 30

orang atau 75% dan sebanyak 10 orang atau 25% menjawab

ragu- ragu.

c) Peserta didik yang menjawab sangat setuju mudah

memahami IPA dengan menggunakan Quantum Teaching

adalah 32 orang atau 80% dan 8 orang atau 20% menjawab

ragu-ragu.

d) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang bekerja

sama dengan teman yang lain ada 30 orang atau 75% dan

10 orang atau 25% menjawab ragu-ragu.

49
e) Peserta didik yang menjawab sangat setuju kegiatan belajar

menggunakan Quantum Teaching perlu dikembangkan ada

30 orang atau 75% dan 10 orang atau 25% menjawab

ragu-ragu.

Keempat: Berdasarkan pengamatan aktivitas peserta didik,

dari tujuh indikator aktivitas yang diamati, peserta didik

masih kurang antusias dalam aktivitas demonstrasikan daan

ulangi hanya 55% saja peserta didik yang melakukan

aktivitas tersebut.

Refleksi Siklus 1

Dari hasil tes menunjukkan bahwa tindakan yang

dilakukan memberikan dampak terhadap peningkatan hasil

belajar peserta didik. Tetapi belum sesuai dengan yang

ditargetkan, sesuai dengan indikator keberhasilan yang

ditetapkan pada PTK ini, yakni peserta didik yang mencapai

nilai sama dengan KKM (tuntas) lebih dari 80%. Dalam hal ini

masih mencapai 70% yaitu 12,5% peserta didik yang nilainya

sama dengan KKM dan 57,5 % peserta didik yang nilainya

lebih dari KKM.

Maka harus dilakukan perbaikan tindakan pada siklus

kedua. Untuk melakukan perbaikan tindakan, maka peneliti

dibantu oleh teman sejawat melakukan diskusi-refleksi untuk

50
menemukan solusi dalam perbaikan tindakan. Berdasarkan

hasil observasi ditemukan beberapa kelemahan pelaksanaan

pembelajaran pada siklus ke-satu, yakni:

a) Guru belum melakukan aktivitas AMBAK

b) Dalam memberikan contoh pengerjaan soal-soal masih

terlalu cepat dan kurang praktis.

c) Dalam memberi motivasi dan umpan balik masih harus

ditingkatkan lagi.

Dengan menggunakan bahan-bahan tersebut, peneliti

dan dibantu oleh teman sejawat (kolaborator) melakukan

diskusi-refleksi untuk memberikan solusi perbaikan

pelaksanaan pembelajaran pada siklus ke-2. Hasil diskusi-

refleksi tersebut didapatkan hal-hal sebagai berikut:

a) Tidak mengubah langkah-langkah pembelajaran (yakni

sesuai dengan strategi Quantum Teaching).

b) Guru seharusnya dalam memberikan contoh-contoh

pengerjaan soal-soal menggunakan cara-cara yang efektif

dengan penjelasan yang jelas dan dengan cara tidak tergesa-

gesa.

c) Guru merencanakan motivasi dan menerapkannya kepada

peserta didik.

51
2. Siklus II

a. Perencanaan Tindakan Siklus 2

Pada siklus ke-2 ini, peneliti membuat rencana

pembelajaran yang secara umum sama dengan langkah-langkah

pada siklus ke-1. Langkah-langkah tersebut dituliskan dalam RPP 1

dan 2. KD yang digunakan dalam pembelajaran masih sama dengan

KD pada siklus 1. Adapun langkah-langkah pembelajaran pada

siklus ini sama dengan siklus 1. Tetapi berdasarkan hasil refleksi di

siklus 1, guru (peneliti) harus:

1. Melakukan aktivitas AMBAK untuk memotivasi peserta didik

2. Mencoba terlebih dahulu beberapa alternatif cara-cara/metode

pengerjaan soal-soal yang paling efektif dan mudah dipahami

oleh peserta didik. Dengan tindakan tersebut, lalu guru dapat

menentukan metode yang paling efektif dalam pengerjaan

soal-soal. Selanjutnya, peserta didik akan terbantu dalam

memahami bagaimana cara pengerjaan soal-soal.

3. Merancang cara-cara memotivasi peserta didik, dengan

penjelasan yang lebih mendalam mengenai aktivitas-aktivitas

yang diamati oleh observer.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 2

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh dua

observer (teman sejawat), dengan menggunakan lembar observasi

(terlampir) dan hasil refleksi siklus ke-1 dalam dua kali pertemuan,

52
yakni pertemuan pertama hari Senin tanggal 16 Mei 2016,

pertemuan kedua pada hari Selasa tanggal 17 Mei 2016,

ditemukan bahwa proses pembelajaran berlangsung sebagai

berikut:

1) Pertemuan pertama

Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

pertama ini berlangsung sesuai dengan rencana (lihat lembar

observasi). Tindakan perbaikan yang direncanakan pada siklus

kedua ini, bisa dilaksanakan dengan baik, yakni: guru

melakukan kegiatan AMBAK dengan baik, guru relatif lebih

pelan-pelan dalam memberikan contoh pengerjaan soal-soal.

2) Pertemuan kedua

Secara umum pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan

pertama ini berlangsung sesuai dengan rencana (lihat lembar

observasi). Dan tindakan perbaikan seperti yang direncanakan

sudah berjalan dengan baik, seperti pada pertemuan pertama.

c. Hasil Penelitian dan Refleksi Siklus 2

1) Hasil Penelitian Siklus 2

Berdasarkan hasil observasi, hasil tes, dan angket di

akhir siklus ke-2 didapatkan data sebagai berikut:

Pertama: Proses pembelajaran sudah sesuai dengan rencana,

dan rencana tindakan perbaikan yang dilakukan di siklus ke-

satu pun sudah dilaksanakan dengan baik. Jadi pada siklus ke-2

53
ini relatif mendekati sempurna sesuai dengan yang

direncanakan pada siklus ke-1.

Kedua: Berdasarkan hasil tes yang dilakukan (lihat lampiran

daftar nilai-2), didapatkan hasil sebagai berikut:

a) Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM mencapai

72,5%,

b) Siswa yang memperoleh nilai sama dengan KKM (Tuntas)

mencapai 12,5%, dan

c) Siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM masih 15 %.

Pada siklus kedua hasilnya sudah seperti yang diharapkan,

yakni siswa yang mencapai nilai tuntas sudah melebihi 80%

(72,5% + 12,5% = 85%). Hal ini menunjukkan bahwa

tindakan yang dilakukan dengan menggunakan strategi

Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Ketiga: Berdasarkan angket yang disebarkan kepada peserta

didik (40 angket) diperoleh data sebagai berikut:

a) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang

dengan kegiatan belajar IPA menggunakan Quantum

Teaching sebanyak 32 orang atau 80%, 8 orang atau

20% menjawab ragu-ragu.

b) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang

belajar IPA dengan menggunakan Quantum Teaching

54
sebanyak 34 orang atau 85% dan sebanyak 6 orang atau

15% menjawab ragu- ragu.

c) Peserta didik yang menjawab sangat setuju mudah

memahami IPA dengan menggunakan Quantum

Teaching adalah 34 orang atau 85% dan 6 orang atau

15% menjawab ragu-ragu.

d) Peserta didik yang menjawab sangat setuju senang

bekerja sama dengan teman yang lain ada 32 orang atau

80% dan 8 orang atau 20% menjawab ragu-ragu.

e) Peserta didik yang menjawab sangat setuju kegiatan

belajar menggunakan Quantum Teaching perlu

dikembangkan ada 34 orang atau 85% dan 6 orang

atau 15% menjawab ragu-ragu.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki

kesan yang positif; dan kesan tersebut meningkat dibanding

pada siklus pertama yakni mereka sangat senang, termotivasi,

tambah wawasan, penasaran dan lebih bersemangat dalam

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Probex.

Keempat berdasarkan pengamatan aktivitas peserta didik, dari

tujuh indaikator yang diamati, jika pada siklus 1 peserta didik

masih kurang antusias pada indikator demonstrasikan dan

ulangi, pada siklus 2 semua aktivitas peserta didik mengalami

peningkatan dibanding pada pelaksanaan siklus 1.

55
2) Refleksi Siklus 2

Dari hasil observasi tentang proses pembelajaran,

hasil tes, dan hasil angket menunjukkan bahwa pembelajaran

telah berlangsung seperti yang diharapkan, yakni pembelajaran

dengan strategi Quantum Teaching dapat meningkatkan

aktivitas, hasil belajar peserta didik dan kesan peserta didik

sangat positif. Dengan demikian penelitian dihentikan sampai

pada siklus ke-2.

C. Pembahasan

Hasil belajar peserta didik sangat ditentukan oleh bagaimana mereka

melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang monoton, tentu

tidak akan berdampak bagi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar

yang tinggi. Peningkatan hasil belajar bisa ditingkatkan ketika proses

pembelajaran yang berlangsung melibatkan peserta didik dalam berbagai

bentuk dan langkah kegiatan. Strategi Quantun Teaching merupakan salah

satu model pembelajaran yang memfasilitasi hal tersebut.

Tahap-tahap belajar dengan menggunakan strategi Quantum Teaching

meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2) pemberian pengalaman

umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4) demonstrasi tentang

pemerolehan pengetahuan oleh peserta didik, (5) pengulangan yang

dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha peserta didik harus

dilakukan lebih kreatif dan inovatif. Artinya, guru memiliki peran sentral di

56
sini. Guru harus bisa merancang secara kreatif pada setiap langkah strategi

Quantum Teaching ini. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Siklus Pertama:

Pada siklus ini guru telah menerapkan langkah-langkah strategi

Quantum Teaching sesuai dengan prosedur. Tetapi pada

pelaksanaannya belum optimal karena ada beberapa langkah yang

dilakukan yaitu melakukan AMBAK atau Apa Manfaatnya BagiKu,

sehingga peserta didik merasa termotivasi dalam kegiatan belajar materi

gerak karena materi ini memberi manfaat bagi kehidupan peserta didik.

