Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PTK

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)

PENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA


DIDIK MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED
LEARNING KELAS X TKJ SMK IHSANNIAT JOMBANG

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Program Pendidikan Guru

OLEH:
WARDATUTH THOIYIBAH
19324299006

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................1

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3

C. TUJUAN PENELITIAN...............................................................................4

D. MANFAAT PENELITIAN...........................................................................4

BAB II KAJIAN TEORI..........................................................................................5

A. KAJIAN TEORI...........................................................................................5

B. KERANGKA BERPIKIR...........................................................................16

C. HIPOTESIS TINDAKAN...........................................................................17

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................18

A. SUBJEK PENELITIAN..............................................................................18

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN...................................................18

C. DESAIN PENELITIAN..............................................................................18

D. INSTRUMEN PENELITIAN.....................................................................21

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA..........................................................24

F. TEKNIK ANALISIS DATA......................................................................25

G. INDIKATOR KEBERHASILAN...............................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

LAMPIRAN

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan ilmu perkembangan dan teknologi (IPTEK)


mempengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia diberbagai bidang. Untuk
dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya
manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Pendidikan, dalam arti usaha sadar dan terencana mewujudkan proses belajar
sepanjang hayat, menyentuh semua sendi kehidupn, semua lapisan
masyarakat, dan segaa usia. Pesatnya pembangunan yang disertai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini perlu direspon
oleh kinerja dunia pendidikan yang profesinal dan memiliki mutu tiinggi.
Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu
memperlakukan pendidikan (Yamin & Antasari, 2008:2).
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Dengan demikian,
pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat
dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan
memengaruhi proses pembelajaran. Namun, komponen yang selama ini
dianggap sangat memengaruhi proses pendidikan adalah komponen pendidik.
Hal ini disebabkan karena pendidik merupakan ujung tombak yang
berhubungan langsung dengan peserta didik sebagai subjek belajar (Sanjaya,
2006:13). Selain dari aspek pendidik, masih ada beberapa aspek yang saling
berkaitan yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran.
Sejak awal kehidupan manusia, metode dalam pembelajaran tak
terhitung jumlahnya, sesuai dengan jumlah pendidik yang ada. Dengan
demikian seorang pendidik diharapkan mampu mengelola pembelajan dengan
baik. Pembelajaran yang monoton tentunya akan berpengaruh terhadap
motivasi peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang baik.
Berdasarkan pengalaman mengajar di SMK IHSANNIAT Jombang,
banyak permasalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran. SMK
IHSANNIAT Jombang merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan

1
yang berbasis pondok pesantren yang ada di Jombang yang masih
mengedepankan ilmu agama dalam pembelajaran sehari – harinya. Hampir
dari keseluruan peserta didik merupan santri, sehingga mereka kurang bisa
mengelola waktu yang ada untuk penguasaan materi yang ada di sekolah
karena padatnya kegiatan yang ada di pondok pesantren.
Karena padatnya kegiatan yang ada di pondok pesantren, peserta didik
biasanya pada waktu di kelas selalu merasa ngantuk sampai tertidur. Selain
itu, mereka juga kurang bisa menangkap materi dengan tepat. Keterbatasan
waktu juga mempengaruhi proses pembelajaran. Dengan waktu sedikit,
peserta didik dituntut untuk memahami materi yang banyak sehingga pendidik
lebih mengutamakan kegiatan pembelajaran metode teacher center bukan
student center. Sehingga menyebabkan peserta didik merasa ceoat bosan
dengan situasi yang ada di kelas. Peserta didik juga beranggapan bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, rumit, banyak rumus, bersifat
abstrak dan teoritis serta penerapan dan manfaatnya sangat sedikit dalam
kehidupan manusia yang mangakibatkan kurannya minat peserta didik
terhadap pelajaran Fisika.
Karena permasalahan di atas, menyebabkan berkurangnya hasil belajar
bagi peserta didik. Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik
untuk mengubah proses pembelajaran yang sesuai dengan peserta didik agar
keberhasilan yang minim menjadi lebih baik lagi. Selain itu, diharapkan
proses pembelajaran baru bisa membuat peserta didik menjadi termotovasi
yang menyukai pelajaran fisika secara bertahap. Strategi dan metode
pembelajaran yang berbeda perlu untuk diterapkan oleh pendidik dalam
kegiatan pembelajaran. Pada pelajaran fisika, strategi yang diperlukan
sebaiknya tertuju pada pemecahan masalah, yakni berupa pemecahan masalah
soal. Hal ini dilakukan agar peserta didik dapat dengan mudah mengerjakan
soal dan memahami konsep.
Berdasarkan pengalaman tersebut, peneliti ingin mencoba metode
pembelajaran yang bisa melibatkan peserta didik secara aktif dan antusias
dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
(pembelajaran berbasis masalah). Pembelajaran berbasis masalah merupakan

