DR_BK
https://drive.google.com/file/d/1jzRlHLyr4A9-Q54Gh9Mk_P7lABF0OPr7/view?usp=sharing
KUMPULAN PPT
https://bit.ly/kumpulan_ppt_guru_alhikmah
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
FISIKA MATERI GERAK LURUS MELALUI
STRATEGI PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
PADA PESERTA DIDIK KELAS VII D MTs
AL HIKMAH PROTO KEDUNGWUNI TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
Disusun Oleh
PENDAHULUAN
peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
mata pelajaran IPA Fisika di SMP/MTs bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan:
dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari
2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
masyarakat.
1
3. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap
harus di capai peserta didik tidak hanya pada aspek kognitif saja tetapi harus
pembelajaran.
percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta
demontrsasi penggunaan media juga di perlukan untuk mengamati gerak lurus dan
tentang materi gerak serta dapat membedakan ciri gerak lurus dipercepat dan
strategi pembelajaran yang tepat juga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik.
2
Pembelajaran Quantum adalah pembelajaran yang mampu menciptakan
interaksi dan keaktifan peserta didik, sehingga kemampuan, bakat, dan potensi
dan alat yang tepat, sehingga peserta didik dapat belajar secara mudah. Pada
belajar, sehingga guru dan peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran
sama- sama merasa senang dan saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang
timer pada materi gerak lurus diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar peserta
didik.
guru adalah metode ceramah sehingga peserta didik kurang terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran, peserta didik lebih banyak mendengar dan menulis
penggunaan metode ceramah, nilai rata-rata ulangan harian peserta didik pada
mata pelajaran fisika materi gerak pada tahun Tahun Pelajaran 2014/2015 berada
Daftar nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran Fisika sebagai berikut:
3
Tabel 1.1.
VII A 65,58
VII B 66,89
VII C 64,45
VII D 64,23
berdampak pada rendahnya prestasi belajar. Oleh karena itu peneliti menganggap
peserta didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta menciptakan
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, serta kesesuaian antara materi dengan
didik untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta menciptakan suasana
Quantum Teaching berusaha mengakomodir setiap bakat dan minat peserta didik
4
kegiatan pembelajaran IPA di harapkan lebih menggairahkan peserta didik
sehingga peserta didik lebih bergairah dalam belajar dan dapat meningkatkan
prestasi belajarnya.
keaktifan dan prestasi belajar peserta didik dengan strategi pembelajaran Quantum
Teaching dengan judul “ Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Materi
2015/2016”
B. Rumusan Masalah
aktivitas belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik kelas VII D MTs
belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik kelas VII D MTs Al
C. Tujuan Penelitian
5
1. Mengetahui besarnya peningkatan aktivitas belajar fisika materi gerak lurus
Quantum Teaching.
2. Mengetahui besarnya peningkatan hasil belajar fisika materi gerak lurus pada
Teaching.
D. Manfaat Penelitian
pembelajaran fisika.
2. Bagi Guru
6
3. Bagi Madrasah
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
oleh Hesti Muldi Susanti, Joharman, dan Suripto (2013), hasil penelitian
hasil belajar matematika tentang bangun ruang siswa kelas V SDN Mewek
hal ini dapat dibuktikan dengan pencapaian nilai kreativitas peserta didik sebesar
92,5%. Peneliti menyarankan kepada seluruh pihak yang berkaitan dengan dunia
pembelajaran.
8
memaksimalkan strategi pembelajaran Quantum Teaching.
dalam rancangan penyajian dalam belajar yang dirangkai menjadi sebuah paket
Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Inilah asas utama
Quantum Teaching. Maksud dari asas di atas adalah guru harus membangun
dunia peserta didik berarti guru mempunyai hak mengajar, sehingga peserta didik
menyesuaikan kemampuan otak dengan apa yang dibutuhkan oleh otak, untuk
9
2. Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum
Kegiatan dalam tahap ini meliputi T-A-N-D-U-R: (1) penumbuhan minat, (2)
pengulangan yang dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha
peserta didik.
10
3. Penerapan Strategi Pembelajaran Quantum
Dalam tahap ini, guru berperan penting dalam menumbuhkan minat belajar
peserta didiknya, agar nantinya dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dari diri
peserta didik sehingga mampu meningkatkan minat belajar dari peserta didik
suasana kelas lebih rileks tetapi serius. Dapat dilakukan dengan cara rolling
materi yang akan diajarkan, sehingga ada motivasi dari peserta didik yang
pengalamannya, bagi yang sama sekali belum pernah mengenal menjadi lebih
tugas mandiri kepada peserta didik tentang materi yang akan dipelajari
mengikuti pelajaran.
11
3.3. Penamaan atau Penyajian Materi (N= Namai)
didapat, sehingga dalam penamaan peserta didik telah memiliki bekal dan
didik untuk mempresentasikan hasil tugas mandiri yang telah diberikan oleh
peserta didik. Dengan cara ini, diharapkan rasa percaya diri peserta didik
peserta didik untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh
memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang peserta didik
12
untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan
guru dengan memberikan pujian kepada peserta didik yang berhasil maupun
menyalahkan jawaban peserta didik yang kurang tepat, selain itu perayaan
belajar. Begitu pula jika ada yang tidak berhasil juga diberikan pujian atas
usaha yang dilakukan agar tidak patah semangat dan lebih giat lagi berlatih.
3.7. Evaluasi
diajarkan
3. Guru memberikan contoh soal dan mengadakan tanya jawab pada peserta
13
4. Guru memberikan latihan soal atau memberi pekerjaan rumah.
5. Guru dan peserta didik secara bersama- sama membahas hasil pekerjaan
1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam satu
penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif
setiap harinya.
7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh
peserta didik.
14
4.2. Kekurangan model pembelajaran Quantum:
2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak selalu
3. Dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa
baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian dll, maka dapat
6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik
sebagaimana mestinya.
15
sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
lingkungan.
diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya
melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.
16
serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh
merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta
sebagai berikut.
dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
masyarakat.
17
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga,
tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses agar peserta
18
menerus. Selanjutnya Purwanto (2009) berpendapat tentang hasil belajar
seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang
tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Tetapi pada penelitian ini dibatasi
pada hasil belajar ranah kognitif saja karena masalah yang ada di kelas
VII D MTs Al Hikmah Proto yakni rendahnya prestasi belajar IPA ranah
kognitif sehingga yang diteliti hanya hasil belajar IPA ranah kognitif.
hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan
atau ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis (C4), sintesis
sedangkan analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6) baru dapat
19
tingkat SD dan SMP umumnya bobot terbesar pada aspek pemahaman
(C2) dan aplikasi (C3)”. Mengacu pada pendapat tersebut maka pada
penelitian ini, jenjang kognitif yang digunakan pada penelitian ini hanya
diberikan dalam bentuk nilai atau angka. Untuk mendapatkan hasil belajar
bisa dilakukan dengan cara tes maupun non tes, bisa melalui ulangan,
tugas dan sebagainya. Penelitian ini dibatasi pada hasil belajar ranah
kognitif. Hasil belajar ranah kognitif merupakan salah satu hasil belajar
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua jenis saja, yaitu
faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam
20
3.1. Faktor internal
membicarakan faktor internal ini, akan dibahas menjadi tiga faktor, yaitu :
Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Agar
Peserta didik yang cacat, belajarnya juga terganggu. Jika hal ini terjadi,
kecacatannya itu.
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan
21
cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak
b. Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus
kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar eserta didik dapat
atau bakatnya.
c. Minat
dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang,
sedangkan minat selalu diikuti dengan perasaan senang dan dari situ
diperoleh kepuasan.
d. Bakat
baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau
22
berlatih. Orang yang berbakat membatik, misalnya akan lebih cepat dapat
e. Motif
dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk
f. Kematangan
untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak
sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap
g. Kesiapan
bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seeseorang dan juga
23
berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan
proses belajar, karena jika peserta didik belajar dan padanya sudah ada
hilang. Kelelahan ini sangat terasa pada bagian kepala dengan pusing-
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non
sosial.