Untuk melakukan AMBAK memerlukan kreativitas dan inovasi, yakni

(a) cara memberikan contoh pengertian gerak dihubungkan dengan

kegiatan sehari-hari, (b) cara dalam pemberian contoh pengerjaan soal-

soal, (c) cara pemberian umpan balik dan motivasi. Tetapi secara

umum, pada siklus ini hasilnya lebih baik dibanding dengan kondisi

awal dari aspek aktivitas, hasil belajar peserta didik dan kesan positif

peserta didik terhadap pembelajaran.

Setelah dilakukan diskusi refleksi, kekurangan-kekurangan tersebut

diperbaiki, yakni dengan (a) melakukan kegiatan AMBAK (b)

merancang metode pengerjaan soal-soal, dan (c) melakukan motivasi

sesuai dengan metode yang benar.

2. Siklus Kedua:

Pada siklus kedua ini diterapkan strategi Quantum Teaching seperti

pada siklus kesatu, tetapi telah diperbaiki dalam dua aspek, yakni (a)

57
metode pengerjaan soal, (b) motivasi. Maka hasilnya semakin

meningkat. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut ini:

Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3
Hasil Belajar Peserta Didik Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

Kondisi Siklus
Hasil Belajar
Awal Satu Dua
Melampaui : > KKM 32,5% 57,5% 72,5%

Tuntas : = KKM 10% 12,5% 12,5%

Belum tuntas : < KKM 57,5% 30% 15%

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal, siklus ke-1 dan

siklus ke-2, hasil belajar peserta didik mengalami kenaikan.

Gambar 4.1.
Grafik Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

30

25

20
Lebih dari KKM
15 Sama dengan KKM
10 Kurang dari KKM

0
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Dari tabel dan grafik tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

peserta didik mengalami peningkatan dari kondisi awal atau pra siklus,

58
siklus kesatu dan siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan

yang dilakukan efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Aktivitas peserta didik dengan menggunakan strategi Quantum

Teaching juga mengalami peningkatan dari siklus satu ke siklus dua.

Tujuh indikator aktivitas peserta didik selama mengikuti pembelajaran

dari siklus satu dan siklus kedua mengalami kenaikan, yakni sebagai

berikut: (a) Tumbuhkan pada siklus satu 53,38% dan pada siklus kedua

77,50%, (b) Alami 1 pada siklus satu 60% dan pada siklus kedua

80,63%, (c) Alami 2 pada siklus satu 59,53% dan pada siklus kedua

81,88%, (d) Namai pada siklus satu 60,63% dan pada siklus kedua

86,88%, (e) Demontrasikan pada siklus satu 55% dan pada siklus kedua

88,13%, (f) Ulangi pada siklus satu 55% dan pada siklus kedua 86,88%,

(g) Rayakan pada siklus satu 57,50% dan pada siklus kedua 87,50%,

Agar lebih jelas peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel dan

grafik berikut ini

Tabel 4.4.
Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

No Aktivitas Siswa Siklus


I II
1 Tumbuhkan 59,36% 77,50%
2 Alami 1 60,00% 80,63%
3 Alami 2 59,38% 81,88%
4 Namai 60,63% 86,88%
5 Demonstrasikan 55,00% 88,13%

59
6 Ulangi 55,00% 86,88%
7 Rayakan 57,50% 87,50%
Rerata 58,16% 84,20%

Grafik 4.2.
Aktivitas Peserta didik Pada Siklus I dan Siklus II

35
30
25
20
15
10 Siklus 1
5 Siklus 2
0

Selain aktivitas dan hasil belajar, pembelajaran dengan

menggunakan strategi Quantum Teaching memberi kesan yang positif

terhadap kegiatan pembelajaran. Hal ini jelas terlihat bagaimana kesan

peserta didik terhadap proses pembelajaran dengan strategi Quantum

Teaching ini. Untuk lebih jelas peningkatan tersebut dapat dilihat pada

tabel berikut ini

60
Tabel 4.5.
Kesan Peserta Didik Pada Siklus ke-1 dan ke-2

No Pernyataan Prosentase Prosentase


Penyataan Peserta Penyataan Peserta
Didik Siklus 1 Didik Siklus 2
S RR TS S RR TS
1. Saya merasa senang 75% 20% 5% 80% 20% -
dengan kegiatan belajar
IPA menggunakan
Quantum Teaching

2. Saya merasa senang 75% 25% - 85% 15% -


belajar IPA
menggunakan Quantum
Teaching

3. Saya merasa mudah 80% 20% - 85% 15% -


memahami IPA dengan
menggunakan Quantum
Teaching

4. Saya merasa senang 75% 25% - 80% 20% -


bekerjasama dengan
teman

5. Saya merasa kegiatan 75% 25% - 85% 15% -


belajar menggunakan
Quantum Teaching
perlu dikembangkan

Dari tabel tersebut terlihat bahwa kesan peserta didik yang semakin

positif dari siklus I ke siklus II sehingga hasil belajar peserta didik semakin

meningkat.

61
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian dengan judul: " Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar

Fisika Materi Gerak Lurus melalui Strategi Pembelajaran Quantum Teaching

pada Peserta Didik Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun

Pelajaran 2015/2016” , dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Quantum

Teaching melalui tahap-tahap T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2)

pemberian pengalaman umum, (3) penamaan atau penyajian materi, (4)

demonstrasi tentang pemerolehan pengetahuan oleh peserta didik, (5)

pengulangan yang dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha

peserta didik.

2. Dengan menerapkan strategi Quantum Teaching, hasil belajar peserta didik

kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan semester genap

tahun pelajaran 2015/2016 mata pelajaran IPA mengalami peningkatan dari

kondisi awal, siklus kesatu dan siklus kedua. Peningkatan tersebut adalah

sebagai berikut: Pada kondisi awal siswa yang belum tuntas ada 57,5%, siswa

62
yang tuntas ada 10% dan siswa yang melampaui ada 32,5%. Pada siklus

kesatu, siswa yang belum tuntas ada 30%, siswa yang tuntas ada 12,5% dan

siswa yang melampaui ada 57,5%. Pada siklus kedua, siswa yang belum

tuntas ada 15%, siswa yang tuntas ada 12,5% dan siswa yang melampaui ada

72,5%. Dengan demikian sampai pada siklus kedua, siswa yang hasil

belajarnya tuntas mencapai 85% atau lebih dari 80%.

3. Aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dengan strategi

Quantum Teaching meningkat, pada siklus satu 58,16% dan pada siklus

kedua 84,20%.

4. Kesan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dari siklus kesatu

dan kedua positif terbukti setiap indikator dijawab setuju lebih dari atau sama

dengan 75% dari jumlah peserta didik.

B. Saran

Dari hasil penelitian diperoleh agar proses belajar mengajar IPA lebih

efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik, maka

disampaikan saran sebagai berikut:

1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan metode strategi Quantum

Teaching memerlukan persiapan yang cukup matang, yakni berupa persiapan

rencana pembelajaran yang sesuai, alat dan bahan yang akan digunakan untuk

melaksanakan eksprimen, cara praktis pengerjaan soal-soal latihan, dan

motivasi efektif yang efektif kepada peserta didik.

2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar peserta didik, guru hendaknya

lebih sering melatih peserta didik dengan berbagai metode dan strategi

63
pembelajaran walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik

nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan

keterampilan, sehingga peserta didik berhasil atau mampu memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Asep Herry Hernawan, dkk. 2008. Modul 10. Pengembangan Kurikulum


dan Pembelajaran: Perumusan Tujuan Pembelajaran. Jakarta :
Universitas Terbuka.

Chumy, Asep Sang. 2009. Quantum Teaching, mengajar yang


menyenangkan (diakses 15 April 2016 ).

Daryanto. 2013. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan di Sekolah.


Yogjakarta : Gavamedia

DePorter, Bobby, Mark Reardon & Sarah Singar – Nourie. 2000. Ed. 1, cet. ke 1.
Quantum Teaching. Mempraktikan Quantum Learning di Ruang – Ruang
Kelas. Penerjemah: Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

DePorter, Reardon, dan Nourie. 2008. Quantum Teaching. Bandung:


Kaifa.

Hamalik, Oemar. 2007. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar


Baru Algesindo.

Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis. 1992. Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hesti Muldi Susanti, Joharman, dan Suripto. 2013. Penerapan Model


Pembelajaran Quantum Teaching Dalam Peningkatan
Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Ruang Siswa Kelas V
SD N Mewek Purbalingga Tahun Ajaran 2012/2013.

Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : PT


Remaja Rosdikarya.

64
Permendiknas nomor 26 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Puskur.2006. Kurikulum KTSP. Jakarta: Depdiknas.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogjakarta: UNY Press.

Sugiyono.2011. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Umi Murtafi’ah. 2012. Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum


Teaching Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar
Matematika Konsep Pecahan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun
Pelajaran 2012/2013.

W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogjakarta : Media Abadi.

Yusuf Rubiherlan. 2011. Pembelajaran Quantum Teaching Untuk


Meningkatkan Kreativitas Belajar Siswa Pada Pelajaran IPS
Materi Gejala Alam Siswa Kelas VI SDN Pasirhonje Ciranjang
Cianjur Tahun Pelajaran 2010/2011.