2
suatu oendekatan dalam pembelajaran yang membantu peserta didik untuk
menemukan masalah dari suatu peristiwa yang nyata, mengumpulkan
informasi melalui strategi yang telah ditentukan sendiri untuk mengambil satu
keputusan pemecahan masalah yang kemudian akan dipresentasikan dalam
bentuk unjuk kerja.
Salah satu karakteristik pembelajaran berbasis masalah masalah adalah
menggunakan kelompk kecil sebagai konteks untuk oembelajaran. Peserta
didik yang enggan bertanya kepada pendidik dapat bertanya kepada teman
dalam sekelompoknya maupun kelompok lain. Mereka jua tidak merasa takut
menyampaikan pendapatnya sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk
gita belajar (Muchammad Afcariono, 2009).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan meneliti tentang
“Penerapan Model Based Learning untuk Peningkatkan Motivasi Belajar
Fisika Peserta Didik Kelas X SMK IHSANNIAT Jombang”. Materi yang
akan digunakan akan menyesuaikan dengan waktu pelaksaan penelitian.
Metode yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menggunakan metode
reward and punishment dan eksperimen.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada


penelitian ini adalah:
1. Bagaimana langkah – langkah pembelajaran model Problem Based
learning yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik X TKJ SMK
IHSANNIAT Jombang
2. Bagaimana distribusi capaian peningkatan motivasi belajar fisika peserta
didik dengan penerapan model Problem Based Learning kelas X TKJ
SMK IHSANNIAT Jombang?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini untuk:

3
1. Dengan penerapan model Problem Based Learning kelas X TKJ SMK
IHSANNIAT Jombang untuk meningkatkan motivasi belajar fisika
peserta didik.
2. Mengetahui langkah – langkah pembelajaran model Problem Based
learning yang mampu meningkatkan motivasi peserta didik X TKJ SMK
IHSANNIAT Jombang.

D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:


1. Manfaat Teoritis
Secara keseluruhan, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
tambahan wawasan ilmu tentang penggunaan model Problem Based
Learning untuk meningkatkan motivasi belajar fisika peserta didik.
Selain itu hasil dari kajian penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan tambahan referensi terkait dengan peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peserta didik
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk
menambah pengetahuan peserta didik.
b. Bagi penulis
Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai model
problem based learning.
c. Bagi pendidik
Karya tulis ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan
masukan dalam melakukan model pembelajaran di kelas agar lebih
efektif. Serta diharapkan dapat membantu mengatasi permasalah
dalam pembelajaran fisika.

4
BAB II
KAJIAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Motivasi Belajar

a. Pengertuan Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai
daya upaya untuk mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif
dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subtansi
untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Bahkan motif dapat dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern
(kesiapsiagaan). Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila
kebutuhan untuk menjadi tujuan sangat dirasakan untuk mendesak
(Sadirman, 2009:79)
Hamzah B.Uno (2010: 23), mengemukakan bahwa motivasi dan
belajar adalah dua hal yang berkaitan erat dan saling mempengaruhi.
Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakan dan
mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar (Dimyati dan
Mudjiono 2002: 80). Merutur Mc. Donald (Sadirman A. M, 2007: 73),
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.
Sedangkan belajar merupakan suatu pengalaman yang diperoleh
berkat adanya interaksi antara individu dengana lingkungannya (Hamzah
B. Uno, 2010: 22). Belajar juga dapat dikatakan sebagai suatu proses yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Oleh karena itu,
motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar sebab seseorang yang
tidak memiliki motivasi dalam belajar maka tidak akan mungking
melakukan aktivitas belajar.

5
Menurut Hamzah B. Uno (2010: 23), hakikat motivasi belajar adalah
dorongan internal dan eksternal pada siswa – siswi yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Sedangkan Abdul Hadis
(2006: 30) menyatakan bahwa motivasi belajar ialah daya penggerak yang
timbul dari dalam individu atau siswa mendorong individu melakukan
aktivitas belajar.
Pendapat tersebut diperkuat oleh sardiman A. M. (2007: 75) yang
mengatakan bahwa: “ motivasi belajar merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari dalam siri siswa yang memberikan arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat
tercapai”.

b. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Hamzah B. Uno (2010: 23), motivasi belajar dipengaruhi


oleh dua faktor yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor
intrinsik merupakan faktor yang timbul dari dalam diri siswa yang berupa
hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan belajar dan harapan
akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari
luar diri siswa berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif,
dan kegiatan yang menarik.
Priyanto (Abdul Hadis, 2006: 33) berpendapat bahwa motivasi
belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai aspek atau faktor yang berkaitan
dengan proses pembelajaran di kelas, diantaranya sikap dan perilaku guru
dalam mengajar, sikap guru terhadap perilaku siswa, sikap guru terhadap
karakteristik siswa, sikap guru terhadap siswa yang berbeda jenis kelamin
dan latar belakang kebudayaan yang berbeda serta sikap siswa terhadap
perbedaan prestasi belajar yang diperoleh siswa yang lain. Faktor metode
pembelajaran yang digunakan guru, metode penilaian, dan kondisi
lingkungan sekolah juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.

c. Prinsip – prinsip motivasi Belajar

6
Peran motivasi dalam belajar yaitu menggerakan seseorang untuk
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat
tercapai. Eveline Siregar dan Hartini Nara (2010: 51) berpendapat bahwa
terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar: (1) motivasi
merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi mencapai satu
tujuan; (2) motivasi memegang peranan penting dalam memberikan
gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang
mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar.
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 118-122) mengemukakan bahwa
motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar. Tidak
ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar, untuk itu perlu
diperhatikan prinsip-prinsip motivasi dalam belajar agar motivasi dapat
ditumbuhkan secara optimal. Adapun prinsip-prinsip motivasi dalam
belajar adalah sebagai berikut:
a. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar.
Dalam hal ini motivasilah yang menjadi dasar penggerak seseorang
agar terdorong untuk melakukan kegiatan belajar.
b. Motivasi instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam
belajar. Siswa yang belajar atas dasar motivasi intrinsik akan lebih
bermakna, karena semangat belajar yang dimilikinya sangat kuat
sehingga sangat sedikit terpengaruh dari luar.
c. Motivasi berupa pujian baik daripada hukuman. Dalam hal ini dengan
memberikan motivasi berupa pujian sama halnya dengan memberikan
penghargaan atas prestasi yang dikerjakan oleh oleh
seseorang, sehingga akan menambah semangat untuk lebih
meningkatkan prestasi. Sebuah pujian harus diberikan pada tempat
dan kondisi yang tepat, sebab kesalahan pujian bias bermakna
mengejek
d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar.
Kebutuhan yang tidak bisa dihindari siswa yaitu keinginan untuk

7
menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Guru harus bisa
memanfaatkan kebutuhan siswa dengan memancing semangat belajar
siswa, sehingga siswa akan giat belajar untuk memenuhi rasa ingin
tahunya terhadap sesuatu.
e. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar. Siswa yang
memiliki motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan
setiap pekerjaan yang sedang atau akan dihadapinya.
f. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Dari berbagai penelitian
selalu menyimpulkan bahwa motivasi memperngaruhi prestasi belajar.
Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya
prestasi belajar seorang siswa.

d. Bentuk – bentuk motivasi dalam belajar

Di dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi pada kegiatan


belajar siswa, guru perlu hati-hati dalam menyampaikannya, sebab
mungkin guru bermaksud untuk memberikan motivasi agar siswanya
lebih tertarik, semangat dan tekun dalam belajar, tetapi justru yang terjadi
siswa tidak termotivasi, karena motivasi yang diberikan kurang tepat atau
kurang sesuai.
Menurut Sardiman A. M (2007: 92-95) ada beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah,
antara lain:
1) Memberi angka
Angka yang dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil
kegiatan belajar siswa. Pada kenyataannya, banyak siswa yang
melakukan kegiatan belajar agar memperoleh nilai ulangan atau nilai
raport yang baik. Angka-angka yang baik itulah yang menjadi
motivasi yang sangat kuat bagi siswa.
2) Hadiah
Hadiah juga dapat dijadikan sebagai alat motivasi, misalnya dengan
memberikan hadiah kepada siswa yang berprestasi tinggi, yang