24
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, tenaga administrasi, dan
bagi peserta didik untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang
simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau tenaga administrasi
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu peserta didik melakukan
25
a. Lingkungan alamiah
dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu
b. Faktor instrumental
didik, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
26
D. Kerangka Berfikir
pelajaran yang menjenuhkan, sulit, sukar dan bahkan yang lebih ektrimnya lagi
banyak peserta didik yang beranggapan bahwa IPA Fisika itu menyeramkan.
pengertian jarak dan perpindahan serta dapat membuat grafik kecepatan terhadap
waktu berdasarkan percobaan tentang materi gerak serta dapat membedakan ciri
gerak lurus dipercepat dan gerak lurus diperlambat. Selain penggunaan media
peserta didik dalam rangka mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan dan
pengajaran. Dalam proses ini bukan hanya guru yang aktif memberi pelajaran
sedang peseta didik secara pasif menerima pelajaran, melainkan keduanya harus
aktif. Karena ketika peseta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang
mereka menggunakan otak, baik untuk ide pokok dari materi yang di pelajari
Jika pembelajaran itu bermakna peseta didik akan mudah memahami materi
tersebut.
dan tersusun untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Dalam hal ini
27
guru memegang peran yang sangat penting. Dalam suatu pembelajaran guru harus
gagasan-gagasan baru. Gagasan baru ini muncul jika peseta didik telah
memahami materi yang diberikan oleh guru mereka. Oleh karena itu, sebagai
seorang pendidik harus mengetahui dan menguasai berbagai strategi atau model-
materi.
menjadi sebuah terobosan atau inovasi yang tepat dalam pembelajaran di kelas
sehingga menjadi lebih hidup, aktif yang berakibat pada peningkatan pemahaman
pemahaman.
28
Kerangka Berfikir
Siklus I :
Guru sudah
Guru belum
menggunakan
menggunakan
Tindakan strategi
media
pembelajaran
Quantum
Teaching
Siklus II :
Guru sudah
menggunakan
media
Di duga melalui
strategi
pembelajaran
Quantum
Teaching dapat
meningkatkan
hasil belajar
peserta didik
kelas VII D pada
Kondisi materi gerak
Akhir
29
E. Hipotesis
meningkatkan aktivitas belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik
Pelajaran 2015/2016.
meningkatkan hasil belajar fisika materi gerak lurus pada peserta didik
Pelajaran 2015/2016.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah peserta didik kls VII D MTs Al Hikmah Proto
21 orang peserta didik berjenis kelamin perempuan dan 19 orang peserta didik
No Kegiatan Bulan
1 Kegiatan
a. Penyusunan Proposal Ѵ Ѵ
b. Penyusunan Instrumen Ѵ
Pengumpulan Data/
Mengumpulkan Instrumen
2
a. Pengumpulan Data Ѵ Ѵ
b. Siklus I Ѵ
31
c. Siklus II Ѵ
4 penyerahan Laporan Ѵ Ѵ
Penelitian
C. Kolaborator
D. Desain Penelitian
tindakan kelas, tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang
dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Setiap siklus terdiri dari empat
32
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
HASIL
perencanaan, yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa,
33
adalah peneliti, sedangkan yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya
rancangan di dalam kancah yang mengenakan tindakan di kelas. Dalam tahap ini
peneliti harus taat pada apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus
kembali apa yang sudah terjadi. Dilakukan bersama antara peneliti dan
1. Siklus I
a. Perencanaan:
1) Menyusun RPP
34
yang baru diterangkan
dilakukan.
c. Observasi
d. Refleksi
35
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Menyusun RPP
3) Menyusun LOPD
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
bagaimana dampak dari tindakan yang dilakukan hal apa saja yang
36
telah dilakukan.
1. Metode Observasi
Metode ini dilakukan untuk memperoleh data aktivitas peserta didik dan
aktivitas guru dalam pembelajaran mata pelajaran fisika di kls VII D materi
dengan cara mengisi lembar observasi peserta didik dan lembar observasi
2. Metode Tes
Metode tes dilakukan untuk mendapatkan data hasil belajar peserta didik
mata pelajaran fisika di kls VII D materi gerak lurus dengan strategi
jawaban peserta didik dari hasil tes tertulis setelah berakhirnya siklus I dan
siklus II.
3. Metode Dokumentasi
37
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.
strategi Quantum Teaching pada materi gerak di kelas VII D MTs Al Hikmah
yang berbentuk lembar kerja kelompok, hasil tes tertulis setelah berakhirnya
siklus I dan siklus II, serta dokumen yang berbentuk gambar yaitu foto saat proses
pembelajaran berlangsung.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah
Suharsimi Arikunto (2006). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Lembar observasi
kegiatan guru dan peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung dengan
berikut:
38
Kisi-kisi Observasi Kegiatan Guru
Teaching
Manfaatnya Bagiku)
melakukan presentasi.
JUMLAH 7
39
Kisi-kisi Observasi Kegiatan Peserta Didik
Teaching
sesuai LKK
kelompok
dengan kelompoknya
telah dilakukan
presentasi
JUMLAH 7
40
2. Instrumen data hasil belajar peserta didik
soal-soal, Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes ini
observasi meliputi:
lainnya.
G. Indikator Keberhasilan
1) Meningkatnya hasil belajar peserta didik kelas VII D materi gerak lurus
41
yang mencapai nilai > KKM sebanyak 80% atau > 32 peserta didik.
Tabel 3.1.
42
BAB IV
adalah 40 siswa. Rinciannya, peserta didik perempuan ada 21 anak, peserta didik
laki-laki ada 19 anak. Secara umum mereka berasal dari latar belakang keluarga
tidak mampu. Sehingga sebagian besar mereka (90%) tidak ada keinginan untuk
rendah. Hasil belajar mereka pada mata pelajaran IPA, dilihat dari nilai ulangan
Dengan KKM 70, peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM ada 23
orang atau 57,5%, peserta didik yang memperoleh nilai sama dengan KKM ada 4
orang atau 10%, dan peserta didik yang memperoleh nilai di atas KKM ada 13
orang atau 32,5%. Kondisi awal hasil belajar IPA siswa kelas VII A MTs Al
Hikmah Proto Kedungwuni Pekalongan dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini:
43
Tabel 4.1
Kondisi Awal Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Mata Pelajaran IPA
1. Siklus I
yang dibahas dalam kajian teori. Kompetensi Dasar yang akan diajarkan
dalam RPP ini adalah KD menganalisa data percobaan gerak lurus beraturan
sehari-hari.
44
Tahap Pembukaan
pembelajaran.
Langkah 1: Tumbuhkan
Langkah 2 : Alami
Langkah 3 : Namai
relatif
Langkah 4 : Demonstasikan
Langkah 5 : Ulangi
Dengan analogi yang sama dengan jarak dan perpindahan, peserta didik
Langkah 6 : Rayakan
Tahap Penutupan
didik.
45
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus 1
dua kali pertemuan, yakni pertemuan pertama hari Senin tanggal 2 Mei
1) Pertemuan pertama
Manfaatnya BagiKu).
2) Pertemuan kedua
46
ada beberapa langkah yang belum dilakukan secara optimal.
yakni:
terlalu cepat.
sebagai berikut:
AMBAK
terlalu cepat.
47
c) Dalam memberi motivasi dan umpan balik masih harus
ditingkatkan lagi.
57,5%,
30%. Agar lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Belajar Peserta Didik Kondisi Awal dan Siklus 1
48
yang nilainya melampaui KKM dan jumlah peserta didik yang
ragu- ragu.
ragu-ragu.
sama dengan teman yang lain ada 30 orang atau 75% dan
49
e) Peserta didik yang menjawab sangat setuju kegiatan belajar
ragu-ragu.
aktivitas tersebut.