65
66
Lampiran 36

Berita Acara Seminar PTK

BERITA ACARA PENYELENGGARAAN SEMINAR HASIL PTK

Pada Hari Sabtu Tanggal Delapan Belas Juni Tahun Dua Ribu Enam
Belas:

a. Telah diselenggarakan Seminar Hasil PTK dengan judul “Peningkatan


Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Materi Gerak Lurus melalui Strategi
Pembelajaran Quantum Teaching pada Peserta Didik Kelas VII D
MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun Pelajaran 2015/2016”.
Dari pukul 11.00 sampai pukul 13.00 WIB, tempat di Ruang Kelas IX
A MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan, Hadir 22 Orang
peserta.

b. Seminar PTK terlaksana dengan tertib, aman dan lancar

Berita Acara ini dibuat dengan sesungguhnya

Pekalongan, 18 Juni 2016

Mengetahui,

Pengawas Kepala Madrasah

H. Aminudin, S.Ag Murtadlo, S.Pd


Lampiran 37
NOTULEN HASIL SEMINAR PTK

LAPORAN HASIL SEMINAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK)

Judul PTK “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Materi Gerak

Lurus melalui Strategi Pembelajaran Quantum Teaching pada Peserta Didik

Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun Pelajaran

2015/2016”, yang disusun oleh Dra.Hj.Isma Fuaida

1. Acara dilaksanakan pada hari/tanggal : Sabtu, 18 Juni 2016


2. Dimulai pukul : 11.15 WIB
3. Tempat Pelaksanaan : MTs Al Hikmah Proto
4. Ruang : Kelas IX A
5. Moderator : Murtadlo, S.Pd
6. Peserta : 22 (Dua Puluh Tiga) Orang
7. Terdiri atas : Kepala Madrasah sebagai
moderator dan 21 (Dua Puluh
Satu) orang guru.

Pelaksanaan Seminar

Susunan Acara Seminar :

1. Pembukaan
2. Sambutan
3. Pemaapaaran Hasil PTK
4. Diskusi Hasil PTK dengan Peserta Seminar
5. Penutup
Acara Pertama

Dibuka dengan bacaan Q.S. Fatihah oleh Moderator yaitu Bapak Murtadlo, S.Pd.

Sambutan Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Pekalongan yaitu Bpk. Cipto
Waloyo, S.Pd.

Isi Sambutan:

a. Ucapan terima kasih atas undangan dari peneliti.

b. Perlunya pengembangan profesi baik guru, kepala madrasah maupun pengawas


sesuai dengan Permen PAN No. 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional
Guru dan Angka Kreditnya.

c. Salah satu cara untuk mengembangkan profesi adalah dengan melaksanakan


Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi guru.

d. Peneliti dan peserta seminar dapat tukar menukar pengalaman dalam


melaksanakan PTK

Pemaparan Hasil Penelitian Tindakan Kelas oleh Peneliti

Latar belakang : Masih rendahnya aktivitas peserta didik dalam kegiatan


pembelajaran sehingga hasil belajar peserta didik juga
rendah, perlu diadakan tindakan yaitu dengan menggunakan
strategi Quantum Teaching.

Penelitian dilakukukan dalam dua siklus, setiap siklus dilakukan melalui prosedur
perencanaan, tindakan, observasi dan refeksi. Setiap siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, pertemuan pertama dan kedua masing-masing 2 jam pelajaran atau 2 x
40 menit. Pertemuan ketiga 1 jam pelajaran atau 40 menit digunakan untuk
ulangan akhir siklus.

Hasil Penelitian : Setelah menggunakan strategi Quantum Teaching, aktivitas


belajar peserta didik meningkat, hasil belajar peserta didik
juga meningkat dan kesan peserta didik terhadap strategi
Quantum Teaching positif.

Diskusi Hasil PTK dengan Peserta Seminar

Pertanyaan dari Peserta :

1. Dari Ibu Luluk Musyarofah, S.Ag (MTs Al Hikmah Proto)

Kendala-kendala apa saja yang dialami pada saat melaksanakan PTK?

Jawaban dari Peneliti :

Kendala pada saat melaksanakan PTK hampir tidak ada, kendala justru pada
saat akan melaksanakan PTK, karena harus menyediakan waktu untuk
membuat proposal, merencanakan kegiatan dan pada saat membuat laporan
hasil PTK tanpa mengesampingkan tugas-tugas rutin sebagai guru.

2. Dari Tri Aji Prakoso, S.Pd (MTs Al Hikmah Proto)

Bagaimana cara menghitung % aktivitas peserta didik?

Jawaban dari Peneliti :

Dalam Bab III sudah dicantumkan cara menghitung % aktivitas peserta didik
setiap indikator yaitu

Jumlah peserta didik yang melakukan


Jumlah Persentase = X 100 %
Jumlah keseluruhan peserta didik

3. Dari Nur Hikmah, S.Pd ( MTs Gondang Wonopringgo)

Usaha-usaha apa saja yang peneliti lakukan agar penelitian ini hasilnya sesuai
dengan indikator keberhasilan penelitian?

Jawaban dari Peneliti :


Dalam penelitian ini peneliti melibatkan dua orang guru sebagai kolaborator
atau observer. Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti dan observer
melakukan diskusi refleksi untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran agar
pada kegiatan pembelajaran berikutnya lebih baik dan sesuai dengan startegi
Quantum Teaching. Jadi usahanya adalah memperbaiki proses dalam
pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan hasil refleksi setelah selesai kegiatan
pembelajaran.
Alhamdulullah setelah penelitian dilakukan dua siklus indikator keberhasilan
penelitian tercapai, sehingga kegiatan penelitian dihentikan hanya sampai dua
siklus.

Penutup

Acara ditutup dengan kesimpulan oleh moderator dan bacaan Q.S. Al Asr

Pekalongan, 18 Juni 2016

Notula

Suhendri, S.Pd
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA TERHADAP


PEMBELAJARAN PERUSAHAAN DAN BADAN USAHA MELALUI
MODEL KOOPERATIF TIPE STAD PADA KELAS VII C
MTs AL HIKMAH PROTO KEDUNGWUNI

Oleh :
NUR MALAQ MAHMUDAH, S.Pd
NIP. 19670423 199403 2 002

MTs AL HIKMAH PROTO KEDUNGWUNI


HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul : “Upaya Meningkatkan


Keaktifan Siswa Terhadap Pembelajaran Perusahaan dan Badan Usaha
Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Pada Kelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni” telah disahkan dan disetujui pada :
Hari, Tanggal : Rabu, 23 Desember 2015
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : MTs Al Hikmah Proto kedungwuni.

Mengetahui,
Guru Pemandu Peneliti

Cipto Hambowo, S.Pd Nur Malaq Mahmudah, S.Pd


NIP. NIP. 19670423 199403 2 002

Kepala MTs Al Hikmah Proto Ketua MGMP Mapel IPS

Murtadlo, S.Pd Edy Waluyo, S Pd


NIP. NIP. 19660327 201003 1 001

SURAT IJIN PENELITIAN


Nomor : Mts.11.09.41/PP.00.5/281/2014

Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
Simo Kabupaten Boyolali memberikan ijin kepada :
Nama : Nur Malaq Mahmudah, S.Pd
NIP : 19670423 199403 2 002
Pangkat/Gol : Pembina /IV.a
Jabatan : Guru IPS
Untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan :
Judul : “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Terhadap
Pembelajaran Perusahaan dan Badan Usaha Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD Pada Kelas VII C MTs
Al Hikmah Proto Kedungwuni”
Subyek Penelitian : Kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
Semester : 2 (dua )
Tahun Pelajaran : 2014 / 2015
Demikian ijin penelitian ini untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Kedungwuni, 2 Maret 2015


Kepala,

Murtadlo, S.Pd
NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
penelitian tindakan kelas ini dengan baik.
Laporan penelitian tindakan kelas ini dengan judul “Upaya Meningkatkan
Keaktifan Siswa Terhadap Pembelajaran Perusahaan dan Badan Usaha
Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Pada Kelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni“.
Dalam menyusun karya tulis ini, tidak lepas dari peran serta bantuan
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada
kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan sebesar
besarnya kepada :
1. Bapak Murtadlo, S.Pd selaku Kepala MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
yang telah memberi bimbingan kepada peneliti untuk melakukan penelitian
tindakan kelas ini dan memberi motivasi kepada peneliti untuk menyelesaikan
laporan ini.
2. Rekan – rekan guru dan karyawan MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni yang
telah memberi bantuan yang sangat berharga bagi peneliti
3. Bapak Cipto Hambowo, S.Pd yang telah membantu pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah
membantu tersusunnya laporan penelitian tindakan kelas ini
Peneliti menyadari laporan penelitian tindakan kelas ini masih banyak
kelemahan dan kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun dari
berbagai pihak kami nantikan demi kesempurnaan laporan ini.
Akhirnya semoga Allah SWT selalu meridhoi kita. Amin.