8
mendapatkan rangking tiga besar, dan siswa yang memiliki
keunggulan tertentu.
3) Saingan / kompetisi
Persaingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong siswa agar mereka bergairah dalam belajar.
Persaingan dalam bentuk individu maupun kelompok dipelukan untuk
meningkatkan kegiatan belajar siswa dan untuk menjadikan proses
interaksi belajar mengajar menjadi kondusif
4) Ego – involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya
tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga mau bekerja keras
dengan mempertaruhkan harga diri mereka, merupakan salah satu
bentuk motivasi yang cukup penting. Dapat meyelesaikan tugas
dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri bagi siswa.
Dapat dikatakan karena harga dirilah yang menjadikan siswa mau
belajar dengan giat.
5) Memberi ulangan
Memberikan ulangan bisa dijadikan sebagai alat motivasi, sebab siswa
akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada ulangan. Namun
harus diingat bahwa guru jangan terlalu sering memberikan ulangan,
karena bisa membosankan. Selain itu, guru juga harus terbuka dengan
memberitahu kepada siswa jika akan ada ulangan.
6) Mengetahui hasil
Mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan
mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui hasil
belajarnya meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus
belajar, degan suatu harapan hasilnya terus meningkat.
7) Pujian
Pujian merupakan bentuk reinforcement yang positif dan motivasi
yang baik. Dengan memberikan pujian dengan tepat, maka akan
memupuk suasana menyenangkan dan mempertinggi gairah belajar
serta sekaligus membangkitkan harga diri.

9
8) Hukuman
Hukuman merupakan reinforcement negatif, namun jika diberikan
secara tepat dan bijak bisa menjadi sarana yang dapat menumbuhkan
motivasi. Hukuman akan menjadi alat motivasi bila dilakukan degan
pendekatan edukatif, bukan karena dendam. Oleh karena itu, dalam
memberikan hukuman guru harus memahami prinsip-prinsip
pemberian hukuman.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan yaitu ada maksud
dan keinginan untuk belajar. Hasrat untuk belajar berarti pada diri
siswa itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang
tentu hasilnya akan lebih baik daripada siswa yang tidak memiliki
hasrat untuk belajar.
10) Minat
Motivasi dan minat muncul karena adanya kebutuhan, sehingga tepat
jika minat dikatakan sebagai alat motivasi yang pokok. Proses belajar
mengajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat
11) Tujuan yang diakui
Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, juga
menjadi alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami
tujuan yang ingin dicapai maka akan timbul semangat untuk terus
belajar demi menggapai tujuan yang dimaksud.
Bentuk dan cara yang digunakan untuk menumbuhkan motivasi
belajar Fisika dalam penelitian ini adalah memberikan hadiah (berupa
bintang kertas), saingan/ kompetisi (peserta didik harus berkompetisi untuk
menjawab pertanyaan dengan benar dengan waktu yang dibatasi),
memberikan pujian (berupa applause), dan memunculkan minat/
ketertarikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran Fisika dengan
menggunakan media yang menarik baik berupa gambar maupun video
yang sesuai dalam kehidupan atau video penerapan dari jurusan TKJ.

e. Fungsi Motivasi dalam Belajar

10
Motivasi memiliki fungsi bagi sesorang, karena motivasi dapat
mendorong seseorang untuk melakukan seseuatu dan menjadikan orang
tersebut mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Berikut tiga fungsi
motivasi menurut Sardiman A. M (2007: 85), antara lain:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
Menurut Hamzah B. Uno (2010: 27) mengatakan bahwa peranan
motivasi dalam belajar adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hal – hal yang dapat dijadikan penguat belajar.
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang
anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan
pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang
pernah dilaluinya.
2) Memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai.
Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu
sedikitnya sudah dapat diketahui dan dinikmati manfaatnya bagi anak.
3) Menentukan ketekunan balajar.

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan


berusaha memperlajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan
memperoleh hasil yang baik.

f. Indikator motivasi belajar

11
Hamzah B. Uno (2010: 23) menyebutkan motivasi belajar
mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung. Adapun indikator tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya harapan dan cita – cita masa depan.
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya keinginan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif.
Orang yang termotivasi dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada pada
diri orang tersebut. Sardiman A. M. (2007: 83) berpendapat bahwa
motivasi yang ada pada setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas.
2) Menunjukkan minat terhadap macam – macam masalah.
3) Lebih senang bekerja mandiri.
4) Cepat bosan pada tugas – tugas yang rutin.
5) Dapat mempertahankan pendapatnya.
6) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
7) Senang mencari dan memecahkan masalah soal – soal.

2. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

a. Pengertian model pembelajaran

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual


yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba
bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran merupakan pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2009: 45-46). Model
pembelajaran dapat digunakan untuk menyusun kurikulum, merancang
bahan pembelajaran, dan menuntun pelajaran di dalam kelas atau pada
kondisi lainnya.