Refleksi Siklus 1
nilai sama dengan KKM (tuntas) lebih dari 80%. Dalam hal ini
50
menemukan solusi dalam perbaikan tindakan. Berdasarkan
ditingkatkan lagi.
gesa.
peserta didik.
51
2. Siklus II
(terlampir) dan hasil refleksi siklus ke-1 dalam dua kali pertemuan,
52
yakni pertemuan pertama hari Senin tanggal 16 Mei 2016,
berikut:
1) Pertemuan pertama
2) Pertemuan kedua
satu pun sudah dilaksanakan dengan baik. Jadi pada siklus ke-2
53
ini relatif mendekati sempurna sesuai dengan yang
72,5%,
peserta didik.
54
sebanyak 34 orang atau 85% dan sebanyak 6 orang atau
55
2) Refleksi Siklus 2
C. Pembahasan
tidak akan berdampak bagi keberhasilan siswa dalam mencapai hasil belajar
dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha peserta didik harus
dilakukan lebih kreatif dan inovatif. Artinya, guru memiliki peran sentral di
56
sini. Guru harus bisa merancang secara kreatif pada setiap langkah strategi
1. Siklus Pertama:
gerak karena materi ini memberi manfaat bagi kehidupan peserta didik.
soal, (c) cara pemberian umpan balik dan motivasi. Tetapi secara
umum, pada siklus ini hasilnya lebih baik dibanding dengan kondisi
awal dari aspek aktivitas, hasil belajar peserta didik dan kesan positif
2. Siklus Kedua:
pada siklus kesatu, tetapi telah diperbaiki dalam dua aspek, yakni (a)
57
metode pengerjaan soal, (b) motivasi. Maka hasilnya semakin
Tabel 4.3
Hasil Belajar Peserta Didik Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
Kondisi Siklus
Hasil Belajar
Awal Satu Dua
Melampaui : > KKM 32,5% 57,5% 72,5%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari kondisi awal, siklus ke-1 dan
Gambar 4.1.
Grafik Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
30
25
20
Lebih dari KKM
15 Sama dengan KKM
10 Kurang dari KKM
0
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
peserta didik mengalami peningkatan dari kondisi awal atau pra siklus,
58
siklus kesatu dan siklus kedua. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan
dari siklus satu dan siklus kedua mengalami kenaikan, yakni sebagai
berikut: (a) Tumbuhkan pada siklus satu 53,38% dan pada siklus kedua
77,50%, (b) Alami 1 pada siklus satu 60% dan pada siklus kedua
80,63%, (c) Alami 2 pada siklus satu 59,53% dan pada siklus kedua
81,88%, (d) Namai pada siklus satu 60,63% dan pada siklus kedua
86,88%, (e) Demontrasikan pada siklus satu 55% dan pada siklus kedua
88,13%, (f) Ulangi pada siklus satu 55% dan pada siklus kedua 86,88%,
(g) Rayakan pada siklus satu 57,50% dan pada siklus kedua 87,50%,
Agar lebih jelas peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel dan
Tabel 4.4.
Aktivitas Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
59
6 Ulangi 55,00% 86,88%
7 Rayakan 57,50% 87,50%
Rerata 58,16% 84,20%
Grafik 4.2.
Aktivitas Peserta didik Pada Siklus I dan Siklus II
35
30
25
20
15
10 Siklus 1
5 Siklus 2
0
Teaching ini. Untuk lebih jelas peningkatan tersebut dapat dilihat pada
60
Tabel 4.5.
Kesan Peserta Didik Pada Siklus ke-1 dan ke-2
Dari tabel tersebut terlihat bahwa kesan peserta didik yang semakin
positif dari siklus I ke siklus II sehingga hasil belajar peserta didik semakin
meningkat.
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian dengan judul: " Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar
pada Peserta Didik Kelas VII D MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun
pengulangan yang dilakukan oleh peserta didik, (6) perayaan atas usaha
peserta didik.
kondisi awal, siklus kesatu dan siklus kedua. Peningkatan tersebut adalah
sebagai berikut: Pada kondisi awal siswa yang belum tuntas ada 57,5%, siswa
62
yang tuntas ada 10% dan siswa yang melampaui ada 32,5%. Pada siklus
kesatu, siswa yang belum tuntas ada 30%, siswa yang tuntas ada 12,5% dan
siswa yang melampaui ada 57,5%. Pada siklus kedua, siswa yang belum
tuntas ada 15%, siswa yang tuntas ada 12,5% dan siswa yang melampaui ada
72,5%. Dengan demikian sampai pada siklus kedua, siswa yang hasil
Quantum Teaching meningkat, pada siklus satu 58,16% dan pada siklus
kedua 84,20%.
4. Kesan peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dari siklus kesatu
dan kedua positif terbukti setiap indikator dijawab setuju lebih dari atau sama
B. Saran
Dari hasil penelitian diperoleh agar proses belajar mengajar IPA lebih
efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi peserta didik, maka
rencana pembelajaran yang sesuai, alat dan bahan yang akan digunakan untuk
lebih sering melatih peserta didik dengan berbagai metode dan strategi
63
pembelajaran walaupun dalam taraf yang sederhana, dimana peserta didik
Daftar Pustaka
DePorter, Bobby, Mark Reardon & Sarah Singar – Nourie. 2000. Ed. 1, cet. ke 1.
Quantum Teaching. Mempraktikan Quantum Learning di Ruang – Ruang
Kelas. Penerjemah: Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.
Hendro Darmojo dan Jenny R.E Kaligis. 1992. Pendidikan IPA 2. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
64
Permendiknas nomor 26 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
65
66
Lampiran 36
Pada Hari Sabtu Tanggal Delapan Belas Juni Tahun Dua Ribu Enam
Belas:
Mengetahui,
Judul PTK “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Materi Gerak
Pelaksanaan Seminar
1. Pembukaan
2. Sambutan
3. Pemaapaaran Hasil PTK
4. Diskusi Hasil PTK dengan Peserta Seminar
5. Penutup
Acara Pertama
Dibuka dengan bacaan Q.S. Fatihah oleh Moderator yaitu Bapak Murtadlo, S.Pd.
Sambutan Ketua MGMP IPA MTs Kabupaten Pekalongan yaitu Bpk. Cipto
Waloyo, S.Pd.
Isi Sambutan:
Penelitian dilakukukan dalam dua siklus, setiap siklus dilakukan melalui prosedur
perencanaan, tindakan, observasi dan refeksi. Setiap siklus terdiri dari 3 kali
pertemuan, pertemuan pertama dan kedua masing-masing 2 jam pelajaran atau 2 x
40 menit. Pertemuan ketiga 1 jam pelajaran atau 40 menit digunakan untuk
ulangan akhir siklus.
Kendala pada saat melaksanakan PTK hampir tidak ada, kendala justru pada
saat akan melaksanakan PTK, karena harus menyediakan waktu untuk
membuat proposal, merencanakan kegiatan dan pada saat membuat laporan
hasil PTK tanpa mengesampingkan tugas-tugas rutin sebagai guru.
Dalam Bab III sudah dicantumkan cara menghitung % aktivitas peserta didik
setiap indikator yaitu
Usaha-usaha apa saja yang peneliti lakukan agar penelitian ini hasilnya sesuai
dengan indikator keberhasilan penelitian?
Penutup
Acara ditutup dengan kesimpulan oleh moderator dan bacaan Q.S. Al Asr
Notula
Suhendri, S.Pd
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
NUR MALAQ MAHMUDAH, S.Pd
NIP. 19670423 199403 2 002
Mengetahui,
Guru Pemandu Peneliti
Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
Simo Kabupaten Boyolali memberikan ijin kepada :
Nama : Nur Malaq Mahmudah, S.Pd
NIP : 19670423 199403 2 002
Pangkat/Gol : Pembina /IV.a
Jabatan : Guru IPS
Untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan :
Judul : “Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Terhadap
Pembelajaran Perusahaan dan Badan Usaha Melalui
Model Kooperatif Tipe STAD Pada Kelas VII C MTs
Al Hikmah Proto Kedungwuni”
Subyek Penelitian : Kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni
Semester : 2 (dua )
Tahun Pelajaran : 2014 / 2015
Demikian ijin penelitian ini untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Murtadlo, S.Pd
NIP.