Kedungwuni, 17 Desember 2015


Peneliti

Nur Malaq Mahmudah, S.Pd


NIP. 19670423 199403 2 002
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………..... i


HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………....... ii
SURAT IJIN PENELITIAN……………………………………………....... iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………....... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………... ix
ABSTRAKS …………………………………………………………………. x
BAB 1 : PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 3
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………… 4
BAB II : LANDASAN TEORI ……………………………………………. 5
A. Landasan Teori …………………………………………………. 5
B. Kerangka Berpikir ……………………………………………… 20
C. Hipotasis Tindakan ……………………………………………. 21
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ………………………………….. 22
A. Setting Penelitian ……………………………………………….. 22
B. Subyek Penelitian ………………………………………………. 23
C. Sumber Data ……………………………………………………. 23
D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………. 23
E. Validasi Data …………………………………………………… 24
F. Analisis Data ……………………………………………………. 24
G. Indicator Kinerja ……………………………………………….. 25
H. Prosedur Penelitian …………………………………………….. 25
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………………….. 31
A. Hasil Penelitian …………………………………………………. 31
B. Pembahasan Hasil Penelitian …………………………………… 40
BAB V : PENUTUP ………………………………………………………. 43
A. Kesimpulan …………………………………………………….. 43
B. Saran ……………………………………………………………. 43
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 44
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Jadwal Pelaksanaan penelitian 22


Tabel 3.2 : Langkah tindakan pembelajaran Siklus 1 26
Tabel 3.3 : Langkah tindakan pembelajaran Siklus II 28
Tabel 4.1 : Hasil pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran 33
Siklus 1
Tabel 4.2 : Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS siklus 1 34
Tabel 4.3 : Kompetensi siswa Siklus 1 35
Tabel 4.4 : Tanggapan siswa Siklus 1 35
Tabel 4.5 : Hasil pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran 37
Siklus II
Tabel 4.6 : Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS siklus II 38
Tabel 4.7 : Kompetensi siswa Siklus II 39
Tabel 4.8 : Tanggapan siswa Siklus II 39
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 : Nilai rata – rata ketuntasan belajar kondisi awal 41


Siklus 1 dan siklus II
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I


Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 : Lembar Kegiatan Siswa Siklus I
Lampiran 4 : Lembar Kegiatan Siswa Siklus II
Lampiran 5 : Soal tes Siklus I
Lampiran 6 : Soal tes Siklus II
Lampiran 7 : Nilai kondisi awal, Siklus I dan Siklus II
Lampiran 8 : Lembar Pengamatan Siklus I
Lampiran 9 : Lembar Pengamatan Siklus II
Lampiran 10 : Foto Kegiatan Siswa
ABSTRAK

Dalam kegiatan pembelajaran IPS hendaknya guru selalu melakukan inovasi


agar siswa dapat aktif dan agar pembelajaran tidak membosankan. Namun kenyataannya
pembelajaran masih bersifat konvensional dan masih berfokus pada buku paket/LKS.
Kenyataan seperti ini yang menyebabkan guru selalu kecewa terhadap hasil belajar siswa
dan dalam pembelajaranpun siswa kurang aktif. Keaktifan siswa sangat kurang sedangkan
hasil belajar IPS siswa dikelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni rata – rata
68,56 dan ketuntasan belajar 55,88 %. Dengan KKM 70 masih banyak siswa yang belum
tuntas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti melakukan pembelajaran dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD ( Students Teams Achievement Division )
untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.
Penelitian menggunakan metode penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang terdiri
dari 2 siklus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) seberapa besar
peningkatan keaktifan, 2) seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Students Teams Achievement Division ). Penelitian
dilaksanakan pada bulan Mei 2014 pada kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
semester 2 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Penelitian tentang pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD telah menghasilkan 1) dapat memberikan pengaruh terhadap
peningkatan keaktifan siswa dan hasil belajar siswa secara optimal, 2) dapat
meningkatkan keaktifan siswa menjadi sangat tinggi, dan 3) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni terhadap materi perusahaan
dengan rata – rata 68,56 menjadi 79,79 dan ketuntasan belajar siswa dari 55,88 %
menjadi 88,24 %.

Kata Kunci : keaktifan siswa, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan hasil belajar
siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi pembelajaran pada kelas VII C MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni sebelum diadakan penelitian masih bersifat konvensional. Hal ini
terlihat dari gurunya pada saat pembelajaran hanya menerangkan, kemudian
diberi soal untuk dikerjakan. Pada saat pembelajaran berlangsung, hanya
sebagian siswa saja yang aktif. Mereka hanya diam dan ngobrol dengan
temannya. Dengan melihat kenyataan seperti itu, guru berusaha bagaimana
agar siswa dapat konsentrasi pada pembelajaran dengan guru memotivasi atau
mendorong siswa agar dapat aktif dengan cara memberikan pertanyaan,
ternyata semua siswa hanya diam tidak ada yang menjawab dan apabila diberi
kesempatan bertanya mereka juga diam.
Hasil ulangan IPS yang diadakan di kelas VII C yang jumlah siswanya
34, ternyata belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari hasil rata - rata
nilai ulangannya hanya 68,56. Walaupun ada juga siswa yang mendapat nilai
tinggi, tetapi masih banyak siswa yang nilainya sangat jelek, sehingga dari 34
siswa hanya 19 orang yang tuntas dari KKM MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni yaitu 70.
Dengan melihat hasil ulangan yang sudah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dikelas kurang efektif. Kondisi semacam ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya guru dalam menerangkan
terlalu monoton dan komunikasi atau interaksi dengan siswa juga kurang,
selain itu situasi di dalam kelas juga kurang mendukung, karena masih ada
siswa yang ngobrol dengan temannya dan kurang memperhatikan pelajaran.
Sehingga dengan keadaan seperti itu siswa menjadi kurang aktif. Dengan
melihat kondisi tersebut sebaiknya guru dalam kegiatan pembelajaran lebih
bervariatif sehingga guru dapat berinteraksi dengan siswanya secara maksimal
yang dapat berpengaruh pada pembelajaran yang akan lebih menyenangkan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka pembelajaran IPS di kelas VII C
terdapat kesenjangan / masalah, diantaranya 1) masih ada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan pada saat guru menerangkan, 2) siswa ragu-ragu
dalam menyampaikan hasil pekerjaannya dan, 3) hanya siswa tertentu saja
yang aktif. Dari masalah yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran belum mencapai hasil yang maksimal.
Setelah melalui kajian kritis dan telaah dokumen yang dimiliki guru
maka akan ditemukan akar permasalahan dari proses pembelajaran yaitu siswa
kurang aktif, hal ini disebabkan karena guru dalam menerangkan terlalu
monoton dan interaksi dengan siswa juga kurang sehingga siswa kurang
terangsang untuk aktif dan guru belum menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat untuk dapat meningkatkan siswa lebih aktif.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti akan mengubah cara
belajar, yang sebelumnya guru masih konvensional dalam mengajar sekarang
akan menggunakan pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif yaitu
dengan pembelajaran kooperetif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ). Dalam model pembelajaran ini, siswa akan dibentuk dalam
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5/6 siswa, nanti setiap
kelompok akan diberi soal dan didiskusikan oleh semua anggotanya,
kemudian anggota yang sudah paham akan menjelaskan kepada anggota lain
yang belum paham, sehingga berakibat semua siswa akan aktif dalam
pembelajaran. Selain itu peneliti juga memberikan tes individu dan kuis yang
harus dijawab individu tanpa bantuan dari teman lain.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni, Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa,
dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Dengan
Kompetensi Dasar Menggunakan konsep perusahaan dan badan usaha. Fokus
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Divisions ).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah :
1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student
Teams Achievement Division ) akan dapat meningkatkan keaktifan siswa
kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni ?
2. Apakah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ) dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan,
sehingga berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) dapat meningkatkan
keaktifan siswa.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division).

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Memberi pengalaman kepada siswa untuk berinteraksi kepada
temannya
b. Menumbuhkan rasa percaya diri pada saat presentasi
c. Mendorong siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar
d. Meningkatkan hasil ulangan siswa
e. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS
2. Bagi guru
a. Melatih guru untuk membuat, merencanakan, menganalisis dan
melaksanakan tindakan penelitian
b. Meningkatkan profesionalisme guru
c. Memberikan pengalaman kepada guru lain untuk meningkatkan
kinerjanya