12
b. Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)

Pengertian problem based learning (pembelajaran berbasis masalah)


dari beberapa ahli yaitu:
1) Menurut Agus Suprijono
Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar penemuan atau
discovery learning. Berdasarkan belajar penemuan peserta didik
didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
(Agus Suprijono, 2009:68).
2) Menurut Wina Sanjaya
Pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktifitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah
yang dihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008:114-115).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis masalah merupakan model pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa baik aktifitas
berfikir, berperilaku dan berketerampilan dalam memecahkan suatu
masalah yang dihadapi. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based
Learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang
dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada peserta didik.

c. Strategi Penerapan Model Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya (2009: 215), adapun strategi dalam penerapan


model ini adalah:
1) Apabila guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat
mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
2) Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan ketrampilan
berpikir rasional siswa.
3) Apabila guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan
masalah.
4) Apabila guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajarnya.

13
5) Apabila guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang
dipelaari dengan kenyataan dalam kehidupan sehari – hari.

d. Prinsip – prinsip penerapan model problem based learning

Prinsip – prinsip penerapan model problem based learning (C.


Ridwan, 2009), yaitu:
1) Melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil
yang terdiri dari kurang lebih lima orang.
2) Guru membimbing siswa dalam penyelesaian masalah
tersebut.
3) Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.
4) Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan
perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.
5) Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan
diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau
mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatar
belakangi masalah tersebut.

e. Langkah – Langkah Pelaksanaan Model Problem Based Learning

Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based


Learning) menurut Ibrahim dan Nur : 2000 dalam
(http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-basedlearning.html)
terdapat lima tahap utama, antara lain:
1) Orientasi siswa kepada masalah
Yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang dipilihnya. Siswa merumuskan
masalah yang akan dipecahkan.
2) Mengorganisasi siswa untuk belajar
Yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut.

14
Siswa merancang pemecahan masalah sesuai permasalahan yang
telah dirumuskan
3) Membimmbing penyelidikan individual maupun kelompok
Yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi berbagi
informasi setelah mencari dan mengumpulkan informasi yang
diperlukan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Yaitu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi dan model yang
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa
menampilkan karyanya/menjelaskan hasil kegiatan pemecahan
masalahnya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka
gunakan. Siswa melakukan refleksi/evaluasi terhadap kegiatan
pememecahan masalah yang telah dilakukan.

f. Keunggulan Dan Kelemahan Problem Based Learning

Menurut Wina Sanjaya (2009: 220-221), Model Problem Based


Learning mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan yang
diantaranya:
Keunggulan:
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang baik untuk lebih
memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta
memberi kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas peserta didik.
4) Pemecahan masalah membantu bagaimana mentransfer pengetahuan
mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

15
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggungjawab terhadap pembelajaran
yang mereka lakukan.
6) Melalui pemecahan masalah bahwa belajar tidak hanya dari
guru dan buku.
7) Pemecahan masalah dianggap pembelajaran yang lebih menyenangkan.
8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk
berfikir kritis dan mengembangkan pengetahuan mereka untuk
menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
9) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia
nyata.
10) Pemecahan masalah dapat membangun minat siswa untuk secara terus
menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikaan formal berakhir.
Kelemahan:
1) Jika minat siswa kurang atau masalah kurang menarik siswa, maka
siswa akan merasa enggan untuk mencoba.
2) Keberhasilan strategi pembelajaran berbasis masalah membutuhkan
cukup waktu untuk persiapan.
3) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha memecahkan masalah
yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin
mereka pelajari.

B. KERANGKA BERPIKIR

Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu


siswa, guru, metode, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
mengacu pada kurikulum, serta lingkungan fisik, sosial, budaya yang
merupakan input untuk melaksanakan proses pengajaran. Guru merupakan
tenaga pengajar dan pendidik siswa. Karakteristik siswa termasuk remaja
akhir karena telah berusia antara 17-18 tahun dimana keadaan perasaan
maupun emosinya belum stabil, sudah mampu berpikir kritis, dan
kemauannya tinggi. Metode pembelajaran yang digunakan belum bervariasi,

16
dominan ceramah tanya jawab serta diskusi. Metode yang kurang bervariasi
tersebut menyebabkan keaktifan kurang dan hasil belajar siswa belum
optimal.
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya suatu tindakan yang dapat
membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tindakan yang
cocok adalah diterapkannya model pembelajaran yang melibatkan siswa
secara langsung. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan model Problem
Based Learning (PBL), karena dalam model tersebut siswa dapat terlibat
untuk aktif berpikir, menemukan konsep baru dalam memecahkan
permasalahan pembelajaran yang dikaitkan dengan masalah dunia nyata
(a real world problems). Pada proses pembelajaran dengan penerapan model
ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tetapi,
apabila antara input dan proses pembelajaran tidak saling mendukung, maka
tidak akan terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa.

C. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah diuraikan sebelumnya, maka


hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Ada peningkatan motivasi belajar fisika pada peserta didik setelah
menggunakan pembelajaran model problem based learning.
2. Ada peningkatan hasil belajar (kognitif) menggunakan pembelajaran
model problem based learning.

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. SUBJEK PENELITIAN

Subjek dari penelitian ini adalah peserta didik kelas X TKJ serjumlah 30
orang untuk uji keberhasilan model problem based learning di SMK
IHSANNIAT, Rejoagung Ngoro Jombang tahun pelajaran 2019 – 2020.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2019 –


2020 pada bulan Oktober 2019 di SMK IHSANNIAT dusun Grenggeng,
kelurahan Rejoagung, kecamatan Ngoro, kabupaten Jombang, Jawa Timur.

C. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


yang bertujuan meningkatkan motivasi belajar fisika dengan menggunakan
model pembelajaran problem based learning.
Metode penelitian ini menunjuk pada penelitian Kemmis dan Mc
Taggart yang mengembangkan penelitiannya berdasarkan kosep yang
dikembangkan oleh Lewin, dengan disertai beberapa perubahan. Menurut
Kemmis dan Mc Taggart, masing-masing siklus penelitian PTK terdiri dari
empat komponen yaitu rencana, tindakan, observasi, dan refleksi.
Dibawah ini dikutipkan model visualisasi bagan yang disusun oleh
Kemmis dan Mc Taggart. Gambar 1 dibawah ini menunjukkan konsep metode
PTK:

18
Gambar 1. Konsep Metode Penelitian Tindakan Kelas

Konsep dari model pembelajaran PBL ini dijelaskan terperinci dalam


langkah – langkah sebagai berikut:
1. Tahap 1: Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan tahap awal setelah diperoleh gambaran


umum tentang kondisi, situasi pembelajaran di kelas, dan lingkungannya
dapat dikenali dengan baik. Tahap perencanaan ini meliputi:

a. Membuat soal pretest dan posttest. Soal pretest berfungsi untuk


mengetahui pengetahuan awal siswa sedangkan soal posttest sebagai
indikator untuk mengetahui ketercapaian prestasi belajar siswa
khususnya aspek kognitifnya. Soal pretest dan posttest diberikan pada
tiap siklus yang memuat item-item materi usaha dan energi yang
sesuai dengan materi setiap siklus.
b. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran PBL. Untuk menunjang kegiatan ini maka disusunlah
RPP agar proses pembelajaran menjadi terencana.
c. Membuat LKPD untuk menunjang proses pembelajaran model PBL
sebagai petunjuk agar siswa tidak merasa bingung saat melaksanakan
penyelesaian masalah.

19
d. Membuat lembar observasi yang dapat memantau hasil belajar siswa
dan keterampilan proses sains. Penilaian pada lembar observasi
keterampilan proses sains ini meliputi siswa saat mengamati,
menyusun hipotesis, melakukan eksperimen, mengklasifikasi data
kedalam tabel, interpretasi data, menyimpulkan, dan
mengomunikasikan. Penilaian tersebut dilakukan dengan
menggunakan indikator dalam setiap kriteria.
e. Membuat lembar respon peserta didik yang merupakan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Lembar evaluasi juga berisi pengungkapan perasaan dan pengalaman
siswa selama proses pembelajaran dalam rangka memperbaiki
pembelajaran.
2. Tahap 1: Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan penerapan skenario pembelajaran


yang telah direncanakan dan terkendali serta berusaha untuk memperbaiki
keadaan. Pada siklus pertama dilakukan pembelajaran sesuai rencana,
kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan
proses pembelajaran yang berlangsung. Berdasarkan analisis untuk
mengetahui kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang
berlangsung, kemudian dilakukan perbaikan sebagai masukan untuk siklus
berikutnya. Pelaksanaan tindakan ditampilkan dalam bentuk catatan,
kronologis proses pembelajaran di kelas, pelaksanaan pretest dan posttest,
dan hasil observasi di dalam kelas

3. Tahap 3: Pengamatan

Pengamatan dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika dan dibantu


oleh beberapa pengamat (observer). Pengamatan yang dilakukan meliputi
saat proses pembelajaran berlangsung mengamati aktivitas peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan proses sains pada saat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan instrumen
observasi yang telah dibuat dan disiapkan.

20
4. Tahap 4: Refleksi Tindakan

Pada tahap ini menganalisis pada lembar respon peserta didik yang
kemudian akan digunakan sebagai refleksi, metode dan langkah-langkah
pembelajaran mana saja yang kurang atau sudah dapat meningkatkan hasil
belajar fisika dan keterampilan proses sains dengan model pembelajaran
PjBL. Hasil obesrvasi dan refleksi digunakan dalam menentukan perbaikan
pada siklus pembelajaran berikutnya apabila diperlukan.