KATA PENGANTAR
Kata Kunci : keaktifan siswa, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan hasil belajar
siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kondisi pembelajaran pada kelas VII C MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni sebelum diadakan penelitian masih bersifat konvensional. Hal ini
terlihat dari gurunya pada saat pembelajaran hanya menerangkan, kemudian
diberi soal untuk dikerjakan. Pada saat pembelajaran berlangsung, hanya
sebagian siswa saja yang aktif. Mereka hanya diam dan ngobrol dengan
temannya. Dengan melihat kenyataan seperti itu, guru berusaha bagaimana
agar siswa dapat konsentrasi pada pembelajaran dengan guru memotivasi atau
mendorong siswa agar dapat aktif dengan cara memberikan pertanyaan,
ternyata semua siswa hanya diam tidak ada yang menjawab dan apabila diberi
kesempatan bertanya mereka juga diam.
Hasil ulangan IPS yang diadakan di kelas VII C yang jumlah siswanya
34, ternyata belum sesuai dengan harapan. Hal ini terlihat dari hasil rata - rata
nilai ulangannya hanya 68,56. Walaupun ada juga siswa yang mendapat nilai
tinggi, tetapi masih banyak siswa yang nilainya sangat jelek, sehingga dari 34
siswa hanya 19 orang yang tuntas dari KKM MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni yaitu 70.
Dengan melihat hasil ulangan yang sudah dilaksanakan, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dikelas kurang efektif. Kondisi semacam ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya guru dalam menerangkan
terlalu monoton dan komunikasi atau interaksi dengan siswa juga kurang,
selain itu situasi di dalam kelas juga kurang mendukung, karena masih ada
siswa yang ngobrol dengan temannya dan kurang memperhatikan pelajaran.
Sehingga dengan keadaan seperti itu siswa menjadi kurang aktif. Dengan
melihat kondisi tersebut sebaiknya guru dalam kegiatan pembelajaran lebih
bervariatif sehingga guru dapat berinteraksi dengan siswanya secara maksimal
yang dapat berpengaruh pada pembelajaran yang akan lebih menyenangkan.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka pembelajaran IPS di kelas VII C
terdapat kesenjangan / masalah, diantaranya 1) masih ada siswa yang tidak
memperhatikan penjelasan pada saat guru menerangkan, 2) siswa ragu-ragu
dalam menyampaikan hasil pekerjaannya dan, 3) hanya siswa tertentu saja
yang aktif. Dari masalah yang ada tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran belum mencapai hasil yang maksimal.
Setelah melalui kajian kritis dan telaah dokumen yang dimiliki guru
maka akan ditemukan akar permasalahan dari proses pembelajaran yaitu siswa
kurang aktif, hal ini disebabkan karena guru dalam menerangkan terlalu
monoton dan interaksi dengan siswa juga kurang sehingga siswa kurang
terangsang untuk aktif dan guru belum menggunakan strategi pembelajaran
yang tepat untuk dapat meningkatkan siswa lebih aktif.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut, peneliti akan mengubah cara
belajar, yang sebelumnya guru masih konvensional dalam mengajar sekarang
akan menggunakan pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif yaitu
dengan pembelajaran kooperetif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ). Dalam model pembelajaran ini, siswa akan dibentuk dalam
kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5/6 siswa, nanti setiap
kelompok akan diberi soal dan didiskusikan oleh semua anggotanya,
kemudian anggota yang sudah paham akan menjelaskan kepada anggota lain
yang belum paham, sehingga berakibat semua siswa akan aktif dalam
pembelajaran. Selain itu peneliti juga memberikan tes individu dan kuis yang
harus dijawab individu tanpa bantuan dari teman lain.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni, Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa,
dengan rincian 14 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Dengan
Kompetensi Dasar Menggunakan konsep perusahaan dan badan usaha. Fokus
dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan siswa dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Divisions ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini adalah :
1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student
Teams Achievement Division ) akan dapat meningkatkan keaktifan siswa
kelas VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni ?
2. Apakah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ) dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan,
sehingga berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui seberapa besar penggunaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD ( Student Teams Achievement Division ) dapat meningkatkan
keaktifan siswa.
2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement
Division).
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
a. Memberi pengalaman kepada siswa untuk berinteraksi kepada
temannya
b. Menumbuhkan rasa percaya diri pada saat presentasi
c. Mendorong siswa untuk lebih termotivasi untuk belajar
d. Meningkatkan hasil ulangan siswa
e. Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS
2. Bagi guru
a. Melatih guru untuk membuat, merencanakan, menganalisis dan
melaksanakan tindakan penelitian
b. Meningkatkan profesionalisme guru
c. Memberikan pengalaman kepada guru lain untuk meningkatkan
kinerjanya
3. Bagi madrasah
a. Dengan hasil belajar yang meningkat akan dapat meningkatkan mutu
madrasah
b. Menambah referensi buku di perpustakaan
c. Sebagai landasan bagi madrasah dalam menentukan kebijaksanaan
untuk peningkatan mutu pendidikan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. LANDASAN TEORI
1. Keaktifan siswa
a. Pengertian keaktifan belajar
Menurut Google dalam http : // blogeulum.blogspot.com,
keaktifan belajar adalah kegiatan atau kesibukan peserta didik dalam
kegiatan belajar mengajar di sekolah maupun di luar sekolah yang
menunjang keberhasilan belajar siswa. Keaktifan tersebut tidak hanya
keaktifan jasmani saja, melainkan juga keaktifan rohani. Menurut
Sriyono, dkk (1992: 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan
peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :
1) Keaktifan indera; pendengaran, penglihatan, peraba, dan sebagainya.
2) Keaktifan akal; akal peserta didik harus aktif atau dikatifkan untuk
memecahkan masalah, menimbang, menyusun pendapat dan
mengambil keputusan.
3) Keaktifan ingatan; pada saat proses belajar mengajar peserta didik
harus aktif menerima bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru,
dan menyimpannya dalam otak. Kemudian pada suatu saat ia siap
dan mampu mengutarakan kembali.
4) Keaktifan emosi dalam hal ini peserta didik hendaklah senantiasa
berusaha mencintai pelajarannya, karena dengan mencintai
pelajarannya akan menambah hasil belajar peserta didik itu sendiri.
b. Jenis-jenis keaktifan belajar
Mohammad Ali membagi jenis keaktifan siswa dalam proses
belajar ada delapan aktivitas sebagai berikut :
1) Mendengar, dalam proses belajar yang sangat menonjol adalah
mendengar dan melihat.
2) Melihat, peserta didik dapat mneyerap dan belajar 83% dari
penglihatannya.
3) Mencium, seseorang dapat memahami perbedaan objek melalui bau
yang dapat dicium.
4) Merasa, yang dapat memberi kesan sebagai dasar terjadinya berbagai
bentuk perubahan bentuk tingkah laku bisa juga dirasakan dari benda
yang dikecap.
5) Meraba, untuk melengkapi penginderaan, meraba dapat dilakukan
untuk membedakan suatu benda dengan yang lainnya.
6) Mengolah ide, dalam mengolah ide peserta didik melakukan proses
berpikir atau proses kognisi.
7) Menyatakan ide, tercapainya kemampuan melakukan proses berpikir
yang kompleks ditunjang oleh kegiatan belajar melalui pernyataan
atau mengekspresikan ide.
8) Melakukan latihan,Untuk meningkatkan keterampilan tingkah laku
kognitif, tingkah laku afektif (sikap) dan tingkah laku psikomotorik
(keterampilan) memerlukan latihan-latihan tertentu.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi keatifan belajar
Muhibbin Syah (2012: 146) mengatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar peserta didik sebagai berikut :
1) Faktor internal peserta didik, merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik itu sendiri, yang meliputi : a. aspek
fisiologis, b. aspek psikologis.