3. Bagi madrasah
a. Dengan hasil belajar yang meningkat akan dapat meningkatkan mutu
madrasah
b. Menambah referensi buku di perpustakaan
c. Sebagai landasan bagi madrasah dalam menentukan kebijaksanaan
untuk peningkatan mutu pendidikan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Keaktifan siswa
a. Pengertian keaktifan belajar
Menurut Google dalam http : // blogeulum.blogspot.com,
keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang
menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan tersebut tidak hanya
keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut
Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1) Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya.
2) Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan
mengambil keputusan.
3) Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik
harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru,
dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap
dan mampu mengutarakan kembali.
4) Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa
berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai
pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
b. Jenis-jenis keaktifan belajar
Mohammad Ali membagi jenis keaktifan siswa dalam proses
belajar ada delapan aktivitas sebagai berikut :
1) Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah
mendengar dan melihat.
2) Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari
penglihatannya.
3) Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau
yang dapat dicium.
4) Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai
bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda
yang dikecap.
5) Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan
untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
6) Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses
berpikir atau proses kognisi.
7) Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir
yang kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan
atau mengekspresikan ide.
8) Melakukan latihan,Untuk meningkatkan keterampilan tingkah laku
kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan tingkah laku psikomotorik
(keterampilan) memerlukan latihan-latihan tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keatifan belajar
Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik sebagai berikut :
1) Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi : a. aspek
fisiologis, b. aspek psikologis.
2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, yang meliputi (a)
lingkungan sosial, (b) lingkungan non sosial.
3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu.
d. Prinsip-prinsip Belajar Aktif
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang belajar aktif :
1) Stimulus belajar
Pesan yang diterima peserta didik dari guru melalui informasi
biasanya dalam bentuk stimulus.
2) Perhatian dan motivasi
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,
antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengadakan
pengulangan informasi, memberi stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya dan
lain-lain.
3) Respons peserta didik
Dalam proses belajar mengajar, banyak kegiatan belajar peserta
didik yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik) disamping
respon intelektual. Respon-respon inilah yang harus ditumbuhkan
pada diri peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
4) Penguatan
Sumber penguat belajar, berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Penguat belajar yang berasal dari luar seperti, nilai, pengakuan
prestasi peserta didik dan lainnya. Sedangkan penguat dari dalam
dirinya bisa terjadi bila respon yang dilakukan oleh peserta didik
betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5) Pemakaian dan pemindahan
Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting
sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat
digunakan kembali apabila diperlukan.
Menurut Google dalam http://www.zainalhakim.web.id, keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Menurut Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31) belajar aktif adalah suatu
sistem belajar mengajar yang menekan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan
tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan lain sebagainya (Rosalia, 2005:4).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Menurut Google dalam http://irfan11990.wordpress.com, proses
pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif, penilaian proses
pembelajaran terutama melihat sejauh mana keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Perihal tentang keaktifan belajar menurut Nana Sudjana
diantaranya :
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk gur
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dalam penelitian ini keaktifan peserta didik yang dimaksud oleh
penulis, yaitu :
1) Merespon motivasi yang diberikan oleh guru
2) Membaca atau memahami masalah yang terdapat dalam lembar
kerja peserta didik (LKS)
3) Menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban dan cara untuk
menjawab
4) Mengemukakan pendapat
5) Berdiskusi / bertanya antar peserta didik maupun guru
6) Mempresentasikan hasil kerja kelompok
7) Merangkum materi yang telah didiskusikan.
2. Hakekat Belajar
Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa
tidak aktif, pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu
pembelajaran bisa dikatakan berhasil secara baik jika guru mampu
mengubah diri peserta didik serta mampu menumbuhkembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya.
Menurut Google dalamhttp://addyarchy07.blogspot.com, belajar
adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi
perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak
mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau
anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, dkk. 2008:1-3).
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) Belajar merupakan
tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses
belajar.
Menurut Winkel ( 2004 : 59 ) belajar merupakan suatu aktifitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relative
konstan dan membekas. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua
perubahan akibat dari belajar. Belajar akan lebih efektif apabila si
pembelajar melakukan dengan suasana menyenangkan dan dapat
menghayati obyek pembelajaran secara langsung.
Menurut paham kontruktivis, belajar merupakan proses aktif
dimana pelajar secara aktif mengkonstruksi belajarnya dari berbagai
macam input yang diterimanya. Belajar adalah tentang membantu murid
untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri. Menurut Masnur (
2007 : 52 ) makna belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membantu
pemahaman. Guru berperan memberi fasilitas atau pengalaman agar
siswa dapat membangun pemahaman sendiri.
Menurut Google dalamhttp://addyarchy07.blogspot.com, seperti
halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2001:26-29) bahwa secara umum
tujuan belajar dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat
mempergunakan kemampuan berpikir di dalam proses belajar,
sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.
b. Pembentukan sikap
Guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai
pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak
didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk
mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
c. Penanaman keterampilan
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah
keterampilan dalam diri siswa, baik itu keterampilan jasmani maupun
keterampilan rohani.
3. Hasil Belajar
Menurut Google dalam www.hasiltesguru.com, Hasil belajar
merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah
kegiatan proses pembelajaran. Menurut Winkel (1991: 28) meyataka
bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakuakan
dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.
Selanjutnya Soemantri (2001: 1) mengatakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa
setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya
biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh
guru. Dalam dunia pendidikan khususnyasekolah hasil belajar
merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran
tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa (1988: 20) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang
studi tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan
belajar seorang siswa. Jadi dalam hal ini keberhasilan belajar seorang
siswa dalam menempuh proses belajar disekolah dapat dilihat dari
standar yang digunakan. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati
(1995: 4) menjelaskan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam diri
seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu
yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi
juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan
alat evaluasi tertentu.
Menurut Rusyan (1989 : 24) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses hasil belajar dapat digolongkan dalam empat
kelompok, yaitu: (1) bahan atau hal yang harus dipelajari, yaitu
banyaknya bahan dan tingkat kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, (2) faktor lingkugan, baik lingkungan alam maupun sosial,
(3) sarana dan prasarana belajar, wujudnya berupa perangkat keras
seperti gedung, perlengkapan dan sebagainya dan perangkat lunak
seperti kurikulum, pedoman belajar, program belajar dan sebagainya, (4)
kondisi individu siswa, yang meliputi kondisi fisikologis berupa keadaan
jasmani dan kondisi psikologis yang berupa perhatian, intelegensi, bakat
dan sebagainya.
Hasil belajar ini jika dikaitkan dengan hasil belajar IPS maka
dapat ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku pada diri siswa, baik
aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Perubahan itu terjadi setelah
adanya proses penbelajaran IPS yang dilaksanakan di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah yang diukur dengan menggunakan alat
ukur dalam bentuk tes dan non tes. Dan hasil belajar itu dipengaruhi oleh
berbagai dua faktor yaitu : faktor yang berasal dari luar diri si pelajar,
yaitu faktor sosial dan faktor non sosial, selain faktor kemampuan, ada
juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan
belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Dan faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor psikologis dan faktor
fisiologis dan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pembelajaran.
4. Hakekat IPS
a. Pengertian IPS
Menurut Trianto (2010 : 171), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
(Trianto : 171)
b. Karakteristik mata pelajaran IPS
Menurut Trianto (2010 : 174 - 175) mata pelajaran IPS memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi,
humaniora, pendidikan dan agama.
2) SK dan KD IPS berasal dari struktul keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa menjadi topik
atau tema tertentu.
3) SK dan KD IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4) SK dan KD IPS menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan
masyarakat.
c. Tujuan pembelajaran IPS
Menurut Trianto (2010 : 176 - 177) mata pelajaran IPS memiliki tujuan
sebagai berikut :
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang berkembang
dalam masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu atau masalah sosial serta mampu
membuat analisis yang kritis.
5) Mampu mengembangkan berbaggai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar tetap survive.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau
penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
5. Model Pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Division)
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian
yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode,
strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang
utama.Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, ada berbagai
macam model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru
yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Menurut Google dalam http://faisalnizbah.blogspot.com, Slavin (
Komalasari, 2010: 63) menjelaskan Langkah Langkah Model
Pembelajaran STAD sebagai berikut :
(a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) (b) Guru menyajikan
pelajaran (c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. (d) Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh murid. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu (e) Memberi evaluasi (f) Kesimpulan
Menurut Google dalam http://faisalnizbah.blogspot.com, Slavin
(Marta, 2008: 31) lebih lanjut lagi menjelaskan bahwa STAD terdiri atas
siklus pembelajaran yang tetap yaitu : (a) bahan pelajaran yang disajikan
oleh guru dan murid harus mencurahkan perhatiannya, (b) belajar dalam
kelompok, dengan dipandu oleh lembaran kegiatan murid untuk
menuntaskan materi pembelajaran, (c) kuis, murid mangerjakan secara
individu, (d) skor- skor peningkatan individu, dan (e) penghargaan
kelompok, memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mencapai skor yang tertinggi, skor kelompok dihitung berdasarkan skor
dasar anggota kelompok.
Ketika dalam menerapkan Model Pembelajaran STAD di dalam
kelas, maka akan ada 6 langkah utama atau Fase yang harus di lakukan
antara lain sebagai berikut :
d. Fase I (Pertama)
 Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid
 Guru menyampaikan, semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid belajar.
e. Fase II (Kedua)
 Menyajikan informasi
 Guru menyajikan informasi kepada murid dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
f. Fase III (Ketiga)
 Mengorganisasikan murid kedalam kelompok-kelompok belajar
 Guru mengajikan kepada murid bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
g. Fase IV (Keempat)
 Membimbing kelompok bekerja dan belajar
 Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengadakan tugas mereka.
h. Fase V (Kelima)
 Evaluasi
 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
i. Fase VI (Keenam)
 Memberikan penghargaan
 Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu atau kelompok.
Menurut Google dalam http://belajarpendidikanku.blogspot.com,
Kelebihan model STAD ialah :
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi
yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota
kelompok adalah setara Allport (dalam Slavin, 2005:103).
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama
anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105) dan
(Ahmadi, 2011:65).
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas
rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab
belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa
lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang
lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204)
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua
anggota kelompok
10. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa
lebih termotivasi
11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena
nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara
individu
12. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran.
13. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah
memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik
14. Rusman (2011) menambahkan keunggulan model ini yaitu, siswa
memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar (Rusman, 2011: 203)
15. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).
16. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. (Rusman,
2011: 204).
Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau
keunggulan juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991:
411) mengemukakan 4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD sebagai berikut :
1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.

B. Kerangka Berpikir
Pada saat ini guru belum memanfaatkan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran IPS. Guru hanya sekedar menjelaskan, kemudian dilanjutkan
latihan soal. Sehingga dalam pembelajaran guru masih bersifat monoton yang
berakibat pada keaktifan siswa dan hasil pembelajaran IPS pada siswa rendah.
Supaya keaktifan siswa meningkat, maka peneliti perlu melakukan
action atau tindakan. Tindakan yang dilakukan peneliti pada penelitan ini
adalah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ).
Dengan menerapkan model pembelajaran ini peneliti akan melakukan
tindakan 1) Siswa dibuat kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa, 2) siswa
melakukan diskusi kelompok, 3) siswa diberikan kuis, 4) melakukan tes
individu.
Dari uraian di atas peneliti berharap dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) akan dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran model STAD

KONDISI
Guru : Siswa :

Belum memanfaatkan Keaktifan siswa dalam


AWAL kreatifitas siswa dalam pembelajaran IPS rendah
pembelajaran IPS

Menggunakan SIKLUS I
pembelajaran kooperatif
TINDAKAN tipe STAD (Student Menggunakan pembelajaran
Teams Achievement kooperatif tipe STAD dengan
Division) dalam cara siswa dibuat kelompok
pembelajaran IPS 5-6 orang

Siklus II
KONDISI
Diduga melalui metode
pembelajaran STAD
dapat meningkatkan Mengunakan pembelajaran

AKHIR keaktifan siswa kelas VII kooperatif tipe STAD


dengan menggunakan
C tahun Pelajaran
2013/2014 gambar perusahaan dan
badan usaha
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir seperti uraian di atas,
diajukan hipotesis tindakan sebagai berikut :
Melalui model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement
Division) dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada akhir bulan Januari 2015 sampai dengan
bulan Mei 2015. Diawali dengan penyusunan proposal bulan Januari 2014,
penyusunan instumen akhir bulan Januari 2015. Pelaksanaan penelitian
Siklus I, minggu pertama sampai minggu ketiga bulan April. Refleksi
dilaksanakan pada minggu keempat bulan April 2015. Pelaksanaan Siklus
II pada minggu pertama sampai ketiga bulan Mei 2015. Refleksi Siklus II
minggu keempat bulan Mei 2015, dan penyusunan laporan penelitian
bulan Juni 2015.
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

BULAN
NO KEGIATAN Februari
Januari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015
2015
Observasi
1
Awal √ √
√ √
2 Proposal
Penyusunan √
3
Instrumen
SIKLUS I
Perencanaan √
4 Pelaksanaan √ √
Pengamatan √ √
Refleksi √
SIKLUS II
Perencanaan √
5 Pelaksanaan √ √
Pengamatan √ √
Refleksi √
6 Pelaporan √ √
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni pada
siswa kelas VII C Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian
bertempat di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni sesuai dengan tempat
tugas peneliti dan mengajar di kelas VII C.