D. INSTRUMEN PENELITIAN

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk


mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono: 2010:
148). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Skala Motivasi Belajar
Skala motivasi belajar dalam penelitian ini digunakan untuk
mengukur motivasi belajar yang dimiliki siswa, serta untuk mengetahui
apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan
model Problem Based Learning. Skala motivasi belajar ini berisi 15
butir pernyataan. Berikut kisi-kisi dari skala motivasi belajar:

Tabel 1. Kisi – kisi skala motivasi belajar


No.
No Sub Variabel Indikator Jml
Butir
1 Tekun menghadapi  Selalu berusaha 2 1, 2
tugas menyelesaikan tugas
yang diberikan guru
dengan sungguh –
sungguh
 Tidak berhenti
mengerjakan tugas
sebelum tugas selesai
2 Ulet menghadapi  Tidak mudah putus asa 2 3,4
kesulitan tugas dalam mengerjakan
tugas sulit

21
 Tidak mudah putus asa
dalam mengerjakan
tugas yang banyak.
3 Menunjukkan minat  Memperhatikan 3 5, 6,
belajar fisika penjelasan dari 7
pendidik
 Antusias dalam
mengikuti pelajaran
fisika
 Mempunyai inisiatif
sendiri untuk belajar
fisika
4 Senang belajar fisika  Bersemangat ketika 3 8, 9,
mengikuti pelajaran 10
fisika
 Belajar tampa
menunggu perintah
guru / ortang tua
 Tetap belaajr walaupun
tidak ada PR
4 Berani berpendapat  Selalu memberikan 2 11,
pendapat saat 12
berdiskusi
 Menanyakan
permasalahan yang
sulit dimengerti kepada
guru
5 Kerjasama dalam  Senang jika belajar di 3 13,
belajar fisika bentuk kelompok 14,
 Dapat bekerjasama saat 15
tugas kelompok
 Belajar bersama jika
menemui kesulitan

22
2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan sebagai pedoman agar peneliti lebih


terarah dalam melaksanakan observasi sehingga hasil data yang
didapatkan sesuai dengan yang diinginkan peneliti. Peneliti melakukan
pengamatan terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran fisika
dengan menerapkan model Probel Based Learning berlangsung. Hasil
pengamatan ditulis pada lembar observasi yang telah disediakan. Lembar
observasi yang dibuat oleh peneliti berupa checklist dengan jawaban YA
atau TIDAK. Berikut merupakan kisi-kisi aktivitas siswa dan guru dalam
menerapkan model Probel Based Learning dalam pembelajaran IPS.

Tabel 2. Kisi – kisi observasi aktivitas guru dalam menggunakan model


Problem Based Learning
Aspek yang Jml.
Variabel Sub Aspek
diamati butir
Penggunaan Proses Orientasi siswa kepada
model Problem pembelajaran masalah
Based Learning Mengorganaisasi siswa
fisika melalui
untuk belajar
model Problem
Membimbing
Based Learning
penyelidikan individu
maupun kelompok
Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah

Tabel 3. Kisi – kisi lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran


Problem Baesd Learning
Aspek yang Jml.
Variabel Sub Aspek
diamati butir
Penggunaan Efektivitas Memperhatikan
model Problem pembelajaran penjelasan guru
Menunjukkan minat

23
Based Learning fisika melalui ketertarikan terhadap
model Problem pembelajaran
Based Learning Melaksanakan perintah
guru
Kerjasama kelompok
Memperhatikan
presentasi dari
kelompok lain
Berani memberi
tanggapan

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Skala sikap

Skala sikap digunakan untuk mengukur segi-segi afektif/ sikap


seseorang (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005: 238). Skala sikap yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Likert, yaitu berupa
pernyataan-pernyataan yang alternatif jawabannya dinyatakan dalam
bentuk “Selalu, Sering, Jarang, dan Tidak Pernah”. Sedangkan pemberian
nilai pada skala ini yaitu: 1) nilai 4 untuk selalu, 2) nilai 3 untuk sering,
3) nilai 2 untuk jarang, dan 4) nilai 1 untuk tidak pernah. Skala sikap ini
akan diberikan oleh peneliti pada akhir siklus untuk mengetahui seberapa
besar motivasi belajar siswa pada pembelajaran fisika dengan menerapkan
model Problem Based Learning.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara


mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya
dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti (Wina
Sanjaya, 2012: 86). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa dalam proses

24
pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning. Dalam
penelitian ini, observasi dilaksanakan oleh peneliti dan dibantu oleh rekan
peneliti dengan panduan lembar observasi untuk pelaksanaan proses
pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning.