2) Faktor eksternal peserta didik, merupakan faktor dari luar siswa
yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, yang meliputi (a)
lingkungan sosial, (b) lingkungan non sosial.
3) Faktor pendekatan belajar, merupakan segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik dalam menunjang keefektifan dan efisiensi
proses pembelajaran materi tertentu.
d. Prinsip-prinsip Belajar Aktif
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang belajar aktif :
1) Stimulus belajar
Pesan yang diterima peserta didik dari guru melalui informasi
biasanya dalam bentuk stimulus.
2) Perhatian dan motivasi
Ada beberapa cara untuk menumbuhkan perhatian dan motivasi,
antara lain melalui cara mengajar yang bervariasi mengadakan
pengulangan informasi, memberi stimulus baru, misalnya melalui
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik, memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk menyalurkan keinginan belajarnya dan
lain-lain.
3) Respons peserta didik
Dalam proses belajar mengajar, banyak kegiatan belajar peserta
didik yang dapat ditempuh melalui respon fisik (motorik) disamping
respon intelektual. Respon-respon inilah yang harus ditumbuhkan
pada diri peserta didik dalam kegiatan belajarnya.
4) Penguatan
Sumber penguat belajar, berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Penguat belajar yang berasal dari luar seperti, nilai, pengakuan
prestasi peserta didik dan lainnya. Sedangkan penguat dari dalam
dirinya bisa terjadi bila respon yang dilakukan oleh peserta didik
betul-betul memuaskan dirinya dan sesuai dengan kebutuhannya.
5) Pemakaian dan pemindahan
Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting
sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat
digunakan kembali apabila diperlukan.
Menurut Google dalam http://www.zainalhakim.web.id, keaktifan
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Menurut Rochman
Natawijaya dalam Depdiknas (2005:31) belajar aktif adalah suatu
sistem belajar mengajar yang menekan keaktifan siswa secara fisik,
mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor. Siswa
dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku
seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan
tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan lain sebagainya (Rosalia, 2005:4).
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan
interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu
sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan
kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan
yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.
Menurut Google dalam http://irfan11990.wordpress.com, proses
pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif, penilaian proses
pembelajaran terutama melihat sejauh mana keaktifan peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran.
Perihal tentang keaktifan belajar menurut Nana Sudjana
diantaranya :
1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
2) Terlibat dalam pemecahan masalah
3) Bertanya kepada peserta didik lain atau kepada guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai petunjuk gur
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah sejenis
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperolehnya
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.
Dalam penelitian ini keaktifan peserta didik yang dimaksud oleh
penulis, yaitu :
1) Merespon motivasi yang diberikan oleh guru
2) Membaca atau memahami masalah yang terdapat dalam lembar
kerja peserta didik (LKS)
3) Menyelesaikan masalah atau menemukan jawaban dan cara untuk
menjawab
4) Mengemukakan pendapat
5) Berdiskusi / bertanya antar peserta didik maupun guru
6) Mempresentasikan hasil kerja kelompok
7) Merangkum materi yang telah didiskusikan.
2. Hakekat Belajar
Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa
tidak aktif, pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu
pembelajaran bisa dikatakan berhasil secara baik jika guru mampu
mengubah diri peserta didik serta mampu menumbuhkembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya.
Menurut Google dalamhttp://addyarchy07.blogspot.com, belajar
adalah suatu aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi
perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak
mampu melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau
anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil (Siddiq, dkk. 2008:1-3).
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:7) Belajar merupakan
tindakan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar
hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya proses
belajar.
Menurut Winkel ( 2004 : 59 ) belajar merupakan suatu aktifitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat relative
konstan dan membekas. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua
perubahan akibat dari belajar. Belajar akan lebih efektif apabila si
pembelajar melakukan dengan suasana menyenangkan dan dapat
menghayati obyek pembelajaran secara langsung.
Menurut paham kontruktivis, belajar merupakan proses aktif
dimana pelajar secara aktif mengkonstruksi belajarnya dari berbagai
macam input yang diterimanya. Belajar adalah tentang membantu murid
untuk mengkonstruksikan makna mereka sendiri. Menurut Masnur (
2007 : 52 ) makna belajar adalah kegiatan aktif siswa dalam membantu
pemahaman. Guru berperan memberi fasilitas atau pengalaman agar
siswa dapat membangun pemahaman sendiri.
Menurut Google dalamhttp://addyarchy07.blogspot.com, seperti
halnya yang dikatakan oleh Sardiman (2001:26-29) bahwa secara umum
tujuan belajar dibedakan atas tiga jenis, yaitu :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Dengan adanya bahan pengetahuan, maka seseorang dapat
mempergunakan kemampuan berpikir di dalam proses belajar,
sehingga pengetahuan yang didapat semakin bertambah.
b. Pembentukan sikap
Guru tidak hanya sekedar mengajar, tetapi betul-betul sebagai
pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak
didiknya. Maka akan tumbuh kesadaran dan kemauannya untuk
mempraktekkan segala sesuatu yang sudah dipelajarinya.
c. Penanaman keterampilan
Belajar memerlukan latihan-latihan yang akan menambah
keterampilan dalam diri siswa, baik itu keterampilan jasmani maupun
keterampilan rohani.
3. Hasil Belajar
Menurut Google dalam www.hasiltesguru.com, Hasil belajar
merupakan hasil nilai yang diperoleh siswa dari hasil evaluasi setelah
kegiatan proses pembelajaran. Menurut Winkel (1991: 28) meyataka
bahwa hasil belajar adalah bukti keberhasilan dan usaha yang dilakuakan
dan merupakan kecakapan yang diperoleh melalui kegiatan
pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka.
Selanjutnya Soemantri (2001: 1) mengatakan bahwa hasil belajar
merupakan suatu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri siswa
setelah mengalami proses belajar dimana untuk mengungkapnya
biasanya menggunakan suatu alat penilaian yang ditetapkan sekolah oleh
guru. Dalam dunia pendidikan khususnyasekolah hasil belajar
merupakan nilai yang diperoleh siswa terhadap suatu mata pelajaran
tertentu.
Sejalan dengan pendapat tersebut Mappa (1988: 20) berpendapat
bahwa hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa dalam bidang
studi tertentu yang menggunakan tes standar alat ukur keberhasilan
belajar seorang siswa. Jadi dalam hal ini keberhasilan belajar seorang
siswa dalam menempuh proses belajar disekolah dapat dilihat dari
standar yang digunakan. Sedangkan menurut Usman dan Setiawati
(1995: 4) menjelaskan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam diri
seseorang sebagai hasil dari belajar atau prestasi dari belajarnya itu.
Hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri individu
yang belajar, bukan saja perubahan yang mengenai pengetahuan, tetapi
juga kemampuan untuk membentuk kecakapan dalam bersikap. Hasil
belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses
pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan
alat evaluasi tertentu.
Menurut Rusyan (1989 : 24) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi proses hasil belajar dapat digolongkan dalam empat
kelompok, yaitu: (1) bahan atau hal yang harus dipelajari, yaitu
banyaknya bahan dan tingkat kesulitan bahan akan mempengaruhi hasil
belajar siswa, (2) faktor lingkugan, baik lingkungan alam maupun sosial,
(3) sarana dan prasarana belajar, wujudnya berupa perangkat keras
seperti gedung, perlengkapan dan sebagainya dan perangkat lunak
seperti kurikulum, pedoman belajar, program belajar dan sebagainya, (4)
kondisi individu siswa, yang meliputi kondisi fisikologis berupa keadaan
jasmani dan kondisi psikologis yang berupa perhatian, intelegensi, bakat
dan sebagainya.