B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII C MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 34
siswa. Terdiri dari 14 siswa putra dan 20 siswa putri. Berdasarkan hasil
ulangan sebelumnya kemampuan siswa terbagi 15 siswa kurang, 4 siswa
cukup, 8 siswa baik dan 7 siswa sangat baik.
Selain hasil ulangan tersebut, keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran terbagi menjadi 11 tidak aktif, 9 siswa cukup aktif, 9 siswa aktif
dan 5 siswa sangat aktif.

C. Sumber Data
Data pada penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer bersumber pada subyek penelitian, yaitu siswa kelas
VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui
nilai ulangan harian atau tes individu. Data sekunder bersumber pada
kolaborator yaitu melalui pengamatan selama pembelajaran oleh kolaborator.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data meliputi teknik tertulis / tes dan teknik non
tes. Teknik tertulis melalui ulangan harian. Teknik non tes melalui
pengamatan atau observasi yang dilakukan kolaborator tentang keaktifan
siswa dan angket minat siswa. Untuk pengumpulan data diperlukan alat
pengumpul data atau instumen, untuk hasil belajar melalui ulangan harian
berupa butir soal. Data keaktifan siswa dikumpulkan dengan instumen lembar
pengamatan/observasi.
E. Validasi Data
Validasi diperlukan agar data yang diperoleh benar – benar valid. Hasil
ulangan harian divalidasi dengan dua cara yaitu validasi teoritik dan validasi
empirik. Validasi teoritik diperoleh melalui butir soal harian secara kolaboratif
dengan teman sejawat sehingga soal yang disusun benar – benar mengukur
hasil belajar siswa. Validasi empirik dengan cara membandingkan data hasil
ulangan dengan data sebelumnya.
Untuk data kualitatif yaitu hasil observasi dan angket siswa divalidasi
melalui metode triangulasi sumber dan triangulasi metode. Triangulasi sumber
yaitu membandingkan data dari beberapa sumber. Triangulasi metode yaitu
mengambil data dari beberapa metode.

F. Analisis Data
Hasil belajar siswa dianalisis melalui deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil ulangan harian kondisi awal, hasil ulanngan siklus I dan
hasil ulangan siklus II. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data antara
lain teknik penilaian data, penafsiran data dan prnyimpulan.
Data kualitatif hasil observasi atau pengamatan dan angket siswa
dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi, angket keaktifan siswa dan refleksi pada masing – masing siklus.

G. Indikator Kinerja
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran STAD
(Student Teams Achievement Division) akan :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa menjadi 70%
2. Meningkatkan keaktifan siswa menjadi 90%
3. Meningkatkan siswa yang tuntas belajar menjadi 75%
H. Prosedur Penelitian
Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terdiri dari 2 siklus. Adapun tahapan masing – masing siklus sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I
2) Membuat soal untuk masing – masing pertemuan
3) Menyusun instrumen kisi-kisi dan butir soal ulangan harian siklus I
4) Menyusun lembar observasi keaktifan siswa dan angket minat
siswa
b. Pelaksanaan
Tabel 3.2 : Langkah Tindakan Pembelajaran Siklus 1
Langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan
Persiapan Guru menyampaikan tujuan Siswa dengan antusias
Menyampaikan pembelajaran yaitu pengertian memperhatikan
tujuan dan perusahaan dan badan usaha. penjelasan dari guru
memotivasi siswa Menyampaikan kegiatan yang akan
dilakukan adalah pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD
Menyajikan Guru dengan metode tanya jawab Siswa dengan antusias
informasi mengukur pengetahuan prasarat memberi memperhatikan guru
contoh perusahaan dan badan usaha pada waktu
menyampaikan
materi, walaupun
masih ada juga siswa
yang kurang
memperhatikan.
Langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan
Tahap kerja Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang Siswa membentuk
kelompok masing – masing kelompok kelompok sesuai
beranggotakan 5-6 siswa. Kemampuan dengan kelompok
masing – asing kelompok dibuat merata yang sudah ditentukan
Membimbing Membagi soal yang akan didiskusikan Siswa berdiskusi
kelompok belajar Membantu kelompok yang mengalami dikelompoknya,
kesulitan saling bekerja sama
untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan.
Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan Masing – masing
kelompok menyelesaikan tugas kelompok
dilaksanakan presentasi, untuk mengukur mempresentasikan
kemampuan individu dilaksanakan pada hasil diskusi
pertemuan berikutnya kelompoknya
Memberikan Memberi penghargaan pada kelompok Memberikan aplaus
penghargaan yang mendapatkan nilai paling baik ( tepuk tangan )
kepada kelompok
yang terbaik
b. Observasi
Observasi dilakukan melalui :
1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung
oleh teman sejawat atau kolaborator
2) Wawancara dengan siswa sebanyak 6 siswa terdiri dari 3 siswa
yang mendapat nilai tinggi dan 3 siswa yang mendapat nilai
rendah
c. Refleksi
Refleksi dilakukan bersama – sama dengan kolaborator,
dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I. Kegiatannya
antara lain :
1) Menganalisis hasil kerja kelompok
2) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian
3) Menganalisis angket dan lembar observasi
4) Mencari kekurangan / kelemahan pelaksanaan siklus I
5) Mencari solusi perbaikan pelaksanaan siklus I
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
2) Membuat soal untuk masing – masing pertemuan
3) Menyusun instrumen kisi – kisi dan butir – butir soal untuk
ulangan harian siklus II
4) Menyusun lembar observasi keaktifan siswa dan minat siswa
b. Pelaksanaan
Tabel 3.3 : Langkah Tindakan Pembelajaran Siklus II
Langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Persiapan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa dengan antusias
Menyampaikan yaitu macam-macam badan usaha. memperhatikan
tujuan dan Menyampaikan kegiatan yang akan penjelasan dari guru
memotivasi siswa dilakukan adalah pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Menyajikan Guru dengan metode tanya jawab Siswa dengan antusias
informasi mengukur pengetahuan prasarat memberi memperhatikan guru
contoh badan usaha milik negara, milik pada waktu
swasta dan koperasi dalam kehidupan menyampaikan materi
Langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
sehari hari
Tahap kerja Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang Siswa membentuk
kelompok masing – masing kelompok beranggotakan kelompok sesuai
5-6 siswa. Kemampuan masing – masing dengan kelompok
kelompok dibuat merata yang sudah ditentukan
Membimbing Membagi soal yang akan didiskusikan Siswa berdiskusi
kelompok belajar Membantu kelompok yang mengalami dikelompoknya, saling
kesulitan bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan kelompok Masing – masing
menyelesaikan tugas dilaksanakan kelompok
presentasi, untuk mengukur kemampuan mempresentasikan
individu dilaksanakan pada pertemuan hasil diskusi
berikutnya kelompoknya
Memberikan Memberi penghargaan pada kelompok Memberikan aplaus
penghargaan yang mendapatkan nilai paling baik ( tepuk tangan )
kepada kelompok
yang terbaik