F. TEKNIK ANALISIS DATA

Setelah data terkumpul perlu segera dilakukan pengolahan data atau


analisis data. Menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretasi data dengan tujuan untuk menunjukkan berbagai informasi
sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai
dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2010: 106). Adapun analisis yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis data observasi

Analisis data kualitatif digunakan untuk memaknai hasil


pengamatan yang berasal dari lembar observasi aktivitas guru dan siswa
yang digunakan dalam penelitian ini dengan mengolah kata-kata menjadi
kalimat yang bermakna.

2. Anaisis data skala motivasi belajar

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kuantitatif untuk


mengukur skala motivasi belajar siswa melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Mencari skor maksimum ideal untuk motivasi belajar siswa
b. Menjumlah skor yang diperoleh siswa setiap aspek
c. Mencari presentase hasil skala motivasi belajar siswa dengan rumus
sebagai berikut:
R
NP= × 100
SM
Keterangan:
NP : nilai persen yang dicari atau diharapkan
R : skor mentah yang diperoleh siswa
SM : skor maksimum ideal dari angket

25
100 : bilangan tetap
Sumber: Ngalim Purwanto (2013: 102)
Beradasarkan pendapat tersebut, hasil dan perhitungan persentase
penelitian ini ditafsirkan ke dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria keberhasilan tindakan


Kriteria Presentase (%)
Sangat baik 86 – 100
Baik 76 – 85
Cukup 60 – 75
Kurang 55 – 59
Kurang sekali < 55
Sumber: Ngalim Purwanto (2013: 103)

G. INDIKATOR KEBERHASILAN

Penelitian ini dikatakan berhasil apabila motivasi belajar peserta didik


dalam mata pelajaran fisika minimal termasuk dalam kategori cukup yaitu ≥
60 %.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadis. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Hamzah B. Uno. 2010. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi


Aksara

Ibrahim dan Nur. 2000. model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-based-
learning.html

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Ngalim Purwanto. 2013. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaliasi Pengajaran.


Bandung: PT Remaja Rosdaya.

Ridwan C. 2009. Problem Based Learning. (http://ridwan13.wordpress.com)

Sardiman. 2007. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Sadirman. 2009. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja


Grasido Persada

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:


Rineka Cipta

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukardi. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Ardi Mahasatya.

Wina Sanjaya. 2006. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada

27
Yamin dan Antasari. 2008.Teknik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa.
Jakarta: GP Press.

28
LAMPIRAN
SKALA MOTIVASI BELAJAR FISIKA PESERTA DIDIK KELAS X TKJ
SMK IHSANNIAT JOMBANG

Nama Siswa :

No. Absen :

Hari / tanggal :

PETUNJUK PENGISIAN SKALA

1. Pada skala ini terdapat 15 pernyataan. Jawablah pernyataan-pernyataan


tersebut dengan memilih jawaban dengan jujur dan benar-benar cocok
dengan pilihan adik-adik.
2. Skala ini diberikan untuk mengetahui seberapa besar motivasi belajar dalam
mata pelajaran IPS, sehingga jawaban tidak mempengaruhi nilai atau
prestasimu dikelas.
3. Berilah tanda cek list (√) pada pilihan jawaban yang akan adik-adik pilih.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan Skala Tidak
Selalu Sering Jarang
pernah
1 Saya berusaha menyelesaikan
tugas yang diberikan guru dengan
sungguh – sungguh
2 Saya tidak berhenti mengerjakan
tugas sebelum tugas tersebut
selesai dikerjakan
3 Saya tidak mudah putus asa ketika
mengerjakan tugas yang sulit
4 Saya tidak mudah putus asa ketika
mengerjakan tugas yang banyak
5 Saya memperhatikan penjelasan
dari guru
6 Saya tertarik saat mengikuti
pelajaran fisika
7 Setiap hari di rumah saya
mengulang pelajaran yang telah
diberikan oleh guru
8 Saya bersemangat ketika
mengikuti pelajaran fisika
9 Saya belajar tanpa menunggu
perintah dari guru/orang tua
10 Saya tetap belajar walaupun tidak
ada PR
11 Saya memberikan pendapat saya
saat berdiskusi
12 Saya bertanya kepada guru tentang
materi yang sulit dimengerti
13 Saya senang jika belajar fisika
dibentuk kelompok – kelompok
14 Saya dapat bekerjasama saat
mengerjakan tugas kelompok
15 Ketika menemui kesulitan dalam
belajar fisika, saya
menyelesaikannya dengan belajar
kelompok

Anda mungkin juga menyukai