Hasil belajar ini jika dikaitkan dengan hasil belajar IPS maka
dapat ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku pada diri siswa, baik
aspek kognitif, afektif, psikomotorik. Perubahan itu terjadi setelah
adanya proses penbelajaran IPS yang dilaksanakan di lingkungan
sekolah maupun di luar sekolah yang diukur dengan menggunakan alat
ukur dalam bentuk tes dan non tes. Dan hasil belajar itu dipengaruhi oleh
berbagai dua faktor yaitu : faktor yang berasal dari luar diri si pelajar,
yaitu faktor sosial dan faktor non sosial, selain faktor kemampuan, ada
juga faktor lain yaitu motivasi belajar, minat, perhatian, sikap, kebiasaan
belajar, ketekunan, kondisi ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Dan faktor
yang berasal dari dalam diri pelajar, yaitu faktor psikologis dan faktor
fisiologis dan yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar adalah
kualitas pembelajaran.
4. Hakekat IPS
a. Pengertian IPS
Menurut Trianto (2010 : 171), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti
sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
(Trianto : 171)
b. Karakteristik mata pelajaran IPS
Menurut Trianto (2010 : 174 - 175) mata pelajaran IPS memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1) IPS merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi, sejarah,
ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi,
humaniora, pendidikan dan agama.
2) SK dan KD IPS berasal dari struktul keilmuan geografi, sejarah,
ekonomi dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa menjadi topik
atau tema tertentu.
3) SK dan KD IPS menyangkut berbagai masalah sosial yang
dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.
4) SK dan KD IPS menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan
masyarakat.
c. Tujuan pembelajaran IPS
Menurut Trianto (2010 : 176 - 177) mata pelajaran IPS memiliki tujuan
sebagai berikut :
1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah-masalah sosial.
3) Mampu menggunakan model-model dan proses berfikir serta
membuat keputusan untuk menyelesaikan masalah yang berkembang
dalam masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu atau masalah sosial serta mampu
membuat analisis yang kritis.
5) Mampu mengembangkan berbaggai potensi sehingga mampu
membangun diri sendiri agar tetap survive.
6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.
7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat
menghakimi
8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam
kehidupannya.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat penerimaan atau
penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan.
5. Model Pembelajaran STAD ( Student Teams Achievement Division)
Usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian
yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran
yang sudah direncanakan. Oleh karena itu pemilihan berbagai metode,
strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang
utama.Untuk membelajarkan siswa sesuai dengan cara belajar mereka
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal, ada berbagai
macam model pembelajaran. Dalam prakteknya, kita (guru) harus ingat
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang
tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan
Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Guru
yang menggunakan STAD mengajukan informasi akademik baru kepada
siswa setiap minggu mengunakan presentasi Verbal atau teks.
Menurut Google dalam http://faisalnizbah.blogspot.com, Slavin (
Komalasari, 2010: 63) menjelaskan Langkah Langkah Model
Pembelajaran STAD sebagai berikut :
(a) Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) (b) Guru menyajikan
pelajaran (c) Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota
lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti. (d) Guru
memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh murid. Pada saat menjawab kuis
tidak boleh saling membantu (e) Memberi evaluasi (f) Kesimpulan
Menurut Google dalam http://faisalnizbah.blogspot.com, Slavin
(Marta, 2008: 31) lebih lanjut lagi menjelaskan bahwa STAD terdiri atas
siklus pembelajaran yang tetap yaitu : (a) bahan pelajaran yang disajikan
oleh guru dan murid harus mencurahkan perhatiannya, (b) belajar dalam
kelompok, dengan dipandu oleh lembaran kegiatan murid untuk
menuntaskan materi pembelajaran, (c) kuis, murid mangerjakan secara
individu, (d) skor- skor peningkatan individu, dan (e) penghargaan
kelompok, memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mencapai skor yang tertinggi, skor kelompok dihitung berdasarkan skor
dasar anggota kelompok.
Ketika dalam menerapkan Model Pembelajaran STAD di dalam
kelas, maka akan ada 6 langkah utama atau Fase yang harus di lakukan
antara lain sebagai berikut :
d. Fase I (Pertama)
Menyampaikan tujuan dan memotivasi murid
Guru menyampaikan, semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi murid belajar.
e. Fase II (Kedua)
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada murid dengan jalan demonstrasi
atau lewat bahan bacaan.
f. Fase III (Ketiga)
Mengorganisasikan murid kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru mengajikan kepada murid bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efesien.
g. Fase IV (Keempat)
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka
mengadakan tugas mereka.
h. Fase V (Kelima)
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari
atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
i. Fase VI (Keenam)
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil
belajar individu atau kelompok.
Menurut Google dalam http://belajarpendidikanku.blogspot.com,
Kelebihan model STAD ialah :
1. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi
yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota
kelompok adalah setara Allport (dalam Slavin, 2005:103).
2. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama
anggota kelompok menjadi lebih baik (Slavin, 2005:105) dan
(Ahmadi, 2011:65).
3. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan pertemanan lintas
rasial yang lebih banyak (Slavin, 2005:105)
4. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial di
samping kecakapan kognitif (Isjoni, 2010:72).
5. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai
fasilitator, mediator, motivator dan evaluator (Isjoni, 2010:62).
6. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab
belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama
anggota kelompok untuk belajar (Rusman, 2011: 203).
7. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa
lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang
lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204)
8. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang
terjadi di kelas menjadi lebih hidup
9. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua
anggota kelompok
10. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa
lebih termotivasi
11. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena
nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara
individu
12. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi
untuk aktif dalam pembelajaran.
13. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah
memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak
rendah supaya nilai kelompok baik
14. Rusman (2011) menambahkan keunggulan model ini yaitu, siswa
memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk
belajar (Rusman, 2011: 203)
15. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau
pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif
daripada pembelajaran oleh guru (Rusman, 2011: 204).
16. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis siswa. (Rusman,
2011: 204).
Model pembelajaran STAD, disamping memiliki kelebihan atau
keunggulan juga memiliki kekurangan atau kelemahan. Dess (1991:
411) mengemukakan 4 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe STAD sebagai berikut :
1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru
dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada
umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.
B. Kerangka Berpikir
Pada saat ini guru belum memanfaatkan kreatifitas siswa dalam
pembelajaran IPS. Guru hanya sekedar menjelaskan, kemudian dilanjutkan
latihan soal. Sehingga dalam pembelajaran guru masih bersifat monoton yang
berakibat pada keaktifan siswa dan hasil pembelajaran IPS pada siswa rendah.
Supaya keaktifan siswa meningkat, maka peneliti perlu melakukan
action atau tindakan. Tindakan yang dilakukan peneliti pada penelitan ini
adalah menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams
Achievement Division ).
Dengan menerapkan model pembelajaran ini peneliti akan melakukan
tindakan 1) Siswa dibuat kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa, 2) siswa
melakukan diskusi kelompok, 3) siswa diberikan kuis, 4) melakukan tes
individu.
Dari uraian di atas peneliti berharap dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) akan dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
Tahapan pelaksanaan pembelajaran model STAD
KONDISI
Guru : Siswa :
Menggunakan SIKLUS I
pembelajaran kooperatif
TINDAKAN tipe STAD (Student Menggunakan pembelajaran
Teams Achievement kooperatif tipe STAD dengan
Division) dalam cara siswa dibuat kelompok
pembelajaran IPS 5-6 orang
Siklus II
KONDISI
Diduga melalui metode
pembelajaran STAD
dapat meningkatkan Mengunakan pembelajaran
BULAN
NO KEGIATAN Februari
Januari 2015 Maret 2015 April 2015 Mei 2015
2015
Observasi
1
Awal √ √
√ √
2 Proposal
Penyusunan √
3
Instrumen
SIKLUS I
Perencanaan √
4 Pelaksanaan √ √
Pengamatan √ √
Refleksi √
SIKLUS II
Perencanaan √
5 Pelaksanaan √ √
Pengamatan √ √
Refleksi √
6 Pelaporan √ √
2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni pada
siswa kelas VII C Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian
bertempat di MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni sesuai dengan tempat
tugas peneliti dan mengajar di kelas VII C.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VII C MTs Al Hikmah Proto
Kedungwuni semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 34
siswa. Terdiri dari 14 siswa putra dan 20 siswa putri. Berdasarkan hasil
ulangan sebelumnya kemampuan siswa terbagi 15 siswa kurang, 4 siswa
cukup, 8 siswa baik dan 7 siswa sangat baik.