c. Observasi
Observasi dilakukan melalui :
1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung oleh
teman sejawat atau kolaborator
2) Wawancara dengan siswa sebanyak 6 siswa terdiri dari 3 siswa
yang mendapat nilai tinggi dan 3 siswa yang mendapat nilai rendah
d. Refleksi
Refleksi dilakukan bersama – sama dengan kolaborator,
dilaksanakan setelah ulangan harian pada saat siklus II, kegiatannya
antara lain:
1) Menganalisis hasil kerja kelompok
2) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian
3) Menganalisis angket dan lembar observasi
4) Membuat kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi awal
Pembelajaran IPS yang selama ini peneliti lakukan memang
masih bersifat konvensional dan belum sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini
disebabkan karena materi pelajaran yang banyak, jika menggunakan
metode yang bermacam – macam, dikhawatirkan materi yang akan
disampaikan tidak akan selesai. Pembelajaran yang peneliti lakukan adalah
pada saat masuk kelas langsung menanyakan PR, kemudian melanjutkan
menerangkan /menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal sampai
waktu habis. Pada saat akhir materi diberi tes individu atau ulangan harian
dan hasilnya masih mengecewakan.
Kondisi awal pembelajaran IPS dikelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni masih bersifat konvensional, seperti yang telah
diterangkan di atas. Dari hasil ulangan diperoleh rerata 68,56 dan
ketuntasan belajar 55,88 %.
Untuk mengetahui penyebab kegagalan saya mengajar di kelas
VII C, saya mencoba melakukan refleksi dengan bertanya kepada siswa
yang mendapat nilai tertinggi dan terendah.
Rizka Apri Utami, tes individu mendapat nilai 92 berpendapat,
“ Saya senang dengan pelajaran IPS, karena setiap diberi PR saya selalu
mengerjakannya, tapi kadang – kadang saya juga merasa bosan karena
guru hanya memberikan materi, kemudian disuruh mengerjakan soal, jadi
pembelajaran kurang santai dan kurang menyenangkan “.
Tri Yuliyanto B, tes individu mendapat nilai 20, berpendapat,
“ Sebenarnya saya suka dengan pelajaran IPS, tapi kadang saya takut kalau
ditanya bu guru dan saya tidak bisa menjawab dan akhirnya lama
kelamaan saya bosan. Yang saya harapkan agar bu guru jangan suka
marah, cara mengajarnya lebih santai dan menyenangkan.
Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
selama ini masih monoton, kurang bervariasi dan membosankan. Untuk itu
peneliti akan mencoba mengubah cara belajar yaitu dengan cara diskusi
kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ( Student Teams Achievement Division ) pada materi perushaan dan
badan usaha. Dimana nanti dalam pembelajaran, anggota kelompok yang
sudah paham akan mengajarkan kepada anggota kelompok lain yang
belum paham, sehingga harapan peneliti semua siswa akan menjadi lebih
aktif.
2. Deskripsi Siklus 1
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan, pertemuan pertama
menyampaikan materi tentang pengertian usaha, perusahaan dan
mendeskripsikan macam-macam perusahaan, siswa berdiskusi dalam
kelompoknya, untuk mengerjakan soal yang sudah diberikan.
Sedangkan pertemuan kedua untuk kegiatan presentasi kelompok dan
evaluasi.
Ketika peneliti masuk ke ruang kelas VII C, suasana ruang
kelas agak ramai. Setelah semua siswa tenang, saya langsung
menyuruh siswa membentuk kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5-6 siswa. Merekapun segera membentuk kelompok.
Setelah semua sudah berada dalam kelompoknya masing- masing, saya
mulai memberikan pengertian kenapa saya menyuruh mereka membuat
kelompok diskusi, setelah semua paham maksud dan tujuannya, saya
mulai menyampaikan materi pengertian usaha, perusahaan dan
mendeskripsikan macam-macam perusahaan.
Peneliti menjelaskan satu persatu dari pengertian usaha,
perusahaan dan mendeskripsikan macam-macam perusahaan serta
mengaplikasikannya dalam soal.
Pertemuan kedua merupakan kegiatan presentasi antar
kelompok dan evaluasi. Evaluasi terdiri dari tes individu dan tes
kelompok.
Dari hasil pengamatan, diperoleh data bahwa rata-rata 3,00
(baik). Dari 13 indikator 3 yang mendapat kriteria 2 (cukup) yaitu
pengorganisasian kelompok ternyata belum maksimal sebagian siswa
gaduh pada saat pembentukan kelompok dan pembimbingan guru
kepada kelompok juga kurang maksimal.
Tabel 4.1 : Hasil Pengamatan Terhadap Guru dalam
Pembelajaran Siklus 1
Pengamatan
No Aspek Pengamatan Ada /
Kriteria
Tidak
1 Kegiatan awal
a. Apakah guru memberikan apersepsi Ada 3
b. Apakah guru mengukur pengetahuan
Ada 3
prasarat yang harus dimiliki oleh siswa
c. Apakah guru menyampaikan indikator dan
Ada 4
tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa
2 Kegiatan Inti
a. Apakah guru menyampaikan materi Ada 4
pembelajaran
b. Apakah guru menyampaikan informasi yang Ada 2
dibutuhkan siswa
c. Apakah guru mengorganisasi siswa dalam Ada 2
kelompok
d. Apakah guru telah membimbing kelompok Ada 2
dalam belajar
e. Apakah guru telah melakukan evaluasi hasil Ada 3
belajar siswa
f. Apakah guru telah melakukan penghargaan Ada 3
bagi kelompok / siswa yang mendapat nilai
tinggi
3 Kegiatan Akhir
a. Apakah guru menyimpulkan / merangkum Ada 3
Pembelajaran
Pengamatan
No Aspek Pengamatan Ada /
Kriteria
Tidak
b. Apakah guru melakukan umpan balik Ada 3
c. Apakah guru melakukan refleksi Ada 3
d. Apakah guru memberikan PR Ada 4
Rata – Rata 3,00

c. Pengamatan terhadap Keaktifan Siswa


Keaktifan siswa diamati pada saat pembelajaran dan kerja
kelompok. Dengan 4 indikator yaitu penjelasan guru, tugas kelompok,
tugas individu, dan presentasi. Kemudian kriteria yang digunakan
Kurang Baik ( 1 ), Cukup ( 2 ), Baik ( 3 ), Sangat Baik ( 4 ).
Adapun hasil pengamatan dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut
ini :
Tabel 4.2 : Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS Siklus 1
Jumlah Jumlah
No Kriteria % No Indikator %
Siswa Skor
1 Sangat
7 20,6 % 1 Penjelasan Guru 92 67,7 %
Baik
2 Baik 14 41,2 % 2 Tugas kelompok 93 68,4 %
3 Cukup
8 23,5 % 3 Tugas Individu 94 69,2 %
Baik
4 Kurang
5 14,7 % 4 Presentasi 88 64,7 %
Baik
Jumlah Skor
Jumlah Siswa 34 100 % 136
Maksimal
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai
keaktifan sangat baik 7 siswa atau 20,6 %, baik 14 siswa atau 41,2 %,
cukup baik 8 siswa atau 23,5 %, dan kurang baik 5 siswa atau 14,7 %.
Jadi sebagian siswa mempunyai keaktifan baik. Berdasarkan indikator
keaktifan siswa yang paling rendah yaitu presentasi dengan jumlah
skor 88 atau 64,7 %, kemudian berikutnya penjelasan guru dengan
jumlah skor 92 atau 67,7 %, tugas kelompok dengan jumlah skor 93
atau 68,4 % dan tugas individu dengan jumlah skor 94 atau 69,2 %.
d. Kompetensi Siswa
Tabel 4.3 : Kompetensi siswa kelas VII C Siklus 1
Frekuensi
Rentang nilai Frekuensi Kriteria
Relatif ( % )
91 – 100 3 8,8 % Sangat Baik
81 – 90 13 38,3 % Baik
71 – 80 7 20,6 % Baik
61 – 70 5 14,7 % Cukup
51 – 60 5 14,7 % Kurang
41 – 50 0 0% Sangat Kurang
< 40 1 2,9 % Sangat Kurang

e. Tanggapan Siswa
Tabel 4.4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan Model
pembelajaran STAD
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
1 Apakah dengan model 28 siswa / 4 siswa / 2 siswa /
pembelajaran STAD ( 82,4 % ) ( 11,7 % ) ( 5,9 % )
dapat membuat kamu
semakin aktif dalam
mengikuti
pembelajaran ?
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
2 Apakah kamu senang 34 siswa /
apabila setiap ( 100 % )
pembelajaran selalu
dibentuk kelompok
diskusi ?
3 Apakah dengan 30 siswa / 4 siswa /
menggunakan model ( 88,2 % ) ( 11,8 % )
pembelajaran STAD
dengan cara siswa
dibentuk kelompok
dapat meningkatkan
kerjasama antar
kelompok ?

Dari hasil angket yang diberikan siswa pada akhir siklus 1


diperoleh data bahwa 28 siswa atau 82,4 % siswa mempunyai
pendapat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran STAD
siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran. Semua siswa senang (
100 % ) dalam mengikuti pembelajaran dan 30 siswa atau 88,2 %
siswa dapat meningkatkan kerjasama kelompok.
3. Deskripsi Siklus II
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Tindakan yang dilakukan pada siklus II pada prinsipnya sama
dengan siklus 1 hanya ada perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
hasil refleksi. Pembelajaran yang dilakukan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Materi yang dibahas adalah
mendeskripsikan peran badan usaha termasuk koperasi sebagai tempat
berlangsungnya proses produksi. Perbaikan yang dilakukan antara lain
pengorganisasian/pembentukan kelompok dilakukan sebelum
pelaksanaan siklus II agar waktu yang tersedia untuk pembelajaran
tidak terbuang untuk pembentukan kelompok dan pembimbingan
terhadap kelompok yang mengalami kesulitan lebih diperhatikan.
Dari hasil pengamatan, diperoleh data bahwa rata-rata 3,46
(baik). Dari 13 indikator 7 yang mendapat kriteria 3 (baik).
Tabel 4.5. Hasil pengamatan terhadap guru dalam pembelajaran
Siklus II
Pengamatan
No Aspek Pengamatan Ada /
Kriteria
Tidak
1 Kegiatan awal
a. Apakah guru memberikan apersepsi Ada 3
b. Apakah guru mengukur pengetahuan
Ada 3
prasarat yang harus dimiliki oleh siswa
c. Apakah guru menyampaikan indikator dan
Ada 4
tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa
2 Kegiatan Inti
a. Apakah guru menyampaikan materi Ada 4
pembelajaran
b. Apakah guru menyampaikan informasi yang Ada 3
dibutuhkan siswa
c. Apakah guru mengorganisasi siswa dalam Ada 3
kelompok
d. Apakah guru telah membimbing kelompok Ada 3
dalam belajar
e. Apakah guru telah melakukan evaluasi hasil Ada 4
belajar siswa
f. Apakah guru telah melakukan penghargaan Ada 4
bagi kelompok / siswa yang mendapat nilai
tinggi
3 Kegiatan Akhir
a. Apakah guru menyimpulkan / merangkum Ada 4
Pembelajaran
b. Apakah guru melakukan umpan balik Ada 3
c. Apakah guru melakukan refleksi Ada 3
d. Apakah guru memberikan PR Ada 4
Rata – Rata 3,46
b. Pengamatan terhadap keaktifan siswa
Keaktifan siswa diamati pada saat pembelajaran dan kerja
kelompok. Dengan 4 indikator yaitu penjelasan guru, tugas kelompok,
tugas individu, dan presentasi. Kemudian kriteria yang digunakan
Kurang Baik ( 1 ), Cukup ( 2 ), Baik ( 3 ), Sangat Baik ( 4 ).
Adapun hasil pengamatan dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut
ini :
Tabel 4.6 : Keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS Siklus II
Jumlah Jumlah
No Kriteria % No Indikator %
Siswa Skor
1 Sangat
13 38,2 % 1 Penjelasan Guru 115 84,6 %
Baik
2 Baik 17 50 % 2 Tugas kelompok 114 83,8 %
3 Cukup
4 11,8 % 3 Tugas Individu 109 80,1 %
Baik
4 Kurang
0 0% 4 Presentasi 108 79,4 %
Baik
Jumlah Skor
Jumlah Siswa 34 100 % 136
Maksimal

Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa siswa yang mempunyai


keaktifan sangat baik 13 siswa atau 38,2 %, baik 17 siswa atau 50 %,
cukup baik 4 siswa atau 11,8 %. Jadi sebagian siswa mempunyai
keaktifan baik. Berdasarkan indikator keaktifan siswa yang paling
rendah yaitu presentasi dengan jumlah skor 108 atau 79,4 %,
kemudian berikutnya tugas individu dengan jumlah skor 109 atau
80,1 %, tugas kelompok dengan jumlah skor 114 atau 83,8 % dan
penjelasan guru dengan jumlah skor 115 atau 84,6 %.
c. Kompetensi siswa
Tabel 4.7 : Kompetensi siswa kelas VII C Siklus II
Frekuensi
Rentang nilai Frekuensi Kriteria
Relatif ( % )
91 – 100 6 20 % Sangat Baik
81 – 90 8 26,67 % Baik
71 – 80 6 20 % Baik
61 – 70 4 13,33 % Cukup
51 – 60 - - -
41 – 50 2 6,67 % Kurang
< 40 4 13, 33 % Sangat Kurang

d. Tanggapan Siswa
Tabel 4.8. Tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Ragu –
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
1 Apakah dengan model 31 siswa / 2 siswa / 1 siswa /
pembelajaran STAD ( 91,2 % ) ( 5,9 % ) ( 2,9 % )
dapat membuat kamu
semakin aktif dalam
mengikuti
pembelajaran ?
2 Apakah kamu senang 30 siswa /
apabila setiap 100 %
pembelajaran selalu
dibentuk kelompok
diskusi ?
3 Apakah dengan 32 siswa / 2 siswa /
menggunakan model ( 94,1 % ) ( 5,9 % )
Ragu –
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
pembelajaran STAD
dengan cara siswa
dibentuk kelompok
dapat meningkatkan
kerjasama antar
kelompok ?

Dari hasil angket yang diberikan siswa pada akhir siklus II


diperoleh data bahwa 31 siswa atau 91,2 % siswa mempunyai
pendapat bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran. Semua
siswa senang ( 100 % ) dalam mengikuti pembelajaran dan 32 siswa
atau 94,1 % siswa dapat meningkatkan kerjasama kelompok.

B. Pembahasan Hasil Penelitian


Kemampuan guru dalam melaksanakan tindakan yaitu pembelajaran
kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) mengalami
peningkatan. Rata – rata siklus I yaitu 3,00 kemudian siklus II menjadi 3,46.
Pada siklus 1 kekurangan pada pengorganisasian siswa dalam kelompok dan
pembimbingan terhadap kelompok yang mengalami kesulitan telah diperbaiki
pada siklus II. Perbaikan pada siklus II memberikan pengaruh yang positif
terhadap hasil belajar atau kompetensi siswa dan keaktifan siswa. Hal ini
dibenarkan oleh sebagian besar tanggapan siswa menyatakan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dengan cara siswa berdiskusi dalam kelompoknya, mampu
membantu pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, siswa merasa senang
dalam belajar sehingga siswa menjadi lebih aktif dan dapat meningkatkan
kerjasama antar kelompok.
Pemberian tindakan berupa pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Teams Achievement Division) mampu meningkatkan kompetensi
siswa. Kompetensi siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Namun pada penelitian ini sebagai alat pengukurannya adalah aspek kognitif
berdasarkan ulangan harian yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Kompetensi
siswa dapat dilihat dalam grafik dibawah ini :

100
90
80
70
60
RATA - RATA
50
KETUNTASAN BELAJAR (%)
40
Column1
30
20
10
0
DATA AWAL SIKLUS 1 SIKLUS 2

Rata – rata kompetensi siswa sebelum diadakan penelitian tindakan


kelas 68,56. Pada siklus 1 rata – rata 76,03 dan siklus II 79,79, sehingga pada
siklus 1 rata – rata kompetensi siswa mengalami peningkatan / kenaikan 7,47
dan siklus II naik 11,23. Sehingga setelah diadakan penelitian tindakan kelas
dengan memakai pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ) rata – rata mengalami peningkatan 18,70. Ketuntasan
belajar pada awal 55,88 %, siklus 1 menjadi 73,53 % dan siklus II menjadi
88,24 %.
Pada tindakan siklus 1 mampu meningkatkan ketuntasan belajar
17,65 % dan pada siklus II meningkat sebesar 32,36 %. Sehingga setelah
diadakan siklus 1 dan siklus II ketuntasan belajar meningkat sebesar 50,01 %.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) berakibat pada
perbaikan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Keaktifan siswa diamati oleh kolaborator terhadap 34 siswa kelas
VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni mempunyai keaktifan sangat baik.
Dari keterangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) dapat
meningkatkan keaktifan siswa menjadi sangat baik. Hal ini sesuai dengan hasil
angket siswa yang menyatakan kerjasama dalam kelompok sejalan juga
dengan pendapat Nur ( 2000 ) bahwa pembelajaran kooperatif mendorong
siswa untuk bekerjasama pada suatu tugas dan mereka harus
mengkomunikasikan serta mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan
tugas.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VII C MTs Al
Hikmah Proto Kedungwuni dapat disimpulkan antara lain :
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat memberikan pengaruh peningkatan hasil belajar dan
keaktifan siswa secara optimal.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C MTs Al
Hikmah Proto Kedungwuni terhadap materi perusahaan dan badan usaha
dengan rata – rata 68,56 menjadi 79,79 dan ketuntasan belajar dari 55,88
% menjadi 88,24 %.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa menjadi
sangat tinggi.
B. Saran
1. Mengingat penelitian ini baru berlangsung dua siklus, maka guru / peneliti
lain dapat melanjutkan agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan.
2. Guru hendaknya dapat menciptakan strategi pembelajaran yang
berdasarkan pada kemampuan/potensi awal siswa agar pembelajaran lebih
bermakna
3. Hendaknya guru terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4. Madrasah hendaknya mendorong guru dalam menyusun alat peraga
dengan memberi fasilitas berupa biaya pembuatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Keaktifan Siswa. http : //blogeulum.blogspot.com diakses pada hari Selasa. 25


Februari 2014. Jam 08.25 WIB.
2. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran. www.zainalhakim.web.id
diakses pada hari Selasa. 25 Februari 2014. Jam 08.38 WIB.
3. Keaktifan Belajar. http : //irfan1990.wordpress.com diakses pada hari Selasa.
25 Februari 2014. Jam 09.00 WIB.
4. Pengertian Hasil Belajar. www.hasiltesguru.com diakses pada hari Selasa. 25
Februari 2014. Jam 09.13 WIB.
5. Definisi Konsep Hasil Belajar. http : //addyarch07.blogspot.com diakses pada
hari Selasa. 25 Februari 2014. Jam 09.26 WIB.
6. Model Pembelajaran STAD. http : //faisalnizbah.blogspot.com diakses pada
hari Selasa. 25 Februari 2014. Jam 09.35 WIB.
7. Kelebihan dan Kelemahan Model STAD. http
//belajarpendidikanku.blogspot.com diakses pada hari Selasa. 25 Februari
2014. Jam 10.00 WIB.
8. Langkah - Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.
www.hayardin.com diakses pada hari Selasa. 25 Februari 2014. Jam 10.15
WIB.
9. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan.
Jakarta : PT. Bumi Angkasa.
10. Semiawan, Conny, A.F. Tangyong, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan
Proses ( Bagaimana Mengaktifkan Siswa Belajar ). Jakarta : PT. Grasindo.
11. Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
12. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta. PT Bumi Aksara.
Pengamatan
No Aspek Pengamatan
Ada / Tidak Kriteria
1 Kegiatan awal
a. Apakah guru memberikan apersepsi
b. Apakah guru mengukur pengetahuan prasarat yang
harus dimiliki oleh siswa
c. Apakah guru menyampaikan indikator dan tujuan
pembelajaran serta memotivasi siswa
2 Kegiatan Inti
a. Apakah guru menyampaikan materi
pembelajaran
b. Apakah guru menyampaikan informasi yang
dibutuhkan siswa
c. Apakah guru mengorganisasi siswa dalam
kelompok
d. Apakah guru telah membimbing kelompok
dalam belajar
e. Apakah guru telah melakukan evaluasi hasil
belajar siswa
f. Apakah guru telah melakukan penghargaan
bagi kelompok / siswa yang mendapat nilai tinggi
3 Kegiatan Akhir
a. Apakah guru menyimpulkan / merangkum
Pembelajaran
b. Apakah guru melakukan umpan balik
c. Apakah guru melakukan refleksi
d. Apakah guru memberikan PR
Rata – Rata

Observer
Tanggapan siswa terhadap penggunaan Model pembelajaran STAD
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
1 Apakah dengan model pembelajaran STAD dapat
membuat kamu semakin aktif dalam mengikuti
pembelajaran ?
2 Apakah kamu senang apabila setiap pembelajaran
selalu dibentuk kelompok diskusi ?
3 Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran STAD dengan cara siswa dibentuk
kelompok dapat meningkatkan kerjasama antar
kelompok ?

Anda mungkin juga menyukai