Selain hasil ulangan tersebut, keaktifan siswa dalam mengikuti
pembelajaran terbagi menjadi 11 tidak aktif, 9 siswa cukup aktif, 9 siswa aktif
dan 5 siswa sangat aktif.
C. Sumber Data
Data pada penelitian ini ada dua macam yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer bersumber pada subyek penelitian, yaitu siswa kelas
VII C MTs Al Hikmah Proto Kedungwuni Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui
nilai ulangan harian atau tes individu. Data sekunder bersumber pada
kolaborator yaitu melalui pengamatan selama pembelajaran oleh kolaborator.
F. Analisis Data
Hasil belajar siswa dianalisis melalui deskriptif komparatif yaitu
membandingkan hasil ulangan harian kondisi awal, hasil ulanngan siklus I dan
hasil ulangan siklus II. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data antara
lain teknik penilaian data, penafsiran data dan prnyimpulan.
Data kualitatif hasil observasi atau pengamatan dan angket siswa
dianalisis melalui deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif berdasarkan hasil
observasi, angket keaktifan siswa dan refleksi pada masing – masing siklus.
G. Indikator Kinerja
Pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran STAD
(Student Teams Achievement Division) akan :
1. Meningkatkan hasil belajar siswa menjadi 70%
2. Meningkatkan keaktifan siswa menjadi 90%
3. Meningkatkan siswa yang tuntas belajar menjadi 75%
H. Prosedur Penelitian
Penelitian menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
terdiri dari 2 siklus. Adapun tahapan masing – masing siklus sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I
2) Membuat soal untuk masing – masing pertemuan
3) Menyusun instrumen kisi-kisi dan butir soal ulangan harian siklus I
4) Menyusun lembar observasi keaktifan siswa dan angket minat
siswa
b. Pelaksanaan
Tabel 3.2 : Langkah Tindakan Pembelajaran Siklus 1
Langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan
Persiapan Guru menyampaikan tujuan Siswa dengan antusias
Menyampaikan pembelajaran yaitu pengertian memperhatikan
tujuan dan perusahaan dan badan usaha. penjelasan dari guru
memotivasi siswa Menyampaikan kegiatan yang akan
dilakukan adalah pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif
tipe STAD
Menyajikan Guru dengan metode tanya jawab Siswa dengan antusias
informasi mengukur pengetahuan prasarat memberi memperhatikan guru
contoh perusahaan dan badan usaha pada waktu
menyampaikan
materi, walaupun
masih ada juga siswa
yang kurang
memperhatikan.
Langkah
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan
Tahap kerja Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang Siswa membentuk
kelompok masing – masing kelompok kelompok sesuai
beranggotakan 5-6 siswa. Kemampuan dengan kelompok
masing – asing kelompok dibuat merata yang sudah ditentukan
Membimbing Membagi soal yang akan didiskusikan Siswa berdiskusi
kelompok belajar Membantu kelompok yang mengalami dikelompoknya,
kesulitan saling bekerja sama
untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan.
Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan Masing – masing
kelompok menyelesaikan tugas kelompok
dilaksanakan presentasi, untuk mengukur mempresentasikan
kemampuan individu dilaksanakan pada hasil diskusi
pertemuan berikutnya kelompoknya
Memberikan Memberi penghargaan pada kelompok Memberikan aplaus
penghargaan yang mendapatkan nilai paling baik ( tepuk tangan )
kepada kelompok
yang terbaik
b. Observasi
Observasi dilakukan melalui :
1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung
oleh teman sejawat atau kolaborator
2) Wawancara dengan siswa sebanyak 6 siswa terdiri dari 3 siswa
yang mendapat nilai tinggi dan 3 siswa yang mendapat nilai
rendah
c. Refleksi
Refleksi dilakukan bersama – sama dengan kolaborator,
dilaksanakan setelah ulangan harian pada siklus I. Kegiatannya
antara lain :
1) Menganalisis hasil kerja kelompok
2) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian
3) Menganalisis angket dan lembar observasi
4) Mencari kekurangan / kelemahan pelaksanaan siklus I
5) Mencari solusi perbaikan pelaksanaan siklus I
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
2) Membuat soal untuk masing – masing pertemuan
3) Menyusun instrumen kisi – kisi dan butir – butir soal untuk
ulangan harian siklus II
4) Menyusun lembar observasi keaktifan siswa dan minat siswa
b. Pelaksanaan
Tabel 3.3 : Langkah Tindakan Pembelajaran Siklus II
Langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Persiapan Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Siswa dengan antusias
Menyampaikan yaitu macam-macam badan usaha. memperhatikan
tujuan dan Menyampaikan kegiatan yang akan penjelasan dari guru
memotivasi siswa dilakukan adalah pembelajaran dengan
cara diskusi kelompok dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Menyajikan Guru dengan metode tanya jawab Siswa dengan antusias
informasi mengukur pengetahuan prasarat memberi memperhatikan guru
contoh badan usaha milik negara, milik pada waktu
swasta dan koperasi dalam kehidupan menyampaikan materi
Langkah Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
sehari hari
Tahap kerja Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang Siswa membentuk
kelompok masing – masing kelompok beranggotakan kelompok sesuai
5-6 siswa. Kemampuan masing – masing dengan kelompok
kelompok dibuat merata yang sudah ditentukan
Membimbing Membagi soal yang akan didiskusikan Siswa berdiskusi
kelompok belajar Membantu kelompok yang mengalami dikelompoknya, saling
kesulitan bekerja sama untuk
menyelesaikan tugas
yang diberikan.
Evaluasi Untuk mengetahui keberhasilan kelompok Masing – masing
menyelesaikan tugas dilaksanakan kelompok
presentasi, untuk mengukur kemampuan mempresentasikan
individu dilaksanakan pada pertemuan hasil diskusi
berikutnya kelompoknya
Memberikan Memberi penghargaan pada kelompok Memberikan aplaus
penghargaan yang mendapatkan nilai paling baik ( tepuk tangan )
kepada kelompok
yang terbaik
c. Observasi
Observasi dilakukan melalui :
1) Pengamatan terhadap keaktifan siswa
Pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung oleh
teman sejawat atau kolaborator
2) Wawancara dengan siswa sebanyak 6 siswa terdiri dari 3 siswa
yang mendapat nilai tinggi dan 3 siswa yang mendapat nilai rendah
d. Refleksi
Refleksi dilakukan bersama – sama dengan kolaborator,
dilaksanakan setelah ulangan harian pada saat siklus II, kegiatannya
antara lain:
1) Menganalisis hasil kerja kelompok
2) Memeriksa dan menganalisis hasil ulangan harian
3) Menganalisis angket dan lembar observasi
4) Membuat kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Kondisi awal
Pembelajaran IPS yang selama ini peneliti lakukan memang
masih bersifat konvensional dan belum sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Hal ini
disebabkan karena materi pelajaran yang banyak, jika menggunakan
metode yang bermacam – macam, dikhawatirkan materi yang akan
disampaikan tidak akan selesai. Pembelajaran yang peneliti lakukan adalah
pada saat masuk kelas langsung menanyakan PR, kemudian melanjutkan
menerangkan /menyampaikan materi, siswa diberi latihan soal sampai
waktu habis. Pada saat akhir materi diberi tes individu atau ulangan harian
dan hasilnya masih mengecewakan.
Kondisi awal pembelajaran IPS dikelas VII C MTs Al Hikmah
Proto Kedungwuni masih bersifat konvensional, seperti yang telah
diterangkan di atas. Dari hasil ulangan diperoleh rerata 68,56 dan
ketuntasan belajar 55,88 %.
Untuk mengetahui penyebab kegagalan saya mengajar di kelas
VII C, saya mencoba melakukan refleksi dengan bertanya kepada siswa
yang mendapat nilai tertinggi dan terendah.
Rizka Apri Utami, tes individu mendapat nilai 92 berpendapat,
“ Saya senang dengan pelajaran IPS, karena setiap diberi PR saya selalu
mengerjakannya, tapi kadang – kadang saya juga merasa bosan karena
guru hanya memberikan materi, kemudian disuruh mengerjakan soal, jadi
pembelajaran kurang santai dan kurang menyenangkan “.
Tri Yuliyanto B, tes individu mendapat nilai 20, berpendapat,
“ Sebenarnya saya suka dengan pelajaran IPS, tapi kadang saya takut kalau
ditanya bu guru dan saya tidak bisa menjawab dan akhirnya lama
kelamaan saya bosan. Yang saya harapkan agar bu guru jangan suka
marah, cara mengajarnya lebih santai dan menyenangkan.
Dari wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
selama ini masih monoton, kurang bervariasi dan membosankan. Untuk itu
peneliti akan mencoba mengubah cara belajar yaitu dengan cara diskusi
kelompok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD ( Student Teams Achievement Division ) pada materi perushaan dan
badan usaha. Dimana nanti dalam pembelajaran, anggota kelompok yang
sudah paham akan mengajarkan kepada anggota kelompok lain yang
belum paham, sehingga harapan peneliti semua siswa akan menjadi lebih
aktif.
2. Deskripsi Siklus 1
a. Pelaksanaan Pembelajaran
Siklus 1 terdiri dari dua pertemuan, pertemuan pertama
menyampaikan materi tentang pengertian usaha, perusahaan dan
mendeskripsikan macam-macam perusahaan, siswa berdiskusi dalam
kelompoknya, untuk mengerjakan soal yang sudah diberikan.
Sedangkan pertemuan kedua untuk kegiatan presentasi kelompok dan
evaluasi.
Ketika peneliti masuk ke ruang kelas VII C, suasana ruang
kelas agak ramai. Setelah semua siswa tenang, saya langsung
menyuruh siswa membentuk kelompok yang masing-masing kelompok
beranggotakan 5-6 siswa. Merekapun segera membentuk kelompok.
Setelah semua sudah berada dalam kelompoknya masing- masing, saya
mulai memberikan pengertian kenapa saya menyuruh mereka membuat
kelompok diskusi, setelah semua paham maksud dan tujuannya, saya
mulai menyampaikan materi pengertian usaha, perusahaan dan
mendeskripsikan macam-macam perusahaan.
Peneliti menjelaskan satu persatu dari pengertian usaha,
perusahaan dan mendeskripsikan macam-macam perusahaan serta
mengaplikasikannya dalam soal.
Pertemuan kedua merupakan kegiatan presentasi antar
kelompok dan evaluasi. Evaluasi terdiri dari tes individu dan tes
kelompok.
Dari hasil pengamatan, diperoleh data bahwa rata-rata 3,00
(baik). Dari 13 indikator 3 yang mendapat kriteria 2 (cukup) yaitu
pengorganisasian kelompok ternyata belum maksimal sebagian siswa
gaduh pada saat pembentukan kelompok dan pembimbingan guru
kepada kelompok juga kurang maksimal.
Tabel 4.1 : Hasil Pengamatan Terhadap Guru dalam
Pembelajaran Siklus 1
Pengamatan
No Aspek Pengamatan Ada /
Kriteria
Tidak
1 Kegiatan awal
a. Apakah guru memberikan apersepsi Ada 3
b. Apakah guru mengukur pengetahuan
Ada 3
prasarat yang harus dimiliki oleh siswa
c. Apakah guru menyampaikan indikator dan
Ada 4
tujuan pembelajaran serta memotivasi siswa
2 Kegiatan Inti
a. Apakah guru menyampaikan materi Ada 4
pembelajaran
b. Apakah guru menyampaikan informasi yang Ada 2
dibutuhkan siswa
c. Apakah guru mengorganisasi siswa dalam Ada 2
kelompok
d. Apakah guru telah membimbing kelompok Ada 2
dalam belajar
e. Apakah guru telah melakukan evaluasi hasil Ada 3
belajar siswa
f. Apakah guru telah melakukan penghargaan Ada 3
bagi kelompok / siswa yang mendapat nilai
tinggi
3 Kegiatan Akhir
a. Apakah guru menyimpulkan / merangkum Ada 3
Pembelajaran
Pengamatan
No Aspek Pengamatan Ada /
Kriteria
Tidak
b. Apakah guru melakukan umpan balik Ada 3
c. Apakah guru melakukan refleksi Ada 3
d. Apakah guru memberikan PR Ada 4
Rata – Rata 3,00
e. Tanggapan Siswa
Tabel 4.4. Tanggapan siswa terhadap penggunaan Model
pembelajaran STAD
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
1 Apakah dengan model 28 siswa / 4 siswa / 2 siswa /
pembelajaran STAD ( 82,4 % ) ( 11,7 % ) ( 5,9 % )
dapat membuat kamu
semakin aktif dalam
mengikuti
pembelajaran ?
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
2 Apakah kamu senang 34 siswa /
apabila setiap ( 100 % )
pembelajaran selalu
dibentuk kelompok
diskusi ?
3 Apakah dengan 30 siswa / 4 siswa /
menggunakan model ( 88,2 % ) ( 11,8 % )
pembelajaran STAD
dengan cara siswa
dibentuk kelompok
dapat meningkatkan
kerjasama antar
kelompok ?
d. Tanggapan Siswa
Tabel 4.8. Tanggapan siswa terhadap penggunaan pembelajaran
kooperatif tipe STAD
Ragu –
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
1 Apakah dengan model 31 siswa / 2 siswa / 1 siswa /
pembelajaran STAD ( 91,2 % ) ( 5,9 % ) ( 2,9 % )
dapat membuat kamu
semakin aktif dalam
mengikuti
pembelajaran ?
2 Apakah kamu senang 30 siswa /
apabila setiap 100 %
pembelajaran selalu
dibentuk kelompok
diskusi ?
3 Apakah dengan 32 siswa / 2 siswa /
menggunakan model ( 94,1 % ) ( 5,9 % )
Ragu –
No Pertanyaan Ya Tidak
ragu
pembelajaran STAD
dengan cara siswa
dibentuk kelompok
dapat meningkatkan
kerjasama antar
kelompok ?
100
90
80
70
60
RATA - RATA
50
KETUNTASAN BELAJAR (%)
40
Column1
30
20
10
0
DATA AWAL SIKLUS 1 SIKLUS 2
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada kelas VII C MTs Al
Hikmah Proto Kedungwuni dapat disimpulkan antara lain :
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat memberikan pengaruh peningkatan hasil belajar dan
keaktifan siswa secara optimal.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C MTs Al
Hikmah Proto Kedungwuni terhadap materi perusahaan dan badan usaha
dengan rata – rata 68,56 menjadi 79,79 dan ketuntasan belajar dari 55,88
% menjadi 88,24 %.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD ( Student Teams Achievement
Division ) dapat berpengaruh terhadap keaktifan belajar siswa menjadi
sangat tinggi.
B. Saran
1. Mengingat penelitian ini baru berlangsung dua siklus, maka guru / peneliti
lain dapat melanjutkan agar mendapatkan hasil yang lebih signifikan.
2. Guru hendaknya dapat menciptakan strategi pembelajaran yang
berdasarkan pada kemampuan/potensi awal siswa agar pembelajaran lebih
bermakna
3. Hendaknya guru terus melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.
4. Madrasah hendaknya mendorong guru dalam menyusun alat peraga
dengan memberi fasilitas berupa biaya pembuatan.
DAFTAR PUSTAKA
Observer
Tanggapan siswa terhadap penggunaan Model pembelajaran STAD
No Pertanyaan Ya Ragu - ragu Tidak
1 Apakah dengan model pembelajaran STAD dapat
membuat kamu semakin aktif dalam mengikuti
pembelajaran ?
2 Apakah kamu senang apabila setiap pembelajaran
selalu dibentuk kelompok diskusi ?
3 Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran STAD dengan cara siswa dibentuk
kelompok dapat meningkatkan kerjasama antar
kelompok ?